Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di Indonesia dalam jangka panjang selalu dibayangi

oleh masalah kependudukan dengan segala keterkaitan berbagai

persoalannya. Usaha langsung untuk melakukan pembangunan perlu

memperhitungkan faktor kependudukan yang merupakan sasaran utama

bagi pembangunan. Usaha perluasan lapangan kerja, pendidikan,

kesehatan, penyediaan pangan dan kebutuhan pokok lainnya berdasarkan

fenomena kependudukan yang dihadapi.

Pengetahuan mengenai perkembangan penduduk Indonesia

merupakan dasar terpenting dari perencanaan pembangunan. Penduduk

sebagai sasaran pembangunan yang setiap waktu terus berkembang pesat

dengan segala aspeknya, agar hasil pembangunan merata dan adil sampai

kepada masyarakat perlu menyeimbangkan antara kedua faktor yaitu

jumlah penduduk dan hasil dari pembangunan.

Program keluarga berencana sebagai salah satu upaya pengendalian

pertumbuhan penduduk. Program keluarga berencana yang berkualitas

dapat mewujudkan keluarga yang Akseptor, sehat, mandiri, maju,

mempunyai jumlah anak yang ideal, bertanggung jawab, memiliki

wawasan ke masa depan, harmonis dan bertaqwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa. Untuk meningkatkan kualitas program KB, paradigma baru

yang dibangun oleh BKKBN adalah penekanan upaya menghormati hak –

hak reproduksi dalam meningkatkan kualitas kehidupan keluarga

(BKKBN, 2011).

1
Program Keluarga Berencana merupakan salah satu Program Sosial

Dasar yang penting bagi daerah. Program ini memberikan kontribusi yang

besar bagi Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) di masa sekarang

dan masa mendatang. Dalam sepuluh tahun terakhir ini telah banyak usaha

yang dilakukan untuk dapat menyelaraskan antara Program Keluarga

Berencana dengan Kesehatan Reproduksi sesuai dengan tuntutan

masyarakat dan perkembangan zaman. Pelaksanaan pelayanan Keluarga

Berencana yang berkualitas dilandasi oleh Undang – Undang Nomor 10

Tahun 1992 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan

Keluarga Akseptor. Sejalan dengan hal tersebut, kebijaksanaan pelayanan

Keluarga Berencana tidak hanya berorientasi pada angka kelahiran tetapi

juga terfokus pada upaya – upaya pemenuhan permintaan kualitas

pelayanan. Tantangan terbesar dalam peningkatan upaya penggalakkan

kembali program Keluarga Berencana ini adalah dari tingkat kesadaran

masyarakat itu sendiri. Program Keluarga Berencana di Indonesia sudah

dilaksanakan sejak tahun 1970 dengan dibentuknya Badan Koordinator

Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Perkembangan populasi penduduk yang tidak terkendali berkaitan

erat dengan pelaksanaan Program KB di tingkat masyarakat yang belum

optimal. Pola pikir masyarakat Indonesia yang masih beranggapan bahwa

banyak anak akan banyak rejeki juga harus diubah. Pertumbuhan anak

membutuhkan biaya yang tidak sedikit, untuk pendidikan maupun

kebutuhan pertumbuhan dan perkembangannya di masa mendatang.

Ketidakmampuan orang tua untuk membiayai anak-anaknya akan

2
menimbulkan permasalahan termasuk kemiskinan. Pemahaman

masyarakat terkait program KB menjadi salah satu kendala tersendiri

terhadap angka partisipasi KB. Partisipasi Partisipasi seluruh anggota

keluarga diperlukan untuk mengkampanyekan Keluarga Berencana di

lingkungan masyarakat untuk mensukseskan program Keluarga

Berencana.

