Anda di halaman 1dari 58

BUKU SAKU KEPERAWATAN DASAR II

DISUSUN

NAMA: M.ISDA ADITYA RAMDANI

NIM: 082 STYC 21

KELAS: A2 TINGKAT 1

SEMESTER: 2

YAYASAN RUMAH SAKIT ISLAM NUSA TENGGARA BARAT

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN YARSI MATARAM

TAHUN AKADEMIK 2022/2023


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Buku
Saku Keperawatan Dasar II”. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada
junjungan Nabi Besar Muhammad Shallallahu alaihi wasallam sehingga penulis
mendapat kemudahan dalam menyelesaikan makalah ini.

Penulis menyadari betul bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna dan masih
banyak kesalahan yang perlu dikoreksi dan diperbaiki. Oleh karena itu kritik dan
saran sangat diharapkan untuk perbaikan dikemudian hari. Harapan penulis semoga
laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT selalu
memberikan Rahmat dan Hidayah-Nya. Amin
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
1. Penyakit infeksi merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar tidak saja di
Indonesia, tapi juga di seluruh dunia. Selain di sebabkan oleh virus, bakteri juga
tidak kalah pentingnya dalam menyebabkan penyakit infeksi. Proses infeksi
bakteri dimulai dari, dimana suatu bakteri harus menempel dan melekat pada sel
inang biasanya pada sel epitel. Kemampuan untuk mencegah transmisi infeksi di
Rumah Sakit dan upaya pencegahan infeksi adalah tingkatan pertama dalam
pemberian pelayanan yang bermutu. Dalam pemberian pelayanan yang bermutu,
seorang petugas kesehatan harus memiliki kemampuan untuk mencegah infeksi
dimana hal ini memiliki keterkaitan yang tinggi dengan pekerjaan karena
mencakup setiap aspek penanganan pasien.
2. Proses pengkajian merupakan tahap awal dari proes keperawatan yang dilakukan
secara sistematis dengan mengumpulkan data individu secara konferhensif terkait
aspek biologis, psikologis, sosial, maupun spiritual. Pengkajian adalah usaha yang
dilakukan perawat dalam menggali pemasalahan dari klien meliputi usaha
pengumpulan data tentang status kesehatan seorang klien secara sistemati,
menyeluruh, akurat, singkat, dan berkesinambungan (muttakin, arif:2010:2).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat tahap:
pengumpulan data, analisis data, sistematika data, dan penentuan masalah.
Adapula yang menambahkannya dengan kegiatan dokumentasi data.
3. Pemeriksaan fisik atau pemeriksaan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli
medis dalam  memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit.
Hasil pemeriksaan akan dicatat dalam rekam medis. Rekam medis dan
pemeriksaan fisik akan membantu dalam penegakkan diagnosis dan perencanaan
perawatan pasien. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai
dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak. Setelah pemeriksaan organ
utama diperiksa dengan inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, beberapa tes
khusus mungkin diperlukan seperti test neurologi.
4. Pengukuran yang paling sering dilakukan oleh praktsisi kesehatan adalah
pengukuran suhu,tekanan darah dan frekuensi pernafasan. Sebagai indikator dari
status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi,
fungsi neural dan endokrin tubuh karena sangat penting maka disebut tanda
vital.Pengukuran tanda vital memberi data untuk menentukan status kesehatan
klien yang lazim.Perubahan tanda vital dapat juga menandakan kebutuhan
dilakukannya intervensi keperawatan dan medis. Tanda vital merupakan cara yang
cepat dan efisien untuk memantau kondisi kondisi klien atau mengidentifikasi
masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi. Pengkajian tanda vital
memungkinkan perawat untuk mengidentifikasi diagnosa keperawatan.
5. Pemeriksaan penunjang dianggap sangat penting, karena ada beberapa
pemeriksaan yang tidak dapat dilakukan tanpa menggunkan alat-alat dalam
pemeriksaan penunjang, dan pemeriksaan penunjang sangat berguna dalam
menentukan jenis penyakit maupun mengontrol perkembangan proses
penyembuhan.
B. Tujuan Penyusunan Makalah
1. Untuk mengetahui jenis-jenis pemeriksaan diagnostic
2. Untuk mengetahui apa saja teknik atau metode dalam pemeriksaan fisik
3. Dapat melakukan tindakan keperawatan yaitu pemeriksaan tanda-tanda vital sesuai
dengan langkah-langkah dan sistematis
4. Untuk mengetahui bagaimana pengumpulan data pada saat melakukan pengkajian

5. Mampu Memahami Pengertian Infeksi


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. PENGKAJIAN DAN ANAMNESA
1. Pendekatan Berpikir Kritis pada Pengkajian

Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan untuk
menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan pada waktu
sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu
sebelumnya (carpenito-moyet,2005). Pengkajian keperawatan meliputi dua tahap
sebagai berikut:

a. mengumpulkan data dan verifikasi data dari sumber primer (klien) dan sumber
sekunder (keluarga, tenaga kesehatan, rekam medis).

b. analisi seluruh data sebagai dasar untuk menegakkan diagnosis keperawatan,


mengidentifikasi berbagai masalah yang saling berhubungan, dan mengembangkan
rencana keperawatan yang sifatnya individual.

Tujuan dari pengkajian adalah untuk menyusun data dasar (database) mengenai
kebutuhan, masalah kesehatan, dan respon klien terhadap masalah. Sebagai
tambahan, data harus menunjukkan pengalaman yang berhubungan, praktik
kesehatan, tujuan, nilai, dan harapan terhadap sistem pelayanan kesehatan.

1. Pengumpulan data

Pada saat mulai mengkaji klien, berpikirlah dengan kritis tentang apa yang akan
dinilai. Berdasarkan pengetahuan, pengalaman klinis, riwayat kesehatan, serta respon
klien, tentukan tentukan pertanyaan atau pengukuran apa yang sesuai. Saat pertama
kali bertemu klien, lakukan observasi singkat.

Memilih data yang paling penting di antara seluruh data yang dikumpulkan. Tanda
(cue) adalah informasi yang didapatkan melalui pemeriksaan. Inferensi adalah
keputusan atau intrepretasi terhadap tanda-tanda tersebut.
1. Tipe data

Data subjektif adalah deskripsi verbal klien mengenai masalah kesehatannya. Hanya
klien yang dapat memberikan data subjektif. Data objektif adalah hasil observasi atau
pengukuran dari status kesehatan klien. Sumber data yang didapat dari:

a. Klien

Seorang klien biasanya merupakan sumber informasi terbaik klien yang sadar dan
dapat menjawab pertanyaan dengan benar dan dapat memberikan informasi akurat
mengenai kebutuhan perawatannya

b. Keluarga dan kerabat lainnya

Anggota keluarga dan kerabat lainya merupakan sumber data orimer untuk anak,
bayi, orang dewasa yang sakit kritis, gangguan mental, disorientasi, atau tidak sadar.
Pada kasus gawat darurat, terkadang keluarga merupakan satu satunya sumber
informasi bagi perawat dan dokter .

c. Tim kesehatan

Dalam mengumpulkan informasi tentang klien, anda akan sering berkomunikasi


dengan tim kesehatan lain . Pada saat perawat, dokter, fisio trafis, pekerja sosial, atau
stap lain berkonsultasi mengenai kondisi klien, mereka sudah memiliki informasi
mengenai klien. hal ini meliputi bangai man interaksi klien dalam lingkungan
perawatan kesehatan, reaksi klien terhadap pengobatan, hasil pemeriksaan diagnostik
atao terapi, dan bagaimana respon klien saat di jenguk setiap anggota tim merupakan
sumber informasi untuk mengidentifikasi atau mengonfiirmasi semua data mengenai
klien.

d. Rekam medis

Data pada rekamedis memuat imformasi dasar dan terkini tentang respon klien
tentang pengobatan serta kemajuan yang didapat.rekamedis merupakan alat penting
untuk mengonfirmasi konsistensi dan kesamaan hasil observasi seseorang.
e. Catatan lain dan teratur

Catatan pendidikan, militer, atau pekerjaan terkadang memiliki imformasi kesehatan


yang penting (contoh: catatan imunisasi dan penyakit yang pernah di derita).
Mempelajari literatur keperawatan yang berhubungan dengan penyakit klien akan
melengkapi data dasar pengkajian anda.

f. Pengalaman perawat

Benner dan wrubel (1989) menyatakan bahwa mengalami pengalaman serang


perawat akan belajar mengajuakan pertanyaan yang baik dan hanya memilih
pertanyaan yang akan memberinya imformasi penting. Kemampuan perawat akan
terbentuk setelah melalui ujian, perbaikan proposal,pertanyaan,dan standar harapan.

5.Metode pengumpulan data

Sebagai perawat, anda akan menggunakan hasil wawancara, riwayat kesehatan,


pemeriksaan fisik, serta hasil pemeriksaan laboratorium dan diagnostik untuk
membuat data dasar pengkajian klien. Berikut ini beberapa metode yang dapat
dilkukan untuk mengumpulkan data sebagai berikut:

1. Wawancara dan riwayat kesehatan

Wawancara adalah bentuk percakapan tersusun dengan klien. wawancara formal


meliputi riwayat kesehatan klien dan informasi mengenai penyakit sekarang. Selama
wawancara awal, anda memiliki kesempatan untuk melakukan hal hal berikut.

a. memperkenalkan diri anda kepada klien. jelaskan peran anda dan peran orang-
orang lain selama perawatan.

b. membina hubungan terapeutik dengan klien.

c. memiliki empati terhadap pikiran dan kekhawatiran klien.

d. mengenali tujuan dan harapan klien terhadap sistem perawata.


e.mendapatkan tanda penting sebagai bagian dari pengumpulan data yang nantinya
dapat dieksplorasi lebih dalam.

Proses wawancara terdiri dari 3 fase, serupa dengan hubungan terapeutik.

1. fase orintasi

Fase orientasi dimulai dengan merperkenalkan diri dan posisi anda serta menjelaskan
tujuan wawancara. Jelaskan pada klien mengapa anda harusn mengumpulkan data
(contoh : untuk riwayat perawatan atau untuk pengkajian spesifik), dan yakinkan
klien bahwa data akan dirahasiakan dan anya akan digunakan oleh tenaga medis yang
merawat mereka.

2. fase kerja

Selama fase kerja dalam sebuah wawancara, anda akan memperoleh informasi
mengenai status kesehatan klien. ingatlah harus selalu fokus, teratur, dan terburu -
buru.

3. fase terminasi

Seperti fase wawancara lainnya, terminasi juga memerlukan keterampilan dari


seorang penanya. Pewawancara yang terampil akan mengadaptasi berbagai strategi
wawancara berdasarkan respon klien.

6. Teknik Wawancara

Cara anda melakukan wawancara sama pentingnya dengan pertanyaan yang anda
ajukan. Perhatikan lingkungan sekitar, kenyamanan klien, dan gunakan tehnik
komonikasi yang baik.

1. Pertimbangan Budaya pada Pengkajian

Sebagai perawat profesional, melakukan semua pengkajian dengan kopetensi budaya


adalah hal yang penting. Hal ini melibatkan pemahaman tentang budaya klien
sehingga anda dapat memberikan perawatan yang lebih baik dalam sistem nilai
berbeda, dan bertindak dengan pemahaman tanpa menghalangi perilaku dan
kepercayaan anda sendiri (seidel et al. 2003).

2. Riwayat Keperawatan

Anda akan mengumpukan riwayat keperawatan pada saat kontak pertama dengan
klien. Riwayat adalah komponen utama pada pengkajian. Riwayat keperawatan
meliputi:

1. Informasi biografi

Informasi biografi adalah data demografi yang faktual mengenai klien. Informasi
tersebut meliputi usia, alamat, pekerjaan, status pernikahan, fasilitas kesehatan yang
biasa didatangi, dan jenis asuransi. Staf dibagi pendaftaran yang biasannya akan
menanyakan hal ini.

2. Alasan berobat ke fasilitas kesehatan

Tanyakan pada klien mengapa dia datang berobat, karena terkadang alasan yang
tercantum pada rekam medis berbeda dengan alasannya datang berikutnya.

