“BUKU SAKU “
S1 KEPERAWATAN
Puja dan puji kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, sehinggakami dapat
menyelesaikan makalah mata kuliah Keterampilan Dasar Keperawatan berjudul
“BUKU SAKU ”ini dengan tepat waktu.
Akhir kata semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita sama-
sama.
Wassalamu'alaikum WR.WB
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
B.Tujuan
BAB II PEMBAHASAN
B. PEMERIKSAAN FISIK
C. PEMERIKSAAN TTV
A.Simpulan
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
B. Tujuan
1. Pengertian Anamnesa
Allo-anamnesa dilakukan karena ;
3. Persiapan Anamnesa
1. Pengumpulan Data
- Tipe Data
Tipe data pada pengkajian keperawatan dapat dibedakan menjadi dua, yaitu
subjektif dan data objektif.
a. Data Subjektif
Data subjektif adalah data yang didapatkan dariklien sebagai suatu pendapat
terhadap suatu situasi dan kejadian. Data tersebut tidak dapat di tentukan oleh
perawat secatra independen tetapi melalui suatu interaksi atau komunikasi.
Data subjektif diperoleh dari riwayat keperawatan termasuk persepsi klien,
perasaan dan ide tentang status kesehatannya. Data yang diperoleh dari sumber
lainnya, seperti dari keluarga, konsultan dan profesi kesehatan lainnya juga
dapat dikategorikan sebagai data sbjektif jika didasarkan pada pendapat klien
b. Data objektif
Data ini diperoleh melalui kepekaan perawat (Senses) selama melakukan
pemeriksaan fisik 2S ( Sight, smell), dan HT (Hearing, Touch/Taste). Yang
termasuk data objektif adalah frekuensi pernapasan, tekanan darah, adanya
edema dan berat badan.
2. Pola koping yang pernah digunakan dan yang saat ini digunakan
2. Karesteristik Data
b. Akurat dan Nyata Pada proses pengumpulan data perawat mungkin saja
melakukan kesalahan dalam menafsirkan data. Untuk mencegah hal itu terjadi,
perawat harus berpikir akurat (tepat) dan menampilkan data-data yang nyata
untuk membuktikan kebenaran data dari apa yang telah didengar, dilihat,
diamati, dan diukur serta memfalidasi semua data yang meragukan.
c. Relevan Pendokumentasian data yang komprehensif harus mengumpulkan
banyak data sehingga akan mengambil waktu yang diperlukan perawat untuk
mengidentifikasi data-data tersebut. Kondisi ini dapat diantisispasi dengan
melakukan pendokumentasian data fokus yang relevan dan sesuai dengan
masalah klien pada situasi khusus sehingga akan didapatkan data yang
komperhensif namun cukup singkat dan jelas.
3. Sumber Data
Data yang dikumpulkan dari klien yang dapat memberikan informasi yng
lengkap tentang masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
klien.Sumber data primer adalah datadata yang dikumpulkan dari klien, yang
dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapinya. Contoh data yang didapat dari hasil wawancara
langsung dengan klien.
c. Klien
Klien adalah sumber data yang utama (primer) dan perawat dapat menggali
informasi yang sebenarnya mengenai masalah kesehatan klien. Jika klien
mengetahui bahwa informasi yang disampaikannya akan membantu
memecahkan masalahnya sendiri maka klien akan dengan mudah memberikan
informasi kepada perawat. Perawat harus mampu mengidentifikasi masalah
ataupun kesulitankesulitan klien agar dapat memperoleh data yang benar dan
lancar.
d. Orang terdekat
e. Catatan Klien
Catatan klien ditulis oleh anggota tim kesehatan dan dapat dipergunakan
sebagai sumber data dalam riwayat keperawatan. Untuk menghindari
pengulangan yang tidak perlu maka sebelum mengadakan interaksi kepada
klien, perawat hendaknya membaca catatan klien terlebih dahulu. Hal ini
membantu perawat untuk fokus dalam mengkaji data dan memperluas data
yang akan diperoleh dari klien
f. Riwayat penyakit
g. Konsultasi
j. Perawat Lain
Jika klien adalah rujukan dari pelayanan kesehatan lain, maka perawat harus
meminta data-data klien sebelumnya kepada perawat yang dulu merawatnya.
Hal ini dimaksudkan untuk kesinambungan dari asuhan keperawatan yang telah
diberikan.
k. Kepustakaan
Untuk memperoleh data hasil klien yang komprehensif, perawat dapat membaca
literature yang berhubungan dengan masalah klien. Membaca literature sangat
membantu perawat dalam memberikan asuhan keperawatan yang benar dan
tepat.
1. Komunikasi
Komunikasi dalam keperawatan merupakan suatu proses yang kompleks dan
memerlukan kemampuan (skill) berkomunikasi dan berinteraksi. Hal ini
berbeda dengan wawancara yang dilakukan profesi kesehatan lain, dimana
komunikasi keperawatan difokuskan pada identifikasi respons klien yang dapat
diatasi melalui asuhan keperawatan.
