Anda di halaman 1dari 10

Pengantar

Interpretasi I-S-T 70

Oleh:
Miftahun Ni’mah Suseno

LABORATORIUM PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI DAN ILMU SOSIAL BUDAYA
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

1
YOGYAKARTA
2007

2
Pengantar Interpretasi I-S-T 70

Langkah-langkah interpretasi I-S-T yang dikemukakan oleh Amthauer dan


tertuang dalam buku petunjuk I-S-T 70. Tinjauan kritis terhadap uraian
Amthauer ini kemudian menjadi penting dan amat diharapkan, karena akan
menjadi pertimbangan pokok saat menggunakan I-S-T di Indonesia.

Menurut Amthauer, data-data dari lembar jawaban subjek yang terisi,


merupakan dasar untuk interpretasi hasil pemeriksaan I-S-T. Secara keseluruhan,
hasil yang bisa diperoleh melalui I-S-T, adalah:
1. Gesamt-Standardwert yang juga disebut oleh Amthauer sebagai
SchulStandardwert
2. Dimensi Festigung-Flexibilität
3. Profil intelegensi yang terletak di sudut atas lembar jawaban
4. Simpangan Standardwerte dari rata-rata Standardwerte setiap sub tes
pada setiap kasus.

Diketengahkan oleh Amthauer selanjutnya, bahwa untuk interpretasi I-S-T tidak


terdapat aturan yang mengikat. Berikut ini digambarkan beberapa kemungkinan
yang disarikan dari praktek Amthauer, dan sudah dibuktikan melalui penelitian
dengan jumlah subjek banyak.

1. Taraf kecerdasan atau Intelligenz-Niveau

Evaluasi hasil I-S-T dimulai dengan taraf kecerdasan atau Intelligenz-Niveau,


yang angkanya dinyatakan dengan total-nilai-standard atau Gesamt-
Standardwert. Nilai ini ditetapkan dalam kaitannya dengan perkembangan
sekolah dan pekerjaan yang telah dicapai saat ini, serta dipandang juga dalam
kaitannya dengan asal lingkungan sosial subjek yang diperiksa. Pada langkah
pertama ini, keseluruhan hasil tes (Gesamtleistung) subjek yang diperiksa
dibandingkan dengan hasil dari orang-orang seusianya.

Kemudian perhatian diarahkan pada kelompok yang diambil sebagai


pembanding, yaitu orang-orang dengan tingkat pendidikan yang sama dengan
subjek. Misalnya jika subjek berusia 29 tahun, dengan pendidikan tamat SMP,
memperoleh total-nilai atau Gesamt-Standardwert sebesar 102, maka dapat
disimpulkan bahwa subjek memiliki kemampuan rata-rata (relatif pada I-S-T).
Setelah membandingkan nilai mentah atau Gesamt-Rohwertes subjek dengan
Schul-Standardwert untuk orang-orang dengan pendidikan tamat SMP, diperoleh
nilai Schul-SW sebesar 95. Hal ini menyatakan bahwa dibandingkan dengan
orang-orang dengan tingkat pendidikan yang sama, yaitu tamat SMP,
kemampuan subjek tergolong tepat/pas (knapp) pada rata-rata, atau dengan
kata lain subjek adalah pelajar yang kemampuannya tepat/pas ( knapp) pada
rata-rata.

3
2. Dimensi Festigung-Flexibilität

Melalui studi Amthauer berjudul 'Empirische Beitrage zum Problem der


produktiven Begabung', (bahasa Indonesia: sumbangan empirik untuk masalah
kemampuan/bakat produktif), dapat diperlihatkan bahwa hasil I-S-T bisa
mengungkapkan dimensi yang mengalir dari ekstrim Flexibilität hingga ekstrim
Festigung. Melalui dimensi ini dapat dibuktikan adanya perubahan struktur
inteligensi pada orang dewasa, yang dengan pertambahan usia bergerak dari
Flexibilität yang besar/kuat ke arah Festigung yang besar/kuat (menetap / beku).

