Anda di halaman 1dari 17

TEORI PSIKOLOGI III : PROYEKSI

“Tes DAP (Draw A Person)”

Dosen Pengampu : Eryanti Novita, S.Psi, M.Psi

Disusun oleh Kelompok 5

Ester Pakpahan (198600194)

Putri Angraini (198600195)

Nandini Najelena (198600211)

Vitari Fahlika (198600224)

Grace Novita Claudia Br Tampubolon (198600226)

Irdian Dachi (198600232)

Yosephine Samosir (198600236)

Nora Josefhine (198600248)

Abdur Rahman (198600259)

Inna Maulina Siregar (198600391)

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS MEDAN AREA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena rahmat dan hidayah-
Nya sehingga kami bisa menyelesaikan Makalah yang berjudul “Tes DAP (Draw A Person ”
tepat pada waktunya.

Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Eryanti Novita, S.Psi, M.Psi yang
telah mengarahkan kami dalam mengerjakan makalah ini. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada teman-teman yang telah memberi kontribusi baik secara langsung maupun tidak langsung
dalam pembuatan Makalah ini.

Kami sebagai penulis mengakui bahwa ada banyak kekurangan pada Makalah ini. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari seluruh pihak senantiasa kami harapkan demi kesempurnaan
Makalah kami. Semoga Makalah ini dapat membawa pemahaman dan pengetahuan bagi kita
semua.

Medan, 9 Oktober 2021

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar............................................................................................................................ i

Daftar Isi....................................................................................................................................... ii

BAB I : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah............................................................................................................. 2
C. Tujuan............................................................................................................................... 3

BAB II : PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tes DAP...................................................................................... 3


B. Pengertian Tes DAP......................................................................................................... 4
C. Persiapan Tes DAP........................................................................................................... 5
D. Draw A Person Tes Scoring Guide.................................................................................. 6
E. Kelebihan dan Kekurangan Tes DAP.............................................................................. 7
F. Interpretasi Tes DAP........................................................................................................ 7

BAB III : PENUTUP

A. Simpulan dan Saran......................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pentingnya gambar anak-anak telah dieksplorasi secara ekstensif sejak akhir abad
ke-19, dan mereka berpikir untuk memberikan indikasi pengembangan visual-motor,
tingkat fungsi kognitif dan kematangan intelektual, proyeksi kepribadian dan konsep diri,
dan penilaian dari keadaan emosi dan gangguan. Menggambar adalah kegiatan yang
anak-anak cenderung untuk menikmati dan mereka rela menghasilkan coretan spontan
dan gambar dari usia muda (Koppitz, 1968), sehingga metode yang menarik untuk
digunakan dalam pengaturan klinis. Metode ini dapat digunakan secara informal, di mana
anak diminta untuk menggambar apapun yang mereka suka untuk membuat mereka
merasa nyaman, atau untuk memberikan landasan untuk wawancara klinis. Atau, gambar
dapat digunakan sebagai bagian dari alat diagnostik formal dan berbagai gambar tes yang
digunakan untuk tujuan ini, dengan fokus pada dua elemen inti dari proses menggambar:
perkembangan kognitif, dan proyeksi simbolis bawah sadar (Bekhit, Thomas dan Jolley,
2005), yang memungkinkan untuk penilaian masalah emosional dan perilaku.

Salah satu tes gambar paling awal adalah tes draw-A-Man dirancang oleh
Goodenough (1926) untuk menilai kreativitas anak-anak, usia mental dan visual-motor
kematangan intelektual dengan coding fitur gambar mereka manusia (Goodenough, 1926;
Knoff, 1990 ). Poin ditugaskan sesuai dengan kehadiran atribut tertentu seperti telinga;
kualitas gambar, misalnya bagaimana garis bertemu dan apakah mereka kaku; dan
proporsionalitas kepala, kaki, tangan, dll (Goodenough, 1926).

Tes draw a person atau tes DAP adalah tes psikologi yang digunakan untuk
mengetahui pengalaman kreatif individu, kepribadian dengan cara meminta individu
untuk menggambar orang.  Gambar yang dibentuk oleh individu walaupun tidak persis
sama tetapi memiliki kesamaan aspek yang menjadi ciri khas individu tersebut seperti
ukuran, garis, letak, struktur bentuk tubuh yang biasanya tidak begitu bervariasi atau
lebih stabil. Meskipun digunakan pada anak usia 0-3 tahun hingga 11-15 tahun, namun
dari pengalaman penggunaan tes ini diketahui bahwa hasil yang paling akurat adalah
untuk anak usia 0-11 tahun.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah perkembangan Tes DAP?
2. Apa pengertian Tes DAP?
3. Bagaimana persiapan dalam mengerjaakan Tes Dap?
4. Bagaimana penilaian dalam Tes DAP?

C. Tujuan
1. Dapat mengetahui pengertian Tes DAP.
2. Dapat memilah siapa saja yang dapat dinilai dengan menggunakan Tes DAP.
3. Mengetahui kapan menggunakan Tes DAP.
4. Mengetahui langkah-langkah dalam menggunakan Tes DAP.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Perkembangan Tes DAP


Tes DAP (Draw A Person) atau juga sering disebut DAM (Draw A Man)
merupakan salah satu bentuk alat tes Psikologi yang sering kita jumpai di saat proses
assessment psikologi. Tes DAP atau DAM termasuk tes individual. Pada tahun 1926,
Goodenough mengembangkan Draw-A-Man (DAM) Test untuk memprediksi
kemampuan kognitif anak yang direfleksikan dari kualitas hasil gambarnya. Asumsinya:
akurasi dan detail gambar yang dihasilkan menunjukkan tingkat kematangan intelektual
anak. DAM test ini digunakan untuk anak usia 3 – 10 tahun.
Pada tahun 1948, Buck mengembangkan House-Tree-Person (HTP) Test, gambar
rumah dan pohon yang memiliki kedekatan dengan kehidupan seseorang yang juga
termasuk tes proyeksi.
Tahun 1949, Machover mengembangkan Draw-A-Person (DAP) Test, sebagai
teknik untuk mengukur kepribadian. Machover mengembangkan sejumlah hipotesis
berdasarkan obeservasi klinis dan penilaian intuitif. Misal, ukuran gambar berkaitan
dengan tingkat self-esteem, penempatan gambar dalam kertas merefleksikan suasana hati
dan orientasi sosial seseorang.
Selanjutnya tahun 1951, Hulse mengembangkan Draw-A-Family (DAF) Test,
DAP secara luas kemudian dikembangkan oleh Hammer (1958), Headler (1985), Urban
(1963), Koppitz (1968, 1984).
Tahun 1963, Harris membuat revisi DAM Test dengan menambahkan dua form
baru (anak bukan hanya diminta untuk menggambar seorang laki-laki, tetapi juga seorang
wanita, dan gambar dirinya sendiri, sistem skoring yang lebih detail, dan standarisasi
yang lebih luas.
Seorang tokoh tes psikologi, Levy mengemukakan beberapa kemungkinan dalam
penggunaan Tes DAM (Draw A Man) atau tes DAP (Draw A Person), diantaranya
sebagai berikut:
1. Gambar orang tersebut merupakan proyeksi dari self concept
2. Proyeksi dari sikap individu terhadap lingkungan
3. Proyeks dari ideal self image-nya
4. DAM sebagai suatu hasil pengamatan individu terhadap lingkungan
5. Sebagai ekspresi dari pola-pola kebiasaan (habit pattern)
6. Ekspresi dari keadaan emosinya (emotional tone)
7. Sebagai sikap subjek terhadap tester dan situasi tes tersebut
8. Sebagai ekspresi dari sikap individu terhadap kehidupan/masyarakat pada
umumnya
9. Ekspresi sadar dan ketidaksadarannya.