3. Mengatur posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak yang sesuai, cara
duduk, dan lain-lain
2. Tahapan Komunikasi
a. Persiapan
b. Perkenalan (pembukaan)
Pada tahap ini, mulai terjalin hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien. Perawat professional dengan perilaku yang baik akan membantu
terciptanya lingkungan yang nyaman. Hal yang sangat penting dalam proses
perkenalan (pembukaan) adalah pendekatan yang dilakukan oleh perawat, yaitu
dengan memberikan penghargaan yang positif terhadap klien. Langkah pertama
pada tahap perkenalan adalah memperkenalkan diri (nama dan peran),
memberitahu tujuan wawancara dan factor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan, serta waktun yang akan diperlukan (Stunton dan whyburn, 1993).
c. Kerja (isi)
d. Terminasi
Tahap akhir dari wawancara adalah terminasi (penutupan). Pada tahap ini
perawat memberitahukan klien bahwa wawancara akan segera berakhir. Oleh
karena itu, klien harus diberitahukan sejak tahap perkenalan tentang tujuan dan
waktu yang diperlukan untuk wawancara sehingga diharapkan pada tahap
terminasi ini perawat dank lien mampu menilai keberhasilan dan dapat
mengambil kesimpulan bersama jika diperlukan, perawat perlu membuat
kontrak waktu lagi untuk pertemuan selanjutnya.
- Observasi
3. Hearing : tekanan darah, batuk, menangis, ekspresi nyeri, denyut, dan ritme
jantung
- Pemeriksaan Fisik
-Tindakan Diagnosis
5. Tindakan Medis
Tindakan medis, yaitu suatu intervensi medis yang dilakukan pada seseorang
berdasar atas indikasi medis tertentu yang dapat mengakibatkan integritas
jaringan atau organ terganggu. Tindakan tersebut dapat berupa :
B. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik adalah salah satu prosedur yang biasa dilakukan dokter untuk
mendiagnosis penyakit. Hasil pemeriksaan ini kemudian digunakan untuk
merencanakan perawatan lanjutan.
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan
masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi
Sartika, 2010).
1. Inspeksi
Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan,
pendengaran dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali
bertemu pasien. Suatu gambaran atau kesan umum mengenai keadaan
kesehatan yang di bentuk. Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local
yang berfokus pada suatu system tunggal atau bagian dan biasanya
mengguankan alat khusus seperto optalomoskop, otoskop, speculum dan lain-
lain. (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997) Inspeksi adalah pemeriksaan yang
dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa melalui pengamatan
(mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010).
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/pembengkakan.setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian
tubuh lainnya.
2. Palpasi
3. Perkusi
a. Kontrol infeksi
b. Kontrol lingkungan
Inspeksi
Tujuan prosedur ini adalah untuk melihat bagian tubuh dan menentukan apakah
seseorang mengalami kondisi tubuh normal atau abnormal. Itu sebabnya
pemeriksa perlu mengetahui karakteristik normal dan abnormal tiap usia.
Kondisi tubuh abnormal pada orang dewasa muda adalah kulit keriput dan tidak
elastis karena kondisi ini umumnya dimiliki orang lanjut usia.
Palpasi
Ini adalah pemeriksaan fisik lanjutan dengan menyentuh tubuh dan dilakukan
bersamaan dengan inspeksi. Palpasi dilakukan hanya mengandalkan telapak
tangan, jari, dan ujung jari. Tujuannya untuk mengecek kelembutan, kekakuan,
massa, suhu, posisi, ukuran, kecepatan, dan kualitas nadi perifer pada tubuh.
Saat palpasi dilakukan, posisi harus rileks dan nyaman untuk mencegah
ketegangan otot. Dokter menjelaskan apa yang akan dilakukan, alasan, dan apa
yang dirasakan. Kamu juga diminta menghela napas agar lebih rileks dan
berhenti jika merasakan nyeri saat pemeriksaan berlangsung.
Auskultasi
Perkusi
Prosedur ini bertujuan mengetahui bentuk, lokasi, dan struktur di bawa kulit.
Perkusi bisa dilakukan secara langsung dan tidak langsung. Perkusi secara
langsung dilakukan dengan mengetukkan jari tangan langsung pada permukaan
tubuh.
Terdapat lima jenis suara yang dihasilkan, yaitu pekak, redup, sonor, hipersonor,
dan timpani. Keseluruhannya menggambarkan kondisi organ tubuh bagian
dalam.
Pemeriksaan fisik memiliki banyak manfaat, baik bagi perawat sendiri, maupun
bagi profesi kesehatan lain, diantaranya:
Indikasi
Pemeriksaan fisik selalu dimulai dengan memberi tahu dokter mengenai apa
keluhan yang dirasakan, apa yang mengganggu, dan gejala apa yang dialami.
