Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Salah satu permasalahan yang dihadapi oleh Indonesia adalah kemiskinan.
Kemiskinan menjadi salah satu cerminan pembangunan negara, apakah
pembangunan tersebut dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat atau hanya
segelintir orang saja. Dilihat dari sisi poverty profile atau bentuk-bentuk
persoalan kemiskinan masyarakat, menurut Tjokrowinito kemiskinan tidak hanya
menyangkut persoalan kesejahteraan (welfare) semata, tetapi kemiskinan juga
menyangkut persoalan kerentanan (vulnerability), ketidak berdayaan (powerless),
tertutupnya akses terhadap pasar, dan kemiskinan terefleksi dalam budaya
kemiskinan yang diwarisi dari satu generasi ke generasi berikutnya. Untuk
mengetasi kemiskinan yang ada pemerintah membuat membuat sebuah
penanggulangan kemiskinan agar kemiskinan yang ada di Indonesia dapat
menurun.
Penanggulangan kemiskinan dalam Peraturan Presiden No. 15 Tahun 2010
tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan menyebutkan bahwa
penanggulangan kemiskinan adalah kebijakan dan program pemerintah dan
pemerintah daerah yang dilakukan secara sistematis, terencana dan bersinergi
dengan dunia usaha dan masyarakat untuk mengurangi jumlah penduduk miskin
dalam meningkatkan derajat kesejahteraan rakyat.
Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan pada kelurahan
londalusi, kondisi atau keadaan yang dialami oleh kelurahan londalusi yaitu
kemiskinan yang terus bertambah dari hari ke hari maka pemerintah indonesia
melalui Kementrian Sosial yang merupakan salah satu instansi pemerintahan
yang bergerak di bidang sosial. Pengembangan kebijakan di bidang perlindungan
sosial, Pemerintah Indonesia menyelenggarakan Program Keluarga Harapan

1
(PKH). PKH lebih dimaksudkan kepada upaya membangun sistem perlindungan
masyarakat miskin. Dalam pelaksanaan Program Keluarga Harapan (PKH)
secara teknik dijalankan berdasarkan Keputusan Menteri Sosial Republik
Indonesia Nomor: 42/ HUK/ 2007 tentang Program Keluarga Harapan bagi
Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). PKH adalah program perlindungan
sosial yang memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin
(RTSM). PKH merupakan program penentasan kemiskinan yang bersifat
memberikan bantuan pada RTSM dalam bidang pendidikan dan kesehatan
sebagai bentuk perlindungan sosial oleh pemerintah kepada masyarakat. Saat ini
jumlah penerima manfaat sampai dengan tahun 2016 mencapai enam juta, jumlah
sangat banyak walaupun penerima PKH masih sebagian kecil dari jumlah
keseluruhan penduduk miskin di Indonesia.
Pemerintah Indonesia telah melaksanakan Program Keluarga Harapan (PKH)
Sejak tahun 2007. Tujuan utama PKH adalah untuk meningkatkan kualitas
sumber daya manusia (SDM) terutama bidang pendidikan dan kesehatan pada
kelompok Rumah Tangga Sangat Miskin/ Keluarga Sangat Miskin (RTSM/
KSM). Kewajiban penerima PKH berkaitan dengan kesehatan dan pendidikan.
RSTM yang sudah ditetapkan menjadi peserta PKH dan memiliki kartu PKH
diwajibkan memenuhi persyaratan kesehatan. Persyaratan seperti mengontrol
kandungan ibu hamil, menimbang dan memberi vitamin kepada balita. Adapun
perserta PKH yang dikenakan persyaratan kesehatan adalah RTSM yang
memiliki ibu hamil, anak balita atau anak usia lima sampai tujuh tahun yang
belum masuk pendidikan SD. Peserta PKH diwajibkan memenuhi persyaratan
yang berkaitan dengan pendidikan jika memiliki anak berusia tujuh sampai lima
belas tahun. Anak peserta PKH tersebut harus didaftarkan pada satuan
pendidikan setara SD dan SMP dan mengikuti kehadiran di kelas minimal 85
persen dari hari sekolah dalam sebulan selama tahun ajaran berlangsung. Apabila
ada anak berusia lima sampai enam tahun yang sudah masuk SD dan sejenisnya,
maka yang bersangkutan dikenakan persyaratan pendidikan.

2
Sesuai dengan SK Direktur Jendral Perlindungan dan Jaminan sosial nomor
121/LJS/06/2013 tanggal 18 Juni 2013 tentang Penetapan Perubahan Bantuan
Tetap dan Bantuan Komponen PKH seperti berikut :
Dapat dijelaskan bahwa pembayaran bantuan dilakukan bantuan tetap
diberikan kepada peserta PKH adalah Rp. 300.000,- jika peserta memiliki anak
usia di bawah 6 tahun dan ibu hamil/menyusui maka bantuan akan ditambah Rp.
1.000.000,- jika memiliki anak peserta pendidikan setara SD/MI akan bertambah
lagi Rp. 500.000,- dan akan bertambah lagi Rp. 1.000.000,- jika peserta memiliki
anak peserta pendidikan SMP/MTS. Bantuam maksimum per RTSM/KSM Rp.
2.800.000,-. Bantuan minimum per RTSM/KSM Rp. 800.000. dan rata-rata
bantuan per RSTM/KSM Rp. 1.800.000,-. Pembayaran tersebut dibagi dalam
empat tahap dan dibayarkan sekali tiga bulan, tetapi mulai pada tahun 2017
penyaluran dana PKH dilakukan pemerataan untuk semua penerima PKH yang
jumlah pertahunnya sebanyak Rp. 1.900.000,- yang dibagi dalam empat tahap
yaitu Penyaluran pertama sebesar Rp 500.000,- kedua Rp 450.000,- ketiga Rp
500.000,- dan keempat Rp 450.000,- Selain itu penerima PKH berhak
mendapatkan bantuan program program lain contohnya bantuan beras bulog,
kartu Indonesia Pintar dan Kartu Indonesia Sehat.
PKH bukanlah kelanjutan dari Bantuan Langsung Tunai (BLT) yang
merupakan salah satu “cash program” untuk mengatasi dampak akibat kebijakan
kenaikan harga BBM dan dirancang hanya untuk satu tahun. PKH merupakan
salah satu strategi penanggulangan kemiskinan yang dirancang untuk membantu
RTSM/KSM pada sisi beban pengeluaran khususnya terkait dengan upaya
peningkatan SDM untuk jangka pendek dan memperbaiki pola pikir serta
mengubah perilaku yang dapat membawa pada pemutusan rantai kemiskinan
rumah tangga tersebut untuk jangka yang lebih panjang. Keberhasilan PKH
untuk mencapai tujuan tersebut di atas memerlukan keterlibatan dari berbagai
pemangku kepentingan.

