PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
1.2.Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak?
2. Bagaimana teknik assesmen yang digunakan untuk menangani masalah anak?
3. Bagaimana kebijakan tentang pelayanan kesejahteraan bagi anak?
1.3.Tujuan
1.Mengetahui jenis-jenis pelayanan kesejahteraan sosial bagi anak
2. Mengetahui macam-macam teknik assesmen yang digunakan untuk menangani masalah
kesejahteraan anak
PEMBAHASAN
a. Pengertian
b. Tujuan
Tujuan dari PKSA adalah untuk mewujudkan pemenuhan hak dasar anak dan
perlindungan terhadap anak dari penelantaran, eksploitasi dan diskriminasi, sehingga
tumbuh kembang, kelangsungan hidup dan partisipasi anak dapat terwujud
c. Sasaran
(1). Anak balita terlantar, anak jalanan, anak yang berhadapan dengan hukum, anak
dengan kecacatan dan anak yang membutuhkan perlindungan khusus agar meningkat
prosentase terhadap akses pelayanan sosial dasar.
(2). Orangtua dan keluarga yang bertanggungjawab dalam pengasuhan dan
perlindungan kepada anak meningkat prosentasenya.
(5). Pekerja Sosial Profesional, Tenaga Kesejahteraan Sosial dan Relawan Sosial di
bidang pelayanan kesejahteraan sosial anak yang terlatih meningkat.
(6). Pemerintah Daerah (kabupaten/kota) yang bermitra dan berkontribusi melalui dana
Anggaran Pendapatan Belanja Daerah dalam pelaksanaan PKSA.
(7). Produk hukum perlindungan hak anak yang djperlukan untuk landasan hukum
pelaksanaan PKSA.
PKSA dirancang sebagai upaya yang terarah, terpadu dan berkelanjutan yang
dilakukan pemerintah, pemerintah daerah dan masyarakat dalam bentuk pelayanan dan
bantuan kesejahteraan sosial anak bersyarat (conditional cash transfer), yang meliputi:
(1). Bantuan sosial/subsidi pemenuhan kebutuhan dasar. (2). Peningkatan aksesbilitas
terhadap pelayanan sosial dasar (akte kelahiran, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal
dan air bersih, rekreasi, ketrampilan dan lain-lain). (3). Penguatan dan tanggungjawab
orangtua/keluarga dalam pengasuhan dan perlindungan anak. (4). Penguatan
kelembagaan kesejahteraan sosial anak.
Untuk mencapai tujuan di atas, Program Kesejahteraan Sosial Anak (PKSA)
dikembangkan sebagai program dukungan sosial bagi anak dengan mensinergikan
pemanfaatan komponen inti Bantuan Tunai Bersyarat dan Layanan Rehabilitasi Sosial
.
1. Bantuan Tunai Bersyarat
Bantuan Tunai Bersyarat merupakan mekanisme pemberian bantuan tunai
dalam bentuk tabungan kepada anak dan keluarga yang dikaitkan dengan kewajiban
anak dan keluarga untuk memenuhi kondisi tertentu yang sejalan dengan tujuan
program. Dana bantuan ini dapat digunakan untuk pemenuhan kebutuhan dasar anak,
terutama perbaikan nutrisi/permakanan dan proses kepemilikan akte kelahiran.
Tujuan asesmen:
4 (empat) tugas pekerja sosial dan tipe analisis dalam asesmen, yaitu:
Isi Asesmen
Jenis-jenis Asesmen
1. Asesmen sosial (seperti: latar belakang dan situasi keluarga, fungsi fisik dan
kesehatan, fungsi intelektual, fungsi emosional, relasi antar orang dan relasi
sosialnya, agama dan spiritual, ekonomi, perumahan dan transportasi, penggunaan
pelayanan sosial dan sebagainya).
2. Genogram dan ekomapping.
3. Asesmen dukungan sosial.
4. Asesmen kekuatan yang dimiliki klien.
5. Sejarah kehidupan.
6. Strategi mengatasi masalah dan pertahanan ego (mekanisme pertahanan
diri)asesmen penampilan peranaan klien.
7. Asesmen keberfungsian keluarga.
teknik asesmen
a. Interview (Wawancara)
Wawancara ialah proses komunikasi atau interaksi untuk mengumpulkan informasi
dengan cara tanya jawab antara peneliti dengan informan atau subjek penelitian (Emzir,
2010: 50). Dengan kemajuan teknologi informasi seperti saat ini, wawancara bisa saja
dilakukan tanpa tatap muka, yakni melalui media telekomunikasi. Pada hakikatnya
wawancara merupakan kegiatan untuk memperoleh informasi secara mendalam tentang
sebuah isu atau tema yang diangkat dalam penelitian. Atau, merupakan proses pembuktian
terhadap informasi atau keterangan yang telah diperoleh lewat teknik yang lain
sebelumnya.
