Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pencatatan atau pendokumentasian setiap tahapan dalam asuhan
keperawatan mulai dari pengkajian samapai dengan evaluasi tindakan
keperawatan merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan perawat di
berbagai tatanan pelayanan kesehatan. Dokumentasi yang baik tidak hanya
mereflasikan kualitas pelayanan keperawatan tetapi juga sebagai bukti
akuntabilitas perawat sebagai anggota tim kesehatan dalam memberikan
pelayanan kesehatan kepada klien.
Pengkajian merupakan tahap awal proses keperawatan dan merupakan
suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber
data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien.
Tahap pengkajian merupakan pemikiran dasar dalam memberikan
asuhan keperawatan sesuai dengan kebutuhan individu. Pengkajian yang
lengkap, akurat, sesuai kenyataan, kebenaran data sangat penting untuk
merumuskan suatu diagnosa keperawatan dan dalam memberikan asuhan
keperawatan sesuai dengan respon individu. Pengkajian keperawatan tidak
sama dengan pengkajian medis. Pengkajian medis difokuskan pada keadaan
patologis, sedangkan pengkajian keperawatan ditujukan pada respon klien
terhadap masalah-masalah kesehatan yang berhubungan dengan pemenuhan
kebutuhan dasar manusia. Misalnya dapatkah klien melakukan aktivitas
sehari-hari, sehingga fokus pengkajian klien adalah respon klien yang nyata
maupun potensial terhadap masalah-masalah aktifitas harian.
Fokus utama dari makalah ini adalah pendokumentasian data
padaformat pengkajian awal perawatan akut. Pengkajian dan
pendokumentasian yang lengkap tentang kebutuhan pasien dapat

1
meningkatkan efektivitas asuhan keperawatan yang diberikan, melalui hal –hal
berikut :
1. Menggambarkan kebutuhan pasien untuk membuat diagnosis keperawatan
dan menetapkan prioritas yang akurat, sehingga perawat juga dapat
menggunakan waktunya dengan lebih efektif.
2. Memfasilitasi perencanaan intervensi
3. Menggambarkan kebutuhan keluarga dan mwnunjukkan dengan tepat
factor-faktor yang akan meningkatkan pemulihan pasien dan memperbaiki
perencanaan pulang.
4. Memenuhi obligasi professional dengan mendokumentasikan informasi
pengkajian yang bersifat penting.

B. RUANG LINGKUP BAHASAN


Mempelajari dan memahami teknik dokumentasi berdasarkan tahapan
proses keperawatan pada tahap pengkajian keperawatan dan praktik teknik
dokumentasi berdasarkan tahapan proses keperawatan pada tahap pengkajian.

C. TUJUAN PENULISAN
Tujuan Umum:
Untuk memberikan gambaran tentang pelaksanaan dan tehnik dalam
Pencatatan Pendokumentasian Pengkajian Keperawatan.
Tujuan Khusus:
1. Untuk memenuhi tugas kelompok mata ajaran Dokumentasi Keperawatan.
2. Untuk memudahkan kami sebagai mahasiswa/perawat dalam proses
pendokumentasian.
3. Untuk memudahkan dalam mengumpulkan informasi dan membuat data
dasar klien.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PENGKAJIAN
Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses keperawatan yang
bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang klien, agar dapat
mengidentifikasi, mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan
keperawatan klien, baik fisik, mental, sosial dan lingkungan (Effendy, 1995).
Pengkajian yang sistematis dalam keperawatan dibagi dalam empat
tahap kegiatan, yang meliputi ; pengumpulan data, analisis data, sistematika
data dan penentuan masalah. Adapula yang menambahkannya dengan
kegiatan dokumentasi data (meskipun setiap langkah dari proses keperawatan
harus selalu didokumentasikan juga).
Pengumpulan dan pengorganisasian data harus menggambarkan dua
hal, yaitu: status kesehatan klien dan kekuatan – masalah kesehatan yang
dialami oleh klien. Pengkajian keperawatan data dasar yang komprehensif
adalah kumpulan data yang berisikan status kesehatan klien, kemampuan
klien untuk mengelola kesehatan dan keperawatannya terhadap dirinya
sendiri dan hasil konsultasi dari medis atau profesi kesehatan lainnya.
Data fokus keperawatan adalah data tentang perubahan-perubahan
atau respon klien terhadap kesehatan dan masalah kesehatannya, serta hal-hal
yang mencakup tindakan yang dilaksanakan kepada klien

B. PENGUMPULAN DATA
Pengumpulan data adalah pengumpulan informasi tentang klien yang
dilakukan secara sistematis untuk menentuan masalah-masalah, serta
kebutuhan-kebutuhan keperawatan dan kesehatan klien.

3
Pengumpulan informasi merupakan tahap awal dalam proses
keperawatan. Dari informasi yang terumpul, didapatkan data dasar tentang
masalah-masalah yang dihadapi klien. Selanjutnya data dasar tersebut
digunaan untuk menentuan diagnosis keperawatan, merencanakan asuhan
keperawatan, serta tindaan keperawatan untuk mengatasi masalah-masalah
klien.
Pengumpulan data dimulai sejak klien masuk ke rumah sakit (initial
assessment), selama klien dirawat secara terus-menerus (ongoing
assessment), serta pengkajian ulang untuk menambah / melengkapi data (re-
assessment).

C. TUJUAN PENGUMPULAN DATA


1. Memperoleh informasi tentang keadaan kesehatan klien
2. Untuk menentukan masalah keperawatan dan kesehatan klien
3. Untuk menilai keadaan kesehatan klien
4. Untuk membuat keputusan yang tepat dalam menentukan langah-langkah
berikutnya.

D. KARAKTERISTIK DATA
1. Lengkap
Seluruh data diperlukan untuk mengidentifikasi masalah keperawatan
klien. Data yang terkumpul harus lengkap guna membantu mengatasi
masalah klien yang adekuat. Misalnya klien tidak mau makan — kaji
secara mendalam kenapa klien tidak mau makan (tidak cocok
makanannya, kondisi fisiknya menolak untuk makan/patologis, atau
sebab-sebab yang lain)
2. Akurat dan nyata
Untuk menghindari kesalahan, maka perawat harus berfikir secara akurat
dan nyata untuk membuktikan benar-tidaknya apa yang telah didengar,
diliha, diamati dan diukur melalui pemeriksaan ada tidaknya validasi
terhadap semua data yang sekiranya meragukan. Perawat tidak boleh
4
langsung membuat kesimpulan tentang suatu kondisi klien. Misalnya,
klien tidak mau makan. Perawat tidak boleh langsung menuliskan : `klien
tidak mau makan karena depresi berat`. Diperlukan penyelidikan lanjutan
untuk menetapkan kondisi klien. Dokumentasikan apa adanya sesuai
yang ditemukan pada saat pengkajian.
3. Relevan
Pencatatan data yang komprehensif biasanya memerlukan banyak sekali
data yang harus dikumpulkan, sehingga menyita waktu perawat untuk
mengidentifikasi.

E. INFORMASI YANG DIPERLUKAN


1. Segala sesuatu tentang klien sebagai makhluk bio-psiko-sosial & spiritual
2. Kemampuan dalam mengatasi masalah dalam kehidupan sehari-hari
3. Masalah kesehatan dan keperawatan yang mengganggu kemampuan
klien
4. Keadaan sekarang yang berkaitan dengan rencana asuhan keperawatan
yang akan dilakuan terhadap klien

F. SUMBER DATA
1. Sumber data Primer
Sumber data primer adalah data-data yang dikumpulkan dari klien, yang
dapat memberikan informasi yang lengap tentang masalah kesehatan dan
keperawatan yang dihadapinya.
2. Sumber data Sekunder
Sumber data sekunder adalah data-data yang diumpulkan dari orang
terdekat klien (keluarga), seperti orang tua, saudara, atau pihak lain yang
mengerti dan dekat dengan klien
3. Sumber data lainnya
Catatan klien (perawatan atau rekam medis klien) yang merupakan
riwayat penyakit dan perawatan klien di masa lalu.

5
Secara umum, sumber data yang dapat digunakan dalam pengumpulan
data adalah:
1. Klien sendiri sebagai sumber data utama (primer)
2. Orang terdekat
3. Catatan klien
4. Riwayat penyakit (pemeriksaan fisik dan catatan perkembangan)
5. Konsultasi
6. Hasil pemeriksaan diagnostic
7. Catatan medis dan anggota tim kesehatan lainnya
8. Perawat lain
9. Kepustakaan

G. JENIS DATA
1. Data Objektif
Merupakan data yang diperoleh melalui suatu pengukuran dan
pemeriksaan dengan menggunakan standart yang diakui (berlaku), seperti
: warna kulit, tanda-tanda vital, tingkat kesadaran, dll. Data-data tersebut
diperoleh melalui `senses` : Sight, smell, hearing, touch dan taste.
2. Data Subjektif
Merupakan data yang diperoleh dari keluhan-keluhan yang disampaikan
oleh klien, misalnya rasa nyeri, pusing, mual, ketakutan, kecemasan,
ketidaktahuan, dll.