3
Alur pelaksanaan PKH, mulai dari pengumpulan data para target program,
melakukan sosialisasi seperti pertemuan awal dengan para penerima manfaat dan
melakukan validasi, selanjutnya pemenuhan syarat-syarat untuk menjadi
penerima manfaat, setelah memenuhi semua syarat dan sudah menjadi penerima
manfaat selanjutnya para penerima manfaat mendapatkan penyaluran dana PKH
dan layanan berupa pendampingan yang dilakukan oleh para pendamping berupa
pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga/ Family Development Session
(FDS) dan mendapatkan layanan serta verifikasi yang dilakukan alur pelaksanaan
Program Keluarga Harapan Sumber.
Pedoman Umum Program Keluarga Harapan 2016 alur pelaksanaan PKH,
mulai dari pengumpulan data para target program, melakukan sosialisasi seperti
pertemuan awal dengan para penerima manfaat dan melakukan validasi,
selanjutnya pemenuhan syarat-syarat untuk menjadi penerima manfaat, setelah
memenuhi semua syarat dan sudah menjadi penerima manfaat selanjutnya para
penerima manfaat mendapatkan penyaluran dana PKH dan layanan berupa
pendampingan yang dilakukan oleh para pendamping berupa pertemuan
Peningkatan Kemampuan Keluarga/ Family Development Sesion (FDS) dan
mendapatkan layanan serta verifikasi yang di lakukan oleh fasilitas kesehatan
dan fasilitas pendidikan,setelah mendapatkan layanan para penerima manfaat
harus memiliki komitmen dengan ketentuan yang sudah ada untuk para penerima
manfaat dan akan mendapatkan sanksi jika para penerima manfaat melanggar
ketentuan yang sudah ada, dan yang terakhir pemuktahiran data apakah ada
perubahan data melalui laporan pararima manfaat.
Bentuk pendampingan yang diberikan yaitu berupa pertemuan Peningkatan
Kemampuan Keluarga/ Family Development Sesion (FDS) dilaksanakan rutin
oleh pendamping PKH sangat bermanfaat bagi peserta. Pelaksanaan
FDS/Pertemuan Peningkatan Kemampuan Keluarga dilakukan setiap sesinya satu
kali dalam satu bulan dengan durasi 2 sampai 2,5 Jam. Kegiatan dilakukan secara
interaktif-partisipatif (tidak satu arah), dimulai dengan pembukaan, ulasan materi

4
sebelumnya, serta penyampaian materi dan tanya jawab. Peserta diajarkan dan
dibekali oleh pendamping tentang pentingnya pendidikan dan kesehatan,
pengelolaan keuangan keluarga, cara mengasuh anak dan lain sebagainya. Jika
bantuan yang diterima oleh peserta mengintervensi pengeluaran peserta,
verifikasi menyiapkan sumber daya manusia (SDM) peserta PKH. FDS
diharapkan merubah perilaku dan pola pikir peserta itu sendiri.
Perubahan pola pikir peserta diharapkan dapat mengangkat peserta dari
kemiskinan. Dengan pertemauan FDS peserta tidak saja diberi ilmu oleh
pendamping tapi juga motivasi. Pelaksanaan FDS disesuaikan dengan dengan
kegiatan pertemuan kelompok dengan tidak membebankan peserta. Untuk itu
perlu kesepakatan bersama antara pendamping dan peserta dalam menentukan
jadwal akan mempengaruhi kuantitas dan kualitas pelaksanaan FDS. Setiap
kelompok berdiskusi yang didampingi oleh satu orang pendamping, dimana
masing-masing kelompok terdiri dari 15-20 rumah tangga anggota PKH yang
tinggal berdekatan. Waktu dan lokasi pertemuan disepakati antara pendamping
dan peserta PKH, dengan prinsip tidak membebankan peserta PKH. Pendamping
sudah dibekali selama Bimtek FDS dan sudah lama mendampingi peserta di
Kelurahan Londalusi.
Dengan demikian pendamping mempunyai cara tersendiri dalam pelaksanaan
maupun metode yang tepat terkait pelaksanaan FDS. Pelaksanaan FDS
diharapkan rutin dilaksanakan pendamping sama seperti verifikasi awalnya
peserta ke sekolah dan posyandu karena takut bantuannya dipotong, setelah
beberapa tahun pelaksanaan PKH timbul kesadaran akan pentingnya pendidikan
dan kesehatan, FDS pun demikian kehadiran peserta yang diutamakan. Dengan
sendirinya rutinitas FDS akan merubah perilaku dan pola pikir mereka. PKH
dilaksanakan oleh UPPKH (Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan) Pusat,
UPPKH Provinsi, Koordinator PKH Kabupaten/Kota dan pendamping PKH.
Masing-masing pelaksana memegang peran penting dalam menjamin
keberhasilan PKH. UPPKH Pusat merupakan badan yang merancang dan

5
mengelola persiapan dan pelaksanaan program. UPPKH Pusat juga melakukan
pengawasan perkembangan yang terjadi di tingkat daerah serta menyediakan
bantuan yang dibutuhkan. Tugas dan tanggung jawab UPPKH pusat yaitu
mengelola dan melaksanakan registrasi peserta PKH, mengkoordinasi secara
aktif dengan pemerintah tingkat provinsi, Kabupaten/Kota dan kecamatan
tentang berbagai aspek PKH serta meyakinkan bahwa Pedoman Umum Program
Keluarga Harapan. Hal fasilitas kesehatan tersedia bagi peserta PKH sehingga
mereka dapat memenuhi komitmen persyaratan yang ditetapkan dalam program,
melaksanakan sosialisasi dan informasi mengenai program kepada semua pihak
terkait baik di pusat dan daerah, serta menyelenggarakan dan mengelola
pelatihan/ bimbingan teknis bagi seluruh pemangku kepentingan pada tingkat
nasional dan regional, penyedia layanan kesehatan dan pendidikan.
UPPKH Provinsi, menjembatani Koordinator PKH Kabupaten/Kota dalam
pelaporan tentang PKH ke pusat, UPPKH Provinsi juga melakukan koordinasi
dengan dinas pendidikan dan kesehatan untuk mengalokasikan dana
dekonsentrasi bagi penyediaan fasilitas pelayanan dan pendidikan di lokasi
program, selanjutnya UPPKH Provinsi juga mengidentifikasi dan
menginformasikan program/kegiatan di Provinsi yang dapat disinergikan dengan
pelaksanaan PKH, dan mengevaluasi pelaksanaan PKH dalam lingkup provinsi
untuk memberikan masukan bagi UPPKH Pusat mengenai perbaikan
pelaksanaan PKH di provinsi bersangkutan. Koordinator PKH Kabupaten/Kota,
melaksanakan program dan memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari
kecamatan ke pusat dapat berjalan dengan baik dan lancar melalui UPPKH
Provinsi. Koordinator PKH Kabupaten/Kota juga berperan dalam mengelola dan
mengawasi kinerja pendamping serta memberi bantuan jika diperlukan. Tugas
dan tanggung jawab Koordinator PKH Kabupaten/Kota yaitu:
1. Melalukan komunikasi dan koordinasi terkait sosialisasi dan pemasaran
sosial PKH kepada pihak-pihak terkait dan masyarakat umum di
Kabupaten/Kota lokasi tugas;

