Anda di halaman 1dari 7

TUJUAN PEMBELAJARAN

 Tujuan Umum:

CSL PSIKIATRI Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan psikiatri secara baik dan benar.

 Tujuan Khusus:
SEMESTER IV 1. Mahasiswa mampu melakukan wawancara (anamnesis) psikiatri secara baik
FK UNDIKSHA dan benar.
2. Mahasiswa mampu melakukan pemeriksaan mental secara berkesinambungan
dengan anamnesis psikiatri dengan baik dan benar.

Wawancara psikiatri merupakan teknik wawancara untuk mengetahui riwayat psikiatri TEKNIK WAWANCARA
pasien. Riwayat psikiatri adalah catatan kehidupan pasien yang diceritakan kepada dokter
dalam kata-kata pasien dan sudut pandang pasien sendiri (autoanamnesis). Informasi Mendapatkan Rapport
tentang pasien juga bisa didapatkan dari sumber-sumber lain (alloaanamnesis), seperti Mendapatkan rapport merupakan langkah pertama dari wawancara dan pewawancara
orang tua atau pasangan hidup pasien. menggunakan respon empatiknya untuk mempermudah perkembangan rapport.
1. menempatkan pasien dan pewawancara dalam ketenangan
Alloanamnesis pada pemeriksaan psikiatri juga merupakan suatu hal yang penting yaitu 2. menemukan keluhan dan mengekspresikan rasa empati
untuk mengkonfirmasi apa yang telah diperoleh dari autoanamnesis untuk melihat 3. menilai tilikan pasien dan menjadi mitra
gangguan psikiatri yang dialami oleh pasien. Misalnya pada pasien yang mengalami 4. menunjukkan keahlian
waham atau halusinasi, apa yang diceritakan oleh pasien akan menjadi lebih baik bila 5. menegakkan wibawa sebagai dokter dan ahli terapi
dikonfirmasi kebenarannya kepada orang terdekat pasien melalui alloanamnesis. 6. menyeimbangkan peran sebagai pendengar yang simpatik, seorang ahli, dan orang
Alloananamnesis juga penting dilakukan pada pasien yang melantur ketika wawancara. yang berwenang

Di dalam wawancara psikiatri tercakup di dalamnya pemeriksaan status mental baik


dengan menanyakan kepada pasien maupun melalui pengamatan yang dilakukan oleh
dokter selama wawancara, seperti dengan melihat mimic muka pasien, gerak tubuh
pasien

TEKNIK WAWANCARA TEKNIK WAWANCARA


Memulai Wawancara Wawancara
Dokter harus mengetahui nama pasiennya dan pasien mengetahui nama dokternya. Wawancara yang ideal dimulai dengan pertanyaan terbuka yang luas misalnya dengan
Pasien mempunyai hak untuk mengetahui posisinya dan status profesional orang yang menanyakan “Dapatkah anda menceritakan mengenai masalah yang anda hadapi”.
terlibat dalam perawatannya. Pertanyaan tertutup dapat diberikan setelah pertanyaan terbuka untuk menegaskan apa
Hal yang dilakukan ketika memulai wawancara: yang telah dikatakan oleh pasien.
1. Memberikan salam kepada pasien dan keluarga/pengantar
2. Mempersilahkan pasien dan keluarga/pengantar untuk duduk (tempat duduk Dalam mengakhiri wawancara, dokter harus :
diletakkan berhadapan atau bersisian, tempat duduk dokter diletakkan lebih dekat 1. Memberikan kesempatan kepada pasien untuk bertanya dan membiarkan pasien
dengan pintu) mengetahui sebanyak mungkin mengenai rencana masa depan (rencana follow up dan
pengobatan yang akan dilaksanakan).
3. Menyapa pasien dan keluarga/pengantar dengan menanyakan identitas singkat
2. Mengucapkan terima kasih atas informasi yang telah diberikan dan memberitahu bahwa
seperti nama dan status keluarga/pengantar dari pasien (ibu, istri, sahabat, dll.)
informasi yang disampaikan sangat membantu dalam memperjelas langkah selanjutnya.
4. Dokter memperkenalkan diri kepada pasien dan keluarga/pengantar 3. Menjelaskan tiap peresepan obat secara singkat dan jelas
5. Menjelaskan tujuan wawancara kepada pasien/pengantar 4. Membuat perjanjian lain atau memberikan rujukan dan beberapa petunjuk bagaimana
6. Menjamin kerahasiaan wawancara yang dilakukan pasien dapat mencari pertolongan secepatnya jika diperlukan sebelum waktu perjanjian
selanjutnya.
TEKNIK WAWANCARA WAWANCARA PSIKIATRI
Setting wawancara psikiatri dapat dilakukan baik di unit gawat darurat, poliklinik maupun Data Identitas
bangsal (rawat inap). Data identifikasi merupakan sketsa ringkas tentang karakteristik pasien, meliputi:
Kondisi pasien psikiatri yang dihadapi akan beragam seperti kooperatif dan tidak 1. Nama
kooperatif (misalnya melantur, gaduh gelisah, tidak mau berbicara). 2. Usia
3. Jenis kelamin
4. Status perkawinan
Dalam menghadap pasien yang tidak kooperatif: 5. Pendidikan  dengan mengetahui status pendidikan pasien, pertanyaan yang
1. Dokter harus bersikap tenang diajukan disesuaikan dengan tingkat pendidikan pasien.
2. Menenangkan pasien dan juga keluarga/pengantar 6. Status pekerjaan
3. Menjaga jarak terutama pada pasien dengan gaduh gelisah 7. Tempat tinggal
4. Melakukan fiksasi pada pasien dengan gaduh gelisah apabila diperlukan atas seijin
8. Agama
keluarga pasien.
9. Datang sendiri atau diantar