3. Harapan klien

Pengkajian terhadap harapan klien tidak sama dengan alasan yang mendasari klien
datang ke klinik, walaupun terkadang saling berhubungan. Merupakan hal yang
penting untuk mengetahui apa kepentingan klien mencari pertolongan medis.

4. Penyakit saat ini atau masalah kesehatan

Tentukan kapan gejala timbul apakah timbulnya mendadak atau perlahan, dan apakah
gejala tersebut selalu ada atau hilang timbul. Tanyakan juga durasi gejala tersebut
(saat ini dan beberapa saat yang lalu).
5. Riwayat kesehatan
Informasi dalam riwayat kesehatan menyediakan data pengalaman perawat dan
perilaku sehat klien saat ini.
6. Riwayat keluarga
Tujuan dari riwayat keluarga adalah untuk melengkapi data keluarga dan kerabat
terdekat. Hal ini dapat menentukan apakah klien memiliki resiko untuk menderita
penyakit keturunan atau kelainan genetik. 7. Keadaan lingkungan
8. Riwayat psikososial
Riwayat psikososial menjelaskan tentang sistem pendukung, biasanya adalah
pasangan, anak, anggota keluarga lain, dan teman dekat. Riwayat psikososial meliputi
informasi mengenai respons bagimana klien dan keluarga dalam meghadapi tekanan.
9. Kesehatan spiritual
Pengalaman hidup dan kejadian yang dialami akan membentuk spiritualitas
seseorang. Dimensi spiritual mereprentasikan totalitas seseoramg dan sulit untuk
dinilai secara cepat.
10. Analisis sistem
Analisis sistem (review of system ROS) adalah metode spesifik untuk mengumpulkan
data seluruh sistem organ tubuh. Ada kemungkinan tidak dapat memenuhi semua
pertanyaan pada setiap sistem saat mengumpulkan riwayat.
11. Dokumentasi penemuan riwayat
Saat membuat riwayat keperawatan, catat hasil pemeriksaan dengan jelas dan
menggunakan terminologi yang tepat. Bentuk pencatatan yang telah terstandar
membuat kita lebih mudah mencatat jawaban klien.
12. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik adalah investigasi terhadap tubuh untuk menentukan status
kesehatan. Pemeriksaan fisik melibatkan penggunaan teknik inpeksi, palpasi, perkusi,
auskultasi, dan penciuman.
13. Observasi terhadap perilaku klien
Selama wawancara dan pemeriksaan fisik berlangsung, observasi terhadap perilaku
verbal dan nonverbal klien merupakan hal yang penting. Informasi tersebut
menambah ketajaman data. Aspek penting observasi meliputi tingkat fungsional klien
dalam aspek fisik, pertumbuhan, psikologis, dan sosial di kehidupan sehari-hari.
14. Pemeriksaan diagnostik data laboratorium
Hasil dari pemeriksaan diagnostik dan laboratorium dapat membantu identifikasi atau
memperjelas kelainan atau penemuan yang didapat pada riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik.
15. Interpretasi data pengkajian dan membuat pertimbangan keperawatan
Analisi dan interpretasi data pengkajian yang sukses memerlukan pemikiran kritis.
Saat anda menganalisis data dengan benar, anda akan melihat bentuk pola yang
membantu anda membuat keputusan klinis mengenai perawatan klien.
16. Validasi data
Validasi data pengkajian adalah perbandinan data dengan sumber lain untuk
menentukan akurasi data. Validasi memberikan kesempatan untuk mengumpulkan
data pengkajian yang lebih banyak karena hal tersebut melibatkan klarifikasi data
yang tidak jelas atau meragukan.
17. Analisis dan interpretasi
Analisis dimulai dengan mengelompokkan informasi kedalam kelompok yang
memiliki arti dan manfaat, dan tetap ingat respon klien terhadap penyakit.
18. Dokumentasi data
Dokumntasi data merupakan bagian terakhir dalam pengkajian lengkap. Domuntasi
fakta yang lengkap dan akurat sangat diperlukan dalam merekam data klien.
19. Pemetaan konsep
Peta konsep adalah reprentasi visual yang memungkinkan anda untuk menun jukkan
hubungan antara beberapa masalah yang dihadapi klien. Tahap pertama yang
dilakukan dalam pemetaan konsep adalah menyusun data pengkajian yang telah anda
kumpulkan untuk klien anda.
2. PEMERIKSAAN FISIK
1. Pengertian Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau
tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya.
Adapun definisi Pemeriksaan Fisik menurut para ahli diantaranya adalah :
1. Pemeriksaan fisik merupakan peninjauan dari ujung rambut sampai ujung kaki
pada setiap system tubuh yang memberikan informasi objektif tentang klien dan
memungkinkan perawat untuk mebuat penilaian klinis. Keakuratan pemeriksaan fisik
mempengaruhi pemilihan terapi yang diterima klien dan penetuan respon  terhadap
terapi tersebut. ( Potter dan Perry, 2005 ).
2.  Pemeriksaan fisik dalah pemeriksaan tubuh klien secara keseluruhan atau hanya
bagian tertentu yang dianggap perlu, untuk memperoleh data yang sistematif dan
komprehensif, memastikan/membuktikan hasil anamnesa, menentukan masalah dan
merencanakan tindakan keperawatan yang tepat bagi klien. ( Dewi Sartika, 2010 ).
3. Pemeriksan fisik adalah pemeriksaan tubuh untuk menentukan adanya kelainan-
kelainan dari suatu sistim atau suatu organ tubuh dengan cara melihat (inspeksi),
meraba (palpasi), mengetuk (perkusi) dan mendengarkan (auskultasi). ( Raylene M
Rospond,2009; Terj D. Lyrawati,2009 ).
2. METODE PEMERIKSAAN FISIK
1. Inspeksi
  Inspeksi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera penglihatan, pendengaran
dan penciuman. Inspeksi umum dilakukan saat pertama kali bertemu pasien. Suatu
gambaran atau kesan umum mengenai keadaan kesehatan yang di bentuk.
Pemeriksaan kemudian maju ke suatu inspeksi local yang berfokus pada suatu system
tunggal atau bagian dan biasanya mengguankan alat khusus seperti optalomoskop,
otoskop, speculum dan lain-lain (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997). Inspeksi
adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian tubuh yang diperiksa
melalui pengamatan (mata atau kaca pembesar). (Dewi Sartika, 2010)
Fokus inspeksi pada setiap bagian tubuh meliputi : ukuran tubuh, warna, bentuk,
posisi, kesimetrisan, lesi, dan penonjolan/ pembengkakan. setelah inspeksi perlu
dibandingkan hasil normal dan abnormal bagian tubuh satu dengan bagian tubuh
lainnya.
2. Palpasi
Palpasi adalah pemeriksaan dengan menggunakan indera peraba dengan meletakkan
tangan pada bagian tubuh yang dapat di jangkau tangan (Laura A.Talbot dan Mary
Meyers, 1997).
Palpasi adalah teknik pemeriksaan yang menggunakan indera peraba; tangan dan jari-
jari, untuk mendeterminasi ciri2 jaringan atau organ seperti: temperatur, keelastisan,
bentuk, ukuran, kelembaban dan penonjolan.(Dewi Sartika,2010)
Hal yang di deteksi adalah suhu, kelembaban, tekstur, gerakan, vibrasi, pertumbuhan
atau massa, edema, krepitasi dan sensasi.
3. Perkusi
Perkusi adalah pemeriksaan yang meliputi pengetukan permukaan tubuh unutk
menghasilkan bunyi yang akan membantu dalam penentuan densitas, lokasi, dan
posisi struktur di bawahnya (Laura A.Talbot dan Mary Meyers, 1997).
Perkusi adalah pemeriksaan dengan jalan mengetuk bagian permukaan tubuh tertentu
untuk membandingkan dengan bagian tubuh lainnya (kiri/kanan) dengan
menghasilkan suara, yang bertujuan untuk mengidentifikasi batas/ lokasi dan
konsistensi jaringan (Dewi Sartika, 2010)
4. Auskultasi
Auskultasi adalah tindakan mendengarkan bunyi yang ditimbulkan oleh bermacam-
macam organ dan jaringan tubuh (Laura A.Talbot dan Mary Meyers,6666 1997).
Auskultasi adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan cara mendengarkan suara
yang dihasilkan oleh tubuh. Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan
stetoskop. Hal-hal yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.(Dewi Sartika, 2010)
3.PROSEDUR TINDAKAN HEAD TO TOE
Adapun prosedur tindakan dari pemeriksaan fisik secara head to toe yaitu setiap
Tahap-tahap pemeriksaan fisik harus dilakukan secara urut dan menyeluruh dan
dimulai dari bagian tubuh sebagai berikut:
1. Kulit, rambut dan kuku.
2. Kepala meliputi: mata, hidung, telinga dan mulut.
3. Leher : posisi dan gerakan trachea, JVP
4. Dada : jantung dan paru.
5. Abdomen: pemeriksaan dangkal dan dalam.
6. Genetalia.
7. Kekuatan otot /musculosekletal.
8. Neurologi.
1. Pemeriksaan Kulit, Rambut Dan Kuku
a. Kulit
Pemeriksaan kulit bertujuan untuk mengetahui turgor kulit dan tekstur kulit, serta
untuk mengetahui adanya lesi atau bekas luka. Tindakan yang dilakukan dalam
pemeriksaan kulit yaitu dengan cara:
a). Inspeksi:lihat ada/tidak adanya lesi, hiperpigmentasi (warna
kehitaman/kecoklatan), edema, dan distribusi rambut kulit.
b). Palpasi: di raba dan tentukan turgor kulit elastic atau tidak, tekstur : kasar /halus,
suhu : akral dingin atau hangat.
b. Rambut
Pemeriksaan rambut bertujuan untuk mengetahui warna, tekstur dan percabangan
pada rambut serta untuk mengetahui mudah rontok dan kotornya rambut. Tindakan
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rambut yaitu dengan :        
a). Inspeksi: disribusi rambut merata atau tidak, kotor atau tidak, bercabang.
b). Palpasi: mudah rontok/tidak, tekstur: kasar/halus.
c. Kuku
Pemeriksaan kuku bertujuan untuk mengetahui keadaan kuku: warna dan panjang dan
untuk mengetahui kapiler refill. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan
kuku yaiu dengan cara :
a). Inspeksi: catat mengenai warna : biru: sianosis, merah: peningkatan visibilitas Hb,
bentuk: clubbing karena hypoxia pada kangker paru, beau’s lines pada penyakit
difisisensi fe/anemia fe.
b). Palpasi: catat adanya nyeri tekan, dan hitung berapa detik kapiler refill (pada
pasien hypoxia lambat s/d 5-15 detik.
2. Pemeriksaan Kepala
Pemeriksaan kepala bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi kepala serta untuk
mengetahui luka dan kelainan pada kepala. Tindakan yang apat dilakukan dalam
pemeriksaan kepala yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Lihat kesimetrisan wajah jika, muka ka.ki berbeda atau misal lebih
condong ke kanan atau ke kiri itu menunjukan ada parese/kelumpuhan, contoh: pada
pasien SH.
b. Palpasi: Cari adanya luka, tonjolan patologik, dan respon nyeri dengan menekan
kepala sesuai kebutuhan.
3. Pemeriksaan Mata
Pemeriksaan mata bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi mata (medan
pengelihatan, visus dan otot-otot mata) dan untuk mengetahui adanya kelainan atau
peradangan pada mata. Tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan mata
dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi : Kelopak mata ada radang atau tidak, kesimetrisan kanan dan kiri, reflek
kedip baik/tidak, konjungtiva dan sclera: merah/konjungtivitis, ikterik/indikasi
hiperbilirubin/gangguan pada hepar, pupil: isokor kanan atau kiri (normal),
miosis/mengecil, pin point/sangat kecil (suspek SOL),  medriasis/melebar/dilatasi
(pada pasien sudah meninggal).
b. Inspeksi Gerakan Mata