B. Pengertian Tes DAP


DAP atau Draw a Person adalah salah satu jenis tes menggambar. Tes ini mudah
diinterpretasikan dan banyak digunakan di berbagai negara karena tidak ada hambatan
bahasa, hambatan budaya dan komunikasi antara penguji dan peserta tes. Biasannya,
DAP digunakan dalam berbagai tujuan sehingga bersifat universal. Tes Draw a Person
menurut Machover (1949), adalah tes pertama yang secara formal memperluas teknik
menggambar dari perkembangan kognitif ke dalam interpretasi kepribadian berdasarkan
teori tes proyektif.
Tes ini pada awalnya mengungkap kemampuan IQ anak dan psikologi anak.
Selain itu juga untuk mengetahui bakat, minat dan kemampuan dalam menuangkan ide
dan perhatian anak terhadap objek yang digambar. Test ini berasumsi bahwa dengan
dasar sebelum orang dapat membaca dan menulis, maka yang dilakukan adalah
menggambar atau melakukan coretan.
Tes ini meminta subjek untuk menggambar figur manusia, karena adanya asumsi
bahwa gambar yang mudah dikenali dari suatu objek adalah bentuk manusia dan
semenjak dini individu sudah seringkali menggambar manusia dibandingkan
menggambar bentuk atau objek lain.
Menurut Florence Laura Goodenough, individu melakukan coretan karena adanya
proses mental berdasarkan perkembangan intelektual. Gambaran anak kecil terkait erat
antara konsep perkembangan mental dan kemampuan intelegensi secara umum. Goresan
atau coretan anak lebih menunjukkan ekspresi diri dibandingkan keindahan. Gambar
yang dibuat cenderung apa yang diketahui dan bukan apa yang dilihat. Dasar tersebut
merupakan landasan perkembangan intelegensi dan mental anak yang dapat diamati
mengacu pada standar normatif yang harus dibuat.
Spesifikasi dari tes ini yaitu individu diberikan kertas kosong tanpa coretan
apapun dan diminta untuk menggambar orang lengkap tanpa ada aturan apapun dan
dibebaskan sesuai keinginan masing-masing. Tes ini dapat digunakan pada anak-anak,
remaja dan lansia.
Tes ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara apa yang digambar dengan
kepribadian orang yang menggambar, ekspresi diri atau body images seseorang yang
dibentuk pengalaman pribadi, menggambarkan kebutuhan tubuh dan konflik yang
dialami, mengetahui emosionalitas,  pshychosexual maturity, kecemasan, guilt
(kesalahan), tingkat agresif individu, dan untuk menggambarkan bagaimana individu
dalam lingkungan kelompok sosialnya.

C. Persiapan Tes DAP


 Material Tes
-Kertas HVS folio
-Pensil HP
-Meja yang permukaannya rata
-Penerangan yang cukup

 Waktu
- tanpa batas untuk tes individual, tetapi biasanya 5 sampai 10 menit lalu diambil rata-rata
7 menit ( biasanya untuk kelompok). Jadi tas ini biasanya tidak untuk secara clasikal,
tetapi individu karena dapat di lakukan observasi pada testee.

 Instruksi
-Tulis identitas diri Anda di sisi kanan atas. (nama, jenis kelamin, usia, tingkat
pendidikan).
-Silahkan saudara menggambar orang.
-Yang tidak boleh dilakukan tester: memberikan jawaban yang bisa memancing
ketegangan, mengarahkan atau jawaban yang bersifat normatif dan evaluatif.
-Jika ada subjek yang mengatakan: “Saya tidak bisa menggambar”. Jawaban tester:
“Gambarlah semampu anda”
-Jika muncul kembali komentar: “Saya tidak bisa menggambar dengan baik”. Jawaban
tester: “Tidak apa-apa, bukan baik dan jelek yang dilihat dari gambar tersebut”