WAWANCARA PSIKIATRI WAWANCARA PSIKIATRI


Riwayat gangguan sekarang
Keluhan Utama gambaran lengkap dan kronologis tentang peristiwa yang menyebabkan kejadian
Keluhan utama (dengan kata-kata pasien sendiri) menyatakan mengapa ia datang sekarang ini dalam kehidupan pasien, seperti
atau dibawa untuk mendapatkan bantuan. 1. Onset
Contoh : 2. Seberapa sering keluhan tersebut muncul
“Apa yang bapak rasakan saat ini?” 3. Perkembangan gejala pasien
Bisa Bapak/Ibu ceritakan apa yang sedang dirasakan?” 4. Keluhan lain yang menyertai
5. Perubahan perilaku pasien akibat keluhan utama
6. Pengaruh keluhan saat ini terhadap aktivitas kehidupan.
Apabila pasien tidak kooperatif baik itu membisu, tidak tahu apa keluhannya,
7. Peristiwa pencetus atau pemicu
maupun dalam kondisi kegawatdaruratan psikiatri seperti gaduh gelisah, keluhan 8. Adanya peristiwa pencetus dimasa lalu yang berhubungan dengan adanya kondisi
utama bisa diperoleh melalui alloanamnesis (menanyakan kepada keluarga yang seperti sekarang (seperti adanya trauma psikis)
mengantar pasien), dan dicantumkan siapa yang menyampaikan keluhan
utama tersebut. Riwayat gangguan sekarang
Selain dari autoanamnesis, apabila pasien diantar oleh keluarga, riwayat gangguan
sekarang juga diperoleh dari keluarga pasien secara alloanamnesis. Pada alloanamnesis
disertakan siapa yang menceritakan riwayat untuk gangguan pasien saat ini dan
hubungan kekerabatannya.

WAWANCARA PSIKIATRI WAWANCARA PSIKIATRI


Riwayat Penyakit Sebelumnya
Riwayat Penyakit Sebelumnya b. Riwayat Medik Sebelumnya
a. Riwayat Psikiatri Sebelumnya Riwayat medik sebelumnya berupa penyakit medis atau bedah yang berat dan trauma
Informasi ini untuk mengetahui apakah pasien memiliki riwayat gangguan psikiatri berat, khususnya yang memerlukan perawatan di rumah sakit (misalnya, trauma
sebelumnya atau pernah berkonsutasi ke dokter psikiatri sebelumnya. Adapun yang kranioserebral, penyakit neurologis seperti epilepsy, penyakit kejang lainnya ataupun
perlu ditanyakan pada pasien ini yaitu: gangguan neurologis lainnya (tumor pada sistem saraf), HIV/AIDS, gangguan
1. Onset gangguan episode pertama kesadaran), termasuk penyebab, komplikasi, dan pengobatannya.
2. Gejala yang timbul apa saja Ditanyakan pula adanya gejala gangguan psikosomatik, seperti hay fever, atritis
3. Beratnya hendaya (ketidakmampuan) rematoid, kolitis ulseratif, asma, hipertiroidisme, gangguan gastrointestinal, pilek
4. Jenis pengobatan yang telah diterima rekuren, dan gangguan kulit.
5. Derajat kepatuhan terhadap pengobatan c. Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif/NAPZA
6. Kekambuhan Informasi yang harus didapatkan adalah jenis zat, jumlah, dan frekuensi pemakaian.
7. Pernah dirawat di rumah sakit atau hanya menjalani rawat jalan
WAWANCARA PSIKIATRI WAWANCARA PSIKIATRI
Riwayat Pribadi Riwayat Pribadi
a. Riwayat Pranatal dan Perinatal b. Masa anak-anak awal (sampai usia 3 tahun)
Dokter mempertimbangkan bagaimana kondisi dari ibu pasien sebelum kehamilan Adapun informasi yang dapat digali oleh dokter pada masa ini adalah sebagai berikut:
serta kondisi ibu pasien dan pasien selama masa kehamilan. Adapun pertanyaaan 1. Kebiasaan Makan : minum asi, susu botol, dan problem makan
yang dapat diajukan berupa: 2. Perkembangan Dini : kehilangan ibu, perkembangan bahasa, perkembangan
1. Di mana pasien dilahirkan? motorik, tanda-tanda kebutuhan tak terpenuhi, pola tidur, cemas perpisahan, cemas
2. Apakah pasien direncanakan dan diinginkan untuk dilahirkan? keterasingan.
3. Apakah terdapat masalah dengan kehamilan dan persalinan? 3. Toilet training : usia, sikap orangtua, perasaan terhadap hal tersebut
4. Apakah terdapat cidera atau cacat saat kelahiran? 4. Gejala dan masalah perilaku : mengisap ibu jari, temper tantrum (mengadat), tic,
5. Bagaimana keadaan emosional dan fisik ibu saat mengandung dan saat pasien membenturkan kepala, memanjat, tidur di air atau tidur di tanah, menggigit kuku,
lahir? masturbasi
6. Apakah ibu menggunakan alkohol atau zat lain selama kehamilan ? 5. Kepribadian dan temperamen sebagai anak-anak: pemalu, tak dapat tenang,
overeactive, menarik diri, rajin belajar, meninggalkan tugas, malu-malu, olah
ragawan, pola bermain bersahabat, bereaksi terhadap saudara kandung.

