Anda di halaman 1dari 42

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Indonesia adalah negara dengan jumlah penduduk yang begitu besar yaitu

262 juta jiwa yang tersebar dalam 17.000 pulau yang ada di negara Indonesia ini.

Jumlah penduduk yang begitu banyak dan wilayah yang begitu luas yang

terpisahkan oleh lautan tentu tidak lepas dari berbagai kendala dalam rangka

mewujudkan amanat dalam Undang-Undang Dasar 1945 untuk memajukan

kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemiskinan yang

terjadi di berbagai wilayah di Indonesia menjadi masalah utama pada saat

membahas yang berkaitan dengan kesejahteraan umum.

Kemiskinan sudah menjadi masalah global yang dirasakan oleh seluruh

negara di dunia. Masalah kemiskinan menjadi hambatan yang rumit sehingga

suatu negara tidak dapat memiliki kemampuan untuk menghilangkan kemiskinan

secara sendiri, mayoritas masyarakat Indonesia berada pada taraf ekonomi yang

rendah, keadaan inilah yang menyebabkan angka kemiskinan di Indonesia

semakin bertambah tinggi dari tahun ke tahun. Dengan keadaan seperti ini

membuat Indonesia menghadapi persoalan-persoalan rumit seperti tingkat

kriminalitas yang tinggi, tingkat pendidikan yang rendah, dan tingkat kesehatan

yang rendah. Pemerintah sebagai pemegang kekuasaan tertinggi memiliki hak

untuk mengatur dan mengurus negaranya sendiri. Sebagaimana tercantum dalam

Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang menyatakan bahwa negara berkewajiban

1
2

untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan memajukan kesejahteraan sosial

dalam rangka mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Kemiskinan merupakan kondisi masyarakat yang tidak ikut serta dalam

proses perubahan karena tidak mempunyai kemampuan, baik kemampuan dalam

penguasaan faktor produksi yang memadai sehingga tidak mendapatkan manfaat

dari hasil proses pembangunan. Selain itu pembangunan yang direncanakan oleh

pemerintah tidak sesuai dengan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi,

sehingga manfaat pembangunan tidak menjangkau mereka. Tingkat kesejahteraan

masyarakat ditentukan oleh besarnnya penghasilan perkapita masyarakat tersebut.

Banyak sekali penduduk Indonesia saat ini yang masih hidup dalam

keadaan miskin dan bahkan sangat miskin, yang membuat mereka tidak mampu

dalam memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Kemiskinan adalah sebuah konsep

yang relatif sehingga sangat sulit didefinisikan.

Dalam mengurangi permasalahan kesejahteraan sosial khususnya

kemiskinan, pemerintah Indonesia memiliki berbagai program penanggulangan

kemiskinan, salah satunya program berbasis bantuan sosial dari pemerintah yaitu

Program Keluarga Harapan (PKH). Program ini merupakan bentuk

pengembangan dari sistem perlindungan sosial yang dapat membantu rumah

tangga sangat miskin dalam mendapatkan akses pelayanan kesehatan dan

pendidikan dasar dengan harapan program ini dapat mengurangi kemiskinan.

Besarnya jumlah penduduk miskin dan rendahnya kualitas sumber daya manusia

merupakan permasalahan utama pembangunan yang menjadi latar belakang

pogram ini.
3

Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program pemberian

bantuan sosial bersyarat kepada Keluarga Penerima Manfaat (KPM) yang

ditunjuk sebagai keluarga penerima manfaat PKH. Program Perlindungan Sosial

yang juga dikenal di dunia internasional dengan istilah Conditional Cash

Transfers (CCT) ini terbukti cukup berhasil dalam menanggulangi kemiskinan

yang dihadapi negara-negara tersebut, terutama masalah kemiskinan yang

berkelanjutan. (Kementrerian Sosial RI, 2019)

Mulai tahun 2007 pemerintah Indonesia melaksanakan Program Keluarga

Harapan (PKH) sebagai salah satu upaya penanggulangan dalam menekan angka

kemiskinan. Program keluarga harapan adalah suatu program yang harus

dijalankan sebagai pelaksanaan dari peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia

Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan dengan tujuan

mengurangi beban pengeluaran serta meningkatkan pendapatan keluarga miskin

agar lebih terencana dan terarah. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang

Sistem Jaminan Sosial Nasional sebagai Landasan dasar Peraturan Menteri Sosial

(Permensos) No 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan.(Kementerian

Sosial RI, 2019)

Sasaran Program Keluarga Harapan (PKH) adalah keluarga miskin dan

rentan yang terdaftar dalam Data Terpadu Program Penanganan Fakir Miskin

yang mempunyai komponen kesehatan dengan kriteria ibu hamil/menyusui, anak

berusia 0 sampai dengan 6 tahun. Komponen pendidikan dengan kriteria anak

SD/MI atau sederajat, anak SMP/MTs atau sederajat, anak SMA /MA atau

sederajat, dan anak usia 6 sampai 21 tahun yang belum menyelesaikan wajib
4

belajar 12 tahun. Mulai tahun 2016 terdapat penambahan komponen kesejahteran

sosial dengan kriteria lanjut usia diutamakan mulai dari 60 (enam puluh) tahun,

dan penyandang disabilitas, diutamakan penyandang disabilitas berat.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka perangkat pendukung berupa

kelembagaan dan sumber daya manusia dalam melaksanakan program ini sangat

dibutuhkan. Pada tingkat nasional dibentuk tim koordinasi yaitu Unit Pelaksanaan

Program Keluarga Harapan (UPPKH) Pusat, di tingkat Kabupaten terdapat tim

koordinasi dan Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan Kabupaten, sedangkan

di tingkat Kecamatan UPPKH adalah Pendamping PKH.

Dalam pelaksanaan PKH, terdapat pendamping yang merupakan peran

penting dalam menyukseskan PKH. Pendamping PKH adalah sumber daya

manusia yang direkrut dengan perjanjian kerja yang ditetapkan oleh Kementrian

Sosial sebagai pelaksana pendampingan di tingkat Kecamatan. Kesuksesan

Program Keluarga Harapan dipengaruhi oleh peran pendamping. Pendamping

adalah pihak yang mempertemukan penerima manfaat dengan pihak-pihak lain

yang terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat

Kabupaten/Kota. Tugas dan tanggung jawab pendamping PKH secara umum

adalah melakukan pendampingan kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

peserta PKH. Selain itu pendamping juga berperan dalam pemberdayaan

masyarakat miskin yang menjadi sasaran PKH. Pendamping PKH tentu harus

melaksanakan tugasnya sesuai dengan Permensos No 1 Tahun 2018 Tentang

Program Keluarga Harapan : Pasal 49 angka (4) menjelaskan Pendamping sosial

sebagaimana dimaksud pada ayat (3) bertugas:


5

a. Memastikan Bantuan Sosial PKH diterima oleh Keluarga Penerima Manfaat

PKH tepat jumlah dan tepat sasaran.

b. Melaksanakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga bersama

Keluarga Penerima Manfaat PKH paling sedikit 1 (satu) kali setiap bulan dan

PKH jika tidak melaksanakannya maka akan merugikan masyarakat.

c. Memfasilitasi Keluarga Penerima Manfaat PKH mendapatkan program

bantuan komplementer di bidang kesehatan, pendidikan, subsidi energi,

ekonomi, perumahan, dan pemenuhan kebutuhan dasar lain.

Rencana pembangunan sosial yang dilakukan pendamping PKH sangat

besar dampaknya dalam pelaksanaan pendampingan di lapangan. Kedudukan

pendamping PKH sebagai mitra pemerintah dan mitra masyarakat, pendamping

dituntut untuk menjembatani berbagai kepentingan baik itu kepentingan yang

datang dari pemerintah maupun masyarakat.

Pendamping memiliki tugas untuk memberi informasi kepada Rumah

Tangga Sangat Miskin (RTSM) sebagai penerima Program Keluargaa Harapan

(PKH), melakukan pendampingan dan memberikan informasi kepada setiap kota

atau kecamatan, memberikan pemahaman mengenai manfaat dan tujuan PKH,

prosedur dan mekanisme PKH, hak dan kewajiban penerima PKH, syarat

penerima PKH, dan manfaat PKH di wilayah tempat pendamping bertugas.

(Indrayani, 2014)

Peran pendamping dalam PKH adalah untuk mengupayakan agar

masyarakat mempunyai kemampuan diri dalam membangun, mengembangkan,


6

dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya. Maka dari itu pendampingan

dalam PKH sangat penting bagi penerima PKH. Pengentasan Kemiskinan

melalui PKH akan bergantung terhadap peran dan fungsi pendamping dari

berbagai program pemerintah yang diberikan kepada masyarakat untuk

mempermudah mendefinisikan standar kehidupan yang layak bagi masyarakat.

Dusun Lubuk Landai merupakan salah satu dusun yang ada di Kabupaten

Bungo di mana mayoritas penduduknya masih berada pada taraf ekonomi rendah

sehingga perlu adanya peran pendamping PKH untuk meningkatkan kualitas

hidup keluarga penerima manfaat PKH melalui akses layanan pendidikan,

kesehatan dan kesejahteraan. PKH di Dusun Lubuk Landai dimulai pada tahun

2014. Keluarga Penerima Manfaat PKH masih banyak yang tidak sesuai sasaran,

Secara nyata permasalahan data Peserta PKH di lapangan dari hasil verifikasi

KSM oleh pendamping masih dijumpai adanya Peserta PKH yang tidak

memenuhi syarat.

Tabel 1.1
Jumlah Penerima Bantuan PKH 3 tahun terakhir
Di Dusun Lubuk Landai

No Tahun Jumlah

1. 2020 110 Orang

2. 2021 110 Orang

3. 2022 117 Orang

Sumber: Pendamping PKH Dusun Lubuk Landai

Pendamping sangat berperan dalam menyampaikan informasi kepada

penerima manfaat PKH karena jika penerima manfaat tidak memenuhi


7

kewajibannya sebagai keluarga penerima bantuan PKH. Misalnya perlu

memeriksa kesehatan di puskesmas ataupun di posyandu dan anak diharuskan

untuk mendapatkan pendidikan mulai dari jenjang Sekolah Dasar (SD) sampai

Sekolah Menengah Atas (SMA). Dan dana bantuan yang didapatkan tidak sesuai

dengan yang sudah ditetapkan. Orang tua renta tidak menerima bantuan

sedangkan muda belia mendapatkan dana bantuan PKH. Disinilah kurangnya

informasi dan keterbukaan tentang apa dan bagaimana program keluarga

harapan dan siapa saja penerima manfaat program keluarga harapan tersebut.

Keterbukaan itu penting dilakukan oleh pendamping PKH.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian

dalam proposal skripsi dengan judul “Peran Pendamping dalam

Pemberdayaan Masyarakat Miskin melalui Program Keluarga Harapan

(Studi di Dusun Lubuk Landai Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas)”.

1.2 Rumusan Masalah

1. Bagaimana Peran Pendamping dalam Pemberdayaan Masyarakat Miskin

melalui Program Keluarga Hrapan di Dusun Lubuk Landai?

2. Apa faktor penghambat dalam melakukan pendampingan Program

Keluarga Harapan di Dusun Lubuk Landai?

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui Peran Pendamping dalam Pemberdayaan Masyarakat

Miskin melalui Program Keluarga Hrapan di Dusun Lubuk Landai.

2. Untuk mengetahui faktor penghambat dalam melakukan pendampingan

Program Keluarga Harapan di Dusun Lubuk Landai.


8

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan dari penelitian ini dapat dilihat dari 2 (dua) segi yaitu

kegunaan Teoritis dan Kegunaan Praktis, antara lain :

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan,

sumbangan pemikiran dan informasi yang berguna bagi peneliti dan

mahasiswa ilmu administrasi negara dalam pengembangan ilmu

administrasi negara khususnya dalam ilmu sosial pada umumny di Institut

Administrasi dan Kesehatan Setih Setio Muara Bungo.

2. Kegunaan Praktis

Dari hasil penelitian ini diharapkan menjadi salah satu masukan

dan dapat memberikan kontribusi sumbangan pemikiran dan saran pada

pemerintah terkhusus pemerintahan Bungo agar mengetahui bahwa

dengan adanya pendamping maka program keluarga harapan dapat

berjalan dengan baik dan dapat mencapai keberhasilan program dengan

meningkatkan kualitas hidup manusia yang lebih baik.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Peran Pendamping

Peran merupakan aspek yang dinamis dari kedudukan (status).

Artinya apabila seseorang telah melaksanakan hak-hak dan kewajibannya

sesuai dengan kedudukannya, maka orang tersebut telah menjalankan

suatu peran. Dalam sebuah Organisasi setiap orang memiliki berbagai

macam karakteristik dalam menjalankan tugas, kewajiban atau tanggung

jawab yang telah diberikan oleh masing-masing organisasi atau lembaga.

(soerjono soekanto, 2002)

Peran dapat diartikan sebagai orientasi dan konsep dari bagian

yang dijalankan oleh suatu pihak dalam posisi sosial. Dengan peran

tersebut, seorang pelaku baik individu maupun organisasi akan berperilaku

sesuai harapan orang atau lingkungannya. Peran juga diartikan sebagai

tuntutan yang diberikan secara struktural (norma-norma, harapan, tabu,

tanggung jawab dan lainnya). Dimana didalamnya terdapat serangkaian

tekanan dan kemudahan yang menghubungkan pembimbing dan

mendukung fungsinya dalam mengorganisasi. Peran merupakan

seperangkat perilaku dengan kelompok, baik kecil maupun besar, yang

semuanya menjalankan berbagai peran-peranan pemerintah. (Riyadi,

2002)

9
10

Menurut Biddle & Thomas membagi peristilahan dalam teori peran

dalam empat golongan, yaitu :

1) Orang-orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial.

2) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut.

3) Kedudukan orang-orang dalam perilaku.

4) Kaitan dan perilaku. (Sarwono, 2017)

Sesuai dengan teori ini, harapan-harapan peran merupakan

pemahaman bersama yang menuntun kita untuk berperilaku sehari-hari.

Seseorang yang mempuyai peran tertentu misalnya dokter, mahasiswa,

orang tua, wanita, dan lain sebagainya diiharapkan agar seseorang tadi

berperilaku sesuai peran tersebut. (Sarwono, 2002)

Peran merupakan harapan bersama yang menyangkutkan fungsi-

fungsi di tengah masyarakat. Terdapat berbagai jenis peran, dan beberapa

diantaranya bersifat formal, di tengah-tengah kelompok yang lebih besar

(organisasi dan masyarakat), peran-peran formal ini menyandang gelar-

gelar tertentu dan diharapkan dapat berfungsi sebagaimana harapan

masyarakat. (Boeree, 2010)

Berdasarkan pengertian peran diatas maka dapat disimpulkan

bahwa peran merupakan bentuk dari perilaku seseorang yang dijalankan

sesuai dengan kedudukan atau statusnya yang merupakan bagian dari

tugas utama yang harus dilakukan oleh seseorang atau kelompok.


11

Pendamping merupakan suatu proses pemberian kemudahan

(fasilitas) yang diberikan pendamping kepada klien dalam

mengidentifikasi kebutuhan dan memecahkan masalah serta mendorong

tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga

kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan. (Diktorat

bantuan sosial, 2007)

Pendampingan sosial adalah suatu proses relasi sosial antara

pendamping dengan klien yang bertujuan untuk memecahkan masalah,

memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi

untuk pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien

terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan

publik lainnya. (Departemen sosial RI, 2009)

Berdasarkan pengertian di atas, pendampingan dapat diartikan

sebagai proses relasi sosial antara pendamping dan klien dalam bentuk

memperkuat dukungan, mendayagunakan berbagai sumber dan potensi

dalam pemenuhan kebutuhan hidup, serta meningkatkan akses klien

terhadap pelayanan sosial dasar, lapangan kerja, dan fasilitas pelayanan

publik lainnya dalam usaha memecahkan masalah serta mendorong

tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga

kemandirian klien secara berkelanjutan dapat diwujudkan.

Pendamping pengembangan masyarakat merupakan orang yang

dikategorikan sebagai pengantar perubahan (agent of change), baik yang


12

berada di dalam sistem sosial masyarakat (insider change agents) maupun

yang berada di luar sistem sosial masyarakat yang bersangkutan (outsider

change agents). (Susanto, 2014)

Pendampingan sebagai suatu strategi yang biasa digunakan oleh

pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkan mutu dan

kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu mengidentifikasikan

dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang dirasakan dan berusaha

untuk mencari alternative pemecahan masalah yang dihadapi. Kemampuan

sumber daya manusia sangat dipengaruhi oleh keberdayaan dirinya

sendiri, oleh karena itu sangat dibutuhkan kegiatan pemberdayaan disetiap

kegiatan pendampingan. Pendampingan merupakan suatu strategi yang

sangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat.

(Suharto, 2005)

Berdasarkan pengertian yang dimaksud peran pendamping

merupakan suatu tugas atau aktivitas yang dilakukan oleh seseorang yang

menjadi penghubung antara masyarakat dengan berbagai lembaga terkait

dan diperlukan bagi pengembangan. Pendamping sering dikaitkan dengan

pekerja sosial dan kegiatan pendampingan merupakan pekerjaan sosial.

Terdapat beberapa undang-undang yang secara langsung mengakui

dan megatur adanya keberadaan pekerja sosial. Diantaranya Undang-

undang Nomor 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial. Pada pasal 1

angka 4 yang dimaksud pekerja sosial adalah seseorang yang bekerja, baik
13

di lembaga pemerintah maupun swasta yang memiliki kompetensi, profesi

pekerjaan sosial, dan kepedulian dalam pekerjaan sosial yang diperoleh

melalui pendidikan, pelatihan, dan atau pengalaman praktik pekerjaan

sosial untuk melaksanakan tugas-tugas pelayanan dan penanganan

masalah sosial.

Tujuan pekerjaan sosial meliputi :

1) Meningkatkan kemampuan manusia untuk memecahkan masalah-

masalah, menghadapi kesulitan-kesulitan, dan melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya secara efektif. Untuk mencapai tujuan ini, pekerja

sosial mengakses hambatan-hambatan yang membatasi kemampuan

klien untuk melaksanakan tugas kehidupannya. Pekerja sosial juga

mengidentifikasikan sumber-sumber dan kekuatan-kekuatan,

meningkatkan keterampilan-keterampilan untuk menghadapi masalah-

masalah dalam kehidupan, mengembangkan rencana-rencana

pemecahan masalah, dan mendukung usaha-usaha klien untuk

menciptakan perubahan didalam kehidupan dan situasi-situasi mereka

2) Menghubungkan klien dengan sumber-sumber yang dibutuhkan. Pada

satu sisi, pencapaian tujuan ini berarti membantu klien membagikan

sumber-sumber yang dibutuhkan untuk menghadapi situasi-situasi

mereka secara lebih efektif. Pada sisi lain , pekerja sosial

mengadvokasi kebijakan-kebijakan dan pelayanan-pelayanan yang

memberikan manfaat secara optimal, memperbaiki komunikasi

diantara karyawan badan-badan sosial yang mewakili berbagai


14

program dan pelayanan, dan mengidentifikasikan jurang-jurang dan

kendala-kendala dalam pelayanan sosial yang harus disellamatkan

3) Memperbaiki jaringan penyelenggaraan pelayanan sosial. Tujuan ini

berarti bahwa pekerja sosial harus menjamin agar sistem yang

menyelenggarakan pelayanan-pelayanan sosial manusiawi dan

memberikan secara memadai sumber-sumber dan pelayanan-pelayanan

kepada klien. Untuk mencapai tujuan ini, pekerja sosial mendorong

perencanaan yang berpusat pada klien, mendemonstrasikan efektivitas

dan efisiensi, dan menggabungkan ukuran-ukuran akuntabilitas

4) Mempromosikan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan

sosial. Pekerja sosial menguji isu-isu sosial yang berimplikasi pada

kebijakan sosial. Pekerja sosial mengajukan saran-saran bagi

kebijakan-kebijakan baru dan bagi pencabutan kebijakan-kebijakan

yang tidak lagi produktif. Selain itu, pekerja sosial menerjemahkan

kebijakan-kebijakan umum ke dalam program-program dan pelayanan-

pelayanan yang tanggap secara efektif terhadap kebutuhan klien.

(Damanik, 2018)

Berdasarkan keempat tujuan tersebut berkaitan erat dengan

pengertian pekerjaan sosial yang merupakan suatu bidang keahlian atau

profesi yang bertanggung jawab dalam memperbaiki dan mengembangkan

interaksi antar orang sehingga orang tersebut dapat melaksanakan tugas-

tugas kehidupannya, dapat mengatasi permasalahan atau kesulitan yang

dihadapi dan dapat membantu orang mencapai kesejahteraan.