 Selesai menggambar, testee diminta menuliskan:


-Berapa usianya & apa jenis kelaminnya
-Apa yang sedang ia lakukan
-Apa cita-cita / keinginan yang terpendam dari orang tersebut
-Uraikan kelebihan-kelebihan & kelemahan-kelemahan pribadi orang tersebut

 Observasi
- hal-hal yang penting dicatat, misalnya:
- tingkah laku yang spontan atau tidak dalam menggambar
- bagian mana yang sering dihapus atau grafis dikoreksi/diulang
- bagian mana yang paling dahulu ditekankan

D. Draw A Person Test Scoring Guide


Kepala. Gambar kepala diartikan sebagai super-ego. Pusat kendali diri terhadap aturan
(sosial, agama, dll). Kepala merupakan menunjukkan kebutuhan subjek terhadap
eksistensi diri. Dapat dikatakan apabila orang yang menarik diri dari sosial cenderung
mengabaikan bagian dari kepala.
Mata. Penguatan di mata diartikan sebagai orang yang mencoba mendapatkan perhatian
lebih dari lingkungan sekitar.
Bibir. Gambar bibir yang tebal atau penekanan pada bibir merupakan simbolisasi
kebutuhan berkomunikasi atau keinginan untuk menonjol di lingkungan sekitarnya.
Leher. Penekanan pada leher merupakan simbolisasi subjek merasa cemas atau terkekang
terhadap hal-hal tertentu yang belum diselesaikan. Apa yang dicemaskan perlu
dihubungkan dengan objek-objek lain dari keseluruhan gambar.
Badan. Gambar badan yang sederhana (hanya kotak atau oval) menunjukkan sikap
kekanakan yang belum dewasa. Gambar orang dewasa akan lebih kompleks. Lengkap
dengan aksesori. Misalkan dasi merupakan simbolisasi subjek ingin sukses dalam bekerja
atau menampilkan status sosial lebih tinggi dibandingkan keberadaan saat ini. Contoh
lain misal cincin, jam atau kalung/gelang merupakan asosiasi kebutuhan akan harta.
Sekali lagi perhatikan kemenonjolan dari objek-objek tersebut.
Bahu. Bahu merupakan simbol kekuatan fisik. Penguatan pada bahu menunjukkan
subyek suka beraktifitas fisik. Tak ada bahu atau bahu kecil menunjukkan subyek tak
suka atau menghindari aktifitas fisik. Ketiadaan bahu juga berarti adanya
ketidakberdayaan subjek terhadap hal-hal tertentu terkait dengan kondisi fisik.
Lengan dan tangan. Tangan memegang peralatan tertentu dapat diartikan subyek adalah
orang yang aktif atau ringan tangan. Kepalan tangan dapat berupa dendam atau dorongan
kuat untuk menyelesaikan sesuatu. Tangan yang disembunyikan atau disimpan dalam
saku dapat diartikan ketertutupan (bersifat introvert) dapat pula diartikan sebagai situasi
konflik.
Kaki dan Tungkai. Kaki adalah simbol gerakan, kestabilan dan kekuatan subyek dalam
lingkungan sekitar. Jika subyek tidak menggambar kaki, dapat diartikan dia kurang
nyaman dengan situasi saat ini. Kaki yang sedang beraktifitas (meloncat atau berlari)
menunjukkan subyek adalah orang yang memiliki mobilitas tinggi.

Sistem penilaian dalam tes ini cenderung bersifat QSS (Quantiative Scoring System) atau
sistem penilaian kuantitatif. Yaitu bukan berdasarkan bagus tidaknya gambar, namun
berdasarkan ukuran kuantitatif tertentu. 3 Ukuran kuantitas yang menjadi dasar utama adalah
sebagai berikut :

 Proporsi anggota tubuh. Semakin proporsional (seimbang perbandingan ukuran satu


anggota tubuh dengan anggota tubuh lain) maka semakin tinggi skor yang anda peroleh
 Kelengkapan anggota tubuh. Semakin lengkap nilainya. Diantaranya kepala, leher, badan,
tangan, kaki, dan seterusnya.
 Detil gambar. Semakin detail gambar yang anda buat semakin tinggi pula nilai yang anda
peroleh.