Menurut Miles dan Huberman (1984) ada beberapa tahapan yang harus diperhatikan dalam
melakukan wawancara, yaitu:
a) The setting, peneliti perlu mengetahui kondisi lapangan penelitian yang sebenarnya
untuk membantu dalam merencanakan pengambilan data. Hal-hal yang perlu diketahui
untuk menunjang pelaksanaan pengambilan data meliputi tempat pengambilan data, waktu
dan lamanya wawancara, serta biaya yang dibutuhkan.
1)Pendahuluan,
2)Pertanyaaapembuka
3)pertanyaankunci
4) Probing, pada bagian ini peneliti akan memanfaatkan hasil pada bagian kedua untuk
membuat kalimat pendahuluan dan pernyataan pembuka, serta hasil penyusunan
pedoman wawancara sebagai pertanyaan kunci.
b) The process, berdasarkan persiapan pada bagian pertama sampai ketiga, maka disusunlah
strategi pengumpulan data secara keseluruhan. Strategi ini mencakup seluruh perencanaan
pengambilan data mulai dari kondisi, strategi pendekatan dan bagaimana pengambilan data
dilakukan.
Karena merupakan proses pembuktian, maka bisa saja hasil wawancara sesuai atau
berbeda dengan informasi yang telah diperoleh sebelumnya. Agar wawancara efektif, maka
terdapat berapa tahapan yang harus dilalui yakni: 1). mengenalkan diri, 2). menjelaskan
maksud kedatangan, 3). menjelaskan materi wawancara, dan 4). mengajukan pertanyaan
(Yunus, 2010: 358).
Setidaknya, terdapat dua jenis wawancara, yakni: 1). wawancara mendalam (in-depth
interview), di mana peneliti menggali informasi secara mendalam dengan cara terlibat
langsung dengan kehidupan informan dan bertanya jawab secara bebas tanpa pedoman
pertanyaan yang disiapkan sebelumnya sehingga suasananya hidup, dan dilakukan berkali-
kali. 2). wawancara terarah (guided interview) di mana peneliti menanyakan kepada
informan hal-hal yang telah disiapkan sebelumnya. Berbeda dengan wawancara mendalam,
wawancara terarah memiliki kelemahan, yakni suasana tidak hidup, karena peneliti
terikat dengan pertanyaan yang telah disiapkan sebelumnya. Sering terjadi pewawancara
atau peneliti lebih memperhatikan daftar pertanyaan yang diajukan daripada bertatap muka
dengan informan, sehingga suasana terasa kaku.
Sutrisno Hadi (1986) mengemukakan bahwa anggapan yang perlu dipegang oleh peneliti
dalam menggunakan teknik interview dan juga kuesioner adalah sebagai berikut:
Bahwa subjek (responden) adalah orang yang paling tahu tentang dirinya sendiri
Bahwa apa yang dinyatakan oleh subjek kepada peneliti adalah benar dan dapat dipercaya
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur maupun tidak terstruktur, dan dapat
dilakukan dengan tatap muka maupun lewat telepon.
1. Wawancara terstruktur
Wawancara terstruktur digunakan sebagai teknik pengumpulan data, bila peneliti atau
pengumpul data telah mengetahui dengan pasti informasi apa yang akan diperoleh. Oleh
karena itu dalam melakukan wawancara, pengumpul data telah menyiapkan instrumen
penelitian berupa pertanyaan-pertanyaan tertulis yang alternatif jawabannya pun sudah
disiapkan. Dengan wawancara terstruktur ini setiap responden diberi pertanyaan yang sama,
dan pengumpul data mencatatnya.
Wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas dimana peneliti tidak
menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis-garis besar
permasalahan yang akan ditanyakan
Dalam wawancara tidak terstruktur, peneliti belum mengetahui secara pasti data apa
yang akan diperoleh, sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan apa yang diceritakan
oleh responden. Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari responden tersebut, maka
peneliti dapat mengajukan berbagai pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada satu
tujuan.
b. Observasi
Dalam menggunakan observasi cara yang paling efektif adalah melengkapinya dengan
format atau blangko pengamatan sebagai instrumen pertimbangan kemudian format yang
disusun berisi item-item tentang kejadian atau tingkah laku yang digambarkan. Dari peneliti
berpengalaman diperoleh suatu petunjuk bahwa mencatat data observasi bukanlah sekedar
mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan kemudian mengadakan penilaian kepada
skala bertingkat. Misalanya memperhatikan reaksi penonton televisi, bukan hanya mencatat
rekasi tersebut, tetapi juga menilai reaksi tersebut apakah sangat kurang, atau tidak sesuai
dengan apa yang dikehendaki (Arikunto, 2006: 229).
