Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH METODE PENGUKURAN KEPRIBADIAN A

“Draw A Man (DAM), BAUM, House Tree Person (HTP), WZT”

Kelompok 4 :

Muthmainnah Fauziah (1810322007)

Miftahatun Najaah (1810323012)

Elias Minai Basik Basik (1810329001)

Dosen Pengampu:

Septi Mayang Sarry, M.Psi., Psikolog

Siska Oktari M.Psi., Psikolog

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ANDALAS
2021

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas rahmat Allah SWT yang telah memberikan kami
kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan makalah ini dengan baik.
Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Metode Pengukuran Kepribadian prodi
psikologi Fakultas Kedokteran Universitas Andalas.
Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ibuk selaku
dosen mata kuliah Metode Pengukuran Kepribadian Program Studi Psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Andalas yang sudah memberikan kepercayaan kepada kami
untuk menyelesaikan tugas ini.
Penyusun telah menyelesaikan makalah dengan segenap kemampuan dan pikiran,
namun kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih belum sempurna.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca
agar makalah yang telah kami susun dapat mencapai kesempurnaan dan dapat
bermanfaat bagi pembaca.
Penyusun berharap makalah ini bermanfaat bagi semua orang sehingga mampu
menambah pengetahuan bagi para pembaca. Penyusun mohon maaf jika dalam penulisan
makalah terdapat banyak kekurangan. Untuk itu, segala kritik dan saran yang
membangun akan senantiasa penyusun terima dengan lapang hati.

Padang,

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................1
1.3 Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Draw A Man (DAM) atau Draw A Person (DAP).........................................3
2.2 BAUM (Draw a Tree Test)............................................................................6
2.3 House Tree Person (HTP).......................................................................16
2.4 Wartegg Zeihen Test (WZT)........................................................................18
BAB III PENUTUP..............................................................................................26
3.1 Kesimpulan..............................................................................................26
3.2 Saran.............................................................................................................26

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Manusia memiliki keunikan yang berbeda-beda. Perilaku setiap individu


selalu dipengaruhi oleh dinamika kepribadian. Untuk melihat dinamika
kepribadian individu diperlukan yang namanya test untuk mengukur kepribadian
individu. Sebagai sarjana psikologi kita perlu mengetahui berbagai macam alat
tes untuk mengukur kepribadian manusia untuk mengetahui perilaku dari individu
tersebut. Alat tes kepribadian ada berbagai macam diantaranya yaitu, Draw A
Man (DAM), BAUM, House Tree Person (HTP), WZT. Dalam makalah ini akan
membahas mengenai tes Draw A Man (DAM), BAUM, House Tree Person
(HTP), WZT untuk menambah pengetahuan kita mengenai kedua tes tersebut dan
memudahkan kita untuk mengetahui bagaimana cara mengadministrasikannya.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Bagaimana sejarah dari Tes Draw A Man (DAM)?
2. Apa saja fungsi dari Tes Draw A Man (DAM)?
3. Bagaimana cara mengadministrasikan Tes Draw A Man (DAM)?
4. Bagaimana sejarah dari Tes Baum?
5. Apa saja fungsi dari Tes Baum?
6. Bagaimana cara mengadministrasikan Tes Baum?
7. Bagaimana sejarah dari Tes HTP?
8. Apa saja fungsi dari Tes HTP?
9. Bagaimana cara mengadministrasikan Tes HTP?
10. Bagaimana sejarah dari WZT?
11. Apa saja fungsi dari WZT?
12. Bagaimana cara mengadministrasikan WZT?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan pada makalah ini adalah sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui sejarah dari Tes Draw A Man (DAM)

1
2. Untuk mengetahui fungsi dari Tes Draw A Man (DAM)
3. Untuk mengetahui cara mengadministrasikan Tes Draw A Man (DAM)
4. Untuk mengetahui sejarah dari Tes Baum
5. Untuk mengetahui fungsi dari Tes Baum
6. Untuk mengetahui cara mengadministrasikan Tes Baum
7. Untuk mengetahui sejarah dari Tes HTP
8. Untuk mengetahui fungsi dari Tes HTP
9. Untuk mengetahui cara mengadministrasikan Tes HTP
10. Untuk mengetahui sejarah dari WZT
11. Untuk mengetahui fungsi dari WZT
12. Untuk mengetahui cara mengadministrasikan WZT

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Draw A Man (DAM) atau Draw A Person (DAP)

2.1.1 Sejarah

Secara historis, tidak ada yang tahu kapan pertama kali disarankan bahwa apa yang
orang pilih untuk digambar dan bagaimana mereka menggambarnya mungkin
menjelaskan ciri-ciri kepribadian mereka, apakah gambar itu adalah sketsa prasejarah
yang ditemukan di dinding gua, lukisan oleh seorang yang hebat, atau orat-oret warga
biasa. Diketahui, bagaimanapun, bahwa penerapan formal gambar figur dalam penilaian
psikologis dimulai oleh Florence Goodenough, seorang psikolog anak yang
menyelesaikan studi doktoralnya di Universitas Stanford pada tahun 1924, di bawah
bimbingan Lewis Terman, dan kemudian menjabat selama bertahun-tahun sebagai
Profesor tentang Kesejahteraan Anak di University of Minnesota. Terman terkenal
karena menerbitkan revisi bahasa Inggris dan standardisasi skala Binet-Simon Prancis
untuk mengukur kemampuan mental, yang kemudian dikenal sebagai Skala Kecerdasan
Stanford Binet (Terman, 1916).

Sebagai murid Terman, Goodenough tertarik untuk melengkapi Stanford-Binet


dengan ukuran kematangan intelektual nonverbal pada anak muda. Dari pengamatannya
terhadap anak-anak, dia menyimpulkan bahwa jumlah detail akurat yang mereka
masukkan dalam gambar sosok manusia dapat memberikan ukuran seperti itu.
Pengejaran Goodenough atas keyakinan ini membawanya untuk mengembangkan tes
Draw-A-Man, yang diterbitkan pada tahun 1926 (Goodenough, 1926). Tes Draw-A-Man
segera menjadi instrumen penilaian populer dan banyak digunakan dalam bentuk aslinya
selama bertahun-tahun. Harris (1963) kemudian merevisi Draw-A-Man dengan
memperluas sistem penilaian Goodenough dan memperbesar sampel standardisasi untuk
tes tersebut, dan ia menyarankan agar anak-anak tidak hanya diminta untuk menggambar
seorang pria, tetapi juga seorang wanita dan gambar diri mereka sendiri. Versi saat ini
dari metode Goodenough-Harris diterbitkan pada tahun 1988 oleh Naglieri, yang
mengklarifikasi aspek kriteria penilaian dan memberikan pedoman normatif baru untuk
menilai perkembangan kognitif pada anak berusia 6 sampai 17 tahun (Naglieri, 1988).

