Anda di halaman 1dari 12

DRAW A PERSON (DAP) TEST

Disusun Oleh:

Kelompok 9 kelas D

Nada Salsabila 161301043


Cici Fadillah 161301155
Asyifa Rizvi Al- Miraza 161301157

Fakultas Psikologi
Universitas Sumatera Utara
2019/2020
1
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena penyertaan-Nya
sehingga Makalah ini dapat diselesaikan tepat waktu. Adapun makalah ini dibuat adalah untuk
memenuhi tugas mata kuliah Tes Proyektif yang dengan topik DRAW A PERSON TEST (DAP).

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah ini dan seluruh
pihak yang mendukung kelancaran proses pengerjaan makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam
pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Apabila ada kesalahan dalam
penyusunan makalah ini, kami selaku kelompok mohon maaf. Akhir kata kelompok mengucapkan
terimakasih.

Medan, 24 Februari 2019

Kelompok 9

2
Sejarah Perkembangan tes DAP

Tes DAP berasal dari Goodenough’s draw a man test yang digunakan untuk memperkirakan
kemampuan kognitif anak melalui kualitas gambar yang dihasilkannya. Dia berasumsi bahwa
akurasi dan kelengkapan detil menggambarkan kematangan kognitif anak. Nilai akan diberikan
pada kemunculan bagian tubuh yang berbeda, kualitas garis, dan koneksi antar bagian. Meskipun
digunakan pada anak usia 0-3 hingga 11-15, namun dari pengalaman penggunaan tes ini diketahui
bahwa hasil yang paling akurat adalah untuk anak usia 0-11 tahun.
Pada tahun 1963, Haris merevisi DAM dengan sistem skoring lebih detil dan standarisasi
yang lebih luas. Dia juga menambahkan versi wanita dan versi self yaitu versi yang diperuntukkan
khusus bagi wanita dan versi yang bertujuan untuk meminta testi menggambarkan orang sebagai
gambaran dirinya mengenai diri sendiri. Tahun 1988, Nagileri mengembangkan Draw A Person
dengan sistem skoring kuantitatif yang sama mengukur mengukur perkembangan kognitif anak
usia 5-17 tahun. Kemudian pada tahun 1949, Machover mengambangkan DAP dari pengukuran
kognitif menjadi interpretasi kepribadian dengan dasar teori tes proyektif.
Machover mengembangkan sejumlah hipotesis berdasarkan pengamatan klinis dan
penilaian intuitif. Misalnya bahwa ukuran gambar orang berhubungan dengan self-esteem dan
penempatan gambar berhubungan mood dan orientasi sosial. Setelah testi selesai menggambar, ia
diberi instruksi “gambarlah orang dengan jenis kelamin yang berlawanan”. Inquiry kadang diberi
mengenai mood, minat, dan apa yang membuat orang itu marah.
Lain halnya dengan Buck (1948) yang mengembangkan HTP (House Tree Person). Dia
berterori bahwa gambar rumah dan pohon juga memiliki makna yang signifikan terhadap diri
individu. Kemudian Jolles (1952) mengembangkan HTP dengan 3 versi administrasi, yaitu
membuat gambar akromatik, menjawab pertanyaan tentang gambar dan mewarnai (kromatik).
Ada versi di mana ketiga gambar dibuat pada satu lembar kertas sedang versi lain digambar pada
kertas yang terpisah.
Sebagian versi lain menggambar orang dengan jenis kelamin dan jenis kelamin berbeda.
Versi Kinesthetic House Person dikembangkan dengan gambar orang sedang melakukan sesuatu
(Burns, 1987). Sedangkan Hutton (1994) menggunakan skoring kuantitatif HTP dengan fokus
pada indikator child abuse diantara anak-anak.
Selanjutnya Hulse (1951) mengembangkan Draw A Family (DAF) untuk melihat gambaran
keseluruhan keluarga. Ada versi yang mengungkap depresi, keluarga bercerai, dan konflik
keluarga. Sedangkan Kinetic Family Drawing Test meminta tesyi menggambar anggota keluarha

3
yang sedang melakukan sesuatu. Selain itu, ada pula versi Kinetic School Drawing yang
menggambar anak sedang melakukan sesuatu di sekolah.

Administrasi DAP
Adapun persiapan yang perlu dilakukan dalam administrasi tes ini adalah:
 Testi duduk senyaman mungkin dengan ruang yang cukup lega untuk menggerakkan
tangan selama menggambar.
 Kertas HVS A4
 Pensil HB yang runcing dan penghapus
 Jika gambar berwarna, disediakan krayon, pensil warna, atau pen warna warni.

