Anda di halaman 1dari 4

 

MATERI BINA KELUARGA LANSIA (BKL)


Lansia merupakan kelompok penduduk yang mempunyai resiko tinggi untuksering sakit
danmenderita sakit kronis, serta mengalami ketidakmampuan.Terdapat ada tiga pola
penyakitutama lansia yaitu a) gangguan degeneratif seperti gangguan peredaran darah karena
pengerasan pembuluh darah b)gang¬guan metabolik misalnya radang sendi, anemia dan
hipthy¬roid danc) gangguan kesehatan lain misalnya infeksi, trauma dan kurang
nafsumakan.Hal-hal tersebut membutuhkan pengobatan medis dan perawatan yangintensif.
Namun, biaya rumah sakit dan teknologi perawatan orang tuaadalah mahal, sedangkan
kemampuan pemerintah terutama pemerintahnegara sedang berkembang adalah relatif
terbatas dalam menyediakandana. Oleh karenanya upaya-upaya mengembalikan peran
keluarga dalamperawatan orang tua perlu ditingkatkan. Keluarga adalah garis
utamapertahanan masyarakat terhadap pertumbuhan masalah penduduk lansia
Peran BKKBN dalam Peningkatan Kesejahteraan Keluarga

Posted by volare on Oct 12, 2011 | Comments Off

Warta 3 – 12 Oktober 2011

Menurut hasil pendataan penduduk Badan


Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) pada bulan Juli-September pada
tahun 2010 penduduk Kalimantan Barat berjumlah 4.397.768 jiwa. KKBN mengambil data
penduduk melalui pendataan mikro artinya mengambil data yang paling bawah, yaitu dari
keluarga karena dari struktur manusia kelompok terkecil adalah keluarga.

Menurut BKKBN dari 4.397.768 jiwa untuk tahun 2010 jumlah keluarga yang terdata
sebanyak 197.368 keluarga yang dihitung adalah kepala keluarganya ini berbeda dengan
penduduk yang terdiri dari anak, ayah, dan kepala keluarga.

Sedangkan peran BKKBN untuk membuat keluarga sejahtera, KABID KS/PK Gugun
Suprayirno mengatakan BKKBN mengelola beberapa hal yaitu KS atau Keluarga Sejahtera
yang mempunyai kegiatan-kegiatan yang dapat membantu seseorang untuk menjadi keluarga
sejahtera secara sepenuhnya, keluarga sejahtera tidak hanya cukup uang akan tetapi sejahtera
lahir batin artinya dari segi anaknya, ibunya dan keluarganya tercukupi. Di dalam Keluarga
Sejahtera (KS) ini ada yang namanya 8 fungsi keluarga. Fungsi keluarga ini menyangkut
masalah keagamaan, masalah ekonomi, masalah lingkungan hidup dan sebagainya. KS ini
juga mengelola 3 bidang yang pertama berkaitan dengan  Bina Bina atau Ketahanan Keluarga
yang meliputi Bina Keluarga Balita, Bina Keluarga Remaja, dan Bina Keluarga Lansia.

Selain itu KS juga menangani PKRS pusat informasi bagi remaja kaitan dengan PUD
(Persiapan Usia Dini) untuk perkawinan. Jadi BKKBN tidak hanya menangani masalah
operasional dalam arti KB. Tapi dilihat juga dari yang kecil yaitu bina keluarga balita setelah
ibunya punya ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan tumbuh kembang anak-anak ia bisa
aplikasi kan terhadap anaknya agar tumbuh sehat. Sementara untuk Bina Keluarga Lansia
adalah memberdayakan orang yang menangani Lansia misalnya keluarga, baik ibu atau
ayahnya sehingga yang ia dapat menerapkan apa yang ia dapatkan terhadap Lansia.
Selama tahun 2011, kegiatan Bina Keluarga Sejahtera (BKS) yang terdiri dari Catur Bina
yakni Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga Remaja (BKR), Bina Keluarga Lansia
(BKL) dan Bina Lingkungan Keluarga (BLK) akan semakin digiatkan sehingga
kemanfaatannya benar-benar dapat dirasakan oleh masyarakat luas. Salah satu bentuk
penggiatan ini adalah akan dibentuknya kelompok BKS percontohan di 12 kecamatan se
Kabupaten Kulonprogo. Rinciannya masing-masing adalah 2 kelompok untuk BKB, 1
kelompok untuk BKR, 1 kelompok untuk BKL. Sementara untuk BLK yang saat ini ada di 7
kecamatan yakni Nanggulan, Sentolo, Pengasih, Temon, Panjatan, Galur dan Lendah akan
digiatkan melalui pembinaan intensif pasca diterimanya dana hibah Rp. 3 juta per kelompok
dari Gubernur DIY Sri Sultan Hamengkubuwono X melalui Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Masyarakat (BPPM) Provinsi DIY pada bulan Oktober 2010 lalu.