3
2.1.2 Fungsi
Berdasarkan pengalamannya memeriksa gambar remaja dan orang dewasa yang
mengalami gangguan, Machover merekomendasikan penggunaan DAP pada orang-orang
dari segala usia, tidak hanya anak-anak, dan mendapatkan gambar laki-laki dan
perempuan. Dalam bukunya tahun 1949 dan bab buku berikutnya (Machover, 1951), dia
menguraikan gagasan bahwa fitur struktural dari figur manusia yang digambar orang
cenderung mencerminkan sikap dan perhatian yang mendasarinya dan banyak dari ciri
kepribadian mereka. Machover mengemukakan bahwa menggambar figur kecil mungkin
menunjukkan harga diri yang rendah atau sifat takut-takut, sedangkan menggambar figur
besar bisa menjadi tanda kepercayaan diri atau kemegahan. Penempatan gambar yang
tinggi di halaman mungkin mencerminkan tingkat aspirasi dan pencapaian yang tinggi, ia
berhipotesis, sedangkan penempatan yang rendah di halaman dapat mengidentifikasi
ketidakamanan dan perasaan tidak mampu.

The Draw A Person: A Quantitative Scoring System (DAP; Naglieri, 1988) adalah
revisi dan pembaruan dari teknik draw-a-person klasik. DAP bermaksud menggunakan
gambar sosok manusia sebagai "perkiraan kemampuan." Tiga rangsangan yang
digunakan untuk DAP adalah wanita, pria, dan diri sendiri. Ada 64 item penilaian untuk
masing-masing dari tiga gambar. Kriteria penilaian kritis meliputi jumlah bagian tubuh
yang dimasukkan, uraian gambar, dan gambar bagian tubuh dan berbagai koneksinya
dalam proporsi dan lokasi yang sesuai. Penilaian itu dirancang untuk menghindari
kemungkinan kekacauan mode dan pakaian.

2.1.3 Administrasi
Dalam tes ini, peserta ujian diberikan kertas dan pensil, dan hanya diminta untuk
"menggambar orang". Setelah menyelesaikan gambar pertama, dia diminta menggambar
lawan jenis dari gambar pertama. Saat individu menggambar, penguji mencatat
komentarnya, urutan penggambaran bagian yang berbeda, dan detail prosedural lainnya.
Gambar tersebut dapat diikuti dengan pertanyaan, di mana peserta ujian diminta untuk
membuat cerita tentang setiap orang yang digambar, "seolah-olah dia adalah karakter
dalam sebuah drama atau novel." Serangkaian pertanyaan juga digunakan selama
penyelidikan untuk memperoleh informasi spesifik tentang usia, sekolah, pekerjaan,
keluarga, dan fakta lain yang terkait dengan karakter yang digambarkan (Anastasi, 1976).

4
2.1.4 Skoring

Penilaian Tes Draw-a-Person pada dasarnya bersifat kualitatif, yang melibatkan


persiapan deskripsi kepribadian gabungan dari analisis banyak fitur gambar. Di antara
faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam hubungan ini adalah ukuran absolut dan
relatif dari figur pria dan wanita, posisi mereka di halaman, kualitas garis, urutan bagian
yang digambar, pendirian, tampilan depan atau profil, posisi lengan, penggambaran
pakaian, serta latar belakang dan efek pentanahan. Interpretasi khusus diberikan untuk
menghilangkan bagian tubuh yang berbeda, disproporsi, bayangan, jumlah dan distribusi
detail, penghapusan, simetri, dan fitur gaya lainnya. Ada juga pembahasan rinci tentang
pentingnya setiap bagian tubuh utama, seperti kepala, ciri-ciri wajah individu, rambut,
leher, bahu, payudara, badan, pinggul, dan ekstremitas.

Panduan interpretatif untuk Tes Draw-a-Person penuh dengan generalisasi yang luas,
seperti "Kepala besar yang tidak proporsional akan sering diberikan oleh individu yang
menderita penyakit otak organik," atau "Jenis kelamin yang diberikan kepala yang secara
proporsional lebih besar adalah jenis kelamin yang diberikan lebih banyak otoritas
intelektual dan sosial. " Tetapi tidak ada bukti yang diberikan untuk mendukung
pernyataan ini. Referensi dibuat untuk file "ribuan gambar" yang diperiksa dalam
konteks klinis, dan beberapa kasus terpilih dikutip untuk tujuan ilustrasi. Tidak ada
presentasi data yang sistematis, bagaimanapun, menyertai laporan asli yang diterbitkan
dari tes tersebut (Machover, 1949). Studi validasi oleh peneliti lain telah menghasilkan
hasil yang bertentangan, studi terkontrol lebih baik tidak memberikan dukungan untuk
interpretasi diagnostik yang diusulkan oleh Machover (Roback, 1968; Swensen, 1968;
Watson, Felling, & Maceachem, 1967). Ada beberapa bukti yang menunjukkan bahwa
peringkat global mungkin lebih dapat diandalkan dan valid daripada tanda individu.
Namun, kualitas artistik keseluruhan dari gambar-gambar tersebut, yang sebagian besar
mencerminkan perbedaan individu dalam kemampuan menggambar, menyebabkan
banyak variasi dari penilaian global tersebut.

2.2 BAUM (Draw a Tree Test)

2.2.1 Sejarah Tes

5
Tes Baum atau yang biasa disebut dengan tes menggambar pohon ini merupakan
salah satu tes grafis. Tes Baum pertamakali diterapkan oleh Emil Jucker (1928) dan
digunakan untuk tes pemilihan jurusan disekolah-sekolah. Tes ini kemudian
dikembangkan oleh Charles Koch (seorang psikolog di Jerman) pada tahun 1952
sehingga sekarang dikenal sebagai Tes Menggambar Pohon atau Tes Baum
(UNPAD, 2015). Menurut Savitra & Hidayat (2017) tes BAUM (tes gambar pohon)
sama seperti tes proyektif lainnya merepresentasikan struktur kepribadian id-ego-super ego
dari pandangan Freud.

Diciptakan oleh Emil Jucker, awalnya untuk pemilihan jurusan di


sekolah dandikembangkan oleh Charles Koch. Alasan memilih pohon (Jucker) :
a. Pohon selalu tumbuh dan berkembang
b. Untuk hidup pohon memerlukan makanan dan minuman
c. Hasil penelitian budaya menunjukkan bahwa pohon memiliki makna penting
bagi manusia dan pohon dianggap mewakili manusia
Emil Jucker (1928) merupakan seorang konsultan vocational. Setelah
mempelajari kebudayaan-kebudayaan dan dongeng-dongeng ia berpendapat
bahwa Pohon sebagai pernyataan dari “the being of the person”. Pada tahun 1952
Charles Koch memperkenal tes pohon dengan sebutan Baum Test.
2.2.2. Kegunaan Tes
Tes ini digunakan untuk menilai karakter dan kepribadian seseorang. Hal
ini dapatdiketahui dari bentuk gambar, kelengkapan gambar, kerapian, cara
menggambar, dan dari aspek-aspek lainnya . Jucker mengatakan bahwa Pohon itu
memiliki karakteristik yang hampir sama seperti manusia, yaitu pohon selalu
tumbuh & berkembang dan untuk hidup pohon memerlukan makanan dan
minuman. Ia menganggap gambar pohon yang dibuat seseorang sebagai
pernyataan dari “the being of the person”. Tujuan Tes Baum (Tree Test)
bertujuan menilai karakter dan kepribadian seseorang dengancara menganalisa
gambar pohon yang dibuat oleh peserta tes. Subjek pada Tes Baum ini semua
orang dapat mengikuti dan diberikan tes ini karena tidak ada batasan-batasan
seperti usia, kecerdasan. Bagian terpentingnya yaitu, subjek tes dapat mengerti
dan mengerjakan instruksi tes yang diberikan.
2.2.3 Kelebihan dan Kekurangan Tes