a). Anjurkkan pasien untuk melihat lurus ke depan.
b). Amati adanya nistagmus atau gerakan bola mata ritmis (cepat/lambat).
c). Amati apakah kedua mata memandang ke depan atau ada yang deviasi.
d). Beritahu pasien untuk memandan dan mengikuti jari anda, dan jaga posisi kepala
pasien tetap lalu gerakkan jari ke 8 arah untuk mengetahui fungsi otot-otot mata.
c. Inspeksi Medan Pengelihatan
a). Berdirilah didepan pasien.
b)   Kaji kedua mata secara terpisah yaitu dengan menutup mata yang tidak di
periksa.
c). Beritahu pasien untuk melihat lurus ke depan dan memfokuskan pada satu titik
pandang, misal: pasien disuruh memandang hidung pemeriksa.
d). Kemudian ambil benda/ballpoint dan dekatkan kedepan hidung pemeriksa
kemudian tarik atau jauhkan kesamping ka.ki pasien, suruh pasien mengatakan kapan
dan dititik mana benda mulai tidak terlihat (ingat pasien tidak boleh melirik untuk
hasil akurat).
d. Pemeriksaan Visus Mata
a). Siapkkan kartu snllen (dewasa huruf dan anak gambar).
b). Atur kursi pasien, dan tuntukan jarak antara kursi dan kartu, misal 5 meter (sesuai
kebijakkan masing ada yang 6 dan 7 meter).
c). Atur penerangan yang memadai, agar dapat melihat dengan jelas.
d). Tutup mata yang tidak diperiksa dan bergantian kanan kiri.
e). Memulai memeriksa dengan menyuruh pasien membaca dari huruf yang terbesar
sampai yang terkecil yang dapat dibaca dengan jelas oleh pasien.
f). Catat hasil pemeriksaan dan tentukan hasil pemeriksaan.
e.   Palpasi: Tekan secara ringan untuk mengetahui adanya TIO (tekanan intra okuler)
jika ada peningkatan akan teraba keras (pasien glaucoma/kerusakan dikus optikus),
kaji adanya nyeri tekan.
4. Pemeriksaan Hidung
Pemeriksaan hidung bertujuan untuk mengetahui bentuk dan fungsi hidung serta
untuk mengetahui adanya inflamasi/sinusitis. Tindakan yang dapat dilkakukan dalam
pemeriksaan yaiu dengan cara:
a.  Inspeksi: melihat kesimetrisan hidung, melihat ada atau tidak inflamasi, dan secret.
b. Palpasi: apakah ada nyeri tekan, massa.
5. Pemeriksaan Telinga
Pemeriksaan telinga bertujuan untuk mengetahui keadaan telinga luar, saluran telinga,
gendang telinga dan untuk mengetahui fungsi pendengaran. Pemeriksaan dapat
dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi dan Palpasi telinga baik luar dan dalam
 telinga luar:
a). Inspeksi: melihat kesimetrisan daun telinga, warna, ukuran, bentuk, kebresihan,
adanya lesy.
b). Palpasi: menekan daun telinga apakah ada respon nyeri, rasakan kelenturan
kartilago.
 telinga dalam
Untuk dewasa : daun telinga ditarik ke atas agar mudah di lihat
Untuk anak     : daun telinga ditarik kebawah              
b. Pemeriksaan Pendengaran
a. Pemeriksaan dengan Bisikan
a). Mengatur pasien berdiri membelakangi pemeriksa pada jarak 4-6 m.
b). Mengistruksikan pada klien untuk menutup salah satu telinga yang tidak diperiksa.
c). Membisikan suatu bilangan misal “6 atau 5”.
d). Menyuruh pasien mengulangi apa yang didengar.
e). Melakukan pemeriksaan telinga yang satu.
f). Bandingkan kemempuan mendengar telinga kanan dan kiri.
b.  Pemeriksaan dengan Arloji
a). Mengatur susasana tenang.
b). Pegang sebuah arloji disamping telinga klien.
c). Menyuruh klien menyatakan apakah mendengar suara detak arloji.
d). Memimndahkan arloji secara berlahan-lahan menjauhi telinga dan suruh pasien
menyatakan tak mendengar lagi.
e). Normalnya pada jarak 30 cm masih dapat didengar.
c.  Pemeriksaan dengan Garpu Tala
a. Tes Rinne
a). Pegang garpu tala (gt) pada tangkainya dan pukulkan ketelapak tangan.
b). Letakkan gt pada prosesus mastoideus klien.
c). Menganjurkan klien mangatakan pada pemeriksa sewaktu tidak merasakan
getaran.
d).  Kemudian angkat gt dengan cepat dan tempatkan didepan lubang telinga luar
jarak 1-2 cm, dengan posisi parallel dengan daun telinga.
e). Mengistrusikan pada klien apakah masih mendengara atau tidak.
f). Mencatat hasil pemeriksaan.
b. Tes weber
a). Pegang gt pada tangkainya dan pukulkan pada telapak tangan atau  jari.
b). Letakkan tangkai gt di tengah puncak kepala/os. Frontalis atas.
c). Tanyakan pada klien apakah bunyi terdengar sama jelas antara telinga kana dan
kiri atau hanya jelas pada satu sisi saja.
d). Mencatat hasil pemeriksaan.
c. Tes Swebeck
Digunakan untuk mengetahui atau membandingkan pendengaran pasien dengan
pemeriksa, dengan cara mendekatkan gt pada telinga klien kemudian dengan cepat di
dekatkan ke telinga pemeriksa.
4. Pemeriksaan Mulut dan Faring
 Pemeriksaan mulut dan faring bertujuan untuk mengetahui bentuk dan kelainan pada
mulut dan untuk mengetahui kebersihan mulut. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan
cara:
a.  Inspeksi: melihat dan mengamati bibir apa ada kelainan kogenital (bibir sumbing),
warna, kesimetrisan, kelembaban, pembengkakkan, lesi. mengamati jumlah dan
bentuk gigi, gigi berlubang, warna, plak, dan kebersihan gigi
Cara inspeksi mulut dalam dan  faring:
a). Menyuruh pasien membuka mulut amati mucosa: tekstur, warna, kelembaban, dan
adanya lesi.
b). Amati lidah tekstur, warna, kelembaban, lesi.
c). Untuk melihat faring gunakan tongspatel yang sudah dibungkus kassa steril,
kemudian minta klien menjulurkan lidah dan berkata “ah”  amati ovula/epiglottis
simetris tidak terhadap faring, amati tonsil meradang atau tidak (tonsillitis/amandel).
b). Palpasi: pegang dan tekan daerah pipi kemudian rasakan apa ada massa/ tumor,
pembengkakkan dan nyeri. Lakukkan palpasi dasar mulut dengan menggunakkan jari
telunjuk dengan memekai handscond, kemudian suruh pasien mengatakan kata “el” 
sambil menjulurkan lidah, pegang ujung lidah dengan kassa dan tekan lidah dengan
jari telunjuk, posisi ibu jari menahan dagu. catat apakah ada respon nyeri pada
tindakan tersebut.
5. Pemeriksaan Leher
Pemeriksaan leher bertujuan untuk menentukan struktur integritas leher, untuk
mengetahui bentuk leher dan organ yang berkaitan,dan untuk memeriksa sistem
limfatik. Pemeriksaanya dapat dilakukan dengan cara
a. Inspeksi: melihat dan mengamati mengenai bentuk, warna kulit, jaringan parut, ada
atau tidaknya pembengkakkan kelenjar tirod/gondok, dan ada atau tidaknya
massa, kesimeterisan leher dari depan, belakang dan samping kanan dan kiri.
b.  Palpasi: letakkan kedua telapak tangan pada leher klien, suruh pasien menelan dan
rasakan adanya kelenjar tiroid (kaji ukuran, bentuk, permukaanya.).
6. Pemeriksaan Dada ( Thorax )
Pemeriksaan  paru/pulmonalis bertujuan untuk mengetahui bentuk, kesimetrisan,
ekspansi paru, frekuensi, irama pernafasan, adanya nyeri tekan, adanya massa,
peradangan, edema, taktil fremitus, batas paru dengan organ disekitarnya, dan untuk
mendengarkan bunyi paru / adanya sumbatan aliran udara. Pemeriksaan dilakukan
dengan cara:
a.  Inspeksi: Amati kesimetrisan dada kanan dan kiri, amati adanya retraksi interkosta,
amati gerakkan paru, dan amati klavikula dan scapula simetris atau tidak
b. Palpasi Ekspansi Paru:
a). Berdiri di depan klien dan taruh kedua telapak tangan pemeriksa di dada dibawah
papilla, anjurkan pasien menarik nafas dalam, rasakkan apakah sama paru kiri dan
kanan.
b). Berdiri deblakang pasien, taruh telapak tangan pada garis bawah scapula/setinggi
costa ke-10, ibu jari kanan dan kiri di dekatkan jangan samapai  menempel, dan jari-
jari di regangkan lebih kurang 5 cm dari ibu jari. Suruh pasien kembali menarik nafas
dalam dan amati gerkkan ibu jari ka.ki sama atau tidak.
c. Palpasi Taktil Vremitus Posterior dan Anterior:
a). Meletakkan telapak tangan kanan di belakang dada tepat pada apex paru/stinggi
supra scapula (posisi posterior) .
b). Menginstrusikkan pasien untuk mengucapkkan kata “Sembilan-sembilan” (nada
rendah).
c). Minta klien untuk mengulangi mengucapkkan kata tersebut, sambil pemeriksa
mengerakkan ke posisi ka.ki kemudian kebawah sampai pada basal paru atau setinggi
vertebra thoraxkal ke-12.
d).  Bandingkan vremitus pada kedua sisi paru.
e).   Bila fremitus redup minta pasien bicara lebih rendah.
f).    Ulangi/lakukkan pada dada anterior.             
d.  Perkusi
a). Atur pasien dengan posisi supinasi
b). Untuk perkusi anterior dimulai batas clavikula lalu kebawah sampai intercosta 5
tentukkan batas paru ka.ki (bunyi paru normal : sonor seluruh lapang paru, batas paru
hepar dan jantung: redup)
c). Jika ada edema paru dan efusi plura suara meredup.
e. Aus/auskultasi
a). Gunakkan diafragma stetoskop untuk dewasa dan bell pada anak
b). Letakkan stetoskop pada interkostalis, menginstruksikkan pasien untuk nafas
pelan kemudian dalam dan dengarkkan bunyi nafas: vesikuler/wheezing/creckels
7. Pemeriksaan Jantung/Cordis
Pemeriksaan Jantung/Cordis dapat dilakukan dengan cara:
a. Inspeksi: Amati denyut apek jantung pada area midsternu lebih kurang 2 cm
disamping bawah xifoideus.
b.   Palpasi: Merasakan adanya pulsasi
a). Palpasi spasium interkostalis ke-2 kanan untuk menentukkan area aorta dan
spasium interkosta ke-2 kiri letak pulmonal kiri.
b). Palpasi spasium interkostalis ke-5 kiri untuk mengetahui area
trikuspidalis/ventikuler amati adanya pulsasi.
c). Dari interkosta ke-5 pindah tangan secara lateral 5-7 cm ke garis midklavicula kiri
dimana akan ditemukkan daerah apical jantung atau PMI ( point of maximal impuls)
temukkan pulsasi kuat pada area ini.
d). Untuk mengetahui pulsasi aorta palpasi pada area epigastika atau dibawah
sternum.
c. Perkusi
a).  Perkusi dari arah lateral ke medial untuk menentukkan batas jantung bagian kiri.
b). Lakukan perkusi dari sebelah kanan ke kiri untuk mengetahui batas jantung kanan.
c). Lakukan dari atas ke bawah untuk mengetahui batas atas dan bawah jantung.
d). Bunyi redup menunjukkan organ jantung ada pada daerah perkusi.
d. Auskultasi
a). Menganjurkkan pasien bernafas normal dan menahanya saat ekspirasi selesai.
b). Dengarkkan suara jantung dengan meletakkan stetoskop pada interkostalis ke-5
sambil menekan arteri carotis.
 Bunyi S1: dengarkan suara “LUB” yaitu bunyi dari menutupnya katub mitral
(bikuspidalis) dan tikuspidalis pada waktu sistolik.
 Bunyi S2: dengarkan suara “DUB” yaitu bunyi meutupnya katub semilunaris
(aorta dan pulmonalis) pada saat diastolic.
 Adapun bunyi : S3: gagal jantung “LUB-DUB-CEE…” 
 S4: pada pasien hipertensi “DEE..-LUB-DUB”.
7. Pemeriksaann Perut atau Abdomen
Pemeriksaann perut atau abdomen bertujuan untuk mengetahui bentuk dan gerak-
gerakkan perut, untuk mendengarkan bunyi pristaltik usus, dan untuk mengetahui
respon nyeri tekan pada organ dalam abdomen. Tindakan yang dapat dilakukan dalam
pemeriksaan perut atau abdomen yaitu dengan cara:
a. Inspeksi: Amati bentuk perut secara umum, warna kulit, adanya retraksi,
penonjolan, adanya ketidak simetrisan, adanya asites.
b. Palpasi :
