Anda di halaman 1dari 176

LAPORAN PRAKTIKUM III

PRAKTIK PEKERJAAN SOSIAL BERBASIS MASYARAKAT

PEMBERDAYAAN PRSE PERKASA (PEREMPUAN KEPALA


KELUARGA SEJAHTERA) MELALUI PELATIHAN MEMBUAT KRIUK
LABU SIAM ‘KRIUK LEZET’ DI DUSUN 4 DESA BANDASARI
KECAMATAN CANGKUANG KABUPATEN BANDUNG

PEMBIMBING:

Dr. TUKINO, M.Si

Oleh:

JASTIAS TIARA ARIESTIANA

NRP 17.04.325

PROGRAM STUDI PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA TERAPAN


POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL
BANDUNG 2021
LEMBAR PENGESAHAN

Judul :PEMBERDAYAAN PRSE PERKASA


(PEREMPUAN KEPALA KELUARGA
SEJAHTERA) MELALUI PELATIHAN MEMBUAT
KRIUK LABU SIAM ‘KRIUK LEZET’ DI DUSUN 4
DESA BANDASARI KECAMATAN CANGKUANG
KABUPATEN BANDUNG
Nama Mahasiswa :JASTIAS TIARA ARIESTIANA
NRP :17.04.325
Program Studi :PEKERJAAN SOSIAL PROGRAM SARJANA
TERAPAN

Pembimbing

Dr. Tukino, M.Si

Mengetahui,
Ketua Program Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana Terapan
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung

Dr.AEP RUSMANA,S.Sos,MSi
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa praktikan ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa
atas berkat dan rahmatnya sehingga praktikan dapat menyelesaikan kegiatan
praktikum III dengan lancar tanpa hambatan yang berarti, dan mampu
menyelesaikan laporan yang berjudul Pemberdayaan PRSE Perkasa
(Perempuan Kepala Keluarga Sejahtera) melalui Pelatihan Membuat Kriuk
Labu Siam ‘KRIUK LEZET’ di Dusun 4 Desa Bandasari Kecamatan
Cangkuang Kabupaten Bandung ini dengan tepat waktu.
Dalam melaksanakan kegiatan Praktikum III selama kurang lebih dua
setengah bulan ini, yang dimulai pada tanggal 8 Februari 2021 dan berakhir pada
16 April 2021, praktikan mendapatkan banyak pengalaman dan pengetahuan yang
berharga terutama tentang pengalaman praktik pekerjaan sosial makro yang
berbasis masyarakat.
Pada kesempatan ini praktikan ingin menyampaikan ucapan terima kasih
kepada berbagai pihak yang telah membantu selama proses kegiatan Praktikum III
hingga penulisan laporan ini, yaitu kepada :
1. Dr. Marzuki, M.Sc selaku Direktur Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.
2. Dr. Aep Rusmana, S.Sos, M.Si., selaku Kepala Prodi Pekerjaan Sosial
Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.
3. Dr. Pribowo, M.Pd., selaku Kepala Laboratorium Pekerja Sosial Politeknik
Kesejahteraan Sosial Bandung.
4. Drs. Tukino, M.Si selaku dosen pembimbing praktikum yang telah
meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan dukungan
dengan begitu sabarnya kepada praktikan selama pelaksanaan praktikum dan
penyelesaian laporan ini.
5. Drs. Benny Setia Nugraha, M.Pd selaku liaison yang telah memberikan
berbagai arahan, masukan dan dukungan kepada praktikan selama ini.

i
6. (Alm) H.Agus Salim selaku Kepala Desa Bandasari yang telah menerima
dan mengizinkan praktikan melakukan Praktikum II
7. Bapak Ayi Cahyoe beserta staff dan jajarannya selaku Kepala Seksi
Kesejateraan yang telah membantu praktikan dalam melakukan orientasi di
kantor desa.
8. Ibu Dita selaku Ketua TKM PRSE dan seluruh TKM yang terlibat dimana
sudah kooperatif bersama-sama menjadi penggerak dalam program
pemberdayaan PRSE.
9. Orang tua praktikan atas doa dan dukungan baik secara materi maupun non-
materi yang diberikan kepada praktikan, sehingga praktikan dapat
menyelesaikan laporan ini dengan sebagaimana mestinya.
10. Meitha Rizki , rekan praktikum yang telah bersama-sama kompak berjuang
dari awal hingga akhir.
11. Sasdilla Fieren, Veggy Livian, Novia Tri, Raisha Putri, dan Landhita sahabat-
sahabat tercinta yang selalu mendengar keluh kesah, memberikan support
serta solusi kepada praktikan.
12. Moch. Diva Gilang Pratama yang selalu menemani, terimakasih atas
kesetiaan, nasehat, dukungan serta motivasi yang telah diberikan sehingga
praktikan dapat menyelesaikan laporan ini.
13. Seluruh pihak yang telah membantu dalam pelaksanaan praktikum dan
penyusunan laporan ini.
Semoga berkah, karunia dan RahmatNya dilimpahkan kepada bapak, ibu dan
saudara serta mendapatkan balasan yang baik dari Tuhan Yang Maha Esa.
Praktikan mengharapkan laporan ini dapat bermanfaat dan berguna bagi pembaca
pada umumnya dan khususnya bagi praktikan sendiri dalam aspek pengalaman
praktik sebagai pekerja sosial profesional.
Bandung, Mei 2021

Praktikan
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR .......................................................................................... i
DAFTAR ISI ........................................................................................................ iv
DAFTAR TABEL ............................................................................................... vi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... viii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ ix
BAB I : PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum ............................................................... 5
1.3 Fokus Praktik, Metode, Strategi dan Taktik Praktik Pekerjaan Sosial yang
Digunakan .................................................................................................8
1.4 Teknologi Praktik Pekerjaan Sosial Makro yang Digunakan, Peran Pekerja
Sosial, Proses Supervisi, Langkah-Langkah Kegiatan Praktikum .............9
1.5 Sistematika Penulisan Laporan Praktikum .............................................21

BAB II : KAJIAN PUSTAKA


2.1 Kajian tentang Konsep Komunitas dan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
..................................................................................................................24
2.2 Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Lokal, Kebijakan dan Program
dalam Pengembangan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial .................36
2.3 Kajian tentang Praktik Pekerjaan Sosial Makro ......................................45

BAB III : PROFIL KOMUNITAS DAN PEMERINTAHAN DESA


BANDASARI
3.1 Latar Belakang .........................................................................................68
3.2 Komponen Khusus dalam Masyarakat ....................................................71
3.3 Kehidupan Interaksi Sosial Masyarakat Desa Bandasari.........................83
3.4 Identifikasi Masalah Sosial ......................................................................83
3.5 Identifikasi Potensi dan Sumber ..............................................................90
3.6 Fokus Masalah Sosial ..............................................................................92

iii
BAB IV : PELAKSANAAN PRAKTIKUM
4.1 Inisiasi Sosial ...........................................................................................95
4.2 Pengorganisasian Sosial .........................................................................101
4.3 Asesmen ...............................................................................................104
4.4 Rencana Intervensi .................................................................................112
4.5 Pelaksanaan Intervensi ...........................................................................119
4.6 Evaluasi ...............................................................................................123
4.7 Terminasi dan Rujukan ..........................................................................126

BAB V : REFLEKSI PELAKSANAAN PRAKTIKUM


5.1 Pencapaian Tujuan dan Manfaat Praktikum yang Dirasakan Oleh
Praktikan ...............................................................................................129
5.2 Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Kegiatan Praktikum ..........132
5.3 Usulan dan Masukan Untuk Praktik Pekerjaan Sosial Intervensi Makro
................................................................................................................135

BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI


5.1 Kesimpulan ...........................................................................................137
5.2 Rekomendasi .........................................................................................139

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................141


LAMPIRAN ........................................................................................................143

iv
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 : Penggunaan Lahan Desa Bandasari .....................................................70


Tabel 3.2 : Kondisi Demografi Desa Bandasari ................................................... 70
Tabel 3.3 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Usia ....................................................71
Tabel 3.4 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan........................... 72
Tabel 3.5 : Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian .............................73
Tabel 3.6 : Kelembagaan Sosial Desa Bandasari ..................................................77
Tabel 3.7 : Daftar Pelayanan Kesehatan Desa Bandasari .....................................81
Tabel 3.8 : Daftar Pelayanan Pendidikan Desa Bandasari ....................................81
Tabel 3.9 : Daftar Pelayanan Keagamaan Desa Bandasari ...................................82
Tabel 3.10 : Data Aset Komunitas ........................................................................92
Tabel 4.1 : Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bandasari ........................106
Tabel 4.2 : Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial ...............................................106
Tabel 4.3 : Persebaran PRSE Dusun 4 ................................................................110
Tabel 4.4 : Masalah dan Kebutuhan PRSE Dusun 4 ...........................................111
Tabel 4.5 : Struktur Tim Kerja Masyarakat ........................................................114
Tabel 4.6 : Rencana Anggaran Biaya ..................................................................115
Tabel 4.7 : Jadwal Kegiatan Program Pemberdayaan PRSE ..............................118
Tabel 4.8 : Analisis SWOT .................................................................................125

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1.1 : Supervisi pertama melalui zoom meetings ......................................11


Gambar 1.2 : Penjajakan ke Kantor Desa Bandasari ............................................ 15
Gambar 1.3 : Pembekalan Pra-lapangan via zoom meetings................................. 16
Gambar 1.4 : Penerimaan Praktikan ..................................................................... 17
Gambar 3.1 : Struktur Kepemimpinan Desa Bandasari ........................................75
Gambar 4.1 : Studi Dokumentasi di Desa Bandasari .............................................97
Gambar 4.2 : Transect Walk...................................................................................97
Gambar 4.3 : Kunjungan ke Panti Rehab Bumi Kaheman ....................................98
Gambar 4.4 : Kegiatan Penyaluran BPNT .............................................................99
Gambar 4.5 : Home Visit Ke Rumah Kadus 02 ..................................................103
Gambar 4.6 : Rembug Warga ..............................................................................105
Gambar 4.7 : Kegiatan Focus Group Disscusion ................................................109
Gambar 4.8 : Pembuatan Produk KRIUK LEZET ..............................................121
Gambar 4.9 : Launching produk KRIUK LEZET ..............................................122
Gambar 4.10 : Pemberian Plakat kepada Desa Bandasari ..................................127

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Surat Izin Kesbangpol Jawa Barat

Lampiran 2 : Surat Izin Penjajakan Praktikum Desa Bandasari

Lampiran 3 : Matriks Kegiatan Praktikum

Lampiran 4 : Daftar Hadir Bimbingan Pra-Lapangan

Lampiran 5 : Daftar Hadir di Lapangan

Lampiran 6 : Peta Desa Bandasari dan Pesebaran PPKS

Lampiran 7 : Skenario MPA pada Rembug Warga

Lampiran 8 : Skenario Proses Focus Group Disscusion

Lampiran 9 : Notulensi Rembug Warga

Lampiran 10 : Notulensi Focus Group Disscusion

Lampiran 11 : Berita Acara Rembug Warga

Lampiran 12 : Berita Acara Pelatihan Pembuatan Kriuk Lezet

Lampiran 13 : Daftar Hadir Rembug Warga

Lampiran 14 : Daftar Hadir Pelatihan Pembuatan Kriuk Lezet

Lampiran 15 : Foto kegiatan Praktikum Pemberdayaan PRSE

Lampiran 16 : Catatan Harian Praktikan

viii
1

BAB I

PENDAHULUAN

BAB I tentang pendahuluan akan membahas meliputi latar belakang,

tujuan praktikum, manfaat praktikum, fokus praktik, metode, strategi dan taktik

praktik pekerjaan sosial yang digunakan selama pelaksanaan praktikum, peran

pekerja sosial dalam praktikum, proses supervisi, langkah-langkah kegiatan

praktikum, serta sistematika penulisan laporan praktikum.

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa Politeknik Kesejahteraan Sosial (Poltekesos) Bandung

adalah calon pekerja sosial yang harus memiliki kompetensi intervensi yang

dilandasi oleh pengetahuan, nilai, keterampilan pekerjaan sosial. Intervensi

pekerjaan sosial dilaksanakan dalam aras mikro, messo, dan makro. Praktikum

yang menyediakan pembelajaran praktik secara langsung (learning by doing)

merupakan komponen yang sangat penting dalam pendidikan pekerjaan sosial

untuk membangun kompetensi tersebut. Praktik pekerjaan sosial makro

berhubungan dengan aspek pelayanan sosial komunitas yang memfokuskan

pada pendekatan ekologi dalam rangka meningkatkan taraf kesejahteraan dan

kemandirian masyarakat desa. Intervensi makro pada praktik pekerjaan sosial

dalam Praktikum III dilaksanakan dengan metode community work

menggunakan dua model pendekatan, yakni pengembangan masyarakat lokal

(locality development) dan perencanaan sosial (social planning).

Praktikum III Praktik Pekerjaan Sosial berbasis masyarakat merupakan


2

salah satu dari tiga kegiatan praktikum yang wajib dilaksanakan oleh

mahasiswa pada semester VIII Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung.

Fokus praktikum III adalah intervensi pekerjaan sosial makro khususnya

praktik pekerjaan sosial dalam pengembangan komunitas/masyarakat lokal.

Penerima manfaat dari berbagai kegiatan intervensi praktik makro

pengembangan komunitas dapat diifokuskan pada komunitas atau populasi

masyarakat tertentu untuk tujuan pengembangan, pencegahan atau penanganan

permasalahan sosial tertentu. Pada praktikum aras makro ini, mahasiswa

diharapkan dapat melakukan intervensi dengan sasaran warga masyarakat

meliputi target group serta interest group, organisasi lokal, serta pembuat

kebijakan di tingkat pemerintahan lokal. Selain itu, praktikum III juga dijadikan

sebagai media pembelajaran untuk menerapkan berbagai pengetahuan, nilai,

dan keterampilan yang diperoleh mahasiswa dari berbagai mata kuliah dalam

kesatuan praktik di lapangan dalam kehidupan nyata yang menjadi arena praktik

pekerjaan sosial. Pembelajaran praktik langsung dalam kehidupan masyarakat

ini diharapkan dapat mengasah kompetensi pekerjaan sosial serta kepekaan

dalam menangani permasalahan sosial serta mengembangkan dan

mendayagunakan potensi dan sumber yang ada disekitar komunitas.

Kegiatan praktikum III Praktik Pekerjaan Sosial Makro dalam

Pengembangan Komunitas Progam Studi Pekerjaan Sosial Program Sarjana

Terapan Poltekesos Bandung, diselenggarakan dengan menggunakan sistem

block placement, dimana mahasiswa atau praktikan mulai dari tanggal 8

Februari sampai dengan 16 April 2021 melakukan aktivitas praktikum di


3

lapangan yang setara dengan 510 jam praktik dengan peserta sebanyak 380

orang yang terbagi menjadi 60 kelompok bimbingan supervisi. Praktikum III

ini berlokasi di daerah tempat tinggal mahasiswa dengan terbagi kedalam 17

provinsi, 50 kabupaten, 13 kota, 30 kelurahan dan 72 desa di Indonesia.

Salah satu desa yang menjadi lokasi praktikum yaitu Desa Bandasari

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung. Berbagai permasalahan telah

diidentifikasi oleh praktikan selama melaksanakan Praktikum III di Desa

Bandasari. Sebagai tugas utama praktikan dalam melaksanakan intervensi

makro pada Praktikum III berbasis masyarakat praktikan menentukaan fokus

praktikum yaitu permasalahan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa

Bandasari.

Penentuan fokus praktikum tersebut didasari atas beberapa

pertimbangan. Berdasarkan pertimbangan kepentingan (urgency), dimana

berdasarkan data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) yang

dilakukan pada bulan Februari 2021 oleh petugas Desa Bandasari dibantu oleh

praktikan didapati bahwa Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa

Bandasari menempati urutan ke-4 dengan jumlah sebanyak 95 jiwa yang

terbagi kedalam empat dusun. dimana PRSE di Desa Bandasari belum pernah

mendapatkan perhatian dari pihak manapun untuk digali permasalahan dan

potensinya.

Pertimbangan pribadi praktikan dalam menentukan fokus

permasalahan tersebut mengacu pada hasil observasi dan asesmen dimana

banyak potensi pada PRSE di Desa Bandasari. PRSE di Desa Bandasari


4

sebagaian besar mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan bekerja sebagai

buruh tani, petani dan pedagang. Di Dusun 4 yang terdiri dari 2 RW yaitu RW

5 dan 6 sebagain bear PRSE menghabiskan waktunya sebagai buruh tani di

ladang labu siam, cabai dan tomat. Di dusun 4 sendiri memiliki potensi

sumberdaya alam yang melimpah mengingat letak dusun 4 yang berada di

dataran tinggi serta bagian paling ujung Desa Bandasari dan berbatasan dengan

Desa Ciwidey. Dusun 4 terkenal dengan melimpah ruahnya panen labu siam

(waluh) dengan kualitas yang sangat baik, serta para PRSE di dusun 4 memiliki

kegemaran memasak. Dalam hal ini PRSE di dusun 4 dapat memanfaatkan

sumberdaya alam yang ada menjadi sesuatu yang bernilai jual untuk menambah

penghasilan dalam mencukupi kebutuhan sehari-hari, serta dapat menjadi ciri

khas produk makanan dari dusun 4.

Potensi yang dimiliki oleh Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE)

sebenarnya sangatlah mempunyai prospek yang bagus untuk jangka panjang.

Hal tersebut dapat dilihat dari melimpahnya sumberdaya alam yaitu labu siam

yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat lokal terutama PRSE yang ada di

Desa Bandasari untuk menunjang perekonomian mereka. Oleh karena itu,

dalam praktikum III Praktik Pekerjaan Sosial berbasis masyrakat ini, praktikan

tertarik untuk mengambil pemberdayaan PRSE yang selanjutnya membentuk

serta bekerjasama dengan Tim Kerja Masyarakat (TKM) dalam menjalankan

program yang telah dilaksanakan.

Harapan dari praktikan dalam praktikum III Praktik Pekerjaan Sosial

dalam Berbasis Masyarakat ini, praktikan dapat belajar dan mempraktikkan


5

praktik pekerjaan sosial dengan komunitas yaitu community work dan dapat

berkontribusi dalam meningkatkan kesejahteraan komunitas atau masyarakat

lokal, dalam hal ini Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang menjadi

sasaran program tersebut.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum

Tujuan Praktikum III ini dibagi menjadi dua yaitu tujuan umum dan

tujuan khusus, adapun penjelasan dari setiap tujuan sebagai berikut:

1.2.1 Tujuan Praktikum

1. Tujuan Umum

Tujuan umum praktikum III adalah meningkatkan kompetensi mahasiswa

dalam melakukan pengembangan komunitas/masyarakat lokal.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus praktikum III adalah agar mahasiswa memiliki :

a. Kemampuan untuk menerapkan konsep dan teori-teori praktik

pekerjaan sosial makro dalam pengembangan komunitas/masyarakat

lokal.

b. Kemampuan untuk mengaplikasikan prinsip dan etika pekerjaan sosial

dalam praktik pekerjaan sosial dalam pengembangan komunitas;

c. Kemampuan berkomunikasi dan mengembangkan relasi pertolongan

praktik pekerjaan sosial dengan target group dan interest group;

d. Kemampuan melakukan inisiasi sosial dengan melibatkan masyarakat

di dalam memahami profil masyarakat;


6

e. Kemampuan melakukan asesmen untuk menemukenali dan

menganalisis permasalahan, kebutuhan, potensi dan sumber,

sertakebijakan sosial yang relevan.

f. Kemampuan merumuskan perencanaan intervensiuntuk pengembangan

komunitas/ masyarakat local secara partisipatif;

g. Kemampuan menerapkan rencana intervensi.

h. Kemampuan melakukan evaluasi terhadap proses dan hasil intervensi.

i. Kemampuan melakukan terminasi dan rujukan dalam pengembangan

komunitas/masyarakat lokal.

j. Kemampuan melakukan pencatatandan pelaporan dalam

pengembangankomunitas/ masyarakat lokal.

1.2.2 Manfaat Praktikum

Adapun manfaat-manfaat dalam melaksanakan praktikum III Praktik

Pekerjaan Sosial berbasis masyarakat adalah sebagai berikut:

1. Mahasiswa

Manfaat praktikum III bagi mahasiswa antara lain:

a. Mahasiswa memiliki pengalaman praktik pengembangan komunitas

untuk merintis pengembangan karier professional sebagai pekerja

sosial.

b. Mahasiswa memiliki kesempatan untuk berkontribusi dalam

meningkatkan kesejahteraan komunitas/masyarakat lokal.

c. Mahasiswa lebih memahami dan peka terhadap isu-isu penting yang

berkaitan dengan kesejahteraan komunitas/masyarakat lokal.


7

2. Lembaga Politeknik Kesejahteraan Sosial Bandung Manfaat praktikum III

bagi POLTEKESOS antara lain:

a. Meningkatnya kualitas kurikulum Program Sarjana Terapan Pekerjaan

Sosial POLTEKESOS Bandung.

b. Meningkatnya kemampuan Sumber Daya Manusia (SDM) Pekerjaan

Sosial dalam pelaksanaan supervisi praktik pekerjaan sosial.

c. Memperoleh kesempatan untuk mempromosikan profesi dan

pendidikanpekerjaan sosial

3. Masyarakat dan Pemerintah Lokal

Manfaat praktikum III bagi masyarakat dan pemerintah lokal antara lain:

a. Meningkatnya kesadaran dan berkembangnya inisiatif masyarakat

untuk menangani permasalahan sosial dan pemenuhan kebutuhan

masyarakat dalam rangka meningkatkan kesejahteraan sosial

masyarakat di lingkungannya.

b. Meningkatnya keberdayaan masyarakat dalam menangani

permasalahan sosial dan pemenuhan kebutuhan serta mengembangkan

dan mendayagunakan potensi dan sumber yang ada.

c. Mendapat masukan tentang peluang-peluang pemanfaatan sistem

sumber penyedia pelayanan yang dapat diakses untuk menangani

permasalahan sosial dan pemenuhan kebutuhan masyarakat.

d. Mendapat masukan tentang peluang-peluang pengembangan kebijakan

di tingkat lokal.
8

1.3 Fokus Praktik, Metode, Strategi dan Taktik Pekerjaan Sosial yang

Digunakan

1.3.1 Fokus Praktikum

Fokus praktikum III adalah intervensi pekerjaan sosial makro khususnya

praktik pekerjaan sosial dalam pengembangan komunitas/masyarakat lokal.

Penerima manfaat dari berbagai kegiatan intervensi praktik makro

pengembangan masyarakat yang difokuskan pada komunitas atau populasi

masyarakat di Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung

untuk tujuan pengembangan, pencegahan atau penanganan permasalahan sosial

yaitu Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

1.3.2 Metode Pekerjaan Sosial

Praktikum III praktik pekerjaan sosial makro berbasis masyarakat level

desa dilakukan dengan menggunakan metode pekerjaan sosial yang meliputi

pengembangan masyarakat (community development)/ pengembangan

organisasi (community organization), perencanaan sosial (social planning) serta

aksi sosial (social action).

1.3.3 Strategi dan Taktik Pekerjaan Sosial

Praktik pekerjaan sosial makro memiliki strategi dan taktik yang

digunakan, adapun strategi dan takik tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kolaborasi (Collaboration)

Taktik yang digunakan yaitu:

a. Implementasi, yaitu pelaksanaan kerjasama sistem kegiatan (berbagai

pihak yang dilibatkan dalam kegiatan) dengan populasi/kelompok

sasaran untuk melakukan perubahan untuk memecahkan masalah.


9

b. Pengembangan kapasistas dengan pengembangan partisipasi, dimana

Interest Group dan sebagian Target Group berpartisipasi dalam

kegiatan- kegiatan yang dilaksanakan sebagai upaya perubahan untuk

menyelesaikan masalah.

2. Kampanye (Campaign)

Taktik yang digunakan yaitu:

a. Pendidikan, melalui sistem sumber yang dapat diakses dapat

memberikan sosialisasi tentang pengelolaan usaha untuk menambah

wawasan dan pemahaman mengenai pengelolaan usaha.

b. Persuasi, mengajak Interest Group dan Target Group untuk ikut

berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan baik itu dalam hal

pertemuan atau proses produksi makanan.

c. Pemanfaatan berbagai bentuk media, penggunaan media sosial untuk

mempromosikan produk makanan Sehingga dapat berpengaruh

terhadap pemasaran yang tidak hanya pada salah satu tempat.

1.4 Teknologi Praktik Pekerjaan Sosial yang Digunakan, Peran Pekerja

Sosial, Proses Supervisi, Langkah-langkah Kegiatan Praktikum

1.4.1 Teknologi Praktik Pekerjaan Sosial Makro yang Digunakan

Teknologi praktik pekerjaan sosial dalam intervensi komunitas yang

digunakan dalam praktikum III adalah:

1. Community Involvement, digunakan Praktikan untuk melibatkan diri di

dalam kegiatan-kegiatan masyarakat sebagai upaya membangun trust


10

building dan tahap awal praktikan bekerja di dalam masyarakat. Praktikan

menggunakan teknik ini pada tahap inisiasi sosial.

2. Transect Walk, digunakan dengan melakukan perjalanan antar sektor

wilayah untuk mengenali sumber dan masalah sosial secara umum di wilayah

yang dilintasi. Tujuan dari teknik ini yaitu menyadarkan masyarakat untuk

mengetahui sumber, potensi, wilayah serta masalah yang ada di desa.

Praktikan menggunakan teknik ini pada tahap inisiasi sosial.

3. Methodology of Participatory Assesment (MPA), pendekatan untuk

menemukenali dan menggali masalah, kebutuhan, dan kekuatan masyarakat

secara partisipatif. Praktikan menggunakan teknik ini pada saat kegiatan

rembug warga dalam tahap pengorganisasian sosial.

4. Focus Group Discussion (FGD), diskusi kelompok adalah suatu proses

pengumpulan informasi mengenai suatu permasalahan tertentu yang

sangatspesifik melalui diskusi kelompok. Praktikan menggunakan teknik ini

dengan tujuan untuk mengidentfikasi dan mendiskusikan permasalahan serta

penentuan cara penanganannya.

1.4.2 Peran Pekerja Sosial

Peran pekerja sosial dalam intervensi komunitas terbagi menjadi empat

jenis peranan besar. Beberapa peranan pekerja sosial yang dilaksanakan

dalam proses pelaksanaan praktikum III sebagai berikut:

1. Fasilitator

Peran sebagai fasilitatif ditujukan untuk peduli, mendorong dan

mendukung pengembangan masyarakat. Peran fasilitator ini dilakukan

pekerja sosial dengan memfasilitasi masyarakat dalam menyampaikan


11

pendapatnya. Peran ini dilakukan dengan mengadakan rembug warga dan

beberapa diskusi dalam membahas rencana intervensi yang dapat dilakukan

untuk membantu penangananmasalah perempuan rawan sosial ekonomi.

2. Motivator

Pekerja sosial memberikan motivasi dan semangat kepada kelompok sasaran

yaitu Perempuan Rawan Sosial Ekonomi agar terus berjuang dalam usaha

pemecahan masalah. Motivasi-motivasi yang diberikan tentunyaa disesuaikan

dengan kondisi dimasyarakat.

3. Perencana Sosial (Social Planner)

Pekerja sosial mengumpulkan data dan menganalisis data tentang masalah

perempuan rawan sosial ekonomi terutam adalam usahya. Pekerja sosial

menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani masalah

tersebut. Pekerja sosial mengembangkan program dan mencari alternatif

sumber untuk masalah perempuan rawan sosial ekonomi. Tahap perencanaan

sosial tentunya dilaksanakan bersama masyarakat.

1.4.3 Proses Supervisi

Supervisi merupakan salah satu rangkaian kegiatan praktikum III

Praktik Pekerjaan Sosial Berbasis Masyarakat yang diberikan oleh supervisor

(pembimbing). Supervisi dilaksanakan sebagai upaya quality control praktik

intervensi yang dilakukan praktikan. Berikut merupakan penjabaran kegiatan

supervisi yang dilakukan:

1. Supervisi pertama dilakukan pada hari Selasa, 23 Februari 2021 melalui

zoom meetings bersama Bapak Tukino dan Bapak Benny. Kegiatan

supervisi dilaksanakan pada pukul pukul 10.00 – 11.00 WIB dan


12

membahas tentang perkembangan yang telah dilakukan oleh praktikan.

Selain itu, supervisor menanyakan terkait hambatan praktikan selama

proses praktikum berlangsung dari tahap inisiasi dan pengorganisasian

sosial. Praktikan juga diharapkan untuk memahami kembali mengenai

kondisi demografi, jumlah penduduk, dan jumlah kartu keluarga yang ada

di Desa Bandasari. Studi dokumentasi mengenai Profil Desa Bandasari

juga agar dilengkapi oleh praktikan. Supervisor juga menyarankan untuk

melaksanakan Community Meeting baiknya dilaksanakan pada tingkat

desa. Penerapan teknik MPA boleh diawali dengan penjelasan mengenai

PPKS dan PSKS serta program yang ada.

Gambar 1.1 Kegiatan supervisi pertama via zoom meetings

Sumber : Dokumentasi Praktikan POLTEKESOS Tahun 2021

2. Supervisi kedua dilaksanakan via daring melalui zoom meetings pada hari

Selasa, 31 Maret 2021 pukul 13.00 – 14.00 WIB. Masing-masing

praktikan memaparkan fokus masalah yang diambil, yaitu Boy Yulens

mengambil fokus permasalahan karang taruna, Aditya Putra mengambil


13

fokus permasalahan sampah, Meitha Rizki mengambil fokus anak putus

sekolah dan Jastias Tiara megambil fokus permasalahan Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi. Selain itu, praktikan juga membahas temuan

selama melakukan asesmen awal dan asesmen lanjutan serta rencana

intervensi bersama Tim Kerja Masyarakat (TKM) yang sudah terbentuk.