Karena gejala yang dialami bisa bervariasi, pemeriksaan fisik yang dilakukan
dokter bisa jadi berbeda-beda, tergantung kondisi.
Selain itu, penting juga untuk menjelaskan sejak kapan gejala terjadi, apa yang
dilakukan atau dikonsumsi sebelumnya, dan lain-lain. Selama tahap ini, dokter
juga akan menanyakan hal-hal yang terkait dengan kondisi. Pastikan untuk
menjawab semua pertanyaan secara jujur untuk memudahkan diagnosis.
Persiapan
1. Alat
2. Lingkungan
Prosedur Pemeriksaan
1. Cuci tangan
2. Jelaskan prosedur
3. Lakukan pemeriksaan dengan berdiri di sebelah kanan klien dan pasang
handschoen bila di perlukan
4. Pemeriksaan umum meliputi : penampilan umum, status mental dan
nutrisi.
Cara : inspeksi
Tanda-Tanda Vital
2. Nadi
3. Pernafasan
Posisi klien : duduk , untuk pemeriksaan wajah sampai dengan leher perawat
berhadapan dengan klien.
1) Pemeriksaan kepala
Tujuan :
Mengetahui bentuk dan fungsi kepala
Mengetahui kelainan yang terdapat di kepala
Persiapan alat
Lampu
Sarung tangan (jika di duga terdapat lesi atau luka)
Prosedur Pelaksanaan
- Inspeksi : ukuran lingkar kepala, bentuk, kesimetrisan, adanya lesi atau
tidak, kebersihan rambut dan kulit kepala, warna, rambut, jumlah dan
distribusi rambut.
- Normal: simetris, bersih, tidak ada lesi, tidak menunjukkan tanda-tanda
kekurangan gizi(rambut jagung dan kering).
- Palpasi : adanya pembengkakan/penonjolan, dan tekstur rambut.·
Normal: tidak ada penonjolan /pembengkakan, rambut lebat dan
kuat/tidak rapuh.
Setelah diadakan pemeriksaan kepala evaluasi hasil yang di dapat dengan
membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil pemeriksaan
yang didapat.
1. Pemeriksaan wajah
2. Pemeriksaan mata
Tujuan :
Persiapan alat :
a) Senter Kecil
b) Surat kabar atau majalah
c) Kartu Snellen
d) Penutup Mata
e) Sarung tangan
Prosedur Pelaksanaan
Visus sentralis.
Visus sentralis ini dibagi dua yaitu visus sentralis jauh dan visus sentralis dekat.
3. Pemeriksaan telinga
Tujuan :
Mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga, gendang telinga, dan fungsi
pendengaran.
Persiapan Alat :
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi : bentuk dan ukuran telinga, kesimetrisan, integritas, posisi telinga,
warna, liang telinga (cerumen/tanda-tanda infeksi), alat bantu dengar.
- Normal: bentuk dan posisi simetris kika, integritas kulit bagus, warna sama
dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan alat bantu dengar.
- Palpasi : nyeri tekan aurikuler, mastoid, dan tragus
- Normal: tidak ada nyeri tekan.
a. Pemeriksaan Rinne
Pegang agrpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari tangan yang berlawanan.
Letakkan tangkai garpu tala pada prosesus mastoideus klien.
Anjurkan klien untuk memberi tahu pemeriksa jika ia tidak merasakan
getaran lagi.
Angkat garpu tala dan dengan cepat tempatkan di depan lubang telinga
klien 1-2 cm dengan posisi garpu tala parallel terhadap lubang telinga
luar klien.
Instruksikan klien untuk member tahu apakah ia masih mendengarkan
suara atau tidak.
Catat hasil pemeriksaan pendengaran tersebut.
b. Pemeriksaan Webber
Pegang garpu tala pada tangkainya dan pukulkan ke telapak atau buku
jari yang berlawanan.
Letakkan tangkai garpu tala di tengah puncak kepala klien.
Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas pada kedua
telinga atau lebih jelas pada salah satu telinga.
Catat hasil pemeriksaan dengan pendengaran tersebut.
c. Pemeriksaan schwabach
Tujuan :
Persiapan Alat :
a) Spekulum hidung
b) Senter kecil
c) Lampu penerang
d) Sarung tangan (jika perlu)
Prosedur Pelaksanaan :
Setelah diadakan pemeriksaan hidung dan sinus evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
Tujuan :
Persiapan Alat :
a) Senter kecil
b) Sudip lidah
c) Sarung tangan bersih
d) Kasa
Prosedur Pelaksanaan :
- Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir,
tekstur , lesi, dan stomatitis.
- Normal: warna mukosa mulut dan bibir pink, lembab, tidak ada lesi dan
stomatitis.
- Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi lengkap/penggunaan gigi palsu,
perdarahan/ radang gusi, kesimetrisan, warna, posisi lidah, dan keadaan
langit2.