WAWANCARA PSIKIATRI WAWANCARA PSIKIATRI


Riwayat Pribadi
Riwayat Pribadi d. Masa Anak-Anak Akhir (pubertas sampai masa remaja)
c. Masa Anak-anak Pertengahan (usia 3-11 tahun) Adapun informasi yang dapat digali adalah sebagai berikut:
1. Hubungan dengan rekan sebaya : Jumlah dan keakraban dengan teman- temannya, sebagai pemimpin atau pengikut,
Hal yang dapat ditanyakan oleh dokter yaitu mengenai: popularitas social, partisipasi dalam aktivitas kelompok atau geng, gambaran idealisme, pola agresivitas-pasivitas,
1. identifikasi jenis kelamin kecemasan, atau perilaku antisocial.
2. Riwayat sekolah : penyesuaian terhadap sekolah, hubungan dengan guru – kesayangan guru atau penentang guru,
2. hukuman yang digunakan di rumah pelajaran favorit atau yang diminati, kemampuan atau bakat khusus yang dimiliki, aktivitas ekstrakurikuler, olah raga, hobbi,
3. siapa yang menegakkan disiplin hubungan dari masalah-masalah dan gejala-gejala dengan setiap periode sekolah.
3. Perkembangan motorik dan kognitif : Kemampuan untuk belajar membaca, ketrampilan intelegensi dan motorik yang lain,
4. pengalaman awal sekolah (reaksi pasien terhadap perpisahan dengan ibunya), apakah terdapat disfungsi otak minimal seperti kesulitan belajar serta pengelolaan dan pengaruhnya pada anak.
persahabatan, keakraban dengan teman, peran pasien (sebagai pemimpin atau 4. Masalah khusus emosi dan fisik : mimpi buruk, fobia, ngompol, kenakalan remaja, merokok, menggunakan alcohol dan obat-
obatan, masalah berat badan (termasuk adanya tindakan seperti anoreksia dan bulimia), rendah diri, perasaan inferioritas
pengikut) serta ide dan usaha bunuh diri.
5. kerjasama dengan teman 5. Riwayat perkembangan psikoseksual
6. perilaku anti social, impulsivitas, agresi, kekejaman terhadap binatang dan 6. Keingintahuan dini terhadap seksual, adanya masturbasi infantile, permainan seks.
7. Pengetahuan seksual yang diperoleh, sikap orang tua terhadap seks, ada tidaknya penyalahgunaan seks
masturbasi yang berlebihan 8. Onset pubertas, perasaan terhadap pubertas, perasaan mengenai menstruasi, perkembangan kharakteristik
7. gangguan belajar, perkembangan intelektual sekunder,
9. Aktivitas seksual remaja seperti pesta, kencan, bercumbu rayu, masturbasi, mimpi basah, dan sikap terhadap hal tersebut.
10. Sikap terhadap sesama dan lawan jenis seperti malu-malu, pemalu, agresif, mengesankan, seductif, penaklukan seksual,
kecemasan.
11. Praktek seksual : masalah-masalah seksual, homoseksual, heteroseksual, parafilia, promisquitas.

