Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sepanjang dinamika kehidupan terus berlangsung, permasalahan sosial
akan cenderung meningkat baik jumlah maupun kompleksitasnya seiring
dengan perkembangan peradaban manusia. Masalah sosial sebagai suatu
kondisi yang dirasakan tidak mengenakkan dan mengganggu banyak orang,
kehadirannya sangat tidak diharapkan oleh semua orang. Pada umumnya
penyebab masalah sosial tidak tunggal tetapi multi faktor, sehingga tidak
mudah menentukan faktor penyebab dari masalah sosial. Begitu pula dampak
masalah sosial sangat beragam baik terhadap diri sendiri, keluarga, kelompok
maupun masyarakat. Untuk mengatasi masalah sosial sangat diperlukan
pelayanan pekerjaan sosial (sosial work services) yang profesional yang
keberadaannya tidak tergantung pada ada tidaknya Departemen Sosial
melainkan pelayanan pekerjaan sosial akan tetap diperlukan sepanjang
kehidupan manusia itu masih ada.
Dalam sistem koreksional mengenal adanya 2 sistem punitive/melakukan
usaha penyembuhan, di mana kedua hal tersebut sering diterapkan dalam
lembaga koreksi. Punitive adalah usaha yang dilakukan yang bersifat
hukuman. Hukuman bisa dilihat dari 2 aspek : Retributif (kegiatan balas
dendam/ganti rugi) dan Deference (Pencegahan). Treatment adalah
Manifestasi dari program yang sering bertentangan disamping retribusi dan
derefence, juga diterapkan adanya sistem penyembuhan. Di dalam
koreksional, kedua sistem ini tidak bisa dilakukan secara bersamaan.
Pendekatan hukuman yang bersifat fisik biasanya dari masyarakat primitif.
Pada Masyarakat Feodal, Sistem peradilan dasar didirikan dimana orang
dikatakan salah apabila mengganggu kelompok tersebut. Untuk masyarakat
mempunyai hak untuk memencilkan (menghukum) orang tersebut. Pemberian
hukuman diambil tidak mempunyai tujuan yang jelas, sebab pemberian
hukuman di sini bersifat balas dendam, misalnya : hukuman mati, hukuman
pemotongan anggota tubuh (humullation). Jenis hukuman antara lain

1
Hukuman denda terhadap pelanggaran yang bertujuan untuk memberikan
kepuasan kepada masyarakat.
Tiga Kelompok pada abad ke-18 yang membahas pelayanan koreksional :
Kelompok Klasik Didasarkan pada doktrin hedonisme yang berpendapat
bahwa orang akan memperhitungkan kenikmatan dan tidak enak (resiko) dari
tindakan hukuman yang akan diberlakukan. Jumlah hukuman harus pasti,
sehingga orang-orang dapat memperhitungkan jumlah rasa sakit
(kesengsaraan) akibat hukuman yang dijatuhkan. Kelompok Neo Klasik,
Kelompok ini menegaskan bahwa doktrin klasik adalah valid (benar), tetapi
perlu dimodifikasi pada bagian-bagian tertentu. Anak-anak dan orang tidak
normal tidak dianggap mampu mengkalkulasikan kenikmatan dan rasa sakit
(penderitaan). Oleh sebab itu mereka tidak boleh diberlakukan sebagai
penjahat. Pendekatan ini juga menganjurkan pertimbangan dari Keadaan
yang longgar, kejahatan yang dilakukan untuk melindungi diri sendiri.
Kelompok Positif (Paham Italian), Kelompok ini menganggap bahwa para
pelanggar hukum tidak bertanggung jawab atas tindakannya, oleh karenanya
mereka seharusnya tidak dihukum; kejahatan merupakan gejala alamiah. Para
pelanggar berhak untuk mendapatkan rehabilitasi dan perlindungan dari
masyarakat (bukan hukuman), tetapi masyarakat juga berhak memberikan
hukuman (memencilkan, hukum mati) bagi mereka yang tidak dapat
diperbaharui.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang diuraikan sebelumnya, rumusan masalah ini
dirinci sebagai berikut :
1. Apa pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional?
2. Apa tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional?
3. Apa fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional?
4. Apa peran Pekerjaan Sosial Koreksional?

C. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Memahami pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional.
2. Memahami tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional.
3. Memahami fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional.
4. Memahami peran Pekerjaan Sosial Koreksional.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pekerjaan Sosial Koreksional


Pengertian Pekerjaan Sosial yang paling dasar dan sering digunakan
dikemukakan oleh Charles Zastrow (1982) Pekerjaan Sosial merupakan
kegiatan profesional untuk membantu individu-individu, kelompok-kelompok
dan masyarakat guna meningkatkan atau memperbaiki kemampuan mereka
dalam berfungsi sosial serta menciptakan kondisi masyarakat yang
memungkinkan mereka mencapai tujuan. Definisi tersebut menunjukkan
bahwa Pekerjaan Sosial merupakan profesi pertolongan yang ditujukan
kepada individu, kelompok dan masyarakat agar mereka memiliki
kemampuan dalam berfungsi Sosial serta menciptakan kondisi yang
memungkinkan mereka mencapai tujuan yang diinginkan.
Menurut Allan Pincus dan Anne Minahan (1973:5) Social work is
concerned with the interactions between people and their social environment

3
which affect the ability of people to accomplish their life task, alleviate
distress, and realizetheir aspirations and values the interactions. Yang
artinya sebagai berikut pekerja sosial berkepentingan dengan permasalahan
interaksi antara orang dengan lingkungan sosialnya, sehingga mereka mampu
melaksanakan tugas-tugas kehidupan, mengurangi keteganggan, mewujudkan
aspirasi dan nilai-nilai mereka.
Sedangkan Rex A. Skidmore (1991:224) dalam buku Introduction to
social work yang menyebutkan: Correctional of helping person who have
violated the law be rehabilitated. Definisi tersebut menjelaskan bahwa
pekerja sosial koreksional adalah proses pertolongan secara keseluruhan
terhadap orang-orang yang telah melanggar hukum untuk direhabilitasi. Dari
pengertian tersebut dapat diartikan bahwa proses pertolongan dalam
pekerjaan sosial koreksional memfokuskan pekerjaannya pada orang dan
tingkah laku serta lingkungan sosialnya, serta mempengaruhi tingkah laku
dari anggota masyarakatnya.
Pekerja sosial koreksional adalah pelayanan profesional pada setting
koreksional (Lapas, Rutan, Bapas Narkoba) dan setting lain dalam sistem
peradilan kriminal. Dapat disimpulkan bahwa Koreksional adalah proses
pertolongan secara keseluruhan terhadap orang-orang yang telah melanggar
hukum untuk pekerjaan sosial memainkan peranan penting dalam proses ini.
Tujuannya untuk mengelola hukuman dengan cara pelanggar hukum dapat
memperbaiki tingkah lakunya, seperti seperti tingkah laku yang dijaga dalam
batas-batas yang dapat diterimannya. Dengan demikian permasalahan sosial
tersebut merupakan tugas bagi pekerja sosial koreksional untuk dapat
melakukan perubahan sikap dan tingkah lakunya hingga dapat menjalankan
keberfungsiannya.
Pekerjaan sosial koreksional yaitu Pekerja sosial koreksional merupakan
koreksional merupakan proses membantu dan merehabilitas orang yang
mempunyai masalah pelanggaran hukum, Pelayanan pekerjaan sosial
koreksional tidak didasarkan kepada upaya balas dendam atau hukuman tetapi
lebih dititikberatkan kepada upaya professional dalam rangka memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial klien, sehingga mereka dapat