H. CARA PENGUMPULAN DATA


Agar data dapat terkumpul dengan baik dan terarah, sebaiknya
dilakukan penggolongan atau klasifikasi data berdasarkan indentitas klien,
keluhan utama, riwayat kesehatan, keadaan fisik, psikologis, sosial, spiritual,
intelegensi, hasil-hasil pemeriksaan dan keadaan khusus lainnya.
Cara yang biasa digunakan untuk mengumpulkan data tentang klien
antara lain: wawancara (interview), pengamatan (observasi), pemeriksaan
fisik (pshysical assessment) dan studi dokumentasi.
6
1. Wawancara
Wawancara adalah menanyakan atau membuat tanya-jawab yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga disebut
dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untu menanyakan hal-hal
yang berhubungan dengan masalah yang dihadapi klien dan merupakan
suatu komunikasi yang direncanakan.
Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh data tentang
masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien, serta untuk menjalin
hubungan antara perawat dengan klien. Selain itu wawancara juga
bertujuan untuk membantu klien memperoleh informasi dan
berpartisipasi dalam identifikasi masalah dan tujuan keperawatan, serta
membantu perawat untuk menentukan investigasi lebih lanjut selama
tahap pengajian.
Semua interaksi perawat dengan klien adalah berdasarkan
komunikasi. Komunikasi keperawatan adalah suatu proses yang
kompleks dan memerlukan kemampuan skill komunikasi dan interaksi.
Komunikasi keperawatan biasanya digunaan untuk memperoleh riwayat
keperawatan. Istilah komunikasi terapeutik adalah suatu teknik yang
berusaha untuk mengajak klien dan keluarga untuk bertuar pikiran dan
perasaan. Teknik tersebut mencakup ketrampilan secara verbal maupun
non verbal, empati dan rasa kepedulian yang tinggi.
Teknik verbal meliputi pertanyaan terbuka atau tertutup, menggali
jawaban dan memvalidasi respon klien. Teknik non verbal meliputi :
mendengarkan secara aktif, diam, sentuhan dan konta mata.
Mendengarkan secara aktif merupakan suatu hal yang penting dalam
pengumpulan data, tetapi juga merupakan sesuatu hal yang sulit
dipelajari.
Tahapan wawancara/komunikasi:
a. Persiapan.
Sebelum melaukan komunikasi dengan klien, perawat harus
melakukan persiapan dengan membaca status klien. Perawat
7
diharapkan tidak mempunyai prasangka buruk kepada klien, karena
akan mengganggu dalam membina hubungan saling percaya
dengan klien.
Jika klien belum bersedia untuk berkomunikasi, perawat tidak
boleh memaksa atau memberi kesempatan kepada klien kapan
mereka sanggup. Pengaturan posisi duduk dan teknik yang akan
digunakan dalam wawancara harus disusun sedemikian rupa guna
memperlancar wawancara.
b. Pembukaan atau perkenalan
Langkah pertama perawat dalam mengawali wawancara adalah
dengan memperkenalkan diri : nama, status, tujuan wawancara,
waktu yang diperlukan dan faktor-faktor yang menjadi pokok
pembicaraan. Perawat perlu memberikan informasi kepada klien
mengenai data yang terkumpul dan akan disimpan dimana,
bagaimana menyimpannya dan siapa saja yang boleh
mengetahuinya.
c. Isi / tahap kerja
Selama tahap kerja dalam wawancara, perawat memfokuskan arah
pembicaraan pada masalah khusus yang ingin diketahui. Hal-hal
yang perlu diperhatikan. Fokus wawancara adalah klien:
1) Mendengarkan dengan penuh perhatian. Jelaskan bila perlu.
2) Menanyakan keluhan yang paling dirasakan oleh klien
3) Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti oleh klien
4) Gunakan pertanyaan terbuka dan tertutup tepat pada waktunya
5) Bila perlu diam, untuk memberikan kesempatan kepada klien
untuk mengungkapkan perasaannya
6) Sentuhan teraputik, bila diperlukan dan memungkinan.
d. Terminasi
Perawat mempersiapkan untu penutupan wawancara. Untuk itu
klien harus mengetahui kapan wawancara dan tujuan dari
wawancara pada awal perkenalan, sehingga diharapkan pada akhir
8
wawancara perawat dan klien mampu menilai keberhasilan dan
dapat mengambil kesimpulan bersama. Jika diperlukan, perawat
perlu membuat perjanjian lagi untuk pertemuan berikutnya.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan wawancara dengan
klien adalah:
a. Menerima keberadaan klien sebagaimana adanya
b. Memberikan kesempatan kepada klien untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya / pendapatnya secara bebas
c. Dalam melakukan wawancara harus dapat menjamin rasa aman dan
nyaman bagi klien
d. Perawat harus bersikap tenang, sopan dan penuh perhatian
e. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
f. Tidak bersifat menggurui
g. Memperhatikan pesan yang disampaikan
h. Mengurangi hambatan-hambata
i. Posisi duduk yang sesuai (berhadapan, jarak tepat/sesuai, cara
duduk)
j. Menghindari adanya interupsi
k. Mendengarkan penuh dengan perasaan
l. Memberikan kesempatan istirahat kepada klien
Macam wawancara:
a. Auto anamnese : wawancara dengan klien langsung
b. Allo anamnese : wawancara dengan keluarga / orang terdekat.
Hambatan wawancara:
a. Internal:
1) Pandangan atau pendapat yang berbeda
2) Penampilan klien berbeda
3) Klien dalam keadaan cemas, nyeri, atau kondisinya menurun
4) Klien mengatakan bahwa ia tidak ingin mendengar tentang
sesuatu hal
5) Klien tidak senang dengan perawat, atau sebaliknya
9
6) Perawat berpikir tentang sesuatu hal yang lain / tidak fokus ke
pasien
7) Perawat sedang merencanakan pertanyaan selanjutnya
8) Perawat merasa terburu-buru
9) Perawat terlalu gelisah atau terburu-buru dalam bertanya
b. External;
1) Suara lingkungan gaduh : TV, radio, pembicaraan di luar
2) Kurangnya privacy
3) Ruangan tidak memadai untuk dilakukannya wawancara
4) Interupsi atau pertanyaan dari staf perawat yang lain.
Teknik pengumpulan data yang kurang efektif:
a. Pertanyaan tertutup: tidak ada kebebasan dalam mengemukakan
pendapat / keluhan / respon.
Contoh: Apakah Anda makan tiga kali sehari ?
b. Pertanyaan terarah : secara khas menyebutkan respon yang
diinginkan.
Contoh: Anda setuju bukan?
c. Menyelidiki : mengajukan pertanyaan yang terus-menerus
d. Menyetujui / tidak menyetujui. Menyebutkan secara tidak langsung
bahwa klien benar atau salah.
Contoh: Anda tidak bermaksud seperti itu kan?
2. Pengamatan / Observasi
Observasi adalah mengamati perilaku dan keadaan klien untuk
memperoleh data tentang masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Observasi dilakukan dengan menggunakan penglihatan dan alat indra
lainnya, melalui rabaan, sentuhan dan pendengaran. Tujuan dari
observasi adalah mengumpulkan data tentang masalah yang dihadapi
klien melalui kepekaan alat panca indra.

10
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan observasi
adalah:
a. Tidak selalu pemeriksaan yang akan kita lakukan dijelaskan secara
terinci kepada klien (meskipun komunikasi terapeutik tetap harus
dilakukan), karena terkadang hal ini dapat meningkatkan kecemasan
klien atau mengaburkan data (data yang diperoleh menjadi tidak
murni). Misalnya : `Pak, saya akan menghitung nafas bapak dalam
satu menit` —- kemungkinan besar data yang diperoleh menjadi
tidak valid, karena kemungkinan klien akan berusaha untuk
mengatur nafasnya.
b. Menyangkut aspek fisik, mental, sosial dan spiritual klien
c. Hasilnya dicatat dalam catatan keperawatan, sehingga dapat dibaca
dan dimengerti oleh perawat yang lain.
3. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah melakukan pemeriksaan fisik klien
untuk menentukan masalah kesehatan klien. Pemeriksaan fisik dapat
dilakukan dengan berbagai cara, diantaranya adalah
a. Inspeksi
Adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan cara melihat bagian
tubuh yang diperiksa melalui pengamatan. Hasilnya seperti : Mata
kuning (icteric), terdapat struma di leher, kulit kebiruan (sianosis),
dll
b. Palpasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui perabaan terhadap
bagian-bagian tubuh yang mengalami kelainan. Misalnya adanya
tumor, oedema, krepitasi (patah/retak tulang), dll.
c. Auskultasi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan melalui pendengaran.
Biasanya menggunakan alat yang disebut dengan stetoskop. Hal-hal
yang didengarkan adalah : bunyi jantung, suara nafas, dan bising
usus.
11
d. Perkusi
Adalah pemeriksaan fisik yang dilakukan dengan mengetuk bagian
tubuh menggunakan tangan atau alat bantu seperti reflek hammer
untuk mengetahui reflek seseorang (dibicarakan khusus). Juga
dilakukan pemeriksaan lain yang berkaitan dengan kesehatan fisik
klien. Misalnya : kembung, batas-batas jantung, batas hepar-paru
(mengetahui pengembangan paru), dll.
Pendekatan pengkajian fisik dapat menggunakan:
a. Head-to-toe (dari kepala s.d kaki)
b. ROS (Review of System)
c. Pola fungsi kesehatan (Gordon, 1982)
Setelah data terkumpul, dilakukan pengelompokkan data, yang dapat
dilakukan dengan cara:
a. Berdasarkan sistem tubuh
b. Berdasarkan kebutuhan dasar (Maslow)
c. Berdasarkan teori keperawatan
d. Berdasarkan pola kesehatan fungsional.

