DOKTER-PASIEN
Editor
Mulyohadi Ali
Ieda Poernomo Sigit Sidi
Komunikasi yang dibahas dalam buku ini adalah komunikasi yang terjadi antara dokter dan pasien di
ruang praktik perorangan, poliklinik, rumah sakit, puskesmas dalam rangka menyelesaikan masalah
kesehatan pasien yang bukan dalam keadaan gawat darurat (emergency).
Sementara, Bylund & Makoul (2002) mengembangkan 6 tingkat empati yang dikodekan
dalam suatu sistem (The Empathy Communication Coding System (ECCS) Levels). Berikut
adalah contoh aplikasi empati tersebut:
Sikap profesional seorang dokter ditunjukkan ketika dokter berhadapan dengan tugasnya
(dealing with task), yang berarti mampu menyelesaikan tugas-tugasnya sesuai peran dan
fungsinya; mampu mengatur diri sendiri seperti ketepatan waktu, pembagian tugas profesi
dengan tugas-tugas pribadi yang lain (dealing with one-self); dan mampu menghadapi
berbagai macam tipe pasien serta mampu bekerja sama dengan profesi kesehatan yang
lain (dealing with others). Di dalam proses komunikasi dokter-pasien, sikap profesional ini
penting untuk membangun rasa nyaman, aman, dan percaya pada dokter, yang merupakan
landasan bagi berlangsungnya komunikasi secara efektif (Silverman, 1998). Sikap
profesional ini hendaknya dijalin terus-menerus sejak awal konsultasi, selama proses
konsultasi berlangsung, dan di akhir konsultasi.
Contoh sikap dokter ketika menerima pasien:
o Menyilakan masuk dan mengucapkan salam.
o Memanggil/menyapa pasien dengan namanya.
o Menciptakan suasana yang nyaman (isyarat bahwa punya cukup waktu, menganggap
penting informasi yang akan diberikan, menghindari tampak lelah).
o Memperkenalkan diri, menjelaskan tugas/perannya (apakah dokter umum,spesialis,
dokter keluarga, dokter paliatif, konsultan gizi, konsultan tumbuh kembang, dan lain-lain).
o Menilai suasana hati lawan bicara
o Memperhatikan sikap non-verbal (raut wajah/mimik, gerak/bahasa tubuh) pasien
o Menatap mata pasien secara profesional yang lebih terkait dengan makna menunjukkan
perhatian dan kesungguhan mendengarkan.
o Memperhatikan keluhan yang disampaikan tanpa melakukan interupsi yang tidak perlu.
o Apabila pasien marah, menangis, takut, dan sebagainya maka dokter tetap menunjukkan
raut wajah dan sikap yang tenang.
o Melibatkan pasien dalam rencana tindakan medis selanjutnya atau pengambilan
keputusan.
o Memeriksa ulang segala sesuatu yang belum jelas bagi kedua belah pihak.
o Melakukan negosiasi atas segala sesuatu berdasarkan kepentingan kedua belah pihak.
o Membukakan pintu, atau berdiri ketika pasien hendak pulang.
3.2 Sesi Pengumpulan Informasi
Di dalam komunikasi dokter-pasien, ada dua sesi yang penting, yaitu sesi pengumpulan
informasi yang di dalamnya terdapat proses anamnesis, dan sesi penyampaian informasi.
Tanpa penggalian informasi yang akurat, dokter dapat terjerumus ke dalam sesi
penyampaian informasi (termasuk nasihat, sugesti atau motivasi dan konseling) secara
prematur. Akibatnya pasien tidak melakukan sesuai anjuran dokter. P:19
Sistematis adalah segala usaha untuk menguraikan dan merumuskan sesuatu dalam
hubungan yang teratur dan logis sehingga membentuk suatu sistem yang berarti secara
utuh, menyeluruh, terpadu , mampu menjelaskan rangkaian sebab akibat menyangkut
obyeknyahttps://id.wikipedia.org/wiki/Sistematis
1. Komunikasi adalah suatu proses simbolik. Komunikasi adalah sesuatu yang
bedrsifat
dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan.
2 Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi. Setiap orang tidak bebas nilai, pada
saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi
dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses
berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah(non verbal) seseorang dapat dimaknai
oleh orang lain menjadi suatu stimulu
3 Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan. Setiap pesan komunikasi
mempunyai isi dimana dari dimensi isi tersebut kitabisa memprediksi dimensi
hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi.
4 Komunikasi itu berlangsung di berbagai tingkat kesengajaan. Setiap tindakan
komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat
kesengajaan yang rendah artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan
sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja
5 Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu. Pesan komunikasi yang
dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal
disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada
siapa pesan itu dikirim dan kapan komunikasi itu berlangsung
6 Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.Tidak dapat dibayangkan jika
orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat.
Jika kita tersenyum malka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan
membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut
akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi
tenang dalam melakukan proses komunikasi
7 Komunikasi itu bersifat sistematik. Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal
yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan
pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal
inernal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan dimana dia
bersosialisasi mempengaruhi bagaiman dia melakukan tindakan komunikasi.
8 Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi. Jika dua
orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, maka ada
kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling
dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-
simbol yang saling dipertukarkan.
9 Komunikasi bersifat nonsekuensial.Proses komunikasi bersifat sirkular dalam arti
tidak berlangsung satu arah. Melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti
bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.
10 Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. Konsekuensi dari prinsip
bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan
transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-
pihak yang melakukan komunikasi.
11 Komunikasi bersifat irreversible. Setiap orang yang melakukan proses komunikasi
tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan
yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali. Jika seseorang sudah
berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada
diri orang lain tersebut.
12 Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah Komunikasi
bukan satu-satunya obat mujarab yang dapat digunakan untuk menyelesaikan
masalah.