Anda di halaman 1dari 17

REVOLUSI INDUSTRI 4.

0:
TANTANGAN BARU BAGI PEKERJA
SOSIAL?

Oleh:
Dr. Taufiqurokhman, A.Ks, S.Sos, M.Si
Kepala Lembaga Penelitian & Pengabdian Kepada Masyarakat (LPPM)
Universitas Prof. Dr. Moestopo (Beragama)

Materi Disjikan Dalam


Sharing Session Social Worker Cariee in Digital Era HMI Komisariat STKS Bandung
Dalam Rangka Memperingatai Hari Pekerja Sosal Dunia 16 Maret 2021
Makna Revolusi 4.0G di Indonesia

Revolusi Industri 4.0 atau yang lebih dikenal sebagai Revolusi Industri keempat
menimbulkan ketakutan bagi banyak pihak soal pekerjaan manusia yang akan
digantikan oleh teknologi terkini.
Di Indonesia revolusi industri ini sudah terlihat di sektor perbankan. Banyak karyawan
perbankan yang nasibnya terancam karena revolusi Industri ini. Bahkan Jaringan
Komunikasi Serikat Pekerja Perbankan Indonesia mencatat sudah ada 50.000
karyawan bank yang di-PHK karena perkembangan teknologi.
Revolusi industry 4.0 ditandai dengan kemunculan super computer, robot pintar,
rekayasa genetika, kendaraan tanpa pengemudi yang dapat mengancam hilangnya
profesi supir, cloud computing, sistem big data, rekayasa genetika dan
perkembangan Neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih
mengoptimalkan fungsi otak.
Dampak Sosial dari Revolusi Industry 4.0 dapat menciptakan pola pikir yang inovatif
dan kreatif tapi tidak menciptakan pola pikir yang kritis.
Karakteristik Revolusi Indutri 4.0:

1. Kehadiran disruptive technology
2. Perubahan ukuran Beberapa tahun yang lalu perusahaan di bidang peniagaan
berlomba–lomba membangun gedung yang bagus, sedangkan sekarang lebih
booming marketplace sehingga tinggal foto produk dengan bagus dan
menguploadnya.
3. Wajah ekonomi dunia saat ini dipenuhi oleh hal-hal yang dapat dilihat
secara online seperti: sharing economic, e-education, e-governme
Ancaman dan peluang Revolusi Industri 4.0

1. Ancaman: secara global, Era industrialisasi digital menghasilkan 1-1,5M


pekerjaan sepanjang tahun 2015-2025 karena digantikannya posisi manusia
dengan mesin (Gerd Leonhard). Diestimasi bahwa 65% murid sekolah dasar
di dunia akan bekerja pada pekerjaan yang belum pernah ada hari ini. (U.S
Department of Labour)
2. Peluang: Era digitalisasi berpotensi memberi peningkatan net tenaga kerja
hingga 2.1 juta pekerjaan 2025. Terdapat potensi berkurangnya emisi
karbon hingga 26 miliar metric ton dari industry (World Economic Forum.)
Bill Gates pernah berkata bahwa Revolusi 4.0 merupakan “opportunity for
everyone”, yang artinya peluang untuk semua orang. Revolusi Industri selalu
berkaitan dengan Human Centrism (keyakinan bahwa manusia selalu menjadi
pusat).
Kombinasi antara fisik dan digital semata-mata untuk memuaskan keinginan
manusia, dan saat ini Indonesia berada di Revolusi Industri 4.0, meskipun ada
regulasi pemerintah yang melarang suatu perusahaan 100% menggunakan tenaga
mesin/robot.
Tidak bisa dipungkiri, bahwa teknologi saat ini berkembang sangat pesat. Dimana
terdapat dua sisi-sisi yang tidak bisa digantikan oleh teknologi secanggih apapun
dan ada sisi lain yang tidak pernah hilang dari manusia yaitu sisi akal dan
perasaan.
Dengan adanya teknologi tersebut manusia dapat memanfaatkan
sisi humanisme untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Dengan memanfaatkan ilmu yang dimilikinya, mahasiswa dapat berperan aktif
dalam menangkap peluang dengan menyelaraskan antara nilai akademik, industri
dan sosial di lingkungan sekitarnya. Maka mahasiswa tersebut dapat dijuluki
sebagai  “Agen of Change”.
Menurut Taufiqurokhman dalam bukunya kewirausahaan dilihat dari sisi
Pekerjaan Sosial, (2019, 120) bahwa solusi atas berbagai permasalahan yang
muncul akibat perkembangan teknologi juga tidak lepas dari peranan Perguruan
Tinggi dan Mahasiswa sebagai generasi penerus.
Mahasiswa harus memiliki formula 4C untuk menghadapi Revolusi Industri 4.0
yaitu : Critical thinking, Creativity, Communication, and Collaboration, karena
masa depan bangsa berada digenggaman para pemudanya.
Selain mahasiswa, Perguruan Tinggi ikut berperan dalam menjembatani atau
sebagai intermediator dari proses belajar mahasiswa. Kompetensi Tridarma
PerguruanTinggi harus diselaraskan dengan era industry 4.0 :
1.3 literasi baru: Digital, Teknologi dan Human
2.Ekstrakulikuler

3.Entrepreneur dan Internship


Kemudian, dosen yang merupakan pengajar juga berperan dalam
mengubah mindset dan membuka mata mahasiswa bahwa era globalisasi begitu
pesat berkembang.
Disini tidak hanya peran Perguruan Tinggi dan Mahasiswa saja yang memiliki
power menjaga masa depan bangsa dan masyarakat, tetapi pemerintah juga
sebagai stakeholder dan fasilitator untuk menunjang pemberdayaan manusia.
Sehingga perlu adanya regulasi yang baik antara Pemerintah, Perguruan Tinggi,
dan Mahasiswa agar dapat menjawab tantangan dari Revolusi Industry 4.0.
Peluang Pekerja Sosial Era Digital 4.0G?

Perkembangan teknologi berpengaruh terhadap berbagai aspek kehidupan,


terutama pada aspek sosial berupa perubahan pola interaksi sosial sebagai fokus
praktik pekerjaan sosial.
Hal ini menjadi tantangan bagi profesi pekerjaan sosial, bukan hanya pada
bagaimana melakukan intervensi, melainkan juga pada transformasi yang harus
dilakukan dalam praktik berbasis teknologi. Namun demikian, situasi ini
menciptakan peluang bagi praktik pekerja sosial, karena dapat menjangkau lebih
luas dan lebih banyak masalah sosial ataupun upaya peningkatan keberfungsian
sosial penerima manfaat.
Hasil studi transformasi pekerjaan sosial era Digital, menunjukkan profesi
pekerjaan sosial telah melakukan transformasi pelayanan sosial bagi para
penerima manfaat. Sehingga produk sosial yang diciptakan dapat tersebar lebih
luas dan lebih cepat tanpa batasan ruang dan waktu.
Hal ini menunjukkan telah terjadi percepatan proses pemberian pelayanan sosial.
Namun, jika dibandingkan dengan sektor bisnis, proses adopsi teknologi pada
bidang pekerjaan sosial jauh terhitung lambat.
Berbagai perubahan yang terjadi menjadi tantangan dan peluang bagi profesi
pekerjaan sosial dan entitas pendidikan bidang pekerjaan sosial sebagai institusi
pencetak calon pekerja sosial yang berpeluang melakukan rekayasa sosial di
tengah masyarakat.
Perkembangan teknologi di era revolusi
industri 4.0G:

 Ditandai dengan enam pilar teknologi, yaitu: Internet of Thing (IoT), Cloud
Computing. Big Data Analytics, Artificial Intelligence, Super Apps, dan
Broadband Infrastructure.
 Interkoneksitas perkembangan teknologi, yang disebut sebagai era
Hipperconnected, membawa pada sebuah pendekatan baru dalam
membangun relasi sosial antar individu melalui proses teknologi informasi dan
komunikasi yang berjejaring secara meluas, karena sama-sama terhubung
dengan manusia dari seluruh belahan dunia.
Menurut Zhou et al. (2015) secara umum terdapat lima tantangan besar yang
sedang dihadapi oleh masyarakat secara global di tengah era 4.0 yaitu
aspek pengetahuan, teknologi, ekonomi, social, dan politik.
Dengan demikian, setiap orang akan mengalamai ketidakpastian (uncertainty).
Era 4.0 merupakan situasi dunia di mana revolusi digital gencar terjadi. Sehingga
dikenal dengan istilah ERA DISRUPSI yang bermakna tercabut dari
akarnya.
Era disrupsi ditandai oleh perubahan yang mendasar karena terjadi perubahan
yang masif pada masyarakat di bidang teknologi dan berdampak pada setiap
aspek kehidupan, yaitu disruptive regulation, disruptive culture, disruptive
mindset, dan disruptive marketing
Profesi Peksos Era Digital Teknologi:

Pelayanan sosial merupakan aktivitas yang sangat lekat dengan profesi


pekerja sosial dan tentunya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi
adalah sebuah proses transformasional yang tidak dapat dihindari dan membawa
konsekuensi untuk memikirkan kembali tantangan dan peluang bagi profesi
pekerjaan sosial (Berzin et al, 2015).
Di tengah perubahan sosial pada era 4.0 ini, pendidikan profesi pekerjaan
sosial ditantang oleh situasi dan kondisi saat ini untuk maju sebagai leader dalam
menciptakan perubahan sosial, karena gejala-gejala yang muncul sebagai akibat
dari perubahan sosial memiliki ciri-ciri antara lain seperti yang diungkapkan oleh
Martono (2012)
Asosiasi Nasional Pekerja Sosial Amerika Serikat (National Association of Social
Workers) yang merumuskan makna dari profesi pekerjaan sosial: Pekerjaan
sosial adalah kegiatan profesional untuk membantu individu, kelompok, atau
masyarakat dalam meningkatkan atau memulihkan kemampuan manusia untuk
dapat berfungsi sosial dan untuk menciptakan kondisi sosial yang mendukung
tujuan-tujuan tersebut.
Tantangan Dan Peluang Era Digital 4.0G, dapat dimanfaatkan untuk
pengembangan praktik profesi pekerjaan sosial dalam melakukan relasi antar
individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.
Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai