Anda di halaman 1dari 22

Program Rehabilitasi Sosial

untuk Anak (PROGRESA)


Konsep
Program Rehabilitasi Sosial Kluster Anak yang disebut sebagai Progresa adalah
upaya sistemik dan berkelanjutan yang dikembangkan Kementerian Sosial
Republik Indonesia dalam merespon perkembangan permasalahan kesejahteraan
sosial anak di seluruh wilayah Indonesia. Progresa dirancang untuk
menghasilkan upaya pengembangan dan pemulihan keberfungsian sosial anak,
keluarga, dan masyarakat melalui kegiatan promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitasi sosial bagi anak yang dilakukan secara terarah, terpadu, dan
berkelanjutan oleh Pemerintah Pusat bekerjasama dengan pemerintah daerah,
dan masyarakat. Progresa menjangkau seluruh anak yang mengalami masalah
sosial sehingga mereka dapat menikmati kehidupan dan berada dalam
lingkungan pengasuhan yang memungkinkannya untuk tumbuh dan berkembang
secara optimal sesuai potensinya.

Tujuan
Progresa bertujuan untuk:

1. mencegah terjadinya hambatan dan gangguan keberfungsian  sosial pada


Anak dan keluarganya; dan
2. memulihkan dan mengembangkan keberfungsian sosial Anak, keluarga,
dan lingkungan sosialnya sehingga memungkinkan Anak tumbuh kembang
secara optimal sesuai dengan potensinya, serta menjalani kehidupannya
sesuai dengan usianya, tanpa adanya ancaman, tekanan, penelantaran, serta
kekerasan.

 
Target
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di
Daerah Provinsi Dan Di Daerah Kabupaten/Kota, PMKS yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah adalah anak terlantar dalam bentuk layanan
rehabilitasi sosial dasar.
 

Sedangkan sasaran Progresa terdiri dari:

 Data anak yang terdapat dalam Basis Data Terpadu yang terdiri dari:
 Anak di dalam rumah tangga dengan kriteria belum memiliki NIK dan akte
lahir, tidak bersekolah, anak dengan disabilitas, dan anak dari orang tua
dengan disabilitas, dan bukan penerima PKH;

 Anak di luar rumah tangga yang merupakan dampingan LKSA (tidak


terdata oleh BDT)

 Data Anak yang Memerlukan Perlindungan Khusus

Mekanisme
Pelaksana Progresa adalah:

A. Direktorat Rehabilitasi Sosial Anak


mempunyai tugas:

 Melaksanakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan,


 penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria,

 pemberian bimbingan teknis dan supervisi,

 serta evaluasi dan pelaporan pelaksanaan kebijakan di bidang rehabilitasi


sosial anak.

Dengan fungsi sebagai berikut:

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang pelayanan sosial rehabilitasi


sosial anak balita, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak
berhadapan dengan hukum, rehabilitasi sosial anak yang memerlukan
perlindungan khusus, dan kelembagaan rehabilitasi sosial anak.
2. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang pelayanan sosial rehabilitasi
sosial anak balita, rehabilitasi sosial anak terlantar, rehabilitasi sosial anak
berhadapan dengan hukum, rehabilitasi sosial anak yang memerlukan
perlindungan khusus, dan kelembagaan rehabilitasi sosial anak.

3. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang


pelayanan sosial rehabilitasi sosial anak balita, rehabilitasi sosial anak
terlantar, rehabilitasi sosial anak berhadapan dengan hukum, rehabilitasi
sosial anak yang memerlukan perlindungan khusus, dan kelembagaan
rehabilitasi sosial anak.

4. Penyiapan pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang pelayanan


sosial rehabilitasi sosial anak balita, rehabilitasi sosial anak terlantar,
rehabilitasi sosial anak berhadapan dengan hukum, rehabilitasi sosial anak
yang memerlukan perlindungan khusus, dan kelembagaan rehabilitasi sosial
anak;

5. Pemantauan, evaluasi, dan pelaporan pelaksanaan kegiatan di bidang


pelayanan sosial rehabilitasi sosial anak balita, rehabilitasi sosial anak
terlantar, rehabilitasi sosial anak berhadapan dengan hukum, rehabilitasi
sosial anak yang memerlukan perlindungan khusus, dan kelembagaan
rehabilitasi sosial anak.

6. Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga Direktorat Rehabilitasi


Sosial Anak.

B. Unit Pelaksana Teknis (Balai/Loka) Anak di


lingkungan Ditjen Rehsos
Balai/Loka di lingkungan Ditjen Rehsos memiliki pengembangan fungsi menjadi
center of excellences dengan peran utama memberikan rehabilitasi sosial dan
sumber sosial melalui fungsi sebagai berikut:

1. Rehabilitasi Sosial Anak Tingkat Lanjut


Rehabilitasi sosial lanjut merupakan upaya yg dilakukan untuk mengembangkan
keberfungsian sosial anak, keluarga, kelompok, dan/atau masyarakat yang
dilaksanakan di dalam dan di luar balai/loka rehsos. Pengembangan
keberungsian sosial ini lebih focus kepada meningkatkan kapabilitas sosial dan
tanggung jawab sosial. Kegiatan rehabilitasi sosial tingkat lanjut dilakukan
melalui pengasuhan/perawatan, terapi, dukungan keluarga, dan bantuan
bertujuan.