Instruksi
Ada beberapa variasi dalam memberikan instruksi pada tes ini. Ada versi administrasi yang
menggunakan instruksi: “gambarlah orang”. Setelah selesai, diberi instruksi “gambarlah orang
dengan jenis kelamin yang berbeda”. Untuk versi self, instruksinya adalah “gambarlah diri Anda”.
Sedangkan ada versi lain yang menggunakan instruksi “gambarlah sesuka Anda dan sebagus
mungkin”.
Pertanyaan mengenai materi gambar dijawab “Terserah Anda”. Jika digambar figur stik,
testi diberi kertas baru dan diminta menggambar orang yang lebih lengkap. Sebagian berpendapat,
jika digambar setengah atau seperempat orang, diminta menggambar lagi orang yang lengkap.
Administrasi yang menggunakan inquiry dapat menanyakan cerita mengenai orang yang
digambar. Juga perasaan dan pikiran orang tersebut, apa yang membuat bahagia, sedih, minatnya,
dan yang tidak diminati. Selama administrasi, dilakukan observasi terhadap perilaku yang relevan,
tingkat percaya diri, kecemasan, playfulness, impulsivitas, konsensius atau menghapus berulang-
ulang.

Pertimbangan Interpretatif Umum


Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam interpretasi secara umum, antara lain:
 The body image hypothesis: bahwa gambar yang dihasilkan adalah merupakan citra
tubuh individu sendiri.
 The healthy drawing: perlu diperhatikan apakah gambar yang dibuat memenuhi ciri-
ciri gambar yang sehat atau sebaliknya mengindikasikan patologi. Gambar yang
sehat memberikan kesan desain yang manusiawi, mampu interaksi dengan dunia,
tidak ada perasaan palsu.

4
 Age consideration: gambar yang dihasilkan perlu dilihat usianya dan dibandingkan
dengan usia testi. Jika mendekati usia testi sesungguhnya akan memberikan makna
yang lebih positif dibandingkan yang sebaliknya. Biasanya remaja putra lebih
ekstrem dalam ekspresi identitas gender dan figur lebih agresif hostile, dan lebih
bizzare. Sedangkan remaja putri labil insecure, ambigu, childlike. Demikian pula
untuk orang yang lebih tua, biasanya menghasilkan gambar yang terpisah, tidak
sejajar, absurd, dan primtif.

Reliablitas dan Validitas Tes DAP

Reliabilitas test-retest DAP berdasarkan skoring kuantitatif dengan menggunakan panduan


DAP yang dibuat oleh Harris (1963) didapatkan reliabilitas isi yang sedang (Median r = 0.74).
Sedangkan reliabilitas interrater jauh lebih baik, yaitu median 0.90 untuk gambar laki-laki dan
0.94 untuk gambar wanita.

Interpretasi Tes DAP


Ada 3 prinsip dasar:
1. Gerak : Secara umum mewakili vitalitas
2. Ruang : Bagaimana subjek di lingkungan sosialnya
3. Bentuk : Pengekspresian dirinya/sesuatu yang ditampilkan ke luar
 Gerak (Tekanan, Arah coretan)
 Ruang (Atas, Bawah, Tengah, Kiri, Kanan)
 Bentuk

Jenis Kelamin:
1. 87 % : Menggambar jenis kelaminnya sendiri
2. Beberapa individu yang menggambar terbalik.
3. Indikasi: mengalami kebingungan dalam identifikasi sexual dan adanya kedekatan dengan
figur yang digambar. Cirinya: akan muncul pertanyaan, ”Boleh tidak menggambar kedua-
duanya laki-laki karena saya tidak bisa menggambar perempuan?” atau “Ini seorang
penari/pesenam yang ototnya besar (tidak jelas laki2 atau perempuan).

Tingkat ekspresif :
Mencerminkan sesuatu yang hidup (gambarnya hidup).

Prinsip Bentuk:

1. Bila gambar kabur/samar/memudar indikasi aktualisasi dorongan yang kabur dan tidak
jelas, kurang berani menampakkan diri, ragu-ragu, kurang bergairah dan merasa tidak
cocok dengan lingkungan.
2. Bila gambar berupa sketsa indikasi cemas, takut, merasa tidak nyaman.
5
3. Garis dasar yang berupa sketsa dan garis putus indikasi perasaan terisolir dari
lingkungannya.

Prinsip Shading:

Dimensi : Kreatif
Dimensi : Dipenuhi oleh perasaan dan emosi serta fantasi yang bersifat
emosional/khayalan

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam interpretasi tes DAP:

Kesan Awal

 Apakah yang digambar tua atau muda


 Sedih atau gembira
 Kuat atau Lemah
 Agresif atau pasif

Area-area penting dalam interpretasi tes DAP

1. Kepala

 Tempat penghayatan mengenai diri atau ego.


