SOAL 1:
Era dari Revolusi Industri 4.0 ditandai dengan banyaknya inovasi baru seperti Internet of
Things (IoT), Big Data, percetakan 3D, Artifical Intelligence (AI), dll. Hal tersebut diyakini
bahwa konsep automatisasi yang dilakukan oleh mesin tanpa memerlukan tenaga manusia
(smart factory). Dalam menghadapi era revolusi industri 4.0 ini, menurut Saudara
bagaimana peran Pekerja Sosial ke depan khususnya pada pelaksanaan praktik di Industri.
Jelaskan!
Jawaban
Dalam menghadapi era industri 4.0 ini, seorang pekerja sosial dapat menjalankan peran
perannya yakni :
SOAL 2:
Jelaskan langkah-langkah intervensi yang dilakukan oleh Pekerja Sosial dalam penanganan
dampak negatif dari industrialisasi ?
Jawaban
Dampak negatif dari industrialisasi sendiri sangatlah beragam, dari mulai dari aspek
sosial,ekonomi, aspek hukum, psikologis dan aspek demografi. Dalam aspek aspek
tersebut, untuk menangani dampak negatif yang ada pekerja sosial dapat menjalankan
perannya baik skala individu, kelompok, maupun komunitas atau masyarakat.
1. Untuk mengatasi urbanisasi yang meningkat karena dampak revolusi industri 4.0,
pekerja sosial dapat membantu masyarakat (mensosialisasikan,mengedukasi) dalam
menemukenali potensi yang ada pada diri dan masyarakat itu sendiri.
Agar masyarakat tidak berbondong – bondong melakukan perpindahan demi
mendapatkan pekerjaan, namun dapat mencitakapan lapangan pekerjaan sendiri
dengan memanfaatkan potensi dan sumber yang ada pada diri dan lingkungannya.
2. Revolusi industri 4.0 dalam konteks sosial menimbulkan kerenggangan, masyarakat
lebih individualis. Pekerja sosial dapat menjadi inisiator sosial di dalam masyarakat
itu sendiri, sebuah masyaraat jika tidak ada fasilitator untung menginisiasi sebuah
agenda maka akan selalu begitu begitu saja. Maka dari itu pekerja sosial dapat
menjadi inisiasi sosial mengadaan kegiatan yang mana nantinya akan mengadakan
penyuluhan atau semacamnya untuk menyadarkan masyarakat pentingnya untuk
bersosialisasi.
3. Terhadap aspek lingkungan, seringkali perusahaan atau pabrik yang menjalankan
bidang industri mengesampingkan dampak pada lingkungannya. Maka dari itu, disini
pekerja sosial bisa menjalankan intervensi yakni melakukan lobying atau diskusi
bersama pihak perusahaan. Memperjuangkan hak masyarakat di kawasan industri
agar alam tetap terjaga dengan baik, namun proses industripun juga berjalan dengan
lancar.
Dapat juga melakukan pengolahan limbah industri dengan baik, jika bisa
dimafaatkan lagi agar tidak menjadi sampah atau limbah begitu saja. Pekerja sosial
dapat memberikan saran saran atau opsi opsi mengenai hal ini.
4. Dalam aspek hukum, pastinya akan ada kebijakan atau peraturan, sengketa dan
sebagainya dari para pemangku kepentingan. Dari hal ini pekerja sosial dapat
menjadi advokator untuk masyarakat atau orang yang terdampak sesuai dengan
koneteks advokasinya.
SOAL 4:
Sebut dan jelaskan jenis2 perselisihan hubungan industrial dan bagaimana cara Pekerja
Sosial untuk mengatasi permasalahan tersebut?
1. Perselisihan hak
Perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya perbedaan
pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama.
Perselisihan ini biasanya timbul karena saling mempertahankan hak haknya,
sehingga lupa akan kewajibannya. Perselisihan antar hak ini sering dikatakan
masalah yang biasa dalam dunia kerja, namun sering terjadi. Sehingga perlu adanya
pemecahan masalah ini.
Cara mengatasi peselisihan ini adalah dengan memusyawarahkan bersama, saat
terjadi konflik, serta penegasan kepada pegawai dari pimpinan perusahaan untuk
tetap saling menjaga dan menghormati hak antar karyawan.
2. Perselisihan kepentingan
Perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak adanya kesesuaian
pendapat mengenai pembuatan, dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja, atau peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja
bersama. Perselisihan kepentingan ini juga berkaitan dengan hak, berkaitan dengan
posisi dimana dia bekerja pula.
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja
Perselisihan yang timbul karena tidak adanya kesesuaian pendapat mengenai
pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak. Banyak hal
terjadi perselisihan mengenai hal ini, terutama dalam kondisi pandemi covid 19 ini.
PHK banyak terjadi karena beberapa fakor, sehingga para pegawai yang terPHK
merasa tidak adil, dan menimbulkan banyak perselisihan. Perselisihan ini juga dapat
menimbulkan masalah baru yakni pengangguran dan kemiskinan.
4. Perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh
Perselisihan antara serikat pekerja/serikat buruh dengan serikat pekerja/serikat
buruh lain hanya dalam satu perusahaan, karena tidak adanya persesuaian paham
mengenai keanggotaan, pelaksanaan hak, dan kewajiban keserikat pekerjaan.
a) Perundingan Bipatrit
Perundingan bipartit adalah perundingan antara pekerja/buruh atau serikat
pekerja/serikat buruh dengan pengusaha untuk menyelesaikan perselisihan
hubungan industrial. Semua jenis perselisihan hubungan industrial wajib terlebih
dahulu diupayakan penyelesaiannya melalui perundingan bipartit secara
musyawarah untuk mencapai mufakat.. Bila dalam perundingan bipartit mencapai
kata sepakat mengenai penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian
bersama yang kemudian didaftarkan pada PHI setempat. Namun apabila dalam
perundingan tidak mencapai kata sepakat, maka para pihak yang berselisih harus
melalui prosedur penyelesaian Perundingan Tripartit.
b) Perundingan Tripartit
Perundingan Tripartit merupakan Perundingan antara pekerja, pengusaha dengan
melibatkan pihak ketiga sebagai fasilitator dalam penyelesaian PHI diantara
pengusaha dan pekerja. Perundingan tripartit bisa melalui mediasi, konsiliasi dan
arbitrase.
c) Arbitrase
Arbitrase adalah penyelesaian suatu perselisihan kepentingan, dan perselisihan
antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan, di luar Pengadilan
Hubungan Industrial melalui kesepakatan tertulis dari para pihak yang berselisih
untuk menyerahkan penyelesaian perselisihan kepada arbiter yang putusannya
mengikat para pihak dan bersifat final.
Penyelesaian perselisihan di luar PHI atas perselisihan kepentingan dan perselisihan
antar serikat buruh dalam suatu perusahaan dapat ditempuh melalui kesepakatan
tertulis yang berisi bahwa para pihak sepakat untuk menyerahkan perselisihan
kepada para arbiter. Keputusan arbitrase merupakan keputusan final dan mengikat
para pihak yang berselisih, dan para arbiter tersebut dipilih sendiri oleh para pihak
yang berselisih dari daftar yang ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.
d) Konsiliasi
Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
konsiliator yang netral.
Konsiliasi adalah penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan
hubungan kerja atau perselisihan antar serikat pekerja/serikat buruh hanya dalam
satu perusahaan melalui musyawarah
e) Mediasi
Mediasi adalah lembaga penyelesaian perselisihan hak, perselisihan kepentingan,
perselisihan pemutusan hubungan kerja, dan perselisihan antar serikat
pekerja/serikat buruh hanya dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang
ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang netral. Penyelesaian melalui
musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih mediator dari pihak Depnaker,
yang antara lain mengenai perselisihan hak, kepentingan, PHK dan perselisihan
antar serikat buruh dalam satu perusahaan. Dalam mediasi, bilamana para pihak
sepakat maka akan dibuat perjanjian bersama yang kemudian akan didaftarkan di
PHI.
Namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat, maka mediator akan mengeluarkan
anjuran secara tertulis. Jika anjuran diterima, kemudian para pihak mendaftarkan
anjuran tersebut ke PHI. Di sisi lain, apabila para pihak atau salah satu pihak
menolak anjuran maka pihak yang menolak dapat mengajukan tuntutan kepada
pihak yang lain melalui PHI.
yang ditengahi oleh seorang atau lebih konsiliator yang netral.
f) Pengadilan Hubungan Internasional
Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) adalah pengadilan khusus yang dibentuk di
lingkungan pengadilan negeri yang berwenang memeriksa, mengadili dan memberi
putusan terhadap perselisihan hubungan industrial. Para pihak yang tidak menyetujui
dan menolak anjuran dari mediator maupun konsiliator akan melanjutkan
perselisihan dengan pengajuan gugatan ke PHI.
SOAL 5
Terlepas dari pro dan kontra RUU Cipta Kerja (Omnibus Law), sekarang telah
diundangkan menjadi Undang-Undang No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja.
Banyak hal yang diatur dalam undang-undang ini, salah satunya adalah
ketenagakerjaan;hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja seperti upah minimum,
pesangon, cuti, dsb. Bila terjadi sengketa dalam hubungan industrial, bagaimana
peran saudara sebagai peksos profesional untuk menyelesaikan sengketa ini.
Jelaskan.
Jawaban
Peran peksos dalam mengatasi sengketa
a. Advokator
Melakukan advokasi hak hak para pekerja jika tidak sesuai dengan peraturan
yang sudah ditetapkan.
b. Negosiator
Melakukan negosiasi kepada pemangku kepentingan atas apa yang menjadi
permasalahan atau persengketaan dalam hubungan industrial.
c. Konselor
Menjadi konlor bagi pegawai, atau pemangku kepentingan yang lainnya untuk
mendapatkan solusi terkait dengan permasalahan yang ada.
d. Broker
Menjadi perantara untuk mengubungan klien atau pegawai, atau yang sedang
bersengketa kepada pihak yang diperlukan. Mempermudah melakukan relasi,
agar dapat memecahkan masalah persengketaan dalam hubungan industri yang
ada.
e. Mediator
Dalam persengketaan sering diadakan mediasii, dalam hal ini peksos dapat
menjadi mediator tanpa membela kedua belah pihak. Bersikap netralagar
menjadi mediator yang baik. Sehingga proses penyelesaian masalah dapat
dilaksanakan dengan kepala dingin.