Untuk diagnostik praktis, melalui dimensi ini dapat ditentukan apakah subjek
dalam berpikir, relatif untuk usianya, sudah mencapai derajat 'pembekuan' tinggi
(gefestigt), atau masih luar biasa flexibel.

Cara perhitungan untuk menentukan dimensi tersebut dilakukan dengan


membandingkan total SW GE+RA dengan total SW AN+ZR. Jika total SW GE+RA
lebih besar daripada total SW AN+ZR, maka nilai yang diperoleh adalah 'plus',
yang menyatakan 'pembekuan' (Festigung). Jika total SW GE+RA lebih kecil
daripada total SW AN+ZR, maka nilai yang diperoleh adalah 'minus', yang
menyatakan 'fleksibilitas' (Flexibilität). Nilai plus yang besar menunjukkan derajat
Festigung yang tinggi, sementara nilai minus yang besar mencerminkan kuatnya
Flexibilitat.

Nilai yang berada di bawah ± 10 menunjukkan ketidakpastian arah. Contohnya,


jika tercantum bahwa nilai subjek untuk dimensi Festigung-Flexibilität adalah
+ 22. Hasil ini memperlihatkan adanya derajat Festigung yang lebih besar
dibandingkan dengan derajat Flexibilität dalam berpikir, atau dengan kata lain
dapat dikatakan bahwa cara berpikir subjek cenderung 'beku' atau kurang
fleksibel.

3. Profi l `M' atau `W'

Melalui I-S-T dapat pula ditentukan apakah profil subjek dimulai dengan bentuk
'M' atau 'W'. Jika keempat subtes pertama (SE, WA, AN, GE) membentuk huruf
'M', maka dapat dikatakan bahwa secara umum subjek lebih cenderung memiliki
kemampuan/bakat verbal teoretik (sprachlich-theoretische Begabung). Hal ini
berarti bahwa subjek memiliki kelebihan dalam kemampuan abstraksi dan
kemampuan mengungkapkannya dalam bahasa. Oleh karena itu nilai WA dan GE
lebih menonjol daripada nilai SE dan AN.

Sebaliknya jika keempat subtes pertama (SE, WA, AN, GE) membentuk huruf 'W',
maka dapat dikatakan bahwa secara umum subjek lebih cenderung memiliki
kemampuan/bakat praktis, yaitu kemampuan menentukan hubungan-hubungan
dalam suatu masalah, atau dengan kata lain lebih praktis dalam menghadapi
masalah. Dengan demikian, nilai SE dan AN lebih menonjol dibandingkan dengan
nilai WA dan GE (lihat Polhaupessy, 1985).

4
4. Interpretasi Profil I-S-T

Untuk melakukan interpretasi ini, hasil tes subjek dibandingkan dengan hasil dari
kelompok orang-orang yang memiliki profil mirip dengan subjek yang diperiksa.
Untuk kepentingan ini kita kemudian bertanya, bagaimana intelegensi anggota
kelompok pembanding terealisasi dalam prestasi sekolah atau prestasi kerja saat ini.

Melalui perbandingan dengan profil kelompok lain yang memiliki kemiripan dengan
subjek, dapat dinilai apakah intelegensi subjek tergolong di dalamnya ataukah
tergolong pada arah yang lain. Contoh mengenai hal ini dapat dilihat pada tabel-
tabel berikut, yang diperoleh Amthauer dari hasil pemeriksaannya pada subjek di
negara Jerman.

Bagaimana pelaksanaan langkah-langkah tersebut di Indonesia?

Pertanyaan ini mengemuka karena I-S-T akan dimanfaatkan dalam pemeriksaan


psikologi di Indonesia. Hal yang bisa dipertimbangkan adalah kenyataan, bahwa
hingga saat ini belum diketahui apakah sudah terdapat penelitian yang
memberikan data empirik mengenai pelaksanaan ke empat langkah interpretasi
I-S-T seperti dikemukakan Amthauer di atas.

