Tujuan
Progresa bertujuan untuk:
Target
Berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Nomor 9 Tahun 2018 tentang Standar
Teknis Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Sosial Di
Daerah Provinsi Dan Di Daerah Kabupaten/Kota, PMKS yang menjadi
kewenangan Pemerintah Daerah adalah anak terlantar dalam bentuk layanan
rehabilitasi sosial dasar.
Data anak yang terdapat dalam Basis Data Terpadu yang terdiri dari:
Anak di dalam rumah tangga dengan kriteria belum memiliki NIK dan akte
lahir, tidak bersekolah, anak dengan disabilitas, dan anak dari orang tua
dengan disabilitas, dan bukan penerima PKH;
Mekanisme
Pelaksana Progresa adalah:
3. Outreach Centre:
Balai/Loka Rehabilitasi Sosial Anak sebagai outreach center merupakan pusat
penyediaan layanan untuk setiap anak yang mungkin tidak memiliki akses ke
layanan tersebut. Layanan yang diberikan bersifat mobile, dengan kata lain
pemberi layanan bertemu dengan mereka yang membutuhkan layanan
penjangkauan di lokasi yang membutuhkan.
5. Lembaga Percontohan
Balai/Loka sebagai lembaga percontohan adalah Balai/Loka menjadi tempat
praktik terbaik yang menyelenggarakan PROGRES 5.0 NP secara komprehensif
dan terintegrasi. Pendekatan yang dilakukan adalah multi-intervensi dan holistik-
sistematik berdasarkan continuum of intervention: individual therapy, group
therapy, family therapy dan community therapy di wilayah cakupan kerja.
Balai/Loka sebagai lembaga percontohan melakukan:
1. Menerapkan pendekatan-pendekatan profesional dengan berbagai metode,
teknik, dan terapi yang teruji dari berbagai profesi dan keahlian yang
dibutuhkan.
2. Pendayagunaan pekerja sosial untuk melaksanakan pendekatan-
pendekatan profesional dengan dukungan para profesional lainnya dan
terapis secara inter-discipline.
8. Instalasi Produksi
Balai/loka Rehabilitasi Sosial AMPK sebagai tempat Instalasi Produksi adalah
sebagai Fasilitas Balai/loka dalam pelayanan rehabilitasi sosial anak sebagai
upaya memantapkan kemampuan dan keterampilan yang bersifat ekonomis
produktif dalam rangka mempercepat kemandirian pasca rehabilitasi.Kegiatan
instalasi produksi dimaksudkan untuk mempersiapkan penyandang disabilitas
memasuki pasar kerja.
Pada progresa, LKS yang bisa dijadikan mitra Ditjen Rehabilitasi Sosial dalam
penyelenggaraan Progresa adalah Lembaga Kesejahteraan Sosisl Anak (LKSA)
yang sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Direktorat Rehabilitasi Sosial
Anak, termasuk di antaranya akreditasi lembaga, pengalaman lembaga, target
sasaran, SDM dan sarana prasarana lembaga.
LKSA memiliki fungsi sebagai lembaga yang memberikan rehabilitasi sosial bagi
anak di tengah masyarakat dalam bentuk pengasuhan/perawatan sosial, terapi,
dukungan keluarga, dan bantu.
4. pemberdayaan masyarakat;
Kegiatan
Kegiatan pada Progresa terbagi ke dalam:
1. Pendekatan Awal
2. Penerimaan
5. Pelaksanaan Pengasuhan/Perawatan
2. Terapi
Progres Rehsos 5.0 new platform berintikan pemenuhan hak hidup layak dan
pengembangan kapasitas fungsional bagi anak. Beberapa layanan yang diberikan
adalah intervensi terapi tingkat lanjut yang berupa terapi fisik, terapi
psikososial, terapi mental spiritual, dan terapi penghidupan) bagi anak.