6
a. Kelebihan
1. Tes BAUM ini memiliki kelebihan yaitu dari segi waktu. Tes BAUM ini
dapatdilakukan dengan cepat, yaitu sekitar 5 – 10 menit.
2. Dengan hanya menggambar pohon, seorang psikolog dapat
mengintepretasikanbanyak hal, karena mencakup ruang lingkup individu
yang luas
3. Untuk para ahli klinis juga dapat digunakan untuk mengamati
kemampuanmotorik dari klien yang bersangkutan
b. Kekurangan
1. Tidak dapat membuat skor secara objektif
2. Tidak dapat digunakan untuk klien dengan IQ rendah, karena gambar
merekacenderung sangat kecil.
2.2.4 Administrasi Tes
a. Persiapan tes
Testee harus memperhatikan kesiapan fisik & psikis testee sendiri dan tester.
Selain itu perlu diperhatikan pula kondisi lingkungan seperti
pencahayaan dan sirkulasi udara. Kemudian hindari stimulus yang
mengganggu hasil tes, seperti : gambar, lukisan, TV, radio.
b. Materi tes
Perlengkapan yang diperlukan yakni HVS folio 80 gr, pensil HB,
stopwatch, lalu pastikan alas permukaan yang dipakai tester halus dan rata.
c. Instruksi Awal
“Nanti saudara akan saya beri tugas yang berkaitan dengan
menggambar. Tetapi saudara tidak perlu merasa khawatir. Gambar yang
saudara buat tidak akan dinilai
baik-buruknya. Yang penting saudara mengikuti instruksi yang saya
berikan!”.
d. Administrasi Tes
1) Pada lembar kertas putih polos tersebut, testee diminta untuk mengisi
identitasdirinya pada pojok kanan atas berupa : nama
(inisial), jenis kelamin, usia,pendidikan, pekerjaan, serta tanggal
pemeriksaan (tes).

7
2) Kemudian balik kertas tersebut dalam posisi vertikal
(portrait) lalu berikaninstruksi :" Gambarlah pohon berkayu
atau berkambium, kecuali pohon pisang, kelapa, randu, beringin,
semak atau perdu, bambu, pinus atau palma, cemaradan pohonpohon
lainnya yang tidak berkayu."
3) Perhatikan apakah instruksi benar-benar dipahami oleh testee.
4) Bila testee sudah memahami instruksi, biarkan ia menggambar
denganmenggunakan pensil HB yang telah disediakan.
5) Selama testee menggambar, tester harus mengobservasi dan
mencatat hasilobservasinya.
6) Jika subyek menanyakan posisi kertas, jenis pohon dll, maka dijawab :
“terserahpada saudara”
7) Waktu : 5 - 15 menit (klasikal), tdk dibatasi (individual). Setelah
selesai, balik kembali kertas tersebut dan mintalah testee untuk
menuliskan namapohon yang digambar
2.2.5 Interpretasi Tes
a. Garis dan Coretan Gambar
Gambar merupakan gerakan tangan yang diendapkan dan
didokumentasikan melalui garis-garis dan coretan. Gerakan ini dipengaruhi
oleh kondisi kognisi, emosi, dan kekuatandorongan yang sedang ada padanya.
Gerakan ini biasa disebut psikomotorik. Coretan yangterbentuk dan
membentuk suatu gambar dengan berbagai bagian yang bervariasi
memperlihatkan kondisi psikologis pembuatnya. Bahkan beberapa coretan
dapat dijadikan indikator untuk gejala psikologis tertentu.
Penekanan yang kuat pada coretan menunjukan pelepasan energi atau
dorongan, biasa disebut vitalitas. Semakin kuat penekanan yang diberikan,
semakin agresif dorongan yang ingin ia keluarkan, begitu pula
sebaliknya. Selain itu, kita juga bisa melihat vitalitas seseorang
melalui kontinuitas garis yang ia gambar.
Kontinuitas dorongan dan afek yang diperlihatkan dari garis
yang digambarkankonstan atau tersendat-sendat. Semakin konstan garis
yang dibuat seseorang, vitalitasnya semakin mengarus, kenyal dan terarah

8
dan sebagainya. Jika garis digambar terputus-putusdan ragu, maka dapat
dikatakan vitalitasnya tidak terbagi secara merata, lekas lelah, danragu-ragu
dalam melakukan sesuatu. Tarikan garis ini memperlihatkan seberapa
yakinseseorang kesadaran dan kognisi atas tujuanya. Jika lurus maka semakin
yakin, jika berkelokdan tidak menentu maka ia ragu. Dan jika garis
digambarkan berulang, membentuk bayanganberlebihan yang menghitam,
menunjukan kecemasan yang kuat atau dapat juga represi. Garis dan coretan
yang digambar melampaui batas kertas dapat menunjukanpenyaluran
energi yang tidak terkendali, ingin terlihat, seringkali memaksakan diri dan
tidakmau mengenali batas-batas perilaku sendiri.
b. Simbolik Ruang
Max Pulver (grafolog) mengemukakan adanya simbolik ruang, yaitu zona
kanan, kiri,atas, bawah, muka, dan belakang. Bagian-bagian pohon yang
cenderung mengarah ke sebelahkiri menunjukan introversi, sedangkan
bagian kanan menunjukan extroversi. Kiri jugamenggambarkan masa
lalu, serta menggambarkan diri sendiri, asal-usul, ketenangan,
penuhpertimbangan, penolakan, menahan diri, hati-hati, terlalu banyak
berpikir, detail, self-adulation, dan sebagainya. Sedangkan arah kanan
melambangkan perluasan diri, percaya diri, kesombongan, ekstraversi dan
fantasi, kedangkalan, kurang konsentrasi dan kebutuhan akan pengalaman.
Pada gambar pohon, bagian atas melambangkan penyebaran,
perkembangan, danperilaku dalam kenyataan. Bagian bawah
melambangkan ego-self, primitif, naluri, emosi,cadangan vitalitas, dan
cadangan dorongan. Bagian bawah biasanya digambarkan dengan akar,
melambangkan sesuatu yang berat, penghambat dan primitif. Deformasi
adalah perubahan bentuk. Potongan batang yang ekstrim seolah-olah
dimutilasi dan lubang pada pohon serta kerusakan pada akar dapat dikatakan
sebagai tersakiti oleh orang diluar dirinya, luka hati, traumatik, dan rasa sakit.
c. Bagian-Bagian Pohon
1. Akar
Akar yang digambarkan bercabang banyak menunjukan kelambatan
dalamdinamika manusia, serta adanya berbagai masalah yang