a). Palpasi ringan: Untuk mengetahui adanya massa dan respon nyeri tekan letakkan
telapak tangan pada abdomen secara berhimpitan dan tekan secara merata sesuai
kuadran.
b). Palpasi dalam: Untuk mengetahui posisi organ dalam seperi hepar, ginjal, limpa
dengan metode bimanual/2 tangan.
9. Pemeriksaan Hepar
Pemeriksaan hepar dilakukan dengan cara:
a. Letakkan tangan pemeriksa dengan posisi ujung jari keatas pada bagian
hipokondria kanan, kira;kira pada interkosta ke 11-12.
b. Tekan saat pasien inhalasi kira-kira sedalam 4-5 cm, rasakan adanya organ hepar.
Kaji hepatomegali.
10. Pemeriksaan Limpa
Metode yang digunakkan seperti pada pemeriksaan hapar
a.  Anjurkan pasien miring kanan dan letakkan tangan pada bawah interkosta kiri dan
minta pasien mengambil nafas dalam kemudian tekan saat inhalasi tenntukkan adanya
limpa.
b. Pada orang dewasa normal tidak teraba.
4. Pemeriksaan Renalis
Pemeriksaan renalis dapat dilakukan dengan cara:
a. Untuk palpasi ginjal kanan letakkan tangan pada atas dan bawah perut setinggi
Lumbal 3-4 dibawah kosta kanan.
b.  Untuk palpasi ginjal kiri letakkan tangan setinggi Lumbal 1-2 di bawah kosta kiri.
c.  Tekan sedalam 4-5 cm setelah pasien inhalasi jika teraba adanya ginjal rasakan
bentuk, kontur, ukuran, dan respon nyeri.
5. Pemeriksaan  Genetalia
Pemeriksaan  Genetalia bertujuan untuk mengetahui adanya lesi, untuk mengetahui
adanya infeksi (gonorea, shipilis, dll), dan untuk mengetahui kebersihan genetalia.
Tindakan yang dilakukan dalam pemeriksaan genetalia yaitu dengan cara:
a. Genetalia laki-laki
a). Inspeksi: Amati penis mengenai kulit, ukuran dan kelainan lain. Pada penis yang
tidak di sirkumsisi buka prepusium dan amati kepala penis adanya lesi, amati skrotum
apakah ada hernia inguinal, amati bentuk dan ukuran
b). Palpasi: Tekan dengan lembut batang penis untuk mengetahui adanya nyeri dan
tekan saluran sperma dengan jari dan ibu jari
b. Genetalia wanita:
a). Inspeksi: Inspeksi kuantitas dan penyebaran pubis merata atau tidak, amati adanya
lesi, eritema, keputihan/candidiasis
b). Palpasi: Tarik lembut labia mayora dengan jari-jari oleh satu tangan untuk
mengetahui keadaan clitoris, selaput dara, orifisium dan perineum.
6. Pemeriksaan Rektum dan Anal
Pemeriksaan Rektum dan Anal bertujuan untuk mengetahui kondisi rectum dan anus,
untuk mengetahui adanya massa pada rectal, dan untuk mengetahui adanya pelebaran
vena pada rectal/hemoroid. tindakan yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan rektum
dan anal ini yaitu dengan memposisi kanpria sims/ berdiri setengah membungkuk,
wanita dengan posisi litotomi/ terlentang kaki di angkat dan di topang.
a.    Inspeksi: jaringan perineal dan jaringan sekitarnya kaji adanya lesi dan ulkus.
b.  Palpasi : ulaskan zat pelumas dan masukkan jari-jari ke rectal dan rasakan adanya
nodul dan atau pelebaran vena pada rectum.
7. Pemeriksaan Muskuloskeletal
Pemeriksaan Muskuloskeletal bertujuan untuk memperoleh data dasar tentang otot,
tulang dan persendian serta untuk mengetahui mobilitas, kekuatan otot, dan
gangguan-gangguan pada daerah tertentu. Tindakkan yang dapat dilakukan dalam
pemeriksaan muskuloskeletal adalah:
a.  Muskuli/otot
a). Inspeksi:  Inspeksi mengenai ukuran dan adanya atrofi dan hipertrofi (ukur dan
catat jika ada perbedaan dengan meteran).
b). Palpasi: Palpasi pada otot istirahat dan pada saat otot kontraksi untuk mengetahui
adanya kelemahan dan kontraksi tiba-tiba.
c). Lakukan uji kekuatan otot dengan menyuruh pasien menarik atau mendorong
tangan pemeriksa dan bandingkan tangan kanan dan kiri.
d). Amati kekuatan suatu otot dengan memberi penahanan pada anggota gerak atas
dan bawah, suruh pasien menahan tangan atau kaki sementara pemeriksa menariknya
dari yang lemah sampai yang terkuat amati apakah pasien bisa menahan.
b. Tulang/ostium
a). Amati kenormalan dan abnormalan susunan tulang
b). Palpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan pembengkakan
c. Persendiaan/articulasi
a). Inspeksi semua persendian untuk mengetahui adanya kelainan sendi.
b). Palpasi persendian apakah ada nyeri tekan.
c). Kaji range of  mosion/rentang gerak (abduksi-aduksi, rotasi, fleksi-ekstensi, dll).
8. Pemeriksaan Sistem Neurologi
Pemeriksaan sistem neurologi bertujuan untuk mengetahui integritas sistem
persyrafan yang meliputi fungsi nervus cranial, sensori, motor dan reflek. Tindakkan
yang dapat dilakukan dalam pemeriksaan sistem neurologi yaitu dengan cara:
a. Pengkajian 12 syaraf cranial (O.O.O.T.T.A.F.A.G.V.A.H)
a). Olfaktorius/penciuman
Yaitu dengan meminta pasien membau atau mencium  aroma kopi dan vanilla atau
aroma lain yang tidak menyengat. Apakah pasien dapat mengenali aroma.
b). Opticus/pengelihatan
Yaitu dengan meminta kilen untuk membaca bahan bacaan dan mengenali benda-
benda disekitar, jelas atau tidaknya.
c). Okulomotorius/kontriksi dan dilatasi pupil
Yaitu dengan mengkaji arah pandangan, ukur reaksi pupil terhadap pantulan cahaya 
dan akomodasinya.
d). Trokhlear/gerakkan bola mata ke atas dan bawah
Yaitu dengan mengkaji arah tatapan, minta pasien melihat ke atas dan bawah.
e). Trigeminal/sensori kulit wajah, pengerak otot rahang
Yaitu dengan menyentuh ringan kornea dengan usapan kapas untuk menguji reflek
kornea (reflek nagatif (diam)/positif (ada gerkkan), mengukur sensasi dari sentuhan
ringan sampai kuat pada wajah, mengkaji nyeri menyilang pada kuit wajah, dan
mengkaji kemampuan klien untuk mengatupkan gigi saat mempalpasi otot-otot
rahang.
f). Abdusen/gerakkan bola mata menyamping
Yaitu dengan menkaji arah tatapan, dan meminta pasien melihat kesamping kiri dan
kanan.
g). Facial/ekspresi wajah dan pengecapan
Yaitu dengan meminta klien tersenyum, mengencangkan wajah, mengembungkan
pipi, menaikkan dan menurunkan alis mata, dan melihat kesimetrisannya.
h). Auditorius/pendengaran
Yaitu dengan mengkaji klien terhadap kata-kata yang di bicarakkan, dan menyuruh
klien mengulangi kata/kalimat.
i). IX Glosofaringeal/pengecapan, kemampuan menelan, gerakan lidah
Yaitu dengan meminta pasien mengidentifikasi rasa asam, asin, pada bagian pangkal
lidah, dan gunakkan penekan lidah untuk menimbulkan “reflek  gag” serta meminta
klien untuk mengerakkan lidahnya.
j). Vagus/sensasi faring, gerakan pita suara
Yaitu dengan menyuruh pasien mengucapkan “ah”, dan menkaji gerakkan palatum
dan faringeal serta memeriksa kerasnya suara pasien.
k). Asesorius/gerakan kepala dan bahu
Yaitu dengan meminta pasien mengangkat bahu dan memalingkan kepala kearah
yang ditahan oleh pemeriksa, kaji dapatkah klien melawan tahanan yang ringan.
l). Hipoglosal/posisi lidah
Yaitu dengan meminta klien untuk menjulurkan lidah kearah garis tengah dan
menggerakkan ke berbagai sisi.
b. Pengkajian syaraf sensori
a). Minta klien menutup mata
b). Berikkan rasangan pada klien:
 Nyeri superficial: Gunakkan jarum tumpul dan tekankan pada kulit pasien pada
titik-titik yang pemeriksa inginkan, minta pasien untuk mengungkapkan tingkat
nyeri dan di bagian mana
 Suhu: Sentuh klien dengan botol panas dan dingin, suruh pasien mengatakkan
sensasi yang direasakan.
 Vibrasi: Tempelkan garapu tala yang sudah di getarakan dan tempelkan pada
falangeal/ujung jari, meminta pasien untuk mengatakkan adanya getaran.
 Posisi: Tekan ibu jari kaki oleh tangan pemeriksa dan gerakkan naik-turun
kemudian berhenti suruh pasien mengtakkan diatas/bawah.
 Stereognosis: Berikkan pasien benda familiar ( koin atau sendok) dan berikkan
waktu beberapa detik, dan suruh pasien untuk mengatakkan benda apa itu.
c. Pengkajian Reflex:
a. Refleks Bisep
a). Fleksikan lengan klien pada bagian siku sampai 45 derajat, dengan posisi tangan
pronasi (menghadap ke bawah).
b). Letakkan ibu jari pemeriksa pada fossa antekkubital di dasar tendon bisep dan
jari-jari lain diatas tendon bisep.
c). Pukul ibu jari anda dengan reflek harmmer, kaji refleks.
b. Refleks Trisep
a). Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b). Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi.
c). Meminta pasien untuk merilekkan lengan.
d). Raba terisep untuk mmeastikan otot tidak teggang.
e). Pukul tendon pada fossa olekrani, kaji reflek.
c. Refleks Patella
a). Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi.
b). Rilexkan pasien dan alihkan perhatian untuk menarik kedua tangan di depan dada.
c). Pukul tendo patella, kaji refleks.
d. Refleks Brakhioradialis
a). Letakkan lengan tangan bawah pasien diatas tangan pemeriksa.
b). Tempatkan lengan bawah diantara fleksi dan ekstensi serta sedikit pronasi.
c). Pukul tendo brakhialis pada radius bagian distal dengan bagian datar harmmer,
catat reflex.
e. Reflex Achilles
a). Minta pasien duduk dan tungkai menggantung di tempat tidur/kursi seperti pada
pemeriksaan patella.
b). Dorsofleksikan telapak kaki dengan tangan pemeriksa.
c). Pukul tendo Achilles, kaji reflek.
f.  Reflex Plantar (babinsky)
a). Gunakkan benda dengan ketajaman yang sedang (pensil/ballpoint) atau ujung stick
harmmer.
b). Goreskan pada telapak kaki pasien bagian lateral, dimulai dari ujung telapak kaki
sampai dengan sudut telapak jari kelingking lalu belok ke ibu jari. Reflek positif
telapak kaki akan tertarik ke dalam.
g. Refleks Kutaneus
 Gluteal
o Meminta pasien melakukan posisi berbaring miring dan buka celana seperlunya.
o Ransang ringan bagian perineal dengan benda berujung kapas.
o Reflek positif spingter ani berkontraksi.
 Abdominal
o Minta klien berdiri/berbaring.
o Tekan kulit abdomen dengan benda berujung kapas dari lateal ke medial, kaji
gerakkan reflek otot abdominal.
o Ulangi pada ke-4 kuadran (atas kiri dan kanan dan bawah kiri dan kanan).
 Kremasterik/pada pria
o Tekan bagian paha atas dalam menggunakkan benda berujung kapas.
o Normalnya skrotum akan naik/meningkat pada daerah yang diransang.
C. Pemeriksaan Tanda-Tanda Vital
Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan suatu cara mendeteksi adanya perubahan
sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi pernapasan, dan
tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada fungsi tuubuh.
Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat menunjukkan keadaan
metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan perubahan pada sistem
kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan fungsi pernapasan, dan
tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem kardiovaskular, yang dapat dikaitkan
dengna denyut nadi. Pemeriksaan tanada vital yang dilakukan oleh seorang perawat
adalah untuk memantau perkembangan pasien. Tindakan ini bukan hanya merupakan
kegiatan rutin pada klien, tetapi merupakan tindakan pengawasan terhadap perubahan
atau gangguan sistem tubuh.
1. Suhu Tubuh