2. Koordinator Program Regional


Koordinasi program regional yang di lakukan oleh Balai/Loka merupakan
kegiatan mengkoordinasikan program-program Rehabilitasi Sosial dari Direktorat
Rehabilitasi Sosial Anak dan lintas direktorat di bawah Direktorat Jendral
Rehabilitasi Sosial di wilayah cakupan kerja masing-masing Balai
Besar/Balai/Loka. Korodinasi dilakukan dengan Dinas Sosial Provinsi dan
Kabupaten/Kota, Panti, LKSA, dan masyarakat.  Program-program yang
dilakukan adalah pendampingan sosial, asistensi sosial, dan dukungan seperti
pelaksanaan Bimbingan dan pemantapan, Bimbingan teknis, sertifikasi,
akreditasi, akseisbilitas, dan monitoring evaluasi.

3. Outreach Centre:
Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Anak sebagai outreach center merupakan pusat
penyediaan layanan untuk setiap anak yang mungkin tidak memiliki akses ke
layanan tersebut. Layanan yang diberikan bersifat mobile, dengan kata lain
pemberi layanan bertemu dengan mereka yang membutuhkan layanan
penjangkauan di lokasi yang membutuhkan.

Aktifitas penjangkauan merupakan strategi untuk menemu kenali permasalahan


anak dan melibatkan anak untuk mencari solusi permasalahan sesuai dengan
potensi yang dimiliki.

4. Pusat Respon Kasus Dan Intervensi Krisis


Balai/ Loka RS AMPK sebagai pusat respon kasus dan intervensi krisis adalah
Balai/loka yang menyediakan Temporary Shelter/Time Bound Shelter  berupa
Rumah Aman (Save House) dan Rumah Bahagia (Happiness House) serta layanan
rujukan ke institusi lain di wilayah cakupan kerja Balai/Loka. Penyediaan
rehabilitasi prima juga dalam bentuk respon kasus dan intervensi krisis sebagai
berikut:

1. Merupakan pelayanan respon kasus untuk anak yang menghadapi situasi


krisis yang dirujuk dari panti dan masyarakat.
2. Respon kasus dan intervensi krisis menggunakan pendekatan manajemen
kasus.

3. Kasus krisis yang ditangani adalah kasus-kasus yang terkait dengan


kelangsungan hidup dan keselamatan anak.

4. Balai/Loka menyediakan layanan rehabilitasi prima dengan berbagai


terapi individu, terapi kelompok, terapi keluarga, dan terapi masyarakat
sesuai bidang tugas balai serta rumah aman sementara.

5. Lembaga Percontohan
Balai/Loka sebagai lembaga percontohan adalah Balai/Loka menjadi tempat
praktik terbaik yang menyelenggarakan PROGRES 5.0 NP secara komprehensif
dan terintegrasi. Pendekatan yang dilakukan adalah multi-intervensi dan holistik-
sistematik berdasarkan continuum of intervention: individual therapy, group
therapy, family therapy dan community therapy di wilayah cakupan kerja.
Balai/Loka sebagai lembaga percontohan melakukan:
1. Menerapkan pendekatan-pendekatan profesional dengan berbagai metode,
teknik, dan terapi yang teruji dari berbagai profesi dan keahlian yang
dibutuhkan.
2. Pendayagunaan pekerja sosial untuk melaksanakan pendekatan-
pendekatan profesional dengan dukungan para profesional lainnya dan
terapis secara inter-discipline.

3. Mengembangkan pelayanan komprehensif yang mencakup semua dimensi


biologis, psikologis, sosial, dan spiritual serta menerapkan proses rehabilitasi
yang lengkap dan berkelanjutan.

4. Menyediakan terapi-terapi oleh terapis terdidik dan terampil seperti terapi


individu, kelompok, psikososial, dinamika kelompok, art therapy, sport
therapy, recreational therapy, dan sebagainya.

5. Memenuhi akreditasi kelembagaan, memiliki ISO, memenuhi sarana dan


prasarana yang disyarakatkan, dan menjalankan SOP yang ditetapkan.

6. Memenuhi sertifikasi bagi Pekerja Sosial dan Tenaga Kesejahteraan


Sosial.

7. Laboratorium sosial untuk pendalaman penanganan masalah, magang/


praktek dan pembelajaran praktik-praktik terbaik.

6. Pusat Penguatan Layanan Rehabilitasi Sosial


Balail/loka sebagai pusat penguatan layanan rehabilitasi adalah Balai/ loka BRS
AMPK memberikan penguatan layanan bagi Dinsos, LKS dan masyarakat melalui
Rakor, Bimbingan dan pemantapan,  kampanye sosial (sosialisasi) dan
Bimbingan teknis di wilayah cakupan kerjanya.

Balai/Loka merupakan pusat sumber ( resource center) untuk penguatan


kelembagaan dan kapasitas Panti milik provinsi, Kabupaten/Kota, LKS,
masyarakat dan penyelenggara rehabilitasi sosial lainnya dalam hal:

 Akreditasi kelembagaan bagi LKS


 Pengembangan program rehabilitasi sosial untuk anak.

 Peningkatan kompetensi SDM di bidang rehabilitasi sosial temasuk


sertifikasi bagi pekerja sosial dan tenaga kesejahteraan sosial.

 Menyediakan dukungan keahlian, teknis dan konsultasi di untuk semua


aspek penyelenggaraan rehabilitasi sosial seperti managemen/respon kasus,
advokasi sosial, pemberian terapi, dan sebagainya.

7. Pusat Pengembangan Model Layanan


Balai/loka sebagai pusat pengembangan model layanan di maksudkan untuk
menjamin STANDARISASI pelayanan sosial (sistem monev dan supervisi, NSPK,
SPM, Pedoman).

