Pembimbing :
dr. Prasila Darwin, Sp.KJ
Oleh :
Aqmarina Ajrina 2015730013
Nadya Anis Multazam 2015730099
Nur Aeni 2015730103
Raniedha Amalia 2015730109
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-Nya pada penulis sehingga dapat menyelesaikan laporan Refreshing
dengan judul “Pemeriksaan Status Mental” ini tepat pada waktunya. Shalawat
serta salam semoga tercurah kepada Nabi Muhammad SAW, keluarga, serta para
pengikutnya hingga akhir zaman.
Refreshing ini dibuat dengan tujuan memenuhi tugas untuk penilaian
kegiatan kepaniteraan klinik stase Ilmu Kesehatan Jiwa tahun 2020. Dan juga
untuk memperdalam pemahaman tinjauan pustaka yang telah dipelajari
sebelumnya.Penulis menyadari ketidaksempurnaan laporan Refreshing ini. Untuk
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan penyusunan
laporan selanjutnya.
Terimakasih penulis ucapkan kepada pembimbing Refreshing ini kepada dr.
Prasila Darwin, Sp.KJ yang telah membimbing dalam penyusunan laporan
refreshing. Terimakasih juga pada semua pihak yang telah membantu dalam tahap
pengumpulan referensi, analisis materi dan penyusunan laporan Refreshing ini.
Semoga laporan Refreshing ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya
dan bagi instansi kepaniteraan klinik FKK UMJ dan RSIJ klender pada umumnya.
Penulis
BAB 1
PENDAHULUAN
b. Pasien kasar
Pasien yang kasar tidak boleh diwawancarai sendirian.
Sekurangnya satu orang lainnya harus selalu ada. Di dalam situasi tertentu
orang tersebut harus dijaga oleh seorang petugas keamanan atau polisi.
Tindakan berjaga-jaga lainnya adalah dengan membiarkan pintu ruang
wawancara terbuka dan pewawancara duduk diantara pasien dan pintu,
sehingga pewawancara mempunyai jalan keluar yang tidak terhalangi jika
diperlukan. Dokter harus memperjelas dengan cara yang tegas tetapi tidak
dengan dengan kemarahan, bahwa pasien boleh mengatakan atau
merasakan sesuatu tetapi tidak bebas untuk bertindak dengan cara
kekerasan.
b. Keluhan Utama
Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan oleh pasien
yang menyebabkan ia datang atau dibawa untuk mendapatkan
pertolongan. Keluhan ini biasanya dikatakan dengan kata-kata pasien
sendiri, ataupun jika pasien tidak mampu untuk berbicara dengan baik
maka gambaran tentang orang yang memberikan informasi juga harus
dimasukkan.
e. Riwayat Pribadi
Dalam rangka untuk mempelajari penyakit pasien sekarang dan
situasi kehidupan saat ini, seorang psikiater membutuhkan pemahaman
yang menyeluruh mengenai masa lalu dari pasien dan hubungannya
dengan masalah mental sekarang. Disini dicatat setiap perubahan emosi
dari setiap periode kehidupan. Riwayat pribadi terdiri dari saat :
I. Riwayat Prenatal dan Perinatal
Seorang psikiatri harus memperhitungkan keadaan dan situasi
rumah di mana pasien dilahirkan dan apakah pasien adalah anak yang
direncanakan dan diinginkan untuk dilahirkan. Keadaan persalinan juga
harus ditanyakan apakah cukup bulan atau tidak, macam persalinan
(spontan atau cesarian), obat yang diminum selama kehamilan, ada /
tidaknya komplikasi saat lahir dan defek saat bayi lahir. Hal- hal di atas
adalah pertanyaan yang harus ditanyakan oleh psikiatri untuk mengetahui
riwayat pribadi pasien pada saat kelahiran.
V. Masa Dewasa
a. Riwayat pekerjaan
Pada bagian ini seorang psikiatri mendeskripsikan pilihan
pekerjaan pasien, keperluan pelatihan dan persiapannya, konflik
yang berhubungan dengan kerja, dan ambisi serta tujuan jangka
panjang. Psikiatri juga harus menggali perasaan pasien terhadap
pekerjaan yang dilakukannya sekarang apakah ia merasa senang,
terpaksa, jenuh ataupun tidak puas atas pilihan pekrjaannya
tersebut. Disamping itu perlu juga ditanyakan riwayat pekerjaannya
, lama ia bekerja, apakah pernah pindah kerja, bila ya tanyakan
juga alasannya, frekuensinya serta hubungannya dengan teman
sekerjanya.
b. Riwayat perkawinan dan persahabatan.