9
menghambat usaha orangtersebut. akar juga menunjukan kondisi
ketidaksadaran. Orang yang menggambar akar jauh lebih besar dari
batangnya memiliki kecenderungan untuk memiliki sakitmental. Akar juga
melambangkan pengalaman magis yang dialaminya secara tidak sadar.
Terdapat dua macam akar yang biasa digambar, yaitu :
a) Akar tertutup
Akar melambangkan penyerapan nutrisi dari tanah ke pohon.
Dapat dikatakan gambar akar terbuka melambangkan seseorang
mampu menyaring informasi yangmasuk dan mengendalikan
dorongan yang ia miliki, ia memiliki kontrol atas dirinya
sendiri.
b) Akar terbuka
Akar dengan ujung terbuka memperlihatkan orang tersebut
memasukan semuainformasi yang ia dapat tanpa disaring,
tidak selektif, impulsif, struktur kepribadian lemah, memiliki
ambisi besar namun tidak percaya diri.
2. Pangkal Batang
Jika orang dewasa menggambar pangkal batang tepat di garis batas bawah
kertas, hal ini menunjukan sifat regresif, retardasi dan immaturity. Tapi
bagi anak-anak, ini adalah normal karena anak-anak merasa dirinya adalah
bagian dari ibunya. Batas kertas menunjukan batas sosial, maka dari itu
lambat laun anak akan terusmengubah posisi pohonya ke arah tengah,
yaitu egosentrism.Jikan pangkal batang digambarkan lebar ke kiri, maka
terdapat hambatan yangberasal dari masa lalu atau adanya
kejadian-kejadian emosional dengan ibunya. Sedangkan jika gambar
pangkal batang lebar ke kanan, menunjukan hambatan yangberhubungan
dengan ragu-ragu, cemas akan masa depan, dan curiga serta
unsur kehati-hatian. Jika pangkal batang melebar ke arah keduanya,
hal ini menggambarkanhambatan yang berasal dari masa lalu dan
kecemasan akan masa depan, sihinggaorang tersebut diam di tempat,
sulit berkembang. Hal ini dapat dilihat dari prestasiyang tidak
berkembang. Pangkal pohon yang tidak menyatu dengan

10
tanahmemperlihatkan hambatan yang menyebabkan labilitas, terutama
berkaitan dengandorongan.Kerusakan pada pangkal sebelah kiri
dapat menggambarkan kejadian traumatik yang dialami pada masa
lampau. Sedangkan lubang pada pangkal batangatau tanah di bawah
pangkal batang menunjukan kekosongan, biasanya digambar oleh remaja
yang sedang puber.
3. Batang
Berikut poin-poin mengenai interpretasi batang pohon.
a) Pada usia 5 tahun, seorang anak sudah mulai menggambar batang
dengan duagaris. Batang pohon yang digambarkan oleh orang
dewasa dengan bentukkerucut ke arah atas menunjukan regresi
atau peenggunaan otot dan fisik dalam bekerja melebihi
penggunaan otak. Mereka terbiasa bekerja dengan bahan kasar,
tipe tukang, dan sangat kongkrit.
b) Batang yang digambarkan dengan coretan discontinuous (putus-
putus)menunjukan keraguan, jika garis tersebut dipertebal maka ia
ingin menunjukankesan tegas, namun hanya di luar saja.
c) Jika gambaranya tipis dan terputus, dapat dibayangkan bahwa orang ini
sangatlemah vitalitasnya, sangat ragu, peka terhadap seranganyang
ditujukan padakelemahanya sehingga sangat waspada.
d) Jika seseorang menggambar batang pohon lalu menggambar tanaman
lain disisi pohon tersebut, maka terdapat kesukaran dalam
berhubungan denganorang tertentu.
e) Jika pohonya digambarkan bergelombang serasi antara garis kanan dan
kiri,maka orang ini memiliki penyesuai sosial yang baik, tidak mencari
konflik dandiplomatis.
f) Jika seseorang menggambar penggelembungan pada batang,
maka dapatdikatakan bahwa orang tersebut memiliki hambatan dalam
penyaluran energidan dorongan, sulit mengemukakan pendapat, dan
sering memendam.

11
g) Jika penggelembungan batang pohon digambarkan dengan beberapa
luka danbatang yang terpotong, bisa jadi ini adalah tanda bahwa hal
yang selama inidipendam dapat keluar dalam bentuk ledakan emosi.
h) Jika batang digambarkan lurus tanpa lekuk apapun, hal ini
menunjukankesulitan dalam mengembangkan diri, kesukaran
mempelajari hal-hal baru.
4. Permukaan Batang
a) Bentuk coretan yang tajam memiliki makna suatu kemauan
keras tanpa memperhatikan orang lain, sangat keras sehingga sulit
dipatahkan, namun bila patah akan hancur lebur. Memiliki daya kritik
yang tajam.
b) Bentuk coretan bergelombang menunjukan kontak emosional,
penyesuaian diri yang baik, dan kebutuhan akan perhatian secara
emosional yang besar.
c) Bentuk coretan tekstur berupa shading, seperti noda atau
penyakit kulit. Melambangkan gangguan dalam hubungan dengan
sesama. Ingin diperhatikan namun menolak hubungan sosial.
d) Pembuatan bayangan pada bagian kiri menunjukan kecenderungan
introversi. Hal ini juga bermakna kurangnya daya kreasi
terhadap ransangan, sulit bereaksi.
e) Pembuatan bayangan pada sebelah kanan menunjukan penggunaan
emosional pada hubungan sosial sehingga mudah beradaptasi.
f) Jika seluruh batang dihitamkan maka menunjukan bahwa si
penggambarmeasa amat terbebani sehingga aktivitasnya
terhambat. Jika coretan kasar maka menunjukan agresi.
g) Jika seluruh batang dihitamkan dengan tekanan kuat dan
tebal, maka menunjukan kecemasan, menyembunyikan sesuatu, dan
represi.
h) Jika latar belakang dihitamkan, menunjukan depresi, neurotic,
indikasi schizophrenia, juga regresi.
5. Dahan

12
a) Dahan yang digambarkan berlawanan arah, menunjukan unsur oposisi,
tidak konsekuen, penyesuaian diri yang kurang, labil, mudah
dipengaruhi,kurangnya kontrol diri, mudah mengkhayal, dan tidak
mempuyai kekuatanuntuk menghadapi realitas. Namun dahan seperti
ini dapat juga dimaknakansebagai unsur egoisme.
b) Dahan yang bersilang, menunjukan pertentangan dalam dirinya,
senangmengkritik, adanya hambatan, kurang dapat memutuskan
sesuatu.
c) Dahan yang dipotong menunjukan bahwa dalam masa
perkembanganya terjadisesuatu pada aspek psikisnya. Bisa jadi orang
tersebut memiliki doronganyang kuat, namun mendapat banyak
tekanan dari luar. Batang pohon yang patah menunjukan trauma,
konflik, kekecewaan, tidak tentram, dan hal yangbelum terselesaikan.
d) Dahan yang terbuka menunjukan impulsivitas, mudah marah,
seperti anakkecil, serta suka terhadap hal-hal baru.
6. Mahkota
Mahkota memperlihatkan geist, rohaniah, jiwa, atara kehidupan yang lalu
dan masa mendatang. Terdapat dua macam mahkota, yaitu terbuka dan
tertutup.
a) Mahkota terbuka menunjukan kesediaan untuk mendapat input
danmengembangkan potensi. Sedangkan sisi negatifnya adalah
ketidak-mantapanpendapat, sifat dan kepribadian.
b) Sedangkan mahkota tertutup tapi bergelombang dan kosong tanpa
ornamenmemperlihatkan sikap konvensional, tidak orisinil,
intelektual untuk dirisendiri. Positifnya adalah ia memiliki
keseimbangan dalam kehidupan sosial, tapi tidak produktif.
c) Apabila mahkota lebih besar dari batang, menunjukan
kepercayaan diri,kebutuhan akan full-fillment, ambisi, kebanggaan,
dan mengagumi diri sendiri.
d) Jika digambarkan seperti lidah api atau tetesan air dengan batang
pendek,maka hasrat dan keinginan tinggi, fanatisme, antusias dan
penuh gairah.