WAWANCARA PSIKIATRI WAWANCARA PSIKIATRI


Pada wawancara mengenai riwayat pribadi ini tidak perlu menanyakan sampai sedetail tersebut.
Riwayat Pribadi Contoh dari pertanyaan yang bisa digunakan:
e. Masa Dewasa 1. Ketika menanyakan masa prenatal : Apakah Bapak/Ibu tahu mengenai kondisi Bapak/Ibu ketika baru lahir dari
Adapun informasi yang dapat digali adalah sebagai berikut: yang diceritakan orangtua? Apakah terdapat gangguan saat lahir atau kelainan bawaan? (Apabila pasien tidak
1. Riwayat Pekerjaan : menggambarkan pilihan pekerjaan pasien, konflik yang berhubungan dengan mengetahui pertanyaan ini harus ditanyakan kepada orangtua pasien)
pekerjaan, ambisi serta tujuan jangka panjang, juga perasaan pasien tentang pekerjaannya sekarang 2. Ketika menanyakan masa sampai usia 3 tahun : Apakah Bapak/Ibu mengalami beberapa kesulitan hingga
2. Riwayat Perkawinan dan Persahabatan : menggambarkan usia saat perkawinan, permasalahan rumah usia 3 tahun seperti masalah makan, masalah latihan menggunakan toilet untuk BAK/BAB, masalah
tangga, kualitas hubungan seksual, serta bagaimana pasien melihat pasangannya. Juga hubungan perkembangan social, perilaku ataupun kepribadian?
persahabatan dengan seseorang dengan periode waktu yang lama. 3. Ketika menanyakan masa 3-11 tahun : Apakah Bapak/Ibu mengalami masalah pada masa awal sekolah,
3. Riwayat suatu kondisi yang traumatis keakraban/kerjasama dengan teman atau malah lebih suka menyendiri ketika TK-SD, lebih senang berteman
dengan kawan sesama atau berbeda jenis kelamin ketika TK-SD, dan saat kecil suka binatang atau tidak?
4. Riwayat Pendidikan : gambaran tentang latar belakang pendidikan pasien.
4. Ketika menanyakan masa pubertas-remaja : Bisa Bapak/Ibu ceritakan ketika remaja bagaimana hubungan
5. Keagamaan : latar belakang keagamaan orang tua, sikap keluarga terhadap aturan agama, konflik
dengan teman-teman , apakah memiliki teman dekat, sebagaian besar lawan jenis atau sesama jenis? Apakah
tentang pendidikan agama anak, aktivitas keagamaan pasien serta perkumpulan yang diikuti.
Bapak/Ibu memiliki masalah di sekolah selama SMP-SMA, memiliki hobi atau ekstrakurikuler yang digemari
6. Aktivitas sosial : menggambarkan kehidupan sosial pasien dan sifat persahabatan. ketika SMP/SMA? Apakah ada masalah psikologis secara emosi atau social? Bisa diceritakan kapan mengalami
7. Situasi Hidup Sekarang : menggambarkan dimana pasien tinggal, jumlah anggota keluarga, jumlah pubertas, perasaan pertama ketika mengalami pubertas dan ada tidaknya masalah seksual ketika remaja?
kamar, susunan tempat tidur, juga sumber penghasilan keluarga dan kesulitan keuangan. 5. Ketika menanyakan masa dewasa : Bisa diceritakan apakah bapak/ibu mengalami masalah pada pekerjaan,
8. Riwayat Hukum : apakah pasien pernah ditangkap?. Dengan sebab apa?. Riwayat penyerangan atau kehidupan pernikahan (apabila sudah menikah) ataupun kondisi kehidupan sekarang? Apakah pernah memiliki
kekerasan dan lain-lain. masalah dengan hukum atau adanya kondisi yang membuat trauma?
9. Riwayat psikoseksual selama masa dewasa
Jika pertanyaan apakah hanya dijawab “ya” oleh pasien, minta untuk menjelaskan lebih lanjut atau bisa
menggunakan pertanyaan yang lebih spesifik mengenai apa yang ingin diceritakan. Sebelum bertanya hal
yang sensitive dapat mengatakan maaf terlebih dahulu
WAWANCARA PSIKIATRI PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
VI. Riwayat Keluarga
Pernyataan singkat tentang penyakit psikiatrik, perawatan di rumah sakit, dan juga
mengenai pengobatan untuk gangguan psikiari pada keluarga pasien. Pemeriksaan status mental adalah bagian dari pemeriksaan klinis yang
Selain itu juga ditanyakan pula mengenai bagaimana sikap pasien terhadap orang tua menggambarkan tentang keseluruhan pengamatan pemeriksa dan kesan tentang
dan saudara kandungnya (keluarga)? Bagaimana sikap orang tua dan saudara kandung pasien psikiatrik saat wawancara, yang meliputi penampilan, pembicaraan,
(keluarga) terhadap pasien? tindakan, persepsi dan pikiran selama wawancara.

Penutup Wawancara
1. Menyampaikan ringkasan wawancara kepada pasien
2. Menanyakan apa ada hal yang ingin ditambahkan atau ditanyakan oleh pasien
3. Membuat janji untuk pertemuan kembali dnegan pasien dan mengucapkan
terimakasih