3. Supervisi oleh Liaison dilaksanakan oleh Bapak Benny bersamaan dengan

supervisi bersama supervisor. Bapak Benny selalu hadir bersama Bapak

Tukino dalam satu zoom meetings untuk melakukan supervisi. Adapun

hasilnya yaitu pelaporan progres dan hambatan kegiatan praktikum III,

serta pemberian motivasi, nasehat, dan dukungan atau support agar

praktikan selalu kompak dan semangat menjalankan praktikum III.

1.4.4 Langkah-Langkah Kegiatan Praktikum

Terdapat dua tahapan atau proses pada praktikum III yakni tahap pra

lapangan dan tahap lapangan. Pelaksanaan praktikum III pekerjaan

sosialberbasis masyarakat yang dilakukan antara lain sebagai berikut:

1.4.4.1 Tahap Pra Lapangan

Tahapan pra lapangan ini dilakukan sebelum praktikan turun ke lokasi

praktikum atau biasa disebut tahap persiapan. Pada tahap ini ada beberapa

kegiatan yang dilakukan praktikan. Kegiatan yang dilakukan adalah sebagai

berikut:

1. Pembekalan Praktikum

Kegiatan pembekalan praktikum III dilaksanakan dua kali. Tahap


14

pertama dilaksanakan via daring melalui zoom meetings pada Kamis, 21

Januari 2021 pukul 14.00-15.00 WIB yang dihadiri oleh Bapak Pribowo

selaku kepala Laboratorium, dan Bapak Aep Rusmana selaku Kepala

Program Studi Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial dalam pertemuan ini

membahas terkait sosialisasi pelaksanaan praktikum III dengan konsep block

placement di daerah tempat tinggal mahasiswa akibat adanya covid-19,

selanjutnya dibentuklah panitia nasional.

Kemudian tahap kedua yaitu pemebekalan praktikum III dilaksanakan

pada hari Sabtu, 6 Februari 2021 pukul 11.00-13.00 WIB via daring melalui

zoom meetings dengan pemateri Edi Suharto, Ph.D selaku Direktur Jendral

Pemberdayaan Sosial Republik Indonesia, dihadiri pula Bapak Pribowo

selaku Kepala Laboratorium, dan Bapak Aep Rusmana selaku Kepala

Program Studi Sarjana Terapan Pekerjaan Sosial.

2. Proses perizinan praktikum dan penjajakan

Sebelum melakukan kegiatan praktikum, praktikan perlu melakukan

izin dan penjajakan lokasi praktikum. Praktikan melakukan penjajakan pada

hari Rabu, 3 Februari 2021. Penjajakan dilakukan oleh perwakian kelompok

yang bertempat tinggal di Desa Bandasari yaitu Jastias dan Meitha. Praktikan

mendatangi Kantor Desa Bandasari dan disambut langsung oleh Sekretaris

Desa serta Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial, praktikan bertujuan untuk

menyerahkan surat izin praktikum dan surat kesbangpol jawa barat,

selanjutnya praktikan membicarakan mengenai konsep praktikum III berbasis

masyarakat kepada aparat desa.


15

Gambar 1.2 Penjajakan di Desa Bandasari bersama Sekretaris Desa

Sumber : Dokumentasi Praktikan POLTEKESOS Tahun 2021

3. Bimbingan Pra lapangan

Tahap pra lapangan dimulai sejak tanggal 26 Januari 2021. Salah

satu kegiatan dalam pra lapangan adalah dengan supervisor dan liaison.

Bimbingan pertama pada Rabu, 3 Februari 2021 pukul 09.00-10.00 WIB

melalui daring via zoom meetings. Pada bimbingan pertama supervisor

menginstruksikan kepada mahasiswa untuk mempersiapkan learning

aggrement yang berisi terkait maksud dan tujuan praktikum, kajian teoritis

serta matriks kerja selama praktikum.

Bimbingan kedua dilaksanakan pada Jum’at, 5 Februari 2021 pukul

15.30-17.00 WIB melalui daring via zoom meetings, yang dihadiri oleh

Liason yaitu Bapak Benny serta supervisor dan praktikan yang liasonnya

beliau. Pada pertemuan itu liason menjelaskan tugas-tugasnya sebagai,

memastikan bahwa setiap praktikan untuk segera melakukan perizinan ke

desanya masing-masing dan memberikan saran terkait kegiatan praktikum III

di lapangan nantinya serta motivasi dan memberikan nasehat agara selalu


16

menjaga kekompokan kelompok.

Gambar 1.2 Pembekalan Pra-Lapangan Bersama Liason via zoom meetings

Sumber : Dokumentasi Praktikan POLTEKESOS Tahun 2021

1.4.4.2 Tahap Lapangan

Langkah-langkah pelaksanaan praktikum dalam pelaksanaan praktek

pekerjaan sosial komunitas adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan awal

Penerimaa awal praktikan dilaksanakan pada hari Senin, 8 Februari

pukul 13.00 WIB melalui daring via zoom meetings yang dhadiri oleh

Supervisor yaitu Bapak Tukino, praktikan melakukan penerimaan praktikum

III di Aula Kantor Desa Bandasari bersama Kepala Urusan Pemerintahan

Desa Bandasari Bapak Ogi selaku perwakilan dari Sekretaris Desa dan Kasi

Kesejahteraan yang pada saat itu sedang ada rapat. Setelah penerimaan,

praktikan diajak melakukan kunjungan ke Panti Rehabilitasi Sosial NAPZA

dan Bina Laras Bumi Kaheman yang berada di RW 08 Desa Bandasari,

kunjungan ini ditrmani oleh Bapak Ogi dan Ibu Rena selaku pendamping

residen di panti. Praktikan pun dikenalkan bagaimana letak geografis di Desa


17

Bandasari.

Gambar 1.4 Penerimaan Praktikan via zoom meetings

Sumber : Dokumentasi Praktikan POLTEKESOS Tahun 2021

2. Proses Praktikum

Pelaksanaan praktikum yang terdiri dari proses inisiasi sosial,

pengorganisasian sosial, asesmen sosial, perencanaan sosial, intervensi,

evaluasi kemudian terminasi dan rujukan. Setiap proses diuraikan sebagai

berikut:

a. Inisiasi sosial

Kegiatan dalam proses inisiasi sosial meliputi transect walk

dengan tujuan untuk mengenali wilayah Desa Bandasari. Saat Proses

inisiasi sosial juga dilakukan community involvement dengan menghadiri

berbagai kegiatan-kegiatan di Desa Bandasari. Selain itu praktikan juga

melakukan kunjungan rumah (home visit) ke rumah tokoh-tokoh

masyarakat.

b. Pengorganisasian sosial

Pengorganisasian sosial meliputi pelibatan warga masyarakat

sehingga mereka secara bersama menyadari akan adanya masalah,


18

kebutuhan dan kekuatan komunitas untuk diintervensi dan

mengorganisasikan diri untuk menghadapi perubahan yang akan

dilakukan. Praktikan melakukan home visit ke stake holder, ketua RT,

ketua RW, kepala dusun serta beberapa masyarakat yang ada di Desa

Bandasari.

c. Asesmen Sosial

Asesmen sosial dilaksanakan melalui dua tahapan yaitu tahapan

asesmen awal dan tahapan asesmen lanjutan. Asesmen awal dilakukan

mulai tanggal 24 Februari s.d. taggal 2 Maret 2021. Asesmen awal

dilakukan dalam bentuk rembug warga atau Community Meeting yang

dilaksanakan pada hari Jumat, 26 Februari 2021 di Aula Desa Bandasari

pada pukul 13.00-16.00. Dalam rembug warga didapatkan 4 permasalahan

prioritas mengenai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial yaitu

Rutilahu, Sampah, Anak Putus Sekolah, dan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi. Serta ditemukan pula PSKS yang ada di Desa Bandasari yaitu

Pekerja Sosial Masyarakat, Taruna Siaga Bencana, Wahana Kesejahteraan

Sosial Berbasis Masyarakat, Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial,

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Keluarga Pionir, Dunia Usaha,

dan Lembaga Kesejahteraan Sosial.

Tahap Asesmen Lanjutan dilaksanakan mulai tanggal 3 Maret - 9

Maret 2021. Dalam tahapaan asesmen lanjutan praktikan memfasilitasi

masyarakat untuk identifikasi terhadap faktor penyebab dan akibat

munculnya masalah sesuai dengan fokus yang diambil, dan


19

mengidentifikasi sumber-sumber yang mungkin bisa digunakan untuk

penyelesaian masalah. Praktikan melakukan Focus Group Disscusion

bersama Tim Kerja Masyarakat.

d. Perencanaan Intervensi

Kegiatan perencanaan dilakukan oleh masing-masing praktikan

sesuai dengan fokus permasalahan masing-masing. Proses perencanaan

dilakukan sejak tanggal 10 – 18 Maret 2021. Teknik yang digunakan

dalam proses perencanaan sosial adalah Focus Froup Discussion. Pada

tahap ini, praktikan juga dibantu oleh Tim Kerja Masyarakat yang

berfokus pada pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa

Bandasari.

e. Pelaksanaan Intervensi

Pelaksanaan intervensi merupakan tindak lanjut yang dilakukan

berdasarkan rencana intervensi yang telah dilakukan oleh praktikan

bersama-sama dengan tim kerja masyarakat. Pelaksanaan intervensi pada

pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) dilaksanakan

sesuai dengan jadwal yang telah disusun dalam matriks rencana kegiatan.

Peran dari tim kerja sangat penting terutama dalam menggerakan

masyarakat agar mau berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan.

Pelaksanaan intervensi dilakukan dengan tujuan untuk mencapai

perubahan perilaku masyarakat yang menjadi sasaran intervensi Proses ini

dilakukan pada 4 dan 5 April 2021.

f. Evaluasi
20

Tahap evaluasi merupakan proses penilaian akan berhasil intervensi

yang sudah dilaksanakan baik dari segi proses maupun pencapaian hasil.

Waktu yang digunakan pada moneva ini yaitu selama 5 hari dengan

sasaran kelompok yang beranggotakan target group dan interest group.

Evaluasi kegiatan intervensi dilakukan praktikan bersama Tim Kerja

Masyarakat (TKM). Proses evaluasi ini dilakukan untuk melihat indikator

keberhasilan dan langkah-langkah dalam menghadapi hambatan selama

proses penanganan masalah pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi. Kegiatan evaluasi ini dilakukan sebelum dan setelah melakukan

kegiatan intervensi.

g. Terminasi dan Rujukan

Tahap terminasi dan rujukan merupakan proses pengakhiran praktik

pekerjaan sosial makro sebagai tindak lanjut intervensi yang sudah

dilaksanakan dengan menyalurkan kepada lembaga kesejahteraan sosial

atau sistem sumber lain yang dapat melanjutkan proses pertolongan

pekerjaan sosial. Waktu yang digunakan dalam tahap terminasi dan

rujukan selama 7 hari dengan melakukan kunjungan ke lembaga dan atau

sistem sumber.

Pengakhiran (terminasi) kegiatan praktikum berbasias masyarakat

terhadap masyarakat yang tergabung dalam Tim Kerja Masyarakat (TKM)

fokus penanganan masalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di

Desa Bandasari dilaksanakan pada 21 April 2021. Praktikan

menyampaikan bahwa kegiatan intervensi oleh praktikan telah selesai dan


21

dilanjutkan oleh TKM. Praktikan juga mengucapkan terimaksih atas

kerjasama TKM.

3. Tahap Pengakhiran

Tahap pengakhiran dilakukan oleh praktikan dengan melakukan

terminasi dan berpamitan kepada masyarakat Desa Bandasari serta Aparat

Desa Bandasari. Praktikan juga menyampaikan hasil yang telah dicapai

kepada Aparat Desa Bandasari. Hal tersebut berkaitan dengan hasil intervensi,

evaluasi dan rujukan agar dapat ditindaklanjuti baik oleh Tim Kerja

Masyarakat ataupun oleh pihak Desa Bandasari.

1.5 Sistematika Penulisan Laporan

Laporan akhir kegiatan praktikum di Desa Bandasari ini disusun

berdasarkan sistematika sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Memuat Latar Belakang, Tujuan Praktikum, Manfaat

Praktikum, Fokus Praktik, Metode, Strategi, dan Taktik

Pekerjaan Sosial yang Digunakan, Teknologi Praktik

Pekerjaan Sosial Makro yang Digunakan, Peran Pekerja Sosial

dalam Praktikum, Proses Supervisi, dan Langkah-Langkah

Kegiatan Praktikum, serta

Sistematika Penulisan Laporan Praktikum


22

BAB II : KAJIAN PUSTAKA

Memuat Kajian tentang konsep masyarakat/komunitas serta

permasalahan kemiskinan dan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi,Kajian tentang sistem pemerintahan lokal, kebijakan

dan program dalam pengembangan masyarakat dan

kesejahteraan sosial, serta Kajian tentang Praktik Pekerjaan

Sosial Makro/Pengembangan Masyarakat (definisi, model-

model pengembangan masyarakat/ komunitas, prinsip-

prinsip, proses, strategi, taktik, dan teknik,

keterampilan, dan peran pekerja sosial)

BAB III : PROFIL KOMUNITAS

Memuat sejarah/latar belakang terbentuknya

masyarakat/nama wilayah, karakteristik demografi, struktur

ekonomi, kondisi perumahan, tingkat pendapatan penduduk,

struktur kepemimpinan, sistem nilai budaya, sistem

pengelompokan dalam masyarakat, sistem pelayanan

kesejahteraan sosial, dan kemungkinan menerima

perubahan, gambaran interaksi sosial masyarakat, kondisi

masalah sosial yang ada di masyarakat (PPKS), gambaran

potensi dan sumber berdasarkan aset komunitas, gambaran

mengenai fokus masalah yang dipilih, upaya yang telah

dilakukan untuk mengatasi, serta hasil yang dicapai,

penyebab kegagalan terhadap upaya pemecahan masalah


23

yang pernah dilakukan.

BAB IV : PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Memuat laporan tentang kegiatan Inisiasi Sosial,

Pengorganisasian Sosial, Asesmen, Perumusan Rencana

Intervensi, Pelaksanaan Intervensi, Evaluasi, dan Terminasi.

BAB V : REFLEKSI PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Memuat tentang Pencapaian manfaat dan tujuan yang

dirasakan oleh praktikan. Selanjutnya terkait refleksi

lapangan dan faktor pendukung serta penghambat kegiatan

praktikum, dan evaluasi praktik peksos makro berupa usulan

dan masukan untuk praktik peksos makro khususnya terkait

dengan metode dan teknik serta teknologi pekerjaan sosial

makro yang digunakan.

BAB VI : KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Memuat laporan tentang Kesimpulan Praktik Pekerjaan

Sosial Makro dan Hasil yang Telah dan Belum Dicapai

dalam Praktikumserta Rekomendasi yang ditujukan kepada

pihak terkait.
24

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

BAB II ini akan membahas tentang konsep masyarakat/komunitas serta

permasalahannya, kajian tentang Sistem Pemerintahan Desa, kebijakan dan

program dalam pengembangan masyarakat dan kesejahteraan sosial, kajian tentang

peningkatan kapasitas, kajian tentang praktik pekerjaan sosial

makro/pengembangan masyarakat yang meliputi definisi, model-meodel

pengembangan masyarakat/komunitas, prinsip, proses, strategi, tektik dan teknik,

keterampilan dan peran pekerja sosial.

2.1 Kajian tentang Konsep Komunitas, Kemiskinan dan PerempuanRawan


Sosial Ekonomi (PRSE)

2.1.1 Kajian tentang Komunitas

Kajian tentang komunitas meliputi pengertian komunitas, unsur

komunitas, komponen komunitas, aset komunitas, dan ciri-ciri komunitas.

2.1.1.1 Pengertian Komunitas

Komunitas oleh Soerjono Soekanto (2012:132) diartikan sebagai

masyarakat setempat yang menunjukkan pada warga sebuah desa, kota,

suku, atau bangsa. Apabila anggota-anggota sesuatu kelompok, baik

kelompok itu besar maupun kecil, hidup bersama sedemikian rupa sehingga

merasakan bahwa kelompok tersebut dapat memenuhi kepentingan-

kepentingan hidup yang utama, kelompok tadi disebut masyarakat setempat.


25

Pengertian komunitas dalam arti lokal, seperti apa yang dikemukakan

oleh Kenneth Wilkinson dalam Isbandi (2008) dimana mereka melihat

komunitas sekurang-kurangnya mempunyai tiga unsur dasar, yaitu:

1. Adanya batasan wilayah atau tempat (territory or place)

2. Merupakan suatu organisasi sosial‘ atau institusi sosial yang menyediakan

kesempatan untuk para warganya agar dapat melakukan interaksi

antarwarga secara reguler

3. Interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun

kepentingan yang sama (common interest)

Berdasarkan pengertian beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan

bahwa komunitas merupakan sekelompok masyarakat pada sebuah desa,

kota, suku, atau bangsa yang berinteraksi satu sama lain sehingga dapat

memenuhi kepentingan- kepentingan hidup yang utama.

2.1.1.2 Ciri-Ciri Komunitas

Komunitas pastilah memiliki ciri-ciri yang mebedakannya dari yang

lain. Jim Ife dan Frank Tesoirero (2008) menyatakan ciri-ciri dari komunitas

adalah sebagai berikut:

1. Skala Manusia

Sebagai lawan dari struktur-struktur yang besar, tidak bersifat pribadi dan

terpusat. Komunitas juga melibatkan interaksi-interaksi pada suatu skala

yang mudah dikendalikan dan digunakan oleh individu-individu, sehingga

skalanya hanya terbatas pada orang-orang yang akan saling mengenal.

Sesorang dapat saling berhubungan baik asalkan adanya perkenalan, maka


26

dari itu proses perkenalan perlu untuk dilakukan dalam sebuah komunitas.

2. Identitas dan Kepemilikan

Bagi kebanyakan orang, kata komunitas akan memasukan sebentuk

perasaan memiliki atau perasaan diterima dan dihargai dalam lingkup

kelompok tersebut. Hal ini menyebabkan penggunaan istilah anggota

komunitas yang memliiki arti memiliki, penerimaan oleh yang lain dan

kesetiaan kepada tujuan-tujuan yang ingin dicapai.

3. Kewajiban-kewajiban

Keanggotaan dari sebuah organisasi membawa hak maupun tanggung

jawab, dan sebuah komunitas juga menuntut kewajiban tertentu dari para

anggotanya. Oleh karena itu anggota dalam suatu komunitas pastinya

harus menjalankan kewajiban-kewajiban sebagai anggota masyarakat.

4. Gemeinschaft

Sebuah komunitas akan memungkinkan orang berinteraksi dengan

sesamanya dalam keragaman peran yang lebih besar, dimana peran-peran

tersebut kurang dibeda-bedakan dan bukan berdasarkan kontrak, serta

akan mendorong interaksi-interaksi dengan yang lain sebagai seluruh

warga ketimbang sebagai peran atau katagori yang terbatas dan tetap.

5. Kebudayaan

Suatu komunitas menyediakan sebuah kesempatan bagi suatu penangkal

terhadap fenomena kultur masal. Kebudayaan masyarakat modern

diproduksi dan dikonsumsi pada tingkat masal, yang terlalu sering

mengakibatkan keseragaman yang steril dan pemindahan kultur dari


27

pengalaman lokal orang-orang biasa. Kebudayaan sangat bepengaruh

dalam suatu masyarakat. Kebudayaan masyrakat satu dengan masyarkat

lain pastinya berbeda.

2.1.1.3 Aset Komunitas

Green dan Haines dalam Isbandi (2008) menyatakan bahwa terdapat

tujuh aset komunitas dalam pengembangan masyarakat yaitu modal fisik,

modal finansial, modal lingkungan, modal teknologi, modal manusia, modal

sosial, dan modal spiritual yang dijelaskan sebagai berikut:

1. Modal Fisik

Modal fisik merupakan salah satu modal dasar yang terdapat dalam setiap

masyarakat, baik itu masyarakat yang hidup secara tradisional maupun

masyarakat yang modern. Modal fisik terdiri dari dua kelompok utama yaitu

bangunan dan infrastruktur. Bangunan terdiri rumah, pertokoan, perkantoran,

dan gedung perniagaan. Sedangkan infrastruktur terdiri dari jalan raya,

jembatan, jalan kereta api, sarana pembuangan limbah, sarana air bersih, dan

jaringan telepon.

2. Modal Finansial

Aset komunitas yang kedua yaitu modal finansial yang merupakan dukungan

keuangan yang dimiliki suatu komoditas yang dapat digunakan untuk

membiayai proses pembangunan komunitas tersebut. Modal finansial ini

cukup banyak diperhitungkan dalam menentukan kesejahteraan suatu

komunitas.

3. Modal Lingkungan
28

Modal lain yang juga mempunyai nilai penting dalam suatu perencanaan

partisipatif adalah adanya modal lingkungan yang dapat diakses dan

dimanfaatkan masyarakat. Modal lingkungan dapat berupa potensi yang

belum diolah dan mempunyai nilai ekonomi yang tinggi dalam upaya

pelestarian alam dan juga kenyamanan hidup. Modal lingkungan terdiri dari

bumi, udara, laut, tumbuhan, dan binatang.

4. Modal Teknologi

Sementara modal teknologi adalah sumber yang terkait dengan ketersediaan

teknologi tepat guna yang bermanfaat untuk masyarakat dan bukan sekedar

teknologi digital yang canggih, akan tetapi belum tentu bermanfaat bagi

masyarakat tersebut. Keberadaan teknologi dalam suatu komunitas tidaklah

selalu berarti teknologi yang canggih dan kompleks seperti apa yang

dikembangkan diberbagai negara yang sudah berkembang.

5. Modal Manusia

Manusia merupakan modal dasar dalam melakukan pembangunan karena

kekuatan dari masyarakat merupakan titik tolak dari berkembangnya negara.

Modal manusia yang dimaksud adalah sumber daya manusia yang berkualitas

sehingga dapat menguasai teknologi yang sederhana maupun teknologi yang

canggih.

6. Modal Sosial

Sementara itu, modal sosial adalah norma dan aturan yang mengikat warga

masyarakat yang ada di dalamnya dan mengatur pola perilaku warga, juga

unsur kepercayaan (trust) dan jaringan (networking) antara warga masyarakat


29

ataupun kelompok masyarakat. Terkait dengan perilaku warga masyarakat di

dalam dan antar kelompok, Aiyar dalam Isbandi Rukminto Adi (2008)

mengemukakan tiga macam bentuk modal sosial, yaitu:

a. Bonding capital, yang merupakan modal sosial yang mengikat anggota

masyarakat dalam satu kelompok tertentu.

b. Bridging capital, yang merupakan salah satu bentuk modal sosial yang

menghubungkan warga masyarakat dari kelompok sosial yang berbeda.

c. Linking capital, yang merupakan suatu ikatan antara kelompok warga

masyarakat yang lemah dan kurang berdaya, dengan kelompok warga

masyarakat yang lebih berdaya (powerful people), misalnya bank, polisi,

dinas pertanian, dan lain-lain

7. Modal Spiritual

Aset komunitas terakhir adalah modal spiritual merupakan upaya pemberian

bantuan empati dan perhatian, kasih sayang dan unsur utama dari kebijakan

praktis (dorongan utama pada kegiatan pelayanan).

2.1.2 Kajian tentang Kemiskinan

2.1.2.1 Definisi Kemiskinan

Kemiskinan merupakan suatu hal yang sangatlah kompleks. Hampir

di semua daerah pernah atau mengalami kemiskinan. Edi Suharto (2013)

berpendapat bahwa kemiskinan merupakan situasi kesengsaraan dan

ketidakberdayaan yang dialami seseorang baik akibat ketidakmanpuannya


30

memenuhi kebutuhan hidup, maupun akibat ketidakmampuan negara atau

masyarakat memberikan perlindungan sosial kepada warganya.

Berdasarakan studi SMERU menunjukan bahwa kemiskinan ditandai

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan konsumsi dasar (sandang, pangan

dan papan).

2. Ketidakmampuan untuk berusaha karena cacat fisik maupun mental

3. Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal

dan terpencil)

4. Rendahnya kualitas sumber daya manusia (buta huruf, rendahnya

pendidikan dan keterampilan, sakit-sakitan) dan keterbatasan sumber alam

(tanah tidak subur, lkasi terpencil, ketiadaan infrastruktur jalan, listrik, air)

5. Kerentanan terdapat goncangan yang bersifat individual (rendahnya

pendapatan dan aset) maupun massal (rendahnya modal sosial, ketiadaan

fasilitas umum)

6. Ketiadaan akses terhadap lapangan kerja dan mata pencaharian yang

memadai dan berkesinambungan

7. Ketiadaan akses terhadap kebutuhan hidup dasar lainnya (kesehatan,

pendidikan, sanitasi, air bersih dan transportasi)

8. Ketiadaan jaminan masa depan (karena tiadanya investasi untuk

pendidikan dan keluarga atau tidak adanya perlindungan sosial dari negara

dan masyarakat)
31

9. Ketidakterlibatan dalam kegiatan sosial masyarakat.

2.1.2.2 Dimensi Kemiskinan

Dalam perspektif yang lebih luas lagi, David Cox dalam Edi Suharto

(2009) membagi kemiskinan dalam beberapa dimensi diantaranya adalah:

1. Kemiskinan yang di akibatkan globalisasi. Globalisasi menghasilkan

pemenang dan yang kalah. Pemenang umumnya adalah negara-negara

maju. Sedangkan negara-negara berkembang seringkali semakin

terpinggirkan oleh persaingan dan pasar bebas yang merupakan prasyarat

globalisasi.

2. Kemiskinan yang berkaitan dengan pembangunan. Kemiskinan substein

(kemiskinan akibat rendahnya pembangunan), kemiskinan pedesaan

(kemiskinan akibat peminggiran pedesaan dalam proses pembangunan),

kemiskinan perkotaan (kemiskinan yang di sebabkan oleh hakekat dan

kecepatan pertumbuhan perkotaan).

3. Kemiskinan sosial. Kemiskinan yang di alami oleh perempuan, anak-anak

dan kelompok minoritas.

4. Kemiskinan konsekuensial. Kemiskinan yang terjadi akibat kejadian-

kejadian lain atau faktor-faktor eksternal di luar si miskin, seperti konflik,

bencana alam, kerusakan lingkungan dan tingginya jumlah penduduk.

Ketidakmampuan dan ketidakberuntungan sosial (anak terlantar, wanita

korban tindak kekerasan rumah tangga, janda miskin, kelompok marjinal

dan terpencil).

2.1.2.3 Faktor Penyebab Kemiskinan


32

Faktor-faktor yang menjadi penyebab kemiskinan menurut Edi

Suharto (2009) antara lain:

1. Faktor ekonomi yakni turunnya pertumbuhan ekonomi, akibat adanya

inflasi, refresi dan sebagainya, menimbulkan kemiskinan, sehingga

kemiskinan relatiif dan absolut semakin bertambah. Kemiskinan akibat

perekonomian dapat diselesaikan diatasi dengan meningkatkan

pertumbuhan ekonomi yang baik dan merata. Disamping itu pertumbuhan

ekonomi juga kelangkaan sumber-sumber daya ekonomi merupakan salah

satu sebab timbulnya kemiskinan.

2. Faktor individual, terkait dengan aspek patalogi, termasuk kondisi fisik

dan psikologis di miskin. Orang yang menjadi miskin karena adanya

kecacatan pribadi, dalam arti fisik, mental (attitude), malas, tidak jujur,

merasa terasing sehingga mereka tidak dapat mencari pekerjaan.

3. Faktor sosial, kondisi-kondisi lingkungan sosial yang menjebak orang

menjadi miskin. Misalnya terdapat deskriminasi berdasarkan usia, gender,

etnis, yang menyebabkan orang menjadi miskin. Termasuk dalam faktor

ini ialah kondisi sosial keluarga si miskin yang biasanya menyebabkan

kemiskinan antar generasi.

4. Faktor kultural, kondisi atau kualitas budaya yang menyebabkan

kemiskinan. Faktor ini secara khusus sering menunjuk konsep kemiskinan

kultural atau budaya kemiskinan. Menghubungkan dengan penelitian

Oscar Lewis di Amerika Latin: bahwa memang ada apa yang disebut

kebudayaan kemiskinan, yaitu pola kehidupan masyarakat yang


33

mencerminkan pola hidup apatis, ketidak jujuran, ketergantungan,

motivasi yang rendah, ketidakstabilan keluarga dan sebagainya.

Kebudayaan kemiskinan merupakan ciri dari suatu negara miskin.

5. Faktor struktural, menunjuk pada struktur atau sistem yang tidak adil, tidak

sensitif, dan tidak accessible sehingga menyebabkan seseorang atau

sekelompok orang menjadi miskin. Sebagai contoh, sistem ekonomi

neoliberalisme yang diterapkan di Indonesia telah menyebabkan para

petani, nelayan, dan pekerja sektor informal terjerat oleh, dan sulit keluar

dari kemiskinan. Sebaliknya, stimulus ekonomi pajak dan iklim investasi

lebih menguntungkan orang kaya dan pemodal asing untuk terus dapat

menumpuk kekayaan.

2.1.3 Kajian tentang Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

2.1.3.1 Definisi Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

Perempuan adalah sosok yang paling rentan mengalami

permasalahan. Apalagi ia sebagai perempuan yang menjadi kepala keluarga

dan mempunyai tanggungan anak yang masih berusia belum dewasa.

