Anda di halaman 1dari 4

1. Sejarah Tes Grafis sudah berkembangan di awal abad 19.

Pada akhir abad 19, Fechne, wundt dan


Ebbinghaus merupakan psikiater di bidang gangguan mental, yang mempengaruhi teknik untuk
melakukan assesmen klinis terhadap para pasiennya. Dalam pengukuran kepribadian, Tes Grafis muncul
sebagai salah satu jenis tes kepribadian untuk bentuk proyektif. Tes Grafis ini berkembang pada awal
abad 20, walaupun pada beberapa dekade sebelumnya sudah terdapat berbagai aplikasi grafologi
berupa pembacaan tulisan tangan, tanda tangan, dan coretan manusia yang dapat diinterpretasikan.
Dalam bidang Grafologi, muncul tokoh penting seperti Goodenough, machover,moch, Kinget, warteg
dan yang lainnya. Bidang grafologi ini terus berkembang hingga saat ini, untuk mengungkap proyeksi
dari grafis, baik dengan metode kualitatif maupun kuantitatif.

Tes grafis adalah tes psikologi yang mengharuskan kita menggambar sesuatu sesuai dengan arahan yang
ada untuk tujuan pemeriksaan psikologis dan kepribadian. Peralatan yang digunakan pun sangat
sederhana, yaitu kertas dan pensil saja.

2. Tujuan : Tes Grafis merupakan salah satu metode assemen yang digunakan psikolog dalam menangani
kasus psikologi baik pada anak maupun orang dewasa. Melalui hasil tes tersebut, dapat diketahui pola
kepribadian seseorang bahkan kemungkinan trauma, depresi yang dialami oleh klien. Selain hal
tersebut, tes Grafis dapat pula digunakan sebagai sarana intervensi untuk mengekspresikan emosi.

Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari
bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.

3. A) DRAW A PERSON (DAP) ATAU DRAW A MAN (DAM)

Adapun bagian dari tes grafis adalah DAP (Draw a person) Berdasarkan Teori Goodenough-Harris
mengungkapkan kemampuan IQ, dengan dasar bahwa sebelum orang dapat membaca dan menulis,
maka yang dilakukan adalah dengan menggambar orang dibandingkan menggambar bentuk atau objek
lain, Goodenough mengungkapkan bahwa gambaran anak kecil terkait erat antara konsep
perkembangan mental dan kemampuan intelegensi secara umum. Goresan atau coretan anak lebih
menunjukkan ekspresi diri dibandingkan dengan keindahan. Gambar yang dibuat cenderung apa yang
diketahui dan bukan apa yang dilihat. Dasar tersebut merupakan landasan perkembangan intelegensi
dan mental anak yang diamati mengacu pada standar normatif yang harus dibuat. Pada versi
Goodenough, subyek diminta menggambar satu figur manusia dan dinilai dalam 53 aspek. Harris
merevisi tes menjadi tes Goodenough-harris. Harris menguatkan aspek penting yang belum selesai
dikembangkan oleh Goodenough. Skala penting yang ditambahkan oleh harris adalah tema yang dapat
diamati pada fase remaja. Pada versi ini, subyek diminta menggambar tiga gambar yaitu laki-laki,
perempuan, dan diri sendiri. Aspek yang dinilai berjumlah 73. Tes ini mudah digunakan dibandingkan
Binet atau tes Weschler. Aspek-aspek yang ada pada tes ini antara lain adalah mengambar manusia
lengkap seperti kepala, kaki, tangan, tubuh, bahu, leher, muka, telinga, kening, mata, bulu mata, pupil,
dagu, hidung, mulut, bibir lubang hidung, rambut, pakaia, bagian-bagian pakaian jari, lengan, tumit, dll.

B) Berdasarkan teori Machover (1949)


Machover mengungkapkan kondisi psikis berdasarkan teori psikoanalisis. Machover berasumsi bahwa
individu menggambar orang adalah cerminan atau persepsi diri dengan berbagai atribut yang
melatarbelakangi, aspek yang dapat diinterpretasi dari hasil coretan yaitu:

1. Bagaimana cara subyek menggambar

2. Bagaimana posisi gambar

3. Ruang yang dipakai subyek, apakah figure ditempatkan dibagian atas, bawah, kanan, atau kiri di
kertas

4. Gerak, apakah subyek menggambar dengan tekanan,arsiran atau bayangan

5. Bentuk gambar, yaitu sebagai seberapa berkualitas proporsi figur yang terlalu kecil terkait erat
dengan ketidakpercayaan diri, rasa rendah diri, dengan lingkungan sosial.

Fungsi tes DAP untuk melihat bagaimana dia memandang dirinya.

C). DRAW A TREE (BAUM TEST)

Pada awal 1926 GOODENOUGH mengembangkan suatu prosedur yang terstandarisasi untuk
mengevaluasi inteligensi anak-anak. Metode yang digunakan adalah dengan menggambar seorang
manusia (draw a man). Pada waktu yang bersamaan, Emil Jucker juga mengembangkan suatu metode
yang terarah, yaitu Tes Pohon. Tes ini awalnya digunakan oleh Emil Jucher untuk membantu
mendiagnosa. Pohon sebagai gambar, merupakan pernyataan dari ‘the being of the person’. Kemudian
Baum dikembangkan oleh Karl Koch yang di publikasikan pertama kali tahun 1959.

Alasan Koch mengembangkan tes dengan gambar Pohon, adalah Jucker mengatakan bahwa Pohon itu
memiliki karakteristik yang hampir sama seperti manusia. Pohon selalu tumbuh & berkembang dan
untuk hidup pohon memerlukan makanan dan minuman. Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon
memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia, oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia.

