PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Penduduk adalah semua orang yang menempati suatu wilayah hukum tertentu dan
waktu tertentu, saat ini jumlah penduduk Indonesia tahun 2012 diperkirakan sekitar
257.516.167 jiwa. Secara nasional pertumbuhan penduduk Indonesia masih relatif cepat,
walaupun ada kecenderungan menurun. Antara tahun 1961 – 1971 pertumbuhan penduduk
sebesar 2,1 % pertahun, tahun 1971 – 1980 sebesar 2,32% pertahun, tahun 1980 – 1990
sebesar 1,98% pertahun, dan periode 1990 – 2000 sebesar 1,6% pertahun.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), per bulan September 2012,3 jumlah penduduk
miskin di Indonesia mencapai 28,59 juta orang (11,66 persen), atau berkurang sebesar 0,54
juta orang (0,30 persen) dibandingkan dengan penduduk miskin pada Maret 2012 sebesar
29,13 juta orang (11,96 persen). Serta Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) di Indonesia
pada Agustus 2012 mencapai 6,14 persen. Adanya jumlah penduduk yang besar dan angka
kemiskinan yang cukup tinggi dapat memicu adanya masalah kependudukan yang dapat
dilihat dari berbagai aspek, baik dari kesehatan, pendidikan, ekonomi, sosial budaya dan
sebagainya.
Tingginya laju pertumbuhan penduduk Indonesia yang mencapai 1,38 persen atau
sebanyak 3 juta jiwa pertahun, membuat pemerintah perlu menguatkan kembali program
Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) yang telah lama
mengalami stagnansi. Data Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) 2017
menunjukkan, angka total kelahiran (Total Fertility Rate/TFR) Indonesia masih cukup tinggi
yaitu sebesar 2,4. Padahal, Rencana Strategis Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana
(BKKBN) 2010-2014 telah dirumuskan visi baru “Penduduk Tumbuh Seimbang 2015”
dengan target menurunkan angka TFR menjadi 2 yang berarti belum tercapai.
Amanat Presiden Republik Indonesia, kepada BKKBN agar dapat menyusun suatu
kegiatan/program yang dapat memperkuat upaya pencapaian target/sasaran Pembangunan
Bidang Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana 2015-2019, kegiatan tersebut dapat
menjadi ikon BKKBN serta dapat secara langsung bersentuhan dan memberikan manfaat
kepada masyarakat Indonesia di seluruh tingkatan wilayah. Dalam hal ini kemudian
disepakati agar BKKBN segera dapat membentuk Kampung Keluarga Berencana (Kampung
KB). (BKKBN, 2017)
1
2. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, rumusan masalah dari makalah ini adalah:
1. Bagaimana organisasi KB di Indonesia?
2. Bagaimana ruang lingkup program KB di Indonesia?
3. Bagaimana intergrasi KB dalam pembangunan?
3. TUJUAN PENULISAN
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah:
1. Mengetahui organisasi KB di Indonesia.
2. Mengetahui ruang lingkup program KB di Indonesia.
3. Mengetahui integrasi KB dalam pembangunan?
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. ORGANISASI KB DI INDONESIA
Berawal dari tantangan yang sangat besar tentang KB pada tahun 1950-an pada masa
itu pemerintah belum mendapat manfaat KB bagi meningkatkan kualitas bangsa. Masyarakat
melihat KB sebagai upaya pemberantasan kehamilan semata, sesuatu hal yang dianggap
sebagai bentuk perampasan kemerdekaan yang baru saja mereka nikmati. Hamil dan
melahirkan ditanamkan sebagai tugas mulia seorang wanita untuk melahirkan jutaan generasi
baru bangsa Indonesia yang akan mengelola sumber daya alam yang melimpah dan
mengangkat citra Indonesia sebagai "bangsa yang besar" di dunia mata.
Berikut ini merupakan komponen ruang lingkup pelayanan KB yang dapat disediakan
untuk masyarakat.
d. Jaminan ketersediaan alat dan obat kontrasepsi untuk keluarga miskin dan
pelayanan swasta.
4
c. Peningkatan kegiatan pemberdayaan ketahanan keluarga
5
pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait dalam upaya meningkatkan
kualitas hidup keluarga dan masyarakat.