Perempuan yang dengan kondisi demikian biasa disebut sebagai PRSE. Peran

PRSE di dalam rumah tangga terkait dengan tanggung jawab baik dari segi

pengambil keputusan yang menentukan arah kehidupan rumah tangga

maupun segi ekonomi yang bertanggung jawab atas pemenuhan kebutuhan

hidup dalam rumah tangga. Dilihat dari kelompok umur selama kurun waktu

tahun 2009 sampai dengan 2011, separuh lebih perempuan yang menjadi

kepala keluarga berusia 45-59 tahun (Data Badan Pusat Statistik 2011).
34

Kondisi ini amat berat bagi perempuan sebagai penanggung jawab ekonomi

rumah tangga, terlebih di usia tersebut secara fisik mulai menurun tingkat

produktifitasnya.

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) adalah wanita baik gadis

maupun janda yang merupakan kepala keluarga. Harini dan Listyaningsing

(2000) menjelaskan wanita kepala rumah tangga adalah wanita yang

dianggap bertanggung jawab terhadap rumah tangganya. Peraturan Menteri

Sosial Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2012 menjelaskan bahwa

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi adalah seseorang perempuan dewasa,

menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan cukup

untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

Berdasarkan definisi tersebut dapat di katakan bahwa Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) adalah seorang perempuan dewasa baik yang

sudah menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai penghasilan

cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari.

2.1.3.2 Faktor Penyebab PRSE

Faktor utama penyebab masalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

menurut Akhmad Purnama (2018) dan Alia Fajarwati (2017) dibagi menjadi

dua yaitu faktor internal dan eksternal dari PRSE tersebut. Berikut adalah

faktor penyebab PRSE:

1. Faktor Internal

a. Ditinggal oleh suami baik meninggal atau cerai hidup

b. Tingkat pendidikan rendah


35

c. Tidak mempunyai keterampilan

d. Jenis pekerjaan yang dimiliki

e. Kemampuan perempuan untuk memainkan peran ganda dalam rumah

tangga

2. Faktor eksternal

a. Belum terjangkau oleh program pengentasan kemiskinan dari pemerintah

b. Adanya kebijakan, program, dan kegiatan pembangunan yang belum peka

terhadap gender

2.1.3.3 Indiktor Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial adalah perseorangan,

keluarga atau kelompok masyarakat yang karena suatu hambatan, kesulitan,

atau gangguan tidak dapat melaksanakan fungsi sosialnya sehingga tidak

terpenuhi kebutuhan hidupnya baik jasmani, rohani, maupun sosial secara

memadai dan wajar. Hambatan, kesulitan, atau gangguan tersebut dapat

berupa kemiskinan, keterlantaran, kecacatan, ketunaan sosial,

keterbelakangan, keterasingan atau ketertinggalan, dan bencana alam maupun

bencana sosial.

Kemiskinan merupakan permasalahan yang hingga saat ini masih

belum di selesaikan secara efektif. Salah satu Penyandang Masalah

Kesejahteraan Sosial dengan kondisi di bawah garis kemiskinan adalah

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE). Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi (PRSE) merupakan satu fokus penting dalam upaya

penanggulangan kemiskinan di daerah pedesaan maupun perkotaan. Kriteria


36

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) ini adalah sebagai berikut :

1. Perempuan berusia 18 (delapan belas) tahun sampai dengan 59 (lima puluh

sembilan) tahun;

2. Istri yang di tinggal suami tanpa kejelasan;

3. Menjadi pencari nafkah utama keluarga; dan

4. Berpenghasilan kurang atau tidak mencukupi untuk kehidupan hidup

layak.

2.2 Kajian Tentang Sistem Pemerintahan Lokal, Kebijakan dan Program

dalam Pengembangan Masyarakat dan Kesejahteraan Sosial

2.2.1 Sistem Pemerintahan Lokal

2.2.1.1 Pengertian Desa

Desa merupakan salah suatu wilayah yang mempunyai batasan dan

dapat ditinggali oleh suatu kelompok masyarakat. Secara umum, desa terdiri

dari bangunan sederhana dengan area persawahaan yang mengelilinginya.

Undang-Undang Nomor 06 Tahun 2014 menjelasan bahwa desa adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang

untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat

setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak

tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia. Desa berkedudukan di wilayah kabupaten/kota

dengan jumlah penduduk seminimal-minimalnya berjumlah 6.000 jiwa atau

1.200 kepala keluarga untuk di wilayah Jawa.


37

2.2.1.2 Struktur Pemerintah Desa

Struktur pemerintahan desa terdiri dari Kepala Desa, Badan

Permusyawaratan Desa (BPD), Sekretaris Desa, Kaur Pemerintahan, Kaur

Pembangunan, Kaur Kesejahteraan Rakyat, Kaur Keuangan, dan Kaur

Umum.

1. Kepala Desa

Kepala Desa merupakan pimpinan penyelenggaraan Pemerintahan Desa

berdasarkan kebijakan yang ditetapkan bersama Badan Permusyawaratan

Desa (BPD). Masa jabatan Kepala Desa adalah enam tahun, dan dapat

diperpanjang lagi untuk satu kali masa jabatan. Kepala Desa juga memiliki

wewenang menetapkan Peraturan Desa yang telah mendapat persetujuan

bersama BPD. Kepala Desa dipilih langsung melalui Pemilihan Kepala Desa

(Pilkades) oleh penduduk setempat.

2. Badan Permusyawaratan Desa (BPD)

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) merupakan lembaga perwujudan

demokrasi dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Anggota BPD adalah

wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan keterwakilan wilayah.

Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga (Ketua RW), pemangku adat,

golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat lainnya.

Masa jabatan anggota BPD adalah enam tahun dan dapat diangkat atau

diusulkan kembali untuk satu kali masa jabatan berikutnya.

3. Sekretaris Desa

Sekretaris Desa adalah seseorang yang membantu Kepala Desa dalam


38

pembinaan administrasi dan pelayanan teknis administrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan di desa

untuk meningkatkan pelayanan di dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun

2004 ditegaskan bahwa sekretaris desa akan diisi oleh PNS.

4. Kaur/ Kepala Seksi (Kasi) Pemerintahan

Kaur/Kasi pemerintahan bertugas untuk membantu Kepala Desa dalam tugas

pelayanan, pemberdayaan dan penyelenggaraan Pemerintahan Umum dan

Pemerintahan Desa.

5. Kaur/Kepala Seksi (Kasi) Pembangunan

Kaur/Kasi Pembangunan bertugas membantu Kepala Desa dalam tugas

pelayanan, pemberdayaan dan penyelenggaraan pembangunan di desa.

6. Kaur/Kepala Seksi (Kasi) Kesejahteraan Rakyat

Kaur/Kasi Kesejhateraan Rakyat mempunyai tugas yang berkaitan dengan

peningkatan kesejahteraan masyarakat desa, yaitu melaksanakan pembinaan

dibidang agama, kesehataan, pendidikan, olahraga, dan kesenian.

7. Kaur/Kepala Seksi (Kasi) Keuangan

Kepala urusan keuangan mempunyai tugas menyusun rencana dan laporan

keuangan desa dan bertugas sebagai bendahara desa.

8. Kaur/Kepala Seksi (Kasi) Umum

Kaur/Kasi Umum bertugas untuk membantu Kepala Desa dalam tugas

pelayanan, pemberdayaan dan penyelenggaraan administrasi umum dan

keuangan desa.
39

2.2.2 Tinjauan tentang Kebijakan Sosial

2.2.2.1 Pengertian Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial merupakan salah satu bentuk dari kebijakan publik

yang yang dibuat untuk merespon isu-isu yang bersifat publik, yakni

mengatasi masalah sosial atau memenuhi kebutuhan masyarakat banyak. Edi

Suharto (2006) berpendapat bahwa kebijakan sosial merupakan prinsip-

prinsip yang mengatur tindakan yang diarahkan kepada tujuan-tujuan tertentu

lebih lanjut dijelaskan bahwa kebijakan senantiasa berorientasi kepada

masalah (problem-oriented) dan berorientasi kepada tindakan (action-

oriented). Kebijakan (pollicy) merupakan sebuah ketetapan, instrumen, atau

prinsip-prinsip yang dibuat untuk mencapai tujuan tertentu. Kebijakan

menyangkut tindakan-tindakan yang diarahkan pada kepentingan masyarakat

atau warga negara.

Berdasarkan definisi tersebut dapat dinyatakan bahwa, kebijakan

sosial adalah suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk

mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten

dalam mencapai tujuan tertentu.

2.2.2.2 Tujuan Kebijakan Sosial

Kebijakan sosial senantiasa berorientasi kepada pencapaian tujuan

sosial. Tujuan sosial ini mengandung dua pengertian yang saling terkait,

yakni: memecahkan masalah sosial dan memenuhi kebutuhan sosial. Tujuan

pemecahan masalah mengandung arti mengusahakan atau mengadakan

perbaikan karena ada sesuatu keadaan yang tidak diharapkan (misalnya


40

kemiskinan) atau kejadian yang bersifat destruktif atau patologis yang

mengganggu dan merusak tatanan masyarakat (misalnya kenakalan remaja).

Tujuan pemenuhan kebutuhan mengandung arti menyediakan

pelayanan- pelayanan sosial yang diperlukan, baik dikarenakan adanya

masalah maupun tidak ada masalah, dalam arti bersifat pencegahan

(mencegah terjadinya masalah, mencegah tidak terulang atau timbul lagi

masalah, atau mencegah meluasnya masalah) atau pengembangan

(meningkatkan kualitas suatu kondisi agar lebih baik dari keadaan

sebelumnya). Secara lebih rinci, tujuan-tujuan kebijakan sosial adalah :

1. Mengantisipasi, mengurangi, atau mengatasi masalah-masalah sosial yang

terjadi di masyarakat.

2. Memenuhi kebutuhan-kebutuhan individu, keluarga, kelompok atau

masyarakat yang tidak dapat mereka penuhi secara sendiri-sendiri

melainkan harus melalui tindakan kolektif.

3. Meningkatkan hubungan intrasosial manusia dengan mengurangi

kedisfungsian sosial individu atau kelompok yang disebabkan oleh faktor-

faktor internal- personal maupun eksternal-struktural.

4. Meningkatkan situasi dan lingkungan sosial-ekonomi yang kondusif bagi

upaya pelaksanaan peranan-peranan sosial dan pencapaian kebutuhan

masyarakat sesuai dengan hak, harkat dan martabat kemanusiaan.

5. Menggali, mengalokasikan dan mengembangkan sumber-sumber

kemasyarakatan demi tercapainya kesejahteraan sosial dan keadilan sosial.


41

Menurut David Gil dalam Edi Soeharto (2005), untuk mencapai

tujuan- tujuan kebijakan sosial, terdapat perangkat dan mekanisme

kemasyarakatan yang perlu diubah yaitu yang menyangkut :

1. Pengembangan sumber-sumber

2. Pengalokasian status

3. Pendistribusian hak

2.2.2.3 Sasaran Kebijakan Sosial

Sasaran dari kebijakan sosial antara lain:

1. Individu, kelompok dan masyarakat yang menyandang masalah sosial.

2. Individu, kelompok dan masyarakat yang dikhawatirkan akan menjadi

pemerlu pelayanan sosial.

3. Sumber dan potensi yang mendukung pelayanan sosial.

4. Lembaga pemerintah dan swasta, organisasi-organisasi sosial di

masyarakat.

2.2.2.4 Kebijakan Pemerintah dalam Penanganan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi

Beberapa kebijakan yang berkaitan dengan penanganan masalah

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi antara lain :

1. Landasan Idiil Pancasila mengarahkan agar semua pembangunan dan

pelayanan sosial harus merupakan penjabaran pengalaman dari sila dalam

Pancasila.

2. Landasan Konstitusional Undang-Undang Dasar RI tahun 1945 dalam

pasal 27 ayat 2 UUD 1945, bahwa setiap warga Negara berhak


42

mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

3. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2009 Tentang Kesejahteraan Sosial.

4. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin.

5. Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman

Pendataan dan Pengelolaan Data PPKS dan PSKS.

2.2.3 Program Penanggulangan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

Pemerintah saat ini memiliki berbagai program penanggulangan

kemiskinan yang terintegrasi mulai dan program penanggulangan kemiskinan

berbasis bantuan sosial, program penanggulangan kemiskinan yang berbasis

pemberdayaan masyarakat, serta program penanggulangan kemiskinan

berbasis pemberdayaan usaha kecil yang dijalankan oleh berbagai elemen

pemerintah baik pusat maupun daerah.

Program-program untuk menanggulangi masalah kesejahteraan sosial

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) sebagai berikut :

1. Program Keluarga Harapan (PKH)

Program Keluarga Harapan (PKH) adalah program perlindungan sosial yang

memberikan bantuan tunai kepada Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

dan bagi anggota keluarga Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM)

diwajibkan melaksanakan persyaratan dan ketentuan yang telah ditetapkan.

Tujuan utama Program Keluarga Harapan (PKH) adalah untuk mengurangi

kemiskinan dan meningkatkan kualitas sumberdaya manusia terutama pada

kelompok masyarakat miskin. Secara khusus, tujuan Program Keluarga


43

Harapan (PKH) terdiri atas: meningkatkan kondisi sosial ekonomi RTSM,

meningkatkan taraf pendidikan anak-anak RTSM, meningkatkan status

kesehatan dan gizi ibu hamil, ibu nifas, dan anak di bawah 6 tahun dari

RTSM, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan pendidikan dan

kesehatan, khususnya bagi RTSM.

2. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

BPNT merupakan bantuan berupa bahan pokok yang diperuntukkan bagi

keluarga miskin sebagai upaya dari pemerintah untuk meningkatkan

ketahanan pangan dan memberikan perlindungan pada keluarga miskin.

Program ini bertujuan untuk mengurangi beban pengeluaran Rumah Tangga

Sasaran (RTS) melalui pemenuhan sebagian kebutuhan pangan pokok dalam

bentuk beras serta telur dan mencegah penurunan konsumsi energi dan

protein. Selain itu BPNT bertujuan untuk meningkatkan/membuka akses

pangan keluarga melalui penjualan beras kepada keluarga penerima manfaat

dengan jumlah yang telah ditentukan.

3. Kelompok Usaha Bersama (KUBE)

KUBE adalah program yang bertujuan meningkatkan kemampuan anggota

KUBE di dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidup sehari-hari, ditandai

dengan meningkatnya pendapatan keluarga, meningkatnya kualitas pangan,

sandang, papan, kesehatan, tingkat pendidikan, meningkatnya kemampuan

anggota KUBE dalam mengatasi masalah-masalah yang mungkin terjadi

dalam keluarganya maupun dengan lingkungan sosialnya, meningkatkan

kemampuan anggota KUBE dengan menampilkan peranan- peranan


44

sosialnya, baik dalam keluarga maupun lingkungan sosialnya. Sasaran

program KUBE adalah keluarga miskin produktif (orang yang sama sekali

tidak mempunyai sumber mata pencaharian dan tidak mempunyai

kemampuan memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan atau

orang yang mempunyai sumber mata pencaharian, tetapi tidak dapat

memenuhi kebutuhan pokok yang layak bagi kemanusiaan, keluarga miskin

yang mengalami penurunan pendapatan dan kesejahteraannya atau

mengalami penghentian penghasilan.

4. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga (PEKKA)

Program PEKKA memiliki visi pemberdayaan perempuan kepala keluarga

dalam rangka ikut berkontribusi membangun tatanan masyarakat yang

sejahtera, adil gender dan bermartabat. Adapun misi PEKKA adalah

mengorganisir dan memfasilitasi perempuan kepala keluarga agar mampu

meningkatkan kesejahteraannya, memiliki akses terhadap berbagai sumber

daya, mampu berpartisipasi aktif pada setiap siklus pembangunan di

wilayahnya, memiliki kesadaran kritis akan haknya sebagai manusia dan

warga negara, serta mempunyai kontrol terhadap diri dan proses pengambilan

keputusan baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat. Program ini

merupakan program dari Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan

Anak dan Keluarga Berencana (DP3AKB) Provinsi Jawa Barat. Program

PEKKA kemudian dikebangakan berdasarkan persoalan, kebutuhan dan

perkembangan komunitas Perempuan Kepala Keluarga. Kegiatan tersebut

dikembangkan dalam beberapa program tematik yang mencakup:


45

a. Lembaga Keuangan Mikro

b. Usaha Kecil Mikro (UKM)

c. Penguatan Hukum Untuk Keadilan

d. Pendidikan Sepanjang Hayat

e. Hak dan Penguatan Posisi Politik

f. Hak Kesehatan Masyarakat

5. Sekoper Cinta

Sekoper Cinta hadir sebagai wadah perempuan bertukar pengetahuan dan

pengalaman untuk meningkatkan kualitas hidup. Sekoper Cinta juga sebagai

upaya pemberdayaan perempuan untuk mewujudkan kesetaraan peran, akses,

partisipasi, kontrol, dan manfaat antara perempuan dan laki-laki di semua

bidang. Program sekoper cinta tujuan akhirnya adalah untuk melatih

masyarakat yang miskin mendapatkan keterampilan dan meningkatkan

pendapatan menjadi keluarga yang makmur dan sejahtera. Adapun tahapan

program Sekoper Cinta, adanya pembentukan pedoman program, pembuatan

model pembelajaran umum dan model tematik, pelaksanaan sekolah

perempuan di 27 kabupaten/kota, monitoring dan evaluasi serta training of

trainner (ToT) untuk relawan dan fasilitator.

6. Program Usaha Pemberdayaan Keluarga Miskin (UP2KM)

Salah satu program pembangunan yang berpihak pada pada perempuan di

desa adalah Program Usaha Pemberdayaan Keluarga Miskin (UP2KM).

Program ini merupakan program dari Pemerintahh Daerah Kabupaten

Majalengka melalui Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak


46

dan Keluarga Berencana (DP3AKB). Program UP2KM memberikan bantuan

modal usaha sebanyak Rp 5.000.000 untuk setiap desa. Bantuan tersebut

nantinya akan dipinjamkan kepada perempuan kepala keluarga yang telah

mempunyai usaha. Setiap perempuan kepala keluarga diberikan pinjaman

paling banyak Rp 500.000 dengan pengebalian tanpa jasa dan sesuai

keamampuan merka. Program tersebut merupakan upaya pemerintah dalam

meningkatkan peran perempuan dari keluarga miskin.

2.3 Kajian tentang Praktik Pekerjaan Sosial Makro

Kajian tentang praktik pekerjaan sosial makro atau pengembangan

masyarakat meliputi pengertian, model-model, prinsip-prinsip, proses,

strategi, taktik, teknik, keterampilan, dan peran pekerjaan sosial dalam

pengembangan masyarakat.

2.3.1 Definisi Pekerjaan Sosial dengan Komunitas

Intervensi komunitas atau intervensi makro merupakan salah satu

metode dalam praktik pekerjaan sosial. Intervensi makro di Indonesia lebih

dikenal dengan pengorganisasian masyarakat dan pengembangan

masyarakat. Netting (2004) menyatakan bahwa intervensi makro merupakan

bentuk intervensi langsung yang dirancang dalam rangka melakukan

perubahan secara terencana pada tingkat organisasi dan komunitas.

Jim Ife (2002) menyatakan bahwa meskipun terdapat beberapa

perbedaan, istilah community work, community development, community

organization, community action, community practice, dan community


47

change, seringkali dipertukarkan dan dianggap memiliki pengertian yang

relatif sama. Community development secara umum dapat didefinisikan

sebagai kegiatan pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk

memperbesar akses masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi,

budaya yang lebih baik, sehingga masyarakat di tempat tersebutdiharapkan

menjadi lebih mandiri dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang

lebih baik. Community development memiliki tiga karakter utama yaitu

berbasis masyarakat (community based), berbasis sumber daya setempat

(local resource based), dan berkelanjutan (sustainable).

Development secara umum dapat didefinisikan sebagai kegiatan

pengembangan masyarakat yang diarahkan untuk memperbesar akses

masyarakat untuk mencapai kondisi sosial, ekonomi, budaya yang lebih baik,

sehingga masyarakat di tempat tersebutdiharapkan menjadi lebih mandiri

dengan kualitas kehidupan dan kesejahteraan yang lebih baik. Community

development memiliki tiga karakter utama yaitu berbasis masyarakat

(community based), berbasis sumber daya setempat (local resource based),

dan berkelanjutan (sustainable).

2.3.2 Definisi Pengembangan Masyarakat

Praktik pekerjaan sosial makro adalah suatu praktik profesional dalam

melakukan usaha intervensi dalam pengembangan masyarakat dan analisis

kebijakan sosial. Intervensi Makro adalah intervensi yang dilakukan dalam

meningkatkan kualitas atau taraf hidup masyarakat dengan pendekatan

kolektivitas. Pekerjaan sosial makro dikenal dengan pengembangan


48

masyarakat. Menurut Brokensha dan Hodge dalam Isbandi Rukminto Adi

(2013) menyatakan bahwa pengembangan masyarakat merupakan suatu

gerakan yang dirancang guna meningkatkan taraf hidup keseluruhan

masyarakat melalui partisipasi aktif dan inisiatif dari masyarakat.

Berdasarkan pendapat dari ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

pengembangan masyarakat merupakan pembangunan masyarkat yang di

mana dapat dikatakan sebagai suatu gerakan guna meningkatkan kondisi

kehidupan masyarakat yang didukung oleh pemerintah maupun lembaga-

lembaga sukarela.

2.3.3 Model-model Pengembangan Masyarakat

Jack Rothman dalam Edi Suharto (2009) membagi model

pengembangan masyarakat menjasi tiga bagian yaitu:

1. Model Locality Development

Model ini biasa juga disebut dengan Pengembangan masyarakat lokal.

Model ini memandang bahwa perubahan atau pengembangan masyarakat

dapat dilakukan dengan sangat baik melalui suatu partisipasi aktif dari

masyarakat lokal. Model ini menuntut adanya keterlibatan berbagai

golongan atau lapisan masyarakat (termasuk yang kurang beruntung

maupun struktur kekuasaan), terutama dalam mengidentifikasi dan

memecahkan permasalahan yang mereka hadapi. Perhatian utama dari

model ini adalah prosedur demokratis, pendekatan konsensus atau

permufakatan, kerjasama sukarela, pemunculan pemimpin putra daerah,

serta self help.


49

Peranan dari pekerja sosial yang menonjol dalam model ini adalah enabler,

catalyst atau pemercepat pencapaian hasil, koordinator serta guru dalam

meningkatkan keterampilan untuk memecahkan masalah serta dalam

memberikan pertimbangan-pertimbangan etik. Model ini menganggap

bahwa konflik antara berbagai kelompok kepentingan yang terjadi dapat

ditangani secara kreatif dan konstruktif. Locality Development berupaya

untuk mendorong masyarakat untuk mengekspresikan aspirasi mereka

yang beragam secara bebas, akan tetapi model ini juga yakin bahwa

kelompok- kelompok tersebut akan menyampingkan kepentingan-

kepentingan pribadinya demi pencapaian bersama.

2. Model Social Planning

Model ini menekankan pada suatu proses teknik dalam memecahkan

masalah. Social planning atau perencanaan sosial meyakini bahwa

masalah yang dihadapi oleh masyarakat dengan lingkungan yang

kompleks memerlukan seorang perencana yang memiliki keterampilan

serta terlatih dan mampu membimbing masyarakat dalam melakukan

proses perubahan yang kompleks. Model perencanaan sosial berorientasi

pada ―tujuan tugas‖ (task goal). Pekerja sosial menganggap kelompok

kurang berdaya merupakan konsumen atau penerima pelayanan

(beneficaries). Pekerja sosial juga melibatkan penerima pelayanan dalam

proses pembuatan kebijakan, penentuan tujuan dan pemecahan masalah

bukan menjadi prioritas dikarenakan proses pengambilan keputusan

dilakukan pekerjaan sosial di lembaga kesejahteraan sosial.


50

3. Model Social Action

Model ini memiliki pandangan bahwa di dalam masyarakat yang

bersangkutan, terdapat suatu bagian atau kelompok yang kurang beruntung

yang perlu dibantu, diorganisasikan dalam rangka menekan struktur

kekuasaan yang menindasnya. Upaya ini dilakukan untuk memperoleh

sumber-sumber atau perlakuan yang lebih baik sesuai dengan asas

demokrasi dan keadilan.

4. Aksi sosial biasanya timbul karena adanya pihak-pihak di masyarakat yang

dirugikan oleh pihak tertentu lainnya. Tujuan dan sasaran utama aksi sosial

adalah perubahan-perubahan fundamental dalam kelembagaan dan

struktur masyarakat melalui proses pendistribusian kekuasaan, sumber,

dan pengambilan keputusan. Pendekatan ini didasarkan pada pandangan

bahwa masyarakat adalah suatu sistem klien yang seringkali korban

ketidakadilan struktur. Masyarakat diorganisir melalui proses penyadaran,

pemberdayaan dan tindakan-tindakan aktual untuk mengubah struktur

kekuasaan agar lebih memenuhi prinsip demokrasi,kemerataan (equality)

dan keadilan (equity).

2.3.4 Prinsip-prinsip Pengembangan Masyarakat

Pekerja sosial aras makro memiliki prinsip-prinsip dalam pelaksanaan

intervensi komunitas. Tidak semua prinsip dalam pelaksanan intervensi

komunitas dapat digunakan oleh pekerja sosial makro. Jim Ife (2008)

mengelompokkan prinsip-prinsip intervensi komunitas menjadi lima. Berikut

adalah penjelasan mengenai prinsip-prinsip tersebut:


51

1. Prinsip Ekologis

Prinsip-prinsip ekologis menginformasikan bahwa pengembangan

masyarakat dalam bentuk yang lebih berorientasi pada proses, dan memiliki

implikasi yang signifikan untuk kerja masyarakat yang efektif. Prinsip-

prinsip ekologis meliputi:

a. Holisme yaitu bahwa segala sesuatu berhubungan dengan sesuatu yang

lain dan oleh sebab itu sangat penting menggunakan perspektif sistemik

yang luas untuk memahami isu, problem, atau proses apapun.

b. Berkelanjutan (suistainable) yaitu mensyaratkan bahwa penggunaan

sumber daya yang tidak dapat diperbaharui harus dikurangi, dan

dihilangkan jika memungkinkan.

c. Keanekaragaman (diversity) yaitu diantara masyarakat menunjukkan

bahwa satu masyarakat tidak harus sama seperti masyarakat lainnya dan di

dalam masyarakat menekankan pentingnya struktur dan proses inklusif di

dalam masyarakat tersebut, sehingga masyarakat dapat mengokohkan dan

merayakan perbedaan di dalam masyarakat itu sendiri.

d. Perkembangan organik (organic development) yaitu suatu masyarakat

pada dasarnya bersifat organik (seperti tanaman) bukan mekanistik

(seperti mesin). Pemeliharaan dan perawatan tanaman harus

memperhitungkan keragaman faktor lingkungan seperti iklim, bidang,

tanah, dan sebagainya. Bahwa siapapun menghormati dan menghargai

sifat khusus dan perkembangan masyarakat yang unik, melalui

pemahaman tentang hubungan yang kompleks antara masyarakat dengan


52

lingkungan.

e. Perkembangan yang seimbang (balanced development). Gagasan ini

diterjemahkan menjadi gagasan pengembangan masyarakat yang terpadu

dan seimbang. Menggunakan enam dimensi (sosial, ekonomi, politik,

budaya, lingkungan, dan pengembangan personal/spiritual).

2. Prinsip-prinsip keadilan sosial dan Hak Asasi Manusia (HAM)

Prinsip-prinsip keadilan sosial dan HAM merupakan suatu gagasan bahwa

pengembangan masyarakat tidak hanya bekerja untuk mewujudkan dunia

yang lebih dapat bertahan lama tetapi juga dunia yang lebih adil. Berikut

adalah prinsip-prinsip tersebut:

a. Mengatasi struktur yang merugikan proyek-proyek pengembangan

masyarakat harus menjamin bahwa mereka tidak memperkuat bentuk

penindasan struktural, pengembangan masyarakat seharusnya mencoba

untuk menghadapi dan melawan penindasan ini dalam cara apapun yang

sesuai dengan konteks spesifik.

b. Mengatasi wacana-wacana yang merugikan Wacana kekuatan dan

penindasan perlu diungkap dalam pengembangan masyarakat. Pekerja

perlu mampu mengidentifikasi dan membongkar wacana kekuasaan dan

memahami bagaimana wacana itu memberikan hak istimewa secara efektif

dan memberdayakan sebagian masyarakat sementara memarjinalkan

sebagian lainnya.

c. Pemberdayaan berarti menyediakan sumber daya, kesempatan, kosa kata,

pengetahuan, dan keterampilan untuk meningkatkan kemampuan mereka


53

untuk menentukan masa depan sendiri, dan untuk berpartisipasi serta

mempengaruhi kehidupan masyarakatnya.

d. Pemahaman dan komitmen terhadap HAM yang fundamental merupakan

suatu prinsip yang mendasar dan sentral dalam pengembangan

masyarakat. HAM penting bagi pekerja masyarakat, baik dalam pengertian

negatif (perlindungan HAM) maupun pengertian positif (promosi HAM).

e. Terdapat dua prinsip mendasar dalam mendefinisikan kebutuhan yakni

pengembangan masyarakat seharusnya mencoba menghasilkan

kesepakatan diantara berbagai pendefinisi kebutuhan dan definisi

kebutuhan dari orang-orang (anggota masyarakat) yang seharusnya lebih

diutamakan, meskipun definisi kebutuhan dari orang lain juga sangat

penting.

