Anda di halaman 1dari 31

KOMUNIKASI EFEKTIF DAN

ANAMNESIS

dr Nur muallima
 Komunikasi dokter-pasien merupakan salah satu
kompetensi yang harus dikuasai dokter. Kompetensi
komunikasi menentukan keberhasilan dalam
membantu penyelesaian masalah kesehatan pasien
 Dalam pemberian pelayanan medis, adanya
komunikasi yang efektif antara dokter dan pasien
merupakan kondisi yang diharapkan sehingga dokter
dapat melakukan manajemen pengelolaan masalah
kesehatan bersama pasien, berdasarkan kebutuhan
pasien.
Komunikasi adalah sebuah proses penyampaian
pikiran-pikiran atau informasi dari seseorang
kepada orang lain melalui suatu cara tertentu
sehingga orang lain tersebut mengerti apa yang
dimaksud oleh penyampai pikiran-pikiran atau
informasi (Komaruddin, 1994; Schermerhorn, Hunt
& Osborn, 1994; Koontz & Weihrich, 1988)
Aplikasi definisi komunikasi dalam interaksi
antara dokter dan pasien diartikan sebagai
tercapainya pengertian dan kesepakatan yang
dibangun dokter bersama pasien pada
setiap langkah penyelesaian masalah
pasien.
Menurut Kurzt (1998), dalam dunia kedokteran ada dua
pendekatan komunikasi yang digunakan:
I. Disease centered communication style atau doctor
centered communication style.
Komunikasi berdasarkan kepentingan dokter dalam
usaha menegakkan diagnosis, termasuk penyelidikan
dan penalaran klinik mengenai tanda dan gejala-gejala.
II. Illness centered communication style atau patient
centered communication style.
Komunikasi berdasarkan apa yang dirasakan pasien
tentang penyakitnya yang secara individu merupakan
pengalaman unik.

Keberhasilan komunikasi antara dokter dan pasien pada umumnya akan


melahirkan kenyamanan dan kepuasan bagi kedua belah pihak.
Untuk sampai pada tahap tersebut,
diperlukan berbagai pemahaman, seperti :

• Pemanfaatan jenis komunikasi (lisan, tulisan)


• Menjadi pendengar yang baik
• Adanya penghambat proses komunikasi,
• Pemilihan alat penyampai pikiran atau informasi
yang tepat
• Mengekspresikan perasaan dan emosi
Menurut Konsil Kedokteran Indonesia (2006), berdasarkan
hasil penelitian, manfaat komunikasi efektif dokter-pasien
adalah:

1. Meningkatkan kepuasan pasien dalam menerima


pelayanan medis dari dokter atau institusi pelayanan
medis.
2. Meningkatkan kepercayaan pasien kepada dokter yang
merupakan dasar hubungan dokter - pasien yang baik.
3. Meningkatkan keberhasilan diagnosis terapi dan
tindakan medis.
4. Meningkatkan kepercayaan diri dan ketegaran pada
pasien fase terminal dalam menghadapi penyakitnya.
LANGKAH-LANGKAH DALAM MEWUJUDKAN
KOMUNIKASI EFEKTIF DOKTER-PASIEN
Berdasarkan hasil Konsil Kedoteran Indonesia (2006), yang perlu diperhatikan
dalam meningkatkan komunikasi efektif antara dokter dan pasien adalah :
1. Sikap profesional dokter, sikap yang menunjukkan kemampuan dokter
dalam menyelesaikan tugas-tugas sesuai peran dan fungsinya, mampu
mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, dan mampu menghadapi
berbagai tipe pasien, serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan
yang lain. Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional
penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter,
yang merupakan landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif
(Silverman, 1998).
2. Pengumpulan informasi, yang di dalamnya terdapat proses anamnesis
yang akurat, dan sesi penyampaian informasi.
3. Penyampaian informasi yang akurat.
4. Proses langkah-langkah komunikasi, yang terdiri dari salam, ajak bicara,
menjelaskan, dan mengingatkan pasien.
 melakukan anamnesis, menggunakan
ketrampilan komunikasi efektif berdasarkan
paradigma komunikasi ilmiah untuk
memperoleh riwayat medis pasien secara
akurat.

 Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi untuk


membantu pengelolaan pasien serta kerja
sama yang produktif dengan pasien,
keluarganya, masyarakat, sejawat dan profesi
terkait.
 Menerapkan prinsip-prinsip komunikasi
untuk menetapkan dan mempertahankan
pengobatan lengkap dan hubungan dokter
pasien yang etikal.

 Menggunakan prinsip komunikasi untuk


mendapatkan, memberikan dan bertukar
informasi.
Anamnesis atau wawancara merupakan
langkah pertama dalam tata cara kerja
yang harus ditempuh untuk membuat
diagnosis.

