Anda di halaman 1dari 9

TUGAS UJIAN AKHIR SEMESTER

LAPORAN KEGIATAN KUNJUNGAN DI RUMAH SAKIT JIWA


GHRASIA

Dosen : Sheilla Varadhila P., M.Psi., Psikolog


Mata Kuliah : Psikologi Klinis

Disusun oleh :
Merani Andarini
(17081145)

Kelas : 11B3

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI


FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MERCU BUANA YOGYAKARTA
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Penangan klien pada kasus gangguan jiwa saat ini telah mengalami
kemajuan dalam berbagai bidangnya, salah satunya dalam psikologi klinis.
Berbagai macam penanganan atau psikoterapi sudah terapkan dalam
berbagai kasus-kasus anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia baik secara
individual, kelompok maupun komunitas. Salah satu wadah untuk
melakukan penangan tersebut adalah rumah sakit jiwa.
Dalam proses penanganan memerlukan adanya pedoman etik dalam
praktik psikologi klinis yang telah disepakati bersama, seperti penggunaan
alat-alat asesmen klinis dalam mengumpulkan informasi klien, kemudian
penerapan hasil informasi klien, memaknai interpretasi klinis dan
pengomunikasian hasil temuan klien klinis di rumah sakit jiwa. Hal tersebut
digunakan untuk menangani masalah kejiwaan dan mengurangi stigma
terhadap ODGJ (orang dengan gangguan jiwa).
Program intervensi yang diterapkan di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia ini
yaitu secara promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif disertai dengan
psikoterapi yang tepat bagi klien dengan masalah kejiwaan.
Pedoman etik dalam praktik psikologi klinis di Rumah Sakit Jiwa
Ghrasia ini memiliki pengaruh besar terhadap keberhasilan dalam
menangani kasus-kasus klien dengan masalah kejiwaan, mengetahui
penerapan bidang psikologi klinis dalam rangka menentukan kapasitas dan
karakteristik tingkah laku individu melalui proses tahapan-tahapan tertentu.

B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah pada kegiatan observasi ini, yaitu:
1. Bagaimana pedoman etik dalam praktik psikologi klinis di Rumah
Sakit Jiwa Ghrasia?
2. Bagaimana penggunaan alat-alat asesmen klinis dalam
mengumpulkan informasi klien di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia?
3. Bagaimana penerapan hasil informasi klien, memaknai interpretasi
klinis dan pengomunikasian hasil temuan klien klinis di Rumah
Sakit Jiwa Ghrasia?
4. Bagaimana program prevensi bidang psikologi klinis di Rumah
Sakit Jiwa Ghrasia?
5. Bagaimana penanganan atau psikoterapi pada kasus-kasus anak,
remaja, dewasa, dan lanjut usia baik secara individual, kelompok,
maupun komunitas di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia?

C. Tujuan Observasi
Adapun tujuan yang ingin dicapai pada kegiatan observasi ini yaitu :
1. Untuk mengetahui pedoman etik dalam praktik psikologi klinis di
Rumah Sakit Jiwa Ghrasia
2. Untuk mengetahui penggunaan alat-alat tes asesmen klinis dalam
mengumpulkan informasi klien di Rumah Sakit Jiwa.
3. Untuk mengetahui penerapan hasil informasi klien, memaknai
interpretasi klinis dan pengomunikasian hasil temuan klien klinis di
Rumah Sakit Jiwa Ghrasia.
4. Untuk mengetahui program prevensi bidanng psikologi klinis di
Rumah Sakit Jiwa Ghrasia.
5. Untuk mengetahui penanganan atau psikoterapi pada kasus-kasus
anak, remaja, dewasa, dan lanjut usia baik secara individual,
kelompok, maupun komunitas di Rumah Sakit Jiwa Ghrasia.
BAB II
HASIL PELAKSANAAN

A. Tempat dan waktu


Kegiatan observasi ini dilaksanakan pada :
Hari : Rabu
Tanggal : 10 Juli 2019
Pukul : 10.19 WIB – 13.00 WIB
Tempat : Rumah Sakit Jiwa Ghrasia
Jalan Kaliurang KM. 17, Pakembinangun, Pakem,
Duwetsari, Pakembinangun, Kec. Pakem, Kabupaten
Sleman, Daerah Istimewwa Yogyakarta, 55582