Catatan penulis dalam uraian berikut ini barangkali bisa menjadi alternatif materi
diskusi, dalam rangka memberi arah dalam interpretasi I-S-T. Diolah dari
beberapa sumber, materi tersebut telah mengalami penyesuaian agar sesuai
dengan kepentingan pertemuan. Contoh-contoh dikutip dari buku soal I-S-T
dengan ijin dari penanggung jawab.

SE (Satzergänzung)

Dalam bahasa Indonesia : melengkapi kalimat


pembentukan pendapat / penilaian (Urteilsbildung), common-sense, penekanan
pada konkrit praktis, rasa (sense) tentang realitas (Wirklichkeitssinn),
kemandirian dalam berpikir.

Pada subtes ini subjek harus memilih jawaban yang paling sesuai di antara
alternatif jawaban yang tersedia.

Contoh:
Seekor kuda mempunyai kesamaan terbanyak dengan seekor...
a) kucing b) bajing c) keledai d) lembu e) anjing

Jawab: c) keledai

Subtes SE mengukur 'penilaian' subjek. Pada subtes ini subjek harus mampu
'menilai (Urteilsbildung)' apakah dalam hal ini kuda mempunyai kesamaan
dengan lima jenis binatang lain. Jawaban bisa berdasarkan pengalaman konkrit,
'common sense', informasi faktual yang dimiliki. Kemandirian juga diperlukan
untuk menentukan penilaian sendiri (vs. tergantung pada pendapat orang

5
banyak)
WA (Wortauswahn)
Dalam bahasa Indonesia : pemilihan kata
menangkap inti kandungan makna/pengertian dari sesuatu yang disampaikan
melalui bahasa, rasa bahasa, berpikir induktif dengan bahasa, kemampuan
empati atau menyelami perasaan. komponen-komponen reseptif atau resapan.

Pada subtes ini subjek harus menemukan kata yang tidak memiliki kesamaan
dengan alternatif jawaban lainnya.

Contoh:
a) duduk b) berbaring c) berdiri d) berjalan e) berjongkok

Jawab: d) berjalan

Subtes WA mengukur inti / pokok pengertian subjek mengenai kata-kata, dengan


membandingkan makna setiap kata dengan kata lain. Pada subtes ini subjek
harus mampu melihat makna khusus yang terkandung dalam setiap kata, untuk
mampu menemukan kesamaan atau perbedaannya dengan kata lain. Untuk itu
diperlukan 'rasa bahasa' dan empati. Jika skor yang dicapai subjek relatif di atas
rata-rata, maka dapat diartikan bahwa subjek memiliki kemampuan untuk
menangkap dan menyerap dengan cepat maksud/inti/makna dan
perintah/instruksi/informasi yang disampaikan melalui bahasa (secara verbal)
oleh orang lain. Dengan demikian dapat diartikan pula bahwa subjek juga
mampu menyampaikan pikiran, kemauan dan perasaannya dengan bahasa yang
jelas.

AN (Analogien)
Dalam bahasa Indonesia : analogi
kemampuan mengkombinasikan atau menghubung-hubungkan
(Kombinationsähigkeit in Denken), kelincahan dan kemampuan untuk berubah
dan berganti dalam berpikir, kemampuan menangkap (Gründlichkeit im Denken)
dan mengalihkan / memindahkan / mentransfer hubungan-hubungan /
keterkaitan, kejelasan dan konsekuensi / keteraturan logis dalam berpikir,
memiliki resistensi atau kemampuan untuk melawan solusi masalah yang tidak
pasti (kira-kira). Merupakan satu syarat, dan mungkin syarat terpenting untuk
studi ilmiah.

Pada subtes ini terdapat hubungan tertentu antara kata pertama dan kata ke
dua. Hubungan tersebut harus pula dijumpai antara kata ke tiga dan salah satu
kata dan alternatif jawaban yang tersedia. Subjek harus memilih kata tersebut
dan alternatif jawaban yang disediakan.