Mengumpulkan riwayat penyakit yang


lengkap a/ langkah penting untuk mengerti
dan memahami penderita yang sedang
dihadapi.
Anamnesis berasal dari kata ana yang artinya hal-hal yang
telah terjadi dan nesa artinya ingatan. Dibedakan 2 anamnesis
yaitu :
Auto anamnesis yang berasal dari penderita sendiri
Allo anamnesis yang berasal dari orang lain seperti
keluarga, polisi, penduduk lain. Dikerjakan pada keadaan
sebagai berikut:
Pasien dengan penurunan atau perubahan kesadaran.
Pasien bayi, anak-anak atau orang sangat tua
Untuk konfirmasi auto anamnesis
Riwayat medis pasien terdiri dari
 Identitas pasien :Nama, alamat, nomor telepon, keluarga
pasien, umur, kelamin, ras, pekerjaan dan khusus untuk
wanita mengenai riwayat kehamilan.
 Keluhan utama
 Riwayat penyakit sekarang.
 Riwayat penyakit dahulu
 Riwayat penyakit keluarga
 Riwayat sosial dan pekerjaan.
 Riwayat alergi
 Penelusuran sistem sesuai dengan penyakit pasien.
Dalam hal ini dilakukan pemeriksaan fisik terhadap
pasien.
Keluhan utama

Keluhan utama yang dinyatakan


oleh pasien
Merupakan dasar utama untuk
memulai evaluasi masalah pasien.
Keluhan Utama
 nyeri (seperti nyeri perut)
 gejala tidak enak (seperti kelelahan)
 kehilangan fungsi normal (seperti fungsi
kandung kemih)
 perubahan dari tubuh (seperti bengkak)
atau keluhan kejiwaan (seperti cemas,
depresi), tidak harus merupakan masalah
sebenarnya.
Riwayat Penyakit Sekarang
• RPS adalah rincian gambaran dari
keluhan utama pasien dengan
sasaran untuk mendapatkan
hubungan dan gambaran umum
bagaimana keluhan utama pasien
terjadi.
KELUHAN
1. Durasi/lama terjadi
2. Karakter/derajat keparahan
3. Lokasi/penyebaran
4. Apakah sudah mencoba mengobati?
5. Apakah ada gejala penyerta lain?
6. Apa yang anda kira tentang masalah ini?
7. Apakah masalah tambah baik, tetap atau
bertambah buruk?
1. Lokasi : Dimana lokasi masalah tersebut? Apakah ada penjalaran?
Contoh : Tolong tunjukkan dengan satu jari dimana lokasi nyeri
yang tepat?

2. Kualitas : Seperti apa keluhan tersebut dan bagamana rasanya ?


Apakah tajam atau tumpul, hilang timbul atau menetap?

3. Kuantitas/beratnya : Seberapa berat penyakitnya?. Misalnya


beratnya nyeri dengan skala 1 sampai 10 nyeri

4. Kronologis/waktu : Kapan gejala atau masalah mulai?.Bagaimana


kejadiannya? Misalnya pada nyeri dada perlu ditanyakan pertama
kali terjadi atau sebelumnya pernah terjadi. Pada diare ditanyakan
berapa kali mencretnya.
5. Kejadian yang memperberat keluhan : Misalnya pada
ulkus ventrikuli diperberat dengan makan pedas, nyeri
dada bertambah pada saat bekerja dan sebagainya

6. Kejadian yang memperingan keluhan : Misalnya pada


gastritis nyeri uluhati berkurang dengan makan dan
sebagainya

7. Gejala klinik yang menyertai : Misalnya kolik ureter


disertai dengan kesulitan defekasi
Anamnesis
NO LANGKAH KLINIK KASUS
1. Mengucapkan salam, lalu pemeriksa berdiri dan melakukan jabat tangan  

2. Mempersilahkan duduk berseberangan/berhadapan  

3. Berikan respon yang baik dalam rangka membina sambung rasa  

4. Menjaga suasana santai dan rileks  

5. Berbicara dengan lafal yang jelas dengan menggunakan bahasa yang dipahami  

6. Menanyakan identitas: nama , umur, alamat dan pekerjaan.  

7. Menyebutkan nama pasien pada saat mengajukan pertanyaan  

8. Menanyakan keluhan utama dan berusaha memastikannya  

9. Menggali riwayat penyakit sekarang dengan keterangan yang teratur, sedapat  


mungkin secara kronologis berkenaan dengan perkembangan penyakit yang
diderita, mulai dari timbulnya gejala permulaan sampai sekarang.