Terapi merupakan bentuk rehabilitasi sosial yang diberikan kepada AMPK yang
memperoleh Bantu. Terapi terbagi ke dalam 4 (empat) jenis yaitu terapi fisik,
terapi psikososial, terapi penghidupan, dan terapi mental/spiritual (peningkatan
tanggung jawab sosial dan kemandirian anak). Terapi dilaksanakan sebagai
intervensi dalam progres anak dengan kegiatan:
a. Terapi fisik
Adalah terapi yang menggunakan nilai-nilai moral, spiritual, dan agama untuk
menyelaraskan pikiran, tubuh, dan jiwa anak dalam upaya mengatasi kecemasan
atau persoalan lainnya serta menemukan makna hidup. Kegiatannya dilakukan
melalui meditasi, terapi music, ibadah keagamaan dan/atau terapi yang
menekankan harmoni dengan alam.
c. Terapi psikososial
Adalah terapi yang bertujuan untuk memperkuat dan memobilisasi potensi anak
serta meningkatkan kemampuan pengelolaan diri dalam lingkungan sosialnya.
Terapi psikososial ini dilakukan untuk mengatasi masalah yang berkaitan
dengan aspek kognisi, psikis dan sosial.
Penjelasan lebih rinci mengenai terapi akan diatur pada Pedoman Direktorat.
3. Dukungan Keluarga
Dukungan keluarga merupakan bagian dari program rehabilitasi sosial bagi anak.
Dukungan Keluarga bertujuan untuk penguatan kapasitas keluarga untuk
meningkatkan keberfungsian sosial anak dan keluarga.
Dalam dukungan keluarga juga terdapat kegiatan resosialisasi, yang terdiri dari:
Family support
Tracing
Pemulangan/Rujukan
Penjelasan lebih rinci mengenai dukungan keluarga akan diatur pada Pedoman
Direktorat.
4. Diprioritaskan yang terdaftar di Basis Data Terpadu (BDT). Bagi anak yang
belum terdaftar, wajib untuk didaftarkan dalam BDT pada tahun berjalan.
B. Pendampingan Sosial
Pendampingan sosial merupakan interaksi dinamis antara PMKS dan pekerja
sosial untuk secara bersama-sama menghadapi beragam tantangan seperti
merancang program perbaikan/rencana intervensi, memobilisasi sumber daya
setempat, memcahkan masalah sosial, menciptakan atau membuka akses bagi
pemenuhan kebtuhan, dan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak yang
relevan dengan konteks rehabilitasi sosial.
1. Manajemen Kasus
Manajemen kasus bertujuan untuk dapat mengakses dan mengkoordinasikan
pelayanan, sehingga anak yang sangat rawan ini mendapatkan pelayanan yang
komprehensif secara berkesinambungan dari waktu ke waktu. Dimana
Manajemen kasus dapat diartikan pula sebagai alat untuk mengurangi frekuensi
dan lamanya perawatan klien, penghematan biaya yang harus dikeluarkan, serta
memperbaiki hasil, khususnya fungsi sosial dan kualitas hidupnya.
3. Home visit
4. Tracking (penelusuran)
5. Reunifikasi
2. Respon Kasus
Respon kasus anak merupakan suatu tindakan memberikan respon atau
tanggapan terhadap suatu permasalahan anak yang terjadi terhadap individu,
kelompok atau masyarakat karena terancam
keselamatan/kesehatan/kehidupannya. Respos kasus ini dilakukan oleh Balai/
loka, dimana dalam melakukan respon kasus harus melaksanakan tugas
layanan:
Kedaruratan;
Intervensi krisis;
3. Pendamping Sosial
Pendamping menurut pasal 1 ayat 12 UU Perlindungan Anak adalah pekerja
sosial yang mempunyai kompetensi profesional dalam bidangnya. Karakteristik
profesionalisme pekerja sosial adalah penekanannya pada tiga dimensi yaitu
kerangka pengetahuan, nilai dan keterampilan, yang dalam pendidikannya, harus
dikembangakan ketiga-tiganya secara seimbang dan simultan
Tugas dari pendamping sosial untuk anak yang di sebut dengan nama satuan
bakti Pekerja sosial (SAKTI PEKSOS) adalah:
1. pendampingan progresa
2. pendampingan lembaga/LKSA
4. pendampingan lainnya
Penjelasan lebih rinci mengenai pendampingan sosial akan diatur pada Pedoman
Direktorat.