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


I. Deskripsi Umum (dengan melakukan pengamatan pada pasien ketika dilakukan II. Pembicaraan (dilakukan pengamatan selama wawancara)
wawancara) Digambarkan dalam kecepatan produksi bicara, dan kualitasnya, seperti
A. Penampilan (istilah yang biasa digunakan : tampak sehat, sakit, kelihatan tua, banyak bicara, tertekan, lambat, gagap, disprosodi, spontan, keras, monoton,
kelihatan muda, kusut, seperti anak-anak, kacau dsb.)
mutisme, dsb.
Mengamati bentuk tubuh, postur, ketenangan, pakaian, dandanan, rambut, dan
Mengamati selama proses wawancara
kuku
B. Perilaku dan aktivitas psikomotor (termasuk di sini adalah manerisme, tiks, gerakan 1. Logorrhea : bicara yang banyak sekali, bertalian dan dapat bersifat
stereotipik, hiperaktivitas, agitasi, retardasi, fleksibilitas, rigiditas dll.) koheren maupun inkoheren
Mengamati dan/atau memeriksa cara berjalan, gerakan dan aktivitas pasien 2. Flight of idea : pembicaraan dengan kata- kata yang cepat dan terdapat
saat wawancara. loncatan dari satu ide ke ide yang lain, ide-ide cenderung meloncat/ sulit
C. Sikap terhadap pemeriksa (bekerja sama, bersahabat, menggoda, apatis, dihubungkan.
bermusuhan, merendahkan, dll.) 3. Asosiasi longgar : pergeseran gagasan- gagasan dari satu subjek ke
Mengamati dan merasakan sikap dan jawaban pasien saat wawancara subjek lain yang tidak berhubungan, jika berat, pembicaraan menjadi kacau
psikiatrik atau membingungkan (inkoheren)

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


III. Mood dan Afek III. Mood dan Afek
1. Mood (adalah suasana perasaan yang menetap, bersifat pervasif, bertahan lama, yang 1. Mood (adalah suasana perasaan yang menetap, bersifat pervasif, bertahan lama, yang mewarnai
persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Mood terdiri dari eutimia, hipotimia, hipertimia,
mewarnai persepsi seseorang terhadap kehidupannya. Mood terdiri dari eutimia,
disforia, euforia, ekstasia, aleksitimia, anhedonia, kosong, labil iritabel, depresif, anxiety )
hipotimia, hipertimia, disforia, euforia, ekstasia, aleksitimia, anhedonia, kosong,
• Eutimia: suasana perasaan dalam rentang normal
labil iritabel, depresif, anxiety ) • Hipotimia: sedih dan murung, secara subyektif pasien mengeluh sedih dan hilang semangat
Menanyakan tentang suasana perasaan pasien, di awal wawancara ketika • Disforia: perasaan tidak menyenangkan, sering diungkapkan sebagai jenuh, jengkel, bosan
menanyakan riwayat penyakit sekarang • Hipertimia: perasaan bersemangat dan kegairahan yang berlebih
“Bagaimana perasaan anda akhir-akhir ini ?” (pertanyaan terbuka) • aleksitimia;: kedangkalan emosi dimana pasien sangat sulit untuk mengungkapkan perasaannya
“Apakah anda merasa sedih ?” (pertanyaan tertutup) (ketika ditannya perasaan mengatakan tidak tahu)
2. Afek (adalah keadaan perasaan seseorang yang berlangsung relatif lama dan pasien • Anhedonia: kehilangan minat dan kesenangan pada berbagai aktivitas kehidupan
menampakkan suatu respon emosional tertentu. Afek terdiri dari luas, menyempit, • Kosong: kehidupan emosi yang sangat dangkal, nyaris kehilangan keterlibatan emosi dengan
kehidupan sekitar.
menumpul, mendatar)
• Labil: suasana perasaan berubah-ubah, muncul bergantian dan tak terduga
Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan nada suara, gerakan tangan, dan
• Iritabel: suasana perasaan yang sensitive, mudah tersinggung, mudah marah, bereaksi
pergerakan tubuh selama pasien dilakukan wawancara. berlebihan terhadao sesuatu yang tidak disenanginya
3. Keserasian (serasi atau tidak serasi, appropriate/inappropriate) • Depresif: suasana perasaan sedih
Mengamati keserasian afek dengan mood yang disebutkan oleh pasien. • Anxiety: gejala kecemasan seperti gugup, tak tenang, lekas terkejut
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL
IV. Proses Berpikir (diperoleh melalui pengamatan selama wawancara)
III. Mood dan Afek 1. Bentuk pikiran (suatu aspek pikiran yang menunjuk pada bentuk atau kerangka pengutaraan serangkaian isi
2. Afek (adalah keadaan perasaan seseorang yang berlangsung relatif lama dan pikiran). Untuk mengetahui proses berpikir pasien dapat dilihat baik ketika menanyakan riwayat penyakit
pasien menampakkan suatu respon emosional tertentu. Afek terdiri dari luas, sekarang, riwayat pribadi ataupun aktivitas pasien.
Bentuk pikiran pasien berupa Logis realis (normal), Non logis non realis, Logis non realis, Autistik.
menyempit, menumpul, mendatar) 2. Isi pikiran (termasuk waham, preokupasi, obsesi, fobia, dsb.) (pertanyaan untuk mengetahui isi pikiran
Mengamati variasi ekspresi wajah, irama dan nada suara, gerakan tangan, dan pasien diajukan ketika bertanya mengenai riwayat penyakit sekarang)
pergerakan tubuh. Menilai isi pikiran pasien ketika dilakukan wawancara mengenai ada tidaknya,:
• Waham: keyakinan yang keliru tentang kenyataan eksternal, tidak konsisten dengan intelegensia dan latar
• Luas: afek pada rentang normal, dimana emosi luas dan beragam serta serasi belakang budayanya dan tidak diubah melalui penalaran atau penyajian fakta. Beberapa contoh waham
dengan suasana yang dihayatinya (sesusi dengan apa yang sedang seperti waham paranoid, waham bizzare, waham nihilistik, waham kebesaran, waham kejar, waham
cemburu, thought withdrawal (waham pikirannya ditarik oleh orang atau kekuatan lain), thought insertion
dibicarakan) (waham pikirannya disisipi oleh orang atau kekuatan lain), thought broadcasting (waham pikirannya dapat
• Menyempit: ekspresi emosi yang terbatas, terlihat dari ekspresi wajah dan diketahui oleh borang lain dan tersiar), thought control (waham pikirannya dikendalikan oleh orang atau
Bahasa tubuh yang kurang bervariasi kekuatan lain).
• Fobia: rasa takut yang irasional terhadap suatu benda atau keadaan yang tidak dapat dihilangkan atau
• Menumpul: penurunan serius dalam kemampuan ekspresi emosi yang tampak ditekan oleh pasien walaupun pasien tahu hal tersebut irasional. Beberapa contoh fobia seperti agorafobia
dari tatapan mata kosong, irama suara monoton, bahasa tubuh sangat kurang (fobia terhadap ruang yang luas), akrofobia (fobia terhadap tempat tinggi), klaustrofobia (fobia terhadap
• Mendatar: kehilangan kemampuan ekspresi emosi yang lebih berat ruangan yang tertutup), monofobia (fobia terhadap keadaan sendirian), niktofobia (fobia terhadap gelap),
okholofobia (fobia terhadap keadaan ramai dengan banyak orang), dll.
dibandingkan menumpul, tampak dari ekspresi wajah pasien datar, irama • Obsesi: isi pikiran yang kukuh (persisten) timbul walaupun tidak dikehendaki dan diketahuinya bahwa hal
suara data, gerakan suara minimal, seperti robot. itu tidak wajar atau tidak mungkin
• Ideas of reference: pembicaraan orang lain, benda-benda atau suatu kejadian dihubungkan dengan dirinya.
Misalnya ada burung bersiul dianggap sebagai suatu berita untuknya.
• Preokupasi: pikiran yang terpaku hanya pada suatu focus tertentu saja pada waktu yang lama.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