I. ANALISIS DATA
Analisis data merupakan kemampuan kognitif dalam pengembangan
daya berfikir dan penalaran yang dipengaruhi oleh latar belakang ilmu dan
pengetahuan, pengalaman, dan pengertian keperawatan. Dalam melakukan
analisis data, diperlukan kemampuan mengkaitkan data dan menghubungkan
data tersebut dengan konsep, teori dan prinsip yang relevan untuk membuat
kesimpulan dalam menentukan masalah kesehatan dan keperawatan klien.
Dasar analisis:
1. Anatomi – fisiologi
2. Patofisiologi penyakit
3. Mikrobiologi – parasitologi
4. Farmakologi
5. Ilmu perilaku
12
6. konsep-konsep (manusia, sehat-sakit, keperawatan, dll)
7. Tindakan dan prosedur keperawatan
8. Teori-teori keperawatan.
Fungsi analisis
1. Dapat menginterpretasi data keperawatan dan kesehatan, sehingga data
yang diperoleh memiliki makna dan arti dalam menentukan masalah dan
kebutuhan klien
2. Sebagai proses pengambilan keputusan dalam menentukan alternatif
pemecahan masalah yang dituangkan dalam rencana asuhan
keperawatan, sebelum melakukan tindakan keperawatan.
Pedoman analisis data:
1. Menyusun kategorisasi data secara sistematis dan logis
2. Identifikasi kesenjangan data
3. Menentukan pola alternatif pemecahan masalah
4. Menerapkan teori, model, kerangka kerja, nrma dan standart,
dibandingkan dengan data senjang
5. Identifikasi kemampuan dan keadaan yang menunjang asuhan
keperawatan klien
6. Membuat hubungan sebab akibat antara data dengan masalah yang
timbul.
Cara analisis data:
1. Validasi data, teliti kembali data yang telah terkumpul
2. Mengelompokkan data berdasarkan kebutuhan bio-psiko-sosial dan
spiritual
3. Membandingkan dengan standar.
4. Membuat kesimpulan tantang kesenjangan (masalah keperawatan) yang
ditemukan

J. PRIORITAS MASALAH
Apabila masalah talah diidentifikasi, maka disusun daftar masalah
yang ditemukan, kemudian diprioritaskan. Hal ini dilakukan karena tidak
13
mungkin semua masalah diatasi bersama-sama sekaligus. Jadi diputuskan
masalah mana yang yang dapat diatasi terlebih dahulu.
Dalam memprioritaskan kebutuhan klien, hirarki Maslow menjadi
rujukan perawat dalam menentukan pemenuhan kebutuhan klien. Kebutuhan
fisiologi menjadi kebutuhan utama manusia, kemudian diikuti oleh
kebutuhan-kebutuhan psikososial seperti : aman-nyaman, pengetahuan, cinta-
memiliki, harga diri dan aktualisasi diri.

K. HAL-HAL YANG HARUS DIPERHATIKAN DALAM


PENGKAJIAN
1. Data yang dikumpulkan harus menyeluruh meliputi aspek bio-psiko-
sosial dan spiritual
2. Menggunakan berbagai sumber yang ada relevansinya dengan masalah
klien dan menggunakan cara-cara pengumpulan data yang sesuai dengan
kebutuhan klien
3. Dilakukan secara sistematis dan terus-menerus
4. Dicatat dalam catatan keperawatan secara sistematis dan terus-menerus
5. Dikelompokkan menurut kebutuhan bio-psiko-sosial dan spiritual
6. Dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relevan.

L. DOKUMENTASI PENGKAJIAN
Fokus dokumentasi pengkajian pada data klinik adalah perawat dapat
mengimplementasikan dan mengorganisasi data. Bentuk dokumentasi dapat
berupa data dasar, lembar alur (flow sheet) dan catatan perkembangan, yang
semuanya termasuk tipe pengkajian informasi. Untuk mencapai catatan
pengkajian secara aktual, maka perlu dipertimbangkan pedoman dalam
pembuatan pencatatan pengkajian, diantaranya :
1. Gunakan format yang terorganisasi
2. Gunakan format yang telah ada

14
3. Format yang mencakup pengkajian perkembangan, pemeriksaan dari
kepala sampai dengan seluruh tubuh dapat memperluas informasi
4. Catat informasi tanpa bias dan nilai-nilai opini pribadi
5. Masukkan pernyataan yang mendukung klien
6. Jabarkan observasi dan hasil yang jelas
7. Ikuti kebijakan dan prosedur yang telah ada untuk pencatatan pengkajian
8. Tulis data secara ringkas
9. Setiap data yang dikumpulkan adalah data baru dan mendapatkan
validasi
10. Dilakukan secara sistematis dan terus-menerus
11. Data harus dicatat, dapat dibaca dan dimengerti oleh orang lain
12. Data dikelompokkan dalam bio-psiko-sosio-spiritual, sesuaikan formatny
13. Data dianalisis dengan dukungan pengetahuan yang relecan dan sesuai
14. Menuliskan identitas waktu
15. Menulis nama dan tanda tangan pelaksana pengkajian.

M. DATA DASAR AWAL


PENGKAJIAN MASUK
Langkah pertama dalam proses keperawatan adalah pengkajian.
Standar perawatan untuk pengkajian didefinisikan oleh sejumlah lembaga
pengatur dan asosiasi perawat profesional, termasuk American Nurses
Association ANA dan Joint Commission for Accreditation of Healthcare
Organizations JCAHO. Standar ANA untuk pengkajian meliputi criteria
tindakan yang berfokus pada hal-hal berikut (ANA, 1991) :
1. Menggunakan kondisi pasien atau kebutuhan pelayanan kesehatan saat
untuk menetapkan prioritas pengumpulan data
2. Menggunakan teknik pengkajian yang tepat untuk mengumpalkan data-
data penting
3. Melibatkan klien, teman dekat klien, dan petugas kesehatan lainnya, jika
perlu, untuk mengumpulkan data
4. Menggunakan proses pengumpula data yang sistematik dan continue
15
5. Mendokumentasikan data yang relevan dengan cara yang mudah ditinjau
kembali
Data dasar awal harus dirancang untuk populasi yang paling umum
yang terdapat di area klinis tersebut. Misalnya, jika sebagian besar pasien
yang masuk ke unit medical bedah adalah lansia, maka data dasar yang ada
harus berfokus pada masalah-masalah umum yang terdapat pada populasi
tersebut, seperti resiko tinggi kerusakan integritas kulit, jatuh, dan kerusakan
sensori. Jika pasien di area klinis tersebut belum diidentifikasi, bagian
pendaftaran atau bagian keuangan dapat memberikan data-data tentang usia,
jenis kelamin, lama rawat, dan diagnose medis dari semua pasien yang
dirawat difasilitas tersebut atau di unit perawatan khusus.