6
2. Mengoordinasikan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan pertemuan awal dan
validasi calon KPM PKH pada seluruh kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi
tugas;
3. Mengoordinasikan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan verifikasi
komitmen KPM PKH pada seluruh kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi
tugas;
4. Mengoordinaskan pelaksanaan dan pelaporan kegiatan pemuktahiran KPM
PKH pada seluruh kecamatan pemuktahiran KPM PKH pada seluruh
kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi tugas;
5. Mengoordinasikan pengelolaan data/dokumen terkait dengan hasil validasi
calon KPM PKH, hasil verifikasi komitmen komponen PKH, hasil
pemuktahiran KPM PKH, realisasi penyaluran bantuan PKH, serta
data/dokumen PKH lainnya di Kabupaten/Kota lokasi tugas/Kota lokasi
tugas;
6. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan penyaluran bantuan PKH serta
tindak lanjut pelaporan rekonsiliasi realisasi penyaluran bantuan PKH pada
seluruh kecamatan di Kabupaten/Kota lokasi tugas;
7. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan pertemuan peningkatan
kemampuan keluarga (P2K2) KPM PKH pada seluruh kecamatan di
Kabupaten/Kota lokasi tugas;
8. Mengoordinasikan pelaksanaan kegiatan pendidikan dan pelatihan serta
bimbingan teknis bagi pendamping dan Operator PKH;
9. Mengoordinasikan serta memfasilitasi penanganan pengaduan dan
permasalahan pelaksanaan PKH di seluruh kecamatan pelaksana PKH di
Kabupaten/Kota lokasi tugas;
10. Melakukan pembinaan, peningkatan kapasitas serta penilaian kinerja dan
kompetensi pendamping di Kabupaten/Kota lokasi tugas;
11. Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada KPM PKH untuk
mendapatkan bantuan PKH dan bantuan dari program-program

7
komplementer, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/EUP, Rastra, Rumah
Tinggal Layak Huni, Subsidi Energi, serta bantuan dari Program
komplementer lainnya.
Pendamping PKH dibentuk disetiap kecamatan yang terdapat peserta
PKH.
Pendamping PKH Merupakan ujung tombak PKH karena unit ini
berhubungan langsung dengan peserta PKH. Pendamping merupakan pihak
kunci yang menghubungkan penerima manfaat dengan pihak-pihak lain yang
terlibat di tingkat kecamatan maupun dengan program di tingkat
Kabupaten/kota. Tugas pendamping PKH diantaranya:
1. Melakukan kegiatan sosialiasi PKH kepada aparat kecamatan, aparat
pemerintah desa/kelurahan, UPT Pendidikan, UPT Kesehatan dan
masyarakat umum;
2. Menyelenggarakan kegiatan pertemuan awal dan validasi data calon
keluarga penerima manfaat PKH;
3. Melakukan kegiatan verifikasi komitmen kehadiran komponen KPM
PKH pada layanan fasilitas pendidikan dan fasilitas kesehatan setiap
bulannya;
4. Melakukan pemutakhiran data KPM PKH setiap ada perubahan;
5. Memfasilitasi akses kepada layanan pendidikan, layanan kesehatan dan
layanan kesejahteraan sosial kepada anggota keluarga KPM PKH;
6. Memfasilitasi dan melakukan penanganan masalah dan pengaduan KPM
PKH;
7. Melakukan pendampingan KPM PKH untuk pemenuhan komitmen dan
kewajiban kehadiran pada layanan fasilitas pendidikan dan fasilitas
kesehatan sesuai dengan ketentuan;
8. Melakukan kegiatan pertemuan peningkatan kemampuan keluarga
(P2K2) setiap bulan untuk tujuan perubahan perilaku di bidang

8
pendidikan, perlindungan anak, kesehatan, ekonomi dan kesejahteraan
sosial yang lebih baik bagi seluruh KPM PKH;
9. Melakukan mediasi, fasilitasi dan advokasi kepada KPM PKH untuk
mendapatkan bantuan PKH dan bantuan dari program-program
komplementer, meliputi KKS, KIS, KIP, KUBE/UEP, RASTRA, Rumah
Tangga Layak Huni, Subsidi Energi, serta bantuan dari program
komplementer lainnya. Pendamping PKH di Kelurahan Londalusi ada
sebanyak 04 orang yang tiap kecamatan berbeda-beda jumlah sesuai
dengan kebutuhan di kecamatan tersebut, sesuai dengan keputusan
direktur jaminan sosial keluarga nomor: 07/SK/LJS.JSK.TU/01/2017
tentang pengangkatan pendamping sosial Program Keluarga Harapan
tahun 2017.;
10. Koordinator PKH Kabupaten/Kota, melaksanakan program dan
memastikan bahwa alur informasi yang diterima dari kecamatan ke pusat
dapat berjalan dengan baik dan lancar melalui UPPKH Provinsi .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka permasalahan yang menjadi perhatian
penulis dalam penelitian ini adalah “Bagaimana implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Kelurahan Londalusi”?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka yang akan menjadi tujuan
penelitian penulis yaitu dapat mengetahui implementasi Program Keluarga
Harapan (PKH) dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat di
Kelurahan Londalusi.
1. 4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini mempunyai kontribusi dalam mengembangkan
khasanah keilmuan pengetahuan administrasi negara, karena dalam penelitian ini

9
terdapat kajian-kajian tentang Ilmu Administrasi Negara terutama pada
konsentrasi Kebijakan Publik, yaitu tentang implementasi kebijakan pada sebuah
kecamatan. Untuk mengaplikasikan teori Implementasi Kebijakan Publik
terhadap pengimplementasian Program Keluarga Harapan di Kelurahan
Londalusi dalam upaya meningkatkan pemahaman terhadap teori Implementasi
kebijakan publik
1.4.2 Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan yang berharga
pada Pemerintah, khususnya pemerintah Kelurahan Londalusi sebagai bahan
pertimbangan untuk menjalankan perannya di masa yang akan datang dalam
proses implementasi kebijakan atau program.

10
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Program Keluarga Harapan (PKH)


Program Keluarga Harapan adalah sebuah kebijakan program yang
dirumuskan oleh Pemerintah untuk mengatasi masalah kemiskinan penduduk di
Indonesia. Secara umum, konsep kebijakan hampir selalu dikaitkan dengan
keputusan tetap yang bersifat konsisten dan merupakan pengulangan tingkah laku
dari yang membuat dan dari mereka yang mematuhi keputusan tersebut (Sarman,
2000).
Menurut Friedrich sebagaimana dalam Leo Agustino (2008), kebijakan adalah
suatu tindakan yang mengarah pada tujuan yang diusulkan oleh seseorang,
kelompok atau pemerintah dalam lingkungan tertentu sehubungan dengan adanya
hambatan-hambatan tertentu seraya mencari peluang-peluang untuk mencapai
tujuan atau mewujudkan sasaran yang diinginkan, terutama dalam kaitan adanya
peran fungsional Pemerintah di ranah publik sebagai pelayan masyarakat.
Merujuk pada Nugroho (2004), untuk menyelesaikan permasalahan yang
berkembang di masyarakat diperlukan kebijakan sebagai realisasi dari fungsi dan
tugas negara serta dalam rangka mencapai tujuan pembangunan. Dengan kata
lain, kebijakan (dalam konteks peran Pemerintah sebagai pemangku otoritas
publik) dibutuhkan untuk memecahkan masalah yang ada di ranah publik. Dan
untuk itu dibutuhkan bukan hanya perumusan (rencana) program, tetapi juga
implementasi program guna mencapai tujuan yang telah direncanakan. Oleh
karena itu suatu kebijakan harus diimplementasikan agar mempunyai dampak
atas tujuan yang diinginkan (Tachjan, 2006). Implementasi kebijakan merupakan
suatu upaya untuk mencapai tujuan dengan sarana dan dalam urutan waktu
tertentu. Padahal implementasi kebijakan program itu baru dapat dimulai apabila
tujuan-tujuan kebijakan telah ditetapkan program-program aksi telah dibuat, dan