Reliabilitas dan Validitas Tes Gambar Orang

Reliabilitas test-retest DAP berdasarkan skoring kuantitatif dengan menggunakan panduan DAP
yang dibuat oleh Harris (1963) didapatkan reliabilitas isi yang sedang (Median r = 0.74).
Sedangkan reliabilitas interrater jauh lebih baik, yaitu median 0.90 untuk gambar laki-laki dan
0.94 untuk gambar wanita.

E. Kelebihan dan Kekurangan Tes DAP


Kelebihan yang pertama, tes ini dapat terhindar dari faking karena manusia itu akan
cenderung menggambar gambaran sesuai bawaan kepribadian mereka masing-masing.
Kepribadian antar individu itu berbeda satu dengan yang lain. Kelebihan yang kedua
adalah jika gambar dipegang oleh penginterpretasi yang sudah memiliki banyak
pengalaman serta jam terbang yang tinggi, maka hasil gambar valid. Hal ini dikarenakan
penginterpretasi cukup sensitif dalam menginterpretasi gambar. Kelebihan yang ketiga
diantaranya culture fair atau bisa digunakan pada orang-orang dengan kultur yang
berbeda, dapat mengukur potensi seorang anak, dapat mengukur  g-factor seseorang,
mudah untuk diadministrasikan, dan tester bisa mengobservasi keterampilan motorik
testee.

Kekurangan tes DAP di antaranya yang pertama, jika tes ini dipegang oleh
penginterpretasi yang kurang memiliki pengalaman serta jam terbang yang tinggi
dalam menggunakan tes ini, maka hasil interpretasinya kurang valid. Hal ini
dikarenakan hasil interpretasi yang didapatkan kurang sensitif dalam menangkap hal yang
ada pada gambar tersebut. Kekurangan yang kedua adalah sangat tergantung pada situasi
psikologis pada saat seseorang itu menggambar.

F. Interpretasi Tes DAP


Ada 3 prinsip dasar:
Gerak : Secara umum mewakili vitalitas (Tekanan, Arah Coretan)
Ruang : Bagaimana subjek di lingkungan sosialnya (Atas, Bawah, Tengah, Kiri, Kanan)
Bentuk : Pengekspresian dirinya/sesuatu yang ditampilkan ke luar

Jenis Kelamin:
87% : Menggambar jenis kelaminnya sendiri 
Beberapa individu yang menggambar terbalik.
Indikasi: mengalami kebingungan dalam hal seksual dan adanya kedekatan dengan
gambar yang digambar. Cirinya: akan muncul pertanyaan, ”Boleh tidak menggambar
kedua-duanya laki-laki karena saya tidak bisa menggambar perempuan?” atau “Ini
seorang penari/pesenam yang ototnya besar (tidak jelas laki2 atau perempuan).

Tingkat ekspresif:
Mencerminkan sesuatu yang hidup (gambarnya hidup).

Bentuk Prinsip:
1.  Bila gambar kabur/samar/memudar indikasi aktualisasi dorongan yang kabur dan tidak
jelas, kurang berani berusaha, kurang bergairah dan merasa tidak cocok dengan
lingkungan. 
2. Bila gambar berupa gejala cemas, takut, merasa tidak nyaman.
3. Garis dasar yang berupa sketsa dan garis putus indikasi perasaan terisolir dari
lingkungannya.