Merencanakan dan mengatur keluarga merupakan permasalahan

kemanusiaan yang saat ini sedang diusahakan pelaksanaannya oleh

pemerintah dan rakyat Indonesia. Pertumbuhan penduduk yang tidak

disertai dengan pertumbuhan yang cukup dalam produksi nasional dapat

menimbulkan berbagai permasalahan yang berkaitan dengan kurangnya

fasilitas pendidikan, kurangnya penyediaan makanan, pelayanan

kesehatan, kesempatan kerja, dan sebaginya. Ini semua harus diatur oleh

pemerintah dan harus didukung oleh seluruh masyarakat.

Keberhasilan suatu program dalam hal ini Program Keluarga

Berencana, tergantung dari aktifnya partisipasi masyarakat untuk

mensukseskan program tersebut. Sehingga peran aktif masyarakat sangat

penting artinya bagi kelancaran keberhasilan program dan tercapainya

tujuan. Program Keluarga Berencana dicanangkan dalam rangka usaha

pemerintah untuk membangun manusia Indonesia yang berkualitas. Pada

dasarnya pemerintah berkeinginan untuk membuat perubahan dari suatu

kondisi tertentu menuju keadaan lain yang lebih bernilai. Agar proses

perubahan dapat menjangkau sasaran – sasaran perubahan keadaan yang

lebih baik dan dapat digunakan sebagai pengendali masa depan. Dalam

melaksanakan pembangunan perlu sekali memperhatikan dari segi

3
manusianya karena pembangunan menyangkut makna bahwa manusia itu

obyek pembangunan sekaligus subyek pembangunan. Sebagai subyek

pembangunan, manusia harus diperhitungkan karena mempunyai nilai dan

potensi yang luar biasa. Oleh karena itu, di dalam pembangunan perlu

sekali mengajak subyek untuk ikut berpartisipasi aktif dalam proses

pembangunan secara berkelanjutan (Pasaribu dan Simanjuntak, 1986: 62).

Berkaitan dengan peran serta masyarakat dalam program tertentu,

peranan tokoh masyarkat baik formal maupun non – formal sangat penting

terutama dalam mempengaruhi, memberi contoh, dan menggerakkan

keterlibatan seluruh masyarakat di lingkungannya guna mendukung

keberhasilan program. Persepsi masyarakat terhadap program tertentu

merupakan landasan atau dasar utama bagi timbulnya kesediaan untuk ikut

terlibat dan berperan aktif dalam setiap kegiatan program tersebut. Makna

positif atau negatif hasil persepsi seseorang terhadap program akan

menjadi pendorong atau penghambat baginya untuk berperan dalam

kegiatannya.

Kabupaten Empat Lawang yang merupakan salah satu kota yang

saat ini menggalakkan program Keluarga Berencana dengan dibuatnya

Kampung Keluarga Berencana (KB) yang dikelola oleh pemerintah

setempat dan masyarakat. Berbagai hal yang melatarbelakangi dibuatnya

Kampung Keluarga Berencana (KB). Hal ini tentunya dimanfaatkan

dengan baik oleh pemerintah dan masyarakat sekitar untuk mendapatkan

penghasilan dan berpartisipasi dalam pembangunan melalui pemberdayaan

masyarakat yang dijalankan oleh pemerintah.

4
Salah satu Kampung Keluarga Berencana (KB) yang berada di

Kabupaten Empat Lawang berlokasi di Kelurahan Bareng, Kecamatan

Klojen, yang akan diresmikan pada tahun 2018. Kelurahan Bareng dipilih

menjadi tempat pencanangan Kampung Keluarga Berencana (KB) oleh

pemerintah Kabupaten Empat Lawang dikarenakan karena masih masuk

dalam kategori kelurahan yang kesadaran warganya perihal KB masih

sangat rendah. Banyak warganya yang memiliki anak lebih dari dua

dengan kesadaran KB yang berada di bawah rata – rata. Kelurahan ini

dipilih sebagai tempat pencanangan KB juga dikarenakan masuk dalam

kategori kawasan kumuh dengan angka kemiskinannya yang tergolong

tinggi.