15

Dalam mencapai tujuan tersebut, pekerjaan sosial melaksanakan

fungsi sebagai berikut :

1) Membantu orang meningkatkan dan menggunakan kemampuannya

secara lebih efektif untuk melaksanakan tugas-tugas kehidupan dan

memecahkan masalah mereka

2) Mengaitkan orang dengan sistem sumber

3) Mempermudah interaksi, mengubah, dan menciptakan hubungan baru

antar orang dan sistem sumber kemasyarakatan

4) Mempermudah interaksi, mengubah, dan menciptakan relasi antar

orang di lingkungan sistem sumber

5) Memberikan sumbangan bagi perubahan, perbaikan, serta

perkembangan kebijakan dan perudang-undangan sosial

6) Meratakan sumber-sumber material

7) Bertindak sebagai pelaksana kontrol sosial. (Hermawati, 2001)

Berdasarkan teori tersebut, pekerjaan sosial bukan hanya megontrol

masalah sebagai masalah individu semata, melainkan juga

mempertimbangkan situasi sosial di tempat orang itu berada dan terlibat,

serta mengaitkan orang tersebut dengan sistem sumber dan kebijakan

sosial. Dengan demikian, orang itu benar-benar dapat menjalankan tugas

kehidupan dan fungsi sosialnya dengan baik, dapat memecahkan

permasalahan dengan baik, serta dapat mencapai kesejahteraan dalam

hidupnya.
16

Pendamping PKH mempunyai kedudukan sebagai mitra

pemerintah dan mitra masyarakat sehinga dituntut untuk menjembatani

berbagai kepentingan yang datang dari pemerintah maupun kepentingan

masyarakat. (Habibullah Ife, 2011)

Berdasarkan teori tersebut, indikator pendamping dikatakan baik

jika sudah melaksanakan tugas pendampingan sesuai dengan petunjuk

teknis di dalam PKH, diantaranya adalah tugas memberikan pengarahan

pada pertemuan awal mengenai prosedur yang harus dilalui dalam PKH,

mendampingi proses pembayaran, berdiskusi dalam kelompok,

pendampingan rutin, berkunjung ke rumah penerima manfaat,

memfasilitasi proses pengaduan, mengunjungi penyedia layanan,

melakukan konsolidasi, mengikuti bimtek dan rakor serta membuat

laporan.

2.1.2 Pemberdayaan Masyarakat

Menurut Kindervater pemberdayaan merupakan proses

peningkatan kemampuan seseorang baik dalam arti pengetahuan,

keterampilan, maupun sikap agar dapat memahami dan mengontrol

kekuatan sosial, ekonomi, dan atau politik sehingga dapat memperbaiki

kedudukannya dalam masyarakat. (Kusnadi, dkk, 2005)

Menurut Djohani menyatakan pemberdayaan masyarakat

dimaksudkan mengembangkan kemampuan masyarakat agar secara berdiri

sendiri memiliki keterampilan untuk mengatasi masalah-masalah mereka


17

sendiri. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya untuk menciptakan atau

meningkatkan kapasitas masyarakat, baik secara individu maupun

berkelompok dalam memecahkan berbagai persoalan terkait upaya

peningkatan kualitas hidup, kemandirian dan kesejahteraannya. (Kusnadi,

dkk, 2005)

Pemberdayaan adalah proses belajar mengajar yang merupakan

usaha terencana dan sistematis yang dilaksanakan secara

berkesinambungan baik bagi individu maupun kolektif, guna

mengembangkan daya (potensi) dan kemampuan yang terdapat dalam diri

individu dan kelompok masyarakat sehingga mampu melakukan

transformasi sosial. (Prijono, Pranarka, 1996)

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat agar mampu berdiri sendiri dengan keterampilan

dan pengetahuan yang dimilikinya untuk mengatasi masalah-masalah

mereka sendiri, meningkatkan kualitas hidup, mencapai kesejahteraan dan

memperbaiki kedudukannya dalam masyarakat.

Unsur utama dari pemberdayaan masyarakat yaitu pemberian

kewenangan dan pengembangan kapasitas masyarakat. Kedua unsur

tersebut tidak dapat dipisahkan, oleh karena apabila masyarakat telah

memperoleh kewenangan tetapi tidak atau belum mempunyai kapasitas


18

untuk menjalankan kewenangan tersebut maka hasilnya juga tidak

optimal. (Soetomo, 2015)

Unsur terpenting dalam menggapai keberhasilan pengembangan

dalam masyarakat disamping modal alam, teknologi, kelembagaan, modal

manusia menjadi modal yang sangat penting. Modal manusia atau sumber

daya manusia unsur modal seperti rasa saling percaya sesama anggota

masyarakat, empati sosial, kepedulian sosial, dan kerjasama. Oleh karena

itu diperlukan penguatan terhadap sumber daya manusia. Saat ini di

Indonesia telah berjalan suatu program pemberdayaan masyarakat dan

pendamping sosial sebagai pelengkap adanya pemberdayaan masyarakat.

2.1.3 Kemiskinan

Konsep kemiskinan absolute disusun dengan membuat ukuran

tertentu yang kongkret. Ukuran itu biasanya berorientasi pada kebutuhan

hidup dasar minimum anggota masyarakat (sandang, pangan, papan).

Masing-masing Negara mempunyai batasan kemiskinan absolute yang

berbeda-beda sebab kebutuhan hidup dasar masyarakat yang dibutuhkan

sebagai acuan memang berbeda. Karena ukurannya dipastikan konsep

kemiskinan ini mengenal garis batas kemiskinan. Artinya bahwa

kemiskinan tersebut dilihat dari kondisi dimana masyarakat itu berada.

(Kuncoro, 2013)

Kemiskinan secara absolut ditentukan berdasarkan

ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan pokok minimum seperti

pangan, sandang, kesehatan, perumahan dan pendidikan yang diperlukan


19

untuk bisa hidup dan bekerja. Kebutuhan pokok minimum diterjemahkan

sebagai ukuran finansial dalam bentuk uang. Nilai kebutuhan minimum

kebutuhan dasar tersebut dikenal dengan istilah garis kemiskinan.

Kemiskinan adalah salah satu dampak negatif dari pembangunan.

Permasalahan kemiskinan yang cukup kompleks membutuhkan perubahan

semua pihak secara bersama dan terkoordinasi. Secara umum, kemiskinan

merupakan suatu kondisi dimana tingkat pendapatan seseorang atau

kelompok masyarakat tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan dasarnya.

(Sunartiningsih, 2004)

Faktor penyebab kemiskinan, diantaranya adalah :

1) Ketidakberuntungan (disadvantages) yang melekat pada keluarga

miskin

2) Keterbatasan kepemilikan aset (poor)

3) Kelemahan kondisi fisik (physically weak)

4) Keterisolasian (isolation)

5) Kerentaan (vulnerable)

6) Ketidakberdayaan (powerless)

Berbagai faktor penyebab mengapa keluarga miskin selalu

kekurangan dalam memenuhi kebutuhan dasar hidup, seperti pangan,

sandang, papan, kesehatan, dan pendidikan layak untuk anak-anaknya.