N. DATA DASAR MULTIDISIPLIN


Trend lain yang sedang berkembang adalah dengan menggunakan
data dasar awal yang sama, yang berfokus multidisiplin. Format ini
menggabungkan dengan pengkajian dari berbagai disiplin ilmu.
Pengembangan format pengkajian awal multidisiplin harus dapat mengatasi
berbagai tantangan organisasional untuk menciptakan suatu format yang
memenuhi kebutuhan berbagai departemen dan juga memenuhi standar
regulasi. Format yang diciptakan tidak boleh terlalu panjang dan rumit.

O. KERANGKA WAKTU PENYELESAIAN DATA DASAR


Kerangka waktu untuk menyelesaikan data dasar awal ditetapkan oleh
suatu kebijakan dan bervariasi sesuai dengan area klinisnya. Kerangka waktu
yang dibuat bergantung pada berbagai factor, termasuk tipe pasien yang
diterima oleh rumah sakit, kompleksitas dan durasi perawatan pasien, serta
dinamika kondisi di sekitar perawatan pasien. Sebagai contoh, kebutuhan
seorang ibu pada persalinan aktif atau pasien yang masuk ke unti perawatan
kritis harus dikaji sesegera mungkin pada saat kedua pasien tersebut tiba di
rumah sakit. Lain halnya dengan pasien yang masuk ke rumah sakit untuk
terapi jangka panjang, dapat diaji selama tau setelah beberapa jam atau
16
beberapa hari. Menurut Joint Commision (JC), data riwayat pasien,
pemeriksaan fisik, pengkajian, pengkajian keperawatan,(dilakukan oleh
perawat terdaftar), dan pengkajian skrinning lainnya diselesaikan dalam 24
jam setelah diterima sebagai pasien rawat inap. Kerangka waktu ini juga
diterapkan sekalipun pada akhir pecan atau hari libur. Pengkajian
keperawatan dapat juga dilakukan sebelum masuk, seperti yang umum terjadi
sebelum pebedahan terencana, yang menetapkan bahwa perubahan signifikan
pada kondisi pasien didokumentasikan pada saat pasien masuk untuk tetap
pembedahan.dokumen asli atau salinan format pengkajian yang sudah
dilengkapi sebelum masuk harus dimasukkan dalam dokumen rekam medis .

P. MASALAH PENGKAJIAN PRIORITAS


Semakin kompleksnya kebutuhan pelayanan kesehatan pasien dan
semakin singkat lamanya lama rawat telah memunculkan suatu kebutuhan
untuk mengumpulkan data secara efisien. Di awal pertemuan dengan pasien
harus berfokus pada empat prioritas pengkajian :
1. Masalah
2. Resiko cedera pada pasien
3. Potensial untuk perawatan diri setelah pemulangan
4. Kebutuhan penyuluhan pasien dan keluarga
1. Masalah
Tujuan utama dari pengumpulan data pada saat pengkajian awal
adalah untuk mengidentifikasi prioritas diagnose keperawatan atau
masalah pasien. Ketika mengisi format pengkajian awal, ingat lama waktu
yang diharapkan fasilitas untuk memberikan perawatan pada pasien.
Misalnya, ketika diantisipasi bahwa seorang pasien akan menerima
perawatan jangka panjang, ini adalah saat yang tepat untuk mendapatkan
datadasar yang lengkap. Sebaliknya, di fasilitas perawatan akut dengan
lama rawat yang singkat, menghabiskan waktu untuk mengumpulkan data
tidak lagi merupakan hal yang praktis. Karena itu, data dasar awal harus
dianalisis dengan cermat. Beberapa pertanyaan untuk mendapatkan
17
sekumpulan informasi tentang masalah pasien tidak mungkin didapatkan
dalam waktu yang singkat.
2. Risiko cedera pada pasien
Tujuan kedua dilakukannya pengkajian awal adalah untuk
mendeteksi dan mendokumentasikan factor-faktor yang dapat
menyebabkan cedera pada pasien. Hal ini umumnya mencakup
mengidentifikasi risiko pasien untuk jatuh, mengalami dekubitus, perilaku
bunuh diri atau perilaku kekerasan, penganiayaan fisik atau emosional, dan
penyalahgunaan obat.
3. Tips pencatatan
Dokumentasi harus mencakup hal-hal tersebut (Calfee, 1996) :
a. Kutipan langsung dari pasien, keluarga, atau pengunjuang yang
berhubungan dengan gagasan, tindakan, dan motif bunuh diri.
b. Data tentang factor risiko pasien untuk bunuh diri.
c. Tindakan yang dilakukan untuk menghilangkan hal yang dapat
membahayakan pasien.
d. Orang yang diberi tahu tentang masalah tersebut, seperti dokter atau
penyedia.