Kepala Bidang Keluarga Sejahtera Badan Pemberdayaan Masyarakat Pemerintahan Desa


Perempuan dan Keluarga Berencana (BPMPDP dan KB) Kabupaten Kulonprogo Drs.
Harminto, MM yang didampingi Kasubid Pembinaan Ketahanan Keluarga Drs. Wahyanto
menyatakan saat ini di Kulonprogo terdapat 434 kelompok BKB dengan total anggota 11.004
keluarga, kelompok BKR 98 kelompok dengan total anggota 3.148 keluarga dan kelompok
BKL 76 kelompok dengan total anggota 2.767 keluarga. Capaian ini lebih baik dibandingkan
tahun 2009 lalu di mana kelompok BKB baru berjumlah 383 kelompok dengan anggota 9.711
keluarga, BKR 99 kelompok dengan anggota 2.628, BKL 78 kelompok dengan anggota
2.561. Khusus untuk kelompok BKB terdapat penambahan kelompok yang cukup signifikan
karena selama satu tahun bertambah 51 kelompok dan anggota bertambah 293 keluarga.
Sementara untuk kelompok BKR dan BKL meskipun jumlah kelompok sedikit turun, namun
anggotanya justru meningkat dengan pertambahan masing-masing 520 keluarga dan 206
keluarga. Sedangkan untuk kelompok BLK selama tahun 2010 terdapat penambahan satu
kelompok yakni Kelompok BLK di Bonosoro, Bumirejo, Lendah.

"Peningkatan jumlah kelompok maupun anggota BKB disebabkan makin intensifnya


pembinaan oleh lintas sektor setelah adanya MOU kerjasama antara BPMPDP dan KB, Dinas
Kesehatan, TP PKK dan Dinas Pendidikan, kemudian adanya upaya keterpaduan BKB-
Yandu-PAUD serta adanya dukungan BKB Kit sebanyak 198 set melalui DAK Bidang KB
untuk tahun 2009 dan 2010," kata Harminto.

 
Sumber Berita: Drs. Mardiya, Kasubid Advokasi Konseling dan Pembinaan Keluarga Berencana & Kesehatan Reproduksi Badan Pemberdayaan
Masyarakat Pemerintahan Desa Perempuan dan KB Kabupaten Kulonprogo. HP. 081328819945
BOGOR (Pos Kota) – Hasil sensus penduduk 2010 lalu, jumlah penduduk Kabupaten Bogor
mencapai 4,7 juta jiwa. Angka ini cukup fantastis untuk ukuran sebuah kabupaten, bahkan
melebihi sejumlah provinsi, seperti Provinsi Gorontalo, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah,
Sulawesi Tenggara, Maluku, dan Jambi.
 
Mengatasi ledakan penduduk itu, Badan Pemberdayaan Perempuan dan Keluarga Berencana
(BPPKB) Kabupaten Bogor menggeber Kampung Keluarga Berencana (KB). “Lewat
kampung ini kita mendorong kesadaran warga ikut program KB sehingga laju pertumbuha
penduduk dapat ditekan,” ujar Iman Rakiman, Sekretaris BPPKB Kabupaten Bogor, Jumat.
 
Hingga kini, lanjutnya dari 40 kecamatan di Kabupaten Bogor, 11 diantaranya memiliki
Kampung KB. Ke-11 kecamatan itu; Bojonggede, Dramaga, Leuwiliang, Ciampea, Ciawi,
Cisarua, Cariu, Citeureup, Cigombong, Cijeruk, dan Caringin. “Ke depan kita targetkan,
setiap kecamatan punya satu kampung KB sehingga mendorong warga desa di sekitarnya
untuk meningkatkan kesadaran ikut KB,” paparnya.
Sedangkan syarat yang harsu dipenuhi untuk menjadi sebuah Kampung KB, lanjutnya,
terdapat beberpa indikator yang harus dipenuhi serta struktur kelembagaan yang mendukung.
“Seperti pengguna KB di atas rata-rata, DO (drop out-red.) rendah, dan usia kawin pertama
wanitanya rendah,” jelasnya.
 
Camat Dramaga, Arom Rusmandar menjelaskan, di kecamatannya baru ada satu Kampung
KB, yang terletak di Desa Cikarawang. Hingga kini, tercatat 76 persen dari pasangan usia
subur (PUS) menjadi akseptor KB di Desa Cikarawang. “Jumlah PUS yang menjadi akseptor
sudah di atas rata-rata di banding yang lain,” katanya. Kampung KB ini dilengkapi dengan
sejumlah program. Diantaranya, Posyandu, Bina Keluarga Balita (BKB), Bina Keluarga
Lansia (BKL), Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Bina Keluarga Remaja (BKR).

http://www.ahmadheryawan.com/lintas-kabupaten-kota/bodebekjur/kabupaten-bogor/
1343-hasil-sensus-penduduk-kab-bogor-47-juta-jiwa

Anda mungkin juga menyukai