Anda di halaman 1dari 10

PANDUAN LAYANAN PSIKOLOGI KLINIS

DALAM RANGKA
PENANGGULANGAN PANDEMI COVID-19

Disusun Oleh:
IKATAN PSIKOLOG KLINIS INDONESIA
2020
LATAR BELAKANG

Penyebaran Corona Virus Desease 2019 (COVID-19) yang cenderung terus


meningkat, bertambahnya penderita dan menimbulkan korban jiwa,
mengakibatkan timbulnya keresahan dan kecemasan secara meluas di masyarakat
serta memicu terjadinya gangguan psikologis. Maka diperlukan adanya pelayanan
psikologi klinis pada masyarakat terkait kondisi pandemi COVID-19.

Pelayanan Psikologi Klinis dilakukan baik pada masyarakat secara luas maupun di
fasilitas pelayanan kesehatan terhadap Orang Dalam Pengawasan, Pasien Dalam
Pengawasan dan Pasien yang dinyatakan positif COVID-19; di tingkat Puskesmas,
RSUD, RSUP dan Rumah Sakit Darurat yang didirikan oleh pemerintah dalam
rangka tanggap darurat COVID-19.

Kemungkinan-kemungkinan reaksi psikologis yang muncul terkait COVID-19, antara


lain : cemas tertular dan sakit akibat COVID-19; mencemaskan anggota keluarga
atau orang orang terdekat; cemas jika diabaikan; cemas menulari orang lain; resah
dan bingung akan karantina dan isolasi; khawatir dengan stigma sosial; bosan dan
kesepian ketika melakukan karantina diri; cemas atau takut akan kematian; cemas
berpisah dari orang yang disayangi; merasa tidak berdaya; berpikir negatif terhadap
diri sendiri, orang lain, serta lingkungan.

Reaksi psikologis di atas jika tidak segera diatasi dapat mengakibatkan gangguan
cemas yang berlebihan, depresi, panik, sampai pada keinginan untuk menyakiti diri
atau bunuh diri. Di samping itu kecemasan yang tinggi justru akan menurunkan daya
tahan atau imunitas tubuh.

RUANG LINGKUP DAN TUJUAN


Panduan ini ditujukan kepada psikolog klinis yang melakukan pelayanan sebagai
berikut:
a. Psikolog Klinis yang melakukan upaya-upaya preventif dan promotif di
masyarakat.
b. Psikolog Klinis yang melakukan pendampingan terhadap keluarga Orang Dengan
Resiko (ODR), Orang Dalam Pemantauan (ODP), Pasien Dengan Pengawasan
(PDP), kasus probabel, dan pasien terkonfirmasi.
c. Psikolog Klinis yang memberikan layanan psikologi klinis terhadap ODR dan
ODP.
d. Psikolog Klinis yang memberikan layanan psikologi pada pasien yang mendapat
perawatan di ruang isolasi baik pasien probabel maupun terkonfirmasi COVID-
19.
e. Psikolog Klinis yang memberikan dukungan psikologis bagi tenaga kesehatan
lain yang sedang bertugas memberikan layanan kesehatan pandemi COVID-19

PELAYANAN PSIKOLOGI KLINIS


Pelayanan psikologi Klinis dalam rangka penanggulangan COVID-19, terdiri dari :
A. Upaya Preventif dan promotif :
1. Pembuatan materi-materi edukasi berupa leaflet, flyer, poster, video
maupun film animasi
2. Penguatan Komunitas dan Dukungan Keluarga dengan memberikan
imbauan dan motivasi positif.