(Yasa, 2018)

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

kemiskinan adalah keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk


20

memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan, pakaian, tempat berlindung,

pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan merupakan masalah global.

Kemiskinan sebagai standar tingkat hidup yang rendah dimana adanya

suatu tingkat kekurangan materi pada sejumlah atau golongan orang

dibandingkan dengan standar kehidupan yang umum berlaku dalam

masyarakat yang bersangkutan.

2.1.4 Program Keluarga Harapan

2.1.4.1 Konsep PKH

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program Bantuan

Tunai Bersyarat (BTB) yang dilaksanakan sejak tahun 2007 oleh

Pemerintah Indonesia. Program Keluarga harapan (PKH) adalah

program yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga

Sangat Miskin (RTSM) jika mereka memenuhi persyaratan yang

terkait dengan upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia

yaitu pendidikan dan kesehatan. Dalam batas waktu pendek,

program ini bertujuan mengurangi beban Rumah Tangga Sangat

Miskin (RTSM) dan dalam batas waktu panjang diharapkan dapat

memutuskan mata rantai kemiskinan antar generasi, sehingga

generasi berikutnya dapat keluar dari perangkap kemiskinan.

Pelaksanaan PKH juga mendukung upaya pencapaian tujuan

pembangunan millenium. Lima komponen tujuan Millenium

Development Goals (MDG’s) yang akan terbantu oleh PKH yaitu:

pengurangan penduduk miskin dan kelaparan, pendidikan dasar,


21

kesetaraan gender, pengurangan angka kematian bayi dan balita,

pengurangan kematian ibu melahirkan.

Program keluarga harapan adalah program penanggulangan

kemiskinan. Kedudukan program keluarga harapan berada di bawah

tim koordinasi penanggulangan kemiskinan baik di pusat maupun

didaerah. Program keluarga harapan telah dilaksanakan di berbagai

negara dengan nama program yang bervariasi. Namun secara

konseptual arti aslinya adalah Conditional Cash Transfer (CCT),

yang artinya bantuan tunai bersyarat. Program ini bukan

dimaksudkan sebagai kelanjutan program subsidi langsung tunai

(SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah tangga sangat

miskin dan mempertahankan daya belinya pada saat pemerintah

melakukan penyesuaian harga BBM tetapi Program keluarga

harapan lebih dimaksudkan upaya membangun sistem perlindungan

sosial kepada masyarakat miskin. (Kementerian Sosial RI, 2019)

2.1.4.2 Tujuan Program Keluarga Harapan

Tujuan Program Keluarga Harapan tercantum dalam Permensos

Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan Pasal 2

yang menyatakan bahwa PKH bertujuan:

a. Untuk meningkatkan taraf hidup keluarga penerima manfaat

melalui akses layanan pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan

sosial;
22

b. Mengurangi beban pengeluaran dan peningkatan pendapatan

keluarga miskin dan rentan;

c. Menciptakan perubahan perilaku dan kemandirian keluarga

penerima manfaat dalam mengakses layanan kesehatan dan

pendidikan serta kesejahteraan sosial;

d. Mengurangi kemiskinan dan kesenjangan dan;

e. Mengenalkan manfaat produk dan jasa keuangan formal kepada

keluarga penerima manfaat.

Sedangkan Tujuan umum dari PKH yaitu untuk

mengurangi angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan

kualitas SDM, dan merubah perilaku RTSM yang relative kurang

mendukung peningkatan kesejahteraan. Tujuan tersebut sekaligus

sebagai upaya mempercepat pencapaian target millennium

development goals (MDG’s). (Rahayu, 2012)

2.1.4.3 Penyaluran Dana PKH

Menteri keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan

bahwa pada tahun 2021 dana yang di alokasikan oleh pemerintah

Untuk Program Keluarga Harapan adalah sebesar Rp. 28,31 triliun.

Dengan sasaran 10 juta Keluarga Penerima Manfaat (KPM) di

Indonesia. Adapun besaran yang diterima KPM bergantung kepada

komposisi keluarga tersebut. Untuk keluarga dengan ibu hamil, per

tahunnya menerima Rp.3.000.000,- keluarga yang memiliki anak


23

balita menerima Rp.3.000.000,- memiliki anak siswa SD

Rp.900.000,- memiliki anak siswa SMP Rp.1.500.000,- memiliki

anak siswa SMA Rp.2.000.000,- terdapat kaum disabilitas

Rp.2.400.000,- dan keluarga dengan lansia mendapatkan

Rp.2.400.000,-.

Bantuan sosial PKH pada tahun 2019 terbagi menjadi dua

jenis yaitu Bantuan Tetap dan Bantuan Komponen yang diberikan

dengan ketentuan sebagai berikut:

Tabel 2.1
Bantuan Tetap

No Bantuan Tetap Indeks Bantuan

1. Reguler 500.000
2. PKH Akses 1.000.000
Sumber : kementrian Sosial RI, 2023

Tabel 2.2
Bantuan Komponen

No Komponen Bantuan Indeks Bantuan


1. Ibu hamil 3.000.000,-
2. Anak usia dini 3.000.000,-
3. SD 900.000,-
4. SMP 1.500.000,-
5. SMA 2.000.000,-
6. Disabilitas berat 2.400.000,-
7. Lanjut usia 2.400.000,-
Sumber : kementrian Sosial RI, 2023
24

Bantuan komponen diberikan maksimal untuk 4 jiwa dalam

satu keluarga.

2.1.4.4 Kewajiban dan Hak Peserta PKH

Kewajiban dan Hak Peserta PKH tercantum dalam

Permensos Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Program Keluarga

Harapan Pasal 6 sampai dengan pasal 8 yaitu :

Pasal 6 menyatakan bahwa, Keluarga Penerima Manfaat

PKH berhak mendapatkan:

a. Bantuan Sosial PKH;

b. pendampingan PKH;

c. pelayanan di fasilitas kesehatan, pendidikan, dan/atau

kesejahteraan sosial; dan

d. program Bantuan Komplementer di bidang kesehatan,

pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan, dan

pemenuhan kebutuhan dasar lainnya.

Pasal 7 menyatakan bahwa :

Keluarga Penerima Manfaat PKH berkewajiban untuk:

a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

sesuai dengan protokol kesehatan bagi ibu hamil/menyusui dan

anak berusia 0 (nol) sampai dengan 6 (enam) tahun;


25

b. mengikuti kegiatan belajar dengan tingkat kehadiran paling

sedikit 85% (delapan puluh lima persen) dari hari belajar efektif

bagi anak usia sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun; dan

c. mengikuti kegiatan di bidang kesejahteraan sosial sesuai

dengan kebutuhan bagi keluarga yang memiliki komponen

lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun dan/atau

penyandang disabilitas berat.