C. Dukungan Teknis
Dukungan teknis merupakan komponen kegiatan yang dilaksanakan untuk
mendukung kegiatan utama. Dukungan teknis pada progresa terbagi ke dalam:
1. Regulasi
Penyusunan kebijakan dalam rangka mendukung progresa, antara lain:
Penyusunan NSPK
Penyusunan Permensos
Penyusunan SOP
Penyusunan Pedoman/Juklak/Juknis
2. Rapat Koordinasi
Pertemuan berkala untuk mengkoordinasikan program kegiatan progresa antar
Kementerian Sosial dengan pihak terkait lainnya, seperti Instansi Sosial
Prov.Kab/Kota, LKS, BRSAMPK, dan LRSAMPK.
3. Peningkatan Kapasitas SDM
Kegiatan pemberian bimbingan dan pemantapan kepada para pendamping anak
agar memahami substansi program dan kegiatan progresa secara menyeluruh
melalui penguatan kapasitas pendamping anak dan penguatan kapasitas
lembaga.
5. Sosialisasi
Kegiatan ini bertujuan untuk menyampaikan informasi terkait progresa melalui
kegiatan antara lain: kampanye sosial, publikasi, dan sebagainya.
D. Dukungan Aksesibilitas
Dukungan aksesibilitas merupakan bantuan yang diberikan kepada anak dengan
disabilitas berupa alat bantu terapi.
https://intelresos.kemsos.go.id/v4/user/registration/progres/point/1
PROGRAM REHABILITASI
SOSIAL UNTUK LANJUT
USIA (PROGRES LANSIA)
Konsep
Menjadi lansia adalah suatu hal yang akan dialami oleh semua orang. BPS
memproyeksikan bahwa pada tahun 2045, Indonesia akan memiliki sekitar 63,31
juta penduduk lanjut usia (lansia) atau hampir mencapai 20 persen populasi.
Proyeksi BPS juga menyebutkan bahwa persentase lansia Indonesia akan
mencapai 25 persen pada tahun 2050 atau sekitar 74 juta lansia. Peningkatan
yang begitu pesat ini membawa konsekuensi tersendiri terhadap pembangunan
nasional (Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2018). Populasi lansia yang sedemikian
besar membawa dampak positif apabila lansia hidup dengan mandiri, sehat,
aktif, dan produktif, namun bisa membawa dampak negatif apabila lansia hidup
dalam kondisi ketergantungan penuh pada orang lain atau keluarga, sakit dan
tidak produktif.
Pada tahun 2018, persentase lansia mencapai 9,27% atau sekitar 24,49 juta
orang. Komposisi lansia Indonesia didominasi lansia muda (usia 60-69 tahun)
yang persentasenya mencapai 63,39%, sisanya adalah lansia madya (usia 70-79
tahun) sebesar 27,92%, dan lansia tua (kelompok usia 80 tahun keatas) sebesar
8,69%. Pada tahun 2018 setiap 100 orang penduduk usia produktif harus
menanggung 15 orang penduduk lansia. Jika dilihat secara total, persentase
lansia dengan Kepala Rumah Tangga (KRT) ada sekitar 61,29% atau dengan kata
lain enam dari sepuluh lansia di Indonesia berperan sebagai KRT, terlepas
apakah mereka produktif atau tidak. (Statistik Penduduk Lanjut Usia, 2018).
Tidak adanya persiapan yang matang dalam menghadapi masa tua merupakan
akar permasalahan yang dihadapi oleh lanjut usia. Saat ini, permasalahan lanjut
usia sudah menjadi isu nasional.
Oleh karena itu, penanganan permasalahan lanjut usia diperlukan program yang
komprehensif dan berkesinambungan yang mampu menjawab kebutuhan lansia
baik oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah maupun masyarakat.
Berdasarkan hal tersebut, Direktorat Jenderal Rehabilitasi Sosial menginisiasi
pelaksanaan Program Rehabilitasi Sosial Lanjut Usia (Progres Lansia) untuk
membedakan layanan yang diberikan oleh pemerintah pusat dengan pemerintah
daerah. Progres Lansia adalah upaya yang ditujukan untuk membantu lanjut usia
dalam memulihkan dan mengembangkan keberfungsian sosialnya yang dilakukan
secara terarah, terpadu dan berkelanjutan dalam bentuk rehabilitasi sosial dan
pemberian bantuan kesejahteraan sosial. Progres Lansia akan dilaksanakan oleh
semua pelaksana rehabilitasi sosial lanjut usia mulai dari pemerintah pusat dan
Unit Pelaksana Teknis (UPT).