4
berinteraksi sosial dalam masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas
kehidupan.
Lembaga Pemasyarakatan mempunyai suatu profesi Pekerjaan Sosial atau
biasa dikatakan dalam Lembaga Pemasyarakatan yaitu Petugas
Pemasyarakatan yang membantu narapidana, adapun pengertian Pekerjaan
Sosial di setting Koreksional menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010)
dalam modul diklat Pekerjaan Sosial Koreksional adalah: Pekerjaan Sosial
merupakan sub sistem pada sistem peradilan pidana. Pekerjaan Sosial
Koreksional adalah pelayanan profesional pada seting Koreksional yang
meliputi Lembaga Pemasyarakatan, rumah tahanan, bapas narkoba
dan setting lain dalam sistem peradilan Indonesia yang bertujuan untuk
membantu pemecahan masalah klien serta dapat meningkatkan keberfungsian
Sosialnya.
Penjelasan tersebut bahwa Pekerjaan Sosial Koreksional merupakan
bagian profesi Pekerjaan Sosial yang bersinergi antara penegakan hukum,
pengadilan dan lembaga pemasyarakatan. Narapidana yang mempunyai
permasalahan didalam atau diluar Lembaga Pemasyarakatan merupakan
tanggung jawab dari Pekerjaan Sosial Koreksional.
Bicara tentang pekerjaan sosial koreksional tentunya mencakup system
peradilan kriminal. Ada 3 komponen utama dalam system tersebut yaitu : 1.
Penegak hukum 2. Pengadilan 3. Koreksi. Dewasa ini pekerja sosial tidak
hanya berpikir pada setting koreksional saja melainkan setiap sistem
peradilan pidana.

B. Tujuan Pekerjaan Sosial Koreksional


Mengacu pada uraian mengenai pengertian Pekerjaan Sosial tersebut,
maka dapat dikatakan bahwa tujuan Pekerjaan Sosial dibidang Koreksional
adalah membantu Narapidana untuk meningkatkan kemampuannya dalam
mengatasi masalah yang dialami oleh Narapidana selama menjalani proses
hukuman.
Secara umum tujuan Pekerjaan Sosial ialah :
1. Meningkatkan keberfungsian sosial individu-individu, keluarga,
kelompok, organisasi dan masyarakat.

5
2. Menghubungkan sistem klien dengan sumber-sumber yang diperlukan.
3. Meningkatkan jaringan penyampaian pelayanan sosial.
4. Memajukan keadilan sosial melalui pengembangan kebijakan sosial.
(Miley & Dubois, 1999, hal.11)
Adapun tujuan Pekerjaan Sosial bidang Koreksional yang lebih spesifik
mengarah pada tindakan menurut Dorang Luhpuri dan Satriawan, (2010)
dalam Modul Diklat Pekerjaan Sosial Koreksional adalah sebagai berikut:
1. Membantu Narapidana agar dapat menyesuaikan diri dengan kehidupan
Lembaga Pemasyarakatan.
2. Membantu klien memahami diri mereka sendiri (Narapidana), relasi
dengan orang lain, dan apakah harapan mereka sebagai anggota
masyarakat dalam kehidupan mereka.
3. Membantu Narapidana melakukan perubahan sikap dan tingkah laku agar
sesuai dengan nilai dan norma masyarakat.
4. Membantu Narapidana melakukan penyesuaian diri yang baik dalam
masyarakat.
5. Membantu Narapidana memperbaiki relasi sosial dengan orang lain
(keluarga, isteri/suami, tetangga, dan lingkungan sosial).
Maksud dari tujuan pekerja sosial bidang koreksional adalah bahwa pekerja
sosial sangat dibutuhkan dalam mengatasi masalah yang dialami oleh
narapidana. Seringkali narapidana adalah mereka yang tidak dapat
melaksanakan tugas kehidupannya, apalagi upaya untuk mengatasi masalah-
masalah yang mereka hadapi. Padahal mereka juga memiliki kemampuan
yang sama dengan masyarakat lainnya, itu semua disebabkan mereka dalam
kondisi penurunan secara psikologis sehingga membuat mereka merasa tidak
berdaya maka dibutuhkan berbagai peranan didalam koreksional bagi para
pekerja sosial dalam membantu klien narapidana.

C. Fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional


Melaksanakan peranan sebagai pekerja sosial di bidang koreksional, maka
pekerja sosial memiliki fungsinya sebagai pekerja sosial dalam pelayanan
koreksional. Berikut fungsi Pekerjaan Sosial Koreksional menurut Dorang