- Normal: gigi lengkap, tidak ada tanda-tanda gigi berlobang atau
kerusakan gigi, tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris,
warna pink, langit2 utuh dan tidak ada tanda infeksi.
Gigi lengkap pada orang dewasa berjumlah 36 buah, yang terdiri dari 16 buah di
rahang atas dan 16 buah di rahang bawah. Pada anak-anak gigi sudah mulai
tumbuh pada usia enam bulan. Gigi pertama tumbuh dinamakan gigi susu di
ikuti tumbuhnya gigi lain yang disebut gigi sulung. Akhirnya pada usia enam
tahun hingga empat belas tahun, gigi tersebut mulai tanggal dan dig anti gigi
tetap.
Setelah diadakan pemeriksaan mulut dan bibir evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
6. Pemeriksaan leher
Tujuan :
Persiapan Alat :
- Stetoskop
Prosedur Pelaksanaan :
Cara/prosedur:
a) System pernafasan
Tujuan :
Persiapan alat :
a) Stetoskop
b) Penggaris centimeter
c) Pensil penada
Prosedur pelaksanaan :
b) System kardiovaskuler
Tujuan :
Persiapan alat :
Stetoskop
Senter kecil
Prosedur pelaksanaan :
Tujuan :
Persiapan alat :
Prosedur pelaksanaan :
Tujuan :
Persiapan :
a) Stetoskop
b) Penggaris kecil
c) Pensil gambar
d) Bantal kecil
e) Pita pengukur
Prosedur pelaksanaan :
- Inspeksi : kuadran dan simetris, contour, warna kulit, lesi, scar, ostomy,
distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus, dan gerakan
dinding perut.
- Normal: simetris kika, warna dengan warna kulit lain, tidak ikterik tidak
terdapat ostomy, distensi, tonjolan, pelebaran vena, kelainan umbilicus.
- Auskultasi : suara peristaltik (bising usus) di semua kuadran (bagian
diafragma dari stetoskop) dan suara pembuluh darah dan friction
rub :aorta, a.renalis, a. illiaka (bagian bell).
- Normal: suara peristaltic terdengar setiap 5-20x/dtk, terdengar denyutan
arteri renalis, arteri iliaka dan aorta.
- Perkusi semua kuadran : mulai dari kuadran kanan atas bergerak searah
jarum jam, perhatikan jika klien merasa nyeri dan bagaiman kualitas
bunyinya.
- Perkusi hepar: Batas
- Perkusi Limfa: ukuran dan batas.
- Perkusi ginjal: nyeri
- Normal: timpani, bila hepar dan limfa membesar=redup dan apabila
banyak cairan = hipertimpani
- Palpasi semua kuadran (hepar, limfa, ginjal kiri dan kanan): massa,
karakteristik organ, adanya asistes, nyeri irregular, lokasi, dan
nyeri.dengan cara perawat menghangatkan tangan terlebih dahulu
- Normal: tidak teraba penonjolan tidak ada nyeri tekan, tidak ada massa
dan penumpukan cairan.
Alat :
a) Meteran
Prosedur pelaksanaan :
Tujuan:
Alat :
Pemeriksaan rectum :
Tujuan :
Alat :
Prosedur Pelaksanaan :
a) Wanita:
- Inspeksi genitalia eksternal: mukosa kulit, integritas kulit, contour
simetris, edema, pengeluaran.
- Normal: bersih, mukosa lembab, integritas kulit baik, semetris tidak ada
edema dan tanda-tanda infeksi (pengeluaran pus /bau).
- Inspeksi vagina dan servik : integritas kulit, massa, pengeluaran
- Palpasi vagina, uterus dan ovarium: letak ukuran, konsistensi dan, massa.
- Pemeriksaan anus dan rectum: feses, nyeri, massa edema, haemoroid,
fistula ani pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri, tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/ tanda-
tanda infeksi dan pendarahan.
b) Pria :
- Inspeksi dan palpasi penis: Integritas kulit, massa dan pengeluaran
- Normal: integritas kulit baik, tidak ada masa atau pembengkakan, tidak
ada pengeluaran pus atau darah
- Inspeksi dan palpassi skrotum: integritas kulit, ukuran dan bentuk,
turunan testes dan mobilitas, massa, nyeri dan tonjolan
- Pemeriksaan anus dan rectum : feses, nyeri, massa, edema, hemoroid,
fistula ani, pengeluaran dan perdarahan.
- Normal: tidak ada nyeri , tidak terdapat edema / hemoroid/ polip/
tanda-tanda infeksi dan pendarahan.
- Setelah diadakan pemeriksaan dadadan genitalia wanita evaluasi hasil
yang di dapat dengan membandikan dengan keadaan normal, dan
dokumentasikan hasil pemeriksaan yang didapat tersebut.