Selain wawancara, observasi juga merupakan salah satu teknik pengumpulan data yang
sangat lazim dalam metode penelitian kualitatif. Observasi hakikatnya merupakan kegiatan
dengan menggunakan pancaindera, bisa penglihatan, penciuman, pendengaran, untuk
memperoleh informasi yang diperlukan untuk menjawab masalah penelitian. Hasil
observasi berupa aktivitas, kejadian, peristiwa, objek, kondisi atau suasana tertentu, dan
perasaan emosi seseorang. Observasi dilakukan untuk memperoleh gambaran riil suatu
peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian (Guba dan Lincoln, 1981:
191-193).
Bungin (2007: 115-117) mengemukakan beberapa bentuk observasi, yaitu: 1). Observasi
partisipasi, 2). observasi tidak terstruktur, dan 3). observasi kelompok. Berikut
penjelasannya:
1) Observasi partisipasi adalah (participant observation) adalah metode pengumpulan data
yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan penginderaan
di mana peneliti terlibat dalam keseharian informan.
3) Observasi kelompok ialah pengamatan yang dilakukan oleh sekelompok tim peneliti
terhadap sebuah isu yang diangkat menjadi objek penelitian
c. Dokumentasi
Selain melalui wawancara dan observasi, informasi juga bisa diperoleh lewat fakta yang
tersimpan dalam bentuk surat, catatan harian, arsip foto, hasil rapat, cenderamata, jurnal
kegiatan dan sebagainya. Data berupa dokumen seperti ini bisa dipakai untuk menggali
infromasi yang terjadi di masa silam. Peneliti perlu memiliki kepekaan teoretik untuk
memaknai semua dokumen tersebut sehingga tidak sekadar barang yang tidak bermakna
(Faisal, 1990: 77).
2.3. Kebijakan
BAB I
Ketentuan Umum
PASAL 1
Anak adalah setiap manusia yang berusia di bawah 18 tahun dan belum menikah,
termasuk anak yang masih dalam kandungan apabilah hal tersebut adalah
kepentingannya.
BAB II
Hak Azasi Manuasia dan Kebebasan Dasar Manusia.
Bagian kesepuluh
HAK ANAK
Pasal 52
1. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat, dan
negara.
2. Hak anak adalah hak asai manusia dan untuk kepentingannya hak anak itu diakui
dan dilindungi oleh hukum bahkan sejak dalam kandungan.
Pasal 53
1. Setiap anak sejak dalam kandungan, berhak untuk hidup, mempertahankan hidup,
dan menigkatkan taraf kehidupannya.
2. Setiap anak sejak kelahirannya, berhak atas suatu nama dan status
kewarganegaraan.
Pasal 54
Setiap anak yang cacat fisik dan atau mental berhak memperoleh perawatan,
pendidikan, pelatihan, dan bantuan khusus atas biaya negara, untuk menjamin
kehidupannya sesuai dengan martabat kemanusiaan, meningkatkan rasa percaya diri,
dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara.
Pasal 55
Setiap anak berhak untuk beribadah menurut agamanya, berfikir, dan berekspresi sesuai
dengan tingkat intelektualitas dan usianya di bawah bimbingan orang tua dan atau wali.
Pasal 56
1.Setiap anak berhak untuk mengetahui siapa orang tuanya, dibesarkan, dan diasuh oleh
orang tuanya.
2.Dalam hal oarang tua anak tidak mampu membesarkan dan memelihara anaknya
dengan baik dan sesuai dengan undang-undang ini maka anak tersebut boleh diasuh
atau diangkat sebagai anak oleh orang lain sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangan-undangan.
Pasal 57
1.Setiap anak berhak untuk dibesarkan, dipelihara, dirawat, dididik, diarahkan, dan
dibimbing kehidupannya oleh orang tua atau walinya sampai dewasa sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
2.Setiap anak berhak mendapatkan orang tua angkat atau wali berdasarkan putusan
pengadilan apabilah kedua orang tua telah meninggal dunia atau karena suatu sebab
yang sah tidak dapat menjalankan kewajibannya sebagai orang tua.