B. Konsultasi Online
Memberikan konsultasi secara online untuk :
- memberikan psikoedukasi dan motivasi dalam melakukan physical
distancing
- memberikan edukasi tentang apa yang perlu dilakukan agar tetap
produktif dan tidak mengalami kecemasan maupun gangguan psikologis
yang lain
- memberikan edukasi terkait konsultasi online yang akan dilakukan,
termasuk memberikan rambu-rambu yang perlu dilakukan serta
kelebihan dan kerugian. Klien juga dapat dikirimkan lembar persetujuan
(informed consent) dengan menggunakan google form atau word
sebelum melakukan proses konseling
- melakukan asesmen singkat berdasarkan wawancara tentang kondisi
kesehatan mental klien dan menyimpulkan sementara kondisi kesehatan
mental klien
- memberikan panduan langkah-langkah untuk mengurangi kecemasan
dan gangguan psikologis yang terjadi antara lain dengan cara:
mendengarkan aktif keluhan-keluhan klien, memandu untuk melakukan
relaksasi, memandu dan memfasilitasi klien untuk mengekspresikan
emosi negatif dengan cara yang adaptif, memandu dan memfasilitasi
klien untuk berpikir dan berperilaku positif berdasarkan prinsip prinsip
CBT atau psikoterapi yang lain.
- memberikan contoh kegiatan dan memotivasi klien untuk melakukannya
- melakukan pemantauan dan umpan balik terhadap apa yang telah
dilakukan klien dan hasilnya
- bila dimungkinkan dapat membentuk konseling kelompok (group
counseling) dengan menggunakan beberapa pilihan aplikasi pertemuan
daring (zoom.us, google hang out, google meet, dll; sesuai yang
disediakan oleh tim konsultasi online) dengan pendampingan dan
pemantauan berkala
- Mendukung psikolog yang berada di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
untuk memberikan pendampingan/layanan psikologis pada pasien yang
berdasarkan skrining awal/asesmen mengalami distress psikologis
dan/atau masalah psikologis ringan

C. Pelayanan di Fasilitas Pelayanan Kesehatan


1. Semua pasien terkait COVID-19 dikaji apakah mengalami
krisis/kegawatdaruratan psikologis. Kepada pasien yang mengalami
krisis/kegawatdaruratan psikologis segera diberikan PFA. Setelah
dipastikan bahwa krisis/kegawatdaruratan psikologis teratasi dan pasien
tenang, maka pasien akan menjalani Skrining Awal menggunakan
Kuesioner Kondisi Psikis COVID-19
2. Pasien COVID-19 yang tidak mengalami krisis/kegawatdaruratan
psikologis langsung mendapatkan skrining awal (menggunakan HSCL-
25 dan IES yang telah diadaptasi menjadi Kuesioner Kondisi Psikis
COVID-19) yang bertujuan untuk melakukan pemetaan secara cepat.
Berdasarkan hasil pemetaan, pasien dapat dikelompokkan menjadi:
○ Kelompok Normal Tangguh
○ Kelompok dengan Distress Psikologis dan Masalah Psikologis Ringan
yang kemudian akan mendapat Layanan Dukungan Psikososial.
Layanan ini diusahakan untuk dapat dilakukan melalui kerja sama
antara psikolog yang berada pada fasilitas pelayanan kesehatan
dengan tim psikolog klinis yang melakukan konsultasi online
○ Kelompok dengan Indikasi Masalah Kejiwaan, (mengarah pada
kategori ODMK/Orang dengan Masalah Kejiwaan), atau Kelompok
dengan Indikasi Gangguan Jiwa (mengarah pada kategori
ODGJ/Orang dengan Gangguan Jiwa) yang akan menjalani asesmen
psikologis lanjutan
3. Pasien yang dikategorikan menjadi Kelompok Indikasi Masalah Kejiwaan
akan menjalani asesmen lanjutan untuk dapat menegakkan diagnosis
psikologis dan mengelompokkan ke jenis layanan yang sesuai dengan
diagnosis. Perlu diperhatikan bahwa masalah psikologis yang umum
dialami terkait COVID-19 adalah
○ Kecemasan akibat harus dirawat di RS dan meninggalkan rumah
○ kebingungan akibat ketidakpahaman mengenai COVID-19 dan
tatalaksana pengobatan serta penanganannya
○ kecemasan terhadap hasil pemeriksaan
○ ketakutan terhadap prosedur medis yang akan dijalani terkait wabah
COVID-19
○ ketidaknyamanan berada di ruang isolasi
○ kecemasan terkait kemungkinan mengalami stigmatisasi
○ perasan tidak berdaya, bosan, kesepian dan depresi karena terisolasi
Oleh karena itu asesmen yang dilakukan dipusatkan untuk melakukan
identifikasi terhadap kemungkinan munculnya berbagai masalah psikologis
tersebut selain memperhatikan adanya masalah psikologis dan kejiwaan
yang sudah ada sebelumnya atau menyertai respon emosi terkait COVID-19.
Asesmen psikologis lanjutan juga perlu dilakukan untuk mengindentifikasi:
● informasi/edukasi yang telah didapat sebelumnya dari
klaster/subklaster/sektor lain
● riwayat trauma yang dimiliki sebelumnya
● riwayat kondisi psikologis sebelum terjadi pandemi COVID-19
● keluhan subjektif yang dimiliki saat ini
● faktor resiko dan faktor penunjang resiliensi
● kesiapan psikologis menghadapi kemungkinan karantina atau isolasi
● strategi coping
Asesmen sedapat mungkin dilakukan dengan menggunakan teknik observasi
dan wawancara serta inventori lapor diri yang tersedia.