Suhu tubuh merupakan hasil keseimbangan antra produksi panas dan hilangnya panas
dari tubuh ke lingkungan. Produksi panas yang di hasilkan tubuh antara lain berasal
dari:

a. Metabolisme makanan (Basal Metabolic Rate)


b. Olahraga
c. Shivering atau kontraksi otot skelet
d. Peningkatan produksi hormon tiroksin (meningkatkan metabolisme seluler)
e. Proses penyakit infeksi
f. Termogenesis kimiawi (rangsanga langsung dari norepinefrin dan efinefrin atau
dari rangsangan langsung simpatetik.
Sedangkan hilangnya panaas tubuh terjadi melalui bebrapa proses yaitu:
a. Radiasi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lain tanpa melalui
kontak langsung, misalnya orang berdiri di depan lemari es yang terbuka.
b. Konduksi adalah pemindahan panas dari satu benda ke benda lainnya melalui
kontak langsung, misalnya kontak langsung dengan es.
c. Konveksi adalah pemindahan panas yang timbul akibat adanya pergerakan udara,
misalnya udara yang berdekatan dengan badan akan menjadi hangat.
d. Evaporisasi adalah pemindahan panas yang terjadi melalui proses penguapan,
misalnya pernapasan dan perspiration dari kulit. Sebagai contoh keringat
meningkatkan pengeluaran panas tubuh. Suhu tubuh terjaga konstan meskipun
adanya perubahan kondisi lingkungan. Hal ini disebabkan karena adanya proses
pengaturan suhu melalui negatif feedback sistim (nekanuisme umpan balik). Organ
pengatur suhu tubuh yang utama adalah hipotalamus.
Variasi suhu orang yang sehat berkisar 0,7 derajat celcius dari normal (1,4 F).
Pengukuran suhu tubuh berdasarkan umur:
UMUR SUHU SUHU
(celcius) (Fahrenheit)
Bayi baru lahir 36,1-37,7 97-100
3 bulan 37,5 99,5
1 Tahun 37,7 99,86
2 Tahun 37,2 98,9
3 Tahun 37,2 98,96
5 Tahun 37,0 98,6
7 Tahun 36,8 98,24
9 Tahun 36,7 98,06
12 Tahun 37 98,6
13 Tahun 36,6 97,88
Dewasa 36 96,8

Sedangkan menurut Anas 2007 suhu tubuh di bagi menjadi:

 Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36 derajat celcius


 Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36-37,5 derajat celcius
 Febris/pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5- 40 derajat celcius
 Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40 derajat celcius
Ada beberapa lokasi pemeriksaan suhu tubuh di antaranya yaitu:

 Oral
Suhu dapat di ambil melalui mulut baik menggunakan termometer kaca klasik atau
yang lebih modern termometer digital yang menggunakan probe elektronik untuk
mengukur suhu tubuh.
 Dubur
Suhu yang di ambil melalui dubur (menggunakan termometer gelas atau termometer
digital) cenderung 0,5-0,7 derajat lebih tinggi dari pada ketika di ambil oleh mulut.
 Aksila (ketiak)
Temperatur dapat di ambil di bawah lengan dengan menggunakan termometer gelas
atau termometer digital. Suhu yang di ambil oleh rute ini cenderung 0,3-0,4 derajat
lebih rendah dari pada suhu yang di ambil oleh mulut.
 Termometer khusus dengan cepat dapat mengukur suhu gendang telinga yang
mencerminkan suhu inti tubuh (suhu dari organ-organ internal). Suhu tubuh
abnormal karena demam (suhu tinggi) atau hipotermia (suhu rendah). Demam di
tandai ketika suhu tubuh meningkat di atas 37 derajat celcius secara oral atau 37,7
derajat celcius melalui dubur, menurut American Medical Association. Hipotermia
di definisikan sebagai penurunan suhu tubuh di bawah 35 derajat.
 SOP Pemeriksaan Suhu Tubuh
1. Pemeriksaan Suhu Oral
 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Gunakan handscoon
 Atur posisi pasien
 Tentukan letak bawah lidah
 Turunkan suhu termometer dibawah 34o-35o C.
 Letakkan termometer di bawah lidah seajajr dengan gusi
 Anjurkan mulut di katupkan sselama 3-5 menit
 Angkat termometer dan baca hasilnya
 Catat hasil
 Bersihkan termometer dengan kertas tisu
 Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. Pemeriksaan Suhu Rektal
 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Gunakan handscoon
 Atur posisi pasien dengan posisi miring
 Pakaian diturunkan sampai di bawah glutea
 Tentukan termometer dan atur pada nilai nol lalu oleskan vaselin
 Letakkan telapak tangan pada sisi glutea pasien dan masukkan termometer ke
dalam rektal jangan sampai berubah tempatnya dan ukur suhu
 Setelah 3-5 menit angkat termometer
 Catat hasil
 Bersihkan termometer dengan kertas tisu
 Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan.
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
3. Pemeriksaan Suhu Aksila
 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Gunakan handscoon
 Atur posisi pasien
 Tentukan aksila dan bersihkan daerah aksila dengan menggunakan tisu
 Turunkan termometer di bawah suhu 34o-35o
 Letakkan termometer pada daerah aksila dan lengan psien fleksi diatas dada
 Setelah 3-10 menit termometer diangkat dan dibaca hasilnya
 Catat hasil
 Bersihkan termometer dengan kertas tisu
 Cuci dengan air sabun, desinfektan, bilas dengan air bersih, dan keringkan
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
A. Pemeriksaan pernapasan

Merupakan pemeriksaan yang dilakukan untuk menilai proses pengambilan oksigen


dan pengeluaran karbondioksida. Menilai frekuensi, irama, kedalamn dan tipe atau
pola pernapasan. Satu siklus orang dewasa empat detik inspirasi dan tiga detik
ekspirasi. Volume tidal dewasa saat istirahat 500 ml, volume tidal bayi 6-8 ml/ kgBB.

Berikut macam-macam pernapasan pada manusia:

- Irama kecepatan pernapasan normal.


- Hiperepneu: pernapasan cepat dan dalam.
- Takeapneu: Peningkatan kecepatan pernapasan.
- Bradipneu: Pernapasan lambat
- Apneu: Tidak terdapatnya pernapasan.
- Chynes-stokes:pernapasan yang secara bertahap menjadi lebih cepat dan lebih
dalam dari normal kemudian melambat diselingi oleh periode apneu.
- Biots: pernapasan cepat dan dari normal dengan berhenti tiba-tiba diantaranya
serta pernapasan mempunyai kedalam yang sama/pernapasan yang dalam dan
dangkal disertai apneuyang tidak teratur (pada pasien meningitis)
- kusmaul adalah inspirasi dan kespirasi sama panjang dan dalamnya sehingga
keseluruhan pernapasan menjadi lambat(pada keracunan alkohol,koma
diabetikum,uremia,dan pada pengaruh obat bius) (joice,1995).
Umur Frekuensi (x/menit)
BBL 30-50
Anak-anak 15-30
Dewasa 12-20

Tabel. Rentang Pernapasan berdasarkan umur

 SOP Pemeriksaan Pernapasan


 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Hitung frekuensi dan irama pernapasan
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan
A. Pemeriksaan tekanan darah

Tekanan darah adalah kekuatan yang mendorong darah terhadap dinding


arteri,tekanan ditentukan oleh kekuatan dan jumlah darah yang di pompa,dan ukuran
serta fleksibilitas dari arteri,di ukur dengan alat pengukur tekanan darah dan
stetoskop. teknan darah terus menerus berubah tergantung pada aktivitas,suhu,
makanan,keadaan emosi,sikap,keadaan fisik,dan obat-obatan.

Dua angka di catat ketika mengukur tekanan darah.angka yang lebih tinggi, adalah
tekanan sistolik, mengacu pada tekanan di dalam aryeri ketika jantung berkontraksi
dan memompa darah keseluruh tubuh. angka yang lebih rendah, adalah tekanan
diastolik, mengacu pada tekanan di dalam arteri ketika jantung beristirahat dan
pengisian darah.baik tekana sistolik dan diastolik dicatac sebagai mm Hg (milimeter
air raksa ). panduan NHLBI National Heart,Lung, and Blood Institute (NHLBI ) dari
National Institute of Healt (NIH) normal sebagai berikut: tekanan sistolik kurang dari
120 mm Hg dan tekanan diastolik kurang dari 80mm Hg. namun angka-angka ini
harus digunakan sebagai pedoman saja.

Gaambar. Cara pengukursn tekanan darah

Tabel. Tekanaan Darah Pada Bayi dan Ank-anak

Umur Systole Diastole Hearth rate


Newborn 64-78 41-52 91-182
1-6 bulan 95-110 58-71 103-186
6-11 bulan 95-110 58-71 109-170
1-2 tahun 95-110 58-71 95-165
3-6 tahun 101-115 57-68 65-140
7-11 tahun 104-124 55-82 62-130
12-15 tahun 112-138 62-83 60-130
Pediatric Nursing Secret BY Henley dan Belfus, INC, 2002

Tabel. Tekanan Darah Pada Dewasa

Kategori Sistol Diastole Satuan


Normal <130 <85 mmHg
Perbatasan 130-139 85-89 mmHg
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99 mmHg
Hipertensi derajat 2 160-179 100-109 mmHg
Hipertensi derajat 3 Lbh dari 180 Lbh dari 110 mmHg
The six of the joint national comunitte PDET of high Blood Pressure, 1997

 SOP Pemeriksaan Tekanan Darah


 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Gunakan handscoon
 Letakkan lengan yang hendak diukur pada posisi telentang
 Lengan baju dibuka
 Pasang manset pada lengan kanan/kiri atas sekitar 3 cm di atas fossa cubiti (jangan
terlalu ketat maupun terlalu longgar)
 Tentukn denyut nadi arteri radialis dekstra/sinistra
 Pompa balon udara manset sampai denyut nadi arteri radialis tidak teraba
 Pompa terus sampai manometer setinggi 20 mmHg lebih tinggi dari titik radialis
tidak teraba
 Letakkan diafragma stetoskop di atas nadi brakialis dan kempeskan balon udara
manset secara perlahan dan berkesinambungan dengan memutar sekrup padaa
pompa udara berlawanan arah jarum jam
 Catat mmHg manometer saat pertama kali denyut nadi teraba kembali.
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
2. pemeriksaan nadi

Denyut nadi adalah jumlah denyut jantung, atau berapa kali jantung berdetak per
menit. mengkaji denyut nadi tidak hanya mengukur frekuensi denyut jantung: irama
jantung dan kekuatan dan kekuatan denyut jantung. nadi normal untuk orang dewasa
yang sehat berkisar 60-100 denyut per menit. pada saat berolahraga,menderita suatu
penyakit, cendera, dan emosi. beberapa tempat lokasi pengukuran denyut nadi yaitu:
1. pada asfek vetral dari pergelangan tangan.
2. leher( pembuluh nadi kepala ) arteri karotis.
3. bagian dalam siku, atau dibawah otot bisep (arteri brachial)
4. kunci paha/ arteri femoralis.
5. Dibalik malleolus di tengah-tengah kaki (belakang tibia arteri)
6. tengah dorsum dari kaki (dorsalis pedis)
7. dibelakang lutut (papliteal arteri)
8. Diatas perut( abdominal aorta)
9. Dada( aorta)

Gambar berikut ini menjelaskan beberapa tempat lokasi pengukuran denyut nadi

Gambar. Lokasi Pengukuran Nadi

Tabel. Rentang Pengukuran Denyut Nadi Berdasarkan Umur


Umur Frekuensi x/menit
< 1 bulan 90-170
< 1 tahun 80-160
2 tahun 80-120
6 tahun 75-115
10 tahun 70-110
14 tahun 65-100
>14 tahun 60-100
Pengkajian fisik keperawatan, Edisi 2 EGC, 2005

- Takikardia : denyut jantung dengan cepat pada orang dewasa yang melebihi
100x/menit yang di sebabkan oleh kenaikan suhu tubuh, ransangan jantung oleh
syaraf simpatis,keadaan toksit jantung

- Bradikardia: frekuensi denyut jantung yang lambat kurang dari 60x/ menit pada
sindrom sinus karotis.