Tujuan :
Persiapan
Prosedur Pelaksanaan
a) Pemeriksaan kulit
Inspeksi : kebersihan, warna, pigmentasi,lesi/perlukaan, bentuk, ukuran,
permukaan
Normal: kulit tidak ada ikterik/pucat/sianosis.
Palpasi : kelembapan, suhu permukaan kulit, tekstur, ketebalan, turgor kulit, dan
edema.
Normal: lembab, turgor baik/elastic, tidak ada edema.
Setelah diadakan pemeriksaan kulit dan kuku evaluasi hasil yang di dapat
dengan membandikan dengan keadaan normal, dan dokumentasikan hasil
pemeriksaan yang didapat tersebut.
b. Pemeriksaan kuku
Normal: bersih, bentuk normal tidak ada tanda-tanda jari tabuh (clubbing
finger), tidak ikterik/sianosis.
Dokumentasi
Perawat dapat memilih untuk mencatat hasil dari pengkajian fisik pada
pemeriksaan atau pada akhir pemeriksaan. Sebagian besar institusi memiliki
format khusus yang mempermudah pencatatan data pemeriksaan. Perawat
meninjau semua hasil sebelum membantu klien berpakaian, untuk berjaga-jaga
seandainya perlu memeriksa kembali informasi atau mendapatkan data
tambahan. Temuan dari pengkajian fisik dimasukkan ke dalam rencana asuhan.
C. PEMERIKSAAN TTV
Suhu tubuh
Denyut nadi
Laju respirasi (laju pernapasan)
Tekanan darah (Tekanan darah tidak dianggap sebagai tanda vital, tetapi
sering diukur bersama dengan tanda-tanda vital.)
Pemeriksaan tanda vital dilakukan pada saat pertama kali Anda datang ke
fasilitas kesehatan untuk mendapatkan perawatan medis.
Apabila Anda dicurigai sedang menderita kondisi medis yang serius, maka tanda
vital akan dipantau secara berula2ng dan terus dilakukan evalauasi untuk
menilai perkembangan penyakit. Rrosedur ini akan terus dilakukan sampai nilai
TTV kembali normal.
2. Jenis-jenis pengukuran tanda vital
1. Suhu Tubuh
Suhu tubuh merupakan ukuran panas badan seseorang. Pengukuran suhu tubuh
dilakukan dengan menggunakan alat ukur suhu yang disebut dengan
termometer, bisa dilakukan melalui mulut, ketiak, dubur, telinga, dan kulit dahi.
Rata-rata suhu tubuh normal manusia berdasarkan usia adalah sebagai berikut:
Menggigil
Kulit pucat
Suhu tubuh yang sangat rendah, artinya di bawah 35 derajat Celsius, bisa sangat
berbahaya bahkan mengancam jiwa. Pasalnya, suhu rendah dapat
memperlambat kerja sistem saraf, sistem pernapasan, dan sistem peredaran
darah.
Perbanyak minum cairan, baik dengan air putih maupun jus buah.
Kompres dengan handuk yang dibasahi air hangat, lalu letakkan di kening
ataupun di ketiak.
2. Denyut Nadi
Arteri karotis (leher)
Arteri poplitea (belakang lutut)
Denyut nadi normal per menit dapat dihitung ketika seseorang berada dalam
kondisi istirahat, santai, dan sedang tidak melakukan aktivitas fisik. Berikut
beberapa nilai normal nadi yang kita hitung dalam satuan kali permenit
(frekuensi):
Nadi normal pada bayi dapat mengalami beberapa kali perubahan seiring
dengan bertambahnya umur dan berkembangnya sistem sirkulasi bayi.
Nadi normal bayi usia 0-3 bulan 100 - 160, usia 3-6 bulan 90 - 120, usia 6-
12 bulan 80 - 120 usia 1-10 tahun 70 - 130 usia 10-18 tahun 60 – 100 kali
permenit.
Denyut nadi dapat sangat bervariasi antara satu orang dengan orang lain. Ada
banyak faktor yang mempengaruhinya, faktor tersebut antara lain :
Dua kondisi medis berikut dapat digunakan sebagai petunjuk adanya kelainan
pada fungsi jantung.
Respirasi normal atau pernapasan normal untuk orang dewasa adalah 12-20 kali
per menit. Sementara pada bayi dan anak-anak, laju perapasan normal lebih
tinggi daripada orang dewasa.
3. Tekanan darah
Tekanan darah merupakan kekuatan pemompaan darah yang dilakukan oleh
jantung untuk mengalirkan darah di dalam arteri (pembuluh darah) hingga ke
seluruh tubuh. Pengukuran tekanan darah dilakukan dengan menggunakan
tensimeter dan stetoskop.
Tekanan darah dibagi menjadi dua bagian, yaitu sistolik dan diastolik. Tekanan
sistolik merupakan bagian atas yang menunjukkan tekanan darah di dalam
arteri pada saat jantung berkontraksi untuk memompa darah ke seluruh bagian
tubuh. Sedangkan tekanan diastolik menunjukkan tekanan darah di dalam arteri
pada saat jantung beristirahat untuk mengisi darah dari seluruh bagian tubuh.
