Disusun Oleh :
Finita Amadea
170910301063
Kelompok : 7 (Tujuh)
a. Data Mahasiswa
Nama : Finita Amadea
NIM 170910301063
HP/Email 089665313142
b. Lokasi
Kelurahan : Gebang
Kecamatan : Patrang
Kabupaten : Jember
c. Waktu Pelaksanaan : 27 Oktober 2021 – 15 Desember 2021
Mengetahui,
Ketua LKPM
Jurusan Ilmu Kesejahteraan Sosial
FISIP Universitas Jember
8. Kepatuhan klien
1. Perumusan tujuan
4. Penyediaan fasilitas
Tujuan dari model intervensi komunitas ini lebih ditekankan pada task goal,
yaitu menekankan pada penyelesaian tugas-tugas atau pemecah masalah yang
mengganggu fungsi sistem sosial. Pengoorganisasian perencanaan sosial
berhubungan dengan masalah-masalah yang konkret dalam masyarakat
Praktisi perencana sosial melihat komunitas yang memiliki masalah sosial utama
yang dialami oleh anggota komunitas tersebut. Permasalahan yang ada dalam
komunitas berupa permasalahan sosial umum seperti kesehatan jiwa, lansia dan
lain-lain.
Strategi yang dilakukan perencana sosial dalam melalkukan perubahan yaitu
berusaha untuk mengumpulkan fakta-fakta mengenai masalah yang dihadapi
masyarakat sebelum melakukan perubahan (tindakan rasional yang tapat
dilakukan)
Teknik yang dilakukan dalam perencanaan sosial adalah teknik untuk
mengumpulkan data dan ketrampilan menganalisis. Kemudian taktik yang
digunakan yaitu consensus atau konflik
Peran praktisi dalam perencanaan sosial adalah sebagai expert . Peran ini
menekankan terhadap penemuan fakta, implementasi , dan relasi berbagai
macam birokrasi, serta tenaga professional dari berbagai disiplin. Sedangkan
media perubahan yang digunakan untuk melakukan perubahan adalah
memanipulasi organsasi , seperti pengumpulan data dan analisis data
Dalam perencanaan sosial , struktur kekuasaan muncul sebagai boss (employer)
dari praktisi atau perencana.
Klien dari perencana sosial merupakan kelompok yang memiliki kesatuan
geografis, tetapi dapat pula kesatuan fungsionalnya
Tidak ada asumsi pervasive mengenai intrakblitas ataupun konflik kepentingan.
Pendekatan yang digunakan bersifat pragmatis, dan berorientasi untuk mengatasi
masalah tertentu sehingga permufakatan atau konflik dapat ditolerir jika tidak
menghalangi proses pencapaian tujuan
Klien dalam perencanaan sosial dilihat sebagai konsumen dari suatu layanan,
dan mereka akan menerima serta memanfaatkan program dan layanan sebagai
hasil dari proses perencanaan.
Peran klien dalam model ini sebagai resipient /penerima layanan. Klien aktif
menggunakan layanan yang diberikan tetapi bukan dalam proses menentukan
tujuan dan kebijakan.
2. Administrasi Sosial
Administrasi Kesejahteraan Sosial adalah suatu proses penyelengaraan dan
pelaksanaan kegiatan usaha kerjasama sekelompok orang untuk mencapai tujuan
yang menyangkut bidang kesejahteraan sosial. AKS adalah segenap proses
penyelenggaraan dan pelaksanaan kegiatan usaha kerjasama sekelompok orang
(instansi, lembaga, yayasan dsb.) dengan menggunakan sumber-sumber atau
fasilitas yang ada, untuk memberikan bantuan dan pelayanan kesejahteraan sosial.
sehingga dapat meningkatkan taraf kesejahteraan sosial dan dapat dapat
melaksanakan fungsi sosialnya serta ikut berpartisipasi dalam pelaksanaan
pembangunan. John C. Kidneigh (1950), administrasi kesejahteraan sosial adalah
proses mentransformasikan kebijakan sosial ke dalam pelayanan-pelayanan sosial
melalui dua cara :
Ada beberapa sarana manajemen (5M : Badan sosial, 6M : Badan usaha). Antara lain :
Manusia
Money
Machine
Metode
Market
Planning : perencanaan
Organizing : organisasi
Actuating : penggerakan
Controling : pengawasan
Metode Assessment
Seorang pekerja sosial akan mengkompilasi suatu sejarah sosial yang mengkaji
latar belakang keluarga, dinamika pernikahan, faktor lingkungan, serta latar belakang
pekerjaan dan pendidikan. Dalam suatu seting dimana pekerja sosial sebagai asesor
utama, maka asesment umumnya dapat dilengkapi dalam satu, dua atau tiga sesi.