Contoh:
gelap : terang = basah : ?
a) hujan b) hari c) lembab d) angin e) kering

Jawab: e) kering

6
Subtes AN mengukur kemampuan dalam membanding-bandingkan dalam upaya
menemukan kekhasan hubungan antara dua pengertian (dua kata), dan
(kemudian) mengalihkan atau menerapkan hasil temuan tersebut pada dua
pengertian (dua kata) lain. Proses berpikir yang diukur bermuara pada hasil
pembandingan, yang dapat berupa kesamaan, perbedaan, bagian dan
keseluruhan, atau bertolak-belakang. Dalam proses berpikir ini terkandung
kemampuan analisis, memberi penilaian, dan membuat simpulan.

GE (Gemeinsamkeiten)
Dalam bahasa Indonesia : kesamaan
kemampuan mengabstraksikan dengan bahasa' (Abstraktionsfähigkeit),
membangun pengertian / konsep (geistige Bildungsfähigkeit), berpikir logis
dengan bahasa.

Pada subtes ini terdapat dua kata, dan subjek harus mencari kata yang meliputi
pengertian kedua kata tersebut.

Contoh:
Gaun – celana

Jawab: pakaian

Subtes GE mengukur kemampuan menemukan ciri-ciri khas yang terkandung


pada dua objek, dalam upaya menyusun suatu pengertian (Begriffsbildung) yang
mencakup kekhasan kedua objek tersebut, secara logis dengan memakai bahasa
yang lazim (Sprachlogisches Denken). Dalam kemampuan ini terkandung
kemampuan untuk memahami esensi pengertian suatu kata, untuk kemudian
dapat menemukan kesamaan esensial dari beberapa kata.

ME (Merkaufgaben)
Dalam bahasa Indonesia : soal-soal memperhatikan
kemampuan memperhatikan atau mencamkan, kemampuan menyimpan atau
mengingat kata-kata yang telah dipelajari, memiliki ingatan jangka panjang atau
kemampuan mengingat dalam waktu lama, mengukur kemampuan daya ingat.

Pada subtes ini terdapat sejumlah kata yang harus dihafalkan, dan selanjutnya
terdapat beberapa pertanyaan mengenai kata-kata yang telah dihafalkan tadi.

Contoh:
Kata yang mempunyai huruf permulaan - Q - adalah suatu ...
a) burung b) kesenian c) binatang d) perkakas e) bunga

Jawab: b) kesenian [Quintet]

Subtes ME mengukur kemampuan memperhatikan, yaitu apakah ingatan subjek


dapat dipercaya atau tidak. Ingatan yang dapat dipercaya dapat
menggambarkan suatu keadaan dengan tepat. Ingatan sangat berkaitan dengan

7
perhatian, konsentrasi, dan kemampuan mencamkan. Ketajaman ingatan
seseorang bergantung pada peran ketepatan, ketelitian, kedalaman isi ingatan.
Diperkirakan perasaan, emosi, afeksi, harapan, dan kemauan juga berperan
dalam fungsi ingatan.

RA (Rechenaufgaben)
Dalam bahasa Indonesia : soal-soal hitungan
berpikir praktis dengan berhitung (praktisch-rechnerisches Denken), berpikir
logis-lugas, matematis, bernalar, berpikir runtut dalam mengambil kesimpulan.

Pada subtes ini subjek diminta untuk menyelesaikan sejumiah soal-soal


berhitung.

Contoh:
Dengan sepeda, Husin mencapai 15 km dalam waktu 1 jam. Berapa km yang
dapat ia capai dalam waktu 4 jam?

Jawab: 60 km

Subtes RA mengukur kemampuan memecahkan masalah praktis dengan


berhitung. Dalam menyelesaikan soal hitungan ini, subjek dituntut untuk bernalar
logis, runtut dengan cara berhitung matematis. Diperkirakan pengalaman subjek
juga ikut berperan dalam memecahkah soal-soal hitungan ini.