Dikatakan tekanan darah normal, apabila angka pertama atau tekanan sistolik
berada di antara 90 dan kurang dari 120 dengan angka bawah atau tekanan
diastolik antara 60 dan kurang dari 80. American Heart Association (AHA)
menyatakan bahwa tekanan darah dibilang normal saat kedua bilangan sistolik
dan diastolik berada dalam rentang tersebut.
Ketika tekanan darah melebihi angka normal di atas, maka disebut dengan
prehipertensi atau hipertensi sesuai dengan ketinggian tekanan darahnya,
sebagai berikut:
Hipertensi derajat 1: Sistol 140 -159 mmHg atau Diastol 90-99 mmHg.
Hipertensi derajat 2: Sistol 160 mmHg atau lebih, atau Diastol 100
mmHg atau lebih.
Krisis hipertensi: Sistol diatas 180 mmHg atau Diastol lebih dari 110
mmHg.
Klasifikasi diatas menurut Eighth Joint National Committee (JNC 8), pedoman
yang dipakai secara internasional termasuk oleh para dokter di Indonesia.
Sebagaimana dijelaskan disini: Tabel Tekanan Darah Normal dan Tidak Normal
2. Hipertensi Derajat 1
Inilah yang disebut dengan darah tinggi, yakni ketika tekanan darah sistolik
140 mmHg atau lebih, atau ketika tekanan diastolik 90 mmHg ke
atas. Namun, AHA memberi catatan bahwa hasil yang tinggi pada satu
pemeriksaan saja tidak cukup, dikatakan benar-benar hipertensi apabila rata-
rata hasil pengukuran pada periode waktu tertentu menunjukkan hasil yang
selalu tinggi.
3. Hipertensi Derajat 2
Tekanan darah tinggi derajat 2 menunjukkan kondisi yang lebih serius, yakni
ketika hasil tensi menunjukkan sistol 160 atau lebih, atau diastol 100 mmHg ke
atas.
4. Krisis Hipertensi
1. Pemerikaan darah
2. Pemeriksaan urine
4. Foto Roentgen
Kelainan tulang dan sendi, termasuk patah tulang, radang sendi, dan
pergeseran sendi (dislokasi)
Kelainan gigi
Sumbatan saluran napas atau saluran cerna
Batu saluran kemih
Infeksi, seperti pneumonia, anitatics, dan usus buntu
5. Ultrasonkgrafi (USG)
8 .fluoroskopi
9. Endoskopi
Ekokardiografi
Biopsi
Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan tinja
Pemeriksaan cairan tubuh, seperti cairan otak, cairan sendi, dan
cairan pleura
Pemeriksaan anita
2. Tujuan
1. Mendeteksi penyakit
2. Menentukan risiko
10. Memberi ketenangan baik pada pasien maupun klinisi karena tidak didapati
penyakit
3 . Jenis-jenis
1. Mikrobiologi menerima usapan, tinja, air seni, darah, dahak, perlatan medis,
begitupun jaringan yang mungkin terinfeksi. Spesimen tadi dikultur untuk
memeriksa mikroba pathogen
2. Parasitologi, untuk mengamati anitat, contoh penyakit disentri dan diare yang
disebabkan oleh anitat alat pemeriksaan dengan mikroskop.
3. 3. Hematologi, untuk mengetahui adanya kelainan darah seperti anemia
(kurang darah), adanya infeksi atau kelainan sel darah putih yang lain, alergi dan
gangguan pembekuan darah akibat kelainan jumlah trombosit.
4. Kimia klinik, mempunyai tujuan untuk mendeteksi awal adanya virus,
memperkirakan status imun seseorang dan juga dapat digunakan dalam rangka
pemantauan respon pasca vaksinasi
. 5. Toksikologi, menguji obat farmasi, obat yang disalahgunakan, dan toksin lain.
Untuk pemeriksaan racun dan keracunan.
9. Patologi, bedah menguji organ, ekstremitas, tumor, janin, dan jaringan lain
yang dibiopsi pada bedah seperti masektomi payudara.
10. Sitologi,menguji usapan sel (seperti dari mulut anit) untuk membuktikan
kanker dan lain-lain.
1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan pasien yang perlu diperhatikan yaitu puasa, obat yang
diminum pasien saat menjalani pengobatan, Waktu Pengambilan dan Posisi
pengambilan sampel.
4. Alat-alat yang Digunakan untuk Melakukan Pengkajian
Penunjang
3. Angiograph
Alat Angiografi ini digunakan sebagai alat anitat dan pengobatan. Alat ini
menggunakan sinar X untuk melihat bagian dalam pembuluh darah yang
tersumbat dan dengan bantuan alat lainnya untuk anitat balonisasi atau
pemasangan penyangga pembuluh darah/stent.
