Anda di halaman 1dari 8

Makalah Program Keluarga Harapan (PKH)

Tugas Mata Kuliah Pengantar Psikologi


yang Dibina oleh Sri Zulfia Novrita, S.Pd, M.Si

Yella Astriani
21075122

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KESEJAHTERAAN KELUARGA


JURUSAN ILMU KESEJAHTERAAN KELUARGA
FAKULTAS PARIWISATA DAN PERHOTELAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2021
Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya
dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Program Keluarga Harapan ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Ilmu Kesejahteraan
Keluarga.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Sri Zulfia Novrita, S.Pd, M.Si, selaku dosen mata
kuliah Ilmu Kesejahteraan Keluarga yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan saya.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Pekanbaru, 4 November 2021

Yella Astriani
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang selalu hadir di masyarakat, terutama di
negara berkembang yang selalu menjadi perhatian berbagai kalangan baik para akademisi
maupun para praktisi. Berbagai teori, konsep dan pendekatan terus berkembang untuk
mengungkap misteri kemiskinan ini. Di Indonesia, masalah kemiskinan selali menjadi
masalah sosial yang relevan dan perlu ditelaah secara berkelanjutan. Hal ini bukan karena
masalah kemiskinan sudah ada sejak lama dan masih ada sampai sekarang, tetapi juga
karena gejalanya yang semakin meningkat sejalan dengan krisis multidimensional yang
melanda masyarakat Indonesia (Suharto, 2006:131).
Masalah kemiskinan menyangkut beberapa aspek, yaitu: aspek politik masyarakat
miskin seringkali diabaikan dalam mengambil keputusan yang menyangkut kelanjutan
hidupnya. Aspek sosial: karena lemahnya nilai kepedulian, masyarakat miskin kurang
mendapat perhatian dari lingkungan dan pranata sosial. Aspek lingkungan: kegiatan
pembangunan lingkungan dan pemukiman seringkali menimbulkan kerusakan
lingkungan dan kurang berpihak pada warga miskin. Aspek Ekonomi: masyarakat miskin
kesulitan memenuhi kebutuhannya karena pendapatannya yang rendah. Aspek Aset: aset
sumber daya ekonomi, modal dana, peralatan kerja, SDM dan perumahan sulit diakses
masyarakat miskin katena dikelola oleh segelintir orang (Ruhadi, 2005:1).
Menurut Cahamber, faktor kelemahan fisik dapat disebabkan oleh faktor kondisi
kesehatan dan gizi buruk, yang dapat mengakibatkan produktivitas kerja yang rendah,
dan faktor kesehatan terkait dengan tingkat kemampuan yang rendah falam menghadapi
kebutuhan dan persoalan yang mendadak. Faktor ketidakberdayaan terkait dengan akses
dalam pengambilan keputusan, akses dalam penguasaan sumberdaya, dan posisi tawar.
(Soetomo, 2006:285)
Kemiskinan juga erat kaitannya dengan tingkat pendidikan, Kesehatan, dan nutrisi.
Kemiskinan telah merampas pendidikan jutaan anak, kesulitan mendanai Kesehatan,
kurangnya tabungan dan investesi, dan masalah lain yang mengarah pada kekerasan dan
kejahatan.
Sebagai bagian dari percepatan penanggulangan kemiskinan dan percepatan
kebijakan di bidang penjaminan dan perlindungan sosial, pemerintah Indonesia telah
melaksanakan Program Keluarga Harapan (PHK) sejak tahun 2007 dan pada tahun 2014
pemerintah melanjutkan program ini di beberapa kabupaten/kota. Program ini
dilatarbelakangi oleh adanya masalah utama pembangunan yaitu banyaknya penduduk
miskin dan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) yang buruk.
Program Keluarga Harapan (PKH) merupakan program perlindungan sosial bagi
keluarga yang sangat miskin dengan harapan keluarga tersebut dapat memahami
pentingnya dan kesehatan untuk generasi yang lebih baik.
Program Keluarga Harapan (PHK) bukanlah kelanjutan dari Program Subsidi
Langsung Tunai (SLT) yang dirancang untuk membantu rumah tangga miskin
mempertahankan daya beli saat pemerintah menyesuaikan harga BBM. Namun, Program
Keluarga Harapan (PKH) bertujuan untuk memutus mata rantai kemiskinan dan
meningkatkan kualitas sumber daya manusia.
Program Keluarga Harapan (PKH) telah mampu memberikan harapan bagi semua
pihak, terutama dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan. Program Keluarga
Harapan (PKH) merupakan program perlindungan sosial yang memberikan bantuan tunai
bersyarat kepada Keluarga Sangat Miskin (KSM) yang memenuhi kualifikasi tertentu
(KSM kronis, rentan terhadap goncangan ekonomi) dengan memberlakukan persyaratan
khusus yang dapat mengubah perilaku individu dan masyarakat. Program Keluarga
Harapan (PKH) merupakan program perlindungan sosial yang bertujuan untuk memutus
mata rantai kemiskinan, meningkatkan sumber daya manusia dan meningkatkan
kesejahteraan masyarakat yang tidak memiliki kekuatan, sehingga diperlukan penguatan
atau pemberdayaan agar warga tersebut memiliki daya untuk keluar fari lingkaran
kemiskinan.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian Program keluarga Harapan (PKH)?
2. Apakah Dasar dan Tujuan Program Keluarga Harapan (PKH)?
3. Siapakah Sasaran Kepesertaan Program Keluarga Harapan (PKH)?
4. Apakah syarat dan kriteria penerima PKH dalam bidang pendidikan?
5. Berapakah besaran bantuan penerima PKH?