13
e) Jika mahkota tertutup lebih tinggi ke kiri dan batang pendek,
menunjukanyang bersangkutan hidup dalam dunia keinginan.
f) Mahkota tertutup lebih tinggi ke kanan dan batang pendek menunjukan
ambisi intelektual.
g) Jika batang panjang namun mahkota kecil digambar oleh orang
dewasa, hal inimenunjukan perkembangan terlambat, regresi. Hal
ini berlaku pula padabarang pendek, gemuk dengan mahkota kecil
seperti jamur.
h) Jika mahkota jatuh kebawah seperti tertarik grafitasi, ini menunjukan
kemauanlemah, membiarkan dirinya diarahkan, tidak ada agresi
serta tidak dapatmenghindarkan diri dari suasana emosi.
i) Apabila mahkota memiliki banyak dahan namun ditutupi oleh
dedaunan,terdapat diferensiasi ke arah sosial, namun tiba-tiba menutup
diri.
7. Hal-Hal Khusus
a) Pohon dilingkari pagar, menunjukan kebutuhan rasa aman, butuh
bimbingan,tidak mandiri, tidak percaya diri, mencari dukungan.
b) Bunga menunjukan kepekaan perasaan, namun bisa juga
narsism, sukamenikmati suatu moment, namun mudah menghilang.
c) Daun yang digambar detail dapat menggambarkan kemampuan
mengamatiyang baik.
d) Daun yang berguguran memperlihatkan mudah melepaskan sesuatu,
mudahmengekspresikan diri, perasaan halus, kepekaan, pelupa dan
kecenderunganmemberikan hadiah.
e) Pohon dengan buah berjatuhan menunjukan suatu kehilangan,
pengorbanan,harus melepaskan sesuatu, pelupa, kurang
konsentrasi, kepekaan, kurangtabah.
f) Pohon dengan buah digambarkan selalu ingin menunjukan
kemampuan, tidakadanya daya tahan atau keuletan, immediate
enjoyment.
g) Sarang burung menunjukan orang yang sangat berani dalam pergaulan,
sukamengejek, selera humor (kadang tajam), dan sinis.

14
h) Apabila seseorang menggambar pohon lebih dari satu, menunjukan
ketidak-percayadirian.
i) Pohon dengan pemandangan, misal gubung, danau, rumput
menunjukan sukamelamun atau meditasi, melarikan diri dari
realitas, fantasi besar, mudah dipengaruhi, unsur malas dan lamban,
reality sense buruk, mental insecurity.Pohon diatas bukit atau
dilingkari bagian bawahnya menunjukan kemungkinan autisme,
terpencil, menyendiri, merasa maha tau, takut, terasing.
2.2.6 Etika Dan Kepentingan Tes Draw A Tree (Baum) Bagi Psikologi
Untuk melaksanakan tes draw a tree, pemeriksa harus menerapkan beberapa hal
yangterkait dengan etika pelaksanaan tes, yaitua. Memastikan kondisi fisik dan psikis
dari testee dan testerdalam keadaan baikb. Memberitahukan maksud dan tujuan
dilakukan tesc. Menciptakan suasana lingkungan yang kondusif pada tempat tes
dilakukan, dengan memperhatikan pencahayaan yang cukup dan sirkulasi udara yang
dimilikid. Menghindari stimulus yang mungkin akan mengganggu hasil tes,
seperti gambar,lukisan, televisi dan radio beberapa saat sebelum tes dilaksanakan dan
selama tes dilakukan. Menjaga kerahasiaan dari hasil tesInterpretasi dari hasil tes
draw a tree (BAUM) hanya bisa dilakukan oleh seorang psikolog, namun
sebagai sarjana psikologi kita harus mengetahui dasar dari tes draw a tree (BAUM)
untuk memperluas wawasan.
2.2.7 Kepentingan Tes Draw A Tree (Baum)
Tes draw a tree (BAUM) merupakan sebuah tes psikologi yang telah lama
dipakai olehpara psikolog untuk bisa mengetahui bagaimana kecenderungan seseorang
untuk bertingkahlaku. Dalam tes ini, tester akan mendapatkan gambaran persepsi,
impresi, dan introyeksi dari testee yang ia tes. Aspek kepribadian yang diperhatikan
dalam penginterpretasian tes draw a tree (BAUM) adalah kognisi, emosi, dan sosial dari
masing-masing individu. Dalam tes draw a tree (BAUM) ini, kemampuan, karakter dan
kepribadian seseorang dinilai dari gambar yangdibuatnya.
Tes kepribadian dalam bentuk grafis ini awalnya untuk pemilihan jurusan di
sekolahdan kemudian semamkin dikembangkan untuk berbagai hal lainnya, salah
satunya adalahdalam psikologi industri dan organisasi untuk mengetahui kepribadian
calon pekerja.

15
2.3 House Tree Person (HTP)

2.3.1 Sejarah

HTP dikembangkan oleh John N. Buck pada tahun 1947 dan direvisi tahun 1948,
1949 dan 1992. Pada prinsipnya HTP dikembangkan dari Goodenough Scale yang
berfungsi untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual. Buck meyakini bahwa
gambar rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai
kepribadian individu. Buck juga meyakini bahwa goresan gambar seseorang (dalam hal
ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter pribadinya. HTP
merupakan salah satu tes grafis yang berguna untuk melengkapi tes grafis yang lain.

2.3.2 Tujuan

HTP digunakan oleh para ahli jiwa untuk mendapatkan data yang cukup
signifikan yang mempunyai sifat diagnosa atau prognosa mengenai keseluruhan pribadi
individu yang bersangkutan, juga dapat mengetahui bagaimana interaksi pribadi dengan
lingkungan, baik yang umum ataupun spesifik Widiasavitri dkk, 2017).

2.3.3 Fungsi

Fungsi dari tes ini untuk melihat interaksi di dalam keluarga. Instruksi gambar
rumah, pohon, orang dalam satu situasi. Dalam HTP pohon dianalogikan sebagai ayah,
rumah dianalogikan sebagai ibu. Kondisi yang ideal adalah ketika posisi pohon, rumah
dan orang tidak terlalu berjauhan dan orang tidak terlalu dekat dengan salah satu gambar
pohon/rumah (Aiken & Groth, 2009).

E.F. Hammer (dalam Koff, 2003) menganggap bahwa rumah sebagai tempat
tinggal yang membangkitkan perasaan yang terkait dengan kehidupan rumah tangga dan
hubungan keluarga. Untuk anak-anak, hubungan antara diri dan orag tua atau saudara,
dan untuk orang dewasa gambar rumah mencerminkan kualitas hubungan rumah tangga
ataupun hubungan dengan pasangan. Gambar pohon sebagai perasaan yang lebih dalam
dan tidak disadari.