3. Prinsip Menghargai yang Lokal

a. Menghargai pengetahuan lokal. Pengetahuan dan keahlian lokal mungkin

menjadi paling bernilai dalam memberikan informasi tentang

pengembangan masyarakat, dan pengetahuan serta keahlian lokal ini harus

di identifikasi dan diterima, bukan ditempatkan lebih rendah dari

pengetahuan dan keahlian orang dari luar.

b. Menghargai budaya lokal. Tradisi budaya lokal merupakan bagian penting

dalam menanamkan rasa bermasyarakat, dan membantu memberikan rasa

identitas kepada mereka. Pengembangan masyarakat mengidentifikasi

elemen-elemen penting dari budaya lokal dan melestarikannya. Tradisi ini

meliputi sejarah lokal, makanan lokal, produk-produk lainnya seperti


54

festival atau pekan raya lokal.

c. Menghargai sumber daya lokal. Masyarakat seharusnya berupaya

memanfaatkan sumber dayanya sendiri, bukan mengandalkan dukungan

dari luar. Gagasan ini berupaya memanfaatkan semua bentuk sumber daya,

dan dapat dicapai dengan berbagai cara.

d. Menghargai keterampilan masyarakat lokal. Pendekatan pengembangan

masyarakat harus mencoba untuk menghargai dan mengoptimalkan

keterampilan-keterampilan lokal masyarakat bukan memarjinalkannya.

e. Menghargai proses lokal. Pendekatan pengembangan masyarakat itu

sendiri tidak dipaksakan dari luar, tetapi harus benar-benar dikembangkan

dari dalam masyarakat, dengan cara yang sesuai dengan konteks yang

spesifik dan sangat peka terhadap budaya masyarakat lokal, tradisi dan

lingkungan. Prinsip ini tidak berdasarkan atas paksaan dari berbagai pihak.

f. Partisipasi. Pemahaman tentang halangan dan faktor-faktor yang

mendukung partisipasi akan memungkinkan partisipasi yang lebih efektif

dan penuh dalam layanan dan program berbasis masyarakat

4. Prinsip-prinsip Proses

Pengembangan masyarakat secara mendasar yaitu berkenaan dengan proses

bukan akibat/ hasil, tentang titik awal, bukan titik akhir, dan oleh sebab itu

kebanyakan dari prinsip praktik terpenting memiliki fokus pada gagasan

proses.

a. Proses hasil dan visi. Untuk menghubungkan tujuan jangka pendek dan

visi utama juga untuk menunjukkan bagaimana masing-masing tidak


55

hanya relevan dengan yang lain, tetapi juga sangat diperlukan untuk

mencapai tujuan yang lainnya dalam cara yang

berkesinambungan.Integritas proses. Proses harus sesuai dengan harapan

visi atau hasil menyangkut isu-isu tersebut seperti keadilan sosial dan Hak

Asasi Manusia (HAM).

b. Menumbuhkan kesadaran. Penumbuhan kesadaran membantu orang untuk

bersama-sama menemukan pengalaman hidup mereka dan

menghubungkan antara pengalaman mereka dengan struktur atau wacana

kekuasaan dan penindasan, dengan suatu pandangan untuk menciptakan

ruang untuk aktivitas yang efektif untuk perubahan.

c. Kerjasama dan konsensus. Pengembangan masyarakat bertujuan untuk

membangun struktur dan proses alternatif, yang didasarkan pada

kerjasama, bukan konflik. Mufakat adalah salah satu dari tujuan ini.

d. Langkah pembangunan. Pengembangan masyarakat adalah proses yang

panjang. Langkah pembangunan ini siapapun tidak bisa menciptakan

masyarakat yang otonom, aktif dan partisipatif dalam rentang waktu yang

pendek.

e. Perdamaian dan anti kekerasan. Untuk menciptakan masyarakat tanpa

kekerasan, proses tanpa kekerasan perlu digunakan. Pendektaan tanpa

kekerasan menyediakan alternatif tanpa kekerasan (contohnya mediasi),

yang mencoba menghilangkan sebab-sebab kekerasan tersebut.

f. Inklusivitas. Prinsip ini mengharuskan proses yang berjalan selalu

mencoba merangkul, bukan mengucilkan. Semua orang pada hakikatnya


56

dihargai sekalipun mereka menyampaikan pandangan yang

berseberangan.

g. Membangun masyarakat. Prinsip membangun masyarakat yaitu proses

pengembangan masyarakat seharusnya selalu berupaya menyadarkan

orang-orangnya, memperkuat ikatan diantara anggota-anggotanya, dan

menekankan ide tentang saling ketergantungan, bukan ketergantungan.

5. Prinsip-prinsip global dan lokal

a. Menghubungkan yang global dan lokal, dalam memahami suatu

masyarakat seorang pekerja sosial harus mampu memahami global

maupun lokal dan bagaimana keduanya saling memengaruhi atau

berinteraksi.

b. Praktik anti-kolonialis. Community worker perlu cerdik terhadap bahaya

kolonialisme dan seharusnya mencoba untuk menerima kritik-kritik yang

datang dari orang lain yaitu anggota masyarakat, rekan kerja, atau

supervisor.

2.3.5 Strategi dan Taktik Pengembangan Masyarakat

Strategi dan tektik pengembangan masyarakat merupakan salah satu

komponen penting yang digunakan dalam prakatik pekerjaan sosial makro.

―Strategi adalah usaha-usaha menyeluruh yang dirancang untuk menjamin


agar perubahan-perubahan yang diusulkan dapat diterima oleh partisipan atau
berbagai kalangan (stakeholders) yang akan terlibat dan dilibatkan dalam
proses perubahan-perubahan yang akan dilakukan.‖ (Edi Suharto 2010),

Taktik menunjuk teknik-teknik spesifik termasuk perilaku-perilaku

tertentu yang akan diterapkan agar strategi dapat berjalan sebagaimana yang

diharapkan. Dalam hal ini setidaknya ada tiga strategi yang dapat dilakukan
57

dalam upaya pengembangan masyarakat dan juga taktik yang dapat

digunakan, yaitu:

1. Kolaborasi

Relasi kerjasama antara sistem-sistem perubahan dimana mereka menyetujui

atau menerima bahwa perubahan mesti dilakukan. Berfokus pada win-win

solution, setiap sistem menyetujui perubahan dan mendukung penggunaan

sumber-sumber secara bersama. Taktik yang digunakan yaitu implementasi,

capacity building, partisipasi, dan pemberdayaan. Implementasi yaitu ada

kerjasama yang erat, dengan demikian rencana perubahan tinggal

diimplementasikan. Capacity building yaitu pengembangan kemampuan.

2. Kampanye

Menunjuk pada kegiatan yang dilakukan untuk meyakinkan pihak (sistem)

lain mengenai pentingnya suatu perubahan. Komunikasi masih terjadi

diantara sistem. Misalnya, sistem sasaran masih ingin berkomunikasi dengan

sistem aksi, namun masih memerlukan konsensus agar perubahan dapat

dilakukan atau sistem sasaran mendukung perubahan, namun tidak atau

belum memberikan alokasi sumber. Strategi ini relatif masih berfokus pada

win-win solution. Taktik yang digunakan yaitu pendidikan atau penyuluhan,

persuasi, dan pemanfaatan media massa. Pendidikan atau penyuluhan adalah

taktik yang digunakan untuk tujuan memberikan pemahaman kepada

kelompok sasaran agar mereka mampu menerima apa yang akan dilakukan

dan bersedia terlibat secara aktif. Persuasi adalah taktik untuk membujuk atau

memberikan gambaran bahwa kegiatan yang dilakukan merupakan suatu


58

kegiatan yang sangat bermanfaat. Pemanfaatan media masa yaitu taktik untuk

membujuk atau mengubah persepsi kelompok sasaran dengan memanfaatkan

media masa yang ada atau media yang mudah diakses oleh kelompok sasaran.

3. Kontes

Kontes adalah strategi yang dapat dilakukan jika kelompok sasaran

mengalami permasalahan yang lebih banyak disebabkan oleh struktur

kekuasaan yang menindas, tidak adil, dan merugikan kelompok terbesar

dalam masyarakat. Taktik yang digunakan yaitu advokasi serta tawar

menawar dan negoisasi. Advokasi adalah taktik yang dilakukan oleh pekerja

sosial untuk memperjuangkan kepentingan kelompok sasaran dengan cara

menawarkan suatu persyaratan tertentu kepada pihak lain (kelompok

dominan, pemerintah daerah, legislatif, atau kelompok lain yang menindas)

sebagai pengganti kerugian yang dialami atas dilaksanakannya suatu program

tertentu.

2.3.6 Teknik Pengembangan Masyarakat

Berbagai teknik-teknik pekerjaan sosial yang lazim digunakan oleh

pekerja sosial makro adalah sebagai berikut:

1. Community Involvement (CI), Neighborhood Survey Study (NSS),

Community/Night Meeting Forum (CMF)

Community Involment (CI) yaitu teknik dimana praktikan meleburkan diri

atau melibatkan diri dalam berbagai kegiatan masyarakat, baik kegiatan

formal maupun informal, baik individu maupun kelompok yang bertujuan

untuk menciptakan keterbukaan masyarakat dalam memberikan


59

informasi- informasi yang diperlukan serta menghindari adanya tekanan

dari pihak manapun. Hasil dari Community Involvment adalah terciptanya

keterbukaan masyarakat dalam memberikan informasi-informasi yang

diperlukan serta menghindari adanya tekanan dari pihak manapun.

W.S. Winkel (1995) menjelaskan bahwa Neighborhood Survey Study

(NSS) adalah nama lain dari home visit atau kunjungan rumah yang

merupakan salah satu teknik pengumpul data dengan jalan mengunjungi

rumah sasaran untuk membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi

masyarakat dan untuk melengkapi data hasil assesmen yang sudah ada

yang diperoleh dengan teknik lain Community/Night Meeting Forum

(CMF) atau pertemuan masyarakat merupakan kegiatan non-formal

berupa forum musyawarah warga di tingkat RT atau RW yang merupakan

wadah untuk melakukan jajak kebutuhan (need assessment) bagi

penyiapan usulan kegiatan yang akan dilaksanakan.

2. Methodology Participatory Assessment (MPA)

Methodology for Participatory Assessments (MPA) adalah metode yang

dikembangkan untuk menjalankan penilaian suatu proyek pembangunan

masyarakat (community development). MPA merupakan alat yang

berguna bagi pembuat kebijakan, manajer program dan masyarakat,

sehingga masyarakat setempat dapat memantau kesinambungan

pembangunan dan mengambil tindakan yang diperlukan agar menjadi

semakin baik. Metodologi tersebut mengungkapkan bagaimana caranya

kaum perempuan dan keluarga yang kurang mampu dapat ikut


60

berpartisipasi, dan mengambil manfaat dari pembangunan, bersama-sama

dengan kaum lelaki dan keluarga dimana mereka berada. MPA merupakan

salah satu metode dalam menggali suatu informasi yang dilakukan secara

partisipatif atau melibatkan peran pihak lain. Metode ini biasa digunakan

untuk mengidentifikasi atau menemukenali kebutuhan dan potensi yang

ada di dalam maupun di luar masyarakat. MPA pemimpin kegiatan ini

hanya berperan sebagai fasilitator yang memberi arahan kepada warga

agar dapat menemukan sendiri kebutuhan dan potensi tersebut. Langkah-

langkah dalam teknik MPA antara lain :

a. Menjelaskan maksud, tujuan dan proses.

b. Mengidentifikasi masalah.

c. Menentukan prioritas masalah.

d. Melakukan analisis masalah (faktor penyebab dan akibat masalah).

e. Mengidentifikasi sumber berdasarkan prioritas masalah.

3. Transect Walk (Penelusuran)

Teknik penelusuran ini adalah melakukan pengamatan langsung

lingkungan dan sumber daya dengan cara berjalan menelusuri wilayah

desa. Hasil pengamatan tersebut, kemudian dituangkan ke dalam bagan

atau gambar untuk didiskusikan lebih lanjut. Transect walk dilakukan

untuk mengecek kembali kebenaran yang sudah didiskusikan melalui

kelompok dalam penentuan klasifikasi kesejahteraan dan pemetaan.

4. Focus Group Discussion (FGD)

Teknik ini berupa diskusi antara beberapa orang untuk membicarakan hal-
61

hal bersifat khusus secara mendalam. Tujuannya untuk memperoleh

gambaran terhadap suatu masalah tertentu dengan lebih rinci.

2.3.7 Definisi Pemberdayaan

Pemberdayaan dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber daya,

kesempatan, pengetahuan serta keterampilan dari masyarakat atau diri

individu untuk dapat meningkatkan kemampuan serta taraf hidup suatu

kelompok masyarakat atau individu. Selain itu, pemberdayaan membuat

seseorang dapat berpatisipasi dalam mempengaruhi kehidupan dari

masyarakatnya.

Edi Suharto (2009) mengatakan bahwa pemberdayaan ditujukan

kepada kemampuan orang secara umum dan kelompok rentan dan lemah

secara khusus seperti fakir miskin, perempuan serta lanjut usia sehingga

mereka dapat memiliki kekuatan atau kemampuan dalam memenuhi

kebutuhan dasarnya agar agar mereka dapat bebas mengemukakan pendapat

di muka umum, terbebas dari kelaparan, kebodohan, serta terbebas dari segala

penyakit. Selain itu, kelompok rentan juga harus mempunyai kemampuan

untuk menjangkau sumber-sumber produktif yang dapat membantu mereka

untuk meningkatkan pendapatan serta memperoleh kebutuhan baik barang

atau jasa yang mereka perlukan. Tak hanya itu, kelompok rentan juga dapat

berpartisipasi dalam proses pembangunan dan keputusan-keputusan yang

mempengaruhi mereka. Kelompok rentan dapat menggunakan diskusi dengan

pihak terkait untuk membuat keputusan yang dapat mempengaruhi hidup

mereka selanjutnya.
62

Berkenaan dengan konsep pemberdayaan masyarakat, inti dari suatu

pemberdayaan meliputi tiga hal yaitu pengembangan individu atau suatu

masyarakat, memperkuat potensi yang ada baik dari dalam diri masyarakat

seperti keterampilan yang mereka miliki ataupun potensi dari luar diri

masyarakat itu sendiri seperti potensi alam serta terciptanya kemandirian dari

masyarakat untuk dapat melakukan pemberdayaan dan meningkatnya tingkat

kesejahteraan sosial mereka.

Berdasarkan beberapa pengertian mengenai pemberdayaan yang telah

disebutkan dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan adalah sebuah proses

untuk meningkatkan kemampuan atau kapasitas dalam diri seseorang atau

kelompok rentan dengan cara menggali potensi dan sumber daya lokal yang

dimilikinya.

2.3.8 Definisi Kewirausahaan Sosial

Social Entrepreneurship merupakan sebuah istilah turunan dari

kewirausahaan. Gabungan dari dua kata, social yang artinya kemasyarakatan,

dan entrepreneurship yang artinya kewirausahaan. Pengertian sederhana dari

Social Entrepreneur adalah seseorang yang mengerti permasalahan sosial dan

menggunakan kemampuan entrepreneurship untuk melakukan perubahan

sosial (social change), terutama meliputi bidang kesejahteraan (welfare),

pendidikan dan kesehatan (healthcare) (Santosa, 2007).

Dalam kamus Oxford mengartikan kata entrepreneur sebagai "A

person who undertakes an entreprise or business, with the chance of profit or

loss", seseorang yang bertanggung jawab atas sebuah bisnis dengan memikul
63

risiko untung atau rugi. Entrepreneur dapat digolongkan ke dalam dua

kelompok, yaitu business entrepreneur dan social entrepreneur. Perbedaan

pokok keduanya utamanya terletak pada pemanfaatan keuntungan. Business

entrepreneur, keuntungan yang diperloleh akan dimanfaatkan untuk ekspansi

usaha, sedangkan social entrepreneur keuntungan yang didapat (sebagian

atau seluruhnya) diinvestasikan kembali untuk pemberdayaan "masyarakat

berisiko". Social entrepreneur adalah orang-orang yang berupaya

menciptakan perubahan positif atas persoalan yang menimpa masyarakat;

masalah pendidikan, masalah kesehatan, atau masalah ekonomi. Masyarakat

social entrepreneur adalah mereka yang berjuang merajut hidup demi dan

atas nama kemaslahatan sosial. Mereka berikhtiar membentangkan

serangkaian tindakan untuk membantu penciptaan masyarakat sosial yang

makmur dan bermartabat.

2.3.9 Peran Pekerja Sosial

Isbandi (2008) menyebutkan terdapat beberapa peranan yang dapat

dilakukan oleh pekerja sosial komunitas. Peranan tersebut terbagi ke dalam

empat peranan besar. Berikut merupakan peran pekerja sosial komunitas:

1. Peran Fasilitatif

Berbagai peran praktik yang dikelompokkan sebagai peran memfasilitasi

adalah yang berkaitan dengan stimulasi dan penunjang pengembangan

masyarakat.

a. Animasi sosial menggambarkan suatu peranan yang penting dalam

praktik pekerjaan sosial masyarakat, yaitu kemampuan untuk


64

mengilhami, menyemangati, mengaktifkan, mendukung, menggerakan

dan memotivasi orang lain untuk tindak.

b. Mediasi dan negosiasi, pekerja sosial masyarakat akan sering

berhadapan dengan konflik-konflik ini, seorang pekerja sosial

masyarakat kadang- kadang berperan sebagai mediator.

c. Dukungan, satu dari peranan pekerja sosial masyarakat yang sangat

penting adalah untuk memberikan dukungan kepada orang-orang yang

dilibatkan dalam struktur dan aktivitas masyarakat.

d. Membangun konsensus merupakan perluasan dari peranan mediasi

yang dibahas sebelumnya. Peranan ini menekankan pada tujuan

umum/bersama, mengidentifikasi alasan-alasan umum, dan menolong

masyarakat untuk mengarah pada kesepakatan yang dapat diterima oleh

orang lain.

e. Fasilitasi kelompok dalam berbagai hal, seorang pekerja sosial

masyarakat akan memainkan peranan fasilitas dengan suatu kelompok,

apakah secara formal sebagai seorang pemimpin, atau secara informal

sebagai anggota kelompok yang mampu membantu kelompok untuk

mencapai tujuannya dengan cara efektif.

f. Pemanfaatan keterampilan dan sumber-sumber, peran penting dari

pekerja sosial masyarakat adalah untuk mengidentifikasi dan

menempatkan sumber-sumber ini, dan membantu masyarakat untuk

melihat bagaimana sumber-sumber itu dapat digunakan.

g. Organisasi digambarkan sebagai seseorang yang membuat sesuatu


65

terjadi. Peranan ini memerlukan peranan berpikir apa yang perlu

dilakukan dan meyakinkan bahwa hal itu terjadi.

2. Peranan Edukasional

Pendidikan adalah salah satu aspek terpenting dari peran seorang pekerja

masyarakat, dan dengan begitu berbagai keterampilan dalam mendidik

sangatlah penting. Seorang pekerja sosial dapat melakukan hal sebagai

berukut:

a. Menumbuhkan kesadaran dimulai dengan menghubungkan pribadi

dengan politik atau individu dengan struktural.

b. Menginformasikan, secara sederhana memberikan informasi yang

relevan kepada orang/masyarakat dapat menjadi peranan yang sangat

bermanfaat bagi seorang pekerja sosial masyarakat.

c. Mengkonfrontasikan, dalam beberapa situasi masalah, mungkin

merupakan hal yang besar dan bahwa kelompok atau masyarakat tidak

mampu menghadapinya, maka pekerja sosial masyarakat perlu

mengkonfrontasikan kelompok dengan konsekuensi-konsekuensi

tindakannya.

d. Pelatihan merupakan peranan edukatif yang sangat khusus, peranan ini

secara sederhana menyangkut mengajar orang-orang atau masyarakat

bagaimana melakukan sesuatu.

3. Peranan Representasi

a. Memperoleh sistem sumber, disatu sisi prinsip kepercayaan diri

berusaha memanfaatkan sumber-sumber yang mungkin diperoleh dari


66

dalam masyarakat, namun ada waktunya seorang pekerja sosial

masyarakat perlu mencari sumber-sumber dari sumber eksternal.

b. Advokasi, pekerja sosial masyarakat mewakili kepentingan individu,

kelompok dan masyarakat itu dan meletakkan kasus mereka pada

urusan yang lebih baik. Peranan advokasi merupakan peranan yang

sangat berkuasa, dan dengan peranan ini pekerja sosial masyarakat

mudah berada/masuk dalam posisi yang berwenang.

c. Media massa, pekerja sosial masyarakat dalam beberapa hal perlu

menggunakan media secara efektif. Peranan ini menyangkut

kemampuan pekerja sosial masyarakat dalam penerbitan, melakukan

interview di radio, televisi, atau media cetak atau partisipasi dalam

suatu debat atau forum.

d. Hubungan masyarakat, pekerja sosial masyarakat perlu menyadari

tentang image yang perlu diproyeksikan oleh proyek masyarakat dan

untuk mempromosikan gagasan yang tepat dalam konteks yang lebih

luas.

e. Jaringan kerja, berarti membangun hubungan dengan banyak orang dan

mampu memanfaatkan mereka untuk mempengaruhi perubahan.

f. Berbagi pengetahuan dan pengalaman, pekerja sosial perlu saling

membagi pengalaman dengan orang lain, baik dengan sesama pekerja

sosial masyarakat maupun dengan anggota masyarakat.

4. Peranan Teknikal

a. Pengumpulan dan analisa data, peranan ini berkaitan dengan peranan


67

pekerja sosial masyarakat dalam penelitian sosial. Menggunakan

berbagai metode penelitian ilmu-ilmu sosial untuk mengumpulkan data

yang relevan dan untuk menganalisa dan menyajikannya.

b. Penggunaan komputer, sangatlah penting bagi pekerja sosial

masyarakat untuk mampu menggunakan komputer, selain itu

penggunaan komputer dapat menjadi bagian dari strategi

pengembangan masyarakat untuk membantu anggota masyarakat

lainnya dalam memperoleh keterampilan komputer.

c. Persentasi lisan dan tulisan, pekerja sosial masyarakat pasti membuat

tulisan-tulisan, tulisan-tulisan ini mencakup laporan tertulis,

pengeluaran dana, laporan-laporan pertemuan, kertas diskusi, dan surat-

surat.

d. Manajemen menjadi penting pada saat pertanggungjawaban

pengelolaan proyek. Pada level masyarakat, konsep-konsep seperti

manajemen menengah tidak diterapkan secara normal.

e. Kontrol finansial, peranan teknis yang terakhir adalah manajemen

keuangan. Pada bidang ini, biasanya pekerja sosial masyarakat

memiliki latar belakang atau pengalaman sedikit dalam hal ini, dan

mungkin akan lebih baik bila ia mencari asisten yaitu orang yang

memiliki keahlian accounting.


68

BAB III

GAMBARAN KOMUNITAS DESA BANDASARI

Profil Komunitas akan membahas tentang latar belakang meliputi sejarah

wilayah Desa Bandasari, kondisi geografis, kondisi demografis, kondisi ekonomi,

struktur kepemimpinan, sistem nilai budaya, sistem pengelompokan dalam

masyarakat, sistem pelayanan kesejahteraan sosial dan kemungkinana menerima

perubahan, kehidupan interaksi sosial masyarakat, identifikasi potensi dan sumber

dan masalah utama yang nampak.

3.1 Latar Belakang Desa Bandasari

Desa Bandasari merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan

Cangkuang Kabupaten Bandung. Desa Bandasari terbentuk pada tahun 1993

yang merupakan penggabungan dari dua desa, yaitu Desa Cikuya dan Desa

Cikancung. Nama Bandasari diambil dari wilayah yang merupakan perbatasan

dari dua desa tersebut. Kepala desa pertamanya yaitu Bapak Karta Winata

sampai tahun 1940. Pada tahun 1975 Desa Bandasari kembali mengalami

pemekaran menjadi dua desa yaitu Desa Bandasari dengan Desa Pananjung.

Sejak berdirinya, Desa Bandasari telah di pimpin oleh 8 kepala Desa

diantaranya adalah; Karta Winata (1933-1940), Jaya Disastra (1940-1946),

Bah Lurah Ujaji (1946-1974), H.Syahrul Yakin (1974-1982), H.Nandang

(1982-1990), Nano Sutarno (1994-2001), H. Beni Abdurohman (2002-2007)

dan Agus Salim dengan 3 periode (2007-sekarang).


69

Wilayah Desa Bandasari tertelak ± 4 km dari kantor Kecamatan

Cangkuang dengan lama jarak tempuh ± 10 menit. Sedangkan untuk menuju

ke ibu kota Kabupaten/kota membutuhkan waktu 20 menit dengan jarak 7Km.

Suhu rata-rata di Desa Bandasari adalah 19º C dengan curah hujan 1979 mm

dan mempunyai iklim kemarau dan hujan. Hal ini mempunyai pengaruh

langsung terhadap pola tanam yang ada di Desa Bandasri Kecamatan

Cangkuang.

3.1.1 Gambaran Geografis Desa Bandasari

Secara geografis, Desa Bandasari merupakan desa agraris dimana

memiliki luas area pemukiman 132.744 HA dan area sawah 126.464 HA. Hal

ini dapat dilihat bahwa lahan yang digunakan untuk pekarangan lebih luas

sehingga mayoritas di Desa Bandasari bermat pencaharian sebagai penati di

sawah dan petani di kebun. Secara administrasi Desa Bandasari dibagi

menjadi 15 RW, 59 RT dan 4 Dusun, Desa Bandasari dibatasi oleh :

1. Bagian Utara berbatasan dengan Desa Ciluncat Kecamatan Cangkuang

2. Bagian Barat berbatasan dengan Desa Pananjung Kecamatan Cangkuang

3. Bagian Selatan berbatasan dengan Desa Cibodas Kecamatan Pasir Jambu

4. Bagian Timur berbatasan dengan Desa Nagrak, Desa Jatisari Kecamatan

Cangkuang
70

Tabel 3.1 Penggunaan Lahan Desa Bandasari


No Penggunaan Lahan Luas (Ha/m²)
1. Persawahan 126.464
2. Pemukiman 132.744
3. Pemakaman 19.400
4. Pekarangan 330.850
5. Perkantoran 3.750
6. Luas Prasarana Umum 3.700
Jumlah 616.908
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

Bendasarkan data di atas ditari kesimpulan bahwa lahan yang

digunakan untuk pekarangan lebih luas yaitu sebesar 330.850 Ha. Pekarangan

dalam hal ini adalah perkebunan sayur mayur seperti labu siam, tomat, cabai,

singkong dan umbi- umbian lainnya. Selanjutnya daerah pesawahan pun

sangat luas sehingga mayoritas di Desa Bandasari bermata-pencaharian

sebagai petani atau buruh tani di sawah dan di kebun.

3.1.2 Kondisi Masyarakat Desa Bandasari

Komposisi Masyarakat Desa Bandasari berdadarkan persebaran laki-

laki dan perempuan serta kepala keluarga yang ada dapat dilihat pada tabel

3.2 sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kondisi Demografi Masyarakat Desa Bandasari


No Jenis Jumlah Satuan
1. Jumlah laki – laki 4.365 Orang
2. Jumlah Perempuan 4.369 Orang
3. Jumlah Total Penduduk 8.734 Orang
4. Jumlah Kepala Keluarga 2.788 KK
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020
71

3.2 Komponen Khusus dalam Masyarakat

3.2.1 Karakteristik Demografi

Gambaran demografi warga Desa Bandasari dapat dilihat dari jumlah

penduduk berdasarkan golongan umur, jenis kelamin, pendidikan, mata

pencaharian. Untuk mengetahui komposisi pemduduk Desa Bandasari

tersebut dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :

Tabel 3.3 Jumlah Penduduk Desa Bandasari Berdasarakan Usia


No Jenis Umur Jumlah
1. 0-5 Tahun 1.053
2. 6-15 Tahun 1.640
3. 16-60 Tahun 2.921
4. 60 – ke atas 1.185
Total 8.734
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 3.3 tersebut dapat diketahui bahwasannya jumlah

penduduk yang terbesar berada pada golongan umur 16-60 Tahun. Sedangkan

jumlah penduduk berdasarkan usia produktuf di Desa Bandasari dapat dilihat

dari tingkat pendidikan dan tingkat pekerjaan. Untuk mengetahui komposisi

penduduk Desa Bandasaai berdasarkan tingkat pendidikan dan pekerjaan

dapat dilihat pada Tabel 3.4 dan 3.5 sebagai berikut :


72

Tabel 3.4 Jumlah Penduduk Desa Bandasari Berdasakan Tingkat Pendidikan


No Pendidikan Jumlah
1. Tidak/Belum Sekolah 155
2. Tidak Tamat Sekolah 78
3. Tamat SD/Sederajat 564
4. Tamat SMP/Sederajat 374
5. Tamat SMA/Sederajat 1.089
6. Tamat Akademik/Sederajat 243
7. Tamat Perguruan Tinggi/Sederajat 20
Total 2.523
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020
Berdasakan tabel di atas jumlah penduduk berdasarkan tingkat

pendidikan di Desa Bandasari mayoritas tamat SMA sebesar 1.089 Orang.