Q. BENTUK FORMAT PENGKAJIAN MASUK


Format pengkajian masuk dirancang secara tradisional untuk
mengumpulkan informasi sesuai dengan system tubuh. Pengkajian
berdasarkan pada system tubuh berasal dari model medis perawatan
kesehatan. Cara ini berorientasi pada dokter dalam menerima pasien sebagai
makhluk biofisik dengan penyakit pada satu atau beberapa system tubuh.
System tubuh yang dievaluasi secara khusus, adalah sebagai berikut :
1. Mata, telinga, hidung, dan tenggorokan
2. Respiratorious
3. Integument
4. Reproduksi
5. Genitourinarius
18
6. Kardiovaskular
7. Muskoloskeletal
8. Neurologi
9. Gastrointestinal
1. Format
Format pengkajian masuk biasanya terbagi menjadi tiga jenis :
pengkajian terbuka, pengkajian tertutup, atau pengkajian fisik.
2. Format terbuka
Format ini biasanya berupa daftar system yang diikuti oleh baris-
baris kosong tempat perawat menuliskan informasi tentang keluhan
spesifik pasien dan juga gejala yang disangkal pasien. Pendekatan ini
digunakan berdasarkan pada asumsi bahwa perawat mengetahui tentang
jeis pertanyaan yang harus diajukan untuk setiap kategori. Keuntungan
dari jenis format ini adalah bahwa perawat dapat mencatat informasi
secara spesifik dengan penggunaan tempat yang paling efisien.
Salah satu kekurangan dari pendekatan pengkajian terbuka ini
adalah bahwa pertanyaan perawat akan bervariasi berdasarkan tingkat
pengetahuannya. Pada format ini tidak diberi petunjuk mengenai informasi
apa yang harus didapat untuk setiap system tubuh. Selain itu, mengisi
baris-baris kosong lebih menghabiskan waktu daripada member tanda
pada serangkain kotak.
3. Format Tertutup
Pendekatan lain yang dapat digunakan saat pengkajian masuk
adalah dengan menggunakan format pengkajian yang berisi petunjuk
spesifik atau pertanyaan yang dirancang untuk mengkaji setiap system
tubuh. Format tersebut biasanya berisi sejumlah gejala pada setiap system
tubuh, yang masing – masing disertai sebuah kotak untuk diberi tanda jika
gejala tersebut ada. Format ini biasnya disertai sebuah kotak untuk
ditandai bila pasien menyangkal punya msalah dengan system tubuh
tertentu. Selain itu, ruang kosong juga harus disediakan untuk penjelasan
yang mendetail jika pasien menegaskan bahwa terdapat gejala spesifik
19
dalam system tersebut. Beberpa format pengkajian menggabungkan format
pengkajian terbuka dan format pengkajian tertutup.
4. Pengkajian Fisik
Pada saat perawat melakukan pengkajian fisik, data dasar awal
harus sudah disiapkan untuk mendokumentasikan hasilnya. Format
pengkajian system tubuh terbaru yang dilengkapi dengan bagian untuk
mendokumentasikan hasi pengkajian fisik. Format yang baik adalah
format yang terdiri dari dua kolom. Riwayat yang berhubungan dengan
setiap system tubuh didokumentasikan di salah satu kolom, dan hasil
pengkajian fisiknya dicantumkan di kolom yang lain. Perbaikan yang lebih
jauh dari format ini adalah dengan dilengkapinya temuan normal atau
temuan yang diharapkan berkaitan dengan system tubuh. Pada format
tersebut, perawat hanya mendokumentasikan penyimpangan dari ketentuan
yang normal.
5. Tips pencatatan untuk melengkapi pengkajian awal
Berikut ini adalah tips pencatatan yang dapat digunakan untuk
melengkapi pengajian awal:
a. Jelaskan temuan pengkajian fisik dengan cukup terperinci. Hindari
penggunaan kata seperti ‘sedikit’ dan ‘banyak’, yang mempunyai
banyak tafsiran dan harus dijelaskan agar bias dimengerti.
b. Jika tempat pada format tidak cukup untuk menuliskan temuan,
biarkan bagian tersebut tetap kosong. Jangan memaksa menuiskan
informasi di tempat yang sempit dengan tulisan tangan sehingga tidak
terbaca, sebaiknya tulis ‘lihat catatan perkembangan’.
c. Jelaskan apa yang terlihat, terdengar, terasa, dan tercium pada saat
pengkajian. Jangan menafsirkan perilaku pasien, kecuali jika
kesimpulannya tersebut dapat divalidasi; misalnya lebih baik
menuliskan ‘pasien menangis karena ia depesi’ kecuali jika
kesimpulan tersebut dapat dibuktikan.
d. Gunakan system PQRST untuk mengumpylkan data tentang nyeri
yang dialami pasien dan untuk mendokumentasikan temuan.
20
Mnemonic (ungkapan untuk memudahkan menghapal/mengingat).
PQRST dapat digunakan untuk mengingat aspek penting pengkajian
(data tidak harus didokumentasikan sesuai urutan PQRST) :
1) Provokatif / Paiatif. Apa penyebabnya ? Apa yang
memunculkannya ? Apa yang dapat menguranginya ?
2) Kualitas / kuantitas. Bagaimana rasanya , tampilannya, atau
suaranya ? berapa banyak jumlah yang ada ?
3) Regio / Radiasi. Dibagian mana hal itu terjadi ? Apakah
menyebar ?
4) Severity (keparahan). Bagaimana intensitasnya jika menggunakan
skala 1 sampai 10 ? Bagaimana pengaruh hal tersebut pada
aktivitas ?
5) Timing (waktu). Kapan hal itu mulai terjadi ? berpa lama
terjadinya ? Apakah awitan nya bersifat tiba-tiba atau bertahap ?
Seberapa sering hal itu terjadi ?
e. Gunakan skala nyeri ketika mendokumentasikan pengkajian nyeri.
Kohr dan kawan – kawan (1995) menemukan bahwa control nyeri
dipersulit dengan kurangnya ketepatan dalam menggambarkan tingkat
keparahan nyeri. Solusi mereka adalah dengan menggunakan skala
dari 0 sampai 5 dengan member gambaran yang tepat pada setiap
nomor. Kemudian skala nyeri tersebut dikembangkan menjadi sebuah
grafik pencatatan pelaksanaan nyeri dalam sebuah grafik pencatatan
pelaksanaan nyeri dalam sebuah lembaran intensitas nyeri.
f. Gunakan kata-kata pasien ketika menggambarkan keluhan utamanya.
Hal ini memungkinkan orang lain mengetahui tingkat pemahaman dan
reaksi pasien terhadap sakit. Beri ruang sedikitnya 5-7 cm dalam
format pengkajianmasuk untuk mencatat keluhan utama. Jelaskan
awitan, pengobatan, dan sifat keluhan.
g. Dokumentasikan gejala yang disangkal pasien dan temuan negative
dari pemeriksaan fisik. Hal ini dapat membantu perumusan diagnose
keperawatan.
21
h. Jika pasien tidak dapat memberikan informasi selama pengkajian
awal, cata alasannya; misalnya, catat bahwa pasien mengalami
kebingungan dan tidak mampu memberikan informasi riwayat
kesehatan. Membiarkan catatan kosong dapat member kesan bahwa
catatan tersebut tidak diisi karena perawat terburu-buru atau tidak
mempunyai cukup pengetahuan dan keterampilan untuk
menyelesaikan pengkajian. Menggambarkan factor-faktor yang
menghalangi pengumpulan data dapat melindungi perawat. Coba
untuk mendapatkan informasi dari anggota keluarga atau teman dekat
yang ada. Joint Commission dan standar perawatan dari ANA
menyebutkan tentang perlunya mendapatkan data (dan dokumen) dari
orang dekat lainnya jika diindikasikan.
i. Merupakan hal yang sangat membantu jika mengarahkan format
pengkajian pediatric berdasarkan kelompok usia atau perkembangan.
Format tersebut umumnya dibuat untuk kelompok umur berikut : bayi
sampai 3 tahun, 4 sampai 12 tahun, dan 13 sampai 18 tahun.
j. Pertimbangan untuk menghilangkan pencatatan tentang daftar pakaian
di fasilitas perawatan akut. Tren terbaru adalah meminta pasien untuk
menandatangani pernyataan yang menyatakan bahwa oakian dan
barang-barang berharga miliknya adalah tanggung jawabnya sendiri.
Pada fasilitas perawatan jangka panjang, sering kali pasien atau
keluarganya membawa barang-barang pribadi, karena itu lanjutkan
penggunaan dafar pakaian. Jika pasien masuk ke sebuah fasilitas
membawa perhiasan mahal atau membawa uang banyak, maka
perawat harus mendokumentasikan secara jelas penempatan barang-
barang berharga tersebut. Hal ini penting terutama jika pasien tidak
mampu secara fisik dan mental untuk menyimpan barang-barang
pribadinya. Masalah ini sebagian dapat diselesaikan dengan meminta
keluarga pasien membawa pulang barang-barang tersebut. Pasien yang
menjalani hospitalisasi berencana diberi tahu pada saat proses