Kampung KB ini dicanangkan oleh Bapak Presiden RI (Ir. Joko

Widodo) pada tanggal 14 Januari 2016, yang targetnya pada tahun 2017

terdapat satu Kampung KB di setiap satu kecamatan di seluruh Indonesia.

Kampung KB merupakan salah satu upaya pemerintah dalam mengatasi

masalah kependudukan, terutama di wilayah – wilayah yang terpencil.

Kampung KB akan menjadi ikon program Kependudukan, KB dan

Pembangunan Keluarga (KKBPK). Kehadiran Kampung KB bertujuan

meningkatkan kualitas hidup masyarakat ditingkat kampung atau yang

setara melalui program KKBPK serta pembangunan sektor lain dalam

rangka mewujudkan keluarga kecil berkualitas.

Prinsip dalam Program KKBPK adalah mewujudkan keluarga kecil

bahagia Akseptor dengan melaksanakan delapan fungsi keluarga.

Penerapan fungsi keluarga ini membantu keluarga lebih bahagia dan

Akseptor, terbebas dari kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan.

Keberhasilan program
5
KKBPK dapat dilihat dari beberapa aspek, Pertama, aspek pengendalian

kuantitas penduduk; Kedua, aspek peningkatan kualitas penduduk yang

dalam hal ini diukur dengan peningkatan ketahanan dan keAkseptoran

keluarganya.

Peningkatan ketahanan dan keAkseptoran keluarga dapat dilihat

melalui berbagai indikator yang merupakan pencerminan dari pelaksanaan

delapan fungsi keluarga. Hal tersebut tercantum dalam Peraturan

Pemerintah No 87 Tahun 2014 tentang Perkembangan Kependudukan

Pembangunan Keluarga, Keluarga Berencana dan Sistem Informasi

Keluarga. Dalam PP disebutkan delapan fungsi keluarga meliputi: fungsi

keagamaan, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih, fungsi perlindungan,

fungsi reproduksi, fungsi sosialisasi dan pendidikan, fungsi ekonomi, dan

fungsi pembinaan lingkungan (Kominfo, 2017).

Beberapa hal yang menjadi latar belakang pembentukan Kampung

KB ini, yaitu : (1) Program KB tidak lagi bergema dan terdengar gaungnya

seperti pada era Orde Baru; (2) Untuk meningkatkan kualitas hidup

masyarakat ditingkat kampung atau yang setara melalui program KKBPK

serta pembangunan sektor terkait dalam rangka mewujudkan keluarga

kecil berkualitas; (3) Penguatan program KKBPK yang dikelola dan

diselenggarakan dari, oleh dan untuk masyarakat; (4) Mewujudkan cita-

cita pembangunan Indonesia yang tertuang dalam Nawacita, terutama

agenda prioritas ke 3 yaitu “Memulai pembangunan dari pinggiran dengan

memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan",

agenda Prioritas ke 5 yaitu "Meningkatkan kualitas hidup masyarakat

6
Indonesia"; (5) Mengangkat dan menggairahkan kembali program KB

guna menyongsong tercapainya bonus demografi yang diprediksi akan

terjadi pada tahun 2010 – 2030.

Sehubungan dengan adanya partisipasi masyarakat melalui

Kampung KB yang berada di Kecamatan Klojen Kabupaten Empat

Lawang tersebut maka akan dikaji secara komprehensif dalam sebuah

penelitian. Peneliti merumuskan judul penelitian sebagai berikut,

“Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

Melalui Kampung Keluarga Berencana (KB)”. Hal – hal yang berkaitan

dengan pemberdayaan masyarakat sangat berkaitan dengan penelitian ini,

karena Kampung KB adalah salah satu upaya pemerintah dalam

meningkatkan kualitas sumber daya manusia di bidang ekonomi, sosial,

dan budaya. Melalui Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

Akseptor (UPPKA) yang menjadi salah satu kegiatan partisipasi di

Kampung KB sebagai salah satu bentuk strategi pembangunan masyarakat.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalahnya adalah:

“Bagaimana Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor

(UPPKA) Melalui Kampung Keluarga Berencana (KB)?”