 SOP Pemeriksaan Denyut Nadi


 Jelaskan prosedur pada klien
 Cuci tangan
 Atur posisi pasien
 Letakkan kedua lengan terlentang di sisi tubuh
 tentukan letak arteri (denyut nadi yang akan di hitung)
 Periksa denut nadi (arteri) dengan menggunakan ujung jari telunjuk, jari tengah,
dan jari manis. Tentukan frekuensinya permenit dan keteraturan irama, dan
kekuatan denyutan
 Catat hasil
 Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

D.PEMERIKSAAN DIAGNOSTIC ATAU PENUNJANG

1. Pengertian Pemeriksaan Diagnostic


Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga dan
komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual maupun
potensial. Terdapat 3 faktor utama yang dapat mengakibatkan kesalahan hasil
laboratorium yaitu :
1. Pra instrumentasi
Pada tahap ini sangat penting diperlukan kerjasama antara petugas, pasien dan dokter.
Hal ini karena tanpa kerja sama yang baik akan mengganggu/mempengaruhi hasil
pemeriksaan laboratorium yang termasuk dalam tahapan pra instrumentasi meliputi :
a. Pemahaman instruksi dan pengisian formulir
Pada tahap ini perlu diperhatikan benar apa yang diperintahkan oleh dokter dan
dipindahkan ke dalam formulir. Hal ini penting untuk menghindari pengulangan
pemeriksaan yang tidak penting, membantu persiapan pasien sehingga tidak
merugikan pasien dan menyakiti pasien. Pengisian formulir dilakukan secara lengkap
meliputi identitas pasien : nama, alamat/ruangan, umur, jenis kelamin, data
klinis/diagnosa, dokter pengirim, tanggal dan kalau diperlukan pengobatan yang
sedang diberikan.
a. Persiapan penderita
1). Puasa
Dua jam setelah makan sebanyak kira-kira 800 kalori akan mengakibatkan
peningkatan volume plasma, sebaliknya setelah berolahraga volume plasma akan
berkurang. Perubahan volume plasma akan mengakibatkan perubahan susunan
kandungan bahan dalam plasma dan jumlah sel darah.
1).Obat
Penggunaan obat dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan hematologi misalnya : asam
folat, Fe, vitamin B12 dll. Pada pemberian kortikosteroid akan menurunkan jumlah
eosinofil, sedang adrenalin akan meningkatkan jumlah leukosit dan trombosit.
Pemberian transfusi darah akan mempengaruhi komposisi darah sehingga
menyulitkan pembacaan morfologi sediaan apus darah tepi maupun penilaian
hemostasis. Antikoagulan oral atau heparin mempengaruhi hasil pemeriksaan
hemostasis.
1). Waktu pengambilan
Umumnya bahan pemeriksaan laboratorium diambil pada pagi hari tertutama pada
pasien rawat inap. Kadar beberapa zat terlarut dalam urin akan menjadi lebih pekat
pada pagi hari sehingga lebih mudah diperiksa bila kadarnya rendah. Kecuali ada
instruksi dan indikasi khusus atas perintah dokter.
a. Posisi pengambilan
Posisi berbaring kemudian berdiri mengurangi volume plasma 10% demikian pula
sebaliknya. Hal lain yang penting pada persiapan penderita adalah menenangkan dan
memberitahu apa yang akan dikerjakan sebagai sopan santun atau etika sehingga
membuat penderita atau keluarganya tidak merasa asing atau menjadi obyek.
b. Cara pengambilan sampel
Pada tahap ini perhatikan ulang apa yang harus dikerjakan, lakukan pendekatan
dengan pasien atau keluarganya sebagai etika dan sopan santun, beritahukan apa yang
akan dikerjakan. Selalu tanyakan identitas pasien sebelum bekerja sehingga tidak
tertukar pasien yang akan diambil bahan dengan pasien lain. Karena kepanikan pasien
akan mempersulit pengambilan darah karena vena akan konstriksi.
Darah dapat diambil dari vena, arteri atau kapiler. Syarat mutlak lokasi pengambilan
darah adalah tidak ada kelainan kulit di daerah tersebut, tidak pucat dan tidak
sianosis. Lokasi pengambilan darah vena : umumnya di daerah fossa cubiti yaitu vena
cubiti atau di daerah dekat pergelangan tangan. Selain itu salah satu yang harus
diperhatikan adalah vena yang dipilih tidak di daerah infus yang terpasang/sepihak
harus kontra lateral. Darah arteri dilakukan di daerah lipat paha (arteri femoralis) atau
daerah pergelangan tangan (arteri radialis). Untuk kapiler umumnya diambil pada
ujung jari tangan yaitu telunjuk, jaritengah atau jari manis dan anak daun telinga.
Khusus pada bayi dapat diambil pada ibu jari kaki atau sisi lateral tumit kaki.
c. Penanganan awal sampel dan transportasi
Pada tahap ini sangat penting diperhatikan karena sering terjadi sumber kesalahan ada
disini. Yang harus dilakukan :
1) Catat dalam buku expedisi dan cocokan sampel dengan label dan formulir. Kalau
sistemnya memungkinkan dapat dilihat apakah sudah terhitung biayanya (lunas)
2) Jangan lupa melakukan homogenisasi pada bahan yang mengandung antikoagulan
3) Segera tutup penampung yang ada sehingga tidak tumpah
4) Segera dikirim ke laboratorium karena tidak baik melakukan penundaan
5) Perhatikan persyaratan khusus untuk bahan tertentu seperti darah arteri untuk
analisa gas darah, harus menggunakan suhu 4-8° C dalam air es bukan es batu
sehingga tidak terjadi hemolisis. Harus segera sampai ke laboratorium dalam
waktu sekitar 15-30 menit.
Perubahan akibat tertundanya pengiriman sampel sangat mempengaruhi hasil
laboratorium. Sebagai contoh penundaan pengiriman darah akan mengakibatkan
penurunan kadar glukosa, peningkatan kadar kalium. Hal ini dapat mengakibatkan
salah pengobatan pasien. Pada urin yang ditunda akan terjadi pembusukan akibat
bakteri yang berkembang biak serta penguapan bahan terlarut misalnya keton. Selain
itu nilai pemeriksaan hematologi juga berubah sesuai dengan waktu.
b. Interpretasi Data
a. Menentukan aspek positif klien
Jika klien memerlukan standar kriteria kesehatan, perawat kemudian menyimpulkan
bahwa klien memiliki aspek positif tersebut dapat digunakan untuk meningkatkan
atau membantu memecahkan masalah klien yang dihadapi.
b. Menentukan masalah klien
Jika klien tidak memenuhi standar kriteria maka klien tersebut mengalami
keterbatasan dalam aspek kesehatannya dan memerlukan pertolongan.
c. Menentukan masalah klien yang pernah dialami
Perawat dapat menyimpulkan bahwa daya tahan tubuh klien tidak mampu untuk
melawan infeksi tersebut.
d. Menentukan keputusan
Penentuan keputusan didasarkan pada jenis masalah yang ditemukan. Tidak
ditemukan masalah kesehatan tetapi perlu peningkatan status dan fungsi kesehatan
e. Masalah yang akan muncul
Mengumpulkan data yang lengkap untuk lebih mengidentifikasi masalah- masalah
yang akan muncul.
f. Masalah kalaboratif
Berkonsultasi dengan tenaga kesehatan lain professional yang kompeten dan
berkalaborasi untuk penyelesaian masalah tersebut.
c. Validasi Data
Tenaga kesehatan memvalidasi data yang telah diperoleh agar akurat dan dilakukan
bersama klien, keluarga dan masyarakat. Validasi dilakukandengan mengerjakan
pertanyaan dan pernyataan yang reflektif kepada klien/ keluarga tentang kejelasan 
interpretasi data.
2. Jenis-jenis Pemeriksaan Diagnostik
Jenis-jenis pemeriksaan diagnostik yaitu :
1.Ultrasonografi (USG)
USG merupakan suatu prosedur diagnosis yang dilakukan di atas permukaan  kulit/ di
rongga tubuh menghasilkan suatu ultrasound di dalam jaringan. Pemeriksaan ini
digunakan untuk melihat struktur jaringan tubuh, untuk mendeteksi berbagai kelainan
pada abdomen, otak, jantung dan ginjal.
2.Rontgen
Rontgen atau dikenal dengan sinar x merupakan pemeriksaan yang memanfaatkan
peran sinar x untuk melakukan skrining dan mendeteksi kelainan pada berbagai organ
diantaranya jantung, abdomen, ginjal, ureter, kandung kemih, tenggorokan dan
rangka.
3.Pap Smear (Papanicolaou Smear)
Pap smear merupakan pemeriksaan sitologi yang digunakan untuk mendeteksi adanya
kanker serviks atau sel prakanker, mengkaji efek pemberian hormon seks serta
mengkaji respons terhadap kemoterapi dan radiasi.
4.Endoskopi
Pemeriksaan yang dilakukan pada saluran cerna untuk mendeteksi adanya kelainan
pada saluran cerna.
Contoh : varises, esophagus, neoplasma, peptic ulcer.
5.Colonoskopi
Pemeriksaan dilakukan pada saluran colon dan sigmoid untuk mendeteksi adanya
kelainan pada saluran colon.Contoh : varises, hemoroid, neoplasma dll.
6.CT Scan
Pemeriksaan spesifik/khusus untuk melihat organ yang lebih dalam dan terlokalisir
serta khusus.
Contoh : organ dalam tengkorak dan organ dalam abdomen.
7.Mamografi
Merupakan pemeriksaan dengan bantuan sinar x yang dilakukan pada bagian
payudara untuk mendeteksi adanya kista / tumor dan menilai payudara
secara periodik.
8.Elektroensefalografi (EEG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat hantaran listrik pada otak (melihat kelainan
pada gelombang otak) dengan memasangkan elektroda pada bagian kepala klien.
Indikasi : epilepsy, trauma capitis
9.Elektrokardiografi (EKG)
Pemeriksaan dilakukan untuk melihat sistem hantaran/konduksi dari jantung
indikasi : Miocard Infark (MCI), Angna fektoris, gagal jantung.
3. PersiapanUntuk Pemeriksaan Diagnostik
1. Persiapan alat
Dalam mempersiapkan alat yang akan digunakan selalu diperhatikan instruksi dokter
sehingga tidak salah persiapan dan berkesan profesional dalam bekerja.
2. Pengambilan darah
Yang harus dipersiapkan antara lain : - kapas alkohol 70 %, karet pembendung
(torniket) semprit sekali pakai umumnya 2.5 ml atau 5 ml, penampung kering
bertutup dan berlabel. Penampung dapat tanpa anti koagulan atau mengandung anti
koagulan tergantung pemeriksaan yang diminta oleh dokter. Kadang-kadang
diperlukan pula tabung kapiler polos atau mengandung antikoagulan.
3. Penampungan urin
Digunakan botol penampung urin yang bermulut lebar, berlabel, kering, bersih,
bertutup rapat dapat steril (untuk biakan) atau tidak steril. Untuk urin kumpulan
dipakai botol besar kira-kira 2 liter dengan memakai pengawet urin.
4. Penampung khusus
Biasanya diperlukan pada pemeriksaan mikrobiologi atau pemeriksaan khusus yang
lain. Yang penting diingat adalah label harus ditulis lengkap identitas penderita
seperti pada formulir termasuk jenis pemeriksaan sehingga tidak tertukar.