22
prapenerimaan bahwa mereka tidak boleh membawa barang
berharganya ke rumah sakit.
k. Pastikan bahwa dalam pengkajian awal terdapat bagian untuk
pencatatan alergi. Dokumentasikan deskripsi pasien tentang respons
alerginya dan bantu pasien membedakan antara reaksi alergi dan efek
samping. Meskipun duplikasi dalam pencatatan tidak dianjurkan,
namun pencatatan alergi mrupakan suatu pengecualian. Informasi
tentang alergi harus terdapat dalam format pengkajian, catatan
pemberian obat, kardeks perawatan, dan di awal pencatatan.
l. Pada saat pasien masuk apotek biasanya memerlukan data tentang
tinggi badan, berat badan, obat-obat terakhir yang diminum, dan alergi
obat. Untuk menghindari penulisan informasi berulang dalam
lembaran kertas yang berbeda, pertimbangkan membuat format
pengkajian dengan lembar yang kedua diberi karbon sehingga lembar
kedua itu dapat langsung dikirimkan ke apotek.
m. Perawat terdaftar (RN) dapat mendelegasikan aspek pengumpulan
data awal pada perawat praktik berlisensi (licensed practical nurses,
LPN). Biasanya, LPN mengukur tanda vital, tinggi badan dan berat
badan, serta member instruksi untuk mengorientasikan pasien pada
lingkungan yang baru. Walaupun begitu, RN tetap bertanggung jawab
untuk menyelesaikan pengkajian masuk. Rancang format pengkajian
masuk sedemikian rupa agar LPN dapat mengisinya secara lengkap.
n. Beri tempat untuk mendokumentasikan wasiat dari pasien, jika ada.

R. PENGKAJIAN ULANG
Setelah pengkajian masuk selesai, selanjutnya dilakukan proses
pengkajian ulang. Kebijakan rumah sakit menjelaskan frekuensi pasien dikaji
ulang. Intervalnya bervariasi bergantung pada tingkat keakutan pasien dan
jenis perawatan yang dibutuhkan. Perubahan yang signifikan pada kondisi
pasien, respons, dan tes diagnostic mencetuskan dilakukannya proses

23
pengkajian ulang. Pengkajian ulang didokumentasikan dalam catatan
perkembangan dan berbagai lembar kerja.

24
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pengkajian meliputi pengumpulan informasi tentang kebutuhan pasien
untuk mengidentifikasi diagnosis keperawatan dan merencanakan asuhan
keperawatan. Masalah, potensi cedera, potensi perawatan diri sendiri setelah
pemulangan, dan kebutuhan penyuluhan pasien dan keluarga harus menjadi
prioritas utama untuk pengkajian. Berbagai format untuk pengkajian masuk
telah digunakan untuk menyusun dan mendokumentasikan proses pengkajian.
Pengkajian ulang terhadap informasi yang penting yang dilakukan pada
waktu yang tepat, menunjukkan penggunaan proses keperawatan.

B. SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka saya mengemukakan saran-
saran yang mungkin dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi tenaga
kesehatan khususnya perawat. Saran-saran tersebut adalah sebagai berikut:
1. Diharapkan kepada semua perawat dapat menerapkan dan
Mendokumentasikan Pengkajian dengan benar kepada semua klien
dengan memandang manusia sebagai makhluk yang holistik yaitu
secara bio-psiko-sosial-spritual.
2. Dalam hal melakukan asuhan keperawatan hendaknya dilakukan
melalui pendekatan proses keperawatan sehingga memudahkan dalam
mengklasifikasikan masalah klien.
Demikianlah makalah yang berisi tentang Praktik dan Tehnik
Dokumentasi berdasarkan Tahapan Proses Keperawatan pada Tahap
Pengkajian Keperawatan ini kami susun dengan sebaik mungkin semoga
pembahasan materi diatas dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan

25
mempelajarinya. Amin ya robal alamin. Kami menerima kritik dan saran
yang membangun agar pembahasan kami mengenai tema dan isi yang
tersebut di makalah ini lebih baik lagi.

26
DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2001. Proses & Dokumentasi Keperawatan: Konsep dan Praktek.


Salemba Medika: Jakarta.
Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Professional. Widya Medika:
Jakarta.
Handayaningsih,Isti. 2007. Dokumentasi Keperawatan “DAR”. Mitra Cendikia
Press: Jogjakarta.
Iyer, Patricia W. Dokumentasi Keperawatan: suatu pendekatan proses
keperawatan. Jakarta: EGC
American Nurses Association. 1991. Standards of clinical nursing practice.
Washington, DC.