Namun tak banyak masyarakat Desa Bandasari yang mekanjutkan pendidikan

ke tingkat selanjutnya, hal ini dapat dilihat pada tabel yang tamat akademik

dan perguruan tinggi/sederajat hanya 243 dan 20 jiwa saja. Hal tersebut

dikarenakan beberapa faktor, salah satunya adalah biaya dan keinginan untuk

melanjutkan pendidikan. Adapun wilayah di Desa Bandasari yang lulusan

SMA-nya hanya beberapa orang, yaitu di dusun 4. hal ini disebabkan oleh

masyarakat dusun 4 lebih memiliki untuk berkerja bertani di kebun milik

sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarganya. Untuk mengetahui

komposisi penduduk Desa Bandasari berdasarkan mata pencaharian dapat

dilihat pada tabel 3.5 sebagai berikut :


73

Tabel 3.5 Jumlah Penduduk Desa Bandasari Berdasarkan Mata Pencaharian


No Pekerjaan Jumlah
1. Petani 546
2. Buruh Tani 978
3. Pedagang 166
4. Wiraswasta 50
5. Peternakan 21
6. PNS, TNI/POLRI 543
Total 2.304
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

Berdasarkan Tabel 3.5 diatas dapat dilihat bahwa jumlah penduduk di

Desa Bandasari ber-matapecaharian mayoritas sebagai Buruh Tani dengan

jumlah 978 Orang. Hal ini disebabkan oleh masyarakat yang lebih memilih

setelah lulus pendidikan SMP atau SMA untuk bekerja sebagai buruh tani di

kebun atau sawah milik sendiri maupun milik orang lain. Hal tersebut pula

disebabkan oleh kondisi geografis dimana Desa Bandasari yang didominasi

oleh perkebunan sayur dan sawah.

3.2.2 Kondisi Perumahan

Desa Bandasari memiliki luas lahan sebesar 616.908 Ha. Penggunaan

lahan untuk pemukiman adalah sebesar 132.744 Ha. Untuk lahan di Desa

Bandasari dibedakan menjadi pemukiman yang bersifat komplek dan

Nonkomplek . Pemukiman yang tergolong Komplek tersebar di RW 08 yaitu

komplek Banda Asri, RW 10 Komplek Parken Blok D dan RW 14 komplek

Parken Blok F. Untuk pemukiman yang tergolong Nonkomplek tersebar di

wilayah RW 01, 02, 03, 04, 05, 06, 07, 09, 11, 12, 13, dan 15. Pemukiman di
74

Desa Bandasari lebih banyak merupakan wilayah yang bersifat non komplek

terlihat dari jumlah RW non komplek yaitu 13 RW. Keadaan rumah di RW

yang bersifat komplek tertata dengan rapi dan teratur dan rumah-rumah

tergolong permanen dan cukup besar seperti di lingkungan RW 08 memiliki

kondisi dan letak rumah yang tersusun rapi dengan jalan yang cukup besar

dan cukup bersih. Keadaan rumah tergolong layak huni bahkan terdapat

beberapa yang tergolong mewah.

Keadaan rumah di pemukiman yang bersifat non komplek rata-rata

terdapat sebagian rumah yang tergolong kumuh atau tidak layak huni

terutama di RW 05,06 dan 13 merupakan RW yang banyak terdapat rumah

tergolong tidak layak huni. Kondisi rumah tidak layak huni sendiri

kebanyakan beratapkan seng ataupun genteng yang telah usang bahkan

hampir roboh dan memakai dinding yang terbuat dari tripleks, bambu ataupun

tembok yang telah usang dengan luas rumah yang sangat minim. Jarak antara

satu rumah dengan rumah yang lain saling berdekatan bahkan berdempetan

dengan berada di gang/jalan yang cenderung sempit. Di lingkungan RW 13

sebagian warga memiliki tempat tinggal di pinggir sungai yang rawan

longsor.

Kondisi sarana air bersih di Bandasari sangat mudah didapatkan

karena pada wilaah pegunungan yaitu RW 05, 06, 08 dan 13 adalah sumber

mata air Desa Bandasari. Pada daerah tersebut air yang digunakan dari mata

air, ada pula yang memakai sanyo atau PDAM.


75

3.2.3 Struktur Kepemimpinan

Mekanisme pemerintahan di Desa Bandasari dipimpin oleh seorang kepala

desa yang dibantu oleh beberpa orang staff, guna memperlancar kegiatan

mekanisme pemerintahan. Untuk saat ini, Desa Bandasari dipimpin oleh

Sekretaris Desa karena Kepala Desa sebelumnya meniggal dunia. Pelaksana

Tugas yang ditunjuk dari Kecamtan Cangkuang pun belum ada dan belum

ditugaskan di Desa Bandasari. Hal tersebut masih dalam proses saat ini.

Berikut adalah struktur kepemimpinan Desa Bandasari.

Gambar 3.1 Struktur Kepemimpinan Desa Bandasari

Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

3.2.4 Sistem Nilai Budaya

Penduduk Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang masih memiliki

nilai budaya yang lekat dengan masih digunakannya nilai budaya di dalam

masyarakat salah satunya adalah suku. Suku di Desa Bandasari pada


76

umumnya merupakan Suku Sunda untuk warga asli atau pribumi. Budaya

sunda masih dipertahankan terutama dari segi bahasa, masyarakat Desa

Bandasari pada umumnya menggunakan bahasa Sunda dalam kehidupan

sehari – hari.

Kesenian Sunda juga masih nampak di Desa Bandasari hal ini

dibuktikan dengan adanya kegiatan pentas seni dalam rangka memperingati

hari – hari besar dan penyambutan tamu dengan menggunakan adat sunda.

Masyarakat juga menjungjung tinggi nilai kesopanan terlihat dari cara

masyarakat berinteraksi dengan praktikan secara langsung.

3.2.5 Sistem Pengelompokan Masyarakat

Kelompok masyarakat adalah sekumpulan orang-orang yang

mempunyai kesadaran bersama dengan anggota masyarakat yang lain dan

saling berinteraksi satu sama lain. Kelompok masyarakat ini dibentuk

berdasarkan kesadaran dan kebutuhan masyarakat itu sendiri dan antara satu

anggota dengan yang lainnya saling mempengaruhi serta saling membantu.

Pengelompokan tersebut terdiri dari beberapa kelompok ibu – ibu PKK,

pemuda melalui Karang Taruna dan sebagainya. Karang Taruna terbagi

menjadi Karang Taruna Desa dan Karang Taruna Unit, selain itu juga

beberapa masyarakat tergabung dalam kelompok pengajian. Pengajian di

Desa Bandasari rutin dilaksanakan setiap minggunya, begitu juga dengan

kegiatan ibu – ibu kader PKK yang selalu aktif, serta penyelenggaraan

Posyandu dan Posbindu pada setiap RW.


77

3.2.6 Sistem Pelayanan Kesejahteraan

Sistem pelayanan kesejahteraan sosial di Desa Bandasari terdapat

beberapa sistem, seperti kesehatan, pendidikan serta kelembagaan sosial.

Sistem pelayanan tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Sistem Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Sistem pelaynana kesejahteraan sosial di Desa Bandasari melalui bebrapa

kelembagaan sosial. Setiap kelembagaan di Desa Bandasari memiliki

kegiatan sesuai denga tugas dan wewenangnya. Berikut tabel mengenai

kelembagaan sosial yang terdapat di Desa Bandasari.

Tabel 3.6 Kelembagaan Sosial Desa Bandasari


No Nama Lembaga Jenis Kegiatan
1. PUSKESOS Mengumpulkan data pemerlu pelayaan
kesejahteraan sosial dan memfasilitasi akses
program bantuan pemerintah.
2. LPMD Penggerak dalam setiap kegiatan yang ada di
Desa baik kegiatan sosial, kemasyarakatan dan
lainnya.
3. PKK Melaksanakan kegiatan dibidang kesehatan
(posyandu), pemeriksaan lansia (posbindu), KB
dan keterampilan perempuan.
4. BUMDES Menyediakan peralatan kebutuhan ATK
5. BPD Membahas rancangan peraturan desa serta
pengawasan kegiatan desa
6. Karang Taruna Menampung aspirasi sebagai wadah kreasi
pemuda
7. Rukun Warga Memberikan Pelayanan bagi masyarakat
8. Rukun Tetangga Memberikan Pelayanan bagi masyarakat
Sumber : Profil Desa Bandasari 2020 dan analisis Praktikan
78

Berbagai program dari pemerintah telah ada di Desa Bandasari untuk

memberikan pelayanan terhadap masyarakat, adapun program-programnya

pelayanan yang diperoleh melalui pendataan dengan studi dokumentasi,

wawancara, dan observasi. Desa Bandasari menyelenggarakan program dan

pelayanan sosial diantaranya adalah:

a. Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT)

BPNT merupakan bantuan pangan pengganti rastra untuk keluarga kurang

mampu. BPNT didistribusikan dengan menggunakan Kartu Keluarga

Sejahtera (KKS). Adapun setiap keluarga penerima manfaat akan

mendapatkan jatah Rp110.000/bulan yang digunakan untuk membeli

kebutuhan pokok seperti beras dan telur di warung yang telah di tunjuk (e-

warung). BPNT di Desa Bandasari disalurkan di depan Kantor Desa.

b. Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu)

Pelayanan ini diselenggarakan pada setiap RW oleh bidan desa yaitu Ibu Mei

yang dibantu Kader Posyandu. Desa Bandasari melaksanakan kegiatan

Posyandu setiap bulan pada tiap dusun. Kegiatan Posyandu dilakukan dengan

melakukan penimbangan berat badan bayi, pemberian vitamin, imunisasi,

serta konsultasi kesehatan oleh bidan desa. Sasaran Posyandu yakni anak

berusia 0 sampai dengan 5 tahun dan ibu hamil. Pelayanan yang diberikan

kepada ibu hamil yakni berupa pemeriksaan kandungan.

c. Posko Bina Terpadu (Posbindu)

Posbindu diselenggarakan oleh bidan desa beserta kader Posbindu.

Pelaksanaan Posbindu dilakukan setiap bulan bersamaan dengan kegiatan


79

Posyandu di setiap dusun. Kegitan yang dilakukan lanjut usian saat

melaksanakan Posbindu yaitu penimbangan berat badan, mengecek tekanan

darah serta pemberian vitamin utnuk para lanjut usia.

d. Program Keluarga Harapan

PKH merupakan salah satu program yang berasal dari Kementerian Sosial

yang dilaksanakan di Desa Bandasari. PKH merupakan program pemberian

uang tunai kepada RTSM (Rumah Tangga Sangat Miskin) berdasarkan

persyaratan dan ketentuan yang ditetapkan. PKH difokuskan untuk

meningkatkan kualitas sumber daya masyarakat miskin melalui

pemberdayaan kaum ibu dan mendorong agar anaknya tetap sehat dan

bersekolah sesuai dengan data yang ditetapkan oleh BPS (Badan Pusat

Statistik) sebagai target peserta. Tujuan umum PKH adalah mengurangi

angka dan memutus rantai kemiskinan, meningkatkan kualitas SDM, dan

merubah perilaku Rumah Tangga Sangat Miskin (RTSM) yang relatif kurang

mendukung peningkatan kesejahteraan.

e. BPJS Kesehatan dan KIS (Kartu Indonesia Sehat)

Program ini merupakan program perlindungan sosial yang diarahkan kepada

masyarakat miskin agar dapat melakukan pengobatan gratis ke

Puskesmas/Rumah Sakit milik Pemerintah. Program Jamkesmas saat ini

berubah menjadi BPJS dimana seseorang yang menerima kartu Jamkesmas

dapat menerima pula kartu BPJS. Program ini bertujuan untuk memberikan

perlindungan sosial kepada warga miskin agar dapat memenuhi kebutuhan

akan kesehatan. KIS merupakan program jaminan kesehatan yang


80

diperuntukan bagi kalangan masyarakat yang tidak mampu, sedangkan BPJS

yaitu suatu lembaga atau badan yang mengelola jaminan tersebut. Pendanaan

jaminan kesehatan ini disubsidi oleh pemerintah lewat APBN, jika jaminan

kesehatan nasioal (JKN) yang masih dalam pengelolaan BPJS merupakan

jaminan sosial yang lebih terfokus pada sistem iuran yang dimana para peserta

mandiri harus membayar dengan jumlah yang telah ditentukan setiap

bulannya.

f. Rumah Tidak Layak Huni (Rutilahu)

RUTILAHU adalah program pemerintah yang dimaksudkan untuk memenuhi

kebutuhan rumah layak huni sebagai unsur kesejahteraan sosial. Konsep dari

RUTILAHU ini adalah memperbaiki kondisi rumah baik sebagian ataupun

seluruhnya yang dilakukan secara gotong royong diatas tanah dengan

legalitas kepemilikan yang sah. Sudah banyak masyarakat di Desa Bandasari

yang telah menerima bantuan ini. Untuk dapat menerima bantuan ini, pemilik

rumah harus direkomendasikan oleh Ketua RT atau RW ke pihak desa untuk

selanjutnya diajukan permohonan dalam bentuk proposal kepada Dinas Sosial

Daerah Kabupaten/Kota untuk selanjutnya ditindaklanjuti.

2. Sistem Pelayanan Kesehatan

Sistem pelayanan kesehatan merupakan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dalam bidang kesehatan yang bertujuan untuk menunjang

kesejahteraan yang ada di sebuah desa. Kesehatan merupakan salah satu

kebutuhan setiap masyarakat dan merupakan salah satu penunjang untuk


81

mencapai desa yang sejahtera. Desa Bandasari terdapat beberapa sistem

pelayanan kesehatan, yaitu:

Tabel 3.7 Daftar Sistem Pelayanan Kesehatan Desa Bandasari


No Jenis Jumlah
1. Poskesdes 1
2. Posyandu 15
3. Bidan Desa 1
4. Sanitasi / Jamban Sehat 1
Yayasan As-shobur (Pusat Rehabilitasi ODGJ/Napza
5. 1
Bumi Kaheman)
Jumlah 19
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

3. Sistem Pelayanan Pendidikan

Sistem pelayanan pendidikan adalah pelayanan berupa lembaga

pendidikan baik formal maupun informal yang dibutuhkan setiap masyarakat

untuk menunjang sumber daya manusia yang ada di wilayah tersebut.

Tabel 3.8 Daftar Sistem Pelayanan Pendidikan Desa Bandasari


Jumlah
No. Jenis
Keterangan Murid
1. PAUD 4 Lembaga 107
2. TK/RA 4 Lembaga 33
3. Sekolah Dasar 4 Lembaga 1.521
4. SLTP 2 Lembaga -
5. SLTA 1 Lembaga 68
6. Paket B 2 Kelompok 45
7. Paket C 3 Kelompok 70
8. Keaksaraan Fungsional 2 Kelompok 20
9. Keaksaraan Usaha Mandiri 2 Kelompok 20
Jumlah 24 1.884
Sumber : Profil Desa Bandasari Tahun 2020

4. Sistem Pelayanan Agama


82

Sebuah desa juga membutuhkan sistem pelayanan agama yang

memadai, sehingga akan adanya keseimbangan antara urusan dunia dan

akhirat. Mayoritas penduduk Desa Bandasari adalah beragama Islam,

sehingga sistem pelayanan agama yang tersedia adalah masjid atau mushola.

Untuk kegiatan keagamaan lainnya berupa pelaksanaan pemotongan hewan

kurban, pengelolaan zakat, majlis ta’lim dan perayaan hari besar keagamaan.

Desa Bandasari terdapat beberapa sistem pelayanan agama seperti:

Tabel 3.9 Daftar Sistem Pelayanan Agama Desa Bandasari


No Jenis Jumlah
1. Masjid Jami’ 16
2. Musholla 14
Jumlah 30
Sumber : Profil Desa Bandasari 2020

3.2.7 Kemungkinan Menerima Perubahan

Desa Bandasari merupakan salah satu desa yang ada di Kecamatan

Cangkuang dan memiliki masyarakat yang terbuka akan hal-hal yang baru.

Terbukti dengan respon masyarakat terhadap kedatangan praktikan yang

terbuka dan menganggap seperti anak atau saudara. Kemungkinan menerima

perubahan di Desa Bandasari cukup besar, karena pihak desa memberikan

respon yang baik terhadap rencana kerja yang akan dilakukan oleh praktikan.

Di sisi lain, masyarakat juga memberikan dukungan kepada praktikan dengan

cara memiliki antusias yang lebih untuk berpartisipasi ke dalam kegiatan

praktikan serta masyarakat bersedia untuk membantu praktikan sesuai dengan

yang dibutuhkan oleh praktikan.


83

3.3 Kehidupan Interaksi Masyarakat

Kehidupan warga masyarakat Desa Bandasari mengedepankan

kekerabatan atau masih ada ikatan keluarga antara tetangga satu sama lain,

terlihat ketika warga yang saling bertegur sapa, saling membantu dan saling

bergotong royong. Sebagian besar di lingkungan masyarakat memiliki

hubungan keluarga yang dekat. Kondisi ini menyebabkan warga akan saling

membantu apabila ada warganya yang memiliki acara hajatan pernikahan atau

sebagainya. Tetangga atau warga lainnya akan membantu acara tersebut mulai

dari sebelum dan sesudah acara diselenggarakan.

Suasana keakraban lainnya terlihat pada kegiatan pengajian yang

merupakan salah satu ajang silaturahim antar warga satu dengan yang lain

selain sebagai upaya mendekatkan diri kepada Allah SWT. Berbagai lapisan

masyarakat hadir dalam setiap pengajian yang diadakan sesuai dengan jadwal

yang telah ditentukan. Selain itu keakraban lainnya terlihat pada saat kegiatan

kerja bakti yang diselenggarakan oleh perangkat Desa Bandasari dimana

masyarakat disetiap dusun nya selalu ada perwakilan untuk mengikuti kegiatan

kerja bakti yang diselenggarakan.

3.4 Identifikasi Masalah

1. Kemiskinan

Soerjono Soekanto (2009:320) mengungkapkian bahwa yang

dinamakan kemiskinan adalah suatu keadaan ketika seseorang tidak sanggup


84

memelihara dirinya sendiri sesuai dengan taraf kehidupan kelompok, dan juga

tidak mampu memanfaatkan tenaga, mental, ataupun fisiknya dalam kelompok

tersebut. Kemudian, Shalahudin & Kadir (1991) berpendapat bahwa

kemiskinan diidentifkasikan dengan kekurangan, terutama kekurangan bahan

pokok, seperti pangan, kesehatan, sandang, dan papan.

Siswanto (1998) mengungkapkan bahwa kemiskinan merupakan

ketidakmampuan seseorang dalam memnuhi kebutuhan pokok sehingga

mengalami keresahan, kesengsaran, atau kemelaratan dalam setiap langkah

hidupnya. Kemiskinan dapat dipandang sebagai masalah sosial karena adanya

perbedaan kedudukan ekonomi warga masyarakat, sikap membenci

kemiskinan pada masyarakat modern, sikap yang menganggap bahwa harta

miliknya tidak cukup untuk memenuhi kehidupan yang ada, dan

ketidakmampuan individu dalam memenuhi kebutuhan primer pada arus

urbanisasi sehingga menimbulkan tunakarya, tunasusila, dan sebagainya.

Pada masa pandemi covid ini menimbulkan permasalahan kemiskinan

yang signifikan, dimana terdapat kategori baru yaitu masyarakat miskin baru

(misbar) di Desa Bandasari. Dimana masyarakat misbar ini adalah mereka yang

terdampak covid dengan penghasilan per-hari dan mengharuskan mereka

mendapatkan bantuan sosial covid. Sebanyak 811 kepala keluarga terdata

sebagai kategori misbar non-DTKS di Desa Bandasari.

2. Lansia Terlantar
85

a. Menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut

usia pada bab I pasal 1 ayat 2, yang dimaksud lanjut usia adalah seseorang yang

mencapai usia 60 tahun keatas.

b. Menurut Peraturan Menteri Sosial No.8 Tahun 2012 tentang pedoman

pendataan dan pengelolaan data penyandang masalah kesejahteraan sosial dan

potensi dan sumber kesejahteraan sosial lanjut usia telantar adalah seseorang

yang berusia 60 (enam puluh) tahun atau lebih, karena faktor faktor tertentu

tidak dapat memenuhi kebutuhan dasarnya. Dengan kriteria tidak terpenuhi

kebutuhan dasar seperti sandang, pangan, dan papan; dan terlantar secara psikis

dan sosial.

c. Brunner dan Suddart (2001) dalam Lilik Ma’rifatul Azizah (2011) “Orang

sehat aktif berusia 65 tahun mungkin menganggap usia 75 tahun sebagai

permulaan lanjut usia”.

Dari pengertian para ahli dapat disimpulkan bahwa lanjut usia adalah

seseorang yang berusia 60 tahun keatas yang sudah mengalami penurunan baik

secara fisik atau pun psikologisnya.

3. Pernikahan Dini

Menurut WHO, pernikahan dini (early married) adalah pernikahan

yang dilakukan oleh pasangan atau salah satu pasangan masih dikategorikan

anak-anak atau remaja yang berusia dibawah usia 19 tahun. Menurut United

Nations Children’s Fund (UNICEF) menyatakan bahwa pernikahan usia dini

adalah pernikahan yang dilaksanakan secara resmi atau tidak resmi yang

dilakukan sebelum usia 18 tahun. Menurut UU RI Nomor 1 Tahun 1974 pasal


86

7 ayat 1 menyatakan bahwa pernikahan hanya diizinkan jika pihak pria sudah

mencapai umur 19 tahun dan pihak wanita sudah mencapai umur 16 tahun.

Apabila masih di bawah umur tersebut, maka dinamakan pernikahan dini.

Pengertian secara umum, pernikahan dini yaitu merupakan institusi

agung untuk mengikat dua insan lawan jenis yang masih remaja dalam satu

ikatan keluarga. Remaja itu sendiri adalah anak yang ada pada masa peralihan

antara masa anak-anak ke dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-

perubahan cepat disegala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk

badan, sikap,dan cara berfikir serta bertindak,namun bukan pula orang dewasa

yang telah matang.

Pernikahan dibawah umur yang belum memenuhi batas usia

pernikahan, pada hakikatnya di sebut masih berusia muda atau anak- anak yang

ditegaskan dalam Pasal 81 ayat 2 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002, anak

adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun dikategorikan masih anak-anak,

juga termasuk anak yang masih dalam kandungan, apabila melangsungkan

pernikahan tegas dikatakan adalah pernikahan dibawah umur. Sedangkan

pernikahan dini menurut BKKBN adalah pernikahan yang berlangsung pada

umur di bawah usia reproduktif yaitu kurang dari 20 tahun pada wanita dan

kurang dari 25 tahun pada pria. Pernikahan di usia dini rentan terhadap masalah

kesehatan reproduksi seperti meningkatkan angka kesakitan dan kematian pada

saat persalinan dan nifas, melahirkan bayi prematur dan berat bayi lahir rendah

serta mudah mengalami stress.


87

Menurut Kementerian Kesehatan RI, pernikahan adalah akad atau janji

nikah yang diucapkan atas nama Tuhan Yang Maha Esa yang merupakan awal

dari kesepakatan bagi calon pengantin untuk saling memberi ketenangan

(sakinah) dengan mengembangkan hubungan atas dasar saling cinta dan kasih

(mawaddah wa rahmah). Pernikahan adalah awal terbentuknya sebuah

keluarga.

4. Disabilitas

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia penyandang diartikan dengan

orang yang menyandang (menderita) sesuatu, sedangkan disabilitas merupakan

kata bahasa Indonesia yang berasal dari kata serapan bahasa Inggris disability

(jamak:disabilities) yang bearti cacat atau ketidak mampuan.

Menurut John C. Maxwell, penyandang disabilitas merupakan

seseorang yang mempunyai kelainan dan/atau yang dapat mengganggu

aktivitas.

Menurut Goffman sebagaimana dikemukakan oleh Johnson,

mengungkapkan bahwa masalah sosial utama yang dihadapi penyandang cacat

“disabilitas” adalah bahwa mereka abnormal dalam tingkat yang sedemikian

jelasnya sehingga orang lain tidak merasa enak atau tidak mampu berinteraksi

dengannya. Lingkungan sekitar telah memberikan stigma kepada penyandang

cacat, bahwa mereka dipandang tidak mampu dalam segala hal merupakan

penyebab dari berbagai masalah. Dalam keadaan yang serba terbatas dan

asumsi negatif dari orang lain, ada sebagian dari mereka yang terus berusaha

untuk tidak selalu bergantung pada orang lain.


88

Menurut IG.A.K Wardani anak berkebutuhan khusus adalah anak yang

mempunyai sesuatu yang luar biasa yang secara signifikan memebedakan nya

dengan anak-anak seusia pada umumnya. Keluarbiasaaan yang dimiliki anak

tersebt dapat merupakan sesuatu yang keluarbiasaan yang dimiliki anak

tersebut dapat merupakan sesuatu yang positif, dapat pula yang negatif.

Penyandang disabilitas adalah anggota masyarakat dan memiliki hak

untuk tetap berada dalam komunitas lokal. Para penyandang disabilitas harus

menerima dukungan yang dibutuhkan dalam struktur pendidikan, kesehatan,

pekerjaan dan pelayanan sosial. Sehingga hak-hak penyandang disablitas

dalam persektif HAM dikategorikan sebagai hak khusus bagi kelompok

masyarakat tertentu.

5. Orang Dengan Gangguan Jiwa

Gangguan jiwa merupakan psikologik atau pola perilaku yang

ditunjukkan pada individu yang menyebabkan distress, menurunkan kualitas

kehidupan dan disfungsi. Hal tersebut mencerminkan disfungsi psikologis,

bukan sebagai akibat dari penyimpangan sosial maupun konflik dengan

masyarakat (Stuart, 2013). Sedangkan menurut Keliat, (2011) gangguan jiwa

merupakan pola perilaku, sindrom yang secara klinis bermakna berhubungan

dengan penderitaan, distress dan menimbulkan hendaya pada lebih atau satu

fungsi kehidupan manusia.

Menurut American Psychiatric Association atau APA mendefinisikan

gangguan jiwa pola perilaku/ sindrom, psikologis secara klinik terjadi pada

individu berkaitan dengan distres yang dialami, misalnya gejala menyakitkan,


89

ketunadayaan dalam hambatan arah fungsi lebih penting dengan peningkatan

resiko kematian, penderitaan, nyeri, kehilangan kebebasan yang penting dan

ketunadayaan (O’Brien, 2013).

Gangguan jiwa adalah bentuk dari manifestasi penyimpangan perilaku

akibat distorsi emosi sehingga ditemukan tingkah laku dalam ketidak wajaran.

Hal tersebut dapat terjadi karena semua fungsi kejiwaan menurun (Nasir,

Abdul & Muhith, 2011).

Menurut Videbeck dalam Nasir, (2011) mengatakan bahwa kriteria

umum gangguan adalah sebagai berikut :

a. Tidak puas hidup di dunia.

b. Ketidak puasan dengan karakteristik, kemampuan dan prestasi diri.

c. Koping yang tidak afektif dengan peristiwa kehidupan.

d. Tidak terjadi pertumbuhan personal.

6. Kejahatan / Kriminalitas

Definisi kejahatan banyak dikemukanan oleh para ahli. Menurut

Kartono (1999), kejahatan secara yuridis formal adalah bentuk tingkah laku

yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, bersifat merugikan masyarakat,

asosial, serta melanggar hukum dan undang-undang pidana. Kemudian, KUHP

merumuskan bahwa kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang memenuhi

perumusan ketentuan-ketentuan KUHP, seperti pembunuhan pada pasal 338

KUHP pencurian pada pasal 362 KUHP penganiayaan pada pasal 351 KUHP.

Sementara itu secara sosiologis yang disebut kejahatan adalah semua bentuk

ucapan, perbuatan, dan tingkah laku yang secara ekonomis, politis, dan sosial-
90

psikologis sangat merugikan masyarakat, melanggar norma susila, dan

menyerang keselamatan warga masyarakat (baik yang telah tercakup dalam

undang-undang, maupun yang belum tercantum dalam undang-undang

pidana).

Macam – macam perbuatan yang dikategorikan jahat adalah

pembunuhan, perampasan, perampokan, penggarongan, penodongan,

pelanggaran seks, perkosaan, pencurian, pengancaman, intimidasi, pemerasan,

korupsi, penyogokan, penyuapan, pemalsuan, penggelapan, pelanggaran

ekonomi, pelanggaran sumpah, kejahatan politik, penculikan, perdagangan,

penyalahgunaan narkoba, dan poligami.

7. Birokrasi

Menurut Soerjono Soekanto (2009) birokrasi merupakan organisasi yang

bersifat hierarkis, yang ditetapkan secara rasional untuk mengoordinasikan

pekerjaan orang-orang untuk kepentingan pelaksanaan tugas administrartif.

Hal yang menjadi masalah sosial dalam birokrasi adalah perkembangan

organisasi yang sangat cepat dan pesat sehingga dalam birokrasi setiap orang

akan mendapat posisi yang tepat dan sadar untuk menjalankan roda organisasi

dengan baik. Akan tetapi, apabila roda organisasi tidak berjalan tertib, orang

akan kehilangan pegangan sehingga menimbulkan masalah sosial.

3.5 Identifikasi Potensi dan Sumber

Potensi dan Modal Sosial yang dimiliki Desa Bandasari bila ditinjau

dari segala sisi, meliputi:


91

1. Letak geografis yakni posisinya yang berada di Kecamatan Cangkuang,

Kabupaten Bandung dimana masih dalam wilayah yang sanagat asri. Terdapat

beberapa wilayah yang berada di pegunungan yang masih alami serta hampir

seluruh kepala keluarga memiliki kebun atau sawah. Melihat letak yang berada

di dataran tinggi, terdapat rencana pengembagan desa wisata di RW 08 Desa

Bandasari.

2. Aneka jenis usaha dari industri rumah tangga yang sebenarnya bisa

dikembangkan bila mendapat pendampingan dan bantuan modal untuk

mengembangkannya. Seperti sale pisang, gerabah, wajit waluh, konveksi dan

masih banyak lagi.

