Disusun Oleh:
KHALEDA SHAFIRATUNNISA
J2A013003P
PENDAHULUAN
Komunikasi dokter pasien merupakan komunikasi dua arah dengan tujuan kesembuhan,
dilandasi kesetaraan dan empati, ada kesepakatan tak tertulis bahwa pasien mempercayakan
dirinya kepada dokter yang mengobatinya dan dokter wajib menyimpan rahasia jabatan. Namun
demikian, komunikasi dokter pasien bukanlah hal yang mudah, terutama saat berhadapan dengan
pasien yang bermasalah mulai dari yang sederhana hingga yang rumit dan kompleks.Oleh karena
itu, seorang dokter harus dapat melakukan komunikasi yang efektif dan efisien kepada setiap
masyarakat yang datang untuk mencari pertolongan terhadap masalah yang dialami masyarakat
tersebut (Arianto, 2013).
Dengan komunikasi dokter pasien yang baik, diharapkan para dokter dapat mengarahkan
emosi pasien, memberikan informasi medis yang komprehensif, sehingga pasien benar-benar
mengerti akan hal yang terjadi pada dirinya. Dokter juga dapat mengidentifikasi secara lebih baik
tentang hal yang dibutuhkan pasien, persepsi pasien, serta harapan pasien. Diagnosis dan
penatalaksanaan yang tepat atas masalah yang dikeluhkan pasien, serta nasihat tambahan dokter
yang sesuai dapat memberikan kepuasan tersendiri bagi pasien. Kepuasan pasien tersebut pada
akhirnya akan memberikan hasil positif terhadap tercapainya kesembuhan (Ha, 2010).
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis yaitu bentuk wawancara sederhana di
antara dokter dengan pasien yang bertujuan untuk mengingat kembali perjalanan alamiah dari
penyakit dan mendapatkan segala informasi yang mendukung. Umumnya terdapat langkah-
langkah panduan untuk melakukan anamnesis yang baik yang sering disebut dengan konsep
Basic Four (B4) atau Fundamental Four (F4) dan Sacred Seven (S7).
BAB II
ISI
Definisi
Diagnosis
Diagnosis adalah suatu penyakit atau keadaan yang diderita oleh seorang pasien yang
menyebabkan seorang pasien yang memerlukan atau mencari dan menerima asuhan medis atau
tindakan medis. Untuk menentukan keputusan diagnostik yang tepat diperlukan cara pendekatan
yang sistematis terhadap berbagai masalah yang timbul pada setiap pasien. Pendekatan yang
paling efektif untuk menentukan berbagai keputusan klinik dilakukan dengan menggunakan
metode ilmiah yang dikenal sebagai metode diagnostik. Walaupun unsurunsur dalam metode
ilmiah seperti pengumpulan data, analisis data, testing hipotesis di dalam metode diagnostik
sering disebut dengan istilah yang berbeda, tetapi secara konseptual sama.
Unsur-unsur dan urutan kegiatan dalam metode diagnostik untuk evaluasi pasien dental
dapat dilihat pada bagan alur berikut ini. Walupun seluruh rangkaian kegiatan tersebut tidak
pernah secara langsung terjadi dalam praktek, perlu diperhatikan bah wa berbagai temuan klinis
dari seorang pasien mungkin berhubungan dengan beberapa penyakit yang berbeda. Tanda dan
gejala dari penyakit tersebut sering sating tumpang tindih sehingga menyulitkan diagnosis.
Pendekatan masalah pasien dengan menggunakan metode diagnostik demikian akan menjadi
efektif karena dengan mengikuti secara runtut alur tahapan kegiatan yang ada, berbagai
kesalahan yang sering terjadi di klinik dapat dikurangi.
Anamnesa
Diagnosis dapat ditegakkan melalui anamnesis. Anamnesa merupakan langkah awal metode
diagnostik untuk mengumpulkan informasi diagnostik yang meliputi riwayat kesehatan rinci dari
pasien, temuan hasil pemeriksaan klinis, dan hasil pemeriksaan penunjang diagnostik lain seperti
pemeriksaan labotaorium. Perlu diperhatikan bahwa selama mengumpulkan informasi ini klinisi
harus tetap bersifat obyektif. Pendapat atau pemikiran yang terlalu awal dapat menyebabkan
kekeliruan diagnostik yang justru dapat menganggu persepsi dan akurasi informasi yang telah
dikumpulkan.
Terapkan Basic Four sebagai materi anamnesis yang mampu menggali lebih luas problem
kesehatan yang dialami pasien. Konsep B4 berisi ;
2. Riwayat Penyakit Dahulu (Past History) yang berusaha menggali riwayat penyakit dan
kondisi kesehatan yang lalu,
4. Riwayat Sosial (Social History) sebagai tambahan untuk mendapatkan informasi yang
menggambarkan kondisi masyarakat dan lingkungan di sekitar pasien.