4. Mobile Fluorostar C-Arm
Adalah alat penting yang diggunakan dokter dalam kamar operasi atau
anitat medis.
5. Roentgen
6. Mammografi
Alat Mammografi digunakan untuk mendiagnosa kanker payudara pada
anita, alat ini menggunakan sinar X untuk menciptakan gambarnya yang
dapat membedakan sel sehat dan sel ganas/kanker.
7. Roentgen Paronamic
8. UltraSonoGraphy (USG)
Rumah sakit menyediakan USG 2-D, 3-D and 4-D. USG digunakan untuk
memeriksa organ bagian dalam dengan gelombang suara. Pemeriksaan
kehamilan, medical chek up dan keadaan organ bagian dalam,dsb.
9. ElectroKardioGrafi (EKG)
Kewaspadaan Isolasi
- Kebersihan tangan
- APD: sarung tangan, masker, goggle, face shield, gaun.
- Peralatan perawatan pasien.
- Pengendalian lingkungan.
- Penatalaksanaan linen.
- Pengelolaan limbah tajam/perlindungan dan kesehatan karyawan.
- Penempatan pasien.
- Hygiene respirasi/etika batuk
- Praktek menyuntik aman
- Praktek pencegahan infeksi untuk prosedur lumbal fungsi
1. Kontak Langsung
Terjadi kontak antara orang yang rentan dengan benda yang terkontaminasi
mikroba infeksius di lingkungan, instrument yang terkontaminasi, jarum, kasa,
tangan terkontaminasi dan belum dicuci atau sarung tangan yang tidak diganti
saat menolong pasien satu dengan yang lainnya, dan melalui mainan anak.
Kontak dengan cairan sekresi pasien terinfeksi yang ditransmisikan melalui
tangan petugas atau benda mati dilingkungan pasien.
APD merupakan suatu alat yang dipakai untuk melindungi diri terhadap
bahaya-bahaya kecelakaan kerja, dimana secara teknis dapat mengurangi
tingkat keparahan dari kecelakaan kerja yang terjadi. Meskipun tidak
menghilangkan atau mengurangi bahaya yang ada dengan menggunakan APD
APD merupakan solusi pencegahan yang paling mendasar dari segala macam
kontaminasi dan bahaya akibat bahan kimia. APD digunakan untuk melindungi
kulit dan merman mukosa petugas kesehatan dari resiko terpaparnya darah,
secret, ekskreta, kulit yang tidak utuh, dan selaput lender pasien serta semua
jenis cairan tubuh pasien.
Mencuci Tangan
2. Patient Safety
Keselamatan pasien adalah prinsip paling fundamental dalam pemberian
pelayanan kesehatan maupun keperawatan, dan sekaligus aspek yang paling
kritis dri manajemen kualitas.
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan.
Dalam proses pengkajian, seorang perawat bertugas untuk mengumpulan
informasi berkenaan dengan kondisi pasien, baik melalui pasien pribadi ataupun
melalui keluarga, rekam medis, tenaga kesehatan, dan lainnya. Informasi yang di
kumpulkan oleh seorang perawat haruslah berupa fakta dan actual.
2. Diagnose Keperawatan
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
Evaluasi mengacu pada penilaian, tahapan, dan perbaikan. Pada tahap ini
perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses keperawatan dapat
berhasil atau gagal. Proses evaluasi merupakan cermin bagi seorang perawat
terhadap setiap tindakan yang telah dilakukannya. Jika pada saat melakukan
proses evaluasi perawat menemukan tindakan atau kejadian yang salah, maka
hal-hal tersebut dapat segera diperbaiki sehingga dapat mencegah terjadinya
kondisi buruk pada pasien serta menjaga keselamatan pasien.
a. Struktur
b. Lingkungan
c. Peralatan dan teknologi
d. Proses
e. Orang
f. Budaya
Mengacu kepada enam hal tersebut, maka aplikasi keselamatan pasien dapat
dilakukan pada tempat dan dengan standar aplikasi sebagai berikut:
a. Kamar Operasi
Kamar operasi adalah suatu unit khusus di dalam rumah sakit yang berfungsi
sebagai tempat untuk melakukan tindakan pembedahan, baik efektif maupun
akut. Secara umum, lingkungan kamar operasi terdiri dari tiga srea, yaitu:
Pelaksanaan atau patient safety dalam kamar operasi dapat berupa hal sebagai
berikut:
1. Semua peralatan yang ada didalam kamar operasi harus beroda dan
mudah dibersihkan.
2. Untuk alat elektrik, petunjuk penggunaannya harus menempel pada
alat tersebut agar mudah dibaca.
3. Sistem pelistrikan harus aman dan dilengkapi dengan elektroda untuk
memusatkan arus listrik mencegah bahaya gas anestesi.