V. Persepsi
IV. Proses Berpikir (diperoleh melalui pengamatan selama wawancara) Adapun gangguan persepsi adalah sebagai berikut:
3. Arus pikir: cara dan laju proses asosiasi dalam pemikiran. Dinilai selama pasien dilakukan wawancara, dimana 1. Depersonalisasi: perasaan subyektif, merasa dirinya sendiri (atau tubuh pasien sendiri) sebagai suatu
arus piker dapat dinilai sebagai: hal yang tidak nyata.
A. Koheren: normal 2. Derealisasi: perasaan subyektif bahwa lingkungannya adalah sesuatu yang tidak nyata.
B. Inkoheren
3. Ilusi: persepsi yang keliru terhadap stimulus eksternal yang nyata.
C. Asosiasi longgar  mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama lain.
D. Verbigerasi  mengulang kata-kata secara terus menerus
4. Halusinasi: persepsi palsu, tidak ada stimulus eksternal yang nyata, menghayati gejala yang
E. Miskin bicara dikhayalkan sebagai nyata. Halusinasi yang dirasakan pasien dapat berupa halusinasi auditorik, visual,
F. Mutism  hilangnya percakapan yang proporsional, dimana dalam hal ini pasien tidak mau berbicara penciuman, pengecapan, taktil, somatic, liliput
sama sekali
G. Blocking  pembicaraan yang berhenti mendadak sebelum selesai dibicarakan Menanyakan tentang gangguan persepsi yang pernah atau sedang dirasakan oleh pasien.. Pertanyaan
H. Logorea  banyak bicara tanpa control, yang dapat bersifat koheren ataupun inkoheren yang bisa digunakan berupa:
I. Konvabulasi  mengisi kekosongan pikiran dengan cerita yang tidak benar 1. “Apakah anda pernah mendengar suara atau bunyi lain yang tidak dapat didengar oleh orang lain?
J. Flight of ideas  perubahan yang mendadak dan cepat dalam pembicaraan sehingga suatu ide yang
2. “Apakah anda dapat atau pernah melihat sesuatu yang tampaknya tidak dilihat orang lain?
belum selesai diceritakan sudah menceritakan ide yang lain
K. Neologisme membentuk kata-kata/logika baru yang hanya dimengerti oleh pasien
3. “Apakah anda merasa seperti membaui sesuatu atau seperti sensasi perabaan pada kulit yang tidak
L. clang association (asosiasi bunyi)  mengucapkan perkataan yang mempunyai persamaan bunyi dirasakan juga oleh orang lain?”
M. Irrelevansi 4. “Pernahkah anda melihat sesuatu atau mendengar sesuatu yang oleh orang lain dinyatakan berbeda
N. Afasia  afasia motoric (tidak dapat berbicara namun dapat mengerti apa yang dibicarakan oleh lawan dengan apa yang anda lihat atau dengar?”
bicara), afasia sensorik (dapat berbicara namun tidak dapat mengerti apa yang dibicarakan oleh lawan 5. “Apakah anda pernah merasa diri anda seperti sesuatu yang tidak nyata?”
bicara) 6. “Apakah anda merasa lingkungan sekitar anda adalah suatu khayalan atau sesuatu yang tidak nyata?”
Pertanyaan di atas ditanyakan ketika menanyakan mengenai riwayat penyakit sekarang.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