Dengan pendekatan suatu tim klinis, kasus biasanya lebih pelik, dan asesmen dengan
berbagai profesional mungkin memakan waktu sedikitnya seminggu.
Assessment juga dapat dilihat sebagai proses yang berjalan dari sejak mulai
wawancara hingga fase terminasi kasus. Lama waktu yang dibutuhkan untuk menerima
klien mungkin seminggu, sebulan, atau setahun. Selam waktu tersebut, profesional
bekerja dengan kasus yang secara terus-menerus menerima dan menganalisis informasi
baru yang secara gradual muncul. Dalam tahap awal kontak dengan klien, fokus
utamanya adalah mengumpulkan informasi untuk menilai (to assess) masalah dan
sumber-sumber klien. Pada suatu tentatif waktu tertentu, fase pemecahan (problem
solving) memliki penekanan yang lebih besar sebagai strategi penyelesaian yang
dianjurkan, dianalisis, dan kemudian satu atau lebih strategi yang terpilih dan
diimplementasikan. Namun apabila dalam fase pemecahan masalah, informasi baru
berkaitan dengan kesulitan dan sumber-sumber klien yang sesuai muncul, maka perlu
dilakukan revisi terhadap assessment.
Hepworth dan Larsen (1986) mencatat bahwa asesmen terus dilakukan bahkan
hingga fase terminasi. Proses asesmen berlanjut hingga fase akhir pelayanan. Selama
akhir wawancara, praktisi secara hati-hati mengevaluasi kesiapan klien untuk
mengakhiri pelayanan, menilai kesulitan-kesulitan yang mash tersisa yang di masa
depan mungkin menyebabkan kesulitan, serta mengidentifiasi reaksi emosional yang
mungkin muncul terhadap terminasi pelayanan. Praktisi juga mempertimbangkan
kemungkinan strategi untuk membantu klien mempertahankan kemajuan fungsional
atau mengupayakan tambahan perbaikan setelah pelayanan resmi pekerjaan sosial
diakhiri.
Oleh karena itu, suatu sistem usaha kesejahteraan sosial sangat dibutuhkan
kehadirannya, karena dengan sistem ini, suatu profesi pekerjaan sosial mempunyai
kedudukan yang penting untuk melakukan berbagai bentuk intervensi sosial yang
dibutuhkan guna mewujudkan kesejahteraan sosial di masyarakat.
Kebijakan social merupakan salah satu bentuk dari kebijakan public. Kebijakan
social sendiri merupakan ketetapan pemerintah yang dibuat untuk merespon isu-isu
yang bersifat public yaitu mengenai masalah social atau memenuhi kebutuhan
masyarakat banyak. Seperti halnya yang dijelaskan oleh Bessant, Watts, Dalton dan
Smith (2006: 4):
“Kebijakan social menunjuk pada apa yang dilakukan oleh pemerintah sebagai
upaya untuk meningkatkan kualitas hidup manusia melalui pemberian beragam
tunjangan pendapatan, pelayanan masyarakan dan program-program tunjangan
social lainnya.”
Definisi diatas menunjukan bahwa kebijakan social merupakan suatu usaha yang telah
dilakukan oleh pemerintah dengan tujuan untuk meningkatkan kualitas kehidupan
masyarakat melalui pemberian tunjangan-tunjangan social seperti pemberian jaminana
kesehatan pada masyarakat. Tujuan utama dari pemerintah memberikan guna mencapai
kesejahteraan pada masyarakat. Dalam mencapai suatu kesejahteraan masyarakat
menurut Midgley, (2000) sebagai beriku:
“Dalam garis besar, kebijakan social diwujudkan dalam tiga kategori yaitu
perundang-undnagan, program pelayanan social dan system perpajakan.”