Di dalam bagian ini dokter menggambarkan setiap status
pernikahan, sah /sesuai dengan hukum adat yang berlaku.
Hubungan yang bermakna yang terjalin antara dokter dengan
pasiennya juga haruslah ditanyakan. Riwayat perkawinan atau
hubungan jangka panjang yang dideskripsikan haruslah
memberikan gambaran tentang perkembangan hubungan, dimulai
saat pasien baru menikah sampai keadaan pasien saat ini.
c. Riwayat agama
Seorang psikiater juga perlu untuk menggali lebih dalam
mengenai latar belakang agama kedua orang tua pasien, pasien
sendiri serta bagaimana pelaksanaannya di dalam keluarga. Sikap
pasien dan keluarganya tersebut apakah longgar, ketat, dan apakah
terdapat konflik keagamaan antara orang tua pasien dan pasien
sendiri dan bagaimana mereka mengatasinya.
d. Aktivitas sosial
Dokter psikiatrik haruslah menggambarkan kehidupan sosial
pasien dan sifat persahabatan, dengan penekanan pada kualitas
kedalaman hubungan manusia. Jenis hubungan yang dimiliki
pasien bersama teman-temannya, apa kegiatan mereka selama ini
dan apakah terdapat saling perhatian diantara mereka.
f. Riwayat psikoseksual
Seorang dokter psikiatri perlu untuk menanyakan riwayat seksual dari
pasien. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah adanya kelainan dari
perkembangan seksual pasien sampai pada saat ini. Banyak riwayat seksual
infantil yang tidak diungkapkan pemeriksaan psikiatri yang disebabkan oleh
tidak diperhatikannya riwayat tersebut, karena kesulitan mendapatkan
informasi. Juga perlu ditanyakan riwayat seksual contohnya pertama kali
melakukan onani / masturbasi, apakah memperoleh kepuasan atau tidak,
frekuensinya, kualitas hubungan seksnya dan apakah ia puas dengan itu atau
terdapat penyimpangan dari perilaku seksualnya. Semua hal tersebut perlu
digali secara mendalam sebab seringkali memberikan arti yang penting dalam
hal pengumpulan data psikiatri dan penyimpulan diagnosis dari suatu pasien.
g. Riwayat Keluarga
Sebuah laporan yang singkat dan jelas mengenai tiap penyakit
psikiatrik, perawatan keluarga di rumah sakit serta pengobatan anggota
keluarga dekat pasien harus dimasukkan ke dalam bagian dari laporan ini juga.
Perlu ditanyakan juga ada atau tidaknya riwayat penggunaan alkohol atau zat-
zat yang lain ataupun perilaku antisosial yang terdapat dalam keluarga. Di
samping itu riwayat keluarga juga harus memberikan gambaran mengenai
riwayat psikiatrik, kesehatan umum dan penyakit genetik pada ayah, ibu, dan
kerabat yang lainnya. Perlu juga ditanyakan mengenai sikap keluarga terhadap
keadaan sakit pasien, apakah mereka mendukung terhadap pengobatan pasien
atau tidak. Kalau perlu ditanyakan keadaan finansial keluarga, siapa yang
bekerja dan apakah cukup untuk keluarga.
Semua penjelasan singkat tersebut diatas adalah hal-hal mengenai
riwayat psikiatri pasien yang perlu ditanyakan secara lengkap, detail sehingga
dapat memberikan gambaran yang jelas mengenai pasien dan keadaan
kehidupannya serta saat sakitnya. Hal ini akan membantu kita sebagai seorang
psikiater untuk memahami seorang pasien sebagai seorang manusia secara utuh
baik jasmani maupun fisik.
Hal lain yang dapat membantu mengenai pemahaman kita akan
keadaan sakit pasien adalah dengan melakukan pemeriksaan mental yang
kemudian dicatat dalam status pemeriksaan mental. Status pemeriksaan mental
adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang menggambarkan jumlah total
observasi pemeriksa dan kesan atau impresi tentang pasien psikiatri saat
wawancara. Pada status mental ini kita melakukan pemeriksaan terhadap
koordinat psikiatri / fungsi mental / fungsi kepribadian yaitu kesadaran, alam
pikiran, alam perasaan dan perilaku pasien. Untuk melakukannya dan
mendapatkan hasil yang optimal diperlukan observasi secara cermat dan
menyeluruh mengenai pasien juga tidak dilupakan adalah teknik wawancara
yang digunakan untuk menemukan kelainan-kelainan dalam fungsi mental
pasien.
1. Deskripsi Umum
a. Penampilan
Merupakan pemeriksaan suatu gambaran tentang penampilan
pasien dan kesan fisik secara keseluruhan, seperti yang dicerminkan dari
postur, pakaian, dan dandanan. Pemeriksa dapat menilai segala hal mulai
dari tubuh, postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, kuku, dan
sebagainya. Istilah umum yang digunakan untuk mengggambarkan
penampilan antara lain tampak sehat, sakit, agak sakit, seimbang, kelihatan
tua, kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak, dan kacau. Tanda
kecemasan yang mungkin tampak juga harus dicatat, misalnya tangan
yang lembab, keringat pada dahi, postur tegang, atau mata melebar.
Catat pula jenis kelamin pasien, usia, ras, dan latar belakang etnis.
Perhatikan juga postur, aktivitas pasien, pakaian pasien apakah sesuai usia
atau tidak.Mencatat waktu dan tanggal wawancara juga penting, terutama
karena status mental dapat berubah seiring waktu, misalnya pada delirium.
Lihat bagaimana pasien pertama kali muncul saat memasuki tempat
periksa. Perhatikan apakah sikap ini telah berubah di lain waktu, misalnya
menjadi lebih santai. Jika kegelisahan jelas sebelumnya, perhatikan apakah
pasien masih tampak gugup. Rekam apakah pasien telah mempertahankan
kontak mata sepanjang wawancara atau menghindari kontak mata
sebanyak mungkin, memindai ruangan atau menatap lantai atau langit-
langit.
Penampilan biasanya tidak termasuk pemeriksaan secara
tradisional, tetapi sangat penting untuk menilai adanya kemungkinan
konflik, kepribadian, relasi objek, fungsi ego, dan aspek lainnya yang
secara psikodinamik menjadi tambahan untuk menyampaikan kesan
keseluruhan dari pasien secara pribadi. Pada penampilan, perhatian
terutama ditujukan kepada adanya keistimewaan atau keanehan hingga
sekecil-kecilnya sehingga orang ketiga akan mudah mengenali apa yang
dilukiskan secara rinci.
3. Pembicaraan
Bicara adalah gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui
bahasa, atau dengan kata lain merupakan komunikasi melalui penggunaan
kata-kata dan bahasa. Pemeriksa harus mengamat karakteristik saat pasien
berbicara. Yang dinilai dalam hal bicara ini adalah kuantitas dan
kualitasnya. Yang dimaksud kuantitas adalah jumlah pembicaraan, apakah
pasien banyak atau sedikit bicara saat pemeriksaan. Sedangkan secara
kualitas dapat dilihat dari isi bicaranya, apakah memberikan informasi
yang banyak atau sedikit. Dari segi kecepatan, perhatikan apakah pasien
berbicara dengan cepat atau lambat. Disamping itu juga perlu
diperhatikan adanya gangguan dalam berbicara misalnya : disartria,
dypsoprody, gagap, gangguan pada afasia,dsb.
Catat informasi tentang semua aspek pembicaraan pasien, termasuk
volume berbicara selama pemeriksaan. Memperhatikan tanggapan pasien
untuk menentukan bagaimana menilai pembicaraan mereka adalah
penting. Beberapa hal yang perlu diingat selama wawancara adalah apakah
pasien mengangkat suara mereka ketika merespons, apakah balasan
pertanyaan adalah jawaban satu kata atau elaboratif, dan seberapa cepat
atau lambat mereka berbicara. Merekam kecepatan spontan pasien ini
kaitannya dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan terbuka.