Sementara, pada kamus istilah kependudukan dan KB, Kampung KB adalah
suatu upaya penguatan program KKBPK yang dikelola dan diselenggarakan dari,
oleh, dan untuk masyarakat dalam memberdayakan dan memberikan kemudahan
kepada masyarakat untuk memperoleh pelayanan total program KKBPK, sebagai
upaya mewujudkan keluarga berkualitas.
Nama Kampung KB bukan terlahir karena ide, bentukan atau program secara
khusus, akan tetapi terbentuk karena sebutan masyarakat kepada Kampung Genereh,
Desa Genereh, Kecamatan Buahdua Sumedang Provinsi Jawa Barat yang saat itu
pada tahun 1972 di Kampung Genereh telah menjadi pusat kegiatan KB dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat tentang alat kontrasepsi Pil, karena telah dibentuk
kelompok akseptor yang dititipi persediaan Pil ulang bagi peserta KB.
Kampung KB merupakan salah satu kegiatan prioritas yang sesuai dengan
instruksi Presiden RI, terutama sebagai bentuk investasi Program KB yang
manfaatnya dapat secara langsung diterima oleh masyarakat. Untuk itu perlu
dilakukan langkah koordinasi lintas sektor, terutama dalam integrasi kegiatan yang
akan dilaksanakan di Kampung KB.
Kampung KB menjadi salah satu inovasi strategis untuk
mengimplementasikan kegiatan-kegiatan prioritas Program KKBPK secara utuh di
lini lapangan. Kampung KB merupakan salah satu bentuk/model miniatur
pelaksanaan total Program KKBPK secara utuh yang melibatkan seluruh Bidang di
lingkungan BKKBN dan bersinergi dengan Kementerian/Lembaga, mitra kerja,
stakeholders instansi terkait sesuai dengan kebutuhan dan kondisi wilayah, serta
dilaksanakan di tingkatan pemerintahan terendah (sesuai prasyarat penentuan lokasi
kampung KB) di seluruh kabupaten dan kota.
3.1.2. HAKIKAT KAMPUNG KB
Tiga hakikat kampung KB adalah :
6
4) Memantapkan 8 fungsi Keluarga dalam aplikasi kehidupan;
5) Pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui pendekatan pelayanan.
6) Menumbuhkan semangat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
7) Mendekatkan pelayanan KKBPK kepada keluarga.
8) Membangun rasa memiliki Keluarga dan masyarakat terhadap program
KKBPK
9) Mengintegrasikan program pembangunan lintas sektor dalam memberikan
pelayanan kepada keluarga;
3.1.3. SASARAN KAMPUNG KB
1. Sasaran Langsung
Keluarga;
Pasangan Usia Subur;
Masyarakat;
Balita, Remaja, Lansia.
2. Sasaran Tidak langsung
Tokoh-tokoh masyarakat;
Organisasi masyarakat (PPKBD, Sub-PPKBD, DKM, Organisasi
pemuda, dsb);
Petugas lapangan dan provider
3.1.4. PERANAN PENYULUH KKBPK (PKB/PLKB) DAN PPKBD, SUB-
PPKBD SERTA MITRA KERJA
1. Peran Penyuluh KKBPK (PKB dan PLKB)
a. Melakukan pendekatan tokoh (formal & informal);
b. Mengolah dan menanalisa data potensi wilayah (bersama dengan PPKBD,
Sub-PPKBD serta Paguyuban)
c. Melakukan advokasi kepada pemerintah desa/kelurahan dan sektor terkait;
d. Melakukan pembinaan PPKBD, Sub-PPKBD serta Paguyuban untuk
meningkatkan kemampuan PPKBD, Sub-PPKBD serta Paguyuban
e. Menggalang kemitraan dengan sektor-sektor terkait untuk penumbuhan &
pengembangan Kampung KB
f. Pengendalian Operasional Kampung KB
g. Monitoring dan evaluasi Kampung KB.
2. Peran PPKBD, Sub-PPKBD serta Kader
7
a. Pendataan dan pemetaan sasaran dan potensi wilayah
b. Pertemuan rutin
c. KIE dan Konseling.
d. Fasilitas Pelayanan Kependudukan, KB, Pembangunan Keluarga dan
sektor lainnya kepada keluarga;
e. Pembinaan Keluarga melalui kelompok kegiatan
f. Pengembangan
g. Pencatatan dari pelaporan.