Dengan adanya klasifikasi dari ketiga kategori tersebut, pernan Negara juga sangat
penting dalam menunjang kesejahteraan. Hal tersebut juga didefinisikan oleh Hill
(1996):
“Kebijakan social adalah studi mengenai peranan Negara dalam kaitanya denga
kesejahteraan rakyat.”
Maksud dari teori tersebut ialah. Bagaimana Negara sangat berperan penting dalam
meningkatkan kesejahteraan social. Peranan Negara yang dimaksud ialah untuk
mengusahakan adanya kesetaraan diantara masyarakat dalam mewujudkan
kesejahteraan. Perbedaan latar belakang masyarakat sering kali mengakibatkan posisi
dan kesempatan mereka tidak sama. Hal tersebut dapat mengakibatkan warga
masyarakat yang posisinya tidak menguntungkan akan merasa dikucilkan dan
mengalami masalah dalam mewujudkan kesejahetraannya, bahkan untuk sekedar
melakukan pemenuhan kebutuhan dasarnya. Oleh sebab itu, peranan pemerintah
ataupun Negara sangatlah penting.
Secara morfologis, kata supervisi terdiri atas dua kata, yaitu super dan vision.
Super berarti atas atau lebih, sedangkan vision berarti lihat, tilik, dan awasi. Jadi
supervisi berarti melihat, menilik, dan mengawasi dari atas; atausekaligus menunjukkan
bahwa orang yang melaksanakan supervisi berada lebih tinggi dari orang yang dilihat,
ditilik, dan diawasi (Ametembun, 1981:1). Arti supervisi secara morfologis menjelaskan
bahwa kegiatan supervisi dilakukan oleh dua pihak yang memiliki kedudukan yang
berbeda, yaitu supervisor ( lebih tinggi ) dan supervisee ( lebih rendah ). Supervisor
menilik atau mengawasi kegiatan yang dilakukan oleh supervisee yang memiliki
kedudukan atau posisi yang lebih rendah.
Suhardan (2010) menyatakan ditinjau dari objek yang disupervisi terdapat tiga
macam supervisi, diantaranya yaitu : (1) Supervisi akademik, yang bertujuan untuk
memberdayakan seseorang dalam melaksanakan tanggung jawab sebagai tenaga
professional yang bermanifestasi dalam kinerjanya; (2) Supervisi administratif, yaitu
supervisi yang ditujukan pada pembinaan dalam memanfaatkan setiap sarana bagi
keperluan pelayanan; serta (3) Supervisi lembaga, yaitu supervisi yang berorientasi pada
pembinaan aspek organisasi dan manajemen dari sebuah lembaga yang meliputi semua
aspek. Dari ketiga macam supervisi tersebut, tulisan ini lebih fokus pada pembahasan
mengenai supervisi lembaga, khususnya lembaga pelayanan sosial.
Kedudukan klien dan staff sangat penting dalam sebuah lembaga pelayanan
sosial. Jika tidak ada klien yang harus ditangani maka lembaga tersebut tidak
akan bisa berjalan. Begitupula sebaliknya. Jika dalam sebuah lembaga tidak
ada staff pengurus, maka klien tidak akan bisa terlayani dengan baik.
Contohnya seperti lembaga pelayanan sosial panti jompo. Jika didalam panti
jompo tidak ada lansia atau klien yang harus ditangani, maka panti tersebut
tidak ada kegiatan. Tidak hanya itu, karena yang melayani klien adalah
seorang staf yang bertugas, jika seandainya tidak ada staf maka lembaga
tersebut juga tidak bisa berjalan dengan semestinya. Pada intinya, antara
klien dengan staff pengurus lembaga saling membutuhkan satu sama lain.