Pasien dapat digambarkan sebagai senang berbicara, suka
mengomel, fasih, pendiam, tidak spontan, atau berespon normal terhadap
petunjuk dari pewancara. Dalam bicara, pasien mungkin cepat atau lambat,
tertekan, ragu-ragu, emosional, dramatik, monoton, keras, berbisik,
bersambungan, terputus-putus, atau mengomel.
4. Persepsi
Persepsi adalah daya mengenal kualitas, hubungan serta perbedaan
suatu benda, melalui proses mengamati, mengetahui dan mengartikan.
Memindahkan stimuli fisik menjadi informasi psikologik, sehingga
stimulus sensoris berada dalam genggamannya. Gangguan ini dapat
berupa distorsi sensorik dan desepsi sensorik. Bentuk-bentuk distorsi
sensorik antara lain terjadi perubahan intensitas, perubahan kualitas,
perubahan bentuk / dismegalopsia. Sedangkan desepsi sensorik adalah
gangguan sensorik berupa munculnya persepsi baru dengan atau tanpa
objek luar, contohnya adalah halusinasi dan ilusi. Gangguan ini dapat
melibatkan berbagai sistem sensorik dalam tubuh kita antara lain
penglihatan, pembauan, pendengaran, taktil dan penciuman. Keadaan
halusinasi dan onset dari halusinasi terjadi adalah penting karena itu wajib
untuk digali dan diketahui oleh para dokter psikiatri yang bersangkutan.
Gangguan persepsi seperti halusinasi dan ilusi dapat dihayati
pasien terhadap diri dan lingkungnnya, gangguan persepsi melibatkan
sistem sensorik, seperti auditorik, visual, olfaktorik, atau taktil, isi
halusinasi atau ilusi perlu digambarkan. Dapat dijumpai halusinasi
hipnogogik yang mucul pada saat mulai tidur, atau halusinasi
hipnopompik yang muncul pada saat bangun tidur. Pertanyaan yang dapat
diajukan untuk menentukan adanya halusinasi adalah
Apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi yang tidak dapat
didengar orang lain disekitar anda?
Apakah anda mengalami sensasi yang aneh di tubuh anda dan orang lain
tidak mengalami hal tersebut?
Apakah anda pernah melihat sesuatu yang pada saat itu orang lain tidak
bisa melihatnya?
5. Pikiran
Pikiran adalah suatu aliran gagasan, asosiasi dan simbol yang mengarah
pada tujuan, dimulai dari adanya masalah atau tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi kenyataan serta terjadi dalam urutan yang
logis. Disini, gangguan pada pikiran dibagi menjadi 2 yaitu gangguan proses
pikir/ bentuk pikir dan gangguan isi pikir. Contoh gangguan pada proses
berpikir adalah adanya gangguan dalam hal produktivitas, kontinuitas
pikiran dan hendaya berbahasa. Sedangkan gangguan pada isi pikir adalah
terdapatnya preokupasi dan waham. Pada bagian ini pemeriksa dapat
menemukan adanya gangguan dalam hal berpikir antara lain terdapatnya
waham yang biasanya sering muncul pada orang dengan gangguan jiwa,
juga dapat diketemukan pula adanya pembicaraan yang tak berujung
pangkal atau juga adanya suatu ketidaksinambungan antara jawaban pasien
dengan pertanyaan yang diberikan oleh kita sebagai seorang psikiatri.
Pasien juga dapat memberikan penjelasan seolah-olah bahwa pikirannya
dapat dibaca orang lain, sepreti disiarkan atau juga disedot sehingga
pikirannya menjadi kosong. Macam-macam keanehan ini dapat diperoleh
oleh psikiatri dengan cara mengadakan wawancara dan melakukan obsevasi
dengan baik
Pikiran dapat dibagi menjadi proses dan isi pikir. Proses pikir
merupakan cara saat sesorang menyatukan semua ide-ide dan asosiasi-
asosiasi yang membentuk pemikiran sesorang. Proses atau bentuk pikir
dapat bersifat logik dan koheran atau tidak logik dan tidak komprehensif. Isi
pikir merujuk kepada apa yang dipikirkan oleh sesorang berupa ide,
keyakinan, preokupasi dan obsesi.
a. Proses Pikir (Bentuk Pikir)
Pasien dapat mempunyai ide pikiran yang berlebihan atau miskin.