27
LAMPIRAN

1. Bagaimana cara mendapatkan data yang baik ?


Jaga kerahasiaan
Sebutkan nama
Jelaskan tujuan wawancara
Jaga kontak mata
Usahakan tidak tergesa-gesa

2. Bagaimana cara mengobservasi ?


Pergunakan panca indera
Tunjukkan penampilan yang baik
Tunjukkan sikap yang baik
Jaga pola interaksi yang baik

3. Bagaimana cara bertanya yang baik ?


Tanyakan pertama kali mengenai masalah yang paling dirasakan klien
Pergunakan istilah yang dimengerti oleh klien
Pergunakan lebih banyak pertanyaan terbuka
Pergunakan refleksi (mengulang kembali apa yang dikatakan oleh klien)
Jangan memulai pertanyaan pribadi
Tanyakan sesuatu yang penting dan tidak menyinggung
Pergunakan format pengkajian yang teorganisir dan disepakati oleh instansi

4. Bagaimana cara menjadi pendengar yang baik?


Jadilah pendengar yang aktif
Beri kesempatan kepada klien untuk menyelesaikan pembicaraannya
Bersabarlah jika klien `blocking`
Berikan perhatian yang penuh

28
Klarifikasi, ulang apa yang telah dikatakan dan simpulkan.

Model Keperawatan Dalam Pengkajian/Pengumpulan Data


Gordon (1982) : Pola Kesehatan Fungsional

1. Pola penatalaksanaan kesehatan / persepsi sehat


Pola sehat – sejahtera yang dirasakan
Pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat
Pengetahuan tentang praktik kesehatan preventif
Ketaatan pada ketentuan media dan keperawatan

2. Pola nutrisi – metabolik


Pola makan biasa dan masukan cairan
Tipe makanan dan cairan
Peningkatan / penurunan berat badan
Nafsu makan, pilihan makanan

3. Pola eliminasi
Defekasi, berkemih
Penggunaan alat bantu
Penggunaan obat-obatan

4. Pola aktivitas – latihan


Pola aktivitas, latihan dan rekreasi
Kemampuan untuk mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri,
bekerja, dll)

5. Pola tidur dan istirahat


Pola tidur – istirahat dalam 24 jam
Kualitas dan kuantitas tidur

29
6. Pola kognitif – perseptual – keadekuatan alat sensori
Penglihatan, perasa, pembau
Kemampuan bahasa, belajar, ingatan dan pembuatan keputusan

7. Pola persepsi-konsep diri


Sikap klien mengenai dirinya
Persepsi klien tentang kemampuannya
Pola emosional
Citra diri, identitas diri, ideal diri, harga diri dan peran diri

8. Pola peran dan tanggung jawab


Persepsi klien tantang pola hubungan
Persepsi klien tentang peran dan tanggung jawab

9. Pola seksual – reproduksi


Kepuasan dan ketidakpuasan yang dirasakan klien terhadap seksualitasnya
Tahap dan pola reproduksi

10. Pola koping dan toleransi stress


Kemampuan mengendalian stress
Sumber pendukung

11. Pola nilai dan keyakinan


Nilai, tujuan dan keyakinan
Spiritual
Konflik

MODEL ROY`s (1984) :


Model adaptasi:
1. Kebutuhan fisiologik
Aktivitas dan istirahat
30
Nutrisi
Eliminasi
Cairan dan elektrolit
Oksigen
Proteksi
Pengaturan suhu
Pengaturan sistem endokrin
2. Konsep diri
3. Fungsi peran
4. Interdependent

MODEL OREM (1985)


Self-care / kemandirian klien dalam merawat dirinya sendiri :

1. Pemenuhan kebutuhan oksigen


2. Pemenuhan kebutuhan cairan
3. Pemenuhan kebutuhan nutrisi
4. Pemenuhan kebutuhan eliminasi
5. Keseimbangan aktivitas dan istirahat
6. Sosial
7. Pencegahan
8. Promosi

DOENGOES (1993):
1. Aktivitas / istirahat
2. Sirkulasi
3. Integritas ego
4. Eliminasi
5. Makanan dan cairan
6. Hygiene
7. Neurosensori
31
8. Nyeri / ketidaknyamanan
9. Pernafasan
10. Keamanan
11. Seksualitas
12. Interaksi social
13. Penyuluhan/pembelajaran

FITZ PATRICK (1991)


Pola respon manusia:
1. Memilih : memilih di antara alternatif-alternatif
2. Berkomunikasi : verbal – non verbal
3. Bertukaran : memberikan, melepaskan, dan kehilangan sesuatu
4. Merasakan : pengalaman, kesadaran, sensasi, pemahaman atau pengertian
secara sadar / emosional
5. Mengetahui : mengenal – memahami
6. Bergerak : mengubah posisi, desakan untuk bertindak / melakukan sesuatu
7. Mempersepsikan : memahami dengan pikiran, sadar tentang indera /
rangsangan eksternal
8. Berhubungan : menjalin hubungan, membangun hubungan, berada dalam
beberapa asosiasi dengan benda, orang atau tempat
9. Menilai : perhatian, mengenal, peduli, berharga, berguna

32
LAMPIRAN GAMBAR

Gambar 2-1 Format pengkajian multidisiplin. (Digunakan seizing Robert Wood


Johnson University Hospital di Hamilton, Hamilton Square, NJ.)
Gambar 2-1, lanjutan Format pengkajian multidisiplin. (Digunakan seizing
Robert Wood Johnson University Hospital di Hamilton, Hamilton Square, NJ.)
Gambar 2-1, lanjutan Format pengkajian multidisiplin.
Gambar 2-1, lanjutan Format pengkajian multidisiplin. (Digunakan seizing
Robert Wood Johnson University Hospital di Hamilton, Hamilton Square, NJ.)
Gambar 2-1, lanjutan Format pengkajian multidisiplin.
Gambar 2-2, Format pengkajian prosedur pada hari yang sama (Digunakan seizin
Robert Wood Johnson University Hospital, New Brunswick, NJ)
Gambar 2-2, Lanjutan format pengkajian prosedur pada hari yang sama
Gambar 2-7, Pengkajian masuk terbuka. (Digunakan seizin Mission and St.
Joseph’s Health System, Asheville, NC)
Gambar 2-8, Pengkajian masuk tertutup (Digunakan seizin Hazleton General
Hospital, Hazleton, Pa)
Gambar 2-9, Bagian dari pengkajian masuk (Digunakan seizin Hazleton General
Hospital, Hazleton, Pa)

33

Anda mungkin juga menyukai