11
dana untuk mendukung pelaksanaan program aksi telah dialokasikan untuk
pencapaian tujuan kebijakan tersebut (Wibawa, 2004). Dalam konteks model
PKH, strategi dasarnya adalah bagaimana memberikan perlindungan sosial bagi
RTSM.
Merujuk pada ADB (Asian Development Bank 2003) konsep perlindungan
sosial dimaksudkan sebagai seperangkat kebijakan kesejahteraan sosial yang
dirancang untuk mengurangi kemiskinan dan kerentanan (vulnerability) melalui
perluasan pasar kerja yang efisien, pengurangan risiko-risiko kehidupan yang
senantiasa mengancam manusia, serta penguatan kapasitas masyarakat dalam
melindungi dirinya dari berbagai bahaya dan gangguan yang dapat menyebabkan
terganggunya atau hilangnya pendapatan. Namun, menurut Norton (2001)
perlindungan sosial merupakan kebijakan yang ditujukan kepada kelompok
masyarakat yang mengalami keadaan yang rentan baik secara absolut atau
kerentanan yang paling miskin. Selain itu dapat ditujukan kepada kelompok
masyarakat yang tidak miskin untuk perlindungan dalam menghadapi guncangan
dan peristiwa siklus kehidupan. Karena itu kebijakan perlindungan sosial
mestinya dilaksanakan dengan prinsip-prinsip:
a. Responsif terhadap realitas kebutuhan dan kondisi kehidupan kelompok;
b. Terjangkau dalam konteks perencanaan anggaran jangka pendek dan
panjang;
c. Berkelanjutan, baik secara finansial danpolitik;
d. Adanya kelembagaan dalam struktur pemerintahan yang berkelanjutan
maupun kelembagaan di tingkat implementasi terutama di struktur
masyarakat sipil;
e. Dibangun dengan prinsip memanfaatkan kemampuan individu, rumahtangga
dan komunitas serta menghindari penciptaan ketergantungan dan stigma dan
f. Mampu menanggapi skenario yang berubah cepat dan munculnya tantangan
baru Di Indonesia sejak tahun 2004 telah diterbitkan undang-undang terkait
perlindungan sosial, yaitu UU Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

12
Jaminan Sosial Nasional. Dalam sistem jaminan sosial ini diakui bahwa
setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan
dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabatnya menuju terwujudnya
masyarakat Indonesia yang sejahtera, adil dan makmur. Untuk memberikan
jaminan sosiai yang menyeluruh,
Negara mengembangkan sistem jaminan sosial nasional bagi seluruh rakyat
Indonesia, yang terdiri jaminan kesehatan, jaminan kecelakaan kerja, jaminan
hari tua, jaminan pensiun dan jaminan kematian. Sedangkan undang undang
Nomor 11 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial lebih banyak mengatur
perlunya keberadaan Tenaga Kesejahteraan Sosial. PKH adalah sebuah model
perlindungan sosial berbasis keluarga. Secara konseptual PKH termasuk dalam
kategori bantuan sosial (social assistance), yakni program jaminan sosial (social
security) yang berbentuk tunjangan uang, barang, atau pelayanan kesejahteraan
yang umumnya diberikan kepada keluarga rentan yang tidak memiliki
penghasilan yang layak bagi kemanusiaan.
Keluarga miskin, pengangguran, anak-anak, penyandang cacat, lanjut
usia, orang dengan kecacatan fisik dan mental, kaum minoritas, yatim-piatu,
kepala keluarga tunggal, pengungsi, dan korban konflik sosial adalah beberapa
contoh kelompok sasaran bantuan sosial (Kemensos, 2013). Dalam pelaksanaan
perlindungan sosial berbasis keluarga, sesuai kebijakan pemerintah, termasuk
bagian dari program penanggulan kemiskinan. Program ditujukan kepada
kelonpok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga. Program ini
merupakan kebijakan perlindungan sosial dalam rangka pemenuhan, hak dasar.
Pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin
(Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010). Melalui Inpres Nomor 3 Tahun
2010, Presiden mengintruksikan kepada segenap Menteri, Pimpinan Lembaga
Non Departemen dan Kepala Daerah untuk mengambil langkah-langkah yang
diperlukan sesuai tugas, fungsi dan kewenangan masing-masing, untuk

13
memfokuskan antara lain percepatan program penanggulangan kemiskinan
berbasis keluarga.
PKH merupakan program perlindungan sosial melalui pemberian uang tunai
kepada RTSM, yang selanjutnya kepada mereka diwajibkan untuk melakukan
pemanfaatan fasilitas kesehatan dan pendidikan. Program Keluarga Harapan
adalah suatu program penanggulangan kemiskinan yang memberikan bantuan
tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) jika mereka memenuhi
persyaratan yang terkait dengan upaya peningkatan kualitas Sumber Daya
Manusia (SDM), yaitu pendidikan dan kesehatan namun dalam pembahasan ini
penulis membatasi hanya Program Keluarga Harapan di bidang kesehatan
(Kemensos, 2013).
Kesehatan (ibu, bayi, balita) di Puskesmas, Posyandu dan lain-lain
(Kemensos, Sasaran atau penerima bantuan PKH di bidang kesehatan adalah
(RTSM) yaitu ibu rumah tangga dari keluarga yang terpilih melalui mekanisme
pemilihan sesuai kriteria yang ditetapkan yaitu Ibu hamil, ibu nifas, memiliki
bayi dan balita. Dalam layanan kesehatan peserta PKH menerima bantuan uang
tunai dan menerima pelayanan 13). Program keluarga Harapan (PKH)
merupakan suatu program penanggulangan kemiskinan.
Kedudukan PKH merupakan bagian dari program-program penanggulangan
kemiskinan lainnya. PKH berada di bawah koordinasi Tim Koordinasi
Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di Pusat maupun di daerah. Struktur
organisasi PKH terdiri dari Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH)
Pusat, Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kabupaten/kota, dan
Unit Pelaksana Program Keluarga Harapan (UPPKH) Kecamatan. UPPKH
Kecamatan melaporkan setiap bulan kepada UPPKH Kabupaten/kota, yang
nantinya akan dilaporkan kepada UPPKH Pusat yang berada di Jakarta
(Kemensos, 2013). PKH merupakan program lintas Kementerian dan Lembaga,
aktor utamanya adalah dari Dinas Sosial, kemudian dibantu oleh BPS, Dinas
Pendidikan, Dinas Kesehatan, PT. Pos Indonesia, Departemen Komunikasi dan