B. Hasil Pelaksanaan
1. Pedoman etik dalam praktik psikologi klinis di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia.
Kode etik psikologi, tujuan utamanya adalah untuk
melindungi hak dan kesejahteraan pasien selama proses menerima
setiap bentuk perlakuan (mulai dari anamnesa, penegakan diagnosa,
hingga intervensi) dari psikolog (klinis). Bekerja berdasar kode etik
psikolog :
Pelaksana/pemberi layanan = psikolog (klinis) sesuai Bab 1
ps 1 tentang Psikolog (terkait syarat latar belakang pendidikan/
keilmuan dan surat ijin praktek) = dari profesi terikat kode etik, dari
hukuman ada UU no 36 th 2016 tentang NaKes (psi klinis no 2
setelah media) = ada konsekuensi harus memiliki STR dan SIP dari
DinKes.
Anamnesa
a. Untuk pasien baru = perkenalan, tawarkan bantuan.
b. Untuk pasien lama yang sebelumnya dengan pasien lain =
tawarkan peralihan, wajib paham masalah pasien itu seperti
apa.
c. Perlunya informed consent (pemeriksaan yang akan
dilakukan, berapa lama, termasuk soal biaya).
d. Kerahasiaan, otonomi dalam pengambilan keputusan,
bebas dari prasangka, tidak ada fraud (curang,
memalsukan)
Rujukan dengan sesama profesi atau dengan profesi lain
(SpKJ, SpPD, DSA, GP, Perawat Jiwa, Nutrisionis, Apoteker,
Konselor Napza, dsb).
Dasar hukum dari Rumah Sakit Jiwa Ghrasia ini yaitu
peraturan gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Nomor 88 Tahun
2018 tentang Rincian Tugas dan Fungsi Rumah Sakit Ghrasia DIY,
dengan tugas Rumah Sakit Ghrasia mempunyai tugas membantu
Gubernur melalui Kepala Dinas Kesehatan dalam
menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara
paripurna, khususnya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika,
dan Zat Adiktif serta kesehatan lainnya.
Beberapa aturan yang tertera di dalam Rumah Sakit Ghrasia
bagi pengunjung yang ada disana yaitu :
a. Dilarang mengambil foto dan rekam medis pasien.
b. Dilarang merokok.
c. Dilarang merekam atau mengambil video pasien saat berada
di dalam bangsal atau kamar serta di dalam lingkup rumah
sakit.
d. Tidak boleh meludah.
e. Dilarang memberi rokok pada pasien.
f. Keluarga dilarang menunggui pasien selama di rawat inap.

2. Penggunaan alat-alat asesmen klinis dalam mengumpulkan


informasi klien di Rumah Sakit Jiwa Grhasia.
Anamnesa Psikologis
a. Wawancara
Tentukan tujuan
 Peka kondisi interviewee-perubahan yang
ditampakan.
 Beda maupun sama diagnosa = respon bisa
beda.
b. Observasi
 Perhatikan bahasa tubuh.
 Mengamati tapi bukan menyelidiki.
c. Tes psikologi
 Sesuaikan kebutuhan dan kondisi pasien.
 Pasien jiwa = orang yang tidak sakit.
3. Penerapan hasil informasi klien, memaknai interpretasi klinis, dan
pengomunikasian hasil temuan klien klinis di Rumah Sakit Jiwa
Grhasia.
Karakteristik pasien :
 Setiap individu unik, ada individual differencess
 ODGJ tidak sama dengan orang sehat jiwa (berkaitan dengan
gejala/ gg yang dialami)
 Ragam sikap terhadap konselor/ terapis
 Kondisi pasien kadang tidak stabil

Adanya intervensi yaitu informed consent seperti


tritmen/terapi apa yang akan diberikan, durasinya, jumlah sesi dan
kemungkinan efek yang ditimbulkan.
a. Konseling
Diskusi yang membantu pasien menyelesaikan
permasalahan yang dihadapi. Dapat dilakukan langsung
dengan pasien maupun significant other nya (misal
konseling pernikahan, pendidikan, dsb).

b. HPP (Hasil Pemeriksaan Psikologi)


Hanya dilakukan oleh profesional, sesuai
kewenangan dan kompetensi. Penyampaian hasil :
perhatikan bahasa (pemilihan kata), kedalaman = terkait
efek psikologis yang mungkin timbul.
Berisi hasil tes psikologi yang dilakukan oleh pasien,
kemudian psikolog akan membuat narasi dan menjelaskan
tentang berbagai diagnosa pasien dengan menggunakan
bahasa yang mudah dimengerti.

c. Diagnosa
Kewenangan pemeriksa, sesuaikan dengan
kompetensi. Jika pasien menanyakan tentang diagnosa =
jelaskan tentang konsekuensinya.

4. Program prevensi bidang psikologi klinis di Rumah Sakit Jiwa


Grhasia sebagai upaya pencegahan agar pasien tidak kambuh dan
mengurangi adanya gangguan jiwa, seperti psikoedukasi yaitu
memberikan pemahaman mengenai gejala gangguan dan cara
mengatasi baik pada pasien maupun significant other nya.
a. Keswamas = Kegiatan psikoedukasi, misalnya PPK
(Program Pendidikan Keluarga).
b. Diklat = Kunjungan pelajar, mahasiswa, supervisor untuk
magang.