2. Onset (Waktu) untuk menggali waktu mulai timbulnya keluhan maupun tanda penyakit,
3. Quality (Kualitas) yang bertujuan mendalami sifat atau berat-ringannya suatu penyakit,
4. Quantity (Kuantitas) guna mencari tahu derajat atau frekuensi mengalami suatu
penyakit,
Identitas pasien
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, ras, alamat dan data personal yang lain. Informasi
ini terutama penting untuk identifikasi dan keperluan administratif, namun untuk diagnosis
kondisi tertentu, informasi mengenai umur, jenis kelamin atau ras tidak jarang sa ngat di
perlukan.
Riwayat keluarga ( Family history ) Terdiri dari status kesehatan anggota keluarga,
yang kemungkinan dapat mengungkap adanya kecenderungan untuk penyakit tertentu yang
diwariskan seperti ischemic heart diasease, diabetes, hemofilia. Informasi penularan untuk
infeksi menular tidak jarang dapat dilacak melalui riwayat keluarga.
Riwayat Social ( Social history ) Termasuk disini ialah informasi mengenai status
perkawinan, jumlah anak, tingkat pendidikan, hobi dan kebiasaan. Temuan demikian dapat
mengungkap tentang gaya hidup pasien yang mungkin dapat menunjukkan kepekaan terhadap
penyakit tertentu, atau sebagai pertimbangan mengenai perawatan gigi yang akan diberikan.
Informasi me ngenai kejadian-kejadian yang dapat memberikan tekanan hidup atau yang
mungkin dialami sehubungan dengan penyakitnya tidak dapat diabaikan. Beberapa kondisi
tertentu ( bruxism, clenching habits atau myofunctional pain dysfunction syndrome atau MPDS )
sering berhubungan dengan ketegangan emosi atau keadaan yang kurang membahagiakan
pasien.
Pemeriksaan Infra Oral Pemeriksaan awal mengenai kesan umum kesehatan oral sangat
penting karena disamping menunjukkan kepada pasien bahwa keluhan mereka
diperhatikan, penilaian demikan akan memberikan garis besar arch dan luasnya
pemeriksaan serta kemungkinan diperlukan alat bantu pemeriksaan atau tes khusus.Dari
kesan awal mengenai kondisi oral pasien, pemeriksa akan lebih mudah menentukan
daerah-daearah mana yang memerlukan perhatian lebih khusus. C. Pemeriksaan
penunjang diagnostik Bertambahnya pengetahuan tentang berbagai macam penyakit yang
mengenai rongga mulut, maka semakin besar Pula manfaat yang diambil dari hasil
pemeriksaan penunjang diagnostik dalam identifikasi suatu penyakit. Walaupun tidak
secara rutin dilaksanakan, pemeriksaan penunjang dagnostik seperti radiografi,
pemeriksaan laboratoris (darah, urin, atau cairan jaringan yang lainnya, identifikasi
mikrobiologik) dan pemeriksaan jaringan biopsi sangat diperlukan untuk menegakan
diagnosis. penyakit atau kasus tertentu. Hanya perlu dicatat bahwa untuk pemeriksaan
demikian memerlukan waktu yang relatif lama dan juga biaya tambahan. Karena lesi di
mulut sering merupakan komplikasi, akibat atau manifestasi dari penyakit sistemik
kebutuhan untuk pemeriksaan labortaris akan meningkat. Disamping itu rujukan atau
konsultasi dalam rangka mendapatkan informasi tambahan atau meminta pendapat dari
ahli yang lain sangat diperlukan dalam penanganan kasus-kasus di muiut. Namun perlu
diperhatikan bahwa pemeriksaan laboratoris semata jarang sekali dapat menetapkan sifat
dari suatu lesi di mulut, untuk itu maka dalam pelaksanaannya pemgambilan riwayat,
pemeriksaan klinis, dan pemeriksaan penunjang diagnostik yang lain hendaknya
dilakaksanakan secara terpadu sebagai suatu rangakaian pemeriksaan pasien bukan
merupakan pemeriksaan yang berdiri sendiri. Konfirmasi antara hasil masing-masing
teknik pemeriksaan tersebut akan memberikan informasi diagnostik yang sangat berguna
untuk menegakkan diagnosis.
DAFTAR PUSTAKA
Arianto. Komunikassi Kesehatan: Komunikasi Antara Dokter dan Pasien. Palu: Jurnal Ilmu
Komunikasi. 2013; Vol 03, No. 02