3. Mitra Kerja
a. Melakukan pembinaan kepada keluarga dan masyarakat di Kampung KB
sesuai dengan bidang tugas sektornya masing-masing.
b. Mengembangkan kegiatan-kegiatan pelayanan kepada masyarakat sesuai
dengan sector pembangunan yang dijalankannya.
c. Fasilitasi kegiatan (fisik dan non fisik) sesuai dengan kebutuhan
masyarakat yang ada di Kampung KB.
d. Melakukan monitoring dan evaluasi secara terpadu bersama para pengelola
yang berkepentingan dalam pembinaan Kampung KB.
3.1.5. PRASYARAT DAN KRITERIA PEMBENTUKAN KAMPUNG KB
1. Prasarat :
a. Tersedia Data dan Informasi keluarga
b. Adanya dukungan dan Komitmen Pemda
c. Partisipasi Aktif masyarakat, tokoh masyarakat dan PPKBD, Sub-
PPKBD serta para Kader;
2. Kriteria :
a. Kriteria Sasaran Utama:
i. Jumlah keluarga miskin di atas rata-rata tingkat desa dimana
kampung tersebut berada;
ii. Jumlah peserta KB tingat desa dimana kampung tersebut berlokasi.
b. Kriteria Wilayah (pilihan sesuai kondisi) :
i. Kumuh
ii. Pesisir/Nelayan.
iii. Daerah Aliran Sungai (DAS).
iv. Bantaran Kereta Api.
v. Kawasan Miskin (termasuk miskin perkotaan).
8
vi. Terpencil.
vii. Wilayah Perbatasan.
viii. Kawasan Industri.
ix. Kawasan Wisata.
x. Tingkat Kepadatan Penduduk Tinggi.
3.1.6. PEMBENTUKAN POKJA KAMPUNG KB
1. Untuk mengelola Kampung KB perlu dibentuk Kelompok Kerja (Pokja)
atau Pengurus Kampung KB yang disepakati bersama. Pembentukan
Pokja/Pengurus Kampung KB bisa dikembangkan disesuaikan dengan
kondisi, kebutuhan, kemampuan dan muatan lain yang diinginkan di
wilayah masing-masing, namun tujuannya tetap mengacu pada pelaksanaan
8 fungsi keluarga.
2. Setelah dibentuk Pokja Kampung KB, maka dilakukan musyawarah warga
kampung untuk menyepakati pembentukan Kampung KB, maka
Ketua/Pengurus Pokja Kampung KB mengusulkan kepada kepala
Desa/Lurah/Camat untuk mencanangkan dan mengukuhkan terbentuknya
Kampung KB.
3. Susunan pengurus Kampung KB adalah sebagai berikut:
9
pihak.
sekretaris Melakukan tatalaksana administrasi Sub-PPKBD/Sub-
Kampung KB Pos KB
Menerima dan mengolah laporan
pelaksanaan Kampung KB
Membuat laporan dan evaluasi kegiatan
Kampung KB.
Bendahara Menerima, membayarkan, mencatat, Pengurus PKK
melaporkan dan RW
mempertanggungjawabkan semua aktifitas
keuangan Kampung KB.
Seksi kegiatan keagamaan dan menghimbau agar Dipilih
Keagamaan tiap keluarga memiliki ruangan ibadah di
Sosialisasi/p rumah masing-masing.