10. Melakukan anamnesis sistem yang berkaitan  

11. Menggali penyakit dahulu yang serupa dan yang berkaitan, untuk menilai apakah  
penyakit sekarang ada hubungannya dengan penyakit terdahulu

12. Menggali penyakit keluarga dan lingkungan dengan cara menanyakan apakah ada  
anggota keluarga yang menderita /pernah menderita penyakit / gangguan yang
sama

13 Menggali riwayat alergi obat atau riwayat alergi lainnya  

14 Melakukan cek silang  

15 Menutup anamnesa dan mempersilakan pasien ke tahap pemeriksaan selanjutnya  


Konseling
NO LANGKAH KLINIK KASUS
1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman, memperkenalkan diri  

2. Mengkonfirmasi identitas pasien  


3. Menjelaskan tujuan pertemuan serta memberitahukan perannya  
4. Memberikan penjelasan tentang beberapa alternatif (misalnya jenis alat kontrasepsi dan  
pengobatan) yang dapat dipilih pasien untuk menyelesaikan masalahnya. Memberikan
penjelasan yang terorganisir dengan baik.

5. Menjelaskan keuntungan dan kerugian dari masing-masing alternatif tersebut secara objektif  

6. Menggunakan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti, tidak menggunakan jargon  
medik dan kalimat yang membingungkan
7. Menjawab pertanyaan pasien dengan tepat  
8. Mengecek kembali pemahaman pasien/keluarga tentang hal yang dibicarakan dan menanggapi  
komunikasi non-verbal pasien dengan tepat

9. Memberi kesempatan/waktu kepada pasien untuk bereaksi terhadap ucapan petugas kesehatan  
(berdiam diri sejenak)
10. Mendorong pasien untuk menyampaikan reaksinya, keprihatinannya serta perasaannya serta  
menyampaikan penerimaannya terhadap keprihatinan, perasaan dan nilai-nilai pasien

11. Mendorong pasien untuk menentukan pilihannya dan menyatakan dukungan terhadap  
keputusan pasien (menyampaikan keprihatinan, pengertian, dan keinginan untuk membantu)

12. Membuat perencanaan tindak lanjut bersama pasien  


MENYAMPAIKAN KABAR
BURUK
NO LANGKAH KLINIS KASUS
1. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,  
memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan pertemuan untuk menginformasikan berita yang kurang  
menyenangkan
3. Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang  

4. mengindikasikan bahwa informasi yang akan disampaikan selanjutnya adalah  


informasi yang penting
5. Menanyakan pasien ingin mendengarkan sendiri atau perlu pendampingan  

6. Menanyakan pasien mengenai hal-hal yang telah diketahui, dan perasaannya  


terhadap masalah yang dialami
7. Menanyakan sejauh mana informasi tentang masalahnya yang ingin diketahui  
oleh pasien (apakah pasien ingin mengetahui secara umum atau mendalam)

8. Menjelaskan informasi secara sistematis dengan bahasa yang sederhana,  


mudah dimengerti dan menunjukkan empati
9. Menanggapi komunikasi non-verbal yang ditunjukkan oleh pasien dengan  
mempertimbangkan perasaan, keprihatinan dan nilai-nilai yang dianutnya.
10. Memberikan waktu pada pasien untuk bereaksi (dengan cara hening atau  
berdiam diri sejenak)
11. Mendorong pasien untuk memberikan tanggapan serta mengungkapkan  
keprihatinan dan perasaannya

12. Menunjukkan perilaku non-verbal yang baik (kontak mata, posisi dan postur  
tubuh yang sesuai, gerakan tubuh, ekspresi wajah, suara termasuk kecepatan
dan volume)

13. Menyatakan dukungan kepada pasien (contohnya mengekspresikan  


keprihatinan, pengertian dan keinginan untuk menolong)

14. Menyusun rencana tindak lanjut bersama pasien  

15. Membangun sambung rasa dengan cara menyapa, bersalaman,  


memperkenalkan diri

16. Menjelaskan tujuan pertemuan untuk menginformasikan berita yang kurang  


menyenangkan

17. Memperlihatkan perilaku verbal dan non-verbal kepada pasien yang  

18. mengindikasikan bahwa informasi yang akan disampaikan selanjutnya adalah  


informasi yang penting
STATUS PASIEN
 
IDENTITAS
Nama :
Umur : tahun
Jenis Kelamin : L/P
Agama :
Status :
Alamat :
No. Rekam Medis :
ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Anamnesa Terpimpin :
 
 
 
 
 
Riwayat Penyakit :

Riwayat Penyakit Keluarga :


Riwayat Alergi :
DIAGNOSA SEMENTARA :
Makassar, 2017
Dokter Pemeriksa,
 
 
(……………………………….)
No.Stambuk
 

Anda mungkin juga menyukai