Prinsip Bayangan:
3 Dimensi : Kreatif 
Dimensi : Dipenuhi oleh perasaan dan emosi serta fantasi yang bersifat
emosional/khayalan

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam interpretasi tes DAP:


Kesan Awal
1. Apakah yang digambar tua atau muda 
2. sedih atau gembira
3. Kuat atau Lemah
4. Agresif atau pasif
Tips Menggambar Orang
1. Jaga kondisi tubuh dan pikiran anda tetap rileks dan tenang. Dan berdoalah agar diberi
kemudahan oleh Allah SWT.
2. Kerjakan masing-masing gambar dengan waktu rata-rata. Yaitu 10-15 menit. Jika terlalu
cepat, hasil gambar anda cenderung kurang lengkap dan kurang mendetail. Jika terlalu
lama, anda dinilai sebagai pribadi yang lambat dan kurang sigap dalam beraktifitas.
3. Tambahkan ciri khas pada gambar masing-masing. Ketika anda membuat gambar laki-
laki, maka sebaiknya anda menambahkan ciri khas laki-laki seperti kumis, jenggot badan
tegap, dsb. Dan ketika membuat gambar perempuan, bentuk tubuhpun harus seorang
perempuan pada umumnya (pinggang lebih ramping, memakai anting, dsb). Ketika anda
menggambar diri sendiri, maka buatlah semirip mungkin dengan diri sendiri dan
tambahkan ciri khas anda. Misalnya anda bertubuh gemuk, gambarlah gemuk. Anda
bertubuh tinggi, gambarlah tinggi. Anda memiliki bekas luka di dahi, gambarlah ada
bekas luka di dahi. Dan seterusnya.
4. Gunakan prinsip keseimbangan (proporsionalitas). Artinya besar masing-masing anggota
tubuh adalah relatif seimbang. Jangan sampai ada yang tidak seimbang. Jangan sampai
kepala terlalu besar atau terlalu kecil. Jangan sampai kaki terlalu panjang atau terlalu
pendek. Dan seterusnya.
5. Gunakan prinsip kelengkapan anggota tubuh. Seluruh anggota tubuh harus lengkap anda
gambar. Mulai dari ujung rambut kepala hingga ujung kuku di kaki. Semakin lengkap,
semakin tinggi nilai yang anda peroleh.
6. Gunakan prinsip detail. Semakin detail gambar anda, semakin tinggi nilai anda. Semakin
cerdas dan matang kedewasaan mental dan pikiran anda, maka gambar andapun semakin
kompleks dan detail, tidak sederhana seperti gambar anak kecil. Jangan lupa, tidak yakin-
unsur berikut ini : Muka berikutka dan seluruh bagiannya ( Muka berikut hidung, telinga,
alis mulut, dll), Leher, Tangan berikut 10 lengkap disertai kuku, 10 jari lengkap disertai
kuku kuku, Ciri khas (Jika laki-laki bisa ditambah kumis dll, Jika perempuan
berpinggang ramping, memakai gelang, dll. Jika menggambar diri sendiri, tambahkan ciri
khas anda seperti gemuk, bekas luka, jerawat, tahi lalat, dll), Aksesoris (Baju, kacamata,
gelang, jam tangan, dll)
7. Ingat! Sistem bagus tes menggambar orang ini bukan berdasarkan lukisan anda (karena
ini bukan tes calon calon). Namun berdasarkan tiga prinsip yang telah dijelaskan diatas
(proporsional, lengkap, detail).
BAB III
PENUTUP

Simpulan dan Saran


Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka
dapat disimpulkan bahwa antara Faktor 16 PF dan Faktor Draw-A-Person (DAP) didapatkan dua
Faktor Draw-A-Person (DAP) yang dapat digunakan untuk memprediksi beberapa Faktor 16 PF.
Faktor tersebut antara lain: Faktor VII dengan Faktor Q3 dan Faktor I dengan Faktor Q4.