14
Informasi, Kantor PKH kecamatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), dan
Masyarakat. Dengan demikian, PKH membuka peluang terjadinya sinergi antara
program yang mengintervensi sisi pelayanan (supply) dan Rumah Tangga Sangat
Miskin(demand) dengan tetap mengoptimalkan desentralisasi, koordinasi antar
sektor, koordinasi antar tingkat pemerintahan, serta antar pemangku kepentingan
(stakeholder) (Kemensos, 2013).
Di dalam program PKH ada kewajiban (condinationalities) yang harus
dilaksanakan oleh Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) peserta PKH terkait
upaya peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Kewajiban berkaitan dengan upaya peningkatan status kesehatan ibu hamil,
ibu nifas, memiliki bayi dan balita dari keluarga rumah tangga sangat miskin.
Kewajiban yang harus dilaksanakan adalah (Kemensos, 2013):
1. Bagi ibu rumah tangga sangat miskin yang dalam keadaan hamil pada
waktu pendaftaran diwajibkan untuk datang ke puskesmas dan mengikuti
pelayanan pemeriksaan kesehatan ibu hamil sesuai dengan protokol
Departemen Kesehatan;
2. Bagi rumah tangga sangat miskin yang mempunyai anak 0 – 6 tahun
wajib membawa anaknya ke Puskesmas untuk mengikuti pelayanan
kesehatan anak sesuai protokol Departemen Kesehatan;
3. RTSM wajib mematuhi komitmen untuk mengunjungi Pemberi
Pelayanan Kesehatan (PPK) sesuai dengan jadwal yang sudah disepakati.
Persyaratan peserta PKH di bidang kesehatan antara lain :
1. Bagi peserta PKH yang mempunyai kartu Jamkesmas, dapat
menggunakan kartu Jamkesmasnya.
2. Bagi Peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas, untuk
mendapatkan pelayanan kesehatan dengan menunjukkan kartu PKH
asli dan menyerahkan fotocopy kartu PKH.
3. Bagi anggota peserta PKH yang tidak mempunyai kartu Jamkesmas,
dapat diberikan pelayanan kesehatan dengan membawa foto copy

15
kartu PKH, foto copy kartu KK dan foto copy KTP (bagi yang sudah
berhak mempunyai KTP). sBesar bantuan peserta PKH di bidang
kesehatan antara lain (Kemensos, 2013):
1. Bantuan kesehatan untuk ibu hamil/nifas, bayi, balita Rp.800.000.
2. Besar bantuan berkisar Rp. 600.000 s/d Rp.2.200.000 / tahun tergantung
kondisi keluarga dan kepatuhan keluarga dalam memenuhi kewajiban.
Dengan adanya perbedaan komposisi anggota keluarga RTSM, maka besar
bantuan yang diterima setiap RTSM akan bervariasi. Apabila besar bantuan yang
diterima RTSM melebihi batas maksimum yang ditetapkan maka untuk dapat
menjadi peserta PKH seluruh anggota RTSM yang memenuhi persyaratan harus
mengikuti ketentuan PKH. Apabila peserta tidak memenuhi komitmennya dalam
tiga bulan, maka besaran bantuan yang diterima akan berkurang dengan rincian
sebagai berikut (Kemensos, 2013):
1. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam satu bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.50.000,-
2. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam dua bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.100.000,-
3. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan, maka
bantuan akan berkurang sebesar Rp.150.000,-
4. Apabila peserta PKH tidak memenuhi komitmen dalam tiga bulan berturut-
turut, maka tidak akan menerima bantuan dalam satu periode pembayaran.
Pelaksanaan PKH secara benar akan dapat memberdayakan keluarga sangat
miskin untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan sehingga akan berdampak pada
peningkatan status kesehatan yang akhirnya dapat meningkatkan kualitas sumber
daya manusia. Tujuan PKH adalah membantu mengurangi kemiskinan dengan
cara meningkatkan kualitas sumber daya manusia sebagai sumber daya manusia
pada kelompok masyarakat sangat miskin.
Tujuan dalam jangka pendeknya bantuan ini adalah membantu mengurangi
beban pengeluaran rumah tangga sangat miskin. Sedangkan tujuan jangka

16
panjangnya adalah dengan mensyaratkan keluarga penerima untuk
menyekolahkan anaknya, melakukan imunisasi balita, memeriksakan kandungan
bagi ibu hamil, dan perbaikan gizi dengan harapan akan memutus rantai
kemiskinan antar generasi. PKH diharapkan dapat meningkatkan kualitas
pelayanan kesejahteraan sosial yang bermartabat sehingga tercipta kemandirian
lokal penyandang masalah kesejateraan sosial, dapat meningkatkan
pendayagunaan sumber daya dan potensi aparatur (struktural dan fungsional)
dengan dukungan sarana dan prasarana yang memadai untuk mampu
memberikan pelayanan dibidang kesejahteraan sosial yang cepat, berkualitas dan
memuaskan serta meningkatkan koordinasi dan partisipasi sosial masyarakat,
khususnya Lembaga Sosial Masyarakat pemerintah di bidang kesejahteraan
sosial masyarakat.
Program Keluarga Harapan (PKH) di bidang kesehatan mensyaratkan peserta
PKH yaitu ibu hamil, ibu nifas, dan anak usia kurang dari enam tahun untuk
melakukan kunjungan rutin ke berbagai sarana kesehatan. Oleh karena itu,
program ini secara langsung akan mendukung pencapaian target program
kesehatan. Adapun proses pelayanan kesehatan PKH antara lain (Kemensos,
2013):
Pertemuan awal Perwakilan puskesmas akan diundang untuk menghadiri acara
pertemuan awal dengan seluruh calon peserta PKH. Dalam pertemuan ini petugas
puskesmas berkewajiban mengklarifikasi status pemberian pelayanan kesehatan
dengan calon peserta PKH, khususnya bagi peserta yang datanya tidak tercatat
dalam register. Kemudian, petugas menjelaskan tata cara mendapatkan pelayanan
kesehatan serta tempat-tempat pelayanan kesehatan terdekat yang bisa
dimanfaatkan oleh peserta PKH.

17
1. Sosialisasi
Pemahaman program oleh semua pihak, baik yang terkait langsung
maupun tidak langsung, merupakan kunci kesuksesan Program
PKH.Untuk itu disusun strategi komunikasi dan sosialisasi PKH yang
komprehensif dan melalui pendekatan multi pihak. Strategi
komunikasi dan sosialisasi ini tidak hanya memfokuskan pada aspek
implementasi dan keberhasilan pelaksanaan program PKH, tetapi juga
aspek pengembangan kebijakan, khususnya dalam membanguan
dukungan dan komitmen.
2. Memberi Pelayanan Kesehatan.
3. Petugas kesehatan diharapkan mampu memberikan pelayanan
kesehatan kepada semua peserta PKH. Dalam memberikan pelayanan,
petugas kesehatan harus menga
4. Pencairan dana PKH Kota Bandar Lampung dilakukan di Kantor Pos.
5. Memverifikasi komitmen peserta cu kepada ketentuan dan pedoman
pelayanan kesehatan yang berlaku.
Dalam pelaksanaannya Kantor Pos dapat membayarkan di lokasi-lokasi yang
telah ditunjuk untuk lebih memudahkan warga penerima PKH untuk mencairkan
dananya, khususnya warga di lokasi yang terpencil/jauh dari Kantor Pos. PKH
pembayaran bantuan komponen kesehatan pada tahap berikutnya diberikan atas
dasar verifikasi yang dilakukan oleh petugas puskesmas.
Jika peserta PKH memenuhi komitmennya (yaitu mengunjungi fasilitas
kesehatan yang sudah ditetapkan sesuai jadwal kunjungan) maka peserta PKH
akan menerima bantuan tunai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
2.2 Tingkat Konsumsi Energi dan Protein
Manusia membutuhkan makanan untuk kelangsungan hidupnya. Makanan
merupakan sumber energi untuk menunjang semua kegiatan atau aktifitas manusia.
Manusia yang kurang makanan akan lemah baik daya kegiatan, pekerjaan fisik
atau daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat makanan yang diterima

18
tubuhnya yang dapat menghasilkan energi. Seseorang tidak dapat menghasilkan
energi yang melebihi dari apa yang diperoleh dari makanan kecuali jika meminjam
atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh, namun kebiasaan meminjam ini
akan dapat mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu kekurangan gizi khususnya
energi (Suhardjo, 2003). Kebijaksanaan pangan dalam pembangunan jangka
panjang I telah berhasil membawa Indonesia berswasembada beras dan memberi
peluang untuk pengembangan produksi bahan pangan lainnya.
Upaya ini berhasil meningkatkan ketersediaan energi dari 2035 Kal pada tahun
1968 menjadi 2701 Kal pada tahun1990. Angka ini sudah melebihi angka
kecukupan rata-rata yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 332/Menkes/SK/IV/1994 tanggal
16 April 1994 berdasarkan rekomendasi Widyakarya Pangan dan Gizi 1993 yaitu
2150. Ketersediaan protein yang telah melebihi kebutuhan rata-rata penduduk di
tingkat nasional, namun karena distribusi pendapatan yang belum merata,
menimbulkan belum semua rumah tangga terpenuhi kecukupan pangannya.
Masalah lain adalah ketersediaan pangan yang cukup di tingkat rumah tangga
ternyata belum menjamin tercukupinya kebutuhan gizi setiap anggota keluarga
terutama wanita dan anak-anak., yang disebabkan oleh tingkat kemampuan
ekonomi, ketidak mengertian, serta pengaruh adat, kebiasaan dan kebudayaan.
Ketersediaan pangan dalam rumah tangga yang dipakai dalam pengukuran
mengacu pada pangan yang cukup dan tersedia dalam jumlah yang dapat
memenuhi kebutuhan konsumsi rumah tangga . Penentuan jangka waktu
ketersediaan makanan pokok di pedesaan biasanya dilihat dengan
mempertimbangkan jarak antara musim tanam dengan musim tanam berikutnya
(Suhardjo, 2003). Ketersediaan pangan yang mengacu pada jarak waktu antara
satu musim panen dengan musim panen berikutnya hanya berlaku pada rumah
tangga dengan sektor pertanian sebagian sumber mata pencaharian pokok. Ukuran
ketersediaan makanan pokok tersebut memiliki kelemahan jika diterapkan pada

19
rumah tangga yang memiliki sumber penghasilan dari sektor non-pertanian
(Suhardjo, 2003).
Stabilitas ketersediaan pangan di tingkat rumah tangga diukur berdasarkan
kecukupan ketersediaan pangan dan frekuensi makan anggota rumah tangga dalam
sehari. Satu rumah tangga dikatakan memiliki stabilitas ketersediaan pangan jika
mempunyai persediaan pangan diatas culting point (240 hari untuk Provinsi
Lampung dan 360 hari untuk Provinsi NTT) dan anggota rumah tangga dapat
makan 3 (tiga) kali sehari sesuai dengan kebiasaan makan penduduk di daerah
tersebut, dengan asumsi bahwa di daerah tertentu masyarakat mempunyai
kebiasaan makan 3 (tiga) kali sehari, frekuensi makan sebenarnya
dapatmenggambarkan keberlanjutan ketersediaan pangan dalam rumah tangga.
Dalam satu rumah tangga salah satu cara untuk mempertahankan ketersediaan
pangan dalam jangka waktu tertentu adalah dengan mengurangi frekuensi makan
atau mengkombinasikan bahan makanan pokok (misal beras dengan ubi kayu).
2.3.Status Gizi Ibu Hamil
2.3.1. Pengertian Gizi Ibu Hamil
Gizi adalah suatu proses penggunaan makanan yang dikonsumsi secara normal
oleh suatu organisme melalui proses digesti, absorbsi, transportasi, penyimpanan,
metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk
mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi normal dari organ-organ
serta menghasilkan energi. Gizi ibu hamil adalah makanan atau zat-zat gizi (baik
makro maupun mikro) yang dibutuhkan oleh seorang ibu hamil baik pada trimester
I, trimester II dan trimester III serta harus cukup jumlah, mutu yang dapat dipenuhi
dari kebutuhan makan sehari-hari sehingga janin yang dikandungnya dapat
tumbuh dengan baik serta tidak mengalami gangguan dan masalah
2.3.2. Kebutuhan Gizi Ibu Hamil
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan selama kehamilan yaitu diantaranya
kebutuhan selama hamil yang berbeda-beda untuk setiap individu dan juga
dipengaruhi oleh riwayat kesehatan dan status gizi sebelumnya, kekurangan

20
asupan pada salah satu zat akan mengakibatkan kebutuhan terhadap sesuatu nutrisi
terganggu dan kebutuhan nutrisi tidak konstan selama kehamilan.
1. Energi
Menurut Kristiyanasari (2010) kebutuhan energi untuk kehamilan yang
normal perlu tambahan kira-kira sebanyak kurang lebih 300 kalori setiap hari
selama hamil. Sumber energi yang lain antara lain: nasi, roti, ubi, mie, jagung,
kentang, tepung.
2. Protein
Protein digunakan untuk proses pertumbuhan dan perkembangan janin,
protein memiliki peranan penting selama kehamilan terjadi peningkatan yang
signifikan yaitu 68%. Total protein fetal yang diperlukan selama masa gestasi
berkisar antara 350-450 g, pada trimester pertama kurang dari 6 gram tiap hari
sampai trimester kedua. pada saat memasuki trimester akhir, pertumbuhan
janin sangat cepat sehingga membutuhkan protein dalam jumlah yang besar
10 gram perhari atau diperkirakan 2g/kg/hari. Menurut WHO (didalam buku
Kristiyanasari, 2010) tambahan protein untuk ibu hamil adalah 0,75 gram/kg
berat badan, secara keseluruhan jumlah protein yang dibutuhkan oleh ibu
hamil yaitu kurang lebih 20 gram setiap hari. Sumber protein yang lain dapat
diperoleh dari : daging, ikan, telur, ayam, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
3. Zat besi
Kebutuhan Fe atau Zat Besi, jumlah Fe pada bayi baru lahir kira-kira 300 mg
dan jumlah yang diperlukan ibu untuk mencegah anemia akibat meningkatnya
volume darah adalah 500 mg. Selama kehamilan seorang ibu hamil
menyimpan zat besi kurang lebih 1.000 mg termasuk untuk keperluan janin,
plasenta dan hemoglobin ibu sendiri. Seorang ibu hamil perlu tambahan zat
gizi rata-rata 20 mg perhari. Sedangkan kebutuhan sebelum hamil atau pada
kondisi normal rata-rata 26 mg per hari (umur 20 – 45 tahun), tablet zat besi
sebaiknya tidak diminum bersama teh atau kopi karena mengandung vitamin