VI. Sensorium dan kognitif
1. Kewaspadaan dan tingkat kesadaran (sadar, pengaburan, somnolen, stupor, koma, letargi,keadaan
VI. Sensorium dan kognitif
fugue/fugue state) 5. Kapasitas membaca dan menulis’
Pengamatan dan pemeriksaan secara objektif (kuantitatif dengan glasgow coma scale) Pasien diminta membaca dan mengikuti apa yang diperintahkan serta menulis
2. Orientasi (terhadap waktu, tempat, orang dan situasi)  dilakukan di awal pemeriksaan baik ketika
kalimat sederhana tapi lengkap.
memperkenalkan diri ataupun menanyakan identitas pasien
Menanyakan tentang waktu, tempat, orang dan situasi. Pertanyaan yang diajukan berupa: 6. Kemampuan visuospasial
• “Sekarang hari apa? tanggal, siang/malam? jam berapa sekarang? Di mana kita saat ini?kerjanya apa?” Pasien diminta mencontoh suatu gambar, seperti jam atau segilima.
• “Siapa yang mengantar/ menunggui anda? ” 7. Pikiran abstrak
• “Bagaimana suasana saat ini?”
3. Daya ingat (daya ingat jauh/ remote memory, daya ingat masa lalu yang belum lama/ recent past memory, Menanyakan arti peribahasa sederhana, persamaan dan perbedaan benda.
daya ingat yang baru saja/ recent memory serta penyimpanan dan daya ingat segera/ immediate retention 8. Sumber informasi dan kecerdasan (dengan memperhitungkan tingkat pendidikan
and recall memory). Beberapa dapat ditanyakan bersamaan dengan riwayat pribadi (data masa anak-anak, dan status sosial ekonomi pasien)
peristiwa masa anak-anak), dan beberapa dapat ditanyakan setelah menyelesaikan wawancara (setelah
bertanya riwayat keluarga) seperti mengingat peristiwa dengan menanyakan berita di tv atau Koran,
Pasien diminta menghitung uang kembalian setelah dibelanjakan
bertanya tentang aktivitas sehari-hari, bertanya tentang sarapan, makan siang.
Pemeriksaan ini berguna untuk menilai daya ingat pasien. Semua pemeriksaan ini dilakukan setelah wawancara psikiatri selesai dilakukan
4. Konsentrasi dan perhatian (ditanyakan setelah menyelesaikan wawancara (setelah bertanya riwayat (setelah menanyakan riwayat keluarga)
keluarga)
Meminta pasien untuk mengulangi enam angka maju kemudian mundur. Mengulang tiga kata, segera dan
tiga sampai lima menit kemudian. Pasien diminta mengurangi 7 secara berurutan dari angka 100. Pasien
diminta mengeja mundur suatu kata sederhana. (disesuaikan dengan pendidikan pasien)
PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL

VII. Pengendalian impuls dan Psikomotor VIII. Pertimbangan dan Tilikan


Dilakukan pengamatan selama dilakukan wawancara kepada pasien. Psikomotor merupakan Derajat tilikan (kesadaran dan pengertian pasien bahwa mereka sakit). Terdapat 6 derajat
gerakan tubuh yang dapat dipengaruhi oleh keadaan jiwa dimana dapat dinilai selama dilakukan tilikan yaitu:
wawancara. Beberapa penilaian psikomotor seperti: 1. Derajat 1  Penyangkalan penyakit sama sekali
1. Katalepsi  suatu posisi tidak bergerak yang dipertahankan terus menerus 2. Derajat 2  Agak menyadari tetapi sekaligus menyangkal
2. Ekopraksia  peniruan gerakan orang lain yang patologis
3. Derajat 3  Menyadari tetapi melemparkan kesalahan pada orang lain atau faktor lain
3. Ekolalia  peniruan kata-kata yang diucapkan oleh orang lain
4. Katatonik  terdiri dari stupor katatonik, rigiditas katatonik dan posturing katatonik sebagai penyebab penyakitnya
5. Cerea fleksibilitas  mempertahankan posisi badan yang telah diatur orang lain 4. Derajat 4  Menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namun tidak memahami
6. Negativisme  menentang permintaan orang lain dan melakukan sebaliknya penyebab dari penyakitnya.
7. Stereotipi  gerakan salah satu anggota badan secara berulang-ulang dan tidak bertujuan 5. Derajat 5  Tilikan intelektual : menerima bahwa pasien sakit dan disebabkan oleh
8. Otomatisme  berbuat sesuatu secara otomatis sebagai ekspresi simbolik aktivitas tidak sadar perasaan irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri tanpa menerapkan
9. Mutism  tidak mau mengeluarkan suara dalam percakapan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan (dalam perilaku praktisnya)
10. Tic  gerakan motoric yang spasmodic dan tidak disadari 6. Derajat 6  Tilikan emosional sesungguhnya : menerima bahwa pasien sakit dan
11. Katapleksi disebabkan oleh perasaan irasional atau gangguan tertentu pada diri pasien sendiri dan
12. Verbigerasi
disertai motivasi untuk mencapai perbaikan
13. Kompulsi  suatu dorongan yang mendesak berkali-kali agar berbuat sesuatu yang bertentangan
dengan keinginannya. Seperti trikotilomania (dorongan mencabut rambut), kleptomania (dorongan
agar mencuri), megalomania (dorongan mencari kekuasaan)