Pasal 8 menyatakan bahwa :

1) Keluarga Penerima Manfaat PKH Akses memiliki kewajiban

untuk melaksanakan kegiatan dalam komponen:

a. kesehatan;

b. pendidikan; dan

c. kesejahteraan sosial.

2) Komponen kesehatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf a dengan ketentuan harus:

a. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau petugas pelayanan kesehatan dan/atau kader

kesehatan di desa bagi ibu hamil/nifas;

b. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau petugas pelayanan kesehatan dan/atau kader

kesehatan di desa bagi ibu menyusui dengan memberikan

air susu ibu eksklusif; dan


26

c. memeriksakan kesehatan pada fasilitas pelayanan kesehatan

dan/atau petugas pelayanan kesehatan dan/atau kader

kesehatan di desa bagi bayi dan balita.

3) Komponen pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

huruf b dengan ketentuan harus mengikuti kegiatan belajar

dengan fasilitas pendidikan yang ada baik sekolah biasa,

sekolah kampung, pendidikan keluarga, pesantren, sekolah

minggu, kursus, maupun belajar keterampilan bagi anak usia

sekolah wajib belajar 12 (dua belas) tahun.

4) Komponen kesejahteraan sosial sebagaimana dimaksud pada

ayat (1) huruf c dengan ketentuan harus:

a. memberikan makanan bergizi dengan memanfaatkan bahan

pangan lokal dan perawatan kesehatan paling sedikit 1

(satu) kali dalam 1 (satu) tahun terhadap anggota keluarga

lanjut usia mulai dari 60 (enam puluh) tahun; dan

b. meminta tenaga kesehatan yang ada untuk memeriksa

kesehatan, merawat kebersihan, mengupayakan makan

dengan makanan lokal bagi penyandang disabilitas berat.

2.1.4.5 Pendampingan Program Keluarga Harapan

Pendampingan PKH tercantum dalam Permensos Nomor 1

Tahun 2018 Tentang Program Keluarga Harapan Pasal 49 yaitu :

1) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud dalam Pasal 32

huruf f terdiri atas kegiatan fasilitasi, mediasi,dan advokasi bagi


27

Keluarga Penerima Manfaat PKH dalam mengakses layanan

fasilitas kesehatan, pendidikan, dan kesejahteraan sosial.

2) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan memastikan anggota Keluarga Penerima Manfaat

PKH menerima hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan

ketentuan dan persyaratan penerima manfaat PKH.

3) Pendampingan PKH sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dilakukan oleh pendamping sosial.

4) Pendamping sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (3)

bertugas:

a. memastikan Bantuan Sosial PKH diterima oleh Keluarga

Penerima Manfaat PKH tepat jumlah dan tepat sasaran;

b. melaksanakan Pertemuan Peningkatan Kemampuan

Keluarga bersama Keluarga Penerima Manfaat PKH paling

sedikit 1 (satu) kali setiap bulan; dan

c. memfasilitasi Keluarga Penerima Manfaat PKH

mendapatkan program bantuan komplementer di bidang

kesehatan, pendidikan, subsidi energi, ekonomi, perumahan,

dan pemenuhan kebutuhan dasar lain.

5) Dalam hal pendampingan kepada lanjut usia dan penyandang

disabilitas berat penerima Bantuan Sosial PKH, pendamping

sosial memastikan Bantuan Sosial PKH diterima tepat jumlah

dan tepat sasaran.


28

6) Pendampingan kepada lanjut usia sebagaimana dimaksud pada

ayat (5) dilaksanakan oleh pendamping sosial di direktorat yang

menangani urusan rehabilitasi sosial lanjut usia.

7) Pendampingan kepada penyandang disabilitas berat

sebagaimana dimaksud pada ayat (5) dilaksanakan oleh

pendamping sosial di direktorat yang menangani urusan

rehabilitasi sosial penyandang disabiltas.

2.1.5 Administrasi

Menurut Sondang P. Siagian administrasi adalah keseluruhan

proses kerja sama antara dua orang atau lebih yang berdasarkanpara

rasionalitas tertentu untuk dapat mencapai suatu tujuan yang telah

ditentukan sebelumnya.

Dalam arti sempit, administrasi diartikan sebagai kegiatan tata

usaha, yaitu pekerjaan yang berhubungn dengan surat-menyurat,

dokumentasi, pendaftaran atau registrasi, dan kearsipan.

Sedangkan dalam arti luas, administrasi adalah seluruh proses

kerjasama antar dua orang atau lebih dalam mencapai tujuan tertentu

secara berdaya guna dan berhasil guna. (Anggara, 2012)

2.1.6 Kebijakan Publik

2.1.6.1 Pengertian Kebijakan Publik

Istilah kebijakan atau policy dipergunakan untuk menunjukkan

prilaku seorang aktor (misalnya seorang penjabat, satu kelompok,


29

ataupun satu lembaga pemerintahan) ataupun dapat dilihat dari

sejumlah aktor dalam satu bidang kegiatan tertentu. Oleh karena itu,

kita memerlukan batasan atau konsep kebijakan publik yang lebih

tepat.

Menurut Thomas R. Dye mendefenisikan kebijakan publik

merupakan apapun yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan dan

tidak dilakukan.

Menurut James E. Anderson mendefenisikan bahwa, kebijakan

publik adalah kebijakan yang dikembangkan oleh badan dan penjabat

pemerintah. (Winarno, 2012)

2.1.6.2 Tahap-tahap Kebijakan Publik

Tahapan kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang

menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu

pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Istilah ini dapat

dilaksanakan pada pemerintahan, organisasi, dan kelompok sektor

swasta, serta individu. Berdasarkan berbagai defenisi para ahli

kebijakan publik, maka dapat di katakan bahhwa kebijakan publik

adalah kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh pemerintah sebagai

pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu di masyarakat di

mana dalam penyusunannya melalui berbagai tahapan.


30

Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik yaitu sebagai berikut :

1) Penyusunan Agenda

2) Formulasi Kebijakan

3) Adopsi/Legitimasi Kebijakan

4) Implementasi Kebijakan

5) Evaluasi/Penilaian Kebijakan

2.2 Penelitian Terdahulu

Dalam penelitian ini, penulis menggunakan penelitian terdahulu

sebagai perbandingan dan memudahkan dalam melakukan penelitian. Berikut

adalah tabel penelitian yang penulis gunakan:

Tabel 2.3
Penelitian Terdahudu

No Nama Judul Hasil Persamaan Perbedaan


penulis dan Penelitian
Tahun
terbit
1. Evi Peran Pendamping Mengedepa Perbedaan
Rahmawati Pendampi telah nkan penelitian
dan Bagus ng dalam melakukan peningkatka terdahulu
Kisworo Pemberda perannya t dengan
(2017) yaan dengan baik. kemandirian penelitian
Masyaraka Peran tersebut masyarakat ini terletak
t Miskin dalam empat serta pada
Melalui kategori, yaitu meningkatk sumber
Program peran an daya
Keluarga keterampilan perekonomi yang
Harapan fasilitatif, an dimiliki
di peran dan masyarakat oleh para
Kecamata keterampilan pendamping
n sebagai dalam
Semarang pendidik, membimbin
Tengah peran dan g.
keterampilan
31

perwakilan
masyarakat
dan peran
keterampilan
teknis.
2. Devi Peran Peran yang Kesamaan Pada
Septiani, Pendampi signifikan dalam penelitian
Yunisca ng antara penelitian ini lebih
Nurmalisa, Program pendamping ini adalah berfokus
dan Abdul Keluarga PKH dalam sama-sama terhadap
Halim Harapan membantu meneliti peran
(2018) dalam kemandirian kinerja pendamping
Membantu dan pendamping sebagai
Kemandiri kesejahteraan PKH, dan Fasilitator
an dan keluarga. sama sama
Kesejahter Artinya, berfokus
aan semakin baik terhadap
Keluarga peran peran
di pendamping pendamping
Kelurahan program PKH
Kota keluarga
Karang harapan
Kecamata melaksanakan
n tugasnya maka
Telukbetu semakin
ng Timur baik juga
Kota dalam
Bandar membantu
Lampung kemandirian
dan
kesejahteraan
keluarga pada
keluarga
penerima
manfaat
program
keluarga
harapan.
3. Aab Abdul Peran peran Sama – Penelitian
Fattah Pendampi pendamping sama ini lebih
(2017) ng program menggunak berfokus
Program keluarga an kepada
Keluarga harapan (PKH) pendekatan peningkatan
Harapan mampu kualitatif kesehatan
dalam meningkatkan dan sama- bagi
Meningkat kesehatan sama Keluarga
32

kan rumah tangga meneliti Penerima


Kesehatan sangat miskin tentang Manfaat
Rumah (RTSM) di peran PKH
Tangga Desa Cileunyi pendamping
Sangat kulon. Seorang PKH
Miskin pendamping
(RTSM) memposisikan
di Desa dirinya dan
Cileunyik mempunyai
ulon peran sebagai
Kecamata fasilitator,
n Cileunyi perantara,
Kabupaten mediator,
Bandung motivator dan
sekaligus
evaluator.
Selain
mempunyai
peran
sebagai agen
perubahan
yang turut
terlibat
memecahkan
persoalan yang
dihadapi
oleh
masyarakat
miskin,
pendamping
juga harus
melaksanakan
tugas teknis.
Seperti,
melakukan
sosialisasi dan
koordinasi,
pemutakhiran
data,
controling dan
monitoring,
verifikasi data
dan melakukan
pencatatan dan
pelaporan.
4. Isti Putri Kinerja Tingkat kinerja Sama-sama Penelitian
33

Utami, Pendampi pendamping meneliti ini


Kordiana K. ng PKH di Kota tentang cara dilakukan di
Rangga, Program Bandar kerja Kota
Helvi Keluarga Lampung pendamping Bandar
Yanfika, Harapan secara PKH dan Lampung
dan Abul (PKH) Di keseluruhan sama-sama dan
Mutolib Kota berada pada menggunak penelitian
(2021) Bandar klasifikasi an ini berfokus
Lampung sedang. pendekatan kepada cara
Meskipun kualitatif kerja
demikian, deskritif pendamping
masih dapat PKH
dijumpai
pendamping
yang belum
menyampaikan
keseluruhan
materi P2K2,
serta
pendamping
yang tidak
memantau
tingkat
kehadiran
KPM PKH
pada
komponen
yang mereka
akses. Faktor-
faktor yang
memiliki
pengaruh
signifikan
terhadap
kinerja
pendamping
PKH antara
lain tingkat
pendidikan
non formal,
motivasi,
disiplin kerja,
lingkungan
kerja, dan
persepsi
terhadap
34

insentif
pendamping
5. Bela Fungsi Peranpendamp Sama-sama Peneliti ini
Rahmania Pendampi ing PKH ada meneliti dilakukan di
Damanik ng PKH dua yaitu fungsi Desa
(2022) Dalam sebagai pendamping Bangun
Mengatasi fasilitator dan PKH sesuai Purba dan
Kemiskina peran dengan fokus utama
n Di Desa pendamping Peraturan penelitian
Bangun sebagai Mentri ini adalah
Purba perencana, Sosial No 1 cara kerja
Kecamata kedua peran Tahun 2018 pendamping
n Bangun tersebut sudah PKH
Purba berjalan
Kabupaten dengan baik
Deli denagan
Serdang adanya
efektifitas
pertemuan
kelompok
yang menjadi
tempat
bertemunya
pendamping
PKH dengan
anggota KPM
untuk
melakukan
pengaduan
masalah dan
motivasi serta
penyusunan
perencanaan
yang berguna
sebagai
jembatan
dalam
meningkatkan
kesejahteraan
keluarga
miskin.
Sumber: Data diolah oleh Penulis, Tahun 2023.
35

2.3 Kerangka Pemikiran

Dalam buku Business Research (1992) Uma Sekaran mengatakan

bahwa, kerangka berpikir adalah model konseptual tentang bagaimana teori

yang berhubungan dengan berbagai faktor yang telah di identifikasi sebagai

suatu masalah penting. Oleh karena itu, berdasarkan uraian pada latar

belakang masalah yang telah peneliti uraikan di awal, berikut adalah

kerangka pemikiran dalam penelitian ini.(Sugiyono, 2016)

Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
Peraturan Menteri Sosial Nomor 1 Tahun 2018
tentang Program Keluarga Harapan

Bagian Ketujuh Pendamping PKH


Pasal 49

-Peran
Pendamping PKH
Pendamping

-Faktor
pendukung
Peserta PKH
dan
penghambat

Meningkatkan
Kesejahteraan
Masyarakat Miskin

Sumber : Data diolah Penulis, Tahun 2023.

Kerangka berpikir di atas menjelaskan bahwa Pendamping Program

Keluarga Harapan adalah kunci untuk mensukseskan pelaksanaan Progran


36

Keluarga Harapan (PKH) dan akan menjadi saluran informasi terpenting

antara UPPKH Kecamatan, UPPKH Kabupaten atau Kota dengan UPPKH

Pusat serta Tim Koordinasi Provinsi dan Tim Koordinasi Kabupaten atau

Kota. Peserta PKH merupakan RTSM yang memerlukan tenaga

pendampingan. Pendamping bekerja dibawah pengawasan UPPKH.

Pendamping PKH direkrut oleh UPPKH melalui seleksi dan pelatihan untuk

melaksanakan tugas pendampingan masyarakat penerima program dan

membantu kelancaran pelaksanaan PKH.


BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Metode penelitian pada intinya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan

data dengan tujuan serta kegunaan tertentu. Dari hal tersebut ada empat hal

harus dperhatikan yaitu: cara ilmiah, data, tujuan, serta kegunaan. Cara ilmiah

merupakan suatu kegiatan penelitian yang berdasarkan pada ciri-ciri keilmuan,

yaitu rasional, empiris, serta sistematis. Rasional itu sendiri merupakan suatu

kegiatan penelitian yang dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal bagi

manusia, sehingga terjangkau bagi penalaran manusia. Sedangkan empiris

adalah cara-cara yang dilakukan dapat diamati bagi orang lain sehingga

mereka mengetahui cara-cara yang digunakan. Dan sistematis merupakan

proses yang dipergunakan dalam penelitian dangan menggunakan langkah-

langkah yang dapat diterima oleh akal manusia. (Sugiyono, 2017)

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian

deskritif yang akan memberikan gambaran terhadap objek yang diamati atau

menjadi fokus penelitian. Adapun metode yang di pergunakan yaitu metode

penelitian deskritif dengan pendekatan kualitatif. Metode penelitian ini

berusaha mengungkapkan gejala secara menyeluruh serta sesuai dengan

konteks melalui pengumpulan data dan latar alami dengan manfaatkan diri

peneliti sebagai instrumen kunci. (Mukhtar, 2013)

37
38

3.2 Populasi dan Unit Analisis

3.2.1 Populasi

Populsi merupakan wilaya generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang memiliki kualitas serta karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dikemudian barulah ditarik kesimpulannya.

Maka populasi itu tidak hanya orang, namun juga objek serta benda-benda

alam lainnya. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada di objek ataupun

subjek yang dipelajari, namun juga mencakup seluruh karakteristik atau sifat

yang dipunyai oleh objek atau subjek tersebut. Adapun didalam penelitian ini

yang menjadi Populasi yaitu, Pendamping Program Keluarga Harapan Dusun

Lubuk Landai, dan Penerima Manfaat Program Keluarga Harapan di Dusun

Lubuk Landai.

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis merupakan sesuatu yang berkaitan dengan fokus atau

komponen yang diteliti. Unit analisis merupakan suatu penelitian bisa berupa

individu, kelompok, organisasi, benda, wilayah dan waktu tertentu sesuai

dengan fokus permasalahannya (Sudrajat, 2021).

Teknik sampling adalah teknik pengambilan sampel atau unit analisis.

Untuk menentukan sampel yang akan digunakan dalam penelitian, terdapat

berbagai teknik sampling yang digunakan. Teknik sampling yang digunakan

penelitian dalam penelitian ini adalah teknik Sampling Purposive. Sampling

Purposive adalah penentuan sampel dengan pertimbangan yang telah

ditentukan. (Sugiyono, 2017)


39

Berikut adalah unit analisis yang digunakan oleh peneliti dalam

melakukan penelitian sebanyak 14 orang, antara lain adalah:

1. Datuk Rio Dusun Lubuk Landai

2. Sekretaris Dusun Lubuk Landai

3. 2 Orang Kepala Kampung Dusun Lubuk Landai

4. 2 Orang Pendamping PKH Dusun Lubuk Landai

5. 6 Orang Keluarga Penerima Manfaat PKH Dusun Lubuk Landai

6. 2 Masyarakat Dusun Lubuk Landai

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah langkah yang stategis dalam

penelitian yang tersusun baik serta disesuaikan dengan tujuan penelitian,

karena tujuan utama dari peneliti yaitu mendapatkan data. Maka peneliti

menggunakan teknik pengumpulan data dengan metode observasi,

wawancara, dan dokumentasi. (Sugiyono, 2021)

1. Observasi

Metode observasi yaitu peneliti melakukan pengamatan dan

pencatatan lansung secara sistematis terhadap gejala atau fenomena yang

diselidiki. Observasi dalam penelitian kualitatif lebih baik dilakukan

secara lansung untuk menjaga keaslian dan akurasi data yang ditemukan

dilapangan. (Mukhtar, 2013)


40

2. Wawancara

Wawancara dapat digunakan sebagai teknik dari pengumpulan

data, jika peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk mnemukan

permasalahan yang harus diteliti. Dan apabila peneliti ingin mengetahui

hal-hal dari responden yang lebih mendalam serta jumlah respondennya

sedikit. Dengan teknik wawancara peneliti dapat memperoleh informasi

secara lansung datanya yang berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan-

pertanyaan yang diajukan. (Sugiyono, 2021)

3. Dokumentasi

Pengumpulan data melalui dokumentasi, perlu adanya seperangkat

alat atau instrument yang memandu untuk pengambilan data-data

dokumen. Data dokumen dapat berbentuk tulisan, gambar, foto, peta,

grafik, sketsa, struktur organisasi dan lain-lain. (Mukhtar, 2013)

3.4 Sumber Data

Sumber data dibagi menjadi dua yaitu data primer dan data sekunder,

data primer adalah data yang peneliti peroleh secara lansung (dari tangan

pertama), sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari

sumber yang sudah ada.

1. Data primer

Data primer merupakan data yang diperoleh dari responden melalui

kuesioner atau data hasil wawancara peneliti dengan narasumber.

Dalam penelitian data primer yang peneliti peroleh yaitu dari

wawancara lansung dengan informan, adapun yang menjadi informan


41

adalah pendamping PKH dusun Lubuk Landai, penerima manfaat PKH

dusun Lubuk Landai, dan Sekretaris dusun Lubuk Landai.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh dalam bentuk yang

sistematis, yang sudah diolah dan dipublikasikan. Data sekunder

didalam penelitian ini berupa buku, jurnal, artikel, hasil penelitian,

undang-undang/peratuan.

3.5 Teknik Analisi Data

Analisis data adalah proses mencari dan menyusun serta

menyederhanakan data secara sistematis yang diperoleh dari hasil

wawancara, catatan lapangan/observasi, dan dokumentasi, dengan cara

mengorganisasikan data agar dapat meningkatkan pemahaman penelitian

terhadap kasus-kasus yang diteliti serta menyajikan pemahaman kepada

orang lain. (Sugiyono, 2021)

Setelah semua data terkumpul, baik melalui observasi, wawancara,

dan dokumentasi akan dianalisis secara kualitatif dengan ciri-cirinya

menggunakan subjek penelitian yang berbasis pada latar ilmiah

(paradigma naturalistik) dan berfikir secara induktif yaitu berangkat dari

fakta spesifik yang konkrit, kemudian dari fakta atau peristiwa. Peristiwa

kenkrit digeneralisasikan menjadi peristiwa umum.

Dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan oleh

peneliti yaitu analisi data kualitatif, sesuai dengan konsep yang

dikemukakan oleh Miles dan Hubeman, dengan alasan bahwa kegiatan


42

analisi data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlansung terus

menerus pada setiap tahapan penelitian sehingga bahwa itu sudah selesai,

dan datanya sudah jenuh. Adapun kegiatan dalam analisi data adalah

sebagai berikut: reduksi data, penyajian data, dan penarikan

kesimpulan/verifikasi.

3.6 Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih oleh peneliti yaitu Dusun Lubuk Landai,

Kecamatan Tanah Sepenggal Lintas, Kabupaten Bungo.

Anda mungkin juga menyukai