4. Psikolog Klinis melakukan penegakkan diagnosis dengan menggunakan


acuan DSM 4, DSM 5, ICD 10 dan/atau PPDGJ 3

5. Berdasarkan hasil asesmen dan diagnosis, psikolog klinis kemudian


melakukan intervensi psikologis dalam bentuk psikoedukasi, psikokonseling
dan/atau psikoterapi.
○ Psikoedukasi yang dilakukan dapat berupa:
i. Pemberian informasi tentang diagnosis medis, prognosis dan
perjalanan penyakit
ii. Mengaktivasikan sumber daya yang dimiliki dan strategi coping
selama masa isolasi
iii. Strategi menghadapi media dan pemberitaan
iv. Kerjasama antara pasien dengan klaster/subklaster/sektor lain
v. Bentuk psikoedukasi lainnya sesuai kebutuhan pasien

○ Bentuk Psikokonseling yang dapat dilakukan berupa:


i. Terapi Relaksasi
ii. Konsultasi untuk membantu melakukan pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan (Problem solving and Decision Making)
iii. Psikokonseling lainnya sesuai kebutuhan
○ Psikoterapi spesifik dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien
berdasarkan hasil asesmen psikologis lanjutan dan diagnosis. Perlu
dipersiapkan bahwa psikoterapi juga dapat dilakukan kepada keluarga
untuk mencegah masalah muncul kembali setelah pasien dinyatakan
sehat dan kembali pulang ke rumah/keluarga.
○ Psikolog klinis dapat melakukan rujukan dan rawat bersama dengan
psikiater bila dibutuhkan. Untuk fasilitas layanan kesehatan yang tidak
terdapat layanan psikiatri perlu dibentuk mekanisme untuk melakukan
rujukan dan rawat bersama ini.

6. Psikolog Klinis melakukan asesmen psikologi klinis awal dengan


melakukan observasi dan wawancara pada klien/pasien :
○ Menanyakan keluhan subjektif pasien
○ Melakukan observasi klinis pada pasien dengan mencermati perilaku
tampak dan tidak tampak ( overt and covert behavior )
○ Melakukan wawancara klinis untuk menggali lebih lanjut kondisi
psikologis pasien/klien

7. Psikolog Klinis melakukan asesmen psikologi klinis lanjutan dengan


melakukan :
○ Asesmen tingkat stres, kecemasan, depresi atau kondisi psikologis lain
terkait dengan keadaan kesehatan yang dialaminya saat ini seperti
misalnya panic attack.
○ Asesmen terhadap latar belakang kepribadian dan permasalahan
psikologis yang pernah ada sebelumnya atau sedang disandangnya
pada saat ini terlepas dari kondisi kesehatan saat ini.
○ Asesmen kemampuan kognitif, pengatasan terhadap masalah (coping)
dan daya lenting (resiliency)

8. Psikolog Klinis melakukan anamnesis, dengan melakukan observasi dan


wawancara kepada keluarga klien/pasien mengenai :
○ Keluhan utama
○ Keluhan tambahan
○ Riwayat sakit terdahulu
○ Sikap atau perilaku dan kondisi emosi klien sebelum dan setelah sakit
○ Sikap atau perilaku dan psiko-sosial keluarga

9. Psikolog klinis melakukan diagnosis psikologi klinis.

10. Psikolog klinis melakukan intervensi pada klien/ pasien dengan


melakukan:
○ psikoedukasi dan konseling
○ menstabilkan kondisi emosi pasien/klien
○ psikoterapi dengan disesuaikan dengan kondisi pasien/klien