1.3 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga

Akseptor (UPPKA) melalui Kampung Keluarga Berencana (KB).

7
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini memiliki manfaat untuk memperkuat

kajian tentang strategi pembangunan melalui partisipasi

masyarakat khususnya dalam kajian pembangunan yang berpusat

kepada rakyat (people centered development).

1.4.2 Manfaat Praktis

Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan nantinya diterapkan

oleh pihak-pihak atau stake holders yang memiliki keterlibatan

dalam ruang lingkup terkait dengan penelitian ini, adapun pihak-

pihak tersebut antara lain:

1.4.2.1 Manfaat bagi penulis

Penulis menjadi lebih paham tentang partisipasi masyarakat

melalui program keluarga berencana, sehingga penulis juga

mampu menerapkan analisis berkaitan dengan pengaplikasian

ilmu yang telah didapat dari bangku perkuliahan.

1.4.2.2 Manfaat bagi pemerintah Kabupaten Empat Lawang

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai referensi untuk

mengambil kebijakan dalam meningkatkan partisipasi

masyarakat, bagi pemerintah Kabupaten Empat Lawang

khususnya Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga

Berencana (DPPKB), sehingga pihak DPPKB dapat menyusun

program – program terkait partisipasi masyarakat melalui

Kampung KB. Untuk melihat

8
perkembangan Program Kampung KB sebagai upaya

membangun kualitas sumber daya manusia yang terberdayakan

dan produktif.

1.5 Definisi Konsep

1.5.1 Kampung Keluarga Berencana (KB)

Menurut Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional

(BKKBN), Kampung KB merupakan satu kesatuan wilayah

setingkat dusun/ RW dengan kriteria tertentu dimana terdapat

program Kependudukan, KB dan Pembangunan Keluarga

(KKBPK) yang terintegrasi.

1.5.2 Program Usaha Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor

(UPPKA)

Program BKKBN yang diupayakan dalam rangka meningkatkan

program KB pada keluarga miskin melalui bantuan modal usaha

kelompok UPPKA. Yang dimaksud dengan kegiatan Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor adalah kegiatan

bersama dalam bentuk pra koperasi yang dilakukan oleh, dari, dan

9
untuk kelompok akseptor KB melalui berbagai kegiatan ekonomi

produktif skala mikro kecil/ kecil, yang kegiatannya diharapkan

dapat menambah/ meningkatkan pendapatan keluarga dan

menunjang terwujudnya pelembagaan dan pemberdayaan Norma

Keluarga Kecil Bahagia dan Akseptor (NKKBS) di masyarakat

(depkes.go.id).

1.6 Metode Penelitian

1.6.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian secara kualitatif,

dimana peneliti cenderung menggali data dari subjek dan

menyajikannya secara deskriptif, sehingga data yang diperoleh akan

semakin mudah dipaparkan dan juga memudahkan pembaca untuk

memahami hasil penelitian. Menurut Bogdan dan Taylor (Zuriah,

2009: 92), penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

Pendekatan kualitatif ini dipilih oleh penulis karena dianggap sesuai

dengan tema yang diteliti, dengan menggunakan pendekatan ini

peneliti mudah menggali data tentang partisipasi masyarakat melalui

Kampung KB dalam Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Akseptor (UPPKA). Pendekatan jenis kualitatif mampu

mendeskripsikan mengenai pemberdayaan masyarakat melalui

Kampung KB.

1
1.6.2 Jenis Penelitian

Penelitian ini mengangkat tema tentang partisipasi masyarakat

melalui Kampung KB dalam Program Usaha Peningkatan

Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA). Merupakan salah satu

pemberdayaan ekonomi masyarakat yang sebagian besar anggotanya

adalah peserta KB dari Keluarga Pra-Akseptor dan Keluarga

Akseptor yang aktif berusaha secara kelompok yang merupakan

upaya meningkatkan keAkseptoran dan perekonomian masyarakat.