 Menemukan gambaran tentang bgm seseorang menggambarkan interaksinya dengan
orang lain/lingkungan menurut konsepnya.
 Bagian-bagian dari kepala: (Mata, Telinga, Mulut, Hidung, Dagu dan Rambut)

2. Lengan, tangan, bahu dan dada

 Ukuran, bentuk, kekuatan, kemampuan meraih, derajat agresi dan tanda-tanda konflik
lainnya.
 Kesan-kesan yang muncul saat subjek mengamati area ini:
 Apakah subjek menarik diri dari lingkungan
 Berusaha meraih lingkungan
 Merasa aman atau terancam atau lemah

3. Torso (badan) / trunk of the body

 Area ini mewakili betul bagaimana seseorang ingin tampil dan hal-hal apa saja yang
ia tekankan dalam upayanya menampilkan diri di lingkungan.
 Jika gambar figur telanjang dan bagian-bagian seksual ditonjolkan: subjek
menyatakan pemberontakan terhadap masyarakat (figur ortu) atau dengan sadar
menyadari konflik seksual.
 Hal-hal lain dari pakaian:
 Dasi à sering dikaitkan dengan keterikatan/hambatan
 Kancing à kebutuhan akan perhatian/rasa aman

6
 Perhiasan à kurang percaya diri. Jika berupa anting-anting yang besar indikasi:
menarik perhatian.
 Saku yang ditempatkan di dada indikasi infantil/dependen.
 Ikat pinggang à sering dikaitkan dengan kedisiplinan atau kekakuan/tekanan

4. Tungkai / paha dan kaki

 Merupakan area yang banyak dikaitkan dengan kemandirian, arah, gerakan dan
keseimbangan.
 Pada pria kaki menggambarkan maskulinitas.
 Ex : Gambar kaki yang terlalu panjang menunjukkan keinginan yang kuat untuk
mandiri.
 Jika digambar pertama (mendapat perhatian lebih) indikasi orang yang tidak berani
mengekspresikan diri.

5. Activity / Passivity
Gambar Pasif :

 Kurang energi sehingga terlihat tidak energetik


 Dependent
 Kurang kompeten
 Merasa dirinya kecil

6. Kelengkapan

Apakah ada bagian-bagian yang tidak digambar :

 Setiap bagian yang hilang/rusak dapat mengartikan “subjek memiliki permasalahan


yang berhubungan dengan bagian yang rusak/hilang tersebut.
 Biasanya menggambarkan konflik dalam diri.
 Adanya shading atau penghapusan harus dieksplor lebih lanjut.

Kelebihan dan Kekurangan DAP


Adapun yang menjadi kelebihan DAP sebagai tes kepribadian adalah:
 Culture free yang berarti bahwa aspek budaya tidak akan mempengruhi hasil
interpretasi tes ini mengingat stimulusnya yang merupakan gambar orang merupakan
objek yang dipahami secara universal dan netral.
 Mudah diadminitrasikan, murah, menyenangkan bagi testi karena tugasnya adalah
menggambar dan perlengkapan yang digunakan adalah kertas, pensil dan penghapus.
 Digunakan untuk melihat banyak aspek kepribadian seperti konsep diri, ego ideal,
dan persepsi terhadap lawan jenis.

7
Sedangkan kekurangan tes ini adalah:
 Subjektivitas hasil tes interpretasi karena merupakan teknik proyektif yang
menggunakan pendekatan kualitatif.
 Variasi sistem skoring dan administrasi sehingga akan diperoleh hasil yang berbeda
satu dengan yang lain serta sulit dilakukan standarisasi.

8
Review Journal

SEX DIFFERENCES IN SCORES ON THE DRAW-A-PERSON TEST ACROSS


CHILDHOOD: DO THEY RELATE TO GRAPHIC FLUENCY?

A. Latar Belakang

Studi ini meneliti bagaimana jenis kelamin, usia, dan pengaruh grafis mempengaruhi skor pada
gambar manusia dalam sampel besar anak-anak berusia lima hingga 12 tahun. Dikatakan bahwa
anak perempuan mengungguli anak laki-laki dalam menggambar figur manusia, tetapi ada
beberapa ketidaksepakatan di antara penelitian tentang perbedaan jenis kelamin, dan alasan
perbedaan jenis kelamin ini tidak jelas. Untuk itu, Tes Draw-a-Person diberikan kepada 336 anak
laki-laki dan perempuan dari TK hingga Kelas 6, menggunakan metode penilaian Goodenough.
Kefasihan grafis diukur menggunakan Torrance's Parallel Lines Test. Hasil menunjukkan interaksi
jenis kelamin berdasarkan usia pada skor pada tes Draw-a-Person, dengan anak perempuan
mengungguli anak laki-laki di Kelas 3 dan 6. Analisis regresi sampel terpisah menunjukkan bahwa
untuk anak laki-laki usia dan kefasihan grafik adalah prediktor yang relevan untuk skor pada
undian. -sebuah tes; sebaliknya, untuk anak perempuan yang berusia, tetapi tidak lancar,
memperkirakan skor menggambar.