Dapat pula ditemukan arus pikir yang cepat, yang secara ekstrim disebut
flight of idea. Pasien dapat memperlihatkan arus pikir yang lambat ataupun
ragu. Pikiran dapat palsu atau kosong. Perhatikan apakah pasien sungguh-
sungguh menjawab pertanyaan yang disampaikan pemeriksa, apakah
pasien mempunyai kemampuan untuk menjawab pertanyaan, berpikir
yang bertujuan, apakah respon yang disampaikan pasien relevan atau
tidak, apakah penjelasan pasien jelas dipahami dan mempunyai asosiasi
yang baik, apakah pasien menunjukkan pelonggaran asosiasi pada saat
berbicara. Gangguan terhadap kontinuitas pikir dapat berupa tangensia,
sirkumstansial, melantur, mengelak dan perseveratif.
Blocking merupakan interupsi dari suatu rangkaian proses pikir,
sebelum ide pikir terbentuk secara utuh. Pasien tampak tidak mampu
memgingat kembali ide yang telah atau yang akan disampaikan.
Sirkumstansial adalah kehilangan kapasitas untuk berpikir berorientasi
tujuan dalam proses penyampaian ide, pasien mengemukakan banyak ide-
ide yang tidak relevan dan komentar tambahan dan akhirnya tetap kembali
ke ide semula. Gangguan proses pikir dapat terlihat dalam bentuk
hubungan pikiran-pikiran yang inkoheren dan tidak komprehensif (word
salad), clang association (asosiasi bunyi), punning (asosiasi dengan
makna ganda) dan neologisma (kata baru yang diciptakan pasien dengan
mengombinasikan dan memadatkan kata-kata, misalnya “taci” berasal dari
kereta dan kelinci).
Sepanjang wawancara, pertanyaan yang sangat spesifik akan
ditanya tentang riwayat pasien. Catat apakah pasien merespon langsung ke
pertanyaan. Misalnya, ketika meminta kencan, perhatikan apakah respon
yang diberikan adalah tentang warna favorit pasien. Catat apakah pasien
menyimpang dari subjek dan telah dibimbing kembali ke topik lebih dari
sekali. Ambil semua hal ini ketika mendokumentasikan proses pemikiran
pasien.
b. Isi Pikir
Gangguan isi pikir termasuk:
Delusi : Apakah pasien memilik pemikiran untuk melakukan
sesuatu yang buruk terhadap dirinya?
Preokupasi : Melibatkan penyakit pasien
Obsesi : Apakah kamu memiliki ide yang instrusif dan berulang?
Kompulsif : Apakah kamu melakukan sesuatu tindakan berulang-
ulang? Apakah ada tindakan yang harus dilakukan secara
berurutan? Bila kamu tidak melakukannya sesuai urutan
apakan kamu harus mengulanginya?
Fobia, rencana, kehendak, ide, rekuren tentang bunuh diri dan
pembunuhan, gejala hipokondrialal, dorongan antisosial.
Gangguan isi pikir yang utama adalah delusi. Delusi merupakan keyakinan
yang salah dan menetap yang tidak terkait latar belakang budaya dapat
bersifat kongruen terhadap mood (sesuai dengan mood yang terdepresi dan
mood yang elasi, dapat pula tidak kongruen terhadap mood. Isi dari
sistematika delusi harus diungkapkan. Perilaku pasien dapat terpengaruh
karena adanya delusi, hal ini dapat terlihat dari riwayat gangguan
sekarang. Delusi dapat bersifat bizarre dan dapat melibatkan keyakinan
tentang adanya kontrol eksternal. Delusi dapat mempunyai tema
persekutorik atau paranoid, grandiose (kebesaran), iri hati, somatik,
perasaan bersalah, nihilistik, dan erotik. Ide-ide rujukan dan ide-ide
dipengaruhi juga harus dideskripsikan. Contoh dari ide rujukan adalah
sesorang yakin bahwa radio atau televisi berbicara tentang dirinya. Contoh
ide rujukan adalah keyakinan tentang orang lain atau kekuatan
mengontrol perilaku seseorang.