Dari hasil analisis faktor dan analisis regresi, ada beberapa dimensi Draw-APerson
(DAP) yang dapat diprediksi oleh Faktor 16 PF. Pengguna atau penginterpretasi Draw-A-Person
(DAP) sebaiknya mempertimbangkan dimensi yang dapat diprediksi sebagai dimensi valid yang
dapat digunakan untuk menginterpretasi tes Draw-A-Person (DAP). Hal ini juga bisa dilakukan
dengan cara penginterpretasi menggunakan tes kepribadian lain yang lebih valid untuk
mendampingi interpretasi tes Grafis. Saran untuk peneliti selanjutnya adalah, berdasarkan
beberapa kelemahan penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, peneliti selanjutnya
dapat menambahkan jumlah sampel, sehingga sampel yang digunakan untuk analisis dapat ideal.
Peneliti selanjutnya juga bisa menambahkan dimensi DAP yang belum digunakan dalam
penelitian ini. Kemudian,
peneliti selanjutnya bisa juga mengorelasikan tes DAP dengan menggunakan tes Kepribadian
lain yang mengungkap aspek yang berbeda dari atribut dari 16 PF. Peneliti selanjutnya juga
dapat menggunakan teknik-teknik yang lain untuk mendapatkan faktor-faktor yang lebih objektif
dari dimensi yang telah ditemukan oleh Machover, misalnya menggunakan Multi Dimentional
Scale (MDS)..
DAFTAR PUSTAKA

Agnes, I. E. (2010). Pendapat tentang Draw-APerson (DAP) (Rekaman Seluler).


Yogyakarta: Fakultas psikologi
Universitas Sanata Dharma.
Azwar, S. (1997). Reliabilitas dan validitas.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Boyle, G. J. (1989). Re-examination of the
major personality factors in the
Cattel, Comrey, and Eysenck scales:
Were the factor solutions of Noller
et al. optimal? Personality and
Individual Differences, 10(12), 1289-
1299.
______________ (2004). 16 PF: Personality. Sage
Benchmarks in Psychology
Carnivez, G. L., & Allen, T. J. (2005).
Convergent and factorial validity of
the 16 PF anf the NEO-PI-R. Naskah
dipresentasikan pada pada Konvensi
Tahunan American Psychological
Association, Washington, DC.
Cattell, H. E. P. (1996). The original big five: A
historical perspective. European
Review of Applied Psychology, 46(1),
5-14.
Cattel, R. B. (1975). Personality and motivation
structure and measurement. New
York: Harcourt, Brace and World.
______________ (1973). Personality and mood by
questionnaire. San Fransisco: JosseyBass.
Cattel, R. B., Eber, H. W., & Tatsuoka, M. M.
(1970). Handbook for the sixteen
personality factor questionnaire.
Champaign, Illinois: Institute for
Personality and Ability Testing.
Conn, S. R. & Rieke, M. L. (1994). The 16 PF
fifth edition technical manual.
Champaign, Illinois: Institute for
Personality and Ability Testing

Dancer, L. J., & Woods, S. A. (2007). Higherorder factor sructures and


intercorelations of 16 PF and FIROB. International Journal of Selection
and Assessment, 14(4), 385-391.
Edwin A., & Bellak L. (1950). Projective
psychology. New York: Grove Presss
Inc.
Gerbing, D. W., & Tuley, M. R. (1991). The 16
PF related to the five-factor model of
personality: Multiple-indicator
measurement versus the a priori
scales. Multivariate Behavioral
Research, 26(2), 271-289.
Groth-Marnat, G., & Roberts, L. (1998). Human
figure drawings and house–tree–
Person drawings as indicators of
self-esteem: A quantitative
approach. Journal of Clinical
Psychology, 54, 219–222.
Hooker, K., & McAdams, P. (2003). Personality
reconsidered: A new agenda for
aging research. Journal of
Gerontology, 6, 296 – 304.
Machover, K. (1965). Personality projection in
the drawing of the human figure: A
methode of personality investigation,
sixth edition, springfield, thomas.
(Terjemahan Hanna Widjaja), UPT
Fakultas Psikologi Universitas
Padjajaran.

Anda mungkin juga menyukai