B. Tujuan Penelitian
1. Untuk menilai terjadinya perbedaan jenis kelamin dalam Tes Draw-a-Person antara
lima hingga 12 tahun.
2. Untuk menilai arah perbedaan jenis kelamin yang diamati.
3. Untuk menilai hubungan antara skor pada Tes Draw-a-Person Test dan kemampuan
grafis anak-anak.

C. Partisipan

Sebanyak 336 anak di rekrut dari berbagai distrik kelas menengah kota Prancis. Peserta
diambil dari 7 kelas yang berbeda dengan perbandingan sama (24 laki-laki/24 perempuan).

D. Pengukuruan
9
Pengukuran Tes Draw-a-Person, melibatkan sistem penilaian Goodenough (Goodenough,
1926), dan Torrance's Parallel Lines Test

E. Metode

Peserta yang akan diberikan tes terdiri dari 3-4 anak dalam kelompok dan dipencar. Dalam
Tes Draw-a-Person, anak-anak harus membuat gambar seseorang, tanpa batas waktu.

Instruksi verbal adalah sebagai berikut:

“Saya ingin Anda membuat gambar seseorang. Buatlah gambar terbaik yang dapat Anda ambil
Luangkan waktu Anda dan bekerjalah dengan sangat hati-hati. ”

Dalam tes efisiensi grafik, anak-anak harus mengubah rangkaian dua garis paralel
(vertikal) menjadi sebanyak mungkin gambar dalam 10 menit.

Instruksi verbal adalah sebagai berikut:

“Mari kita lihat berapa banyak gambar yang dapat Anda buat dari garis paralel ini. Anda dapat
menambahkan beberapa hal ke dua garis paralel di atas, di dalam atau di luar, seperti yang Anda
inginkan, tetapi kedua garis itu harus menjadi bagian dari gambar Anda. Berhati-hatilah untuk
menghasilkan gambar yang berbeda setiap kali. Anda memiliki 10 menit. untuk menghasilkan
banyak gambar yang berbeda mungkin. Untuk setiap gambar, Anda akan memberikan judul. ”

F. Hasil

Sebagian besar anak-anak menggambar dengan jenis kelamin mereka sendiri: 96,5% anak
laki-laki menggambar laki-laki atau sosok manusia yang tidak ditentukan (115 angka laki-laki, 47
angka gambar yang tidak ditentukan secara seksual, dan 6 angka perempuan dari 168 gambar),
dan 93,5% dari anak-anak perempun menggambar sosok perempuan atau manusia yang tidak
ditentukan (137 gambar wanita, 20 gambar seksual yang tidak ditentukan, dan 11 gambar pria dari
168 gambar).

G. Kesimpulan

Studi ini menunjukkan perbedaan jenis kelamin terkait usia dalam skor pada Draw-a-Person
Test dan hubungan antara kelancaran grafis dan kemampuan anak laki-laki untuk menggambar
10
sosok manusia selama masa kanak-kanak. Keterbatasan penelitian ini termasuk penggunaan skala
tunggal dan lama untuk mengukur skor pada tugas menggambar sosok manusia. Hasil yang
berbeda mungkin diperoleh dengan menggunakan skala yang lebih baru seperti sistem
pengkodean Naglieri (1988). Selain itu, analisis ini dibatasi pada skor global pada Drawa-Person
Test, yang mungkin telah mengaburkan kemungkinan perbedaan jenis kelamin dalam frekuensi
kemunculan barang-barang individual seperti pakaian atau detail rambut. Oleh karena itu, data
perbandingan yang melibatkan sistem ukuran lain akan berguna, serta penyelidikan perbedaan
jenis kelamin per item.

H. Kelebihan dan Kekuragan

11
Daftar Pustaka

Psychologymania.net. (2010). Retrieved from http://www.psychologymania.net/

PICARD, D. (2015). SEX DIFFERENCES IN SCORES ON THE DRAW-A-PERSON TEST.


Perceptual & Motor Skills: Physical Development & Measurement, 273-287.

12

Anda mungkin juga menyukai