4. Persiapan Pengambilan Spesimen


1.Darah
Tempat pengambilan darah untuk berbagai macam pemeriksaan
laboratorium,yaitu:
a. Perifer (pembuluh darah tepi)
b. Vena
c. Arteri
d. Pada orang dewasa diambil pada ujung jari atau daun telinga bagian bawah
e. Pada bayi dan anak kecil dapat diambil pada ibu jari kaki atau tumit
 Bentuk pemeriksaan
a. Jenis/golongan darah
b. HB untuk mendeteksi adanya penyakit anemia dan ginjal
c. Hematokrit untuk mengukur konsentrasi sel darah merah dalam darah
d. Trombosit untuk mendeteksi adanya trombositopenia dan trombosis
e. SGPT (serum Glumatik Piruvik Transaminase) untuk mendeteksi adanya
kerusakan hepatoseluler
f. Albumin untuk mendeteksi adanya gangguan hepar seperti luka bakar dan
gangguan ginjal
g. Asam urat untuk mendeteksi penyakit pada ginjal, luka bakar
h. Billirubin (Direct : deteksi ikterik, Indirect : anemia & malaria)
i. Gula darah untuk mendeteksi diabetes
 Persiapan alat
a. Lanset darah atau jarum khusus
b. Kapas alcohol
c. Kapas kering
d. Alat pengukur Hb/kaca objek/botol pemeriksaan, tergantung macam pemeriksaan
e. Bengkok
f. Hand scoon
g. Perlak dan pengalas
 Prosedur kerja
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu klien dan menyampaikan tujuan serta langkah prosedur
c. Memasang perlak dan pengalas
d. Memakai hand scoon
e. Mempersiapkan bagian yang akan ditusuk, tergantung jenis pemeriksaan
f. Kulit dihapushamakan dengan kapas alcohol
g. Bekas tusukan ditekan dengan kapas alcohol
h. Merapikan alat
i. Melepaskan hand scoon
2.Urine
 Kegunaan
a. Menafsirkan proses-proses metabolisme
b. Mengetahui kadar gula pada tiap-tiap waktu makan (pada pasien DM)
 Jenis pemeriksaan
a. Urine sewaktu
Urine yang dikeluarkan sewaktu-waktu bilamana diperlukan pemeriksaan
b. Urine pagi
Urine yang pertama dikeluarkan sewaktu pasien bangun tidur.
c. Urine pasca prandial
Urine yang pertama kali dikeluarkan setelah pasien makan (1,5-3 jam sesudah
makan)
d. Urine 24 jam
Urine yang dikumpulkan dalam waktu 24 jam.
 Persiapan alat
a. Formulir khusus untuk pemeriksaan urine
b. Wadah urine dengan tutupnya
c. Hand scoon
d. Kertas etiket
e. Bengkok
f. Buku ekspedisi untuk pemeriksaan laboratorium
 Prosedur tindakan
a. Mencuci tangan
b. Mengisi formulir
c. Memberi etiket pada wadah
d. Memakai hand scoon
e. Menuangkan 100 cc urine dari bengkok ke dalam wadah kemudian ditutup rapat.
f. Menyesuaikan data formulir dengan data pada etiket
g. Menuliskan data dari formulir ke dalam buku ekspedisi
h. Meletakkan wadah ke dalam bengkok atau tempat khusus bertutup.
i. Membereskan dan merapikan alat
j. Melepas hand scoon
k. Mencuci tangan
3.Faeces
 Pengertian
Menyiapkan feses untuk pemeriksaan laboratorium dengan cara pengambilan yang
tertentu
Tujuan
Untuk menegakkan diagnosa
Pemeriksaan tinja untuk pasien dewasa
Untuk pemeriksaan lengkap meliputi warna, bau, konsistensi, lendir, darah, dan telur
cacing. Tinja yang diambil adalah tinja segar.
 Persiapan alat
a. Hand scoon bersih
b. Vasseline
c. Botol bersih dengan penutup
d. Lidi dengan kapas lembab dalam tempatnya
e. Bengkok
f. Perlak pengalas
g. Tissue
h. Tempat bahan pemeriksaan
i. Sampiran
 Prosedur tindakan
a. Mendekatkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Memasang perlak pengalas dan sampiran
e. Melepas pakaian bawah pasien
f. Mengatur posisi dorsal recumbent
g. Memakan hand scoon
h. Telunjuk diberi vaselin lalu dimasukkan ke dalam anus dengan arah keatas
kemudian diputar kekiri dan kekanan sampai teraba tinja
i. Setelah dapat dikeluarkan perlahan-lahan lalu dimasukkan ke dalam tempatnya.
j. Anus dibersihkan dengan kapas lembab dan keringkan dengan tissue.
k. Melepas hand scoon
l. Merapikan pasien
m. Mencuci tangan
Untuk pemeriksaan kultur (pembiakan) pengambilan tinja dengan cara steril. Caranya
sama dengan cara thoucer, tetapi alat-alat yang digunakan dalam keadaan steril.
4.Cairan pervaginam
 Persiapan alat
a. Kapas lidi steril
b. Objek gelas
c. Bengkok
d. Sarung tangan
e. Spekulum
f. Kain kassa, kapas sublimat
g. Bengkok
h. Perlak
 Prosedur
a. Memberitahu dan memberi penjelasan pada klien tentang tindakan yang akan
dilakukan
b. Mendekatkan alat
c. Memasang sampiran
d. Membuka dan menganjurkan klien untuk menanggalkan pakaian bagian bawah
(jaga privacy pasien)
e. Memasang pengalas dibawah bokong pasien
f. Mengatur posisi pasien dengan kaki ditekuk (dorsal recumbent)
g. Mencuci tangan
h. Memakai sarung tangan
i. Membuka labia mayora dengan ibu jari dan jari telunjuk tangan yang tidak
dominan
j. Mengambil sekret vagina dengan kapas lidi dengan tangan yang dominan sesuai
kebutuhan
k. Menghapus sekret vagina pada objek gelas yang disediakan
l. Membuang kapas lidi pada bengkok
m. Memasukkan objek gelas ke dalam piring petri atau ke dalam tabung kimia dan
ditutup
n. Memberi label dan mengisi formulir pengiriman spesimen untuk dikirim ke
laboratorium
o. Membereskan alat
p. Melepas sarung tangan
q. Mencuci tangan
r. Melakukan dokumentasi tindakan
5.Sputum
 Pengertian
Sputum atau dahak adalah bahan yang keluar dari bronchi atau trakhea, bukan
ludah atau lendir yang keluar dari mulut, hidung atau tenggorokan.
 Tujuan
Untuk mengetahui basil tahan asam dan mikroorganisme yang ada dalam tubuh
pasien sehingga diagnosa dapat ditegakkan.
 Indikasi
Pasien yang mengalami infeksi/peradangan saluran pernafasan (apabila
diperlukan).
 Persiapan alat
a. Sputum pot (tempat ludah) yang bertutup
b. Botol bersih dengan penutup
c. Hand scoon
d. Formulir dan etiket
e. Perlak pengalas
f. Bengkok
g. Tissue
 Prosedur tindakan
a. Menyiapkan alat
b. Memberitahu pasien
c. Mencuci tangan
d. Mengatur posisi duduk
e. Memasang perlak pengalas dibawah dagu dan menyiapkan bengkok.
f. Memakai hand scoon
g. Meminta pasien membatukkan dahaknya ke dalam tempat yang sudah disiapkan
(sputum pot)
h. Mengambil 5cc bahan, lalu masukkan ke dalam botol
i. Membersihkan mulut pasien
j. Merapikan pasien dan alat
k. Melepas hand scoon
l. Mencuci tangan
E. PROSEDUR PENGENDALIAN INFEKSI DAN PATIENT SAFETY

1. Definisi Infeksi

Infeksi adalah Kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme


inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau
patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak diri,
yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal inang dan
dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh, dan bahkan
kematian. Respons inang terhadap infeksi disebut peradangan. Secara umum, patogen
umumnya dikategorikan sebagai organisme mikroskopik, walaupun sebenarnya
definisinya lebih luas, mencakup bakteri, parasit, fungi, virus, prion dan viroid.

2.  Rantai Penularan Infeksi

1.Agens Penyebab
Kemampuan mikroorganisme dalam menimbulkan proses infeksi bergantung pada
jumlah mikroorganisme yang terdapat dalam tubuh; virulensi dan potensi
mikroorganisme (patogenisitas), kemampuan mikroorganisme untuk masuk kedalam
tubuh; kerentanan inang; dan kemampan mikroorganisme untuk hidup dalam tubuh
inang, beberapa mikroorganisme seperti virus cacar, memiliki kemampuan untuk
menginfeksi hampir semua individu rentan yang terpajan, sebaliknya,
mkroorganisme, seperti basilus tuberculosis menginfeksi relatif sedikit populasi yang
rentan dan terpajan.

2. Reservoir

Terdapat banyak reservoir atau sumber mikroorganisme. Sumber yang umum adalah
individu lain, mikroorganisme dalam tubuh klen,tanaman, hewan, atau lingkungan
umum. Individu paling sering menjadi sumber infeksi bagi individu lain dan bagi
mereka sendiri. Sebagai contoh, individu yang memiliki virus influenza sering kali
menularkan virus tersebut kepada orang lain. pembawa (carrier) adalah manusia atau
hewan yang menjadi reservoir agens infeksi tertentu dan biasanya tidak menunjukkan
tanda klinis penyakit.

3. Pintu keluar dari reservoir

Sebelum terjadi infeksi pada inang, mikroorgansme harus meninggalkan reservoir.


Ringkasan area tubuh manusia yang sering kali menjadi reservoir dan pintu keluar
reservoir.

4. Cara Penyebaran

Setelah meninggalkan reservoir, mikroorganisme membutuhkan cara penyebar untuk


mencapai indvidu lain atau inang baru lewat pintu masuk reseptif terdapat 3
mekansme penyebaran yaitu:

a. Penyebaran langsung.
Penyebaran langsung melibatkan pemindahan mikrorganisme secara cepat dan
langsung dari satu individu ke ke idividu lain melalui sentuhan, gigitan, ciuman,
atau hubungan seksual. Penyebaran melalui droplet merupakan salah satu bentuk
penyebaran langsung, tetapi hanya terjadi apabila sumber dan inang berjarak
hanya 1 meter.
b. Penyebaran tidak langsung.
Penyebaran tidak langsung dapat berupa penyebaran lewat prantara atau penyebar
lewat vector.
1. Penyebaran lewat perantara
Perantara adalah semua zat yang berfungsi sebagai media dalam menghantarkan dan
memasukkan agens infeksi ke inang yang rentan melalui pintu masuk yang sesuai.
benda tercemar (benda mati), seperti sapu tangan, mainan, baju kotor, peralatan
masak atau peralatan makan, dan instrumen pembedahan, dapat bertindak sebagai
perantara. Air, makanan, darah, serum, dan plasma merupakan perantara lain. Sebagai
contoh, makanan atau air dapat terkontaminasi oleh individu pembawa virus hepatitis
A yang memegang makanan tersebut. makanan tersebut kemudian dikonsumsi oleh
individu yang rentan.
2. Penyebaran Vektor
Vektor adalah hewan atau serangga terbang atau merayap yang bertindak sebagai
media transportasi agens infeksi. penyebaran dapat terjadi melalui injeksi cairan
saliva saat vektor menggigit atau melekatkan feses atau benda lain pada kulit luka
terbuka atau area kulit yang mengalami cidera.
c. Penyebaran lewat udara. Nuklet Droplet yaitu residu droplet yang menguap yang
dilontarkan oleh inang yang terinfeksi (misalnya individu yang mengidap
tuberkolosis) dapat tetap berada di udara dalam jangka waktu yang lama.