11. Melakukan pencatatan pada rekam psikologi dan/atau rekam medis

12. Melakukan diskusi dengan dokter penanggung jawab klinis atau tim
penanganan COVID-19 rumah sakit

13. Melakukan rujukan bila perlu

D. Dukungan psikologis bagi tenaga kesehatan


1. Memberi masukan kepada manajemen tentang waktu kerja dan jeda
diantaranya
2. Melakukan pendataan terhadap keterampilan PFA dan stabilisasi emosi
yang dimiliki para tenaga kesehatan dan melakukan pembaharuan
(updating) keterampilan ini. PFA dan stabilisasi emosi dapat diaplikasikan
juga kepada sesama rekan sejawat selain kepada pasien.
3. Memberi rekomendasi dan memfasilitasi agar tenaga medis menjalankan
tugasnya secara berkelompok. Tiap kelompok diedukasi untuk melakukan
briefing kelompok 10 - 15 menit pada awal dan akhir shift serta saat
istirahat. Briefing kelompok dapat digunakan oleh anggota kelompok untuk
saling mengecek kondisi rekan kerja baik dalam hal kesehatan fisik
maupun kondisi psikologisnya.
4. Memberi rekomendasi kepada pihak manajemen agar pembaharuan
informasi terkait COVID-19 bagi tenaga kesehatan terus dilakukan secara
berkala
5. Melakukan asesmen terhadap tingkat kelelahan psikologis atau gangguan
psikologis yang terjadi
6. Mengingatkan dan memfasilitasi tenaga kesehatan untuk tetap
berhubungan dengan keluarga di rumah melalui teknologi telekomunikasi
(telepon, video call, media telekomunikasi digital, dan lain sebagainya)
7. Memberikan dukungan/ motivasi, konseling, relaksasi ataupun bentuk
intervensi psikologis yang lain.
8. Memberikan rekomendasi apakah tenaga kesehatan yang bersangkutan
masih bisa melanjutkan tugasnya, membutuhkan istirahat atau
bantuan/intervensi psikologis lanjut
9. Memberikan rekomendasi pada manajemen tentang dukungan atau
treatment yang dibutuhkan untuk pemulihan kondisi psikologis dan
meningkatkan kesejahteraan psikologis tenaga kesehatan yang
bersangkutan.

E. Langkah – langkah prosedur keamanan


1. Sebelum kontak dengan klien, psikolog klinis perlu menggunakan Alat
Pelindung Diri (APD), seperti masker dan sarung tangan untuk klien yang
belum terindikasi COVID-19
2. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) lengkap, seperti masker N95,
sarung tangan, penutup rambut, sepatu pelindung, kacamata google untuk
klien yang terindikasi COVID-19
3. Pastikan klien menggunakan APD, minimal masker.
4. Untuk klien yang terindikasi COVID-19, jika psikolog klinis menggunakan
alat bantu seperti kertas, pensil dan sejenisnya, maka setelah klien selesai
perlu dilakukan dekontaminasi pada alat bantu yang kontak dengan klien
5. Lakukan dekontaminasi seluruh pakaian setelah melakukan layanan untuk
klien yang terindikasi COVID-19
Referensi :
1. Kin-Wing Cheng, S., et al. 2004.Psychiatric complications in patients with severe acute
respiratory syndrome (SARS) during the acute treatment phase: a series of 10 cases.
The British Journal of Psychiatry, Vol. 184, No. 4.
2. Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.01.07/Menkes/104/2020 tentang Penetapan
Infeksi Novel Coronavirus ( Infeksi 2019-nCoV) Sebagai Penyakit Yang Dapat
Menimbulkan Wabah dan Upaya Penanggulangannya.

3. Moore, C. 2020. What is E-Therapy? A Definition, Reviews, and How It Works di


https://positivepsychology.com/e-therapy/.

4. Surat Edaran Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Nomor HK


02.02/II/753/2020 tentang Revisi-3 Pedoman Pencegahan Dan Pengendalian
Coronavirus Disease ( COVID-19)

5. WHO. Materi komunikasi risiko COVID-19 untuk fasilitas pelayanan kesehatan. Maret
2020.

Anda mungkin juga menyukai