21
atau pitat yang menghambat penyerapan zat besi. Zat besi dapat diperoleh dari
daging, hati, sayuran hijau, bayam, kangkung, daun pepaya dan daun katuk
4. Asam Folat.
Minimal pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum
konsepsi dan berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan, dosispemberian
asam folat untuk preventif adalah 500 mikrogram atau 0,5-0,8 mg. Sedangkan
untuk kelompok dengan faktor resiko adalah 4 mg/hr, sumber asam folat ada
di dalam serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau, jamur, kuning telur, jeruk,
pisang dan lainnya.
5. Kalsium
Kalsium diperlukan untuk pertumbuhan tulang dan gigi janin, serta melindungi
ibu hamil dari osteoporosis. Jika kebutuhan kalsium ibu hamil tidak tercukupi,
maka kekurangan kalsium akan diambil dari tulang ibu. Sumber kalsium yang
lain adalah sayuran hijau dan kacang-kacangan, janin mengumpulkan kalsium
dari ibunya sekitar 25-30 mg/hari atau kebutuhan kalsium ibu hamil 500-1000
mg/hari.
2.3.3. Manfaat bagi ibu hamil dan janin
Kebutuhan gizi ibu hamil akan berpengaruh pada pertumbuhan dan
perkembangan alat-alat tubuh bayi. Makanan yang terlalu sedikit atau makanan
yang salah dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
rahim. Kebiasaan makanan pada ibu hamil dapat mempengaruhi jalannya
kehamilan (berupa komplikasi seperti anemia), ketidaknyamanan (rasa letih,
mual dipagi hari), masa persiapan kelahiran dan persalinan (pada umumnya ibu
yang dietnya baik, jarang mengalami kesulitan/persalinan yang terlalu dini),
emosinya (diet yang baik dapat memperlunak perubahan suasana hati) dan
pemulihan pasca lahir (tubuh yang bergizi baik akan lebih cepat pulih)

22
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan adalah grounded theory, dimana teori yang
diperoleh dalam penelitian ini adalah secara induktif dari studi terhadap
fenomena-fenomena yang terjadi. Suatu teori yang ditemukan itu dikembangkan
dan dibuktikan melalui pengumpulan data yang sistematis dan analisis data
mengenai fenomena tersebut. Peneliti berusaha membuktikan suatu teori dari
penelitian terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di masyarakat khususnya
penerima manfaat PKH dan juga beberapa anggota tim PKH dengan melakukan
pengumpulan data yang sistematis dan analisis data mengenai fenomena tersebut,
untuk mengembangkan teori tentang implementasi PKH jika ditinjau dari
perspektif ekonomi Islam.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
1. Waktu Penelitian mulai dari 29 September 2020 sampai tanggal 18 Februari
2021
2. Tempat penelitian di Kelurahan Londalusi
3.3 Populasi dan Sampel
3.1 Populasi
Dalam pengumpulan data akan selalu dihadapkan dengan objek yang akan
diteliti baik itu berupa benda, manusia dan aktivitasnya atau peristiwa yang terjadi.
Sugiyono (2005:90) mengemukakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas objek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan pengertian di atas maka populasi dalam penelitian ini adalah
masyarakat, tanggapan atau sebagian masyarakat yang ada di Kelurahan Londalusi
berjumlah 68 orang.

23
3.2 Sampel
Sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
populasi tersebut. Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, finansial,
waktu, tenaga dan sebagainya maka peneliti dapat menggunakan sampel itu.
Kesimpulan akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang
diambil harus benar-benar representatif (mewakili). Melihat jumlah populasi yang
kurang dari 100 orang hanya berjumlah 68 orang maka semua anggota populasi
dijadikan sampel. Menurut Sugiyono (2005:91-96) jumlah populasi sama dengan
jumlah sampel disebut dengan sampling jenuh atau dengan kata lain adalah sensus.
Populasi dan sampel penelitian berjumlah 68 orang. Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan metode sensus yaitu mengambil semua populasi menjadi sampel
karena tanggapan masyarakat lain tentang bantuan PKH yang berjumlah 68 orang,
maka penulis menjadikan keseluruhan nya menjadi sumber data dan
mempergunakan skala likert. Sebagai Key Informent maka penulis memilih
beberapa orang di antaranya:
1. Kepala Desa
2. Sekretaris Desa
3. Ketua BPD
4. Kaur Kesra
5. Pendamping PKH
3.4 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian/alat yang digunakan untuk memperoleh data primer
dalam penelitian ini adalah seperangkat kuesioner (daftar pertanyaan) yang
disusun dalam bentuk angket isian dan untuk akuratnya data yang diperoleh maka
dibantu dengan teknik interview quide atau wawancara langsung dengan
responden. Sedangkan untuk memperoleh data sekunder sebagai pendukung dalam
penelitian ini, maka digunakan teknik penelitian, maka dokumentasi yaitu

24
melakukan penelaan terhadap data yang telah ada di kantor Dinas Sosial dan
kantor kecamatan.
3.5 Teknik Analisis Data
Untuk mengetahui bagaimana Pemerintah Kelurahan Londalusi dalam
mewujudkan masyarakat sejahtera di Kelurahan Londalusi, Kecamatan Rote
Timur Kabapaten Rote Ndao, penulis menggunakan metode analisa deskriptif,
yaitu suatu analisa yang berusaha memberikan gambaran terperinci mengenai
masyarakat sejahtera yang ada di Kelurahan Londalusi, Kecamatan Rote Timur
Kababupaten Rote Ndao berdasarkan kenyataan dilapangan dan hasilnya akan
disajikan dalam bentuk tabel yang dilengkapi dengan menguraikan serta
mengaitkan dengan teori dan memberikan keterangan yang mendukung untuk
menjawab masing-masing masalah, serta memberikan interpretasi terhadap hasil
yang relevan dan diambil kesimpulan serta saran. Selanjutnya data yang terkumpul
di olah dengan memakai teknik skala likert Sugiono (2005:97). Skala likert
digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi seseorang atau
sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dengan skala likert, variabel yang
akan diukur dijabarkan menjadi indikator variabel. Kemudian indikator tersebut
dijadikan sebagai tolak ukur untuk menyusun item-item intstrumen yang dapat
berupa pernyataan dan pertanyaan. Jawaban setiap item instrumen yang
menggunakan skala likert mempunyai gradasi dari positif sampai dengan sangat
negatif.

25
BAB IV
PEMBAHASAN

1.Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam Upaya


Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, bahwa implementasi
Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Londalusi berjalan dengan baik.
sesuai dengan teori implementasi dari Merille S. Grindle dalam ( Nugroho, 2006,h.
132-135) memberikan satu gagasan dalam implementasi kebijakan, ide dasar dari
gagasan tersebut adalah setelah kebijakan tersebut dibuat kemudian dilakukan
implementasi. Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan implementasi
tersebut adalah tujuan yang ingin di capai.
Hal ini dapat dilihat bahwa masyarakat di Kelurahan Londalusi sangat
antusias dan mendukung implementasi PKH tersebut, sehingga hal ini
menunjukkan bahwa implementasi PKH di Kelurahan Londalusi, Kecamatan Rote
Timur berjalan dengan baik. Sedangkan data di lapangan menunjukkan bahwa
terjadi penurunan jumlah peserta PKH dari tahun 2007-2021. Apa bila kita lihat
dari penurunan jumlah peserta PKH dari tahun ke tahun, hal ini menunjukkan
bahwa implementasi PKH di Kelurahan Londalusi tersebut berjalan dengan baik
sehingga berdampak berkurangnnya kemiskinan dan kualitas sumber daya
manusia di Kelurahan Londalusi tersebut semakin meningkat.
Implementasi Program Keluarga Harapan (PKH) di Kelurahan Londalusi
dapat terlaksana sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai dan ditetapkan oleh
pemerintah. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa
pihak-pihak yang terkait turut mengawasi kelancaran dari program tersebut.
namun, dari hasil wawancara dan penelitian dapat dapat diketahui bahwa pada
awal pelaksanaan daya tanggap dari masyarakat miskin sebagai penerima bantuan
masih kurang. Masyarakat sebagai penerima bantuan cenderung untuk sulit diajak
berkoordinasi dan daya partisipasi masyarakat masih rendah. Namun seiring