Balai Besar/Balai/Loka melaksanakan sepenuhnya berbagai standarisasi dan


sertifikasi di bidang kelembagaan, pelayanan, pengelolaan, dan sumber daya
manusia yang terkait rehabilitasi sosial untuk menjamin kualitas pelayanan yang
diberikan.

8. Instalasi Produksi
Balai/loka Rehabilitasi Sosial AMPK sebagai tempat Instalasi Produksi adalah
sebagai Fasilitas Balai/loka dalam pelayanan rehabilitasi sosial anak sebagai
upaya memantapkan kemampuan dan keterampilan yang bersifat ekonomis
produktif dalam rangka mempercepat kemandirian pasca rehabilitasi.Kegiatan
instalasi produksi dimaksudkan untuk mempersiapkan penyandang disabilitas
memasuki pasar kerja.

C. Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak


(LKSA)
LKS adalah organisasi sosial atau perkumpulan sosial yang melaksanakan
penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang dibentuk oleh masyarakat, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum. (Pasal 1 angka 7 Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 2009 Kesejahteraan Sosial).

Pada progresa, LKS yang bisa dijadikan mitra Ditjen Rehabilitasi Sosial dalam
penyelenggaraan Progresa adalah Lembaga Kesejahteraan Sosisl Anak (LKSA)
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial
Anak, termasuk di antaranya akreditasi lembaga, pengalaman lembaga, target
sasaran, SDM dan sarana prasarana lembaga.

LKSA memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan rehabilitasi sosial bagi
anak di tengah masyarakat dalam bentuk pengasuhan/perawatan sosial, terapi,
dukungan keluarga, dan bantu.

Peran LKS dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial:

1. mencegah terjadinya masalah sosial;


2. memberikan pelayanan sosial kepada penyandang masalah kesejahteraan
sosial;

3. memperkuat dan mengembangkan kemampuan serta peran potensi


sumber kesejahteraan sosial;

4. Mengembangkan sistem penyelenggaraan kesejahteraan sosial yang


melembaga dan berkelanjutan;
5. Menyelenggarakan konsultasi kesejahteraan sosial keluarga dan/atau
pelayanan konseling lainnya.

Fungsi LKS dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial:

1. sebagai mitra Pemerintah, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah


daerah kabupaten/kota dalam penyelenggaraan kesejahteraan sosial.
2. sebagai sarana:

3. penyalur aspirasi masyarakat;

4. pemberdayaan masyarakat;

5. pemenuhan pelayanan sosial; dan

6. partisipasi masyarakat untuk memelihara, menjaga, dan memperkuat


persatuan dan kesatuan bangsa;

Kegiatan
Kegiatan pada Progresa terbagi ke dalam:

A. Rehabilitasi Sosial Anak


1. Pengasuhan/Perawatan Sosial
Pengasuhan merupakan bagian dari program rehabilitasi sosial bagi anak
menggunakan metode pekerjaan sosial. Pengasuhan adalah upaya untuk
memenuhi kebutuhan akan kasih sayang, kelekatan, keselamatan,
kesejahteraan yang permanen dan berkelanjutan demi kepentingan terbaik bagi
anak yang dilaksanakan oleh orang tua atau keluarga maupun orangtua asuh,
orangtua angkat, wali serta pengasuhan berbasis lembaga sebagai alternatif
terakhir.

Pengasuhan dilakukan dengan tujuan untuk meningkatkan potensi diri anak


melalui kursus dan pelatihan, memfasilitasi akses terhadap layanan sosial, dan
memfasilitasi tersedianya alat permainan edukatif.

Tahapan yang dilakukan dalam pengasuhan/perawatan sosial yang dilakukan


adalah:

1. Pendekatan Awal
2. Penerimaan

3. Asesmen Awal dan Case Conference


4. Rencana Intervensi

5. Pelaksanaan Pengasuhan/Perawatan

Penjelasan lebih rinci mengenai pengasuhan akan diatur pada Pedoman


Direktorat.

2. Terapi
Progres Rehsos 5.0 new platform berintikan pemenuhan hak hidup layak dan
pengembangan kapasitas fungsional bagi anak. Beberapa layanan yang diberikan
adalah intervensi terapi tingkat lanjut yang berupa terapi fisik, terapi
psikososial, terapi mental spiritual, dan terapi penghidupan) bagi anak.

Terapi merupakan bentuk rehabilitasi sosial yang diberikan kepada AMPK yang
memperoleh Bantu. Terapi terbagi ke dalam 4 (empat) jenis yaitu terapi fisik,
terapi psikososial, terapi penghidupan, dan terapi mental/spiritual (peningkatan
tanggung jawab sosial dan kemandirian anak). Terapi dilaksanakan sebagai
intervensi dalam progres anak dengan kegiatan:

a. Terapi fisik

Adalah terapi yang bertujuan untuk mengoptimalkan, memelihara dan mencegah


kerusakan atau gangguan fungsi fisik anak. Kegiatannya meliputi latihan
terapeutik, pijat, urut, terapi elektronik. Terapi dalam penggunaan alat bantu
sebagai dukungan mobilitas bagi anak penyandang disabilitas.

b. Terapi mental spiritual

Adalah terapi yang menggunakan nilai-nilai moral, spiritual, dan agama untuk
menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa anak dalam upaya mengatasi kecemasan
atau persoalan lainnya serta menemukan makna hidup. Kegiatannya dilakukan
melalui meditasi, terapi music, ibadah keagamaan dan/atau terapi yang
menekankan harmoni dengan alam.

c. Terapi psikososial

Adalah terapi yang bertujuan untuk memperkuat dan memobilisasi potensi anak
serta meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dalam lingkungan sosialnya.
Terapi psikososial ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan aspek kognisi, psikis dan sosial.

d. Terapi keterampilan hidup/vokasional (lifelihood)

Adalah terapi yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi atau kemampuan


anak dan memelihara potensi anak. Terapi ini juga untuk meningkatkan
keterampilan dalam lingkungan kerja dan/atau berwirausaha.