4. Air yang tersedia dalam kamar operasi harus bersih, yaitu air yang
tidak berwarna, tidak berbau, tidak berasa, tidak mengandung kuman
patogen, tidak mengandung zat kimia, dan tidak mengandung zat
beracun.
5. Setiap petugas medis yang akan melakukan tindakan operasi wajib
mengenakan pakaian khusus operasi.
6. Petugas medis wajib melaksanakan prosedur aseptic, salah satu
contohnya dadalah mencuci tangan.
b. Unit Gawat Darurat
Unit gawat darurat (UGD) adalah satu unit dalam rumah sakit yang
menyediakan penanganan awal bagi pasien yang menderita sakit dan cidera
yang dapat mengancam kelangsungan hidupnya. Sifat pasien yang mendapatkan
perawatan di UGD adalah sebagai berikut:
Aplikasi keselamatan pasien dalam unit gawat darurat dapat dilakukan dengan
cara:
Berbeda dengan pasien yang memperoleh perawatan di ruang rawat inap biasa.
Pasien yang dirawat di ICU mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi
terhadap perawat dan dokter. Pasien yang berada di ruang ICU adalah pasien
yang berada dalam keadaan kritis atau kelumpuhan sehingga segala sesuatu
yang terjadi pada diri pasien hanya dapat diketahui melalui monitoring yang
baik dan teratur.
Jatuh merupakan suatu yang umum yang terjadi pada lansia, orang sakit, atau
orang cedera yang sedang lemah. Untuk mencegah klien jatuh dan mengalami
cedera karenanya, perawat harus mempertimbangkan pedoman pencegahan
jatuh di tempat pelayanan kesehatan. Risiko jatuh pada pasien yang
berisiko untuk jatuh umumnya disebabkan oleh faktor lingkungan dan faktor
fisiologis yang dapat berakibat cidera.
Pelaksanaan program kegiatan manajemen risiko pasien jatuh merupakan upaya
yang dilakukan untuk kegiatan manajemen risiko pasien jatuh merupakan upaya
yang dilakukan untuk mencegah maupun menangani pasien dengan risiko jatuh
maupun pasien yang mengalami insiden jatuh sehingga mengantisipasi
terjadinya cedera fisik pada pasien serta untuk meningkatkan mutu rumah sakit.
Ada beberapa yang dapat dikaji dari klien dengan menentukan hal-hal berikut
ini :
Adapun istilah insiden keselamatan pasien yang telah dikenal secara luas
berikut definisinya yaitu:
- Instruksi dosis tidak tepat yang salah pada resep Actonel mengakibatkan
pasien mengkonsumsi obat mingguan setiap hari, tidak dikoreksi oleh
apoteker.
- Pneumotoraks iatrogenik akibat pemberian injeksi nyeri yang tidak tepat
untuk fibromyalgia.
- Komponen urin abnormal terjadi pada penderita yang salah dengan nama
yang sama, diobati salah pasiennya yang berada di panti jompo, plus
mengalami keterlambatan dalam merawat pasien asli yang memiliki hasil
abnormal.
Orientasi ruangan
Posisi tempat tidur rendah dan ada pengganjal (rem) pada roda tempat
tidur
Ada pengaman di samping tempat tidur dengan/atau sisi pengaman
Mempunyai luas tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan, kaki
dan bagian tubuh lainnya terjepit atau menggantung
Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien anak yang bisa
berjalan
Nilai kemampuan untuk ke kamar mandi dan dibantu bila membutuhkan
bantuan
Memiliki akses untuk untuk menghubungi petugas kesehatan yang
mudah dijangkau
Menjelaskan kepada pasien kegunaan alat – alat medis dan non medis
yang berada di sekitarnya.
Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung
resiko
KESIMPULAN
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan suatu
proses pengumpulan data yang sistematis dari berbagai sumber untuk
mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien ( Iyer et al.,1996).
Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif
dan komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan
masalah dan merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien.
Memutus rantai infeksi penularan merupakan hal yang paling mudah dilakukan
untuk mencegah penularan penyakit infeksi, tetapi harus didukung dengan
kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan prosedur yang telah ditetapkan
dalam Standar Prosedur Operasional.
DAFTAR PUSTAKA
Medscape.NormalVitalSigns.(https://emedicine.medscape.com/article/
2172054-overview).1 November 2018.
Healthline.GettingaPhysicalExamination.(https://www.healthline.com/
health/getting-physical-examination). 2 Mei 2017.
https://www.alodokter.com/kenali-9-jenis-pemeriksaan-
penunjang-yang-umum-dilakukan
https://pdfcoffee.com/makalah-pemeriksaan-penunjang-pdf-free.html
Fauzia, N., Ansyori, A., & Hariyanto,T. (2014). Kepatuhan Standar Prosedur
Operasional Hand Hygiene pada Perawat di Ruang Rawat Inap Rumah
Sakit. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 28(1), 95-98