3. Lembaga kesejahteraan sosial Panti Rehabilitasi Bina Laras dan NAPZA Bumi

Kaheman terdapat di Desa Bandasari tepatnya di RW 08. Di wilayah Dusun 2

terdapat kelompok binaan ecovillage yang sudah mendapatkan peralatan

pengolahan sampah dari Dinas Lingkungan Hidup.

Desa Bandasari memiliki aset yang lengkap dari tujuh jenis aset yang

ada. Semuanya dimiliki oleh Desa Bandasari. Berikut paparan mengenai jenis-

jenis aset yang ada di Desa Bandasari:


92

Tabel 3.10 Data Aset Komunitas Desa Bandasari


No Jenis Aset Nama Aset Komunitas
Masjid, Madrasah, BUMDees, Kantor Desa,
Puskesmas, Pos Ronda, SMP, SD, Gedung
1. Modal Fisik Posyandu, Gedung PAUD, Alat Rebana,
Lapangan Voli, Lapangan bulu tangkis, GOR,
WC Umum, Sarana Air Bersih,
Lahan Perikanan, Lahan Pertanian, Lahan
tempat pemakaman umum, Padi, Sawi,
2. Modal Lingkungan
Bawang Daun,Labu Siam, Tomat, Cabai,
Sungai.
Bidan, Perawat, TNI/POLRI, Pengrajin
3. Modal Manusia gerabah, Ulama, Ustadz, Pelatih Pencak Silat,
Guru.
Pangkalan Air Cikole, Alat Penggiling
Tepung, Bengkel, Alat pembakar gerabah,
4. Modal Teknologi
angkot, seperangkat komputer, mobil
pelayanan masyarakat, truck.
Zakat, Infaq dan Sodaqoh, Iuran Kas RW/RT,
5. Modal Finansial
Iuran Kematian, Dana Sehat.
Bonding, Linking, Bridging. Kelompok tani,
Kelompok Pengajian, Perkumpulan Pencak
6. Modal Sosial
Silat, Gerakan Anak Muda Peduli Sampah,
Gotong Royong.
Pengajian Bapak-bapak, Pengajian ibu-ibu,
7. Modal Spiritual
pengajian pemuda dan pengajian anak-anak.
Sumber: Pendataan Praktikan Poltekesos Tahun 2021

3.6 Fokus Masalah Sosial

Permasalahan sosial merupakan perbedaan antara harapan dan

kenyataan atau sebagai kesenjangan antara situasi yang ada dengan situasi yang

seharusnya. Permasalahan sosial menurut Peraturan Menteri Sosial Nomor 08

Tahun 2012 terdapat 26 Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial. Hakikat

masalah sosial adalah situasi yang dirasa mengganggu sehingga menghambat

masyarakat dalam melaksanakan aktivitas atau fungsi sosialnya. Permasalahan

sosial yang muncul dan diambil fokus oleh masing-masing praktikan meliputi
93

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi, Anak Putus Sekolah, Sampah dan Karang

Taruna.

Praktikan tertarik dengan isu tentang Perepuan rawan Sosial Ekonomi

di Desa Bandasari. PRSE juga merupakan salah satu masalah sosial yang

menjadi prioritas masalah pada saat rembug warga. Praktikan mengambil

permaslahan PRSE di wilayah Dusun 4 karena Susun 4 merupakan wilayah

paling jauh ujung serta wilayah pegunungan di Bandasari yang keberadaannya

jarang didatangi. Selain itu, jumlah dari PRSE yang ada di Dusun 4 Desa

Bandasari cukup banyak yaitu 45 orang. Sehingga praktikan mengambil fokus

msalah PRSE di Dusun 4 Desa Bandasari.

3.6.1 Masalah Sosial

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Dusun 4 Desa

Bandasari merupakan seseorang yang menjadi tulang punggung bagi

keluarganya. PRSE Dusun 4 sebagian besar ber-matapencaharian sebagai

sebagai petani dan buruh tani di kebun atau sawah. Dalam mencukupi

kebutuhan sehari-hari keluarga, mereka mengandalkan dari hasil panen. Hasil

panen yang sering setiap harinya adalah labu siam, singkok dan umbi-umbian

lainnya. PRSE di Dusun 4 bekerja dari pukul 06.00 – 13.00 WIB. Setelah

mereka pulang mereka langsung mengurus rumah. PRSE Dusun 4 tidak

mempunyai pekerjaan lain dari bertani tersebut. PRSE di Dusun 4 masih

terbilang kurang diperhatikan.


94

3.6.2 Upaya Mengatasi Permasalahan Sosial

Upaya yang telah dilakukan oleh pemerintah yaitu pemberian bantuan

sosial seperti pemberian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT), Program

Keluarga Harapan (PKH) serta program rumah tidak layak huni (Rutilahu)

yang diterima oleh Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Bandasari.

Belum ada kebijakan lain terkait PRSE di Desa Bandasari.


95

BAB IV

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Bab IV ini membahas tentang pelaksanaan praktikum yang terdiri dari tahap

inisiasi sosial, pengorganisasian sosial, tahap asesmen sosial atau asesmen

komunitas, perencanaan sosial atau perencanaan komunitas, intervensi sosial atau

intervensi komunitas, evaluasi, terminasi, dan rujukan sosial. Adapun uraian dari

setiap tahapan yaitu sebagai berikut:

4.1 Inisiasi Sosial

Kegiatan praktikum III diawali dengan inisiasi sosial, dimana pada

tahap ini adalah tahap awal praktikan melakukan kegiatan praktikum di Desa

Bandasari Kecamatan Cangkuag Kabupaten Bandung. Inisiasi sosial adalah

proses awal yang dilakukan oleh praktikan untuk saling mengenal dengan

masyarakat dan perangkat yang ada, dan mengumpulkan data atau informasi

mengenai Desa Bandasari. Tujuan dari inisiasi sosial membangun akses serta

kepercayaan secara konstruktif dengan berbagai elemen dan stakeholder dalam

masyarakat. Tahapan ini terbangun kesepakatan bersama masyarakat dan

stakeholders dalam rangka mengidentifikasi masalah, kebutuhan dan kekuatan.

Sasaran dari kegiatan inisiasi sosial ini yaitu aparat Desa Bandasari,

tokoh masyarakat, tokoh agama, ketua RW, ketua RT,kader PKK, kader

Posyandu, , Karang Taruna dan masyarakat Desa Bandasari. Kegiatan inisiasi

sosial ini dilakukan selama 4 hari terhitung dari tanggal 9 Februari 2021 sampai

12 Februari 2021. Teknik yang digunakan pada pendekatan awal dengan

masyarakat adalah teknik Transect Walk, Home Visit, Community Involvement.


96

1. Proses Inisiasi

Inisiasi sosial merupakan merupakan tahap awal dalam praktik pekerjaan

sosial dimana dalam tahap ini praktikan melakukan proses membangun

kepercayaan dengan berbagai elemen dan stakeholder yang ada di Desa

Bandasari. Sehingga tercipta kerjasama yang baik antara masyarakat dan

praktikan. Selain itu, tahapan ini untuk membangun kesepakatan bersama

masyarakat dan stakeholders dalam rangka mengidentifikasi masalah,

kebutuhan dan kekuatan. Proses inisiasi ini terdapat beberapa kegiatan yang

dapat menggambarkan proses inisiasi yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

a. Perkenalan dengan Aparat Desa Bandasari

Praktikan mengunjungi Kantor Desa Bandasari pada hari Senin, 8

Februari 2021 untuk berkenalan dan bersilahturahmi dengan aparat desa

serta menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan praktikum di Desa

Bandasari. Praktikan berdiskusi dengan aparat desa serta meminta

penjelasan mengenai kondisi geografis desa, keadaan masyarakat, adat dan

budaya serta sejarah berdirinya Desa Bandasari untuk studi dokumentasi.

Praktikan meminta informasi lebih lengkap mengenai keadaan desa melalui

profil desa terbaru dan peta wilayah Desa Bandasari. Aparat Desa yang

hadir diantaranya Sekretaris Desa Bandasari, Kasi Kesejahteraan, Kasi

Pemerintahan serta Kepala Dusun di Desa Bandasari.


97

Gambar 4.1 Praktikan melakukan studi dokumentasi bersama aparat Desa


Bandasari

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021

b. Transect Walk

Praktikan melakukan transect walk didampingi oleh aparat desa dan

kepala dusun di Desa Bandasari. Transect walk dilakukan untuk mengetahui

batas-batas wilayah Desa Bandasari serta mengamati secara langsung

lingkungan, sumber daya masyarakat, serta melakukan kunjungan ke tokoh

masyarakat yaitu ketua RW. Kegiatan ini dilakukan mulai tanggal 11

Februari 2021.

Gambar 4.2 Kegiatan Transect Walk Praktikan di Desa Bandasari

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021


98

Hal tersebut dimanfaatkan oleh praktikan untuk membangun

kerjasama serta membentuk relasi yang positif antar praktikan dengan

warga. Membangun akses serta kepercayaan dengan berbagai elemen dan

stakeholder dalam masyarakat. Serta praktikan melakukan observasi secara

langsung mengenai kondisi Desa Bandasari.

c. Home Visit

Kegiatan home visit dilakukan dengan cara melakukan kunjungan

langsung kepada sasaran home visit yaitu ketua RT, Ketua RW, Kadus, serta

tokoh masyarakat. Kegiatan ini menjadi media untuk menjalin relasi serta

mensosialisasikan pelaksanaan kegiatan Praktikum III. Praktikan pun diajak

melakukan kunjungan ke panti yang berada di Desa Bandasari yaitu Panti

Rehabilitasi Sosial NAPZA dan Bina Laras Bumi Kaheman yang berada di

wilayah RW 08 Desa Bandasari, disana praktikan ikut bercengkrama

dengan para klien dan juga pekerja sosial yang sedang berkegiatan bersama

klien. Praktikan melakukan kunjungan langsung mulai dari tanggal 08

Februari 2021.

Gambar 4.3 Praktikan melakukan kunjungan ke Panti Bumi Kaheman

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021


99

d. Community Involvement

Praktikan mengikuti beberapa kegiatan yang ada di masyarakat agar

dapat menjalin relasi dengan baik. Praktikan ikut serta melebur dengan

kegiatan masyarakat adar diakui keberadaannya oleh masyarakat di Desa

Bandasari. Kegiatan yang diikuti oleh praktikan antara lain pembagian

bantuan sosial covid-19 yaitu pembagian BPNT dan pembagian BST yang

diadakan sebulan sekali.

Gambar 4.4 Praktikan membantu kegiatan Pembagian Bantuan Pangan Non


Tunai

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021

2. Hasil Inisiasi Sosial

Hasil dari inisiasi sosial di Desa Bandasari yang telah dilakukan oleh

praktikan di melalui kegiatan dalam proses inisiasi sosial antara lain:

a. Hasil Perkenalan dengan Aparat Desa Bandasari

Terbangunnya relasi antara praktikan dengan perangkat Desa

Bandasari. Pemerintah Desa Bandasari juga menerima kehadiran praktikan

dengan baik. Selain itu, tersampaikannya maksud dan tujuan praktikum

kepada pihak desa serta tersampaikannya matriks kerja praktikan kepada

perangkat Desa Bandasari. Tak hanya itu, para perangkat desa juga
100

mendukung kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh praktikan di Desa

Bandasari. Praktikan juga memperoleh informasi, dokumen serta beberapa

data mengenai Desa Bandasari.

b. Hasil Transect Walk

Praktikan mengenal wilayah Desa Bandasari terutama batasan-

batasan Desa Bandasari dengan desa lainnya serta batasan-batasan antar

dusun, RW serta RT yang ada di Desa Bandasari. Selain itu, praktikan juga

mengamati potensi-potensi yang ada di Desa Bandasari. Potensi tersebut

antara lain area persawahan yang luas dan subur, dan juga kebun sayur serta

buah-buahan.

c. Hasil Home Visit

Praktikan diterima dengan baik oleh ketua RT, Ketua RW, Kadus

serta masyarakat Desa Bandasari. Masyarakat di Desa Bandasari sangat

ramah, praktikan selalu dijamu saat melakukan home visit. Selain itu,

praktikan juga dapat beradaptasi dengan mudah dengan masyarakat sekitar.

Maksud dan tujuan praktikum juga tersampaikan kepada setiap ketua RT,

ketua RW serta kepala dusun yang ada di Desa Bandasari. Tak hanya itu,

praktikan juga mendapat informasi terkait data jumlah Pemerlu Pelayanan

Kesejahteraan Soisal (PPKS) disetiap RW-nya.

d. Hasil Community Involvement

Hasil yang didapat praktikan dalam melakukan community

involvement dalam masyarakat Desa Bandasari antara lain:


101

1) Tersosialisasikannya kegiatan (maksud, tujuan praktikum serta

manfaat) praktikum III kepada masyarakat di Desa Bandasari.

2) Masyarakat mengenali praktikan yang sedang melaksanakan praktikum

di Desa Bandasari

3) Terbentuknya relasi yang baik dengan masyarakat, tokoh masyarakat,

perangkat desa serta stakeholder yang ada di Desa Bandasari.

4) Terbangun dukungan dan kesepakatan bersama masyarakat dalam

rangka penyiapan kerjasama dengan berbagai pihak, stakeholder dan

masyarakat Desa Bandasari. Indikator tercapainya hasil terlihat dari

pernyataan tokoh masyarakat, key people dan Kasi Kesra yang

mendukung kegiatan praktikan dan sepakat untuk bisa bekerjasama

dalam kegiatan-kegiatan seterusnya.

5) Terancang pertemuan warga dalam rangka mengidentifikasi masalah,

kebutuhan, dan potensi di minggu ketiga praktikan di Desa Bandasari.

Indikator tercapainya hasil dari arahan Kasi Kesra Desa Bandasari

untuk mengundang seluruh ketua RW dan ketua RT dalam pertemuan

rembug warga.

4.2 Pengorganisasian Sosial

Pengorganisasian sosial merupakan tahap pelibatan warga masyarakat

untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dan stakeholder terhadap kondisi

wilayahnya terkait dengan masalah, kebutuhan dan kekuatan komunitas dan

mengorganisasikan diri untuk menghadapi perubahan yang akan dilakukan.


102

Pengorganisasian sosial di awal ini dilakukan oleh praktikan melalui proses

lobbying. Pada saat masyarakat sudah setuju dengan berbagai informasi yang

akan digali, serta berbagai kegiatan yang akan dilaksanakan oleh praktikan

bersama dengan masyarakat, praktikan mengambil fokus masalah Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

Sasaran dari tahap pengorganisasian sosial adalah aparat pemerintah

Desa Bandasari, Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT, serta Potensi dan

Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) seperti karang taruna, TP PKK, dan

Pekerja Sosial Masyarakat (PSM). Teknik yang dilakukan dalam

pengorganisasian sosial ini adalah home visit dan wawancara.

1. Proses Pengorganisasian Sosial

Proses pengorganisasian sosial, praktikan melibatkan warga

masyarakat sehingga masyarakat secara bersama menyadari akan adanya

masalah, kebutuhan dan kekuatan komunitas untuk di intervensi dan

menghadapi perubahan yang dilakukan. Langkah-langkah kegiatan

pengorganisasian sosial yaitu:

a. Praktikan melakukan home visit ke Kepala Dusun, Ketua RW, Ketua RT,

Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM), kader PKK, kader Posyandu,

Karang Taruna serta tokoh mayarakat yang ada di Desa Bandasari. Home

visit dilakukan selala beberapa hari dan didampingi oleh Kepala Dusun di

setiap Dusun di Desa Bandasari.


103

Gambar 4.5 Home Visit Ke Rumah Kepala Dusun 02

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021

b. Praktikan menjelaskan mengenai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial

(PPKS) dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) saat

melakukan home visit.

c. Praktikan mempengaruhi stakeholder agar menyadari adanya masalah

sosial di Desa Bandasari salah satunya masalah tentang Perempuan Rawan

Sosial Ekonomi.

d. Praktikan mengawali, mendampingi dan menggerakkan masyarakat untuk

membentuk Tim Kerja Masyarakat (TKM)

2. Hasil Pengorganisasian Sosial

Hasil dari pengorganisasian sosial adalah teridentifikasinya potensi dan

organisasi lokal yang dapat dimanfaatkan sebagai sistem sumber dalam

penanganan permasalahan sosial. Beberapa sistem sumber yang ada di Desa

Bandasari tersebut adalah Lembaga Pemberdayaan Masyarakat. Dari hasil

pengorganisasian sosial praktikan juga mendapatkan data dan informasi

mengenai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) di Desa Bandasari.

Stakeholder pun mulai menyadari adanya masalah-masalah sosial di Desa


104

Bandasari. Tak hanya itu, praktikan juga mendapatkan gambaran mengenai

orang-orang yang akan dijadikan Tim Kerja Masyarakat.

4.3 Asesmen

Asesmen sosial adalah langkah yang dilakukan oleh praktikan untuk

menemu kenali masalah, potensi dan sumber yang ada di masyarakat, terutama

yang berkaitan dengan masalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE).

Sasaran asesmen sosial ini meliputi target group dan interest group. Target

group praktikan yaitu Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) dan interest

group praktikan yaitu kepala dusun, ketua RW, ketua RT, Badan

Pemusyawaratan Desa (BPD), kader PKK, kader Posyandu, Karang Taruna

dan tokoh masyarakat lainnya.

Kegiatan asesmen sosial ini berlangsung selama 10 hari, terhitung sejak

tanggal 24 Februari - 9 Maret 2021. Teknik yang digunakan yaitu Methodology

Participation Assesment (MPA). Asesmen sosial dibagi menjadi dua tahapan

yaitu asesmen awal dan asesmen lanjutan.

4.3.1 Asessmen Awal

1. Proses Asesmen Awal

Proses asesmen awal merupakan proses dimana praktikan

mengidentifikasi isu permasalahan, kebutuhan, potensi atau kekuatan yang

menjadi data awal dalam asesmen lanjutan. Proses asesmen awal, praktikan

melakukan rembug warga atau community meeting di Aula Kantor Desa

Bandasari pada hari Jumat, 26 Februari 2021 dengan mengundang para tokoh
105

masyarakat serta anggota masyarakat untuk menyampaikan dan

mensosialiasikan tentang Pemerlu Pelayanna Kesejahteraan Sosial (PPKS) dan

Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS). Kegiatan community

meeting juga dibantu oleh pihak Desa Bandasari serta para Kepala Dusun yang

ada. Praktikan melakukan Methodology Participation Assesment (MPA) untuk

menggali masalah dan potensi yang ada di Desa Bandasari. Setiap praktikan

mempunyai tugas masing-masing mulai dari MC, pemateri, fasilitator MPA,

bagian konsumsi serta bagian logistik untuk melancarkan kegiatan community

meeting ini.

Gambar 4.6 Rembug warga di Aula Desa Bandasari

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021

2. Hasil Asesmen Awal

a. Mendapatkan informasi mengenai Pemerlu Pelaynana Kesejahteraan Sosial

(PPKS) dan masalah sosial lainnya yang ada di Desa Bandasari yaitu

rutilahu, perempuan rawan sosial ekonomi, anak putus sekolah, sampah

serta masalah sosial lainnya.


106

Tabel 4.1 Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial di Desa Bandasari


No PPKS Jumlah
1 Fakir Miskin 972 KK
2 Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) 95
3 Penyandang Disabilitas 19
4 Anak Dengan Kedisabilitasan 18
5 Bekas Warga Binaan Lapas (BWBLP) 10
6 Lansia Terlantar 5
7 Korban Bencana Alam 19
8 Anak Putus Sekolah 370
9 Pernikahan Dini 168

Sumber : Pendataan Praktikan Poltekesos Tahun 2021

b. Kelompok-kelompok yang bisa dijadikan sumber yaitu, kader PKK, Kepala

Dusun dan tokoh masyarakat lainnya.

c. Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial (PSKS) yang ada di Desa

Bandasari yaitu Taruna Siaga Bencana (Tagana), Lembaga Kesejahteraan

Sosial (LKS), Karang Taruna (Karta),Wanita Pemimpin Kesejahteraan

Sosial (WPKS) dan Dunia Usaha.

Tabel 4.2 Potensi Sumber Kesejahteraan Sosial di Desa Bandasari

No PSKS Keterangan
1 Pekerja Sosial Masyarakat 5 orang
2 TAGANA 1 tim
3 Lembaga Kesejahteraan Sosial 1
4 Karang Taruna 1 komunitas
5 Keluarga Pioneer 2 KK
Wanita Kesejahteraan Pemimpin Kesejahteraan
6 Sosial 11 orang
7 TKSK 1 orang
8 Dunia Usaha 30

Sumber : Pendataan Praktikan Poltekesos Tahun 2021


107

Berdasarkan hasil asesmen awal yang dilakukan praktikan melalui

community meeting, praktikan tertarik untuk mengambil fokus Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang ada di Desa Bandasari. Hal tersebut

karena Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) merupakan salah satu

prioritas masalah dan membutuhkan alternatif pemecahan masalahya.

4.3.2 Asesmen Lanjutan

Proses assemen yaitu menemukali dan memahami masalah, kebutuhan,

dan kekuatan komunitas yang akan diintervensi untuk memperoleh data yang

komprehensif tentang isu komunitas. Asesmen lanjutan dengan media

pertemuan kelompok kecil atau Focus Group Discussion.

1. Proses Asesmen Lanjutan

a. Wawancara

Asesmen sosial komunitas tahap awal dimulai dengan pendataan PPKS

PRSE Desa Bandasari dengan sasaran kadus, ketua RW, Kader dan TKM.

Praktikan wawancarai kadus, ketua RW, Kader dan TKM untuk

memperoleh data by name by address PRSE. Setelah dilakukannya

pendataan maka praktikan melakukan rekapitulasi data untuk mengetahui

jumlah keseluruhan data PRSE yang terdata.

b. Observasi dan Home visit

Praktikan melakukan cross check data atau observasi langsung di lapangan

dengan didampingi oleh kadus, ketua RW, Kader dan TKM. Kegiatan ini

dilaksanakan selama 3 hari. Selama masa kunjungan, praktikan telah

melakukan kunjungan terhadap 3 orang dari data PRSE, tersebar di Kadus


108

4 Desa Bandasari. Selanjutnya, praktikan melakukan penyeleksian beberapa

data yang tidak sesuai dengan kriteria PRSE dan menambahkan beberapa

data yang menjadi rekomendasi dari para TKM ataupun kader untuk

selanjutnya dicross check langsung kelapangan.

c. Focus Group Discussion (FGD)

Pelaksanaan FGD dilakukan bersama TKM Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi di Dusun 4 Desa Bandasari dengan teknik diskusi terpadu pada

Sabtu, 20 Maret 2021.

Adapun proses kegiatan FGD sebagai berikut :

1) Kegiatan : Focus Group Discussion (FGD)

2) Hari/Tanggal : Sabtu, 20 Maret 2021.

3) Waktu : Pukul 14.00 WIB

4) Tempat : Rumah Ibu Dita (Ketua TKM)

5) Fasilitator : Praktikan

6) Tujuan : Perkenalan peserta / hadirin, mengenal dan

mengetahui masalah, kebutuhan, dan potensi yang dimiliki PRSE

Pelaksanaan dari kegiatan FGD dapat dijabarkan sebagai berikut:

1) Acara FGD tersebut dimulai dengan pembukaan, dimana fasilitator

memperkenalkan diri dan meminta tamu undangan untuk

memperkenalkan diri juga.

2) Fasilitator menjelaskan tujuan praktikum dan alat yang akan digunakan

dalam FGD.
109

3) Fasilitator menjelaskan tujuan FGD yaitu untuk mengetahui masalah,

kebutuhan, dan potensi yang dimiliki PRSE.

4) Memotivasi partisipasi dari seluruh peserta FGD untuk mengungkapkan

pendapat mereka masing-masing.

Fasilitator melontarkan beberapa pertanyaan yang dijadikan diskusi

(masalah, kebutuhan, dan potensi yang dimiliki PRSE). Setelah itu,

didiskusikan untuk masalah apa yang dipecahkan terlebih dahulu dengan

melihat adanya potensi yang dimiliki. Setelah melakukan assesmen

komunitas ditetapkan juga indikator PRSE di Desa Bandasari adalah :

1) Perempuan usia 18-59 tahun

2) Ditinggal meninggal, cerai dengan suami, atau ditinggal tanpa alasan

yang jelas.

3) Pekerjaan tidak tentu atau tidak memiliki pekerjaan yang tetap

4) Memiliki penghasilan akan tetapi tidak dapat mencukupi kebutuhan

sehari-hari.

5) Memiliki tanggungan 1-5 orang

Gambar 4.7 Pelaksanaan Focus Group Discussion

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos Tahun 2021


110

2. Hasil Asesmen Lanjutan

a. Wawancara dan Observasi

Melalui teknik wawancara dan observasi yang praktikan lakukan

dalam kegiatan asesmen lanjutan diperoleh jumlah PRSE yang tersebar di

Desa Bandasari. Berikut adalah data PRSE Desa Bandasari hasil pendataan

dalam rangka asesmen sosial PRSE di Dusun 4 Desa Bandasari sebagai

berikut:

Tabel 4.3 Data Persebaran PRSE di Dusun 4


No Wilayah Jumlah RT Keterangan
1 RW 05 6 RT 30 jiwa
2 RW 06 6 RT 15 jiwa
Total PRSE Dusun 4 45 jiwa
Sumber : Hasil Pendataan Praktikan Poltekesos Bandung Tahun 2021

Berdasarkan data tersebut diperoleh informasi bahwa jumlah PRSE

di Dusun 4 Desa Bandasari sebanyak 45 orang tersebar dimasing-masing

RW. Persebaran PRSE di Dusun 4 Desa Bandasari yakni : RW 05 sebanyak

30 orang dan RW 06 sebanyak 15 orang.

b. Focus Group Discussion (FGD)

Melalui kegiatan Diskusi terpadu dengan teknik Focus Group

Discussion (FGD) maka diperoleh beberapa permasalahan dan kebutuhan

para PRSE. Masalah dan kebutuhan yang ditemukan akan dijadikan sebagai

acuan dalam membuat perencanaan sosial dan intervensi sosial bagi

Perempuan Rawan Sosial Ekonomi yang berada di Dusun 4 Desa Bandasari

Permasalahan dan kebutuhan yang dimaksud dapat dilihat dalam tabel 4.4.
111

Tabel 4.4 Masalah dan Kebutuhan PRSE Dusun 4 Desa Bandasari

No Masalah Kebutuhan
1 Kurangnya Keterampilan
Kurangnya Penghasilan dalam PELATIHAN
2 KETERAMPILAN
memenuhi Kebutuhan Keluarga
Tidak ada wadah untuk DAN STRATEGI
3 DALAM
mengembangkan diri
KEWIRAUSAHAAN
Tidak ada program kebijakan bagi
4
PRSE
Sumber : Hasil Diskusi Terpadu Desa Bandasari Tahun 2021

Berdasarkan tabel 4.4 diatas menunjukkan adanya masalah dan

kebutuhan yang telah diidentifikasi oleh praktikan dengan target group

yaitu Perempuan Rawan Sosial Ekonomi. Dari segi masalah ditemukan

masalah kurangnya keterampilan dan tidak adanya wadah atau kelompok

yang bisa membantu PRSE dalam mengembangkan diri serta tidak adanya

program maupun kebijakan yang ditujukan khusus untuk PRSE.

Adapun kebutuhan yang dirumuskan oleh TKM dan PRSE melihat dari

masalah-masalah yang dirasakan yaitu pemberian pelatihan keterampilan.

PRSE lebih memilih pelatihan keterampilan. PRSE di Dusun 4 sebagaian

besar bermata-pencaharian sebagai buruh tani di kebun milik orang lain dan

tak sedikit pun yang memeiliki kebun sendiri. Rata-rata di Dusun 4 setiap

Kepala Keluarganya memiliki lahan pertanian seperti sawah ataupun kebun

sayur mayur, yang paling sering panen adalah labu siam. Labu siam di

Dusun 4 sangat melimpah dan hampir setiap hari dipanen oleh para petani.

Dalam hal ini dengan memanfaatkan sumberdaya alam labu siam yang

melimpah, para PRSE akan diberikan pelatihan bagaimana mengelola


112

makanan dari labu siam. Diharapkan produk makanan tersebut dapat

membantu penghasilan PRSE dan juga menjadi makanan ciri khas Dusun 4

Desa Bandasari.

4.4 Rencana Intervensi

Rencana Intervensi atau Perencanaan sosial yang dilakukan dalam

proses praktikum ini meliputi perencanaan komunitas. Perencanaan ini

dilakukan untuk mempersiapkan proses intervensi komunitas agar sesuai

dengan kebutuhan, potensi, dan sumber yang ada di dalam lingkup PRSE.

Perencanaan sosial merupakan tindak lanjut dari hasil asesmen komunitas

terhadap masalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Bandasari.

1. Proses Perumusan Rencana Intervensi

Kegiatan pertemuan ini dilakukan di Rumah salah satu TKM yaitu Ibu

Dita. Praktikan memfasilitasi pembicaraan dan diskusi dalam kelompok

berdasarkan gambaran hasil MPA sebagai bahan kelompok untuk

memperdalam wawasan dan kreativitas mengenai pokok-pokok bahasan untuk

menyusun rencana tindak pemecahan masalah. Pertemuan ini menghasilkan

kesepakatan untuk melaksanakan kegiatan berupa pelatihan keterampilan

mengelola labu siam menjadi produk makanan. Tentu ini sangat mudah didapat

di wilayah Dusun 4 yang notabene sumberdaya alam panennya labu siam.