2.3.4 Administrasi tes

16
Administrasi pengujian tes ini hampir sama dengan D-A-P, kecuali bahwa kertas
ditempatkan dalam posisi horizontal, mungkin untuk mengakomodasi penyebaran
rumah, dan karena terkadang pohon dan vegetasi lain disertakan (Handler & Thomas,
2014). Untuk penggunaan teknik House Tree Person, Buck (dalam Knoff, 2003)
merekomendasikan penggunaan buklet 4 halaman dengan halaman berukuran 7” x 8,5”.
Di tiga halaman terdapat kata, "Rumah", "Pohon", dan "Orang". Namun, kebanyakan
penguji menggunakan kertas putih standar 8,5" x 11". Ketika Bieliauskas dan Farragher
membandingkan kedua format tersebut, tidak ditemukan perbedaan yang signifikan.

Gambar rumah diminta terlebih dahulu. Tester memberikan instruksi lisan


berikut: "Tolong ambil salah satu pensil ini. Saya ingin Anda membuatkan saya gambar
rumah sebaik mungkin. Anda boleh menggambar jenis rumah apa pun yang Anda suka.
Dan Anda dapat membuat selama yang Anda inginkan. Gambarkan saja saya rumah
sebaik yang Anda bisa "(Buck, dalam Koff, 2003). Instruksi serupa diberikan untuk
gambar pohon dan gambar orang. Untuk setiap gambar, tester mencatat berapa lama
individu tersebut menyelesaikannya.

Setelah menyelesaikan gambar, serangkaian pertanyaan merupakan interogasi


postdrawing. Menurut Buck, pertanyaan-pertanyaan tersebut tidak dimaksudkan untuk
diberikan dengan cara yang kaku dan terstandarisasi. Sebaliknya, pertanyaan berfungsi
sebagai rangsangan untuk mengungkap data tambahan tentang reaksi emosional peserta
tes (Koff, 2003). Selama fase interogasi postdrawing House-Tree-Person, peserta tes
diberi "kesempatan untuk mendefinisikan, mendeskripsikan, dan menafsirkan objek yang
baru saja ia gambar dan lingkungannya masing-masing, serta untuk
mengasosiasikannya" (Buck dalam Koff, 2003).

Setelah menggambar versi pensil dan interogasi pasca menggambar, selanjutnya


dilakukan fase kromatis dari House-Tree-Person. Buck menyarankan agar fase kedua ini
dilakukan dalam sesi terpisah. Fase kromatik dilakukan dengan memberikan krayon
kepada peserta ujian dan meminta mereka menggambar rumah, pohon, dan kemudian
gambar orang secara berturut-turut. Setelah gambar berwarna, interogasi pasca
menggambar tambahan dilakukan. Interogasi ini sebanding dengan pertanyaan akromatik
yang diberikan pada fase sebelumnya.

17
2.4 Wartegg Zeihen Test (WZT)

Tes Wartegg merupakan tes yang disusun oleh Ehrig Wartegg, menggunakan
psikologi gestalt. Pengertian kepribadian diartikan dalam segi praktis yaitu bagaimana
kepribadian itu berfungsi atau bekerja dalam diri individu (Nur’aini, 2012). Ada 4 fungsi
dasar menurut Wartegg yang dimiliki oleh manusia dengan intensitas yang berbeda-beda.
Keempat fungsi dasar tersebut adalah emosi, imajinasi, intelek dan aktivitas (Anastasi &
Urbina, 1997). WZT merupakan sebuah tes psikologi yang menggunakan gambar dengan
teknik proyektif dimana pada setiap gambar terdapat elemen-elemen grafis berupa tanda
yang semi structured yang akan menunjukan, memproyeksikan konten dan bagaiamana
kedinamisan dan organisasi kepribadian individu tersebut (Raport dalam Ned, 2016).

2.4.1 Sejarah Wartegg Zeihen Test


Tes Wartegg dikembangkan pada tahun 1920 dan 1930-an. Munculnya Wartegg
Zeihen Test (WZT) dilatarbelakangi oleh gestalt Psychologie yang lebih tepat dikatakan
sebagai Genzheit Psychologie dan dikembangkan pada Univercity of Leipzig dibawah
pimpinan F. Krueger dan F. Sander. Sesuai dengan Genzheit Psychologie diasumsikan
tidak hanya objek pengalaman tetapi juga subjek yang mengalami harus dilihat sebagai
struktur. Pengalaman dibentuk oleh struktur individual, artinya pengalaman harus
mengandung ciri-ciri struktur tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari jejak struktur
kepribadian dan pengalamn yang dinyatakan dalam berbagai kegiatan harus disesuaikan
dengan standard yang ditentukan dan objektif. Tetapi dalam situasi di mana
kecenderungan pemberian bentuk dibebaskan dari faktor yang membatasi yang lekat
pada bahan atau tujuan yang harus dicapai, maka ciri-ciri kegiatan dapat mengungkapkan
ciri-ciri struktur psikis (Iskandarsyah dkk, 2007).

Dengan prinsip-prinsip tersebut, Sander menciptakan teknik yang disebut Phantasie


Test. Pada tes ini subjek dihadapkan pada meteri yang menggunakan DCT, yang
mengandung sejumlah garis yang tidak teratur dan harus diatur secara bebas. Hasilnya
memunculkan perbedaan-perbedaan nyata yang mencerminkan sifat-sifat 16 struktural
yang khas dari para subjek. Keberhasilan Sander mendorong Ehrig Wartegg yang juga
berasal dari Mazhab Leipzig untuk melanjutkan penelitian tersebut. Sehingga dikenal
WZT yang sekarang ini (Iskandarsyah dkk, 2007). Dalam Widiasavitri dkk (2016)

18
dijelaskan bahwa objek atau gambar dalam tes wartegg adalah sebuah kesatuan yang
merupakan cerminan dari pengalaman seseorang yang menggambar.

2.4.2 Fungsi Wartegg Zeihen Test


Tes Wartegg merupakan salah satu asesmen tes psikologi yang digunakan untuk
evaluasi kepribadian (personality assessment). Tes ini adalah tes proyektif yang
merupakan kombinasi dari teknik completions dan expressions karena telah memiliki
stimulus-stimulus yang perlu diselesaikan dengan mengekspresikan suatu gambar.
Teknik proyektif dalam tes wartegg adalah teknik konstitutif yaitu subjek diberikan
materi yang belum berstuktur, yang kemudian subjek diminta untuk memberi struktur
(Widiasavitri dkk, 2016).

Materi tes yang digunakan dalam tes wartegg bertujuan untuk menghindarkan
faktor-faktor yang mengancam, misalnya dari tes yang ambigu dan asing, yang mungkin
menimbulkan keragu-raguan. Ukuran segi empat bertujuan membantu subjek
memusatkan perhatiannya pada tempat yang terbatas pada stimulus. Bingkai hitam
segiempat bertujuan untuk memusatkan

2.4.3 Tujuan Wartegg Zeihen Test


Tujuan tes wartegg adalah menggali fungsi dasar kepribadian seperti emosi,
imajinasi, dinamika, kontrol dan fungsi realitas yang dimiliki oleh individu. Dasar dari
tes ini adalah bahwa tiap individu memiliki cara-cara yang berbeda di dalam
mempersepsi dan bereaksi terhadap situasi yang tidak terstruktur dan cara-cara ini
merupakan pembeda bagi masing-masing kepribadian (Widiasavitri dkk, 2016).