ZR (Zahlenreihen)
Dalam bahasa Indonesia : deret angka
berpikir teoritik dengan berhitung (teorisch-rechnerisches Denken), berpikir
induktif dengan angka-angka, kelincahan dan kemampuan untuk berubah dan
berganti dalam berpikir, komponen-komponen ritmis atau berirama.

Pada subtes ini subjek dihadapkan pada sejumlah deret angka. Setiap deret
tersusun menurut suatu aturan tertentu, dan dapat dilanjutkan menurut aturan
itu. Subjek diminta untuk melanjutkan deret tersebut.

Contoh:
9 7 10 8 11 9 12 ?

Jawab: 10

Subtes ZR mengukur kemampuan berhitung yang didasarkan pada pendekatan


analitis atas informasi faktual berbentuk angka (induktives Denken mit Zahlen),
sehingga ditemukan suatu kesimpulan (teori) mengenai hubungan antara angka-
angka tersebut. Dalam menyelesaikan deret angka tersebut, subjek juga dituntut
untuk berpikir fleksibel, lincah, mudah beralih dan satu cara ke cara lain jika
menghadapi hambatan.

8
FA (Figurenauswahl)
Dalam bahasa Indonesia : pemilihan bentuk
kemampuan membayangkan (Vorstellungsfähigkeit), kekayaan dalam
membayangkan, berpikir visual-menyeluruh (anschaulich-ganzheitliches
Denken), komponen-komponen gestalt-konstruktif (membangun).

Pada subtes ini subjek diminta untuk menggabungkan beberapa potongan


bentuk, menjadi bentuk tertentu.

Subtes FA mengukur kemampuan membayangkan, dengan menggabungkan


potongan-potongan suatu objek visual secara konstruktif, sehingga menghasilkan
suatu bentuk seperti yang diharapkan. Kemampuan ini menunjukkan pula
kreatifitas subjek (kekayaan dalam membayangkan), dalam kemampuan tersebut
terdapat peran kemampuan membayangkan secara menyeluruh (Gestalt).

WÜ (WUrfelaufgaben)
Dalam bahasa Indonesia : soal-soal kubus
kebisaan (können) atau kemampuan dalam membayangkan ruang, komponen-
komponen teknis-konstruktif, momen-momen analitis bisa menyertai, tidak
bergantung sama sekali pada pendidikan konvensional.

Pada subtes ini subjek dihadapkan pada sejumlah soal-soal kubus. Subjek
diminta untuk mencari kubus yang ditentukan, dengan cara memutar,
menggulingkan, atau memutar dan menggulingkan dalam pikirannya.

Subtes WU mengukur kemampuan analisis yang disertai kemampuan


membayangkan perubahan keadaan ruang secara antisipatif. Dalam kemampuan
ini terdapat peran kreatifitas, kemampuan menyusun atau mengkonstruksi
perubahan, imajinasi, dan fleksibilitas berpikir.

****

9
Kepustakaan

Amthauer, R. (1970). I-S-T 70: Intelligenz-Struktur-Test. Handanweisung für die


Durchführung und Auswertung. 4. Auflage. Göttingen: Hogrefe.

Bina Potensia Indonesia (1994), Pedoman penilaian/interpretasi untuk pegawai


pemenntah daerah. Bandung. Tidak diterbitkan.

I-S-T, buku soal. Fakultas Psikologi Universitas Padjadjaran. Tidak diterbitkan.

Polhaupessy, L.F. (1985). Intelligenz-Struktur-Test; Rudolf Amthauer . Fakultas


Psikologi Universitas Padjadjaran. Tidak diterbitkan.

Srisayekti, W. (2006). Pengantar Interpretasi IST. Makalah Workshop IST.


Bandung. Tidak diterbitkan.

10

Anda mungkin juga menyukai