Jenis penelitian yang dipakai oleh peneliti adalah jenis penelitian

studi kasus. Menurut John W. Best (1977) dalam Yatim Riyanto

(1996: 20) menyatakan bahwa studi kasus berkenaan dengan segala

sesuatu yang bermakna dalam searah atau perkembangan kasus yang

bertujuan untuk memahami siklus kehidupan atau bagian dari siklus

kehidupan suatu unit individu atau perorangan, keluarga, kelompok,

pranata sosial suatu masyarakat (dalam Zuriah, 2009).

1.6.3 Lokasi Penelitian

Penulis mengambil lokasi penelitian di Desa Batu Raja Baru,

Kecamatan Tebing Tinggi Kabupaten Empat Lawang yang merupakan

salah satu lokasi yang dicanangkan sebagai Kampung KB di

Kabupaten Empat Lawang. Lokasi ini dipilih karena masuk dalam

kategori Desa yang kesadaran warganya mengenai KB masih sangat

rendah dengan jumlah rata – rata kesadaran ber-KB sebesar 69

persen. Dan juga kelurahan ini masuk dalam kategori kawasan

kumuh dengan angka kemiskinan sebesar 32 persen.

1
1.6.4 Teknik Penentuan Sampel

Teknik penentuan sampel penelitian ini menggunakan purposive

sampling, dimana peneliti menentukan kuota dan kriteria-kriteria

tertentu kepada subjek yang diwawancara. Menurut Sugiyono (2009

: 218), purposive sampling adalah teknik pengambilan sampel

sumber data dengan pertimbangan tertentu.

Kriteria subjek yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Keluarga yang memiliki usaha ekonomi produktif.

2. Keluarga Pra – Akseptor dan Keluarga Akseptor 1.

Beberapa kriteria tersebut nantinya mendukung peneliti dalam

menggali data terkait partisipasi masyarakat melalui program Usaha

Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA) di Kampung

KB, adapun alasan peneliti menentukan kriteria dalam melakukan

wawancara terhadap beberapa sampel tersebut karena beberapa

sampel dianggap menguasai dan paham tentang pemberdayaan

masyarakat di Kampung KB melalui program UPPKA, sehingga

data yang nantinya didapat akan terjamin validitasnya.

1.6.5 Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis

antara lain:

1.6.5.1 Observasi

Menurut Nawawi dan Martini (1992:74) observasi adalah

pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap unsur –

unsur yang tampak dalm suatu gejala – gejala pada objek

penelitian.

1
Dengan observasi peneliti dapat mengetahui kegiatan program

Upaya Peningkatan Pendapatan Keluarga Akseptor (UPPKA)

melalui Kampung KB di Kelurahan Bareng. Berdasarkan

pemaparan tersebut maka dapat ditarik kesimpulan bahwa observai

merupakan kegiatan pengamatan dan pencatatan yang dilakukan

oleh peneliti untuk menyempurnakan penelitian agar mendapatkan

hasil yang maksimal. Adapun observasi yang dilakukan oleh

peneliti dalam setiap kegiatan dan program yang diadakan di

Kampung KB Kelurahan Bareng dengan mengamati berbagai

kegiatan yang dilakukan.

1.6.5.2 Wawancara

Merupakan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

menggali data terkait pemberdayaan masyarakat melalui program

Kampung KB, melalui pertanyaan - pertanyaan yang diajukan oleh

peneliti dan jawaban yang diberikan oleh subjek, sehingga

memungkinkan adanya pertukaran informasi. Esterberg (2002)

dalam Sugiyono (2009: 231) mendefinisikan bahwa wawancara

adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide

melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam

suatu topik tertentu.