3. Orang tua angkat atau wali sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) harus menjalankan
kewajiban sebagai orang tua yang sesungguhanya.
Pasal 58
1.Setiap anak berhak untuk mendapatkan perlindungan hukum dari segala bentuk
kekerasan fisik dan mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
selam dalam pengasuhan orang tua atau walinya, atau pihak lain mana pun yang
bertanggung jawab atas pengasuhan anak tersebut.
2. Dalam hal orang tua, wali, atau pengasuh anak melakukan segala bentuk
penganiayaan fisik atau mental, penelantaran, perlakuan buruk, dan pelecehan seksual
termasuk pemerkosaan, dan atau pembunuhan terhadap anak yang seharusnya
dilindungi maka harus dikenakan pemberatan hukuman.
Pasal 59
1. Setiap anak berhak untuk tidak dipisahkan dari oarang tuanya secara bertentangan
dengan kehendak anak sendiri, kecuali jika ada alasan dan aturan hukum yang sah yang
menunjukkan bahwa pemisahan itu adalah demi kepentingan terbaik bagi anak.
2. Dalam keadaan sebagaimana dimaksud dala ayat (1), hak anak untuk tetap
bertemu langsung dan berhubungan pribadi secara tetap dengan orang tuanya tetap
dijamin oleh undang-undang.
Pasal 60
1. Setiap anak berhak untuk memperoleh pendidikan dan pengajaran dalam rangka
pengembangan pribadinya sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya.
2. Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi sesuai dengan
tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya sepanjang sesuai
dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan.
Pasal 61
Setiap anak berhak untuk bertistirahat, bergaul dengan anak sebaya, bermain, berekresi
dan berkreasi sesuai dengan minat, bakat, dan tingkat kecerdasannya demi
pangembangan dirinya.
Pasal 62
Setiap anak berhak untuk memperoleh palayanan kesehatan dan jaminan sosial secara
layak, sesuai dengan kebutuhan fisik dan mmental spiritualnya.
Pasal 63
Setiap anak berhak untuk tidak dilibatkan didalam peristiwa peperangan, sengketa
bersenjata, kerusuhan sosial, dan peristiwa lain yang mengandung unsur kekerasan.
Pasal 64
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi ekonomi
dan setiap pekerjaan yang membahayakan dirinya, sehingga dapat mengganggu
pendidikan, kesehatan fisik, moral, kehidupan sosial, dan mental spiritual.
Pasal 65
Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari kegiatan eksploitasi dan
pelecehan seksual, penculikan, perdagangan anak, serta dari berbagai bentuk
penyalahgunaan narkotika, psikotropika, dan zat adiktif lainnya.
Pasal 66
1.Setiap anak berhAk untuk tidak dijadikan sasaran penganiayaan, penyiksaan, atau
penjatuhan hukuman yang tidak manusia.
2.Hukuman mati atau hukuman seumur hidup tidak dapat dijatuhkan untuk pelaku
tindak pidana yang masih anak.
3.Setiap anak berhak untuk tidak dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
4.Penangkapan, penahanan, atau pidana penjara anak hanya boleh dilakukan sesuai
dengan hukum yang berlaku dan hanya dapat dilaksanakan sebagai upaya terakhir.
5.Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak mendapatkan perlakuan secara
manusiawi dan dengan memperhatikan kebutuhan pengembangan pribadi sesuai
dengan usianya dan harus dipisahkan dari orang dewasa, kecuali demi kepentingannya.
6.Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak memperoleh bantuan hukum atau
bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.
7.Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk membela diri dan
memperoleh keadilan di depan Pengadilan Anak yang objektif dan tidak memihak
dalam sidang yang tertutup untuk umum.
Undang – Undang (UU) RI No.19 Tahun 1999 Tentang Konvensi ILO (UNDANG-
UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19 TAHUN 1999 TENTANG
PENGESAHAN ILO CONVENTION NO. 105 CONCERNING THE ABOLITION
OF FORCED LABOUR (KONVENSI ILO MENGENAI PENGHAPUSAN KERJA
PAKSA)
UUD 1945 Pasal 34 Ayat 1 yaitu Fakir Miskin dan anak - anak terlantar dipelihara oleh
negara.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
WHO pada tahun 1977 mencanankan suatu gerakan internasional yang tujuannya
adalah tercapainya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi seluruh individu. Oleh
pemerintah program tersebut dijabarkan dalam bentuk pelayanan kesehatan dasar yang
dituangkan dalam wujud SKN