4. Definisi Infeksi Nosokomial

Infeksi Nosokomial digolongkan sebagai infeksi yang berkaitan dengan pemberian


layanan kesehatan dipasilitas layanan kesehatan. Infeksi nosokomial dapat terjadi
selama klien berada dalam fasilitas kesehatan atau baru terjadi setelah klien pulang.
Mikroorgansme nosokomial (misalnya, tuberculosis dan HIV). Infeksi nosokomial
semakin mendapat perhatian selama berapa tahun terakhir dan diyakini terjadi pada
sekitar 2 juta klien setiap tahun.

5.Faktor Penyebab Perkembangan Infeksi Nosokomial

Semua mikroorganisme termasuk bakteri, virus, jamur dan parasit dapat


menyebabkan infeksi nosokomial. Infeksi ini dapat disebabkan oleh mikroorganisme
yang didapat dari orang lain (cross infection) atau disebabkan oleh flora normal dari
pasien itu sendiri (endogenous infection). Kebanyakan infeksi yang terjadi di rumah
sakit lebih disebabkan karena faktor eksternal, yaitu penyakit yang penyebarannya
melalui makanan dan udara dan benda atau bahan-bahan yang tidak steril. Penyakit
yang didapat dari rumah sakit saat ini kebanyakan disebabkan oleh mikroorganisme
yang umumnya selalu ada pada manusia yang sebelumnya tidak atau jarang
menyebabkan penyakit pada orang normal.

Faktor terpenting yang mempengaruhi tingkat toleransi dan respon tubuh pasien
dalam hal ini adalah :

1. Usia
2. Status imunitas penderita
3. Penyakit yang diderita
4. Obesitas dan malnutrisi
5. Orang yang menggunakan obat-obatan
6. Imunosupresan dan steroid
7.  Intervensi yang dilakukan pada tubuh untuk melakukan diagnosa dan terapi
6. Pengertian Patient Safety

Patient Safety atau keselamatan pasien adalah tidak adanya bahaya yang dapat
dicegah untuk pasien selama proses perawat kesehatan dan prioritas, isu penting dan
global dalam kesehatan. Keselamatan pasien adalah suatu sistem yang membuat
asuhan keperawatan terhadap pasien menjadi lebih aman. Perawat merupakan salah
satu sumber daya manusia yang sangat dibutuhkn untuk mencapai kinerja yang
optimal.

Keselamatan Pasien merupakan isu global dan nasional bagi rumah sakit, komponen
penting dari mutu layanan kesehatan, prinsip dasar dari pelayanan pasien dan
komponen kritis dari manajemen mutu (WHO, 2004). Ada lima isu penting ysng
terkait dengan keselamatan (safety) di rumah sakit yaitu: keselamatan pasien (patient
safety), keselamatan pekerja atau petugas kesehatan, keselamatan bangunan dan
peralatan di rumah sakit. Keselamatan lingkungan (green productivity) dan
keselamtan bisnis rumah sakit.

7.Tujuan Patient Safety Tujuan “Patient safety” adalah

1. Terciptanya budaya keselamatan pasien

2. Meningkatnya akuntabilitas rumah sakit thdp pasien dan masyarakat;

3. Menurunnya KTD di RS

4. Terlaksananya program-program pencegahan shg tidak terjadi pengulangan KTD.

Tujuan dalam memberikan langkah-langkah Patient Safety yaitu dengan tujuan untuk
tidak adanya bahaya yang terdapat pada pasien selama proses perawatan kesehatan
dan mengurangi resiko kerusakan pada pasien yng di rawat di rumah sakit.

8. Langkah –langkah Kegiatan Pelaksanaan Patient Safety

A. Ada sembilan solusi keselamatan

Pasien di rumah sakit (WHO collaborating Center For Patient Safety, 2007), yaitu:

 Pastikan identitas pasien


 Komunikasi pasien secara benar saat serah terima pasien
 Pastikan tindakan yang benar pada sisi tubuh yang benar
 Kendalikan cairan elektrolit pekat
 Pastikan akurasi pemberian obat pada pengalihan pelayanan
 Hindari salah kateter dan salah sambung
 Gunakan alat injeksi sekali pakai
 Tingkatkan kebersihan tangan untuk pencegahan infeksi nosokomial.
B. Tujuh standar keselamatan pasien (mengacu pada “hospitalo Patient Safety
Standards” yang dikeluarkan oleh Joint Commision on Accreditation of Health
Organizations, Illinois, USA, tahun 2002), yaitu :

1. Hak Pasien

Standarnya adalah pasien keluarganya mempunyai hak mendapatkan informasi


tentang rencana dan hasil pelayanan termasuk akan kemungkinan terjadi KTD
(Kejadian Tidak Diharapkan) kriterianya adalah:

 Mengajukan pertanyaan untuk hal yang tidak dimengerti


 Memahami dan menerima konsekuensinya pelayanan
 Mematuhi unstruksi dan menghormasi peraturan rumah sakit
 Menunjukan sikap menghormati dan tenggang rasa
 Memenuhi kewajiban financial yang disepakati
2. Mendidikan Pasien dan keluarga

Standar adalah rumah sakt harus mendidikan pasien dan keluarganya tentang
kewajiban dan tangung jawab pasien dalam asuhan pasien Kriteranya adalah:
keselamatan dalam pemberian pelayanan dapat ditingkatkan dengan keterlibatan
pasien adalah partner dalam proses pelayanan.karena itu, dirumah sakit harus ada
system dan mekanisme mendidik pasien dan keluarganya tentang kewajiban dan
tanggungjawab pasien dalam asuhan pasien.dengan pendidikan tersebut diharapkan
pasien dan keluarga dapat:

 Memberikan info yang benar, jelas, lengkap dan jujur


 Mengetahui kewajiban dan tanggungjawab
3. Keselamatan pasien dan kesnambunan pelayanan
Standarnya adalah rumah sakit menjamin kesnambungan pelayanan dan menjamin
koordinasi antar tenaga dan antara unit pelayanan. Kriterianya adalah:

 Koordinasi pelayanan secara menyeluruh


 Koordinasi pelayanan disesuaikan kebutuhan pasien dan kelayaknya sumber
daya
 Koordinasi pelayanan mencakup peningkatan komunikasi
 Komunikasi dan transfer informasi antar profesi kesehatan
4. Penggunaan metode-metode peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan
program penngkatan keselamatan pasien.

 Harus ada dokter penanggungjawab pelayanan wajb membuat rencana pelayanan


 Dokter penanggungjawab pelayanan wajib memberikan penjelasan yang jelas dan
benar kepada pasien dan keluarga tentang rencana dan hasil pelayanan,
pengobatan atau prosedur untuk pasien termasuk kemungkinan terjadinya KTD
5. Peran kepemmpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien

 Pimpinan mendorong dan menjamin implementasi program keselamatan pasien


melalui penerapan”7 langkah menuju keselamatan pasien RS”
6. Standarnya adalah RS harus menesign proses baru atau memperbaiki proses yang
ada, memonitor dan mengevaluasi kinerja melalui pengumpulan data, mengabalisa
secara intensif KTD, dan melakukan perubahan untuk meningkatkan kinerja serta
keselamatan pasien. Kriteriannya adalah :

a. Setiap rumah sakit harus melakukan proses perancangan (design) yang baik

b. Setiap rumah sakit harus melakukan pengumpulan data kinerja

c. Setiap rumah sakit harus melakukan evaluasi intensif.

d. Setiap rumah sakit harus menggunakan semua data dan informasi hasil analisis

9. Tujuan Penyelenggaraan Rumah Sakit dalam Undang-Undang Dasar


Berdasarkan tujuan Rumah Sakit yang tercantum dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit (UURS) pada pasal 3 yaitu:

a. Mempermudahkan akses masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan


b. Memberikan perlindungan terhadap keselamatan pasien, masyarakat, limgkungan
rumah sakit
c. Meningkatkan mutu dan mempertahankan standar pelayanan rumah sakit
d. Memberikan kepastian hukum kepada pasien, masyarakat, sumber daya manusia
rumah sakit.
Makna dalam Undang-undang tersebut bahwa Rmah Sakit memiliki tugas utama
yaitu memberikan pelayanan kesehatan dengan memberikan perlindungan kepada
semua pihak terutama perlindungan kepada pasien. Setiap pasien di rumah sakit
tentu membutuhkan jaminan keamanan, terutama dalam penanganan
kesehatannya.

Kesimpulan

1. Pengkajian adalah proses pengumpulan data secara sistematis yang bertujuan


untuk menentukan status kesehatan dan fungsional klien pada saat ini dan pada
waktu sebelumnya, serta untuk menentukan pola respon klien saat ini dan waktu
sebelumnya (carpenito-moyet,2005).
2. Pemeriksaan fisik berasal dari kata “Physical Examination” yang artinya
memeriksa tubuh. Jadi pemeriksaan fisik adalah memeriksa tubuh dengan atau
tanpa alat untuk tujuan mendapatkan informasi atau data yang menggambarkan
kondisi klien yang sesungguhnya. Metode pemeriksaan fisik terdiri atas 4 metode
yaitu:
 Inspeksi
 Palpasi
 Perkusi
 Auskultasi
3. Pemeriksaan tanda-tanda vital merupakan suatu cara mendeteksi adanya
perubahan sistem tubuh. Tanda vital meliputi suhu tubuh, denyut nadi, frekuensi
pernapasan, dan tekanan darah. Tanda vital mempunyai nilai sangat penting pada
fungsi tuubuh. Adanya perubahan tanda vital, misalnya suhu tubuh dapat
menunjukkan keadaan metabolisme dalam tubuh, denyut nadi dapat menunjukkan
perubahan pada sistem kardiovaskular, frekuensi pernapasan dapat menunjukkan
fungsi pernapasan, dan tekanan darah dapat menilai kemampuan sistem
kardiovaskular, yang dapat dikaitkan dengna denyut nadi.
4. Pemeriksaan diagnostik adalah penilaian klinis tentang respon individu, keluarga
dan komunikan terhadap suatu masalah kesehatan dan proses kehidupan aktual
maupun potensial. Jenis-jenis pemeriksaan diagnostic:
 Ultrasonografi (USG)
 Rontgen
 Pap smear (Papanicolaou Smear)
 Endoskopi
 Colonoskopi
 CT Scan
 Mamografi
 Elektroensefalografi
 Elektrokardiografi
5. Infeksi adalah Kolonisasi yang dilakukan oleh spesies asing terhadap organisme
inang, dan bersifat paling membahayakan inang. Organisme penginfeksi, atau
patogen, menggunakan sarana yang dimiliki inang untuk dapat memperbanyak
diri, yang pada akhirnya merugikan inang. Patogen mengganggu fungsi normal
inang dan dapat berakibat pada luka kronik, gangrene, kehilangan organ tubuh,
dan bahkan kematian.
Daftar Pustaka
Asfuah, S. (2012). Buku Saku Klinik Keperawatan dan Kebidanan. Nuha Medika:
Yogyakarta.
Hidayat, A. A dan Musrifatul Uliyah. (2017). Kebutuhan Dasar Manusia. EGC:
Jakarta.
Cahyono, J.B.S. (2008). Pengantar Administrasi Kesehatan Edisi 3. Jakarta:
Binarupa Aksara.
Admit. Pemeriksaan Fisik. http://nusringbegin.com/tag/pemeriksaan-fisik/(online)
diakses 6 September 2016.
Bickley, Lynn S. 2008. Buku Saku Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan Bates.
Jakarta. EGC.
Uliyah, M. (2012). Keterampilan Dasar Kebidanan (KDK) I, Surabaya, Health Book
Publishing.
Potter & Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses dan Praktik
Edisi 4, Jakarta: EGC.

Anda mungkin juga menyukai