Anda di halaman 1dari 16

TES PROYEKSI

Vera Imanti, M.Psi., Psikolog


Tes Kepribadian
1. Merupakan tes yg mengukur serangkaian karakteristik atau sifat-sifat
individu
2. Bentuk tes kepribadian berupa tes proyeksi dan inventory
3. Tes proyeksi, berupa respon gambar. Misalnya HTP, Wartegg
4. Tes inventory berbentuk skala/ inventori, missal: EPPS, 16 PF
Perbedaan Tes Proyeksi dan Inventory
Tes Proyeksi Tes Inventory
1. Stimulus bersifat ambigu 1. Stimulus sudah mempunyai struktur yg jelas

2. Metodenya tidak langsung 2. Metodenya langsung

3. Jawabannya byk kemungkinan/ variasinya 3. Jawaban tes sdh jelas

4. Interpretasi bersifat kualitatif 4. Interpretasi bersifat kuantitatif, statistic

5. Ditekankan utk memahami ind. Caranya mengikuti 5. Digunakan utk memahami ind, caranya mengikuti
ind tsb, sedangkan pemeriksa hny mengikuti org yg pemeriksa
diperiksa
Tes Proyeksi
Individu (klien/ testee) akan memproyeksikan pribadinya melalui gambar atau hal-hal
lain. Tes proyeksi pada dasarnya memberikan peluang pada testee utk bebas memberikan
makna atau arti atas hal yg disajikan; tdk ada pemaknaan benar atau salah. Diasumsikan
sesuai dengan kepribadian atau minatnya; dan memang tujuan tes proyeksi adalah

menyamarkan.
Jenis Tes Proyeksi
1. Tes Rorschach

Dikembangkan oleh Herman Rorschach tahun 1920. Terdiri dari 10 kartu, yg masing2
menampilkan bercak tinta yg agak kompleks. Sebagian bercak berwarna, sebagian lagi hitam putih.

Testee/ klien ditugaskan utk menceritakan hal apa yg terlihat dan tergambarkan pada noda2 tinta
tsb. Pemeriksa mencatat semua uraian dari testee/ klien, kemudian probing dari setiap bagian yg
dimaksud, bgmn klien memandangnya.

Analisis dari sifat jawaban memberikan petunjuk mengenai susunan kepribadiannya. Seberapa
byk respon, apakah responnya menyeluruh atau sebagian saja, seberapa respon figure manusia, apakah
figurnya bergerak atau berhenti, dll
2. Tes Apersepsi Tematik (TAT / Thematic Apperception Test)

Dikembangkan di Harvard University oleh Henry Murray tahun 1930. Berisi serangkaian seri
kartu bergambar, ilustrasi lukisan.

Para peserta diminta utk mengarang sebuah cerita mengenai setiap gambar yg ada di kartu yg
ditunjukkan. Cerita yg diungkapkan terkait latar belakang dr kejadian yg menghasilkan adegan
pada setiap gambar, mengenai pikiran dan perasaan yg dialami oleh orang2 di dlm gambar tsb, dan
bagaimana akhir ceritanya.

Dalam menganalisis respon thd kartu, ahli psikologi melihat tema yg berulang yg bs
mengungkap kebutuhan, motif, atau karakteristik cara seseorang melakukan hubungan antar
pribadinya.
3. Tes Menggambar
a. Grafis

Draw a Person Test (Machover, 1949) dan House Tree Person Test (Buck, 1948),
memiliki tekhnik serupa dalam pengerjaannya. Pada DAP ditugaskan menggambar
manusia, HTP ditugaskan untuk menggambar rumah pohon dan orang. Serta menceritakan
tentang apa yg digambarkan.

Tes menggambar proyektif dinilai berdasarkan beberapa dimensi, beberapa diantaranya


yaitu ukuran mutlak, ukuran relative, hal2 yg hilang, dan ketidakseimbangan.

Walaupun tes menggambar memiliki tempat dlm rangkaian tes, kehati-hatian dalam
menginterpretasi dan ketelitian yg tepat dapat mencatatkan kesimpulan yg valid utk tes ini.
b. Wartegg

Dikembangkan sejak awal 1920-an dan 1930-an oleh Ehrigg


Wartegg. Tes wartegg menggunakan tekhnik proyektif, yaitu Teknik yg
diberikan melalui stimulus2 yg tdk terstruktur dan ambigu.

Setiap individu ditugaskan utk merespon 8 kotak pada tes wartegg,


dari hal tsb akan diperoleh berbagai respon yg menggambarkan sisi
ketidaksadaran (unconsciousness) diri individu. Shg tes wartegg ini tidak
mampu utk dimanipulasi, meskipun dimanipulasi tetap akan
memproyeksikan apa yg sedang dirasakan ind saat itu.

Penelitian Soilevou & Cato (2011), meskipun tes wartegg memiliki


validitas dan reliabilitas yg tinggi, namun belum mampu membangun
pengetahuan yg kumulatif, krn memiliki bias budaya yg tinggi.

Meskipun demikian validitas dan reliabilitasnya tinggi karena


interpretasinya melalui Analisa kuantitatif dan Analisa kualitatif
TES GRAFIS
1. DAP (Draw a Person)

Sejarah. Cooker & Ricci mengembangkan tekhnik menggambar manusia, mereka melihat
gambar anak-anak berubah seiring dengan perkembangan mereka. Goodenough mempopulerkan
DAP tahun 1926, lalu dikembangkan oleh Harris, dan berubah menjadi Goodenough – Harris
Drawing Test (GHDT). Asumsi yg digunakan adalah sikap dan perasaan dikomunikasikan
secara non-verbal melalui gambar.

Machover mengidentifikasi indicator emosional dg cara membandingkan gambar manusia yg


dibuat oleh pasien2nya dg gangguan emosional yg dialami pasien. Gangguan emosional yg diteliti
meliputi obsesif-kompulsif, kecemasan, skizofrenia, dan perilaku depresif.

(Kubierske, 2008)
Prosedur. Pemeriksa (tester) menyediakan peralatan tes yang akan digunakan, yaitu:
1. Pensil HB
2. Kertas putih polos, ukuran 8,5x11
3. Kertas observasi
4. Stopwath

Instruksi. Instruksi yang sangat singkat utk DAP


“Silahkan anda menggambar manusia, bentuknya terserah yang penting bila orang lain
melihat, mereka mengetahui bahwa itu gambar manusia”.
2. BAUM

Merupakan tes proyektif yang merepresentasikan struktur kepribadian id-ego-super ego


dari teori psikoanalisa Freud. Id mengungkap kebutuhan dasar (insting, impuls, dan
dorongan) yg tdk terorganisir dr struktur kepribadian, digambarkan melalui akar. Ego
mengungkap hal2 sadar, tindakan sadar, dan terencana utk memenuhi id, mencakup
persepsi, intelektual kognitif, dan fungsi defensive, tergambarkan pada batang. Super ego
mengacu pada control id dan ego, pengendalian impuls yg bertugas utk menyempurnakan.
Fungsi kritik atau melarang dorongan, perasaan, fantasi maupun tindakan. Tergambarkan
melalui mahkota. (Castillo et al., 2010)

Bahan / peralatan. Sama dengan DAP


Instruksi. Seperti halnya DAP, BAUM pun memiliki instruksi yg simple.
“Gambarlah sebuah pohon berkayu Kecuali,
■ Jenis pohon perdu
■ Jenis pohon pinus
■ Jenis pohon palma
■ Jenis pohon randu
■ Jenis bambu
■ Jenis pohon cemara
■ Jenis rumput-rumputan
■ Jenis pohon beringin
3. HTP (House Tree Person)
“Gambarlah rumah, pohon, orang”
Daftar Pustaka
■ Surbadja, Farida L. 1987. Diklat Proyeksi. Depok: Fakultas Psikologi Universitas
Indonesia
■ Sobur A. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia
■ Kapplan, Saccuzzo D.P. 2012. Pengukuran Psikologi. Prinsip, Penerapan, dan Isu.
Jakarta. Salemba Humanika
■ Prabowo, Nisa, Jadmiko. 2016. Profil Kepribadian Tes Wartegg. Seminar ASEAN.
Psychology & Humanity
■ Kubierske, Francoise. 2008. The Usefulness of The Draw A Person: Screening
procedure for measuring emotional disturbance (DAP: SPED) in South African children
(Mini Disertation, The University of Johannesburg). Diunduh dari
http://ujdigispace.uj.ac.za

Anda mungkin juga menyukai