Penjelasan lebih rinci mengenai terapi akan diatur pada Pedoman Direktorat.

3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari program rehabilitasi sosial bagi anak.
Dukungan Keluarga bertujuan untuk penguatan kapasitas keluarga untuk
meningkatkan keberfungsian sosial anak dan keluarga.

Dukungan keluarga dilakukan melalui kegiatan:

 Pendampingan oleh pengasuh lembaga kepada keluarga anak melalui


kunjungan-kunjungan
 Temu Penguatan Kapasitas Anak dan Keluarga (TEPAK)

 Penguatan kapasitas keluarga

 Penyelenggaraan kelompok bermain keluarga

 Dukungan bagi keluarga pengganti

Dalam dukungan keluarga juga terdapat kegiatan resosialisasi, yang terdiri dari:

 Family support
 Tracing

 Pemulangan/Rujukan

Penjelasan lebih rinci mengenai dukungan keluarga akan diatur pada Pedoman
Direktorat.

4. Bantuan Bertujuan (Bantu) Anak


Bantuan bertujuan merupakan bantuan sosial yang diberikan dengan tujuan
untuk memberikan dukungan kepada anak dengan kriteria sebagai berikut:

1. Usia 0 s.d. kurang dari 18 tahun


2. Anak yang mengalami permasalahan sosial lintas provinsi dan lintas
negara sesuai dengan Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang
Perlindungan Anak pada Pasal 59.

3. Anak yang sudah mendapatkan rehabilitasi sosial dasar sehingga


mendapat kesempatan untuk mengembangkan bakat dan potensinya.

4. Diprioritaskan yang terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT). Bagi anak yang
belum terdaftar, wajib untuk didaftarkan dalam BDT pada tahun berjalan.

5. Bukan merupakan penerima PKH.

Penjelasan lebih rinci mengenai Bantu diatur pada Pedoman masing-masing


direktorat.

 
B. Pendampingan Sosial
Pendampingan sosial merupakan interaksi dinamis antara PMKS dan pekerja
sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti
merancang program perbaikan/rencana intervensi, memobilisasi sumber daya
setempat, memcahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi
pemenuhan kebtuhan, dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang
relevan dengan konteks rehabilitasi sosial.

Kegiatan di dalam pendampingan sosial meliputi:

1. Manajemen Kasus
Manajemen kasus bertujuan untuk dapat mengakses dan mengkoordinasikan
pelayanan, sehingga anak yang sangat rawan ini mendapatkan pelayanan yang
komprehensif secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Dimana
Manajemen kasus dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengurangi frekuensi
dan lamanya perawatan klien, penghematan biaya yang harus dikeluarkan, serta
memperbaiki hasil, khususnya fungsi sosial dan kualitas hidupnya.

Kegiatan dalam manajemen kasus terdiri dari:

1. Akses layanan rujukan


2. Pembahasan kasus

3. Home visit

4. Tracking (penelusuran)

5. Reunifikasi

6. Evaluasi dan pemantauan

2. Respon Kasus
Respon kasus anak merupakan suatu tindakan memberikan respon atau
tanggapan terhadap suatu permasalahan anak yang terjadi terhadap individu,
kelompok atau masyarakat karena terancam
keselamatan/kesehatan/kehidupannya. Respos kasus ini dilakukan oleh Balai/
loka,  dimana dalam melakukan respon kasus harus melaksanakan tugas
layanan:

 Kedaruratan;
 Intervensi krisis;

 Pendampingan penyelesaian kasus;

 Rehabilitasi sosial; dan


 Layanan penguatan penerima manfaat dan keluarga.

3. Pendamping Sosial
Pendamping menurut pasal 1 ayat 12 UU Perlindungan Anak adalah pekerja
sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. Karakteristik
profesionalisme pekerja sosial adalah penekanannya pada tiga dimensi yaitu
kerangka pengetahuan, nilai dan keterampilan, yang dalam pendidikannya, harus
dikembangakan ketiga-tiganya secara seimbang dan simultan

Tugas dari pendamping sosial untuk anak yang di sebut dengan nama satuan
bakti Pekerja sosial (SAKTI PEKSOS) adalah:

1. pendampingan progresa
2. pendampingan lembaga/LKSA

3. pendampingan respon kasus

4. pendampingan lainnya

Dalam melaksanakan tugasnya, pendamping sosial memiliki hak dan kewajiban


sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Penjelasan lebih rinci mengenai pendampingan sosial akan diatur pada Pedoman
Direktorat.

C. Dukungan Teknis
Dukungan teknis merupakan komponen kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan utama. Dukungan teknis pada progresa terbagi ke dalam:

1. Regulasi
Penyusunan kebijakan dalam rangka mendukung progresa, antara lain:

 Penyusunan NSPK
 Penyusunan Permensos

 Penyusunan SOP

 Penyusunan Pedoman/Juklak/Juknis

2. Rapat Koordinasi
Pertemuan berkala untuk mengkoordinasikan program kegiatan progresa antar
Kementerian Sosial dengan pihak terkait lainnya, seperti Instansi Sosial
Prov.Kab/Kota, LKS, BRSAMPK, dan LRSAMPK.
3. Peningkatan Kapasitas SDM
Kegiatan pemberian bimbingan dan pemantapan kepada para pendamping anak
agar memahami substansi program dan kegiatan progresa secara menyeluruh
melalui penguatan kapasitas pendamping anak dan penguatan kapasitas
lembaga.

4. Pemadanan Data, Supervisi dan Monitoring Evaluasi


Kegiatan untuk menilai apakah program telah mencapai tujuan dan hasil yang
ingin dicapai melalui pemadanan data LKSA dan PM, supervisi LKSA dan SDM,
serta monev LKSA, SDM dan PM, serta pelaksanaan binwas.

5. Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait progresa melalui
kegiatan antara lain: kampanye sosial, publikasi, dan sebagainya.

D. Dukungan Aksesibilitas
Dukungan aksesibilitas merupakan bantuan yang diberikan kepada anak dengan
disabilitas berupa alat bantu terapi.

https://intelresos.kemsos.go.id/v4/user/registration/progres/point/1

PROGRAM REHABILITASI
SOSIAL UNTUK LANJUT
USIA (PROGRES LANSIA)
Konsep
Menjadi lansia adalah suatu hal yang akan dialami oleh semua orang. BPS
memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki sekitar 63,31
juta penduduk lanjut usia (lansia) atau hampir mencapai 20 persen populasi.
Proyeksi BPS juga menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan
mencapai 25 persen pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta lansia. Peningkatan
yang begitu pesat ini membawa konsekuensi tersendiri terhadap pembangunan
nasional (Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2018). Populasi lansia yang sedemikian
besar membawa dampak positif apabila lansia hidup dengan mandiri, sehat,
aktif, dan produktif, namun bisa membawa dampak negatif apabila lansia hidup
dalam kondisi ketergantungan penuh pada orang lain atau keluarga, sakit dan
tidak produktif.

Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27% atau sekitar 24,49 juta
orang. Komposisi lansia Indonesia didominasi lansia muda (usia 60-69 tahun)
yang persentasenya mencapai 63,39%, sisanya adalah lansia madya (usia 70-79
tahun) sebesar 27,92%, dan lansia tua (kelompok usia 80 tahun keatas) sebesar
8,69%. Pada tahun 2018 setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung 15 orang penduduk lansia. Jika dilihat secara total, persentase
lansia dengan Kepala Rumah Tangga (KRT) ada sekitar 61,29% atau dengan kata
lain enam dari sepuluh lansia di Indonesia berperan sebagai KRT, terlepas
apakah mereka produktif atau tidak. (Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2018).
Tidak adanya persiapan yang matang dalam menghadapi masa tua merupakan
akar permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia. Saat ini, permasalahan lanjut
usia sudah menjadi isu nasional.

Oleh karena itu, penanganan permasalahan lanjut usia diperlukan program yang
komprehensif dan berkesinambungan yang mampu menjawab kebutuhan lansia
baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menginisiasi
pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (Progres Lansia) untuk
membedakan layanan yang diberikan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Progres Lansia adalah upaya yang ditujukan untuk membantu lanjut usia
dalam memulihkan dan mengembangkan keberfungsian sosialnya yang dilakukan
secara terarah, terpadu dan berkelanjutan dalam bentuk rehabilitasi sosial dan
pemberian bantuan kesejahteraan sosial. Progres Lansia akan dilaksanakan oleh
semua pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia mulai dari pemerintah pusat dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT).

Tujuan
Progres Lansia bertujuan untuk memberikan rehabilitasi sosial, pendampingan,
dukungan teknis dan dukungan aksesibilitas bagi lansia potensial dan lansia non
potensial agar dapat memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya secara
wajar. Selain itu, Progres Lansia juga dimaksudkan agar lansia dapat menjalani
kehidupan di masa tuanya secara berkualitas baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, maupun masyarakat.

Target
Target Progres Lansia adalah lansia potensial dan lansia non potensial yang
datanya bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) serta telah diverifikasi dan
validasi oleh pendamping lansia yang ada di daerah.  Adapun syarat lansia yang
menjadi target Progres Lansia:

1. Berusia 60 tahun keatas;


2. Tinggal sendiri atau bersama pasangan lansia di rumah tangga yang sama;

3. Tidak potensial / potensial

4. Bukan penerima Program Keluarga Harapan (PKH);

5. Miskin dan tidak mampu;

6. Memiliki wali penanggung jawab lanjut usia;

Mekanisme
Pelaksana Progres Lansia adalah :

A. Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia


Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia bertugas untuk:

1. Merumuskan kebijakan dibidang rehabilitasi sosial lansia;


2. Menyiapkan pelaksanaan kebijakan dibidang rehabilitasi sosial lansia;

3. Menyiapkan penyusunan Norma, Standar, Prosedur dan Kriteria (NSPK)


dibidang rehabilitasi sosial lansia;

4. Melaksanakan pemberian bimbingan teknis dan supervisi dibidang


rehabilitasi sosial lansia;

5. Menetapkan dan menyalurkan asistensi sosial kepada lansia maupun


lembaga-lembaga sosial yang menangani lansia;

6. Melakukan pendampingan, pemantauan, evaluasi, dan pelaporan


pelaksanaan kegiatan dibidang rehabilitasi sosial lansia.

B. Unit Pelaksana Teknis (Balai/Loka) Lanjut


Usia di Lingkungan Direktorat Jenderal
Rehabilitasi Sosial
Balai/Loka lansia di lingkungan Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial
mengalami pengembangan fungsi, yaitu menjadi pusat percontohan dengan
peran utama memberikan rehabilitasi sosial lanjut dan peningkatan sumber daya
sosial melalui fungsi:

1. Rehabilitasi Sosial Tingkat Lanjut


Rehabilitasi sosial lanjut merupakan upaya yang dilakukan untuk
mengembangkan keberfungsian sosial penerima manfaat, keluarga, kelompok,
dan/atau masyarakat yang dilaksanakan di dalam dan di luar balai/loka
rehabilitasi sosial lansia. Kegiatan rehabilitasi sosial tingkat lanjut dilakukan
melalui perawatan sosial, terapi, dukungan keluarga, dan bantuan bertujuan.

2. Koordinator Program Regional


Melaksanakan koordinasi program rehabilitasi sosial dari Direktorat Rehabilitasi
Sosial Lanjut Usia dan lintas direktorat di bawah Direktorat Jenderal Rehabilitasi
Sosial di wilayah cakupan kerja masing-masing balai/loka. Koordinasi dilakukan
dengan Dinas Sosial Provinsi, Dinas Sosial Kabupaten/Kota, Panti daerah atau
masyarakat, Lemabaga Kesejahteraan Sosial (LKS) lansia dan masyarakat. 
Adapun kegiatan yang dilaksanakan adalah :

1. Koordinasi Progres Lansia dengan stakeholder atau pihak terkait;


2. Sosialisasi Progres Lansia;

3. Melaporkan kegiatan Progres Lansia pada Direktorat Rehabilitasi Sosial


Lanjut Usia;

4. Pendampingan program (pelayanan rehabilitasi sosial, pelayanan


administrasi, sarana dan prasarana, Sumber Daya Manusia (SDM), supervisi,
monitoring dan evaluasi pelaksanaan Progres Lansia);

5. Advokasi dalam rangka pembentukan LKS lansia;

6. Pemetaan sumber daya kesejahteraan sosial

3. Outreach Centre
Balai/loka rehabilitasi sosial merupakan pusat dilaksanakannya kegiatan
penyediaan layanan untuk lansia yang mungkin tidak memiliki akses ke layanan
tersebut. Layanan yang diberikan bersifat mobile, dengan kata lain pemberi
layanan bertemu dengan lansia yang membutuhkan layanan penjangkauan di
lokasi yang membutuhkan.

Aktifitas penjangkauan merupakan strategi untuk menjangkau, mengasesmen,


mengidentikasi situasi krisis, dan membuat rencana rehabilitasi sosial yang
sesuai dengan kebutuhan lansia. Keterlibatan lansia untuk mencari solusi
permasalahan sesuai dengan potensi yang dimiliki dan menghubungkan dengan
sumber daya yang ada.
Adapun layanan yang diberikan dalam kegiatan outreach atau penjangkauan
meliputi :

1. Kedaruratan (penjangkauan);
2. Pendampingan penyelesaian kasus;

3. Layanan rehabilitasi sosial;

4. Reintegrasi dan reunifikasi;

5. Terminasi dan rujukan;

6. Publikasi (penyebaran informasi).

4. Pusat Respon Kasus  Dan Intervensi Krisis


Pusat respon kasus dan intervensi krisis yang menyediakan temporary
shelter berupa rumah aman (save house) serta layanan rujukan ke institusi lain
di wilayah kerja masing-masing balai/loka. Temporary shelter adalah tempat
layanan sementara yang diberikan kepada lansia dalam jangka waktu tertentu
sesuai kebutuhan sampai dengan mendapatkan layanan yang sesuai, dengan
mengimplementasikan manajemen kasus. Layanan yang diberikan di Pusat
Respon Kasus dan Intervensi Krisis adalah sebagai berikut:

1. Menyediakan sarana tempat tinggal sementara;


2. Memberikan layanan psikososial;

3. Memberikan layanan rehabilitasi fisik;

4. Memberikan dukungan aksesibilitas lansia;

5. Memberikan dukungan penghidupan yang layak;

6. Menyediakan sarana edukasi;

7. Memfasilitasi sarana pertemuan untuk saling mendukung dan memperkuat


semangat hidup;

8. Menyediakan layanan rujukan;

9. Memberikan layanan responsif dan segera.

5. Lembaga Percontohan
Balai/loka sebagai lembaga percontohan merupakan lembaga percontohan
pelaksana PROGRES 5.0 NP secara komprehensif dan terintegrasi dengan
pendekatan multi-intervensi dan holistik-sistematik berdasarkan continuum of
intervention  : individual therapy, group therapy, family therapy  dan community
therapy di wilayah kerjanya. Balai/loka merupakan lembaga percontohan dalam
hal:

1. Menerapkan pendekatan profesional dengan berbagai metode, teknik, dan


terapi yang teruji dari berbagai profesi dan keahlian yang dibutuhkan;
2. Pendayagunaan pekerja sosial untuk melaksanakan pendekatan-
pendekatan profesional dengan dukungan para profesional lainnya dan
terapis secara inter-discipline;

3. Mengembangkan pelayanan komprehensif yang mencakup semua dimensi


biologis, psikologis, sosial, dan spiritual serta menerapkan proses rehabilitasi
yang lengkap dan berkelanjutan;

4. Menyediakan terapi-terapi oleh terapis terdidik dan terampil seperti terapi


individu, kelompok, psikososial, dinamika kelompok, art therapy, sport
therapy, recreational therapy, dan sebagainya;

5. Memenuhi akreditasi kelembagaan, memiliki ISO, memenuhi sarana dan


prasarana yang disyarakatkan, dan menjalankan SOP yang ditetapkan;

6. Memenuhi sertifikasi bagi pekerja sosial dan Tenaga Kesejahteraan


Sosial;

7. Laboratorium sosial untuk pendalaman penanganan masalah, magang/


praktek dan pembelajaran praktik-praktik terbaik.

6. Pusat Penguatan Layanan Rehabilitasi Sosial


Balai/loka sebagai pusat penguatan layanan rehabilitasi sosial memberikan
pelatihan dan keterampilan kepada pengelola lembaga kesejahteraan sosial
lansia, pelaksana rehabilitasi sosial lansia dan pendamping sosial lansia. Selain
itu, balai/loka juga melaksanakan pemetaan terhadap sumber daya
kesejahteraan sosial yang ada di wilayah kerjanya. Kegiatan yang dilaksanakan
adalah:

1. Akreditasi kelembagaan bagi LKS;


2. Pengembangan program rehabilitasi sosial lansia;

3. Peningkatan kompetensi SDM di bidang rehabilitasi sosial lansia;

4. Menyediakan dukungan keahlian, teknis dan konsultasi di untuk semua


aspek penyelenggaraan rehabilitasi sosial lansia seperti managemen/respon
kasus, advokasi sosial, pemberian terapi, dan sebagainya;

5. Pemetaan sumber daya kesejahteraan sosial lansia di wilayah kerjanya.

7. Pusat Pengembangan Model Layanan


Balai/loka sebagai pusat pengembangan layanan model melaksanakan
pengembangan model layanan rehabilitasi sosial lansia yang meliputi :

1. Penyediaan pedoman pengembangan model layanan program rehabilitasi


sosial lansia;
2. Melakukan uji coba pengembangan model layanan;

3. Mengadakan seminar/workshop model layanan lansia;

4. Melakukan studi banding ke lembaga lain.

8. Instalasi
Balai/Loka rehabilitasi sosial lansia menyelenggarakan instalasi rehabilitasi
sosial yang meliputi:

1. Instalasi asesmen dan konseling;


2. Instalasi rehabilitasi fisik dan kebugaran;

3. Instalasi vokasional;

4. Instalasi demensia dan Alzheimer;

5. Instalasi paliatif /rawatan khusus;

6. Instalasi pencegahan infeksi penyakit tertentu;

7. Instalasi pemulasaraan jenazah.

C. Lembaga Kesejahteraan Sosial (LKS)


Pada Progres Lansia, LKS lansia memiliki fungsi sebagai lembaga pelaksana 
program rehabilitasi sosial bagi lansia di tengah masyarakat dalam bentuk
pengasuhan/perawatan sosial, terapi, dukungan keluarga dan pemberi bantu.
LKS lansia yang menjadi mitra Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia dalam
penyelenggaraan Progres Lansia adalah LKS yang terakreditasi dan sesuai
dengan standar yang ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia,
termasuk di antaranya kelengkapan administrasi, pengalaman lembaga, target
sasaran, SDM dan sarana prasarana lembaga.

Kegiatan
A. Rehabilitasi Sosial bagi Lanjut Usia
Kegiatan rehabilitasi sosial lanjut bagi lansia meliputi:

1. Perawatan Sosial
Perawatan sosial diberikan kepada lansia yang berada dalam keluarga (diluar
keluarga PKH). Perawatan sosial dilakukan dengan melakukan pendampingan
lansia dengan melakukan kunjungan kepada lansia melalui minimal 40 (empat
puluh) kali kunjungan yang dilakukan oleh pendamping sosial LKS lansia. Selain
itu, perawatan sosial dalam keluarga juga bisa dilakukan dengan penunjukan
keluarga pengganti bagi lansia yang sudah tidak memiliki keluarga.

2. Terapi
Terapi bagi lansia adalah bantuan sosial yang diberikan kepada LKS lansia
dalam bentuk terapi bagi lansia diantaranya terapi fisik, terapi penghidupan,
terapi mental spiritual dan terapi psikososial. LKS lansia pelaksana terapi
diwajibkan memiliki pendamping sosial. Pendamping sosial yang akan
melaksanakan terapi kepada lansia dengan melakukan kunjungan kepada lansia.
Program terapi dilaksanakan terintegrasi dengan perawatan sosial dan dukungan
keluarga.

3. Dukungan Keluarga bagi Lanjut Usia


(Family Support)
Bantuan untuk lansia untuk menunjang aktivitas lansia di masyarakat baik
melalui aktivitas pengisian waktu luang, membangun embrio usaha,
pengembangan usaha baru, maupun pengembangan kreativitas di bidang seni,
budaya, dan olahraga sesuai dengan minat dan kemampuan lansia.

4. Bantuan Bertujuan Lanjut Usia (Bantu


Lansia)
Bantu lansia bertujuan untuk mencegah terjadinya risiko sosial terhadap lansia.
Bantu lansia akan diberikan langsung kepada lansia yang digunakan untuk
pemenuhan hidup layak.

Syarat untuk memperoleh Bantu lansia, antara lain:

1. Memiliki NIK dan ID BDT;


2. Berusia di atas 60 tahun;

3. Tidak di dalam keluarga penerima PKH;

4. Tinggal sendiri atau tinggal bersama pasangannya;


5. Bukan penerima PKH.

Penjelasan lebih rinci mengenai rehabilitasi sosial lansia akan diatur pada
Pedoman Direktorat.

B. Pendamping Sosial Lanjut Usia


Dalam melaksanakan program rehabilitasi sosial lansia, tidak bisa terlepas dari
peran pendamping lansia yang selanjutnya disebut dengan Tenaga
Kesejahteraan Sosial (TKS) lansia. TKS lansia adalah tenaga kesejahteraan
sosial yang berasal dari masyarakat yang direktrut melalui proses dan
persyaratan tertentu untuk melakukan koordinasi dan pendampingan pada
semua program rehabilitasi sosial lansia serta yang ditempatkan di daerah
(Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota, Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia).
Tugas dan fungsi yang dilakukan oleh TKS lansia adalah :

1. Mengawal pelaksanaan Progres Lansia di daerah;


2. Mengumpulkan, mengolah dan memperbaharui data lansia;

3. Melakukan respon kasus (penjangkauan) terhadap lansia dalam situasi


darurat;

4. Melakukan tugas lain yang secara khusus ditugaskan oleh Kementerian


Sosial dalam hal ini Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial.

Dalam melaksanakan tugasnya, pendamping sosial lansia akan memperoleh


honor, baik yang bersifat mengikat maupun tidak mengikat. Honor yang bersifat
mengikat besarannya disesauikan dengan ketentuan yang berlaku dan diberikan
setiap bulan pada tahun berjalan. Sedangkan honor pendamping yang tidak
mengikat disesuaikan dengan karakteristik kegiatan. Penjelasan lebih rinci
mengenai pendamping sosial akan diatur pada Pedoman Direktorat.

C. Dukungan Teknis
Dukungan teknis merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
kegiatan utama program rehabilitasi sosial lansia. Dukungan teknis bertujuan
untuk meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial pada Progres Lansia melalui :

1. Rapat Koordinasi Lanjut Usia


Rapat koordinasi lansia adalah pertemuan berkala untuk mengkoordinasikan
program dan kegiatan rehabilitasi sosial lansia antara Kementerian Sosial RI
dengan pihak terkait (Instansi Sosial Provinsi/Kab/Kota, LKS, Balai RSLU, Loka
RSLU).

2. Bimbingan dan Pemantapan


Bimbingan dan Pemantapan (Bimtap) adalah kegiatan pemberian bimbingan dan
pemantapan kepada para pelaksana Progres Lansia, LKS lansia, dan pendamping
lansia agar memahami substansi program dan kegiatan Progres Lansia secara
menyeluruh (tidak parsial).

3. Asistensi Progres Lansia


Asistensi Progres Lansia merupakan kegiatan untuk melakukan pendampingan
terhadap pelaksanaan Progres Lansia. Tujuannya adalah agar pelaksanaan
Progres Lansia sesuai dengan apa yang telah ditetapkan dan tidak melenceng
dari ketentuan yang berlaku. Asistensi ini juga dilakukan terhadap pelaksanaan
SPM bidang sosial yang dilakukan oleh daerah propinsi dan kabupaten/kota.

D. Monitoring Progres Lansia


Monitoring Progres Lansia adalah kegiatan pemantauan program dan kegiatan
Progres Lansia yang diprioritaskan untuk memperoleh masukan sebagai bahan
pembahasan selanjutnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana
Progres Lansia telah dilaksanakan dan untuk mengetahui permasalahan apa
yang dihadapi. Monitoring ini juga dilakukan terhadap pelaksanaan SPM bidang
sosial yang dilakukan oleh daerah  propinsi dan kabupaten/kota.

1. Evaluasi Progres Lansia


Evaluasi Progres Lansia adalah kegiatan untuk menilai dan mengevaluasi apakah
program dan kegiatan telah mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan. Evaluasi
juga dilakukan terhadap pelaksanaan SPM bidang sosial yang dilakukan oleh
daerah propinsi dan kabupaten/kota.

2. Sosialisasi, kampanye sosial dan Publikasi


Sosialisasi, kampanye sosial dan Publikasi merupakan kegiatan untuk
menginformasikan hal-hal yang terkait dengan Progres Lansia, pelaksanaan SPM
dan informasi lain yang terkait dengan lansia. Untuk publikasi dilakukan melalui
media massa seperti media cetak, televisi, talkshow, brosur dan lain-lain.

Penjelasan lebih rinci mengenai dukungan teknis akan diatur pada Pedoman
Direktorat.

E. Dukungan Aksesibilitas
Dukungan aksesibilitas lansia adalah bantuan yang diberikan kepada lansia
dalam bentuk pemenuhan hak hidup layak dan aksesibilitas untuk menujang
aktivitas kesehariannya, seperti:

1. Pemenuhan Hak Hidup Layak Lanjut Usia


Pemenuhan hak hidup layak lansia adalah bantuan yang diberikan kepada lansia
agar terpenuhi hak hidupnya secara wajar.

2. Aksesibilitas Lanjut Usia


Aksesibilitas lansia adalah bantuan yang diberikan kepada lansia untuk
meningkatkan aktifitas dan kumudahan bagi lansia.

Penjelasan lebih rinci mengenai dukungan aksesibilitas akan diatur pada


Pedoman Direktorat.

https://intelresos.kemsos.go.id/v4/user/registration/progres/point/2

Anda mungkin juga menyukai