6
Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam modul diklat Pekerjaan Sosial
Koreksional antara lain:
1. Membantu Narapidana memperkuat motivasinya.
2. Memberikan kesempatan kepada Narapidana untuk menyalurkan
perasaan-perasaannya dan memberikan informasi kepada Narapidana.
3. Membantu pelanggar hukum untuk membuat keputusan-keputusan.
4. Membantu Napidana merumuskan situasi yang dialaminya.
5. Memberikan bantuan dalam hal merubah/memodifikasi lingkungan
keluargadan lingkungan dekat.
6. Membantu pelanggar hukum mengorganisasi kembali pola-pola
perilakunya dan memfasilitasi kegiatan rujukan.
Beberapa asumsi dasar case work yang harus dipahami dalam bekerja
dengan narapidana, menurut Robinson (1960) dalam skidmore dan Thackeray
dengan narapidana, sebagai berikut :
1. Menggunakan suatu hubungan sebagai sarana untuk membentuk klien
agar dapat menolong dirinya sendiri ( hangat, serius, empati, tidak kaku,
dan ekspresif).
2. Tidak menyalahkan dan menilai secara moral, namun mnerima klien apa
adanya termasuk perilakunya tanpa mengkaitkan dengan peristiwa masa
lalu.
3. Menghargai hak klien untuk menentukan dirinya sendiri dengan cara
membantu klien untuk memikirkan dan merasakan masalah-masalah dan
situasinya.
4. Mengupayakan klien untuk mempelajari perilaku normal dan perilaku
sosial agar memahami mengapa terjadi kejahatan dan kenakalan, serta
apa yang harus dilakukan terhadap kejahatan dan kenakalan.
5. Mengupayakan tumbuh perasaan terjamin pada diri klien.
6. Menggunakan kewenangan dengan cara positif untuk membantu
pelanggar hukum, menolong klien untuk dapat menyesuaikan kembali
cara berfikir dan perilakunya.

D. Peran Pekerjaan Sosial Koreksional


Peranan Pekerja Sosial yang utama adalah membantu narapidana, tidak
membalas dendam atau menghukum, Pekerja Sosial mendayagunakan
pengetahuan dan keterampilan dalam kegiatan koreksi rehabilitasi individu.
Membantu klien agar dapat kembali dan menjadi bahagian masyarakat serta

7
membimbing mereka agar percaya dengan dengan diri mereka sendiri dan
rekan-rekannya.
Eliot Studt (1959) mengatakan bahwa tugas Pekerja Sosial koreksional
adalah mendefenisikan perubahan nilai klien agar tindakan mereka selaras
dengan nilai-nilai masyarakat. Newman (1961) mengatakan bahwa
membimbing dan mendidik kembali orang yang melakukan tingkah laku
antisocial dan illegal merupakan sesuatu yang komplek dan memerlukan
waktu serta keterampilan.
Pekerja Sosial koreksional bekerja sebagai bagian dari team, termasuk
diantaranya petugas probasi dan parol, psikolog, psikiatris, konselor
vokasional pendidik dan pihak lain dalam memberi pelayanan dan membantu
Narapidana merubah perilakunya.
Peran Pekerja Sosial dalam membantu narapidana merubah pola tingkah
laku agar konstruktif (menyesuaikan) dengan orang lain dan lingkungan
sosialnya. Adapun peranan Pekerjaan Sosial Koreksional menurut Dorang
Luhpuri dan Satriawan, (2010) dalam modul diklat Pekerjaan Sosial
Koreksional adalah antara lain:
1. Bekerja dengan individu untuk membantu mereka berubah melalui
pemahaman yang baik mengenai diri, kekuatan dan sumber-sumber dalam
diri sendiri.
2. Modifikasi lingkungan menjadi iklim Sosial yang sehat, dimana ia akan
tinggal.
Maksud dari pernyataan tersebut adalah pekerjaan sosial bidang
koreksional bekerjasama dengan keluarga narapidana dan sumber-sumber
eksternal yang berkaitan dengan narapidana khususnya narapidana wanita.
Pekerja Sosial dapat berperan mulai pada saat narapidana tertangkap sampai
masa terminasi, kemudian pekerja sosial melakukan intervensi. Intervensi
yang dapat dilakukan oleh pekerja sosial adalah intervensi secara tidak
langsung kepada narapidana dan masyarakat sedangkan intervensi secara
langsung kepada pimpinan lembaga koreksional khususnya pembina
narapidana dan lingkungan terdekatnya.