Tujuan
Progres Lansia bertujuan untuk memberikan rehabilitasi sosial, pendampingan,
dukungan teknis dan dukungan aksesibilitas bagi lansia potensial dan lansia non
potensial agar dapat memulihkan dan mengembangkan fungsi sosialnya secara
wajar. Selain itu, Progres Lansia juga dimaksudkan agar lansia dapat menjalani
kehidupan di masa tuanya secara berkualitas baik dalam kehidupan pribadi,
keluarga, maupun masyarakat.
Target
Target Progres Lansia adalah lansia potensial dan lansia non potensial yang
datanya bersumber dari Basis Data Terpadu (BDT) serta telah diverifikasi dan
validasi oleh pendamping lansia yang ada di daerah. Adapun syarat lansia yang
menjadi target Progres Lansia:
Mekanisme
Pelaksana Progres Lansia adalah :
3. Outreach Centre
Balai/loka rehabilitasi sosial merupakan pusat dilaksanakannya kegiatan
penyediaan layanan untuk lansia yang mungkin tidak memiliki akses ke layanan
tersebut. Layanan yang diberikan bersifat mobile, dengan kata lain pemberi
layanan bertemu dengan lansia yang membutuhkan layanan penjangkauan di
lokasi yang membutuhkan.
1. Kedaruratan (penjangkauan);
2. Pendampingan penyelesaian kasus;
5. Lembaga Percontohan
Balai/loka sebagai lembaga percontohan merupakan lembaga percontohan
pelaksana PROGRES 5.0 NP secara komprehensif dan terintegrasi dengan
pendekatan multi-intervensi dan holistik-sistematik berdasarkan continuum of
intervention : individual therapy, group therapy, family therapy dan community
therapy di wilayah kerjanya. Balai/loka merupakan lembaga percontohan dalam
hal:
8. Instalasi
Balai/Loka rehabilitasi sosial lansia menyelenggarakan instalasi rehabilitasi
sosial yang meliputi:
3. Instalasi vokasional;
Kegiatan
A. Rehabilitasi Sosial bagi Lanjut Usia
Kegiatan rehabilitasi sosial lanjut bagi lansia meliputi:
1. Perawatan Sosial
Perawatan sosial diberikan kepada lansia yang berada dalam keluarga (diluar
keluarga PKH). Perawatan sosial dilakukan dengan melakukan pendampingan
lansia dengan melakukan kunjungan kepada lansia melalui minimal 40 (empat
puluh) kali kunjungan yang dilakukan oleh pendamping sosial LKS lansia. Selain
itu, perawatan sosial dalam keluarga juga bisa dilakukan dengan penunjukan
keluarga pengganti bagi lansia yang sudah tidak memiliki keluarga.
2. Terapi
Terapi bagi lansia adalah bantuan sosial yang diberikan kepada LKS lansia
dalam bentuk terapi bagi lansia diantaranya terapi fisik, terapi penghidupan,
terapi mental spiritual dan terapi psikososial. LKS lansia pelaksana terapi
diwajibkan memiliki pendamping sosial. Pendamping sosial yang akan
melaksanakan terapi kepada lansia dengan melakukan kunjungan kepada lansia.
Program terapi dilaksanakan terintegrasi dengan perawatan sosial dan dukungan
keluarga.
Penjelasan lebih rinci mengenai rehabilitasi sosial lansia akan diatur pada
Pedoman Direktorat.
C. Dukungan Teknis
Dukungan teknis merupakan kegiatan yang dilaksanakan untuk mendukung
kegiatan utama program rehabilitasi sosial lansia. Dukungan teknis bertujuan
untuk meningkatkan kualitas rehabilitasi sosial pada Progres Lansia melalui :
Penjelasan lebih rinci mengenai dukungan teknis akan diatur pada Pedoman
Direktorat.
E. Dukungan Aksesibilitas
Dukungan aksesibilitas lansia adalah bantuan yang diberikan kepada lansia
dalam bentuk pemenuhan hak hidup layak dan aksesibilitas untuk menujang
aktivitas kesehariannya, seperti:
https://intelresos.kemsos.go.id/v4/user/registration/progres/point/2