2.4.4 Bentuk Tes


Wartegg Zeihen Test (WZT) adalah sebuah tes proyeksi sederhana yang berupa
setengah kertas ukuran A4 dengan delapan buah kotak yang dibatasi garis tebal. Dalam
setiap kotak terdapat rangsang-rangsang tertentu yang masing-masing kotaknya akan
memberikan kesan spesifik yang berbeda-beda dan tentu saja reaksi yang berbeda pula
sesuai dengan kepribadian orang yang tengah diperiksa. Pada tes ini orang yang
diperiksa diminta untuk menggambar, dengan cara meneruskan rangsang yang ada pada
tiap kotak agar dapat menjadi gambar yang bermakna.

19
Dari penelitian yang terus menerus diperoleh keterangan bahwa masingmasing
rangsang memiliki karakter tertentu sebagai berikut (Marian Kinget dalam Iskandarsyah
dkk, 2007):

a. Rangsang 1: Titik, memiliki karakteristik kecil, ringan, bundar, dan sentral.


rangsang ini tidak menonjol dan mudah terlewatkan oleh subjek yang kurang
perseptif atau kurang sensitif. Akan tetapi, letaknya yang persis ditengah-
tengah menyebabkannya begitu penting dan tidak dapat diabaikan.
b. Rangsang 2: Garis kecil bergelombang, mensugestikan sesuatu yang hidup,
bergerak, bebas, menggelepar, tumbuh, dan mengalir. Kualitas rangsang ini
menolak perlakuan seadanya atau menggunakan cara-cara tekhnikal, tetapi
menghendaki suatu integrasi ke dalam sesuatu yang hidup dan dinamik.
c. Rangsang 3: Tiga garis vertikal yang menaik secara teratur, mengekspresikan
kualitas kekakuan, kekerasan, keteraturan, dan kemajuan. Kualitas-kualitas
ini berbaur dan menimbulkan kesan rumit mengenai organisasi yang dinamik,
berkembang bertingkat, konstruksi metodik, dan semacamnya.
d. Rangsang 4: Segiempat hitam, tampak berat, utuh, padat, menyudut, dan
statik, mengesankan materi yang keras. Sekalipun rangsang 3 memiliki
karakteristik mekanik - tetap memperlihatkan sesuatu yang bertumbuh dan
dinamik, rangsang 4 ini sama sekali diam dan tidak hidup. Rangsang ini juga
tampil suram, sehingga mudah diasosiasikan dengan suatu yang depresif,
bahkan sesuatu yang mengancam.
e. Rangsang 5: Dua garis miring yang berhadapan, sangat kuat mengesankan
gagasan mengenai konflik dan dinamika. Posisi garis yang lebih panjang
menggambarkan sesuatu yang langsung mengarah ke atas berhadapan dengan

20
garis pendek yang menghadangnya. Kekakuan garis-garis ini dan posisinya
yang saling tegak lurus mensugestikan konstruksi dan pemakaian yang
bersifat teknikal.
f. Rangsang 6: Garis-garis horisontal dan vertikal, sangat apa adanya, kaku,
bersahaja, tidak menarik, dan tidak memancing inspirasi. Posisinya yang
tidak ditengah menyebabkan penyelesaiannya untuk menjadi sesuatu yang
berimbang merupakan tugas yang sulit dan memerlukan perencanaan yang
sungguhsungguh.
g. Rangsang 7: Titik-titik membentuk setengah lingkaran, mengesankan sesuatu
yang sangat halus, (setengah) bundaran yang mungil dan lentur. Aspek
stimulus ini yang berstruktur jelas disertai letaknya yang agak tanggung
memaksa subjek untuk bekerja berhati-hati dan tidak bertindak asal-asalan.
h. Rangsang 8: Garis lengkung besar, memiliki kualitas kebundaran dan
fleksibilitas yang hidup sebagaimana rangsang 7. Akan tetapi, tidak seperti
rangsang 7 yang agak mengganggu disebabkan kecil dan rumitnya, rangsang
8 tampak tenang, besar dan mudah dihadapi. Lengkungan yang halus
mendorong penyelesaian ke bentuk benda hidup sedangkan arah lengkungnya
yang menghadap ke bawah serta letaknya dalam segiempat mengesankan
gagasan sebagai suatu penutup, pelindung, atau tempat berteduh. Dimensinya
yang relatif besar juga menggambarkan perluasan dan kebesaran sebagaimana
terlihat pada hasil gambar yang kebanyakan berupa fenomena alam seperti
pelangi atau matahari terbenam.
2.4.5 Profil Kepribadian pada Wartegg Zeihen Test
Terdapat 4 fungsi dasar menurut Wartegg (dalam Prabowo dkk, 2016) yang dimiliki
oleh manusia dengan intensitas yang berbeda-beda. Keempat fungsi dasar tersebut adalah
emosi, imajinasi, intelek dan aktivitas. Empat fungsi dasar tersebut dibagi menjadi 8
aspek/ tipe kepribadian yaitu:

a. Emotion

1. Open atau Outgoing (extraversion) : Individu berorientasi pada dunia luar


dan mudah berhubungan dengan orang lain. Penggembira, easy going dan

21
bebas dari ketegangan, yang memudahkan penyesuaian dirinya tetapi
cenderung membuat mereka secara emosionil agak datar.

2. Seclusive (introversion) : Kurang berorientasi pada lingkungan di luar


dirinya, perhatiannya lebih terarah pada dirinya sendiri, cenderung melihat
sesuatu dari sudut pandang dan sikap pribadi, sangat sensitive dan mudah
menjadi terlalu sensitive atau depresi.

b. Imagination

1. Combining : Tipe combining mengambil materi langsung dari sekelilingnya


dan diorganisir sesuai dengan standar yang obyektif serta menghasilkan bentuk
yang sesuai dengan dunia luar. Imajinasi ini didasarkan atas persepsi dan
berorientasi pada realitas.

2. Creative : Ditandai dengan kurangnya hubungan dengan realitas. Individu


lebih menyukai hal-hal abstrak atau simbol-simbol emosional, filosifis atau
mistik. Kalau berlebihan imajinasi ini akan merupakan hambatan untuk
menyesuaikan diri dengan kehidupan sehari-hari.

c. Intellect

1. Practical : Individu dengan practical intellect bertindak terutama


berdasarkan persepsi, observasi dan ditandai antara lain oleh cara berpikir yang
teratur. Orientasinya tertuju pada fakta, hal-hal yang konkrit dan penalaran
induktif.

2. Speculative : Mengutamakan prinsip-prinsip, penalaran, teori lebih


ditekankan daripada fakta, observasi dan hal yang tidak praktis.

d. Activity

1. Dinamic : Aktivitas yang dinamis mencakup semua bentuk dan tingkat


dorongan energi dari mobile hingga impulsive. Individu dengan aktivitas yang
dinamis senang akan hal-hal yang baru, percaya diri, antusias, berani. Individu
memiliki energi yang memungkinkan melakukan bermacam-macam aktivitas
dalam waktu yang sama.