C. Tujuan
1. Menjelaskan pengertian Program Keluarga Harapan (PKH).
2. Menjelaskan dasar dan tujuan Program Keluarga Harapan (PKH).
3. Menjelaskan sasaran kepesertaan Program Keluarga Harapan (PKH).
4. Menjelaskan syarat dan kriteria penerima PKH dalam bidang pendidikan.
5. Menjelaskan besaran bantuan penerima PKH.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Program Keluarga Harapan


Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program yang memberikan bantuan tunai
kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM). Jika mereka memenuhi persyaratan
terkait upaya peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), seperti pendidikan dan
kesehatan.
Program Keluarga Harapan adalah program untuk menanggulangi kemiskinan, posisi
PKH merupakan bagian dari penanggulangan kemiskinan lainnya. Program Keluarga
Harapan berada di bawah Tm Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), baik di
tingkat pusat maupun daerah.
Program PKH sebenarnya dilaksanakan di berbagai negara, terutama di negara-negara
latin dengan nama program yang berbeda. Namun, secara konseptual, makna aslinya
adalah Conditional Cast Transfer (CCT), yang diterjemahkan menjadi Bantuan Tunai
Bersyarat, program ini tidak dimaksudkan untuk melanjutkan program subsidi langsung
tunai. Subsidi Langsung Tunai (SLT) yang diberikan dalam rangka membantu rumah
tangga sangat miskin mempertahankan daya beli pada saat pemerintah menyesuaikan
harga BBM. Program Keluarga Harapan dimaksud untuk membangun sistem
perlindungan sosial kepada masyarakat miskin.

B. Dasar dan Tujuan Program Keluarga Harapan


a. Dasar Program Keluarga Harapan
Yang dimaksud dengan dasar adalah landasan tempat berpijak atau sandaran dari
dilakukannya suatu tindakan. Oleh karena itu, yang dijadikan landasan suatu
perbuatan itu haarus mempunyai kekuatan hukum sehingga suatu perbuatan dapat
dimintakan pertanggungjawaban atas keabsahannya.
Untuk menjamin kelangsungan usaha atau kegiatan, diperlukan dasar atau landasan
hukum yang kuat. Oleh karena itu, yang dimaksud dengan dasar Program Keluarga
Harapan merupakan landasan tempat berpijak atau bersandar dari dikembangkannya
sebuah program tersebut.
Adapun dasar hukum pelaksanaan Program Keluarga Harapan didasarkan pada
undang-undang yang berlaku di bawah ini.
1. Peraturan Presiden No. 15 tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan
kemiskinan.
2. Inpres No. 3 tahun 2010 tentang Program Pembangunan yang berkeadilan.
3. Keputusan Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat selaku ketua Tim
Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan, No:
31/KEP/MENKO/-KESRA/IX/2007 tentang “Tim Pengendali Program Harapan”
tanggal 21 September 2007.
4. Keputusan Menteri Sosial Republik Indonesia No. 02A/HUK/2008 tentang “Tim
Pelaksana Program Keluarga Harapan (PKH) Tahun 2008” tanggal 08 Januari
2008.
5. Keputusan Gubernur tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga Harapan
(PKH) Provinsi/TKPKD”.
6. Keputusan Bupati/Walikota tentang “Tim Koordinasi Teknis Program Keluarga
Harapan (PKH) Kabupaten/Kota/TKPKD.
7. Surat Kesepakatan Bupati untuk berpartisipasi dalam Program Keluarga Harapan.
Landasan hukum di atas menjadi acuan dalam pelaksanaan Program Keluarga
Harapan agar dapat mensinergikan antara upaya penanggulangan kemiskinan di
tingkat pusat. Provinsi dan kabupaten. Karena penanggulangan kemiskinan tidak akan
berhasil jika dilakukan tanpa koordinasi dengan segala tingkat pemerintahan baik
pusat, provinsi dan daerah.

b. Tujuan Program Keluarga Harapan


Tujuan Program Keluarga Harapan adalah untuk mengurangi angka dan memutus
rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas sumber daya manusia, dan mengubah
perilaku yang kurang mendukung peningkatan kesejahteraan dari kelompok paling
miskin. Tujuan ini berkaitan langsung dengan upaya untuk mempercepat pencapaian
target Millennium Developmen Goals (MDGs).
Secara khusus, tujuan Program Keluarga Harapan adalah untuk:
1) Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan dan kesehatan bagi penerima
Program Keluarga Harapan,
2) Meningkatkan taraf pendidikan penerima Program Keluarga Harapan,
3) Meningkatkan status kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, anak dibawah 5 tahun
(balita),
4) Meningkatkan status sosial ekonomi RTSM.