Perintah menggambar pohon ini bisa bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu
seperti pohon apel, pohon mangga, dll, pohon tanpa buah, pohon merambat, pohon besar, ataupun
sebuah pohon dengan kriteria yang diinginkan penguji. Namun, rata-rata peserta tes dibebaskan untuk
menggambar pohon apapun yang berbatang kayu dan memiliki dahan. Gambar pohon yang dilarang
biasanya dicantumkan dalam soal seperti pohon randu, cemara, kelompok palma, dalam pot, beringin,
umbiumbian, perdu, bamboo dll.

Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari
bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.

D). HOUSE TREE PERSON (HTP)

Pembuat tes HTP pertama kali adalah John N. Buck dan WL Warren dari Western Psychological Service .
Dikembangkan tahun 1947, direvisi tahun 1948, 1949 dan (revisi Buck & Warren) 1992. Pada prinsipnya
dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi untuk mengukur fungsi/kematangan intelektual
Buck meyakini bahwa gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan
mengenai kepribadian individu. merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes
grafis yang lain, yaitu mengetahui hubungan keluarga.

Tes HTP (House tree Person) umumnya memiliki tujuan untuk mengukur keseluruhan pribadi. Waktu
yang dipergunakan dalam tes Psikologi HTP normalnya selama 10 menit.

Beberapa alasan digunakannya tes HTP sama seperti tes DAP dan BAUM, yaitu:

Karena ketiga objek tersebut paling dikenal oleh orang

Hampir semua orang tak menentang diminta menggambar House Tree Person

Dibandingkan dengan objek lain, objek yang lebih dapat menstimulir verbalisasi yang sifatnya jujur dan
bebas.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam tes Psikologi ini, adalah HTP digunakan oleh para ahli jiwa
untuk mendapatkan data yang cukup signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai
keseluruhan pribadi individu yang bersangkuta, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi
dengan lingkungan baik yang umum ataupun spesifik. Menurut John Duck, HTP digunakan untuk
mendapatkan data tentang kemajuan individu yang dikenai suatu treatment. Baik HTP ataupun tes grafis
lainnya dapat disertai dengan warna dan interpretasinya mencakup juga sesuai atau tidak sesuainya
penggunaan warna terhadap objek. Yang paling penting di interpretasi adalah orientasi individu
(terhadap ruang dan daya abstraksi)

Pada tes ini, subjek diminta untuk membuat gambar bebas tanpa ukuran berupa rumah, pohon, orang.
Fungsi dari tes ini untuk melihat interaksi di dalam keluarga. Instruksi gambar rumah, pohon, orang
dalam satu situaasi (gambar pohon masih pohon berkayu seperti BAUM, orang lengkap utuh dari kepala
sampai kaki, dalam HTP pohon dianalogikan sebagai ayah, rumah dianalogikan sebagai ibu, yang ideal
adalah ketika posisi pohon, rumah dan orang posisinya tidak terlalu berjauhan dan orang tidak terlalu
dekat dengan hanya dengan salah satu gambar pohon/rumah.

4. Psikotes "Baum Test" atau yang lebih dikenal dengan "Tree Test" adalah tes kepribadian yang
dikembangkan oleh Karl Koch yang kemudian dipublikasikan pertama kali pada tahun 1959. Dalam tes
ini, peserta tes diminta untuk menggambar sebuah pohon. Perintah menggambar pohon ini bisa
bervariasi. Adakalanya diminta menggambar pohon tertentu seperti pohon apel, pohon mangga, dll,
pohon tanpa buah, pohon merambat, pohon besar, ataupun sebuah pohon dengan kriteria yang
diinginkan penguji. Namun, rata-rata peserta tes dibebaskan untuk menggambar pohon apapun yang
berbatang kayu dan memiliki dahan. Gambar pohon yang dilarang biasanya dicantumkan dalam soal
seperti bambu, tebu, pisang, kelapa, dan semak/rerumputan.

Fungsi dari tes ini adalah untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal ini dapat diketahui dari
bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya.
Pada awalnya tes ini digunakan untuk tes jurusan di sekolah-sekolah oleh Charles Koch.

Alasan Koch mengembangkan tes dengan gambar Pohon, adalah Jucker mengatakan bahwa Pohon itu
memiliki karakteristik yang hampir sama seperti manusia. Pohon selalu tumbuh & berkembang dan
untuk hidup pohon memerlukan makanan dan minuman. Dari hasil penelitian budaya dikatakan pohon
memiliki arti dan makna yang penting bagi manusia, oleh karena itu pohon dianggap mewakili manusia.
Tes ini dapat dilaksanakan secara individual maupun klasikal.

Peran Tes BAUM dalam kehidupan sehari-hari

- Salah satu metode untuk melihat karakter/kepribadian manusia. Pohon yang dianalogikan sebagai
manusia yang tumbuh berkembang memberikan symbol-simbol yang dapat diintepretasikan dan
menjadi gambaran individu itu sendiri.

- Para psikolog di Indonesia masih menggunakan metode ini sebagai salah satu alat bantu untuk
membangun profil individu.

- Psikolog klinis dapat menggunakan metode ini untuk mencari gambaran kepribadian individu yang
lebih mendalam hingga mencari indikasi patologisnya. Baik itu patologis bersifat kepribadian atau
gangguan yang bersifat medis.

- Untuk kebutuhan dunia industry/perusahaan, tim rekrutmen masih menggunakan metode ini sebagai
salah satu alat untuk melihat potensi individu/calon karyawan. Metode ini masih dirasa cukup dapat
dipercaya namun penggunaannya tidak mendalam seperti pada praktisi psikologi klinis.

Anda mungkin juga menyukai