Supervisi pekerjaan sosial merupakan kegiatan dalam pekerjaan sosial yang dapat
meningkatkan kapabilitas pekerja sosial. Supervisi dibutuhkan karena kegiatan di
dalamnya mencakup komponenkomponen yang dapat menunjang atau meningkatkan
kapabilitas pekerja sosial. Supervisi dikatakan juga sebagai proses penjaminan bagi pekerja
sosial baru yang akan melanjutkan dari tingkat perkuliahan ke dunia kerja. Dengan
demikian proses supervisi dalam praktik pekerjaan sosial yaitu seorang supervisor
memberikan pendampingan kepada pekerja sosial baru yang belum berpengalaman agar
bisa beradaptasi dan siap bekerja di dunia pekerjaan sosial. Pekerja sosial tak jarang
mengalama dilema dan kendala dalam menjalankan tugasnya, atau sekadar membutuhkan
transfer ilmu dari yang sudah lebih berpengalaman. Maka, proses supervisi dapat menjadi
cara untuk mendapatkan itu semua. Supervisi adalah proses antara sesorang yang disbeut
supervisior dan yang lainnya adalah supervisee. Biasanya bertujuan untuk meningktan
efektivitas membantu orang tersebut. Supervisi ini di dalamnya mencalup perolehan
ketermapilan praktis, penguasan pengetahuan teroritis atau teknis, dan pengembangan
professional. (Ferguson dalam Davis: ). Lebih lanjut lagi akan di bahas di dalam bagian
selanjutnya bagaimana supervisi berperan dalam peningkatan kapabilitas pekerja sosial.
Kapabilitas sebagai pekerja sosial merupakan hal fundamental yaitu sebagai modal untuk
memberikan kepercayaan kepada pihak-pihak yang terlibat, termasuk klien. Supervisi
pekerjaan sosial merupakan saran untuk meningkatkan kapabilitas pekerja sosial. Supervisi
sendiri memiliki banyak pengertian, untuk supervision sendiri berasal dari bahasa latin,
yaitu super(over) dan videre(to watch, to see). Dari situ, dapat diartikan bahwa supervise
adalah melihat secara mendalam atu mengontrol untuk mempertahankan atau
meningkatkan kualitas. Jadi,supervisi dalam pekerjaan sosial melibatkan mereka para
supervisor yang melakukan supervise kepada para supervisee yang melakukan praktik
pekerjaan sosial. Dalam melakukan supervisi, supervisior hanya memeberikan arahan
bukan langsung mendikte supervisee untuk melakukan tindakan tertentu dan membatasi
kemampuannya, dan juga bukan langsung menintervensi klien yang sedang ditangani oleh
supervisee, tapi tetap supervisee yang bersentuhan langsung dengan klien.
1. Fungsi Administrasi
Supervisi administrasi adalah salah satu aspek dari supervisi yang berhubungan
dengan administrasi dalam suatu konteks organisasional. Tujuan dari adanya
supervise administrasi ini yaitu untuk menjamin kualitas pelayanan yag diberikan
terhadap klien sesuai dengan kebijakan dan prosedur yang terdapat pada lembaga
tersebut. Selain itu supervise administrasi juga memiliki tujuan untuk menyediakan
supervisee agar bekerja dengan konteks pekerjaan yang memungkinkan dia untuk
melakukan pekerjaan secara efektif.
2. Fungsi Edukatif
Supervisi edukatif adalah salah satu aspek dalam supervisi yang berkaitan
dengan pemberian proses pembelajaran dan penguatan dari seorang supervisor
kepada supervisee. Tujuan dari supervisi edukatif ini adalah memberkan transfer
ilmu yaitu skill, attitude, dan knowledge kepada supervisee. Selain itu di dalam
supervisi edukatif ini seorang supervisor pun harus berperan dalam mengajarkan
serta memberikan pengembangan keterampilan profesional yang berkelanjutan
terhadap supervisee itu sendiri.
3. Fungsi Dukungan
Supervisi dukungan atau supportif merupakan salah satu aspek dari supervisi
yang berfungsi untuk memberikan dukungan terutama dukungan moral kepada
supervisee dimana sang supervisor menyemangati supervisee jika pada suatu
keadaan supervisee mengalami masalah yang sangat berat dan dia benar-benar
membutuhkan dukungan dan semangat dari orang yang bisa dipercaya untuk
membantu supervisee agar merasa lebih baik dan tetap tenang di dalam melakukan
pekerjaannya. Supervisor pun bertanggung jawab untuk menghilangkan tekanan
yang ada pada diri supervisee serta membuat supervisee selalu berada dalam kondisi
yang nyaman sehingga supervisee dapat menjalankan tugasnya dengan efektif dan
efisien.