Untuk menentukan apakah pasien mengalami halusinasi atau tidak,
tanyakan beberapa pertanyaan berikut. "Apakah Anda mendengar suara-
suara ketika tidak ada orang lain di sekitar?" "Dapatkah Anda melihat hal-
hal yang tidak ada orang lain dapat melihat?" "Apakah Anda memiliki
sensasi yang tidak dapat dijelaskan lainnya seperti bau, suara, atau
perasaan?"
Yang penting, selalu bertanya tentang halusinasi perintah dan
menanyakan apa yang pasien akan melakukan dalam menanggapi
halusinasi perintah ini. Misalnya, tanyakan "Ketika suara-suara
memberitahu Anda melakukan sesuatu, Anda mematuhi instruksi mereka
atau mengabaikan mereka?" Jenis halusinasi pendengaran meliputi
auditorik (hal pendengaran), visual (melihat hal-hal), gustatory (mencicipi
hal), taktil (sensasi perasaan), dan penciuman (berbau hal-hal).
Untuk menentukan apakah pasien mengalami delusi, tanyakan
beberapa pertanyaan berikut. "Apakah Anda memiliki pikiran bahwa orang
lain berpikir yang aneh?" "Apakah Anda memiliki kekuatan khusus atau
kemampuan?" "Apakah televisi atau radio memberikan pesan khusus?"
Jenis delusi termasuk megah (delusi keagungan), agama (delusi status
khusus dengan Tuhan), penganiayaan (keyakinan bahwa seseorang ingin
untuk membahayakannya), erotomanic (keyakinan bahwa seseorang yang
terkenal adalah cinta dengan mereka), kecemburuan (keyakinan bahwa
semua orang ingin apa yang mereka miliki), pikir penyisipan (keyakinan
bahwa seseorang adalah meletakkan ide-ide atau pikiran ke dalam pikiran
mereka), dan ide-ide dari referensi (keyakinan bahwa segala sesuatu
mengacu kepada mereka).
e. Kemampuan Visuospasial
Pasien diminta untuk meniru gambar jam dan pentagonal yang
berhimpitan pada satu sudut.
f. Pikiran abstrak
Nilai apakah pasien dapat menyebutkan persamaan apel dan jeruk,
meja dan kursi, lukisan dan puisi. Pasien yang mengalami reaksi
katastrofik dan kerusakan otak tidak dapat berfikir abstrak.
g. Kemampuan informasi dan intelegensi
Intelegensi pasien berhubugan dengan kosa kata dan pengetahuan
umum yang dimilikinya seperti nama presiden saat ini dan informasi-
informasi terkini.
7. Pengendalian Impuls
Dinilai kemampuan pasien untuk mengontrol impuls seksual, agresif, dan
impuls lainya. Control impuls dapat dinilai dari informasi terakhir perilaku
pasien yang diobservasi selama wawancara.
b. Tilikan
Tilikan adalah derajat kesadaran dan pengertian pasien bahwa
mereka sakit. Pasien mungkin menunjukkan penyangkalan penyakitnya
sama sekali atau mungkin menunjukkan kesadaran bahwa mereka sakit
tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain, faktor eksternal atau
bahkan faktor organik yang lain. Menilai pemahaman pasien terhadap
penyakit yang dideritanya. Derajat tilikan terdiri atas:
1. Penyangkalan penuh terhadap penyakit
2. Mempunyai sedikit pemahaman terhadap penyakit tetapi juga
sekaligus menyangkalnya pada waktu bersamaan
3. Sadar akan penyakitnya tetapi menyalahkan, tetapi menyalahkan
orang lain, faktor luar, atau faktor organik
4. Pemahaman bahwa dirinya sakit tetapi tidak mengetahui penyebabnya
5. Tilikan intelektual: mengakui bahwa dirinya sakit dan tahu bahwa
penyebabnya adalah perasaan irasional atau gangguan-gangguan yang
dialami, tetapi tidak memakai pengetahuan tersebut untuk pengalaman
di masa datang.
6. Tilikan emosional sejati: pemahaman emosional terhadap motif dan
perasaan-perasaan pada diri pasien dan orang-orang penting dalam
kehidupan pasien, yang dapat membawa perubahan mendasar pada
perilaku pasien.