8
Didalam bekerja dengan individu dan lingkungan, pekerja sosial selalu
menjaga kedekatan dengan unit keluarga peran pekerja sosial pada system
pemasyarakatan antara lain sebagai berikut :
1. Konselor. Membantu narapidana menyadari kesalahan yang diperbuat,
menghilangkan perasaan-perasaan yang menekan kehidupan narapidana
serta memberikan keyakinan dan bimbingan bagi penyesuaian diri
narapidana dan memberikan alternative pemecahan masalah bagi klien.
2. Motivator. Memberikan dukungan dan menumbuhkan semangat
narapidana dalam rangka memecahkan masalah dan hambatan yang
dihadapi dalam mengikuti kegiatan pembinaan yang diselenggarakan.
3. Ekspert. Memberikan informasi dan masukan-masukan yang dibutuhkan
oleh narapidana serta langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
memecahkan masalah.
4. Therapist. Pekerja sosial mampu memberikan langkah-langkah terapi bagi
perubahan kepribadian dan perilaku narapidana selama berada
dilingkungan lembaga pemasyarakatan.
5. Broker. Pekerja social koreksional berusaha mengkaitkan permasalahan
yang dihadapi narapidana dengan system sumber yang dibutuhkan. Dalam
hal ini bertugas menghubungkan klien dengan lembaga atau pihak lain
yang diperlukan klien, guna mengatasi masalah serta mencapai
keberfungsian social.
6. Guru. Peran utama berkaitan dengan upaya memperkuat kemampuan
klien untuk melakukan perubahan dalam situasi masalah.
7. Peneliti sosial
8. Advokat. Peranan advokasi bagi klien yang masih bermasalah dengan
hukum dan peradilan (Pembelaan).
9. Mediator. Menjadi perantara (mediasi) dengan berbagai unit didalam
Lembaga Pemasyarakatan.
10. Instruktur. Peran utama dari seorang instruktur adalah mengarahkan,
membimbing klien didalam kegiatan ketrampilan baik didalam maupun
diluar Lembaga Pemasyarakatan.
BAB III
PENUTUP

9
A. Kesimpulan
Pelayanan pekerja sosial koreksional tidak didasarkan kepada balas
dendam atau hukuman tetapi lebih di titik beratkan kepada upaya professional
dalam rangka memperbaiki dan meningkatkan kemampuan berfungsi klien,
sehingga mereka dapat berinteraksi sosial dalam masyarakat dan
melaksanakan tugas-tugas kehidupan.
Bicara tentang pekerjaan sosial koreksional tentunya mencakup sistem
peradilan kriminal. Ada 3 komponen utama dalam sistem tersebut yaitu :
Penegak hukum, Pengadilan dan Koreksi.
Pekerjaan sosial koreksional yaitu : Pekerja sosial koreksional merupakan
koreksional merupakan proses membantu dan merehabilitas orang yang
mempunyai masalah pelanggaran hukum. Pelayanan pekerjaan sosial
koreksional tidak didasarkan kepada upaya balas dendamatau hukuman tetapi
lebih dititikberatkan kepada upaya profesional dalam rangka memperbaiki
dan meningkatkan kemampuan berfungsi sosial klien, sehingga mereka dapat
berinteraksi sosial dalam masyarakat dan melaksanakan tugas-tugas
kehidupan.
Dewasa ini pekerja sosial tidak hanya berpikir pada setting koreksional
saja melainkan setiap sistem peradilan pidana.

DAFTAR PUSTAKA

Luhpuri, Dorang dan satriawan. 2004. Modul diklat pekerjaan sosial


koreksional. Bandung: Balai besar pendidikan dan penelitian kesejahteraan
sosial Bandung.
Carney, L. P., 1980, Corrections, treatment and philosophy, New York:
Englewood Cliffs: Prentice Hall.

10
Dubois, B. & Milley, K. K., 1999, Social Work: An Empowering
Profession (4thEd), Boston : Allyn and Bacon.
Duffe, D. & Fith, R., 1976, An Introduction to Corrections Policy and Systems
Approach, California : Goodyear Publishing.
Zastrow, C., 1982, Introduction to Social Welfare Institutional: Social Problems,
services and Current Issues, Third edition, Homewood, Illinois : The Dorsey
Press.
justinlase.blogspot.co.id diakses pada 11 maret 2017
fauzistks.blogspot.co.id diakses pada 11 maret 2017

11

Anda mungkin juga menyukai