C. Sasaran Kepesertaan Program Keluarga Harapan (PKH)


Sasaran atau penerima bantuan PKH adalah Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)
yang anggota keluarganya terdiri dari anak berusia 0-15 tahun dan/atau ibu hamil/nifas
dan bertempat tinggal di lokasi terpilih. Kriteria atau ciri-ciri Rumah Tangga Sangat
Miskin (RTSM) adalah:
a. Luas lantai rumah kurang dari 8 m2 per orang,
b. Kepemilikan rumah: tidak ada rumah, numpang atau kontrak,
c. Jenis lantai rumah terbuat dari tanah/plester,
d. Jenis dinding rumah dari bamboo/kayu berkualitas rendah/beton rusak 60%,
e. Tidak ada fasilitas buang air besar/Bersama dengan rumah tangga lain (toilet umum),
f. Sumber air minum dari sumur/mata air tidak terlindung/sungai air hujan,
g. Sumber untuk penerangan rumah tidak menggunakan listrik/ tidak memiliki meter
sendiri,
h. Jenis bahan bakar untuk memasak sehari-hari adalah kayu bakar/arang/minyak tanah,
i. Frekuensi pembelian daging/ayam/susu satu kali dalam seminggu per anggota
keluarga,
j. Frekuensi makan sebanyak satu/dua kali dalam sehari dan tidak memenuhi standar
gizi masing-masing anggota keluarga,
k. Untuk setiap anggota keluarga, hanya membeli satu stel pakaian baru dalam satu
tahun,
l. Tidak sanggup berobat ke puskesmas/poliklinik, (biaya pengobatan dan biaya
transportasi,serta kompensasi menunggu),
m. Sumber pendapatan kepala rumah tangga adalah: petani dengan luas lahan < 0,5 Ha,
buruh tani, nelayan, buruh, atau pekerjaan lainnya dengan penghasilan bulanan
kurang dari Rp. 600.000,
n. Pendidikan tertinggi kepala rumah tangga: tidak sekolah, tidak tamat SD / SD saja,
o. Tidak sanggup menyekolahkan anak sampai ke jenjang SMP (pendidikan dasar 9
tahun),
p. Tidak memiliki tabungan/ barang yang mudah dijual dengan minimal Rp. 500.000
seperti sepeda motor, emas, ternak, atau barang modal lainnya.
Penerima bantuan adalah seorang ibu atau Wanita yang mengasuh anak pada
rumah tangga (nenek, tante/bibi, kakak perempuan dapat menjadi penerima bantuan
jika tidak ada ibu). Oleh karena itu, dalam kartu anggota PKH juga dicantumkan
nama ibu/Wanita yang mengasuh anak, bukan nama kepala rumah tangga. Untuk itu,
orang yang namanya tercantum pada kartu PKH adalah orang yang harus dan berhak
mengambil pembayaran. Hal ini untuk mengakomodasi prinsip bahwa keluarga
(yaitu, orang tua, ayah, ibu dan anak) adalah unit yang sangat relevan dengan
peningkataan kualitas sumber daya manusia. Orang tua bertanggung jawab atas
pendidikan, kesehatan, kesejahteraan, dan masa depan anak. Karena itu keluarga
merupakan unit yang relevan dalam memutus mata rantai kemiskinan antar generasi.
Beberapa keluarga dapat berkumpul dalam satu rumah tangga yang mencerminkan
pengeluaran konsumsi tunggal (yang dioperasionalkan dalam bentuk dapur). Bantuan
harus diterima oleh ibu atau Wanita dewasa (mungkiin nenek, tante/bibi, atau kakak
perempuan). Untuk itu dalam kartu kepesertaan PKH mencantumkan nama
ibu/Wanita yang mengurus anak, bukan kepala rumah tangga.

D. Syarat dan Kriteria Penerima PKH dalam bidang Pendidikan


Syarat-syarat dalam bidang pendidikan dalam PKH dikembangkan untuk meningkat-
kan angka partisipasi pendidikan dasar wajib belajar 9 tahun dam mengurangi angka
pekerja anak di keluarga yang sangat miskin. Syarat-syarat penerima PKH bidang
pendidikan adalah sebagai berikut:
a. Anak penerima PKH pendidikan yang berusia 7-18 tahun dan belum menyelesaikan
program pendidikan dasar 9 tahun harus mendaftarkan diri ke sekolah formal atau
nonformal.
b. Setidaknya 85% hadir tatap muka.
c. Jika seorang anak berusia 7-18 tahun tidak bisa di daftarkan di sekolah formal atau
nonformal karena alasan orang tuanya yang tidak bisa di atasi, maka keluarga ini
tetap berhak untuk menerima bantuan selama dia terus berusaha memasukkan
anaknua ke Lembaga pendidikan yang sesuai setidaknya untuk tahun berikutnya.
Kriteria penerima PKH adalah RTSM yang memiliki ibu hamil, nifas atau balita,
anak prasekolah, atau anak usia sekolah 7-8 tahun yang belum menyelesaikan
pendidikan dasar.
Jika

Anda mungkin juga menyukai