5. Penanganan atau psikoterapi pada kasus-kasus klinis anak, remaja,


dewasa, dan lanjut usia baik secara individual, kelompok, maupun
komunitas di Rumah Sakit Jiwa Grhasia.
Diberikan psikoterapi dan farmakologi, jika pasien
menerima rawat inap akan dimasukkan ke dalam wisma sesuai
dengan diagnosa. Saat gejala sudah berkurang akan dimasukkan ke
dalam rehabilitasi mental untuk mempersiapkan dirinya agar bisa
kembali dan diterima oleh masyarakat.
Pasien dimasukkan ke dalam ruang observasi selama 5 hari,
kemudian setelah mendapatkan hasil akan ditentukan penanganan
yang tepat sesuai dengan diagnosa. Jika tingkatannya parah akan
dimasukkan ke ruang intensif (wisma arimbi = rawat intensif putri,
wisma bima = rawat intensif putra). Jika kondisi pasien perlu
dirawat tapi tidak parah maka akan dimasukkan ke dalam bangsal
atau wisma lainnya, jika tidak perlu dirawat akan diberi resep obat
dan boleh pulang. Lama pasien rawat inap maksimal 42 hari, jika
pasien masih kambuh dapat kontrol kembali.
Terdapat Wisma Yudhistira sebagai ruang rawat inap bagi
pasien yang mengalami psikiatri dan juga mengidap penyakit fisik.
Kemudian Wisma Abimanyu digunakan sebagai tempat rawat inap
bagi residen (pasien NAPZA).
Selain untuk pasien ada juga Family Gathering (Paguyuban
Laras Jiwa) bagi keluarga pasien untuk berkumpul dengan keluarga
pasien lainnya sebagai sarana untuk sharing atau bercerita. Keluarga
pasien dilarang menunggui pasien selama dirawat di RSJ.
Untuk biaya menggunakan BPJS sehingga saat mengurusi
pasien penanggung jawab lah (keluarga/ saudara) yang mengurusi
administrasi pasien, jika terdapat pasien yang ada dijalan-jalan
dibawa ke rumah sakit jiwa ini maka yang jadi penanggung jawab
adalah orang yang membawa pasien tersebut ke RSJ (harus tanda
tangan dan membiayai pasien selama dirawat di RSJ), kecuali jika
ada orang yang menemukan pasien dijalan tersebut lalu
membawanya ke dinas sosial, maka dinas sosial yang akan
membawa pasien ke Ghrasia sehingga segala biaya penanganan
menjadi gratis karena dianggap sebagai pasien terlantar.
Di Rumah Sakit Ghrasia terdapat klinik psikologi yang
digunakan untuk konseling terhadap pasien yang datang dengan
berbagai macam keluhan. Program psikoterapi yang dirancang
untuk membantu pasien berfungsi lebih baik secara psikologis,
karena ada target perilaku yang ingin diubah (misal fobia, stop
rokok, dan sebagainya).
Untuk rehabilitasi mental terdapat pendekatan rohani serta
aktifitas sesuai minat bakat (membatik, menjahit, memasak,
menyanyi, bermain alat musik, dan sebagainya. Terdapat Pendopo
Keasistenan yang merupakan cagar budaya sebagai tempat
Rehabilitasi Mental bagi pasien yang dinyatakan hampir siap untuk
kembali ke masyarakat.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Penangan terhadap pasien dengan gangguan jiwa secara psikologi klinis di
Rumah Sakit Jiwa Ghrasia terdapat pedoman kode etik yang harus dipatuhi dan
dilakukan oleh seluruh anggotanya untuk melindungi hak dan kesejahteraan pasien
selama proses menerima setiap bentuk perlakuan (mulai dari anamnesa, penegakan
diagnosa, hingga intervensi) dari psikolog (klinis). Alat-alat assesmen yang
digunakan adalah observasi, wawancara dan tes psikologi untuk mendapatkan hasil
informasi pasien berupa informed consent. Program prevensi yang dilakukan yaitu
keswamas dan diklat, serta bentuk penanganan terhadap kasus-kasus pasien dengan
psikoterapi dan farmakologi, serta terdapat rehabilitasi mental sebagai pelatihan
minat dan bakat bagi pasien sebelum pasien dikembalikan ke masyarakat.
Pendekatan secara rohani juga dilakukan sebagai salah satu cara menangani
masalah pasien dengan gangguan jiwa.

Anda mungkin juga menyukai