26
berjalannya waktu dengan adanya sosialisasi, pengawasan dan keterlibatan dari
pihak-pihak yang terkait pelaksanaan Program Keluarha Harapan (PKH) di
Kelurahan Londalusi tersebut berjalan dengan baik. Masyarakat sebagai penerima
bantuan saat ini sudah lebih sadar akan pentingnya pendidikan dan kesehatan
sehinnga tingkat partisipasi peserta Program Keluarga Harapan (PKH) di
Kelurahan Londalusi semakin meningkat.
Dalam hal ini faktor-faktor dalam implementasi Program Keluarga Harapan
(PKH) masing-masing pelaksana memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan PKH. Menurut hasil penelitian bahwa semua aktor-aktor yang terlibat
dalam implementasi PKH di Kelurahan Londalusi memiliki perenan yang sangat
penting. Semua aktor memiliki tanggung jawab masing-masing. Semua aktor yang
terlibat saling berkoordinasi, untuk mensukseskan program yang di buat oleh
pemerintah untuk masyarakat di Kelurahan Londalusi khususnya. Terutama peran
seseorang pendamping, karna pendamping adalah orang yang berhubungan
langsung dengan para peserta PKH tersebut.Jadi dari pengamatan dan data yang
ada dilapangan dapat penulis simpulkan bahwa kebijakan Program Keluarga
Harapan (PKH) yang dibuat oleh pemerintah tersebut bertujuan untuk
menanggulangi kemiskinan terutama dibidang pendidikan dan kesehatan serta
meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada masyarakat miskin di
Kelurahan Londalusi. Dalam hal ini implementasi PKH di Kelurahan Londalusi
sudah baik, terbukti dari peserta PKH yang memenuhi komitmennya. Karena
pendamping PKH seringkali mengingatkan kepada seluruh peserta PKH seringkali
mengingatkan kepada seluruh peserta PKH untuk selalu memenuhi komitmen dan
adanya sanksi yang cukup jelas dan tegas bagi peserta PKH yang tidak memenuhi
komitmennya.
Hasil penelitian mengenai besaran bantuan yang diterima oleh RTSM di
Kelurahan Londalusi yaitu sudah cukup memadai. Dengan bantuan yang diberikan
untuk RTSM tersebut setidaknya dapat mengurangi beban kebutuhan hidup

27
mereka khususnya terkait dengan kebutuhan pendidikan dan kesehatan bagi
RTSM di Kelurahan Londalusi.
2. Kesejahteraan Masyarakat
Berdasarkan hasil wawancara dengan pendamping PKH dan beberapa peserta
PKH, dapat disimpulkan bahwa dengan adanya bantuan PKH kondisi sosial
ekonomi RTSM khususnya di Kelurahan Londalusi semakin meningkat. Meskipun
perubahan yang terjadi terhadap kondisi sosial ekonomi RTSM tidak signifikan,
namun setidaknya terjadi peningkatan. Serta dari pendapat pendamping PKH serta
beberapa peserta PKH dan observasi dilapangan. Dapat diketahui bahwa taraf
pendidikan anak di Kelurahan Londalusi semakin meningkat. Dari keterangan dari
beberapa peserta PKH, mereka mengakui bahwa setelah mendapat bantuan PKH
tersebut anak-anak usia sekolah dapat bersekolah setidaknya hingga jenjang
Sekolah Menengah Pertama (SMP).

28
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Program Keluarga Harapan (PKH) masyarakat peserta PKH untuk
memanfaatkan pelayanan kesehatan agar dapat meningkatkan taraf kesehatan
secara optimal. Dalam kondisi sehat anak akan siap memasuki pendidikan. Dengan
pendidikan terjadi perubahan ke arah perbaikan SDM. Perbaikan SDM untuk
jangka panjang akan memutuskan tali rantai kemiskinan. Berdasarkan data yang
ada diketahui bahwa penerima PKH Kelurahan Londalusi tidak pernah mengalami
penurunan setiap tahunnya membuktikan dengan adanya bantuan PKH tersebut
setidaknya akan mengurangi angka kemiskinan.

5.2 Saran
1. Untuk penerima bantuan PKH.
Dengan peran dari peserta PKH diharapkan untuk tetap semangat, serius,
cepat beradaptasi, serta meningkatkan peran aktifnya dalam prosesnya
berjalannya program, diskusi maupun pertemuan lain yang sifatnya
mendukung.
2. Untuk pendamping PKH
Keberhasilan Program Keluarga Harapan (PKH) ada dalam peranan
pendamping dan pemerintah daerah. Pendamping dalam menjalankan tugas
hendaknya tanpa pamrih, mau berkorban kepada masyarakat dan ikhlas, baik
dalam situasi dan kondisi lingkungan apapun serta pendekatan yang lebih
intensif
3. Untuk Pemerintah
Peran dari pemerintah daerah diharapkan memberikan motivasi kepada RTSM
sehinnga dalam jangka panjang akan membawa dampak yang baik bagi
generasi selanjutnya. Koordinasi dan komunikasi antar pihak-pihak terkait
juga menjadi faktor yang terwujudnya tujuan dari implementasi program.

29
DAFTAR PUSTAKA

Buku pedoman umum Program Keluarga Harapan (PKH).2008


Nugroho, Riant D.2004. Analisis Kebijakan. Jakarta: PT Alex Media Pasolong,
Harbani.2012. Metode Penelitian Administrasi Publik. Bandung.:Alfabeta.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 Tahun 2011 tentang pedoman
pemberian hibah dan bantuan sosial yang bersumber dari anggaran pendapatan
dan belanja daerah. Jakarta, Kementrian Dalam Negeri. Peraturan Presiden Nomor
15 Tahun 2010 Tentang percepatan Penangulangan Kemiskinan. Jakarta,
Pemerintah indonesia.
Penanggulanangan kemiskinan dalam Peraturan Presiden No.15 Tahun 2010.
Kemensos, 2013. Buku Merah
Kristiyanasari (2010). Asuhan Keperawatan Post Operasi.
Leo Agustino (2008). Dasar-Dasar Kebijakan Publik,Bandung:
Norton ( 2001).The Strategy Focused Organization: How Balanced Scorecard
Companis Thrive in the New Business Environment.Massachusetts:
Sugiyono (2005:90). Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta
Suhardjo, 2013. Pengaruh Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan dan
Kualitas Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Kualitas Laporan Keungan (studi
kasus pada Pemerintah Kota Tual).
Tachjan 2006. Implementsi Kebijakan Publik. Bandung: AIPI.
Wibawa (2004). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Departemen Pendidikan
Nasional Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi.

30
31
32

Anda mungkin juga menyukai