22
2. Controlled : Aktivitas yang ditandai dengan konsistensi bertingkah laku dan
kemampuan untuk mengambil keputusan secara tegas. Individu membuat
perencanaan sebelum bertindak. Perhatiannya terpusat, mereka menyukai
ketenangan dan keteraturan. Tingkah lakunya tampak konsisten dan tenang.
Jika berlebihan mungkin berkembang menjadi fiksasi, terhambat dan
kompulsif

2.4.6 Administrasi Wartegg Zeihen Test


a. Pada lembar wartegg yang telah disediakan, mintalah testee untuk mengisi
identitas pada kolom yang telah disediakan.
b. Setelah selesai mengisi identitas berikan instruksi :
"Pada kertas ini terdapat delapan buah segi empat. Masing-masing segi
empat memiliki tanda kecil yang berbeda (sambil ditunjukan) dan tidak
memiliki arti khusus. Anda diminta untuk membuat gambar dimana
tanda-tanda ini menjadi bagian dari gambar anda. Anda boleh
menggambar apa saja yang anda suka dan memulai daris egi empat
mana saja yang anda inginkan. Setelah selesai menggambar pada satu
segiempat, jangan lupa memberi nomor urut diluar segi empat tersebut"

c. Pastikan apakah instruksi benar-benar dipahami testee.


d. Bila testee sudah memahami instruksi, biarkan ia menggambar dengan
menggunakan pensil yang telah disediakan.
e. Selama testee menggambar, tester harus mengobservasi dan mencatat hasil
observasinya.
f. Setelah selesai menggambar seluruh kolom, testee diminta menuliskan secara
berurutan gambar-gambar apa saja yang telah ia buat. Kemudian tanyakan :
- Gambar mana yang paling DISUKAI, diberi tanda (+)

- Gambar mana yang paling TIDAK DISUKAI, diberi tanda (-)

- Gambar mana yang paling MUDAH, diberi tanda (M)

- Gambar mana yang paling SULIT, diberi tanda (S)

g. Kemudian tanyakan alasanya.

23
h. Jika testee membuat gambar yang bagus, tanyakan apakah ia hobi
menggambar danide menggambarnya didapat dari mana.
i. Karena wartegg test ini dilaksanakan pada akhir rangkaian tes grafis, maka
lakukan rapport penutup dan mengucapkan terima kasih atas kerjasama
testee dalam menjalaniserangkaian tes ini.
2.4.7 Skoring Wartegg Zeihen Test
Dalam skoring tes Wartegg terdapat template untuk skoring yang disebut scoring
blank yang terbagi menjadi dua serta saling berhadapan. Pada bagian samping scoring
blank terdapat daftar kriteria yang berbentuk data kuantitatif dari diagnosis. Angka yang
terdapat di bagian atas scoring blank merupakan jumlah total gambar yang diuji. Skoring
dapat dilakukan secara horizontal atau vertikal.

Proses skoring dilakukan dengan tiga skala. Poin satu diberikan untuk representasi
yang lemah pada suatu variabel, poin dua untuk menandakan yang sedang, dan poin tiga
untuk menandakan representasi yang sangat kuat. Skoring dilambangkan dengan simbol-
simbol yang memiliki makna tertentu. Arti dari hasil skor didapatkan dari variabel yang
tergantung pada konfigurasi dari skor dari tiap kelompok variabel.

24
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

The Draw A Person: A Quantitative Scoring System adalah revisi dan


pembaruan dari teknik draw-a-person klasik. DAP bermaksud menggunakan
gambar sosok manusia sebagai "perkiraan kemampuan." Tes Baum atau yang
biasa disebut dengan tes menggambar pohon ini merupakan salah satu tes grafis.
Tes Baum pertamakali diterapkan oleh Emil Jucker (1928) dan digunakan
untuk tes pemilihan jurusan disekolah-sekolah. Tes ini kemudian dikembangkan
oleh Charles Koch (seorang psikolog di Jerman) pada tahun 1952 sehingga
sekarang dikenal sebagai Tes Menggambar Pohon atau Tes Baum.
Pada prinsipnya HTP dikembangkan dari Goodenough Scale yang berfungsi
untuk mengukur fungsi/ kematangan intelektual. Buck meyakini bahwa gambar
rumah dan pohon juga dapat memberikan informasi yang relevan mengenai
kepribadian individu. Buck juga meyakini bahwa goresan gambar seseorang
(dalam hal ini gambar rumah, pohon dan orang) dapat mewakili karakter
pribadinya. WZT merupakan sebuah tes psikologi yang menggunakan gambar
dengan teknik proyektif dimana pada setiap gambar terdapat elemen-elemen grafis
berupa tanda yang semi structured yang akan menunjukan, memproyeksikan
konten dan bagaiamana kedinamisan dan organisasi kepribadian individu tersebut.

25
3.2 Saran

Dalam penulisan makalah, penting bagi penulis untuk benar-benar memahami


materi yang akan diuraikan. Oleh karena itu, saran kami untuk kedepannya penulis
sebaiknya memahami materi dengan baik, agar dapat disampaikan dengan bahasa yang
lugas dan mudah dipahami. Tata cara penulisan makalah yang baik dan benar juga
harus diteliti dan dipahami betul demi kesempurnaan tulisan.

DAFTAR PUSTAKA

Aiken, L.R & Groth-Mamat, G (2009). Pengetesan dan Pemeriksaan Psikologis,


Jilid 2, Edisi Kedua Belas. Jakarta : PT Indeks
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological testing 7th edition. Prentice
Hall/Pearson Education.
Handler, L & Thomas, A.,D. (2014). Drawing in Assessment and Psychoterapy:
research and Aplication. London: Routledge.
Iskandarsyah, A., Kustimah, & Purba, F. D. (2007). Laporan Akhir Penelitian
Muda UNPAD: Hubungan Antara Hasil Tes Rorschach dengan Wartegg
Zeihen Test (WZT) Dalam Menggali Aspek Emosi dari Kepribadian.
Retrieved April 28, 2016
Knoff, Howard M. (2003). The Assessment of Child and Adolescent Persinality.
New York: Guilford Press.
Makalah Tree Test (BAUM) Class B, Pengantar Psikodiagnostika, Univeristas
Padjadjaran https://www.studocu.com/id/document/universitas-
padjadjaran/pengantar-psikodiagnostika/mandatory-assignments/makalah-
tree-test-baum-class-b/6108530/view diakses pada 25 Januari 2021 pukul
20.00 WIB
Ned. (2016). Psikologi Site: Tes Wartegg Zeichen (WZT) / The Wartegg Drawing
Completion Test (WDCT). Diakses pada Mey 2016, dari
https://apsychsite.wordpress.com/2016/05/19/tes-wartegg-zeichen-the-
wartegg-drawing-completion-test-wdct/

26
Prabowo, A., Nisa, C. A., & Jadmiko, G. T. (2016). Profil Kepribadian Tes
Wartegg (Studi Deskriptif pada Seleksi Karyawan). In Seminar ASEAN 2nd
Psychology & Humanity (pp. 23-27).
http://pustaka.unpad.ac.id/wp-
content/uploads/2009/08/hubungan_antara_hasil_tes_rorschach_dengan_wz
t1.pdf
Savira, A. W., & Hidayat, R. (2017). Validitas Prediktif PAPI-Kostick dan
BAUM terhadap Pengendalian Emosi Karyawan. Jurnal Psikologi, 44(3) :
223– 235. DOI:10.22146/jpsi.28243.

Widiasavitri, dkk. (2017). Bahan Ajar Materi Kuliah Psikodiagnostika I dan


Administrasi Alat Tes PsikologI. Program studi psikologi Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana.

27

Anda mungkin juga menyukai