endidikan Membentuk, membina dan
Reproduksi mengembangkan BKB, BKR, BKL,
Ekonomi PAUD, Dsb
Perlindungan Memotivas, Membina kelangsungan KB,
Kasih sayang posyandu, PIK remaja
Sosial Mempromosikan potensi/profesi yang
budaya dimiliki oleh warga kampung dan
Pembinaan Membina, membimbing produk-produk
lingkungan unggulan
Perlindungan keamanan, Penyuluhan anti
KDRT, Narkoba, mengurus askes
Membentuk kas, iaran kematian,bulin dll
Menanamkan budaya budi pekerti,
Memelihara dan mengembangkan tradisi
dll
Kerja Bakti memelihara lingkungan,
Masyarakat bergotong-royong membangun
rumah layak huni, Mengusahakan hal-hal
yang dibutuhkan bidang lingkungan
kepada pemerintah yang lebih atas (Desa,
Kecamatan, Kabupaten Dst)
10
3.1.8. PENCATATAN DAN PELAPORAN
Pencatatan dan pelaporan di kampung KB pada prinsipnya mengikuti 2 pola,
1) Pencatatan dan pelaporan yang telah baku sesuai dengan aturan program
dari tingkat yang lebih atas dari masing-masing instasi
pemerintahan/Lembaga, misalnya laporan program KKBPK, Laporan
posyandu, laporan organisasi lainnya.
2) Pencatatan dan pelaporan khusus di Kampung KB dilaksanakan melalui
tahapan sebagai berikut:
a. Dari seksi-seksi pengurus kampung KB ke ketua Kampung KB
dilaksanakan setiap bulan;
b. Dari Kampung KB ke tingkat Desa/Kelurahan (Kepala
Desa/Lurah) dilaksanakan setiap bulan, dengan tembusan kepada
Kepala UPTD masing-masing Instansi terkait;
c. Dari Kecamatan (Camat) ke Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota)
dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan SKPD
Kab/Kota terkait;
d. Dari Kabupaten/Kota (Bupati/Walikota) ke Provinsi (Gubernur)
dilaksanakan setiap 3 (tiga) bulan dengan tembusan SKPD
Provinsi terkait;
e. Dari Provinsi (Gubernur) ke BKKBN dilaksanakan 3 bulan sekali
dengan tembusan kepada masing-masing Instansi/ Kementerian /
Lembaga.
f. Dari BKKBN kepada presiden melalui Kementerian Koordinator
PMK dilaksanakan 3 bulan sekali dengan tembusan kepada
masing-masing Instansi/ Kementerian/Lembaga.
3.1.9. SUMBER PEMBIAYAAN KAMPUNG KB
3.1.9.1. PRINSIP PEMBIAYAAN KAMPUNG KB
Prinsip pembiayaan Kampung KB diutamakan adalah menumbuhkan
partisipasi dan kepedulian masyarakat. Oleh karena itu prinsip
pembiayaan Kampung KB adalah dari oleh dan untuk warga
Kampung KB itu sendiri. Namun demikian, mengingat keterbatasan
kemampuan warga masyarakat yang ada di Kampung KB, maka
dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah dalam
11
mendukung pembiayaan Kampung KB melalui sumber-sumber yang
legal.
3.1.9.2. SUMBER-SUMBER PEMBIAYAAN KAMPUNG KB
a. Iuran warga Kampung KB.
b. APBDesa/Kelurahan.
c. APBD II.
d. APBN.
e. Alokasi Dana Desa
f. Dana Desa
g. Kemitraan/CSR (Coorpotation Social Responcibility) yaitu
iuran atau kepedulian perusahaan untuk pembangunan).
h. Sumber-sumber lain yang tidak mengikat.
3.1.10. INDIKATOR KEBERHASILAN KAMPUNG KB
3.1.10.1. INDIKATOR INPUT
a. Tingginya partisipasi seluruh potensi Kampung untuk kemajuan
Kampung KB.
b. Beragamnya kegiatan yang dilaksanakan secara terpadu baik
program pemerintah maupun inovasi masyarakat.
c. Besarnya sumber anggaran Kampung KB yang didapat baik dari
iuran masyarakat, bantuan pemerintah maupun donatur yang
tidak mengikat.
d. Ketersediaan sarana dan prasarana.
3.1.10.2. INDIKATOR PROSES
a. Berjalannya kegiatan dimasing-masing seksi.
b. Peranserta petugas Pemerintah dalam sinkronisasi kegiatan.
c. Peranserta institusi masyarakat dalam pengelolaan Kampung
KB.
d. Menjalankan 8 (delapan) fungsi keluarga dilaksanakan disetiap
keluarga.
e. Frekuensi dan kualitas kegiatan KIE/Penyuluhan.
f. Frekuensi pelayanan KB-KR.
g. Frekuensi pelayanan dari sektor lainnya.
12
h. Frekuensi pertemuan berkala kelompok-kelompok kegiatan
(baik program KKBPK maupun kegiatan sektor terkait di
Kampung KB).
i. Frekuensi kegiatan gerakan masyarakat Kampung KB.
3.1.11. INDIKATOR OUTPUT
Keberhasilan kampung KB dapat diukur dari pelaksanaan 8 fungsi di masing-
masing keluarga yaitu :
1) Meningkatnya pelaksanaan keagamaan (Keluarga semakin rajin
beribadah).
2) Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan masyarakat baik ilmu
pengetahuan maupun profesionalisme (semakin banyak orang yang
memiliki keterampilan untuk meningkatkan usaha).
3) Tercapainya rata-rata dua anak setiap keluarga, keluarga sehat, anak
tumbuh dan berkembang dengan baik.
4) Meningkatnya income per kapita keluarga dan pemanfaatannya
menunjang kepentingan keluarga.
5) Terlindunginya masyarakat/keluarga dan hidup tentram dan nyaman.
6) Semakin terjalinnya hubungan harmonis antar anggota keluarga dan
antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan.
7) Semakin berkembangnya budi pekerti, tata krama dan seni budaya baik
di keluarga maupun masyarakat sekampung.
8) Semakin tertatanya lingkungan yang serasi selaras dan seimbang antara
perilaku dan lingkungan.
Keterangan:
Sebagai alat ukur keberhasilan Kampung KB dapat dilihat dari: Hasil
Pendataan Keluarga (PK) yang dimutahirkan setiap tahunnya oleh para kader
KB (PPKBD, Sub PPKBD); dan atau alat ukur lainnya yang dikembangkan
oleh Pokja dan disepakti bersama.
13
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Organisasi KB di Indonesia telah terbentuk tanggal 23 Desember 1957
perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) bersama IPPF, sebuah lembaga
federasi aternasional beranggotakan 184 negara yang memperjuangkan pemenuhan
hak dan kesehatan seksual reproduksi bagi masyarakat di seluruh dunia. BKKBN
merupakan lembaga pemerintah non-departemen (LPND) yang memiliki badan
hukum yang jelas dengan tugas dan kewenangannya diatur dalam undang-undang.
yang memiliki tugas dan wewenang dalam mengendalikan penduduk, meningkatkan
kualitas dan mobilitas penduduk. (Kurniawan, 2013)
Tujuan dibentuknya BKKBN adalah memenuhi permintaan masyarakat akan
pelayanan KB dan kesehatan Reproduksi (KR) yang berkualitas, menurunkan angka
kematian ibu (AKI) dan angka kematian bayi (AKB) serta penanggulangan masalah
kesehatan reproduksi untuk membentuk keluarga kecil berkualitas salah satu caranya
dengan membentuk program kampung KB. Dalam petunjuk teknis Kampung KB
yang dituliskan BKKBN, arti dari Kampung KB ialah satuan wilayah setingkat desa
dengan kriteria tertentu dimana terdapat keterpaduan antara program kependudukan,
keluarga berencana, pembangunan keluarga dan pembangunan sektor terkait dalam
upaya meningkatkan kualitas hidup keluarga dan masyarakat.
2. Saran
Untuk menyempurnakan implementasi program Kampung KB tersebut, yang
paling utama adalah dibutuhkan komitmen atau political will para pengambil
kebijakan di berbagai tingkatan mulai dari Pemerintah Daerah hingga
Pemerintah Desa guna memberi dukungan total bagi setiap program yang
direncanakan. Selain itu, menghilangkan ego sektoral menjadi kunci penting bagi
keberhasilan program Kampung KB, pasalnya implementasi program ini tidak semata
mata menjadi tanggung jawab pihak yang terkait Kependudukan dan KB
melainkan pihak lain yang terkait dengan Kesehatan, Pendidikan, Ekonomi,
Pemberdayaan Masyarakat hingga penyediaan infrastruktur. Pembangunan lintas
sektor dan kemitraan tersebut melibatkan peran berbagai pihak seperti swasta,
provider dan pemangku kepentingan lainnya.
14
DAFTAR PUTAKA
Cheerli, ika christi susanti. Upaya Nyata Membangun Bangsa. Jakarta: YCCP
15