Dalam melaksanakan penyusunan rencana tindak selanjutnya, masyarakat

yang didampingi praktikan untuk melakukan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Menentukan Nama Program


113

Praktikan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk

bersama-sama merumuskan nama program yang akan dilaksanakan sesuai

dengan keadaan masalah dan kebutuhan. Nama program yang dipilih yaitu

“Pemberdayaan PRSE Perkasa (Perempuan Kepala Keluarga Sejahtera)

melalui pelatihan Membuat Kriuk Labu Siam ‘KRIUK LEZET”

2) Menentukan Tujuan

Tujuan kegiatan harus disusun secara terukur, bisa dicapai dengan

menggunakan sumber dan potensi yang tersedia. Dalam perumusan tujuan

ini dibagi menjadi tujuan umum dan khusus. Tujuan umumnya ialah

memberdayakan PRSE melalui pelatihan keterampilan membuat produk

kriuk labu siam. Adapun tujuan khusunya adalah sebagai berikut :

a) Menyalurkan aspirasi PRSE melalui wadah atau kelompok

b) Memberdayakan PRSE melalui pengembangan dan pemberdayaan

kelompok PRSE.

c) Mengembangkan kreatifitas dalam lingkup kelompok.

3) Menentukan Sasaran

Sasaran atau target group merupakan pihak-pihak yang akan dikenai

kegiatan. Sasaran dirumuskan secara jelas, fokus, dan nyata melalui diskusi

dalam pertemuan masyarakat. Sasaran kegiatan ini merupakan Perempuan

Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang sudah terdata dan bersedia mengikuti

pelatihan keterampilan. Pelaksana perubahan adalah praktikan bersama

dengan kader PKK sebagai pelatih serta narasumber dan tim kerja

masyarakat PRSE.
114

4) Menentukan Rincian Kegiatan

Rincian kegiatan ini perlu dirumuskan agar peserta memiliki acuan

dalam menjalankan rencana kerja. Rincian kegiatan yang disusun sifatnya

masih dapat berubah, sangat bergantung kepada situasi dan kondisi yang

dihadapi. Rencana kegiatan yang telah tersusun untuk tahap awal ialah

identifikasi narasumber, penentuan waktu pelaksanaan, persiapan peralatan

yang didapat dari swadaya masyarakat.

5) Membentuk Tim Kerja Masyarakat (TKM)

Pelaksana program dan kegiatan merupakan masyarakat yang

tergabung di dalam Tim Kerja Masyarakat (TKM) itu sendiri. Tim Kerja

Masyarakat terdiri dari warga masyarakat yang hadir dalam pertemuan

pembentukan tim yang bertanggung jawab dalam pencapaian tujuan

kegiatan. Dalam kegiatan perencanaan program atau kegiatan pemecahan

masalah, praktikan hanya berperan memfasilitasi masyarakat. Berikut ini

susunan tim kerja masyarakat yang telah terbentuk.

Tabel 4.5 Struktur Tim Kerja Masyarakat


No Nama Jabatan
1 Ibu Dita Ketua
2 Ibu Rostini Sekretaris
3 Ibu Marlina Bendahara
4 Ibu Yanti Anggota
5 Ibu Edah Anggota
6 Rivi Ahmad Anggota (Karang Taruna)
Sumber : Hasil Diskusi Terpadu TKM Desa Bandasari 2021

6) Menyusun Kebutuhan dan Rencana Anggaran

Tim Kerja Masyarakat (TKM) menyusun rincian dan meminimalisir

dana, Tim Kerja Masyarakat (TKM) berdiskusi untuk mencari alternatif


115

pemenuhannya. Hasil dari diskusi tersebut adalah masing-masing

membawa labu siam hasil panen, sementara untuk membeli perlengkapan

lainnya seperti tepung tapioka,tepung beras dan bahan lainnya disediakan

oleh praktikan dan juga koordinator kegiatan.

Tabel 4.6 Rencana Anggaran Biaya Pembuatan Produk Kriuk Lezet


Harga Jmlh
No Jenis Jmlh Satuan
satuan (Rp)
(Rp)
1. Tepung Tapioka 1 Kg 10.000 10.000
2. Tepung Beras 1 Kg 10.000 10.000
3. Tepung KOBE 5 buah 2.000 10.000
4. Minyak 2L 1 buah 27.000 27.000
5. Garem 1 buah 5000 5.000
6. Penyedap Rasa 1 buah 5.000 5.000
7. Bawang Putih 1 ons 3.000 3.000
8. Ketumbar Bubuk 1 buah 1.500 1.500
9. Berbagai macam Rasa 3 buah 2.000 6.000
10. Kapur Sirih 1 buah 1.000 1.000
11. Standing Pouch 2 pack 18.500 37.000
12. Cetak Stiker 2 lembar 20.000 40.000
13. X Banner 1 buah 65.000 65.000
Total 220.500
Sumber : Hasil Diskusi terpadu bersama TKM Tahun 2021

7) Menentukan Jadwal Kegiatan

Kegiatan pelatihan dan pembuatan kriuk lezet dilaksanakan pada

hari Minggu, 4 April 2021 berlokasi di Rumah Ibu Dita Ketua TKM.

Pembuatan produk selanjutnya setiap har minggu dengan kegiatan TTM


116

(Temu Tiap Minggu) untuk membahas dan membuat produk olahan

maknanan lainnya seperti kue bolu, cireng, kriuk lezet dan masih banyak

lagi.

8) Langkah-langkah Program

Praktikan, TKM, serta PRSE selanjutnya menyusun langkah-

langkah pelaksanaan program yaitu sebagai berikut:

a) Musyawarah bersama TKM dan PRSE untuk membentuk kelompok

usaha dan menentukan pelatihan keterampilan yang tepat bagi PRSE.

b) Meminta kesediaan dan waktu PRSE untuk dapat mengikuti pelatihan

yang telah ditentukan.

c) Labu siam dibawa masing-masing dari hasil kebun

d) Pelatih oleh Ibu Dita merupakan kader PKK

e) Praktik pembuatan produk kriuk lezet (labu siam) oleh PRSE di mulai

dari persiapan sampai pengemasan produk.

f) Logo produk dan kemasan di desain oleh praktikan dan juga Kang Rivi

yang merupakan karang taruna penggerak di Desa Bandasari.

9) Indikator Keberhasilan

Proses :

a) Merumuskan bentuk keterampilan yang akan diberikan kepada PRSE

b) Terjalinnya kerjasama yang baik antara sesama PRSE, tokoh

masyarakat/Tokoh Agama, dan pemerintah.

c) Terbangunnya kepercayaan dan kerjasama antara praktikan dengan TKM

dan praktikan dengan PRSE


117

d) Jasa pembuatan hantaran pernikahan dipakai di Desa Bandasari.

Hasil :

a) Beban pemerintah terhadap penanggulangan kemiskinan dapat

berkurang.

b) Keterlibatan masyarakat yang tinggi terhadap pemberdayaan masyarakat

khususnya bagi PRSE.

c) Meningkatnya kepedulian dan dukungan masyarakat terhadap

pemberdayaan PRSE

d) Terbentuknya kelompok PRSE yang akan menjadi wadah dalam

mengembangkan diri dan keterampilannya

e) Adanya nilai jual dari kriuk labu siam

f) Kriuk lezet (labu siam) menjadi produk khas Dusun 4 Leweung Datar.
118

Tabel 4.7 Jadwal Kegiatan Program Pemberdayaan PRSE

Waktu PJ/
No Kegiatan Tujuan Langkah-langkah
Pelaksanaan TKM
1. Pelatihan Peningkatan  Menyediakan Minggu, 4 Ibu Dita
dan Praktik kesejahteraan dan tempat April 2021
pembuatan kemandirian bagi pelaksanaan yaitu (15.00 s/d
di rumah Ibu Dita
Kriuk Labu PRSE. 18:00)
Menyediakan
Siam peralatan
‘KRIUK pelatihan
LEZET keterampilan.\
Latihan membuat
KRIUK LEZET

2.. TTM Agar PRSE Mempersiapkan Setiap hari PRSE


(Temu Tiap bersama dengan lokasi. minggu dan
Minggu) TKM dapat terus Melakukan (13.00- TKM
terjalin hubungan bekerjasama
14.00)
sosial yang baik dengan kader
dan menjadi PKK.
wadah bagi PRSE
untuk sharing
bersama sambil
membuat produk
olahan makanan
Kriuk Lezet, serta
lainnya seperti
opak, wajit, kue
bolu, cireng dan
lainnya.
Sumber : Hasil Diskusi Terpadu TKM Bandasari 2021

2. Hasil Rencana Intervensi

Hasil perencanaan komunitas yang telah dilakukan bersama anggota TKM

berupa alternatif kegiatan yang akan dilakukan, hasilnya adalah sebagai

berikut:

a. Tersusunnya jadwal kegiatan dari program pemberdayaan PRSE di Desa

Bandasari khususnya Dusun 4.


119

b. TKM dan PRSE membentuk kelompok PERKASA (perempuan Kepala

Keluarga Sejahtera) yang memiliki kegiatan mengolah produk makanan

untuk selanjutnya dijual.

c. PRSE dan anggota TKM sesuai hasil pertemuan melakukan pelatihan

keterampilan membuat produk kriuk lezet karena sebelumnya belum pernah

ada ide untuk membuat olahan maknana dari labu siam di Desa Bandasari.

Pelatihan keterampilan pembuatan kriuk lezet diberikan agar PRSE

memiliki keterampilan untuk mendapatkan penghasilan tambahan karena

banyak sekali labu siam serta mengingat PRSE di Dusun 4 tidak memiliki

kegiatan bersama, maka dari itu kelompok PERKASA hadir bersama-sama

membuat olahan produk makanan yang bernilai jual. itu sangat di butuhkan

setiap kali ada hajatan. Mengingat alat dan bahanyang diperlukan mudah

didapatkan dan relatif murah, pembuatannya juga mudah.

d. Pendampingan sosial. Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, praktikan

berusaha untuk hadir dan terlibat didalamnya. Praktikan bersama TKM

berusaha untuk bekerja bersama-sama dalam ikut serta sukseskan kegiatan

yang telah direncanakan, pendampingan sosial praktikan berupa pemberian

motivasi dan penyadaran kolektif.

4.5 Pelaksanaan Intervensi

Proses intervensi komunitas merupakan aktivitas konkrit yang

dilaksanakan dengan 2 proses yaitu pengembangan masyarakat lokal dan

pendampingan sosial. Kedua intervensi yang dilaksanakan telah mendapat


120

persetujuan dari kepala desa, target group, TKM dan seluruh stakeholder yang

bersangkutan.

1. Proses Intervensi

Intervensi dilakukan dengan langkah pertolongan oleh praktikan

terhadap komunitas Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa

Bandasari. Program yang dilaksanakan ini merupakan rekomendasi

masyarakat Desa Bandasari yang kondisi ekonominya lemah khusunya PRSE

dan berdasarkan hasil cross cek praktikan dilapangan saat melakukan home

visit. Program yang dikembangkan untuk komunitas Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi tersebut sebagai berikut :

a. Pengembangan masyarakat

Kegiatan peningkatan kapasitas PRSE melalui pelatihan pembuatan produk

makanan olahan dari labu siam yang bernama ‘Kriuk Lezet Lewewung Datar

06’ Kegiatan pelatihan ini berlangsung dengan lancar tanpa hambatan dan

selesai tepat pada waktunya. Berikut susunan acara pada kegiatan intervensi

pengembangan masyarakat :

1) Pelatihan keterampilan dan pembuatan produk makanan KRIUK LEZET

Pelatihan ini dimaksudkan untuk memberikan pengetahuan baru

tentang meningkatkan keterampilan PRSE di Desa Bandasari, dapat

mengurangi sedikitnya pengangguran, mengasah kreatifitas dan menambah

penghasilan PRSE.

Aparat desa merespon sangat baik dengan diadakan program ini

dikarenakan selama ini belum ada program yang khusus ditujukan untuk
121

memberdayakan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi. Aparat desa juga

berharap semoga program ini bisa menjadi acuan Desa Bandasari untuk

terus mengadakan program-program pemberdayaan ke depannya. Gambar

dibawah ini merupakan kegiatan pengembangan kapasitas PRSE melalui

pelatihan keterampilan pembuatan olahan makanan KRIUK LEZET.

Gambar 4.8 Pembuatan Produk KRIUK LEZET

Sumber : Dokumentasi Praktikan dan TKM Tahun 2021

Kegiatan pemberian keterampilan mmebuat produk makanan kriuk

labu siam secara langsung dengan praktik, dan diharapkan PRSE mampu

mengaplikasikan pembuatan KRIUK LEZET secara mandiri, disini kader

PKK selaku pelatih memberikan pelatihan pembuatan dengan langkah-

langkah mulai dari proses mempersiapkan alat-alatnya, langkah-langkah

sampai berbagai tips promosi penjualannya.

2) Membentuk Kelompok PRSE

Dalam hal ini praktikan bersama dengan Tim Kerja Masyarakat

membentuk sebuah kelompok keterampilan PRSE. Kelompok tersebut

bernama kelompok Perkasa (Perempuan Kepala Keluarga Sejahtera), yang

akan menjadi wadah bagi ibu-ibu PRSE untuk mendapatkan keterampilan


122

maupun membagikan keterampilan yang dimiliki, selain itu kelompok ini

juga akan memproduksi berbagai macam makanan seperti kriuk lezet,

cireng, bolu dan lainnya. Selain itu, dalam kelompok Perkasa (Perempuan

Kepala Keluarga Sejahtera) juga melakukan kegiatan sharing yang

bertujuan untuk meningkatkan hubungan sosial baik antar PRSE maupun

TKM.

Gambar 4.9 Praktikan, TKM dan Kelompok Perkasa launching produk


KRIUK LEZET

Sumber : Dokumentasi Praktikan dan TKM Tahun 2021

b. Pendampingan Sosial

Dalam setiap pelaksanaan kegiatan, praktikan selalu hadir dan terlibat

didalam kegiatan. Praktikan bersama TKM berusaha untuk bekerja bersama-

sama mensukseskan kegiatan yang telah direncanakan, pendampingan sosial

praktikan berupa :

1) Pemberian motivasi

Kegiatan pendampingan ini melakukan kegiatan mendampingi dan

memberikan motivasi tentang pentingnya kegiatan pemberdayaan yang

akan dilakukan oleh kelompok usaha dalam mendorong usaha kesejahteraan


123

sosial masyarakat. Motivasi diberikan kepada pengurus dan anggota PRSE

agar tetap semangat untuk menjalani usaha.

2) Penyadaran kolektif

Praktikan juga melakukan pendampingan sekaligus memberikan

penyadaran tentang banyaknya potensi alam yang berada di Desa Bandasari

yang bisa dimanfaatkan untuk menunjang perekonomian serta pentingnya

kegiatan pemberdayaan ekonomi.

4.6 Evaluasi

Evaluasi dilakukan untuk menilai sejauh mana keberhasilan intervensi

yang telah dilakukan. Pelaksanaan evaluasi ini yaitu terkait dengan evaluasi

proses yang sudah dilakukan dan evaluasi tentang hasil yang yang telah

dicapai.

1. Evaluasi proses

Dalam evaluasi proses, kegiatan-kegiatan yang direncanakan dalam

rencana intervensi sudah sepenuhnya dilaksanakan. Kendala-kendala yang

dihadapi pada saat pelakasanaan kegiatan antara lain :

a. Praktikan kadang mengalami hambatan dalam menentukan waktu karena

beberapa PRSE pagi-pagi harus bertani, sementara kalau di sore hari

banyak yang tidak bisa dan sedang musim hujan.

b. Jarak rumah antar PRSE cukup jauh sehingga dalam pertemuan datang

tidak tepat waktu

c. Cuaca yang tidak menentu, ketika hujan PRSE kadang tidak bisa datang

pada pertemuan
124

2. Evaluasi Hasil

Sedangkan pencapaian hasil juga sudah cukup baik, adapun hasil

yang sudah dicapai yaitu :

a. Adanya kerjasama dukungan yang baik antara PRSE dengan TKM dan

juga Pemerintah Desa

b. Adanya wadah bagi PRSE untung saling berbagi pendapat, keterampilan

dan cerita.

c. Bertambahnya keterampilan dari PRSE Desa Bandasari

d. Termotivasinya PRSE untuk melakukan usaha sebagai peningkatan

pendapatan

Berikut analisis SWOT dalam Program Pemberdayaan PRSE

Perkasa yang dapat dilihat dalam tabel 4.8.


125

Tabel 4.8 Analisis SWOT Program Perkasa melalui pembuatan produk


KRIUK LEZET
STRENGTHS WEAKNESS
1. Program sesuai dengan apa 1. Pendanaan
yangdirasakan oleh PRSE di 2. Jarak rumah antar
Desa Bandasari PRSE cukup jauh
2. Anggota TKM mempunyai
pengalaman mengenai
pelatihandan mengelola usaha
3. TKM mempunyai semangat untuk
menjalankan program tersebut
OPPORTUNITIES THREATS
1. Adanya wadah bagi PRSE untung 1. Kurangnya partisipasi PRSE
saling berbagi pendapat, dalamproses produksi.
keterampilan dan cerita.
2. Bertambahnya keterampilan dari
PRSE Desa Bandasari
3. Termotivasinya PRSE untuk
melakukan usaha sebagai
peningkatan pendapatan

Berdasarkan analisis SWOT yang dilakukan terhadap Program

Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga Sejahtera (Perkasa) di Desa

Bandasari, dapat diketahui mengenai kekuatan dari program tersebut yang

beraal dari pelaksana program serta peluang dari program tersebut.

Praktikan juga melakukan analisis mengenai kekurangan serta ancaman dari

program tersebut. Antisipasi juga dapat dilakukan untuk meminimalisir

adanya kekurangan dan ancaman dari program yang telah dibuat.


126

4.7 Terminasi Dan Rujukan

Terminasi dan rujukan merupakan tahap akhir yang dilakukan

praktikan dalam proses praktikum III. Praktikan melakukan terminasi kepada

seluruh piihak yang ada di Desa Bandasari baik pemerintah desa, TKM, target

group dalam hal ini PRSE serta masyarakat Desa Bandasari.

4.7.1 Terminasi

Terminasi merupakan tahap pemutusan hubungan secara formal

dengan masyarakat atau kelompok sasaran. Tahap ini dilakukan karena

program sudah harus dihentikan sesuai dengan jangka waktu yang telah

ditetapkan. Terminasi dilakukan melalui sebuah rangkaian kegiatan untuk

membuat kelompok menjadi mandiri dan atau mempunyai pendamping

selain praktikan serta mampu mencari sistem sumber lain di luar Desa

Bandasari yang bisa memberikan bantuan untuk pengembangan dan

pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi.

Terminasi dilakukan agar para TKM yang telah dibentuk dapat

melanjutkan kegiatan secara rutin dan tidak bergantung pada praktikan.

Proses ini dilakukan pada Rabu, 21 April 2021 dengan menyampaikan hasil

kegiatan praktikan bersama dengan TKM selama dua bulan setengah berada

di Desa Bandasari serta memberikan dukungan kepada TKM, agar

meneruskan kegiatan yang telah dilaksanakan secara berkelanjutan.

Praktikan pun memberikan plakat sebagai ucapan terimakasih kepada pihak

Desa Bandasari yang telah membantu jalannya praktikum ini. Terminasi


127

dilakukan darirng via zoom meetings dihadiri oleh supervisor dan liasion

selanjutnya praktikan menyerahkan ucapan terimaksih berupa plakat dan

laporan pertanggungjawaban kepada Desa Bandasari.

Gambar 4.10 Penyerahan plakat kepada Desa Bandasari

Sumber : Dokumentasi Praktikan Poltekesos tahun 2021

4.7.2 Rujukan

Adapun rujukan untuk sebagai bahan masukan dalam kegiatan ini

adalah sebagai berikut :

1. Kelompok PRSE Perkasa Bandasari

a. Perlunya meningkatkan kerja sama dengan pihak-pihak terkait yang

dapat membantu pencapaian tujuan mereka.

b. Selalu berpartisipasi dalam kegiatan yang dilakukan dalam kelompok.

c. Membuat pertemuan rutin dengan TKM dan pihak-pihak terkait agar

dapat membantu memfasilitasi bila ada kendala yang sulit diselesaikan.

2. Tim Kerja Masyarakat

Rujukan yang diberikan kepada TKM yaitu TKM harus menjaga dan

meningkatkan kerjasama yang terjalin dengan kelompok PRSE, selain itu


128

TKM juga diharapkan dapat memantau dan memonitoring perkembangan

kegiatan dari kelompok PRSE yang sudah terbentuk, kemudian

berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang dapat membantu para PRSE

dalam mengembangkan diri mereka.

3. Pihak aparat Desa Bandasari

Rujukan yang diberikan kepada pihak Pemerintah Desa Bandasari

yaitu agar selalu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh PRSE untuk

mengembangkan diri. Selain itu pihak pemerintah desa diharapkan agar

lebih intensif dalam menginformasikan kebijakan dan program baik dari

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dapat diakses dan

dimanfaatkan oleh PRSE yang ada di Dusun 4 Desa Bandasari. Harapannya

ke depan di Desa Bandasari juga bisa di bentuk Pekka, sebelumnya sudah

masuk dalam rencana kegiatan namun karena keterbatasan praktikan belum

terlaksana.
129

BAB V
REFLEKSI PELAKSANAAN PRAKTIKUM

Refleksi Pelaksanaan Praktikum yang akan dibahas dalam BAB V ini

memuat tentang pencapain tujuan dan manfaat praktikum yang dirasakan oleh

praktikan, faktor pendukung dan faktor penghambat kegiatan praktikum, serta

usulan dan masukan untuk praktik pekerjaan sosial intervensi makro.

5.1 Pencapaian Tujuan dan Manfaat Praktikum yang Dirasakan Praktikan

Refleksi lapangan merupakan salah satu bagian dalam tahap evaluasi

praktikum. Refleksi merupakan suatu dasar sebagai bahan evaluasi praktikan

selama kegiatan praktikum berlangsung apakah selama ini kegiatan-kegiatan

yang sudah dilakukan sudah berjalan sesuai dengan tujuan praktikum atau

masih ada kekurangan-kekurangan. Tujuan refleksi lapangan pada intinya yaitu

sebagai bahan penilaian praktikan terhadap kinerja praktikan selama proses

praktikum berlangsung.

Kegiatan praktikum selama 2,5 (dua setengah) bulan yang dilaksanakan

di Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung merupakan

suatu proses pembelajaran bagi praktikan. Praktikan mendapat kesempatan

untuk menerapkan berbagai ilmu pengetahuan yang telah diserap selama

pembelajaran di kelas. Segala aktivitas yang dilakukan menjadi sebuah cermin

yang menunjukkan refleksi bahwa praktik ini membawa manfaat yang besar

bagi warga Desa Bandasari pada umumnya dan PRSE Desa Bandasari pada

khususnya sehingga praktikan berpraktik layaknya sebagai seorang pekerja

sosial makro yang sesungguhnya.


130

Kegiatan praktikum diawali dengan tahap inisiasi sosial dengan

mengikuti kegiatan yang ada di masyarakat serta praktikan melakukan

sosialisasi akan kegiatan praktikum III yang dilaksanakan di Desa Bandasari.

Walapun praktikan berpraktik di wilayah tempat tinggal namun pada awalnya

praktikan merasa kurang percaya diri tetapi penerimaan masyarakat yang baik

dan antusias membuat praktikan optimis dalam melakukan praktik. Pengenalan

dilakukan dengan baik dimana praktikan mengikuti setiap kegiatan di Desa

Bnadasari seperti membantu pembagian bantuan sosial Covid-19. Dukungan

diperoleh praktikan sebagai bentuk penerimaan dari masyarakat terhadap

kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan. Diberikannya dukungan dan

tawaran bantuan dari pihak aparat dan masyarakat Desa Bandasari kepada

praktikan mencerminkan penerimaan yang baik dari masyarakat Desa

Bandasari. Kemudian dilakukan pengorganisasian sosial dimana diadakan

diskusi-diskusi tentang permasalahan dan potensi yang dimiliki khususnya

tentang PRSE. Masyarakat antusias dalam mendengarkan, memberikan

tanggapan dan masukan sehingga praktikan juga semakin antusias untuk

menjelaskannya.

Asesmen sosial dilakukan bersama interest group terhadap target group

dalam manggali informasi mengenai masalah, kebutuhan serta kekuatan terkait

dengan PRSE yang ada di Desa Bandasari. Asesmen sosial ini berjalan baik

karena faktor pendukung masyarakat yang antusias dalam mengikuti kegiatan

yang dilakukan oleh praktikan. Keterbukaan masyarakat membuat praktikan


131

dengan mudah memperoleh informasi terkait dengan masalah PRSE dan

potensi yang ada di Desa Bandasari.

Perencanaan sosial dilakukan oleh praktikan bersama dengan TKM

PRSE. Perencanaan yang dibuat bersama menumbuhkan janji hati atau

komitmen dalam melaksanakan kegiatan terkait penanganan masalah PRSE.

Kerjasama yang baik antara praktikan dengan TKM dan PRSE membuat

perencanaan sosial ini dapat berjalan dengan baik.

Intervensi dilakukan oleh praktikan bersama dengan TKM dan PRSE

berdasarkan perencanaan yang telah dibuat dan disepakati bersama yaitu

pelatihan dan pembuatan produk olahan makanna dari labu siam ;KRIUK

LEZET’. Kegiatan praktikum menjadikan praktikan semakin dekat dengan

komunitas sehingga semakin meningkat sensitivitas terhadap permasalahan

maupun potensi yang dimiliki oleh komunitas itu sendiri. Praktikan dapat

mengaplikasikan proses pertolongan pekerjaan sosial makro. Selain itu,

masyarakat juga merasa senang karena telah dilibatkan dalam beberapa

kegiatan untuk mengatasi masalah sosial yang ada.

Masyarakat mempunyai harapan agar kegiatan yang telah dilaksanakan

tersebut dapat berlanjut, sehingga dapat memberikan nilai yang positif untuk

warga secara umum dan orang yang mengalami masalah sosial khususnya

PRSE di Desa Bandasari. Selama melaksanakan praktikum di Desa bandasari

Praktikan sangat didukung oleh masyarakat baik dari aparat desa maupun

masyarakat desa secara umum. Secara keseluruhan, proses pelaksanaan

praktikum III di Desa bandasari berjalan dengan baik.


132

5.2 Faktor Penghambat dan Pendukung

Dalam pelaksanaan praktikum III di Desa Bandasari terdapat faktor

penghambat maupun faktor pendukung pelaksanaan praktikum.

5.2.1 Faktor Penghambat

Berikut uraian mengenai faktor penghambat dan faktor pendukung

dalam pelaksanaan praktikum III berbasis masyarakat di Desa Bandasari

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung yaitu di Desa Bandasari

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung, diantaranya :

1. Paradigma Masyarakat tentang KKN

Paradigma masyarakat tentang mahasiswa praktikum sama dengan

mahasiswa KKN (Kuliah Kerja Nyata). Apabila mahasiswa datang ke desa

berarti mahasiswa akan membangun sesuatu di masyarakat secara fisik

maupun bantuan materi. Praktikan berusaha untuk menghilangkan pandangan

masyarakat tersebut, dengan menjelaskan maksud dan tujuan praktikan dalam

setiap kegiatan yang praktikan laksanakan di Desa Bandasari. Maksud dan

tujuan praktikan melaksanakan kegiatan praktikum di Desa Bandasari ini

bukan untuk memberikan bantuan-bantuan tersebut tetapi lebih kepada

mendorong masyarakat untuk memecahkan permasalahan sosial yang ada di

wilayahnya, dan praktikan sebagai fasilitator sekaligus pendamping dalam

upaya pemecahan masalah tersebut.

2. Kendala Jarak

Wilayah Desa Bandasari yang begitu luas serta letak geografis Dusun

4 yang menjadi tempat intervensi praktikan berada di atas gunung membuat


133

praktikan terkendala dalam melakukan penjangkauan. Selain itu wilayah

Desa Bandasari masih banyak perkebunan dan minimnya penerangan jalan,

sehingga praktikan disarankan untuk melakukan kegiatan sebelum malam

tiba, disaat masih terang dan belum terlalu sepi agar tidak terjadi hal-hal yang

tidak diinginkan. Hal ini menyebabkan kegiatan praktikan harus dilaksanakan

maksimal hingga sore.

3. Jam Kerja Warga

Mayoritas warga Desa Bandasari bekerja sebagai buruh tani. Mayoritas

warga tersebut bekerja mulai pukul 07.00 WIB sampai dengan 13.00 WIB.

Hal tersebut menyebabkan sangat tidak memungkinkan untuk praktikan

apabila melakukan pertemuan dengan warga atau wawancara pada pagi hari.

4. Cuaca

Cuaca juga merupakan salah satu hambatan dari aktifitas yang

dilakukan oleh praktikan karena ketika menjelang siang atau sore hari sekitar

pukul 14.00 WIB sampai menjelang malam hari sering terjadi hujan. Hal

tersebut menyebabkan ketidakefisienan waktu ketika akan melakukan

kegiatan kumpul bersama masyarakat juga ketika akan pergi mencari

informasi ke rumah-rumah masyarakat.

5.2.2 Faktor Pendukung

Faktor pendukung adalah suatu penyebab yang dapat melancarkan

proses praktikum III. Faktor-faktor tersebut adalah :

1. Dukungan dari Aparat Desa Bandasari


134

Aparat desa yang terbuka dengan praktikan sehingga praktikan dapat

mengakses informasi yang dibutuhkan, meskipun tidak semua aparat desa

terbuka terhadap praktikan. Selain itu, Kasi Kesra selaku pendamping

lapangan juga selalu memberikan dukungan terhadap semua kegiatan yang

dilakukan oleh praktikan selama kegiatan praktikum. Tak hanya itu, aparat

desa juga memberikan kepercayaan penuh kepada praktikan untuk ikut serta

menjadi panitia dalam pembagian bantuan BPNT dan BST.

2. Respon dari Masyarakat

Respon dari masyarakat merupakan salah satu hal penting dalam

pelaksanaan praktikum yang praktikan laksanakan di tengah-tengah

masyarakat. Respon masyarakat yang terbilang baik juga membantu

praktikan dalam melaksanakan praktik pekerjaan sosial makro berbasis

masyarakat dalam hal pencarian informasi dan sebagai sumber dukungan bagi

praktikan, baik dukungan materil maupun non materil. Selain itu, masyarakat

yang baik dan ramah kepada praktikan membuat praktikan dapat merasa

nyaman dalam melakukan kegiatan praktikum.

3. Dukungan dari Tim Kerja Masyarakat

Tim Kerja Masyarakat (TKM) merupakan rekan dari praktikan dalam

melaksanakan kegiatan praktikum di masyarakat. Praktikan dan Tim Kerja

Masyarakat khususnya yang menangani permasalahan Perempuan Rawan

Sosial Ekonomi bekerjasama dengan baik terutama dalam menjalankan setiap

tahapan dalam praktikum. TKM juga mempunyai semangat dan antusiasme


135

yang tinggi dalam membantu melaksanakan kegiatan praktikum. Hal tersebut

membuat praktikan semangat melaksanakan kegiatan praktikum.

4. Teman Praktikan

Teman praktikan saling membantu satu sama lain. Praktikan melakukan

diskusi bersama dalam hal melaksanakan tugas dan hal-hal yang berkaitan

dengan praktikum. Praktikan bersama teman-teman lainnya pun berbagi

informasi berkaitan dengan praktikum, melaksanakan pembagian tugas

kelompok, juga melaksanakan kegiatan sehari-hari bersama sehingga

menambah semangat praktikan dalam melaksanakan berbagai kegiatan dan

menyelesaikan setiap tugas yang dihadapi.

5. Dosen Pembimbing (supervisor)

Dosen pembimbing yang selalu membimbing dalam pelaksanaan

praktikum III ini dan selalu memberikan masukan-masukan kepada praktikan

mengenai kegiatan yang dilakukan dan ketika praktikan mengalami hambatan

dalam pelaksanaan kegiatan praktikum III ini.

5.3 Usulan dan Masukan

Praktikan menemukan beberapa hal yang menjadi usulan dan masukan

untuk praktik pekerjaan sosial internensi makro yang telah dilaksanakan di

Desa Bandasari. Hal pertama menjadi bahan evaluasi adalah pengadaan

pembekalan awal mengenai penerapan teknik-teknik pekerjaan sosial makro

sebelum praktikan terjun ke lapangan. Walaupun mahasiswa telah melakukan

mempelajari kembali mengenai materi tersebut, namun dalam penerapan di


136

lapangan masih banyak praktikan yang mengalami kesulitan. Hal tersebut

menjadi penghambat praktikan dalam pelaksanaan praktikum.

Hal lain yang menjadi bahan evaluasi yaitu waktu pelaksanaan

praktikum III yang singkat dan bersamaan dengan penyusunan skripsi. Hal ini

sangat mengganggu konsentrasi praktikan dalam penyusunan skripsi.

Praktikan berharap waktu pelaksanaan praktikum III ini tidak berbarengan

dengan skripsi. Harapan praktikan pula agar kebijakan-kebijakan pelaksanaan

praktikum di masa ‘New Era’ ini dapat diperbaiki seiring perkembangan

zaman. Dukungan materil dari kampus juga sebaiknya diperhatikan apalagi

terkait sarana prasarana di desa tidak selalu ada, sehingga membuat praktikan

kesulitan untuk menyediakan fasilitas tersebut.

Beberapa evaluasi tersebut merupakan bentuk kepedulian praktikan

terhadap pengembangan kualitas calon pekerja sosial makro yang sedang

melakukan praktik pekerjaan sosial berbasis masyarakat atau praktikum III.

Sehingga, hal-hal tersebut hendaknya dapat dipertimbangkan dan menjadi

masukan agar pelaksanaan praktikum III kedepannya dapat dilaksanakan lebih

baik lagi.
137

BAB VI

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB VI ini membahas terkait kesimpulan dan rekomendasi. Kesimpulan

berisi tentang praktik pekerjaan sosial makro, hasil yang telah dan belum dicapai

dalam praktikum. Serta rekomendasi yang ditujukan kepada berbagai pihak.

6.1 Kesimpulan

Praktikum III berbasis masyarakat dilaksanakan di Desa Bandasari

Kecamatan Cangkuang Kabupaten Bandung selama dua setengah bulan (8

Februari - 16 April 2021). Praktikum ini diselenggarakan secara block

placement dimana praktikan melaksanakan praktikum di wilayah tempat

tinggal masing-masing. Hal tersebut disebabkan oleh masa new normal

pandemi covid-19. Sehingga praktikan kurang lebish sudah mengetahui

bagaimana daerah lokasi praktikum.

Praktikum III berjalan lancar, praktikan mendapatkan sambutan baik

dari pihak Desa Bandasari, dimulai dari aparat desa, tokoh masyarakat hingga

tiap elemen masyarakat yang ada di Desa Bandasari sehingga praktikan dapat

memahami dengan mudah berbagai permasalahan yang terjadi di Desa

Bandasari serta kebijakan yang telah menyentuh Desa Bandasari. Sambutan

hangat itu juga memudahkan praktikan untuk melebur bersama warga dan

mencari jalan keluar untuk berbagai permasalahan yang ada di Desa Bandasari.

Selain mengetahui tentang permasalahan dan kebijakan yang ada di

Desa Bandasari, praktikan pun dapat mengetahui berbagai karakter dan

keunikan yang ada di Desa Bandasari, mulai dari gotongroyong warga, adat
138

istiadat serta berbagai norma yang dipegang teguh oleh warga Desa Bandasari.

Praktikan dapat menambah pengetahuan dalam melakukan proses intervensi

dalam permasalahan yang terjadi di Desa Bandasari melihat dari akar

permasalahan yang terjadi.

Desa Bandasari terdiri dari 15 RW dan 4 Dusun. Praktikan mengangkat

fokus Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Dusun 4. Berdasarkan

hasil asesmen lanjutan diketahui bahwa ada 45 orang PRSE yang teridentifikasi

di Dusun 4 Desa Bandasari. PRSE tersebar di 2 RW di Dusun 4 DesaBandasari.

Penyebab dari 45 PRSE tersebut adalah karena perceraian dan suami

meninggal dunia, sehingga mereka harus menjadi tulang punggung keluarga.

Kebanyakan dari mereka bekerja sebagai buruh tani dan ibu rumah tangga.

Penghasilan mereka hanya sekitar Rp 20.000 sampai 40.000 per hari dengan

tanggungan keluarga yang masih harus dicukupi, sehingga mereka kesulitan

untuk memenuhi kebutuhan pangan mereka sehari-hari.

Tahap intervensi komunitas dilakukan dengan memberikan pelatihan

keterampilan membuat produk oalahan makanan dari labu siam yaitu KRIUK

LEZET. Keterampilan ini bermanfaat bagi PRSE untuk meningkatkan

kreatifitas karena memang sumberdaya alam terutama labu siam paling sering

dipanen setiap hari oleh petani yang ada di dusun 4 sehingga dusun 4 terkenal

akan labu siamnya. Disamping memanfaatkan sumberdaya alam yang ada oleh

kelompok PRSE, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan serta

penghasilan PRSE itu sendiri.


139

6.2 Rekomendasi

Dalam rangka pencapaian hasil yang belum maksimal dalam upaya

Pemberdayaan PRSE di Desa Bandasari, maka praktikan mengajukan

rekomendasi kepada pihak-pihak terkait yaitu sebagai berikut :

1. Kelompok Perempuan Rawan Sosial Ekonomi

Diharapkan kelompok usaha ini dapat berkembang dengan

memanfaatkan potensi yang ada. Kelompok usaha ini selanjutnya dapat

menghubungi pihak terkait dalam pengembangan usahanya. Perlunya

menjalin relasi dengan berbagai sumber yang dapat dimanfaatkan sebagai

sarana pengembangan usaha.

2. Tim Kerja Masyarakat

Rujukan yang diberikan kepada TKM yaitu dalam hal ini TKM

harus menjaga dan meningkatkan kerjasama yang terjalin dengan kelompok

PRSE, selain itu TKM juga diharapkan dapat memantau dan memonitoring

perkembangan dari kelompok kegiatan kelompok PRSE yang sudah

terbentuk kemudian berkoordinasi dengan pihak-pihak terkait yang dapat

membantu PRSE di Dusun 4 Desa Bandasari dalam mengembangkan diri

mereka.

3. Pihak aparat Desa Bandasari

Rujukan yang diberikan kepada pihak Desa Bandasari yaitu supaya

selalu mendukung kegiatan yang dilakukan oleh PRSE untuk

mengembangkan diri. Selain itu pihak pemerintah desa diharapkan agar

lebih intensif dalam menginformasikan kebijakan dan program baik dari


140

pemerintah pusat maupun pemerintah daerah yang dapat diakses dan

dimanfaatkan oleh PRSE di Dusun 4 Desa Bandasari.

4. Masyarakat Desa Bandasari

Diharapkan masyarakat dapat merubah pola fikir yang hanya senang

menerima bantuan, masyarakat tidak pasrah akan keadaan yang ada, dan

masyarakat diharapkan lebih peduli dengan permasalahan yang terjadi

dilingkungannya.
141

DAFTAR PUSTAKA

Adi Fahrudin. 2014. Pengantar Kesejahteraan Sosial. Bandung: PT Refika

Aditama

Akhmad Purnama. 2018. Jurnal PKS. Pemberdayaan Perempuan Rawan Sosial

Ekonomi Melalui Peningkatan Kesejahteraan Keluarga, 17(4): 319-328

Alia Fajarwati, dkk. 2017. Strategi untuk Mengatasi Permasalahan Wanita Rawan

Sosial Ekonomi (WRSE). Majalah Geografi Indonesia. 31(1): 22-30

Ambar Teguh Sulistiyani. 2017. Kemitraan dan Model-Model

Pemberdayaan.Yogyakarta: Gava Media

Desti. 2012. Kewirausahaan Sosial. Diakses Tanggal 18 Mei 2021 dari

http://destiwd.blogspot.com/2012/02/kewirausahaan-sosial-social.

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana

Provinsi Jawa Barat. 2019. Pemberdayaan Perempuan Kepala Keluarga

(PEKKA). Diakses Tanggal 14 April 2021 dari

http://dp3akb.jabarprov.go.id/

Dinas Pemberdayaan Perempuan Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.

2019. Buku Saku DP3AKB 2018. Majalengka: DP3AKB

Edi Suharto. 2008. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

.2009. Membangun Masyarakat Memberdayakan Masyarakat.

Bandung: Refika Aditama

. 2010. Analisis Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta


142

. 2010. Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika

Aditama.

. 2013. Kebijakan Sosial Sebagai Kebijakan Publik. Bandung: Alfabeta

Ife, Jim. 2002. Community Development. Australia: Person Education Australia

Ife, Jim dan Frank Tesoriero.2008.Community Development:Altenatif

Pengembangan Masyarakat di Era Globalisasi.Jakarta:Pustaka Pelajar

Isbandi Rukminto Adi. 2008. Intervensi Komunitas Pengembangan Masyarakat

Sebagai Upaya Pemberdayaan Masyarakat. Jakarta: UI Press

Peraturan Menteri Sosial Nomor 8 Tahun 2012 tentang Pedoman Pendataan dan

Pengelolaan Data Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial dan Potensi

dan Sumber Kesejahteraan Sosial

Rika Harini, Umi Listyaningsih. 2000. Majalah Geografi Indonesia. Perubahan

Strategi Bertahan Hidup Wanita Kepala Rumah Tangga di Masa Krisis

(Studi Kasus Kecamatan Umbul Harjo Daerah Istimewa Yogyakarta).

15(1): 47-62

Soerjono Soekanto. 2012. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: Rajawali Pers

Zubaedi. 2013. Pengambangan Masyarakat: Wacana & Praktik. Jakarta: Kencana


143

LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Izin Kesbangpol Jawa Barat
Lampiran 2 Surat Penjajakan Praktikum Desa Bandasari
Lampiran 3 Matriks Kegiatan Praktikum Desa Bandasari
Lampiran 4 Daftar Hadir Bimbingan Pra Lapangan
Lampiran 5 Daftar Hadir Praktikan di Lapangan
Lampiran 6 Peta Desa Bandasari dan Persebaran PPKS
Lampiran 7 Skenario MPA dalam Rembug Warga

SKENARIO REMBUG WARGA


DALAM KEGIATAN ASESMEN AWAL PRAKTIKUM III
POLITEKNIK KESEJAHTERAAN SOSIAL BANDUNG
DI DESA BANDASARI KECAMATAN CANGKUANG
KABUPATEN BANDUNG

1. Tujuan a. Mengidentifikasi permasalahan-permasalahan serta


kebutuhan-kebutuhan, dan potential target groups
(kelompok sasaran yang potensial menjadi penerima
manfaat upaya perubahan).
b. Mengidentifikasi interest groups (kelompok-kelompok
kepentingan) yang relevan dengan permasalahan target
groups.
c. Mengidentifikasi potensi, sumber dan, kekuatan-
kekuatan yang dapat dimanfaatkan baik yang berasal
dari dalam dan luar komunitas.
d. Menentukan prioritas permasalahan komunitas yang
akan diintervensi.
2. Teknik Metode Asesmen Partisipatoris
3. Partisipan a. Aparat Desa
b. Kepala Dusun
c. Ketua RW dan Ketua RT
d. Pengurus PKK
e. Pengurus Karang Taruna
f. Tokoh Agama
g. Tokoh Masyarakat
h. Masyarakat umum
4. Hari/Tanggal Jumat, 26 Februari 2021
5. Durasi 150 Menit
6. Tempat Aula Kantor Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang
Kabupaten Bandung
7. Langkah-langkah a. Pembukaan oleh MC
kegiatan: b. Sambutan Ketua Kelompok Praktikum III
c. Sambutan Kepala Desa Bandasari
d. Pemaparan Materi PPKS dan PSKS
e. Arahan umum proses MPA
f. Menanyakan kesediaan partisipan untuk terlibat dalam
kegiatan.
g. Menyepakati waktu
h. Memulai kegiatan asesmen sesuai dengan yang sudah
direncanakan, yaitu melaksanakan proses MPA
dengan tahapan:
1) Identifikasi masalah dan potensi yang terdapat di
Desa Bandasari
2) Melakukan klasifikasi masalah
3) Penentuan prioritas masalah berdasarkan populasi,
tingkat kemendesakan, dan potensi serta sistem
sumber yang dapat dimanfaatkan
4) Pemberian nilai kepada masing-masing isu
masalah berdasarkan tingkat kepentingannya
5) Menentukan 4 prioritas masalah yang akan
diintervensi
i. Pengakhiran: Perumusan dan pengambilan kesimpulan
terhadap hasil asesmen, refleksi terhadap
kegiatan.yang dilakukan, merencanakan kegiatan
selanjutnya, serta menutup kegiatan dengan
mengucapkan terimakasih untuk keterlibatan
partisipan.
8. Alat yang a. Kertas metacard
diperlukan b. Kertas Plano
c. Spidol besar dan Spidol kecil
d. Masking tape
e. Alat perekam suara dan gambar
f. Laptop
g. Buku catatan
Lampiran 8 Skenario FGD

SKENARIO FOCUS GROUP DISSCUSION


DALAM KEGIATAN ASESMEN LANJUTAN
PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI
DESA BANDASARI

1. Tujuan Menemu kenali masalah Perempuan Rawan Sosial


Ekonomi menganalisis kebutuhan, potensi, faktor
penyebab, upaya yang pernah dilakukan untuk menangani
permasalahan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa
Bandasari
2. Teknik Focus Group Disscusion
3. Partisipan Tim Kerja Masyarakat (TKM) Perempuan Rawan Sosial
Ekonomi (PRSE)
4. Jumlah Peserta 8 orang
5. Hari/Tanggal Rabu, 11 Maret 2020
6. Waktu 15.30 – 17.30 WIB
7. Tempat Rumah TKM (Ibu Dita)
8. Fasilitator Jastias Tiara Ariestiana
9. Langkah-langkah a. Pembukaan dengan menjelaskan maksud dan tujuan
kegiatan: praktikan berpraktikum dan mengadakan pertemuan
dalam rangka melakukan asesmen lanjutan
b. Praktikan serta partisipan melakukan identifikasi
masalah Perempuan Rawan Sosial Ekomoni yang ada
di Desa Bandasari
c. Melakukan analisis masalah kemudian menentukan
sebab, akibat, rencana intervensi serta hasil yang ingin
dicapai
d. Mendiskusikan dan mengutarakan alternatif solusi dari
beberapa penyebab yang telah ditemukan
e. Mengindentifikasi hasil yang ingin dicapai bersama
jika alternatif penyelesaian masalah dapat
dilaksanakan
f. Menggali sumber yang tersedia dalam penyelesaian
masalah tersebut
10. Alat yang a. Kertas Plano
diperlukan b. Kertas HVS
c. Spidol
d. Kamera
e. Buku catatan
Lampiran 9 Notulensi Rembug Warga

NOTULENSI COMMUNITY MEETING (REMBUG WARGA)

Hari/Tanggal : Jumat, 26 Februari 2021


Tempat : Aula Kantor Desa Bandasari Kecamatan Cangkuang
Jumlah Partisipan : 22
Proses kegiatan community meeting berjalan dengan semestinya dan
didukung penuh oleh partisipan dengan menunjukkan rasa antusiasme yang tinggi,
penerapan teknologi asesmen yang digunakan yaitu Metode Partisipatory Assement
(MPA) juga berjalan dengan baik, partisipan berhasil mengikuti tahapan dengan
menunjukkan keaktifan dalam memberikan ide dan gagasan.
Hasil MPA yaitu:
Masalah Sosial
1. Rumah Tidak Layak Huni
2. Sampah
3. Anak Putus Sekolah
4. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi
5. Fakir Miskin
6. Penyandang Disabilitas
7. Kesehatan Ibu Hamil dan Bayi
8. Posyandu
9. Karang Taruna
PSKS:
1. Pekerja Sosial Masyarakat
2. Taruna Siaga Bencana (Tagana)
3. Karang Taruna (Karta)
4. Wahana Kesejahteraan Sosial Keluarga Berbasis Masyarakat (WKSKBM)
5. Wanita Pemimpin Kesejahteraan Sosial (WPKS)
6. Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan
7. Keluarga Pioner
8. Dunia Usaha
Lampiran 10 Notulensi Focus Group Disscusion

NOTULENSI FOCUS GROUP DISSCUSION


Hari/Tanggal : Rabu, 20 Maret 2021
Tempat : Rumah Ibu Dita
Jumlah Partisipan : 8 orang
Kegiatan Focus Group Disscusion yang dilakukan oleh praktikan dan Tim
Kerja Masyarakat berjalan dengan lancar. Asesmen dilakukan untuk menentukan
penyebab, kebutuhan serta sistem sumber yang dapat dimanfaatkan oleh
Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Bandasari. Berikut adalah hasil dari
Focus Group Disscusion yang telah dilaksankan:
Faktor penyebab Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Bandasari yaitu:
1. Ditinggal meninggal oleh suaminya sehingga harus menjadi pencari nafkah
utama untuk kelurga
2. Berasal dari keluarga kurang mampu secara ekonomi
3. Kurangnya keterampilan dalam menjalankan usaha
4. Belum adanya wadahuntuk berkumpul
5. Belum adanya kebijakan mengenai PRSE di Desa Bandasari
Kebutuhan yang dibutuhkan oleh Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa
Bandasari yaitu:
1. Pelatihan Keterempilan dan strategi kewirausahan
2. Adanya wadah untuk berkumpul sharing-sharing
Harapan dari Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Bandasari yaitu
dapat membiayai anak untuk melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi,
diberikan kesehatan untuk dapat bekerja, dapat memajukan dan terus menjalankan
usahanya. Sistem sumber yang dapat dimanfaatkan oleh PRSE di Desa Bandasari
antara lain berupa modal fisik (Kantor desa, kantor dusun, BUMDes), finansial
(Dana desa, Bank, Koperasi), Lingkungan (Hasil pertanian (labu, padi), teknologi,
serta manusia (Kepala Desa, Dinas Koperasi Usaha Kecil Menengah Perindustrian
dan Perdagangan (Diskoperindag), TP-PKK, Kasi Kesra,
Kepala Dusun, dan Stakeholder lainnya).
Lampiran 11 Berita Acara Rembug Warga
Lampiran 12 Berita Acara Pelatihan Pembuatan Kriuk Lezet
Lampiran 13 Daftar Hadir Rembug Warga
Lampiran 14 Daftar Hadir Pelatihan Pembuatan Produk KRIUK LEZET
Lampiran 15 Foto-Foto Kegiatan Praktikum

Kebun Labu Siam Dusun 4 Kegiatan Pelatihan Pembuatan Kriuk Lezet

Hasil Panen Labu Siam di Dusun 4 Proses Penggorengan Kriuk Lezet

Hasil dari Pelatihan yaitu Olahan Makanan dari Labu Siam yitu “KRIUK LEZET”
TKM PRSE PERKASA Kerajinan Gerabah Desa Bandasari

Kegiatan Rembug Warga Pembagian Bansos Covid BST

Penerimaan Praktikan Penyerahan plakat sekaligus perpisahan


praktikan
Lampiran 16 Catatan Harian Praktikan

Nama : Jastias Tiara Ariestiana


NRP : 17.04.325
Lokasi Praktikum : Desa Bandasari, Kecamatan Cangkuang, Kabupaten
Bandung

Komentar
No Hari/Tanggal Waktu Rencana Kegiatan Hasil Kegiatan
Supervisor
1 Senin, 8 13.00 – Melakukan serah Diterimanya
Februari 2021 14.00 terima dengan mahasiswa sebagai
WIB pihak Desa praktikan di Desa
Bandasari di Bandasari.
dampingi
supervisor
dilakukan secara
daring melalui
zoom meetings.
14.15 - Melakukan Praktikan bersama
16.00 kunjungan ke Panti residen Bumi
WIB Rehabilitasi Sosial Kaheman mengenal
NAPZA dan Bina satu sama lain.
Laras ‘Bumi Terjadinya
Kaheman’ yang komunikasi antara
berada di wilayah praktkan dan
RW 08 Desa residen.
Bandasari ditemani
oleh salah satu
aparat desa.
16.00 – Memperkenalkan Terjalinnya
17.00 praktikan kepada komunikasi antara
WIB ketua RW 13 yang praktikan dan bapak
kebetulan sedang ketua RW 13.
ada di Kantor Desa.
2 Rabu, 10 09.00 – Pembagian BPNT Praktikan
Februari 2021 15.00 di Kantor Desa. membantu jalannya
WIB pembagian BPNT
kepada KPM yang
berlangsung di
Kantor Desa
Bandasari.
3 Kamis, 11 09.00 – Praktikan Praktikan
Februari 2021 15.00 melakukan mendapatkan
WIB transecwalk dan permasalahan dan
home visit kepada potensi apa saja
setiap RW ditemani yang ada di setiap
oleh salah satu RW..
aparat desa yaitu
Bapak Ogi.
4 Jum’at, 12 09.00 – Praktikan Praktikan
Februati 2021 14.00 melakukan mendapatkan
WIB transecwalk dan permasalahan dan
home visit kepada potensi apa saja
setiap RW ditemani yang ada di setiap
oleh salah satu RW..
aparat desa yaitu
Bapak Ogi.
16.00 – Input data Tersusunnya data
18.00 permasalahan dan permasalhan dan
WIB potensi dari setiap potensi dari setiap
RW RW di exel.
5 Minggu, 14 18.00 – Mengerjakan profil Terselesaikannya
Februari 2021 20.00 desa yang sudah profil Desa
WIB didapat melalui Bandasari
studi dokumentasi
6 Senin, 15 09.00- Melakukan takziah -
Februari 2021 11.00 ke rumah
WIB Alm.Kepala Desa
15.00 – Pembagian Praktikan
16.00 Bantuan Sosial membantu jalannya
WIB Tunai (BST) di pembagian BST
Aula Desa kepada KPM.
Bandasari
7 Selasa, 16 13.00- Melakukan Studi Praktikan
Februari 2021 15.00 Literatur dimendapatkan
WIB Perpustakaan beberapa referensi
Poltekesos untuk proses
praktikum 3.
8 Rabu, 17 13.00- Validasi data Tervalidasinya data
Febuari 2021 14.00 kepada Kasi Kesra permaslahan serta
WIB potensi Desa
dan juga Puskesos Bandasai oleh Kasi
Desa Bandasari kesra dan puskesos.
9. Selasa, 23 10.00- Bimbingan Praktikan
Februari 2021 11.00 bersama supervsior mendapatkan
WIB dan liason bimbingan dan
arahan terkait
tahapan proses
praktikum yang
telah dilewati, serta
persiapan
Community
Meetings
10 Rabu, 24 13.00 – Konsultasi terkait Praktikan
Februari 2021 14.00 CM kepada kasi mendapatkan
WIB kesra yaitu pa ayi di arahan dari kasi
kantor desa kesra terkait waktu
yang pas untuk
mengadakan CM
19.00 Pembuatan surat Terselesaikannya
WIB undangan CM surat CM
11 Kamis. 25 09.00 – Koordinasi dengan Praktikan selesao
Februari 2021 13.30 kasi kesra dan memagikan surat
WIB Pembagian surat dan juga
mendapatkan
arahan terait acara
CM besok hari.
13.30 – Persiapan Praktikan
18.00 kelompok untuk mempersiapkan
WIB CM di esok hari alat-alat dan juga
mematangkan
susunan acara CM
12 Jum’at, 26 13.00 – Community Terselenggaranya
Februari 2021 16.00 Meetings di Aula Community
WIB Desa Bandasari Meetings
13 Rabu, 3 Maret 13.00 – Koordinasi kepada Praktikan
2021 13.30 kasi kesra dan mendapatkan
WIB meminta jadwal kontak
posyandu penangungjawab
posyandu dan juga
karang taruna
14 Kamis, 5 Maret 13.00 – Kajian literatur Praktikan
2021 14.30 melakukan kajian
WIB litelatur terkait
fokus masalah yang
aka diambil di
perpustakaan
kampus
14.30 – Pembahasan Praktikan
16.00 pembagian fokus melakukan diskusi
WIB masalah di kantin pembahasan fokus
poltekesos masalah yang akan
diambil
15 Senin, 8 Maret 13.00- Konsultasi kepada Kasi Kesra
2021 13.30 Kasi Kesra terkait memberikan arahan
WIB Fokus Masalah kepada praktikan
yang akan diatasi dimana lokasi
dusun yang cocok
untuk diatasi
permasalhannya
16 Kamis, 11 11.00- Konsultasi ke Praktikan akan
Maret 2021 12.00 rumah Kadus 4 dan mengatasi
WIB Ibu Dita Kader di permasalhsan
Dusun 4 PRSE dan Anak
Putus Sekolah di
Kadus 4
17 Jum’at 12 11.00 Membentuk TKM Terbentuknya TKM
Maret 2021 WIB via WA PRSE
18 Senin, 15 08.00 Membuat Video -
Maret 2021 WIB untuk Asesor dalam
meningkatkan
ststaus akreditasi
kampus
19 Selasa, 16 10.00 Membuat Video -
Maret 2021 WIB untuk Asesor dalam
meningkatkan
ststaus akreditasi
kampus
20 Rabu, 17 Maret 14.00 Rapid Test untuk -
2021 WIB Kuliah Umum
Menteri sosial
21 Kamis, 18 08.00 Kuliah Umum -
Maret 2021 WIB Meteri sosial di
Kampus Poltekesos
22 Sabtu, 20 14.00- FGD dalam rangka Hasil FGD yang
Maret 2021 16.00 Asesmen Lanjutan terdapat dalam
WIB notulensi FGD
23 Kamis, 25 14.00 - Pembahasan Diadakannya
Maret 2021 15.00 Rencana Intervensi pelatihan
WIB pembuatan KRIUK
LEZET
24 Rabu, 31 Maret 13.00 – Case Conference Arahan rencana
2021 14.00 via zoom meetings intrvensi bersama
WIB supervison dan
liason
25 Kamis, 1 april 10.00 Intervensi Pemasangan banner
2021 WIB permasalahan jangan buang
sampah sampah
sembarangan oleh
adit
26 Sabtu, 3 April 13.00 Intervensi Penyuluhan
2021 WIB permasalahan peningkatan
Karang Taruna oleh kapasitas karang
boy taruna
27 Minggu, 4 15.00 – Intervensi Pelatihan
April 2021 18.00 permasalahan Pembuatan KRIUK
WIB PRSE oleh Jastias LEZET oleh PRSE
PERKASA
29 Senin, 5 April 14.00 Intervensi Penyuluhan
2021 WIB permasalhan anak penyetaraan paket
putus sekolah oleh bagi anak putus
Meitha sekolah
30 Kamis, 8 April 15.00 Evaluasi bersama Tercitanya Hasil
2021 WIB TKM Evaluasi
31 Jum’at, 16 10.00 Pembuatan plakat -
April 2021 WIB
33 Rabu, 21 April 10.00- Terminasi dan Berakhirnya proses
2021 12.00 Perpisahan praktikum di
WIB memlaui zoom lapangan dengan
meetings bersama peneyrahan plakat
supervisor, liason di Desa Bandasari
dan kasi kesra Desa
Bandasari.

Anda mungkin juga menyukai