Teknik wawancara yang dilakukan adalah dengan subjek

penelitian yang memenuhi kriteria yang telah ditentukan.

Wawancara dilakukan dengan mendatangi tempat usaha/ rumah

yang memiliki usaha mandiri, dan juga melakukan wawancara

pada

1
saat diadakan rapat atau pertemuan rutin bersama di balai

pertemuan setempat. Untuk kelengkapan data yang lebih

mendalam juga mewawancarai pembina/ pembimbing dari

Penyuluh KB yang menaungi binaan di Kampung KB terkait

program UPPKA di wilayah tersebut.

1.6.5.3 Dokumentasi

Dokumentasi dalam hal ini merupakan bukti-bukti yang

telah diabadikan baik dalam jangka waktu dekat maupun dalam

jangka waktu lama. Data tersebut berkaitan dengan jumlah

penduduk, profil desa maupun data-data lain yang berkaitan

dengan tema penelitian yang dibahas. Menurut Sugiyono (2009:

240), Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.

Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya

monumental dari seseorang.

Dokumentasi tertulis terkait data awal pembentukan dan

profil Kampung KB dan Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Akseptor (UPPKA), serta hal yang berkaitan dengan

penelitian didapat melalui Kantor DPPKB di Kabupaten Empat

Lawang, selain itu juga dokumentasi gambar didapat melalui foto

dengan alat penunjang seperti kamera, dan lain sebagainya.

1
1.6.6 Teknik Analisa Data

Merupakan teknik yang digunakan untuk mencari dan menyusun

secara sistematis data penelitian yang didapat dari penelitian

lapangnya. Menurut Miles and Huberman (1984) dalam Sugiyono

(2009: 246-253), mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara

terus-menerus sampai tuntas, sehingga datanya sudah jenuh.

Adapun aktivitas dalam analisis data adalah:

1.6.6.1 Data Reduction (Reduksi Data)

Data yang didapat dari lapang pasti sangat banyak, oleh karena itu

diperlukan proses untuk mencatat secara rinci dan teliti. Reduksi

data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok,

memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya,

dengan begitu akan diperoleh gambaran yang lebih jelas, sehingga

mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data

selanjutnya. Dalam hal ini, fokus data pokok yang dirangkum

adalah bertema tentang Program Usaha Peningkatan Pendapatan

Keluarga Akseptor (UPPKA) melalui Kampung Keluarga

Berencana (KB).

1.6.6.2 Data Display (Penyajian Data)

Setelah data direduksi, maka proses selanjutnya adalah

mendisplaykan data, dalam penelitian kualitatif penyajian data ini

dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan

antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Display data bermanfaat

untuk mempermudah peneliti memahami apa yang terjadi, dan

1
mempermudah merencanakan apa kerja selanjutnya. Dalam

penelitian ini, penyajian data difokuskan dengan menggunakan

teks yang bersifat deskriptif naratif.

1.6.6.3 Conclusion Drawing/ Verification

Langkah ini merupakan penarikan kesimpulan awal. Kesimpulan

ini bisa berubah seiring jalannya penelitian, dan jika ditemukan

data- data kuat yang mendukung, kesimpulan awal ini dilengkapi

data- data yang valid dan mendukung serta konsisten saat peneliti

kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan awal

yang dikemukakan ini dianggap kesimpulan yang kredibel.

1.6.7 Uji Validitas Data

Merupakan cross-check yang digunakan untuk menguji keabsahan

data, dalam penelitian ini menggunakan uji keabsahan data

triangulasi sumber. Menurut Wiliam Wiersma (1986) dalam

Sugiyono (2009: 274), triangulasi sumber digunakan untuk

menguji kredibilitas data melalui beberapa sumber atau subjek

yang berbeda, kemudian data yang didapat dari beberapa sumber

yang berbeda tersebut dideskripsikan, dikategorisasikan, mana

pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana yang spesifik dari

beberapa sumber tersebut.

Anda mungkin juga menyukai