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL PEMERIKSAAN STATUS MENTAL


IX. Global Assessment (GAF) Scale
VIII. Pertimbangan dan Tilikan Skala GAF mempunyai range dari 0-100, yang setiap kelompok range tertentu yang menunjukkan gejala atau apa yang terjadi pada
Menanyakan kesadaran dan pengertian pasien tentang penyakitnya (tilikan) Adapun individu atau kelompok
• 100 – 91 : Berfungsi secara optimal pada bidang yang luas, masalah hidup dapat diatasi sendiri dengan baik karena kualitas
pertanyaan yang dapat diajukan untuk mengetahui tilikan pasien yaitu: dirinya positif. Tidak ada symptom
“Anda kesini karena keingin sendiri atau diminta keluarga? Bisa diceritakan?” • 90 – 81 : (Ada sedikit simptom, mis : sedikit cemas menjelang ujian), berfungsi secara baik dalam semua bidang kehidupan,
berminat & terlibat dalam berbagai aktivitas, efektif secara sosial, umumnya merasa puas terhadap hidupnya, masalah tidak lebih
“Tahukah anda kenapa dibawa / datang ke sini ?” dari permasalahan biasa dalam kehidupan sehari- hari (misal : adu argumentasi dengan anggota keluarga).
• 80 – 71 : (Bila ada simptom merupakan reaksi yang biasa timbul karena stresor psikososial, misal : sulit konsentrasi setelah adu
“Apakah anda membutuhkan pengobatan / perawatan ?” argumentasi dalam keluarga), ada sedikit gangguan dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal : kadang terlambat
“Apakah perawatan anda di Rumah Sakit ini merupakan kesalahan ?” mengumpulkan tugas sekolah)
• 70 – 61 : (Beberapa simptom ringan & menetap, misal : sedih dan insomnia ringan) ATAU sedikit kesulitan dalam kehidupan sosial,
pekerjaan atau sekolah (misal : kadang berbohong, mencuri di rumah) tetapi fungsi secara umum cukup baik, mempunyai
hubungan interpersonal yang cukup berarti.
• 60 – 51 : (Beberapa simptom pada taraf sedang, efek datar dan bicara ngelantur, kadang-kadang serangan panik); ATAU
gangguan fungsi pada taraf sedang dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau sekolah (misal : tidak punya teman, kehilangan
pekerjaan).
• 50 – 41 : (Simptom yang serius, misal keinginan untuk bunuh diri, perilaku obsesif cukup kuat, sering mengutil) ATAU gangguan
yang cukup serius pada fungsi kehidupan sosial, pekerjaan, sekolah, misal : tidak punya teman, kehilangan pekerjaan).
• 40 – 31 : (Beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita & komunikasi, disabilitas berat dalam beberapa fungsi; misal:
bicara tidak logis, tidak bisa dimengerti/ tidak relevan, menyendiri, menolak keluarga, tidak mampu bekerja)
• 30 – 21 : Disabilitas berat dalam komunikasi & daya nilai, tidak mampu berfungsi hampir semua bidang
• 20 – 11 : Bahaya mencederai diri sendiri/ mengancam dan menyakiti orang lain
• 10 – 1 : secara persisten dan lebih serius membahayakan dirinya dan orang lain (misal tindakan kekerasan berulang-ulang)
• 0 : Inadequate information.

PEMERIKSAAN STATUS MENTAL CSL PSIKIATRI

IX. Global Assessment (GAF) Scale


Untuk mengetahui nilai GAF dari pasien dengan menanyakan seberapa
Untuk poin ceklist pada CSL psikiatri dapat dilihat di manual CSL Psikiatri.
aktivitas dan hubungan social yang bisa dilakukan oleh pasien dalam
kehidupan sehari-harinya pada saat dilakukan wawancara psikiatri.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai