Anda di halaman 1dari 68

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Fakir miskin dan anak terlantar merupakan masalah sosial.

Problematika kemiskinan dan anak terlantar merupakan masalah yang multi

dimensional yang tidak saja melibatkan faktor ekonomi semata, tetapi sosial

dan budaya. Masalah kemiskinan dan anak terlantar di Indonesia menjadi

perhatian Negara. Dalam pasal 34 ayat (1) Undang-Undang Dasar 1945

mengamanatkan kewajiban negara untuk memelihara Fakir Miskin dan Anak

Terlantar, namun disisi lain implementasi penetapan kemiskinan berdasarkan

garis standar kemiskinan masih mengalami perbedaan diantara berbagai

lembaga Negara yang dianggap memiliki komponen dalam bidang sosial,

ekonomi dan politik.

Kondisi di atas menunjukan bahwa pemerintah masih menemukan

kesulitan dalam menetapkan standar kemiskinan ketika fenomena kemiskinan

diobyektifkan dalam bentuk angka-angka dalam penentuan pengukuran dan

penentuan garis batas kemiskinan. namun secara teoritis kemiskinan dapat

diukur dengan menggunakan dua kategori tingkat kemisinan, yaitu

kemiskinan absolut dan kemiskitan relatif. Dengan menggunakan standar

kemiskinan ini maka dapat terukur perbedaan yang jelas terhadap tingkat

kemiskinan yang terdapat di dalam kehidupan sosial untuk dicari solusi

pemecahannya.

1
Memahami lebih jauh tentang kemiskinan absolut dan kemiskinan

relatif maka, perlu dijelaskan bahwa kemiskinan absolut adalah apabila

tingkat pendapatan seseorang tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan

pokoknya seperti sandang, pangan, papan, kesehatan dan pendidikan.

Sedangkan kemiskinan relatif adalah keadaan perbandingan antara kelompok

pendapatan dalam masyarakat yaitu antar kelompok masyarakat yang miskin

karena mempunyai tingkat pendapatan relatif lebih rendah dari pada garis

kemiskinan (Soekanto 1990).

Kemiskinan di Indonesia juga telah memunculkan sebuah masalah

sosial dengan munculnya anak-anak terlantar dalam kehidupan sosial.

Banyaknya anak-anak terlantar akibat dari kemiskinan orang tua dan anak

yang ditingalkan orang tuanya karana meninggal dunia telah memunculkan

pekerja anak di dalam kehidupan sosial. Para anak terlantar ini berusaha

menghidupi dirinya sendiri dengan cara mencari nafkah sendiri. Sedangkan

disisi lain, ada pula anak-anak yang masih mempunyai orang tua, akan tetapi

mereka harus membantu orang tuanya bekerja, dimana mereka harus

meninggalkan rumah dan sekolah mereka guna mengais atau mencari nafkah

untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga, sehingga mereka menjadi anak

terlantar yang putus sekolah karena ketiadaan biaya (ekonomi dan Lembaga

Internasional UREM BI 2009).

Problematika anak terlantar perlu mendapat perhatian serius dari

pemerintah dan masyarakat. Anak terlantar secara sosial juga berhak

mendapatkan perlindungan dalam bidang sandang, pangan papan, pendidikan

2
kesehatan dan pembinaan. Kebijakan pemerintah dalam upaya membangun

rumah singgah dan panti asuhan yang pengelolaannya dilakukan oleh

pemerintah dan masyarakat merupakan upaya masif untuk melindungi anak

terlantar dari kemiskinan dan keterbelakangan baik secara ekonomi maupun

sosial.

Program pembinaan dan pengajaran di panti asuhan akan membawa

dampak positif terhadap perkembangan sosial ekonomi anak-anak terlantar.

Pembinaan yang terprogram ini diharapkan akan memperkuat pengetahuan,

keterampilan serta perilaku yang baik bagi anak-anak terlantar. Keterampilan

ini akan dipergunakan untuk membantu dirinya serta dapat membantu orang

lain yang membutuhkan dalam kehidupan sosial, karena itu panti asuhan

merupakan alternatif utama dalam memberikan solusi dan kebijakan untuk

merubah pola hidup anak-anak terlantar kearah yang lebih baik dan

bermanfaat.

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan salah satu

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak milik pemerintah yang diberikan

kewenangan untuk mengelola serta melakukan pembinaan keterampilan

terhadap anak-anak terlantar. Anak-anak terlantar yang berada dalam asuhan

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang adalah anak-anak terlantar

yang tinggal di keluarga miskin sehingga mereka tidak bisa berdaya, selain

itu mereka juga tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri,

sehingga kemiskinan yang terjadi membuat mereka menjadi tidak berdaya

baik secara sosial maupun ekonomi.

3
UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berupaya meningkatkan

kualitas anak-anak terlantar melalui pembinaan pelatihan keterampilan sesuai

dengan program pemerintah terhadap penanggulangan fakir miskin dan anak-

anak terlantar, sebagai pengejewantahan dari pasal 34 ayat (1) Undang-

Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Fakir miskin dan anak-anak terlantar

dipeluhara oleh Negara”. Kegiatan bimbingan keterampilan tersebut meliputi

bidang pertanian, peternakan, pertukangan, kerajian tangan, keterampilam las,

dan keterampilan komputer. Target dari program bimbingan keterampilan

bagi anak terlantar berjumlah 90 anak terlantar dalam setiap tahun anggaran.

Upaya yang dilakukan dalam bimbingan keterampilan ini diharapkan mampu

membuat anak-anak terlantar pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang dapat mandiri dan keluar dari lingkaran kemiskinan, dan dengan

bermodalkan keterampilan yang dimiliki oleh anak-anak terlantar ini,

diharapkan mereka dapat berwira usaha guna memenuhi kebutuhan hidup

mereka secara ekonomi dan sosial.

Program-program pelayanan sosial yang diberikan oleh lembaga ini

memiliki tahapan-tahapan yang telah diatur secara sistematis melalui sistem

panti. Pelayanan dengan sistem panti ini merupakan pemberian layanan

dengan mengumpulkan penerima layanan dalam sebuah panti dan selama

proses pelayanan dilakukan peserta tinggal dan menetap dalam panti.

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang mempunyai target

dalam mengantarkan anak-anak terlantar mencapai kemandirian, serta

melindungi anak-anak terlantar dari rawan putus sekolah, penyelamatan

4
kharakter, keilmuan dan keterampilan, karena semua sangat penting agar anak

terlantar dapat terbentuk menjadi produktif, berkharakter dan bertanggung

jawab. Program ini sebagai wujud upaya pemerintah dalam memberikan

bekal bagi anak-anak terlantar dalam memasuki dunia sosial dengan berbagai

kepentingan yang akan dihadapi di kemudian hari. Namun pada sisi lain

proses pembimbingan keterampilan bagi anak-anak terlantar pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang perlu diteliti untuk memberikan

jawaban terhadap hasil yang dicapai terhadap anak-anak terlantar dalam

proses bimbingan tersebut.

Berpedoman pada penjelasan latar belakang di atas, telah mendorong

dilakukannya penelitian terhadap proses pelayanan bimbingan keterampilan

bagi anak terlantar yang dilaksanakan oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang dengan judul penelitian Bimbingan Keterampilan bagi

Kemandirian Anak Terlantar pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang.

B. Rumusan Masalah.

Mengacu pada gambaran latar belakang penelitian di atas, maka

rumusan masalah pokok dalam penelitian ini adalah: Sejauh mana

Pengaruh Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar

pada UPT Panti Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang?

5
C. Tujuan Penelitian.

Berdasarkan gambaran rumusan masalah penelitian di atas, maka

tujuan dari penelitian adalah:

1. Untuk mengetahui, memahami dan mendeskripsikan Program Bimbingan

Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang..

2. Untuk mengetahui bentuk Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian

Anak Terlantar Pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

D. Manfaat penelitian.

Berdasarkan gambaran dari tujuan penelitian di atas, maka manfaat

dari penelitian ini adalah :

1. Sebagai bahan kajian akademik dalam bidang ilmu sosial khususnya

pekerja sosial guna memahami tentang Program Bimbingan

Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

2. Sebagai bahan acuan bagi pemerintah dalam hal ini UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang untuk mendorong percepatan Program

Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar.

3. Sebagai sumber/referensi bagi peneliti lebih lanjut yang ingin mengkaji

atau melaksanakan penelitian dengan permasalahan sosial yang sama.

4. Sebagai salah satu prasyarat untuk mendapat gelar kesarjanaan pada

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Kesejahteraan Sosial

Universitas Muhammadiyah Kupang.

6
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA.

A. Konsep Bimbingan.

Kata bimbingan bersinonim dengan kata pembinaan yang secara

etimologi berasal dari kata dasar “bina”. Kata dasar bina berasal dari bahasa

arab “bana” yang berarti membina, membangun, mendirikan, dan

mendapatkan awalan pe dan akhiran an sehingga menjadi kata pembinaan

yang mempunyai arti usaha, tindakan dan kegiatan (Depdiknas 2008:1197).

Menurut Arifin (2008:30) pembinaan yaitu usaha manusia secara sadar

untuk membimbing dan mengarahkan kepribadian serta kemampuan anak,

baik dalam pendidikan formal maupun non formal. Pembinaan memberikan

arah penting dalam masa perkembangan anak, khususnya dalam

perkembangan sikap dan perilaku.

Menurut Simanjuntak (1990: 84) Pembinaan adalah upaya pendidikan

formal maupun non formal yang dilakukan secara sadar, berencana, terarah,

teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan,

menumbuhkan, membimbing, dan mengembangkan dasar-dasar

kepribadiannya yang seimbang, utuh dan selaras dengan pengetahuan dan

keterampilan sesuai dengan bakat, kecenderungan/keinginan serta

kemampuan-kemampuannya sebagai bekal, untuk selanjutnya atas prakarsa

sendiri menambah, meningkatkan dan mengembangkan dirinya, sesamanya

maupun lingkungannya ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan

manusiawi yang optimal dan pribadi yang mandiri

7
B. Konsep Bimbingan Keterampilan.

Menurut Crow dalam Amti (2004:94) bimbingan keterampilan adalah

bantuan yang diberikan oleh seseorang laki-laki atau perempuan, yang

memiliki kepribadian yang memadai dan terlatih dengan baik kepada

individu-individu disetiap usia untuk membantunya mengatur kegiatan

hidupnya sendiri, mengembangkan pandangan hidupnya sendiri, membuat

keputusan sendiri dan menanggung beban sendiri.

Amti (2004:99) menjelaskan bahwa bimbingan adalah proses

pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang

atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa, agar

orang yang terbimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri,

dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dapat

dikembangkan berdasarkan norma-norma yang berlaku. Sedangkan

keterampilan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berasal dari

kata terampil yang berarti cakap dalam menyelesaikan tugas.

Menurut W.Gulo dalam Maya (2018:9) menjelaskan bahwa dalam

keterampilan tidak mungkin berkembang jika tidak didukung oleh sikap,

kemauan dan pengetahuan. Manusia merupakan aspek yang unik dimana

aspek rohaniah, mental, intelektual dan fisik merupakan satu kesatuan yang

utuh. Sedangkan menurut Suryady, (2004:45) disisi lain kerja mandiri adalah

bekerja tanpa diawasi atau tanpa diperintah, bekerja mandiri akan membentuk

diri individu menjadi lebih bertanggung jawab. Kerja mandiri ini meliputi

berbagai hal dari belajar, bekerja profesional atau seorang berwira usaha.

8
Sesuai pendapat para ahli tersebut maka dapat disimpulkan bahwa

bimbingan keterampilan adalah sebuah proses kegiatan yang diberikan oleh

orang yang berkompoten dalam bidangnya yaitu orang yang memiliki ilmu

pengetahuan dan keterampilan sesuai standar yang dibutuhkan dengan

harapan ada perubahan bagi orang yang menerima bimbingan tersebut.

C. Konsep Kemandirian.

Menurut Irohmi, (1990:30) Kemandirian merupakan salah satu aspek

kepribadian yang tidak dapat berdiri sendiri, artinya kepribadian yang lain

harus dilatih mulai sejak dini. Mandiri merupakan salah satu bentuk pola

kehidupan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidup dengan cara

melakukan aktivitas atas usaha sendiri. Hidup dengan pola ini tercermin pada

tingkah laku yang tidak tergantung pada orang lain, melainkan dilakukan atas

hasil usaha sendiri. Orang yang hidupnya mandiri biasanya tingkat

kesejahteraan hidupnya jauh lebih mapan dari orang yang kehidupannya

selalu bergantung pada orang lain. Namun demikian, tidak semua anak

mengalami pertumbuhan yang sempurna, sebab masih banyak anak yang

dihadapkan dengan keluarga yang pada akhirnya mempengaruhi tumbuh

kembang anak secara tidak sempurna sehingga memicu timbulnya ketidak

berdayaan terhadap anak.

Menurut Kartasasmita, (1992:6) Kemandirian pada hakikatnya dapat

dikatakan sebagai kemampuan manusia atau suatu bangsa untuk bertahan

dalam lingkungan yang berubah, baik lingkungan alam, masyarakat ataupun

lingkungan antar bangsa tanpa mengorbankan falsafah hidupnya.

9
Dalam pengertian yang lebih dinamis, kemandirian bukan hanya kemampuan

bertahan hidup, tetapi untuk tumbuh kembang dengan kekuatan sendiri.

Menurut Kartono, (1985:21) kemandirian seseorang terlihat pada

waktu orang tersebut menghadapi masalah. Bila masalah itu dapat

diselesaikan sendiri tanpa meminta bantuan dari orang tua dan akan

bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui

berbagai pertimbangan maka hal ini menunjukkan bahwa orang tersebut

mampu untuk mandiri.

Berdasarkan konsep kemandirian menurut para ahli di atas, maka

dapat dikatakan bahwa kemandirian seseorang nampak dari berbagai usaha

yang dilakukannya untuk bertahan hidup dan mampu menyelesaikan

persoalan-persoalan hidup tanpa membutuhkan bantuan dari pihak lain.

Namun untuk mencapai kemandirian ini membutuhkan orang lain yang

dianggap mampu dan memiliki keahlian untuk membentuk seseorang menjadi

pribadi yang mandiri.

D. Konsep Anak Terlantar

Menurut Suyanto, (2010:3) anak terlantara dalah anak yang berusia

5-18 tahun yang menghabiskan sebagian besar waktunya untuk mencari

nafkah atau berkeliaran di jalanan maupun di tempat-tempat umum. Anak

terlantar sesungguhnya adalah anak-anak yang masuk kategori anak rawan

atau anak-anak yang membutuhkan perlindungan khusus (children in need of

special protection) Anak rawan sendiri pada dasarnya adalah sebuah istilah

untuk menggambarkan kelompok anak-anak yang karena situasi, kondisi dan

10
tekanan-tekanan kultur maupun struktur menyebabkan mereka belum atau

tidak terpenuhi hak-haknya, bahkan acap kali pula dilanggar hak-haknya.

Dilihat dari hak anak-anak ini, mereka mempunyai hak yang harus dipenuhi

oleh orangtuanya yaitu hak untuk memperoleh pendidikan yang layak,

pengembangan diri dan mental, menyatakan pendapat dan berpikir,

memperoleh kebutuhan jasmani dan rohani, memperoleh sarana bermain dan

berekreasi serta hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang memadai.

Menurut kementerian Sosial Republik Indonesia, Anak terlantar

adalah anak yang berusia 6-18 tahun yang mengalami perlakuan salah dan

ditelantarkan karena sebab tertentu (karena beberapa kemungkinan:

miskin/tidak mampu, salah seorang dari orang tuanya/wali pengampu sakit,

salah seorang/kedua orang tuanya/wali pengampu atau pengasuh meninggal,

keluarga tidak harmonis, tidak ada pengampu atau pengasuh), sehingga tidak

dapat terpenuhi kebutuhan dasarnya dengan wajar baik secara jasmani, rohani

maupun sosial” sedangkan menurut Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun

1979 Tentang Kesejahteraan Anak dinyatakan bahwa anak terlantar adalah

anak yang karena suatu sebab orang tuanya melalaikan kewajibannya

sehingga kebutuhan anak tidak dapat terpenuhi dengan wajar, baik secara

rohani, jasmani maupun sosial”

Menurut Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang

Perlindungan Anak “anak terlantar adalah anak yang tidak terpenuhi

kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun sosial”

11
Menurut Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 pasal 1 ayat 6 tentang

Perlindungan Anak menjelaskan bahwa anak terlantar adalah anak yang tidak

terpenuhi kebutuhannya secara wajar, baik fisik, mental, spiritual, maupun

sosial.

Menurut Suyanto, (2010:215) bahwa secara teoritis, penelantaran

adalah sebuah tindakan baik disengaja maupun tidak disengaja yang

membiarkan anak tidak terpenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan,

papan). Penelantaran terhadap anak tidak mengenal alasan motivasi/intense,

disengaja maupun tidak, jika anak dibiarkan tidak memperoleh makan, tidak

mendapatkan tempat tinggal yang layak dan pakaian yang layak untuk

melindunginya dari berbagai penyakit dan bahaya, maka insiden ini dikatakan

penelantaran dan akan dikenakan sanksi bahkan bisa dipidana. Sanksi dan

pidana ini berupa dicabutnya kuasa asuh anak dan pidana penjara paling lama

5 tahun atau denda sebanyak Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah).

Ketentuan ini telah diatur dalam pasal 10 ayat (1) Undang-Undang Dasar RI

Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak dan Undang-Undang RI

Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Sedangkan lebih lanjut Suyatno menjelaskan tentang ciri-ciri yang

menandai seorang anak tersebut dikategorikan sebagai anak terlantar adalah:

1. Mereka biasanya berusia 5-18 tahun dan merupakan anak yatim, piatu,

atau anak yatim piatu.

2. Anak yang terlantar acap kali adalah anak yang lahir dari hubungan

seks diluar nikah dan kemudian mereka tidak ada yang mengurus

12
karena orang tuanya tidak siap secara psikologis maupun ekonomi

untuk memelihara anak yang dilahirkannya.

3. Anak yang kelahirannya tidak direncanakan atau tidak diinginkan oleh

kedua orang tuanya atau keluarga besarnya, sehingga cenderung

diperlakukan salah.

4. Meski kemiskinan bukan satu-satunya penyebab anak diterlantarkan,

tetapi bagaimanapun juga bahwa tekanan kemiskinan dan kerentanan

ekonomi keluarga dapat menyebabkan kemampuan mereka

memberikan fasilitas dan memenuhi hak anaknya menjadi terbatas.

5. Anak yang berasal dari keluarga yang broken home, korban perceraian

orang tuanya, anak yang hidup di tengah kondisi keluarga yang

bermasalah seperti pemabuk, kasar, korban PHK, terlibat narkotika dan

sebagainya.

Untuk mengatasi keterlantaran anak ini maka bimbingan keterampilan

dalam panti merupakan salah satu langkah solutif yang ditempuh oleh

pemerintah untuk memberikan bantuan kepada anak terlantar secara

berkesinambungan dengan maksud agar mereka dapat memahami dirinya,

lingkungan dan tugas-tugasnya sehingga mereka sanggup mengarahkan diri,

menyesuaikan diri, serta bertindak wajar sesuai dengan keadaan dan tuntutan

lembaga sosial, keadaan keluarga, masyarakat dan lingkungan kerja yang

akan kelak dimasukinya. Dengan pemberian layanan bimbingan, mereka

lebih produktif, lebih mandiri dan dapat menolong keluarga untuk keluar dari

kehidupan sosial ekonomi yang sulit.

13
BAB II

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggukanan jenis penelitian Kualitatif

Deskriptif dengan pendekatan Studi Kasus (Case Study). Menurut Iskandar

(2009:35) ciri utama penelitian kualitatif adalah pertama, Peneliti terlibat

secara langsung dengan setting sosial penelitian, kedua, Bersifat Deskriptif dan

menekankan makna proses dari pada hasil penelitian, serta menggunakan

pendekatan analisis induktif.

Dalam penenlitian ini peneliti akan mendeskripsikan kualitas informasi,

yang diperoleh dilapangan, kemudian dijelaskankan permasalahannya untuk

kemudian ditarik kesimpulan untuk dijadikan rekomendasi bagi kebutuhan

pihak-pihak yang berkompeten dan tertarik terhadap masalah yang dijelaskan

dalam penelitian ini.

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan studi

kasus dan kualitatif. Penelitian kualitatif melihat kualitas informasi yang di

sampaikan oleh informen yang memahami dan terlibat secara langsung dalam

proses sosial. Penelitian Kualitatif akan berusaha mengkonstruksi realitas dan

memahami maknanya, Sehingga penelitian kualitatif sangat memperhatikan

proses, peristiwa dan otentisitas. Dalam penelitian kualitatif kehadiran nilai

peneliti bersifat eksplisit dalam situasi yang terbatas, melibatkan subjek dengan

jumlah relatif sedikit.

14
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif karena peneliti

bermaksud mendeskripsikan, menguraikan dan menggambarkan program

Bimbingan Ketrampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau

lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati. Dalam penelitian kualitatif

data yang diperoleh berupa informasi, keterangan dan berupa hasil-hasil

pengamatan. Penelitian kualitatif hasil pengamatan tidak disajikan dalam

bentuk numerik, melainkan dalam bentuk kata-kata sesuai dengan karakteristik

dari pendekatan kualitatif hingga diperoleh pemahaman-pemahaman yang

lebih mendalam dan lebih luas tentang pengamatan dibalik informasi selama

berinteraksi di lapangan Bogdan dan Taylor (Moleong, 2001: 3)

Dengan demikian, hal yang umum dilakukan ialah berkutat dengan

analisa tematik. Peneliti kualitatif biasanya terlibat dalam interaksi dengan

realitas yang ditelitinya. Penelitian kualitatif lebih mengutamakan penggunaan

logika induktif dimana kategorisasi dilahirkan dari perjumpaan peneliti dengan

informan di lapangan atau data-data yang ditemukan. Sehingga penelitian

kualitatif bercirikan informasi yang berupa ikatan konteks yang akan mengarah

pada pola-pola atau teori yang akan menjelaskan fenomena sosial (Creswell,

1994:4)

15
B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang, dengan alasan bahwa wilayah tersebut menjadi salah satu target

program Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar.

Ditetapkannya UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang sebagai upaya

untuk mendorong pemahaman anak terlantar tentang pentingnya produktifitas

dibidang keterampilan. Sistem pembinaan yang terprogram secara baik akan

memberikan kesadaran kepada anak terlantar tentang pentingnya keterampilan

dalam memperkuat produktifitas ditengah kehidupan sosial ekonomi

masyarakat. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 21 Juni sampai dengan

tanggal 21 Juli 2021.

C. Fokus Kajian

Fokus kajian dalam penelitian ini adalah masalah program Bimbingan

Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar. Program bimbingan ini

dipercaya dapat memberikan dampak positip bagi keberlangsungan hidup

penerima pelayanan (anak terlantar) dalam kehidupan bermasyarakat.

D. Informen Penelitian

Penelitian Kualitatif Deskriptif menurut Bogdan dan Taylor dalam

Moleong (2002: 2-3) yang mendefinisikan metode kualitatif sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis ataupun

lisan dari orang-orang dan prilaku yang dapat diamati. Orang-orang yang

diteliti dianggap berkompeten dan mampu memahami substansi masalah yang

diteliti. Dengan demikian penentuan informen dilaksanakan secara purposive

16
yakni berdasarkan pertimbangan khusus peneliti. Informan yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Kepala UPT Kesos Anak di Kupang, Kepala Seksi,

Pekerja Sosial, instruktur keterampilan, anak terlantar dan peneliti sebagai

informen kunci (key informan)

E. Sumber Data Penelitian.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua jenis sumber data yakni:

1. Sumber Data Primer, yaitu sumber data yang diperoleh penulis langsung di

lapangan yang berkaitan dengan substansi masalah yang akan diteliti.

2. Sumber Data Sekunder, yaitu sumber data yang diperoleh penulis melalui

sumber-sumber resmi yang berada pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang.

F. Teknik Pengumpulan Data.

Teknik penggumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi, yaitu penulis sebagai peneliti melakukan pengamatan secara

langsung terhadap obyek masalah yang diteliti di lokasi penelitian. Alasan

peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistis

perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu

mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran

terhadap aspek tertentu, melakukan umpan balik terhadap pengukuran

tersebut.

17
2. Wawancara, yaitu pengumpulan data yang diperoleh penulis melalui

wawancara tanya jawab antara peneliti dan informen secara langsung. Para

informen memberikan data-data yang diperlukan penulis dalam penelitian.

3. Studi dokumen, yaitu informasi yang diperoleh peneliti pada lokasi

penelitian berupa laporan-laporan operasional, catatan-catatan dalam bentuk

dokumen maupun aturan-aturan yang menyangkut tentang materi yang

diteliti. Studi dokumen dilakukan untuk mengumpulkan data yang

bersumber dari arsip dan dokumen, baik yang berada di tempat penelitian,

ataupun yang berada di luar tempat penelitian yang berhubungan dengan

masalah penelitian.

G. Tenik Analisa Data.

Menurut Sugiyono (2007:335) menyatakan analisis data kualitatif adalah

proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil

pengamatan (observasi), wawancara, catatan lapangan dan studi dokumentasi

dengan cara mengorganisasikan data ke sintesis, menyusun ke dalam pola,

memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari dan membuat

kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.

Sedangkan menurut Miles dan Huberman, analisis data kualitatif adalah

tentang mempergunakan kata-kata yang selalu disusun dalam sebuah teks yang

diperluas, atau dideskripsikan. (Iskandar,2009:138). Analisis data model Miles

dan Huberman yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam analisis data model

Miles dan Huberman terdapat langkah-langkah sebagai berikut; Reduksi data,

18
Display/Penyajian data dan Kesimpulan/Verifikasi. Model ini dapat dilihat

pada penjelasan di bawah ini:

a. Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pengumpulan data penelitian.

Seorang peneliti dapat menemukan kapan saja waktu untuk menemukan

data yang banyak, apabila peneliti mampu melakukan metode wawancara,

observasi, atau dari berbagai dokumen yang berhubungan dengan subjek

yang diteliti. Pada tahap ini peneliti harus mampu merekam data lapangan

dalam bentuk catatan-catatan lapangan (field note), harus ditafsirkan atau

di seleksi masing-masing data yang relevan dengan fokus masalah yang

diteliti. Dalam penelitian ini, segala data yang didapat melalui,

wawancara, observasi dan studi dokumentasi akan dideskripsikan,

ditafsirkan/dimaknai sesuai dengan fokus penelitian.

b. Penyajian data.

Setelah melakukan proses reduksi data, kegiatan selanjutnya

yakni menyajikan data yang telah direduksi dalam kelompok atau bagian-

bagian tertentu. Dalam penelitian ini data yang didapatkan akan disajikan

dalam bentuk teks naratif, matriks dan bagan. Biasanya dalam penelitian

kita mendapat data yang banyak, akan tetapi tidak semua data yang kita

peroleh dapat kita paparkan secara keseluruhan. Untuk itu dalam

menyajikan data, data dapat dianalisis oleh peneliti untuk disusun secara

sistematis sehingga data yang diperoleh dapat menjelaskan atau menjawab

masalah yang diteliti.

19
c. Mengambil Kesimpulan atau Verifikasi

Mengambil kesimpulan merupakan analisis lanjutan dari reduksi

data, dan display data sehingga data dapat disimpulkan, dan peneliti masih

berpeluang menerima masukan. Penarikan kesimpulan sementara, masih

dapat diuji kembali dengan data di lapangan, dengan cara merefleksi

kembali, peneliti dapat melakukan triangulasi maupun member cek

sehingga kebenaran ilmiah dapat dicapai. Bila proses siklus interaktif ini

berjalan dengan kontinyu dan baik, maka keilmiahan hasil penelitian dapat

diterima. Setelah hasil penelitian diuji kebenarannya, maka peneliti dapat

menarik kesimpulan dalam bentuk deskriptif sebagai laporan penelitian.

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

1. Sejarah Berdirinya UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

a. Pada Tahun 1959, mulai dirintis dan dibangun sebuah asrama seluas

245M2 yang diprakarsai oleh :

- Bapak A. Yohanes (Alm.) mantan Kepala Jawatan Sosial Tingkat I

Nusa Tenggara Timur.

- Bapak L.M. Frans (Alm.) Kepala Kantor Wilayah Departemen

Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur.

b. Pada Tahun 1962, mulai melaksanakan kegiatan Operasional/Pelayanan

terhadap 30 orang anak terlantar di Kota Kupang yang dipimpin

langsung oleh Bapak L.M. Frans.

c. Pada Tahun 1982, sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial RI No.

32/HUK/Kep/V/1982 nama asrama dirubah menjadi Sasana

Penyantunan Anak (SPA) Riang Kupang yang dikepalai oleh Bapak

Drs. Arnol Ola.

d. Pada Tahun 1994, sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial RI No.

14/HUK/1994 nama Sasana Penyantunan Anak (SPA) Riang Kupang

dirubah menjadi Panti Sosial Anak Riang Kupang yang dikepalai oleh

Bapak Drs. Andi Daulima.

21
e. Pada Tahun 1995, sesuai Surat Keputusan Menteri Sosial RI No.

22/HUK/1995 nama Panti Sosial Anak (PSA) Riang Kupang diubah

menjadi Panti Sosial Asuhan Anak Riang Kupang.

f. Pada Tahun 2001, sesuai Surat Peraturan Daerah No. 05/ tanggal 11

Juni 2001 nama Panti Sosial Asuhan Anak Riang Kupang berubah

menjadi Seksi Asuhan Anak Riang pada UPTD Panti Pengembangan

dan Penyantunan Sosial dilingkungan Dinas Sosial Provinsi Nusa

Tenggara Timur. Panti ini dipimpin oleh Bapak Drs. Muhammad

Syabhan,

g. Karena jangkauan wilayah pelayanan dan jumlah penerima manfaat

semakin banyak, maka pada tahun 2002, lokasi pelayanan dipindahkan

ke Naibonat Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang. Sedangkan

pembangunan gedung panti di Naibonat dimulai dari Tahun 1998.

h. Sesuai Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor 36 tanggal 3

November 2008 Tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana

Teknis Dinas dan Badan Provinsi Nusa Tenggara Timur, maka

nomenklatur berubah lagi menjadi UPT Panti Sosial Pelayanan Anak

Riang Naibonat-Kupang yang dipimpin oleh Kepala Panti Drs. Yulius

Riwu,SH.M.Si

i. Pada tahun 2016 berdasarkan Peraturan Gubernur Nusa Tenggara

Timur Nomor 90 tanggal 5 Desember 2016 Tentang Organisasi dan

Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas dan Badan Provinsi Nusa

Tenggara Timur, maka nomenklatur berubah lagi menjadi UPT

22
Kesejahteraan Sosial Anak di Kupang dengan penggabungan UPT

wilayah Sumba Barat dan wilayah Lembata menjadi satu Unit

Pelayanan Teknis dibawah pengawasan Kepala Dinas Sosial Provinsi

Nusa Tenggara Timur dengan dikepalai oleh satu orang Kepala UPT

yakni Dra. Helena Marianne sampai saat ini.

2. Letak, Batas dan Luas Wilayah.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang terletak di Jalan Timor Raya KM 36 RT 01 RW 01 Kelurahan

Naibonat, Kecamatan Kupang Timur Kabupaten Kupang, dengan luas

wilayah ± 4,5 Ha. Berdasarkan letak geografis dan wilayah maka UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berada didataran rendah yang

dikelilingi oleh kantor-kantor pemerintahan dan pemukiman penduduk

dengan batas wilayah sebagai berikut :

- Sebelah Timur berbatasan dengan pemukiman penduduk.

- Sebelah Barat berbatasan dengan Panti Rehabilitasi anak milik

kementerian Sosial Republik Indonesia.

- Sebelah Utara berbatasan dengan perumahan Pondok Perwai warga eks

pengungsi Timor-Timur.

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Markas TNI Angkatan Darat

Yonsipur.

Dilihat dari letak dan jarak UPT ini aman dari hiruk pikuk lalu lintas

kendaraan di jalan Timor Raya karena posisinya tidak tepat di depan jalan

namun berjarak kira-kira 100 meter dari jalan raya, hal ini memudahkan

23
para penghuni yang mayoritas anak usia sekolah untuk lebih berkonsentrasi

dalam kegiatan bimbingan belajar maupun kegiatan-kegiatan bimbingan

lainnya yang dilaksanakan oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang seperti bimbingan keterampilan. Dengan lahan yang cukup luas

sangat mendukung dilaksanakan bimbingan keterampilan khususnya

pertanian dan peternakan.

3. Visi, Misi dan Tujuan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

a. Visi
Terwujudnya manusia terdidik, berkepribadian matang dan luhur,

berdedikasi serta mempunyai keterampilan dan bakat yang dapat

menopang hidupnya, keluarga dan masyarakat.

b. Misi

- Mengembangkan prakarsa dan peran aktif keluarga dan masyarakat

dalam proses pelayanan anak melalui kegiatan sistem Panti.

- Memelihara dan memperkuat stabilitas sosial dan integritas sosial

melalui pembinaan semangat kesetiakawanan sosial dan kemitraan.

- Mencegah dan mengendalikan, serta mengatasi permasalahan sosial

yang dihadapi penerima manfaat yang tidak diharapkan dari proses

krisis sosial ekonomi, arus informasi, dan globalisasi.

- Mengatasi kesenjangan sosial, pendidikan kepada keluarga dan

masyarakat rentan.

- Memberikan pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar

tanpa membedakan suku, agama dan ras.

24
c. Tujuan

- Tersedianya pelayanan kesejahteraan sosial anak dengan cara

membantu membimbing anak agar menjadi anggota masyarakat yang

dapat hidup layak dan penuh tanggung jawab baik terhadap dirinya,

keluarga maupun masyarakat.

- Terpenuhinya kebutuhan anak akan kelangsungan hidup untuk

tumbuh kembang dan memperoleh perlindungan antara lain dengan

minghindarkan anak dari kemungkinan keterlantaran pertumbuhan

dan perkembangan jasmani, rohani dan sosialnya.

- Terbentuknya anak dalam mempersiapkan pengembangan potensi dan

kemampuan secara memadai dalam rangka memberikan bekal untuk

kehidupan dan penghidupannya dimasa mendatang.

- Terbantunya keluarga dan orang tua dalam memenuhi delapan fungsi

keluarga yakni fungsi agama, fungsi sosial budaya, fungsi cinta kasih,

fungsi perlindungan, fungsi reproduksi, fungsi sosialisai pendidikan,

fungsi ekonomi dan fungsi lingkungan.

4. Keadaan Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

a. Keadaan Pegawai Berdasarkan Status Kepegawaian.

Jumlah Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

sebanyak 24 orang, yang terdiri dari Pegawai Negeri Sipil sebanyak 14

orang, yang mempunyai status sebagai pegawai tetap dan pegawai

honorer sebanyak 10 orang yang berstatus sebagai pegawai tidak tetap.

25
Adapun Keadaan Pegawai pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang berdasarkan status kepegawaian dapat dilihat pada tabel

yang tertera di bawah ini:

Tabel 1
Keadaan Pegawai berdasarkan Status Kepegawaian tahun 2021

No Pegawai/Karyawan Jumlah Total Prosentase


L P Jumlah
1 PNS 10 4 14 58,33%
2 Honorer 5 5 10 41,67%
Jumlah 15 9 24 100%

Sumber Data : Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang


Kupang.

Keadaan pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang berdasarkan status kepegawaian di atas, diperoleh gambaran

bahwa dari total jumlah pegawai sebanyak 24 orang, Pegawai Negeri

Sipil sebanyak 14 orang (58,33%) dan Pegawai Honorer sebanyak 10

orang (41,67%). Dari keseluruhan jumlah pegawai tersebut di atas

terdapat 6 orang (25%) pegawai yang profesional dibidang pekerjaan

sosial dengan latar belakang pendidikan kesejahteraan sosial. Dari 6

orang yang ada 5 berstatus sebagai Pegawai Negeri Sipil sedangkan 1

orang sebagai tenaga honorer.

Dengan demikian maka proses pelayanan kesejahteraan sosial

terhadap penerima manfaat dapat dilakukan secara profesional sesuai

dengan ketentuan atau prosedur pekerjaan sosial yang ada di UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

26
b. Keadaan Pegawai berdasarkan Jenis Kelamin.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang membangun semangat gender dalam setiap pelaksaaan tugas.

Langkah ini diambil oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang sebagai wujud nyata dalam menjawab program pemerintah

tentang keterlibatan 30 persen perempuan pada sektor publik. Selain

itu, peran gender juga sangat urgen untuk menjaga keseimbangan dan

keselarasan dalam proses pelayanan terhadap penerima manfaat/anak

binaan dimana jumlah penerima manfaat yang dilayani tidak hanya

berjenis kelamin laki-laki tetapi juga banyak yang berjenis kelamin

perempuan.

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang menempatkan

pegawai baik perempuan maupun laki-laki pada jabatan-jabatan yang

sesuai dengan kemampuan dan keahlian yang dimiliki. Dengan

demikian diharapkan peran perempuan menjadi mitra yang sepadan

dengan laki-laki dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab sesuai

tugas pokok dan fungsi masing-masing. Keadaan pegawai berdasarkan

jenis kelamin dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 2
Keadaan Pegawai Berdasarkan Jenis Kelamin tahun 2021.
No Jenis Kelamin Jumlah Prosentase
1 Laki-Laki 15 62,5%

2 Perempuan 9 37,5%
Jumlah 24 100%
Sumber Data : Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

27
Dari sumber data kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang di atas, maka diperoleh gambaran bahwa dari total jumlah

pegawai sebanyak 24 orang (100%), jumlah pegawai yang berjenis

kelamin laki-laki sebanyak 15 orang (62,5%) dan yang berjenis kelamin

perempuan sebanyak 9 orang (37,5%). Hal ini menunjukan bahwa dengan

prosentase perempuan yang melampaui 30 persen telah memenuhi syarat

30 persen keterlibatan perempuan dalam sektor publik khususnya instansi

pemerintah.

c. Keadaan Pegawai berdasarkan Agama.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang memprioritaskan nilai-nilai agama sebagai alat ukur utama dalam

pembentukan moral pegawai. karena dalam ajaran agama mengajarkan

tentang hal-hal yang positip/kebaikan-kebaikan dan sikap perilaku yang

sesuai dengan tuntutan atau rambu-rambu yang telah digariskan dalam

kehidupan beragama dan bermasyarakat.

Dalam sudut pandang Negara, pemerintah menjamin kemerdekaan

beragama seperti tertuang dalam batang tubuh UUD 1945 pasal 29 ayat 1

dan 2 bahwa Negara berdasarkan atas Ketuhanan Yang Maha Esa dan

Negara menjamin kemerdekaan tiap-tiap penduduk untuk beribadah sesuai

dengan agama dan keyakinannya masing-masing. Dasar pemikiran ini

menjadi dasar bagi UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang untuk

menjaga kemajemukan beragama dengan menciptakan hubungan toleransi

28
yang baik antara pemeluk agama dikalangan pengawai UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang.

Untuk mengetahui jumlah Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang berdasarkan agama termuat dalam tabel berikut:

Tabel 3
Keadaan Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang
berdasarkan Agama keadaan Tahun 2021.
No Agama Jumlah Prosentase
1 Islam 2 8,33 %
2 Katolik 9 37,5 %
3 Protestan 13 54,17 %
4 Hindu - -
5 Budha - -
Jumlah 24 100%

Sumber Data : Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

Dari sumber data Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang di atas maka diperoleh gambaran bahwa dari total jumlah Pegawai

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berdasarkan Agama

sebesar 24 orang (100%), lebih didominasi oleh pegawai yang beragama

Kristen Protestan sejumlah 13 0rang (54,17%), kemudian diikuti Pegawai

yang beragama Kristen Khatolik 9 orang (37,5%) dan selanjutnya

pegawai yang beragama Islam sebanyak 2 orang (8,332%) serta pegawai

yang beragama Hindu dan Budha tidak ada (0%).

29
Dengan demikian maka diperoleh kesimpulan bahwa Pegawai

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang lebih banyak didominasi

oleh Pegawai yang beragama Kristen Protestan.

d. Keadaan Pegawai berdasarkan pangkat dan golongan.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang memiliki pegawai dari berbagai pangkat dan golongan. Pangkat

dan golongan ini menjadi patokan dasar kinerja pegawai pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Pangkat dan golongan menjadi

dasar nilai senioritas para Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang. Pangkat dan golongan diperoleh dan di ukur berdasarkan

peraturan yang berlaku pada Badan Kepegawaian Negara Republik

Indonesia yang menjadi perpanjangan tangan Kementerian Pendayagunaan

Aparatur Negara Republik Indonesia. Pangkat dan golongan ini didasarkan

lama masa kerja, dan atau jenjang pendididikan dan jenjang karir yang

dimiliki oleh Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

Standar penilaian bagi pegawai yang layak menduduki jabatan

Struktural pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang khususnya

jajaran struktural pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

berdasarkan pangkat dan golongan, dimana semakin tinggi pangkat dan

golongan menjadi indikator penilaian terhadap pengalaman dan keahlian

serta kemampuan seorang Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang untuk menduduki jabatan struktural.

30
Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang memiliki

jenjang kepangkatan serta golongan yang terstruktur secara hirarkhis

seperti tergambar dalam tabel berikut :

Tabel 4
Keadaan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berdasarkan
Pangkat/ Golongan keadaan Tahun 2021.
No Pangkat/ Golangan Jumlah Prosentase
1 Golongan 1V 1 4,17 %
2 Golongan III 8 33,33%
3 Golongan II 5 20,83 %
4 Non Golongan 10 41,67 %

Jumlah 24 100%
Sumber Data : Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

Dari sumber data Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang di atas, maka diperoleh gambaran bahwa dari total jumlah

Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang sebesar 24

Pegawai (100%), lebih didominasi Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang Non Golongan sejumlah 10 orang (41,67%).

Kemudian diikuti oleh Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang golongan III sebesar 8 orang (33,33%) selanjutnya Pegawai

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang golongan II sebesar 5

orang (17,95%), Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang Golongan IV sebesar 1 orang (4,17%),.

Dengan demikian maka diperoleh kesimpualan bahwa Pegawai

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang lebih banyak didominasi

31
oleh Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang non

golongan atau honorer, sehingga mempengaruhi kinerja dan kebijakan

organisasi pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

e. Keadaan Pegawai berdasarkan tingkat pendidikan.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang terus melakukan peningkatan Sumber Daya Manusia (SDM)

melalui pendidikan karir bagi pegawainya, baik dari aspek skill maupun

aspek pendidikan formal, hal ini dilakukan karena UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang perlu melakukan perubahan mengikuti

regulasi pendidikan sesuai ketentuan pemerintah dibidang pendidikan.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang merasa penting akan pendidikan formal bagi pegawainya. Hal ini

dilakukan sebagai tindak lanjut dari Undang-Undang Nomor 20 Tahun

2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintah

Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.

Pegawai Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang dituntut untuk melanjukan pendidikan ke perguruan

tinggi, karena itu pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang diberikan ijin belajar untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan

tinggi sesuai dengan jurusan yang berkaitan dengan tugas dan peran

institusi tempat dimana pegawai yang bersangkutan bekerja.

32
Untuk mengetahui keadaan Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat pada

tabel di bawah ini:

Tabel 5

Keadaan Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

berdasarkan Pendidikan keadaan Tahun 2021.

No Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase


1 Serjana Strata 1 10 41,67%
2 Sarjana Muda/Diploma 3 4 16,67%
3 SLTA/Sederajat 10 41,67%
4 SMP/Sederajat - -
5 SD/Sederajat - -

Jumlah 24 100%
Sumber Data: Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

Dari sumber data kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang di atas, diperoleh gambaran bahwa dari total jumlah Pegawai

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang sebanyak 24 Pegawai

(100%), terjadi keseimbangan antara pegawai yang berpedidikan Strata-1

dan yang berpendidikan Sekolah Menengah Umum atau yang sederajat

yakni masing-masing sebanyak 10 orang (41,67%), kemudian pegawai

yang berpendidikan Diploma 3 sebanyak 4 orang (16,67%). Dengan

demikian maka jumlah Pegawai UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang lebih didominasi oleh pegawai yang berpendidikan Sarjana

Strata-1 dan berpendidikan Sekolah Menengah Umum atau yang

sederajat.

33
5. Struktur Organisasi UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

Organisasi dan tata kerja UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang didasarkan pada Peraturan Gubernur Nusa Tenggara Timur Nomor

36 Tahun 2008, UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan

salah satu unit pelaksana teknis pada Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara

Timur. Dalam melaksanakan tugas pelayanan dan admininstrasi

perkantoran Kepala UPT dibantu oleh Kasubag Tata Usaha, Kepala Seksi,

Pekerja Sosial fungsional dan staf. Dalam melaksanakan tugas dan

pelayanan di UPT, Kepala UPT bertanggung jawab kepada Kepala Dinas

Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Adapun Struktur Organisasi pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang sebagai berikut:

Struktur Organisasi UPT Kesejahteraan Sosial


Anak Riang Kupang

KEPALA UPT
DRA, HELENA MARIANNE

KASUBAG TU
KELOMPOK ROSALIA PERADA,S.SOS
FUNGSIONAL

KEPALA SEKSI KEPALA SEKSI


SIMAO SOARES,AKS MARTINO M.D. ARAUJO,SST

34
6. Keadaan Anak Terlantar/Penerima Manfaat.

a. Keadaan penerima manfaat berdasarkan daerah asal.

Wilayah sasaran pelayanan UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang meliputi 9 (Sembilan) kabupaten kota yakni Kota

Kupang, Kabupaten Kupang, Kabupaten TTS, Kabupaten TTU,

Kabupaten Malaka, Kabupaten Belu, Kabupaten Rote Nda, Kabupaten

Sabu Raijua dan Kabupaten Alor. Untuk itu dalam proses seleksi atau

perekrutan calon penerima manfaat selalu berasal dari 9 daerah tersebut.

Untuk mengetahui keadaan penerima manfaat berdasarkan daerah asal

tahun 2021 dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 6

Data Penerima Manfaat berdasarkan Daerah Asal Tahun 2021

No Kota/Kabupaten Jumlah Prosentase


1 Kota Kupang 9 10 %
2 Kabupaten Kupang 14 15,56 %
3 Kabupaten TTS 12 13,33 %
4 Kabupaten TTU 12 13,33 %
5 Kabupaten Malaka 7 7,78 %
6 Kabupaten Belu 10 11,11 %
7 Kabupaten Rote Ndao 6 6,67 %
8 Kabupaten Sabu Raijua 9 10 %
9 Kabupaten Alor 11 12,22 %
11 Jumlah 90 100 %
Sumber Data : Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak “RIANG“
Kupang Tahun 2021

35
Penyebaran asal anak-anak asuh di UPT Kesejahteraan Sosial

Anak “RIANG“ Kupang sebagaimana nampak pada data tabel di atas

menunjukan bahwa Kabupaten Kupang mendominasi jumlah anak

terlantar yang diasuh pada tahun 2021 yakni sebanyak 14 orang atau

15,56 %, disusul Kabupaten TTS dan TTU sebanyak 12 orang atau

13,33 %, dan Kabupaten Rote Ndao dengan jumlah paling sedikit yakni

6 orang atau 6,67 %. Kabupaten Kupang mendominasi jumlah penerima

manfaat salah satu faktor karena lokasi UPT yang berada di Kabupaten

Kupang sehingga tidak menyulitkan keluarga penyandang masalah

kesejahteraan sosial untuk datang mendaftarkan anaknya agar dapat

memperoleh pelayanan kesejahteraan sosial pada UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang.

b. Keadaan penerima manfaat berdasarkan tahun masuk Panti.

Keadaan penerima manfaat berdasarkan tahun masuk Panti

lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 7

Data keadaan penerima manfaat berdasarkan tahun Masuk


Tahun Jenis Kelamin
No Jumlah
Masuk L P Prosentase
1 2017 48 42 90 19,57%
2 2018 50 42 92 20%
3 2019 50 44 94 20,43%
4 2020 45 49 94 20,43%
5 2021 40 50 90 19,57%
Jumlah 233 227 460 100%
Sumber Data: Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Kupang tahun 2021

36
Dari data tahun masuk penerima manfaat pada tabel di atas

maka dapat dijelaskan bahwa pada tahun 2019 dan 2020 terjadi

peningkatan dalam penerimaan anak binaan/penerima manfaat yakni

sebanyak masing-masing 94 orang atau 20,43% bila dibandingkan

dengan tahun 2017 dan 2021 yang hanya 90 orang atau 19,57% dan

tahun 2018 sedikit mengalami peningkatan yakni 92 orang atau 20%.

Secara normal UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang setiap

tahun anggaran membina 90 orang penerima manfaat namun dalam

tahun berjalan dimungkinkan terjadinya terminasi atau pemutusan

pelayanan kesejahteraan sosial atas permintaan pribadi atau dikeluarkan

karena melakukan pelanggaran tata tertib berat seperti perbuatan

asusila.

c. Keadaan penerima manfaat berdasarkan jenis keterlantaran.

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang dalam merekrut

calon penerima manfaat dilakukan melalui proses seleksi, dimana

daerah yang menjadi sasaran kegiatan ini didatangi langsung oleh

petugas seleksi di damping oleh petugas sosial dari Dinas Sosial

Kabupaten setempat. Proses seleksi ini dilaksanakan untuk memperoleh

calon penerima manfaat yang benar-benar memenuhi syarat untuk

disantun dan dibina di dalam Panti. Seleksi dilaksanakan dengan

metode observasi lapangan dan wawancara langsung dengan pihak

keluarga calon penerima manfaat maupun dengan pihak Dinas Sosial

setempat, Kepala Desa bahkan RT/RW. Setelah semua data seleksi

37
terkumpul dan dinyatakan layak untuk disantun dipanti maka langsung

dibawa atau dihantar oleh keluarga didampingi petugas dari Dinas

Sosial Kabupaten. Untuk mengetahui populasi penerima manfaat pada

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berdasarkan jenis

keterlantaran dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 8
Data penerima manfaat berdasarkan Jenis Keterlantaran tahun 2021
No Jenis Keterlantaran Jumlah Persentase
1 Yatim 19 21,11 %
2 Piatu 9 10,00 %
3 Yatim Piatu 14 15,55 %
4 Keluarga Pisah 16 17,77 %
5 Keluarga Miskin 26 28,88 %
6 Korban KDRT 6 6,66 %
Jumlah 90 100 %
Sumber Data: Kantor UPT Kesos Anak Riang Kupang tahun 2021

Berdasarkan tabel data di atas, menunjukan bahwa penerima

manfaat yang berasal dari keluarga miskin lebih banyak yakni 26 orang

atau 28,88%, selanjutnya berturut-turut anak yatim sebanyak 19 orang

atau 21,11%, anak yang berasal dari keluarga pisah sebanyak 16 orang

atau 17,77%, anak dari keluarga yatim piatu 14 orang atau 15,55%,

anak piatu 9 orang atau 10% dan anak korban KDRT sebanyak 6 orang

atau 6,66%. Dengan berbagai macam latar belakang permasalahan

sosial yang kompleks dan variatif ini membutuhkan pekerja sosial yang

professional dibidangnya untuk mampu memecahkan permasalahan

yang mereka hadapi.

d. Keadaan penerima manfaat berdasarkan tingkat Pandidikan.

38
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20

Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Ayat 1,

“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia,

serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan

negara”.  Dari rumusan tersebut dapat dinyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha yang harus direncanakan secara matang dalam suatu

sistem yang baik.  Pendidikan diarahkan untuk terwujudnya proses

pembelajaran dalam suasana belajar, yang berarti terbentuknya

masyarakat belajar (learning society).  Dalam hal ini peserta didik

secara aktif mengembangkan potensi dirinya, atau berarti penekanan

pada sifat kemandirian peserta didik.  Semua upaya tersebut ditujukan

pada pengembangan kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri

dan kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, dan keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.  Jadi pendidikan di

Indonesia memiliki dimensi yang luas, mulai dari individu, sosial,

psikologi, spiritual, etika-moralitas, intelektual, profesional, sampai ke

politik-kebangsaan. Untuk menjawab semua itu UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang tetap komitmen untuk membantu anak-anak

terlantar dengan memasukan mereka pada lembaga pendidikan formal

yang berada di Kabupaten Kupang dari tingkat SD sampai SMA/SMK.

39
Kondisi penerima manfaat berdasarkan tingkat pendidikan dapat dilihat

pada tabel berikut ini:

Tabel 9

Data penerima manfaat berdasarkan Tingkat Pendidikan keadaan 2021

No Jenjang Pendidikan Jumlah Prosentase

1 Sekolah Dasar/SD 3 3,33%

2 Sekolah Menengah Pertama/SMP 14 15,56%

3 Sekolah Menengah Kejuruan/SMK 60 66,67%

4 Sekolah Menengah Atas/SMA 13 14,44%

Jumlah 90 100%

Sumber Data: Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang


Tahun 2021

Dari data yang tertera pada tabel di atas terlihat bahwa penerima

manfaat yang berada pada tingkat pendidkan SMK lebih banyak yakni 60

orang atau 66,67% sedangkan pada tingkat SD berjumlah paling kecil

yakni 3 orang atau 3,33%. Hal ini menunjukan bahwa penerima manfaat

yang disantun pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

didominasi oleh mereka yang tingkat pendidikannya lebih tinggi. Hal ini

penting karena mereka bisa menjadi teladan yang baik bagi penerima

manfaat lain yang tingkat pendidikannya lebih rendah. Selain itu bisa

juga membantu untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah yang

merupakan pekerjaan rumah.

e. Keadaan penerima manfaat berdasarkan Agama

40
UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan

lembaga kesejahteraan sosial anak milik pemerintah yang bersifat bebas

dan terbuka bagi semua kalangan masyarakat dari berbagai macam

agama dan aliran kepercayaan. Bebas dan terbuka artinya tidak

mengisaratkan agama dan aliran-aliran kepercayaan tertentu untuk

diterima namun terbuka bagi semua agama. Sebagai lembaga milik

pemerintah toleransi antar umat beragama sangat dijunjung tinggi di

lembaga ini. Untuk mengetahui kondisi penerima manfaat berdasarkan

agama dan aliran kepercayaan, dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 10

Data penerima manfaat berdasarkan Agama tahun 2021

No Nama agama Jumlah Prosentase


1 Islam 3 3,33%
2 Kristen Katolik 35 38,89
3 Kristen Protestan 52 57,78%
4 Hindu - 0%
5 Budha - 0%
Jumlah 90 100%
Sumber Data: UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang tahun 2021

Dari tabel keadaan penerima manfaat berdasarkan agama di atas

menunjukan bahwa jumlah penerima manfaat yang beragama Kristen

protestan lebih besar yakni sebanyak 52 orang atau 57,78% , selanjutnya

Kristen Katolik sebanyak 35 orang atau 38,89%, Islam 3 orang atau

3,33%, sedangkan penerima manfaat yang menganut agama hindu dan

budha tidak ada atau 0%. Hal ini disebabkan karena mayoritas penduduk

41
yang menjadi sasaran pelayanan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang (6 kabupaten kota yang berada didaratan Timor, Kabupaten Sabu

Raijua, Kabupaten Rote Ndao dan Kabupaten Alor) beragama Kristen

Protestan sedangkan yang beragama Hindu dan Budha sangat sedikit dan

tidak memenuhi syarat untuk disantun dan dibina dalam Panti karena

berasal dari keluarga mampu.

f. Keadaan penerima manfaat berdasarkan Jenis Keterampilan yang

diminati.

Bimbingan keterampilan menjadi salah satu program utama UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang untuk mengurangi angka

kemiskinan masyarakat melalui pengembangan keterampilan sesuai

dengan minat dan bakat penerima manfaat agar ketika selesai masa

santunan diharapkan dengan bekal keterampilan yang dimiliki bisa

dikembangkan untuk menolong diri sendiri, keluarga dan masyarakat

pada umumnya.

Jenis-jenis keterampilan yang menjadi program tetap dan

berkelanjutan dari UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

berfariatip dan telah diprogramkan sesuai dengan perkembangan jaman

sekarang sehingga memudahkan penerima manfaat dalam mempelajari,

memahami dan mampu menerapkannya dalam dunia kerja kelak, ketika

kembali ke keluarga/masyarakat.

42
Untuk mengetahui keadaan penerima manfaat berdasarkan jenis

keterampilan yang diminati dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 11

Keadaan Penerima Manfaat berdasarkan Jenis Keterampilan


yang dipilih atau diminati tahun 2021
Jumlah
No Jenis Keterampilan Jumlah seluruhnya Prosentase
L P
1 Pertanian 30 20 50 55,55%
2 Peternakan 15 10 25 27,77%
3 Pertukangan Kayu 10 - 10 11,11%
4 Kerajinan Tangan 20 25 45 50%
5 Las 8 - 8 8,88%
6 Komputer 50 40 90 100%
Sumber Data: Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Kupang tahun 2021

Data yang tertera pada tabel di atas, menggambarkan bahwa

penerima manfaat yang berminat untuk mengikuti bimbingan keterampilan

komputer sebanyak 90 orang atau 100%, selanjutnya secara berurutan

keterampilan pertanian 50 orang atau 55,55%, Kerajinan tangan 45 orang

atau 50%, peternakan 25 orang atau 27,77%, pertukangan kayu 10 orang

atau 11,11% dan yang paling kurang diminati adalah keterampilan Las

sebanyak 8 orang atau 8,88%. Hal ini disebabkan karena jenis keterampilan

ini membutuhkan kemauan dan minat yang tinggi dari penerima manfaat

untuk terlibat didalamnya. Jenis keterampilan Las ini hanya diminati oleh

penerima manfaat yang laki-laki karena termasuk jenis bimbingan

keterampilan yang rumit, berat dan rentan terhadap kecelakaan kerja karena

menggunakan arus listrik secara langsung. UPT Kesejahteraan Sosial Anak

43
Riang Kupang secara kontinyu mengasah pengetahuan dan keterampilan

anak terlantar pada bidang keterampilan yang telah dipilih sesuai dengan

minat dan bakat masing-masing anak. Tahun 2021 program bimbingan

keterampilan bagi anak terlantar yang dilakukan oleh UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang, berjumlah 90 orang dan disesuaikan dengan

anggaran yang tersedia dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan

Kerja Perangkat Daerah (DPA-SKPD) tahun 2021.

Dengan demikian maka proses pembinaan yang dilakukan oleh UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang tergantung pada besarnya

anggaran yang ditetapkan olen pemerintah terhadap kebutuhan Bimbingan

Keterampilan yang terdapat pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang.

g. Keadaan penerima manfaat berdasarkan kemandirian.

Dengan berbagai jenis keterampilan dan layanan sosial yang

diperoleh oleh penerima manfaat ketika masih dalam masa bimbingan

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang menjadikan mereka

banyak diminati oleh berbagai Dunia Usaha dan dipekerjakan dengan

penghasilan sesuai standar upah minimum yang ditetapkan oleh

pemerintah. Untuk mengetahui tingkat kemandirian penerima manfaat

setelah doterminasi lima tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah

ini:

44
Tabel 12

Data Penerima manfaat yang telah bekerja/mandiri lima tahun


terakhir
Terminasi Pekerjaan
No Sudah Belum Prosentase Keterangan
Tahun Jumlah
Kerja Kerja
1 2016 15 15 - 16,67% Sebagai petani,
kariawan & pegawai
2 2017 13 9 4 10% Sebagai petani,
Kariawan, pegawai &
mahasiswa
3 2018 20 14 6 15,55% Sebagai Kariawan dan
mahasiswa
4 2019 20 18 2 20% Sebagai Kariawan dan
mahasiswa
5 2020 22 19 3 21,11% Kariawan dan
mahasiswa
Jumlah 90 75 15 83,33%
Sumber Data: Kantor UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang tahun 2021

Data di atas menunjukan bahwa sejak lima tahun terakhir yakni tahun 2016

sampai dengan tahun 2020 UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang telah

melakukan terminasi terhadap 90 orang penerima manfaat dengan rincian tahun

2016 sebanyak 15 orang, tahun 2017 sebanyak 13 orang, tahun 2018 sebanyak 20

orang, tahun 2019 sebanyak 20 orang dan tahun 2020 sebanyak 22 orang. Dari

Sembilan puluh eks penerima manfaat 75 orang atau 83,33% terkategori mandiri

karena sudah bekerja sebagai kariawan swasta maupun pegawai pada instansi

pemerintah yang ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur, sedangkan 15 orang atau

16,77% belum bekerja karena ada yang masih kuliah.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang dalam lima tahun terakhir telah menjadikan anak binaan/penerima

manfaat mandiri sesuai dengan tujuan dari program tersebut walaupun tingkat

kesejahteraan hidup mereka masih rendah.

45
7. Persyaratan Penerimaan Calon Penerima Manfaat

Setiap calon penerima manfaat atau anak terlantar yang hendak masuk

untuk dibimbing di dalam Panti harus memenuhi syarat-syarat yang telah

ditetapkan, oleh sebab itu tidak semua anak yang berstatus sebagai anak

terlantar bisa diterima. Berikut ini persyaratan masuk UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang:

a. Kriteria Anak.

- Anak terlantar yang telah berusia sekolah 7-18 tahun.

- Anak yatim terlantar.

- Anak piatu terlantar.

- Anak yatim piatu terlantar.

- Anak yang orang tuanya mengalami penyakit kronis/cacat tubuh.

- Anak yang mengalami tindakan kekerasan fisik dan/seksual

berdasarkan rujukan instansi berwenang (Kepolisian, Dinas Sosial,

Lembaga sosial anak)

b. Persyaratan Administrasi.

- Pas Foto hitam putih 8 lembar.

- Surat keterangan tidak mampu dari desa.

- Akte kelahiran.

- Surat Nikah Orang Tua.

- Kartu golongan darah.

- Surat rekomendasi sari Dinas Sosial setempat.

- Ijazah (SD, SMP) dan Buku Rapor SD, SMP dan SMA/sederajat.

46
- Surat keterangan Sehat.

- Surat pindah sekolah (bagi siswa pindahan)

- Surat pernyataan Orang tua dan anak, Kontrak sosial (disiapkan oleh

lembaga)

c. Persyaratan Fisik.

- Tidak berperilaku ganda (banci/lesbian)

- Tidak cacat fisik dan mental.

- Tidak rabun mata.

- Tidak berkaca mata.

Persyaratan masuk panti ini wajib dipenuhi oleh keluarga calon

penerima pelayanan kesejahteraan sosial namun sebelum seorang calon

penerima pelayanan sosial dinyatakan memenuhi kriteria/syarat untuk

diterima, terlebih dahulu dilaksanakan penelusuran/home visit oleh tim

seleksi dari UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang bekerja sama

dengan tim seleksi dari Dinas Sosial Kabupaten setempat, untuk mengetahui

permasalahan sosial yang benar-benar dialami oleh calon penerima manfaat

sesuai dengan kriteria/syarat-syarat yang diberikan oleh pihak UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Apabila fakta lapangan

menunjukan bahwa calon penerima manfaat layak untuk diterima maka

selanjutnya pihak keluarga dan calon penerima manfaat dipersilahkan untuk

melengkapi berkas-berkas yang berhubungan dengan penerimaan dan

penempatan dalam Panti.

47
B. Pembahasan Hasil Penelitian.

Unit Pelaksana Teknis (UPT) Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis di Lingkup Dinas Sosial

Provinsi Nusa Tenggara Timur dan merupakan Lembaga Usaha Kesejahteraan

Sosial Anak, yang mempunyai tugas dan tanggung jawab memberikan

pelayanan kesejahteraan sosial kepada anak terlantar serta melaksanakan

penyantunan dan pengentasan anak melalui pelayanan pengganti atau

perwalian anak dalam memenuhi kebutuhan fisik, mental, sosial dan

keterampilan pada anak asuh sehingga memperoleh kesempatan yang luas,

tepat dan memadai bagi perkembangan kepribadian sesuai dengan yang

diharapkan sebagai bagian penerus cita-cita bangsa dan sebagai insan yang

turut serta aktif dalam bidang pembangunan kesejahteraan sosial. Agar dapat

berpartisipasi secara aktif dalam bidang pembangunan kesejahteraan sosial

maka UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang secara terprogram

menyiapkan berbagai jenis bimbingan terutama bimbingan keterampilan yang

bertujuan untuk memandirikan penerima manfaat sehingga tidak tergantung

kepada keluarga maupun masyarakat ketika kembali ke keluarga kelak.

1. Program Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

Program Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak

Terlantar Pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan

program Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur yang menggunakan

anggaran APBD I yang merupakan program rutin yang diselenggarakan

48
dalam satu tahun anggaran. Dana tersebut termuat dalam Dokumen

Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (DPA SKPD) Dinas

Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur UPT Kesejahteraan Sosial Anak di

Kupang.. Jumlah anggaran yang diterima oleh UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang tahun anggaran 2021 sebesar Rp. 2.515.000.000. (Dua

Miliar Limaratus Lima Belas Juta Rupiah). Dana tersebut dialokasikan

untuk membiayai semua program kegiatan pada UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang.

Dalam pelaksanaan observasi oleh penulis ditemukan hal bahwa

anak-anak terlantar dalam binaan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang adalah anak usia sekolah, karena itu anak-anak terlantar yang

mengikuti program pembinaan keterampilan tetap mengikuti kegiatan

pendidikan formal sesuai dengan jenjang pendidikan formal yang sedang

diikutinya ketika masih berada di daerah asal maupun sesuai dengan pilihan

sekolah dan jurusan yang diminati masing-masing penerima manfaat/anak

binaan ketika sudah berada di dalam Panti. Pagi mereka akan mengikuti

Pendidikan Fornal pada sekolah-sekolah yang ada di sekitar lokasi UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang, dan sorenya akan mengikuti

pembinaan keterampilan yang diselenggarakan oleh UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang.

Hasil observasi penulis juga menunjukan bahwa dalam proses

pembinaan keterampilan terhadap anak-anak terlantar pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang tidak dilaksanakan secara rutin,

49
akan tetapi disesuaikan dengan besaran kebutuhan aggaran yang diterima

dan dialokasikan untuk pembinaan keterampilan. Aggaran yang

dialokasikan untuk kegiatan pembinaan keterampilan dalam pengamatan

penulis menunjukan bahwa dalam satu tahun anggaran dialokasikan sebesar

Rp. 50.000.000 (Lima Puluh Juta Rupiah). Pos anggaran ini akan digunakan

untuk pembinaan anak terlantar, dengan jadwal kegiatan setiap satu minggu

satu kali kegiatan.

Untuk memperjelas observasi penulis terhadap kegiatan bimbingan

keterampilan yang dilaksanakan oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang terhadap penerima manfaat maka penulis selanjutnya melakukan

wawancara dengan Ibu Kepala UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang Dra. Helena Marianne sebagai berikut:

Peneliti: Bagaimana program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan

oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang dalam

memandirikan anak terlantar yang dibimbing di lembaga ini?

Kepala UPT:
“Program pembinaan keterampilan bagi anak terlantar pada UPT
Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan program Rutin Dinas
Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui dana DPA SKPD Dinas
Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur UPT Kesejahteraan Sosial Anak
Riang Kupang yang rutin diterima oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak
Riang Kupang setiap tahun anggaran. Jumlah dana yang diterima oleh UPT
Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang tahun anggaran 2021 sebanyak
Dua Miliar Limaratus Lima Belas Juta Rupiah pada tahun ini yang akan
dipergunakan untuk membiayai semua program kegiatan termasuk
bimbingan-bimbingan keterampilan seperti pertanian, peternakan,
pertukangan dan sebagainya dengan tujuan dapat memandirikan penerima
manfaat yang disantun dengan harapan ketika keluar dari lembaga sosial ini
dan kembali ke tengah-tengah keluarga dan masyarakat dapat berusaha
sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidupnya tanpa bergantung kepada
keluarga. Selain bimbingan keterampilan yang diberikan, penerima manfaat

50
juga diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk mengikuti pendidikan
formal di sekolah-sekolah sesuai dengan minat ataupun jurusan yang
dikehendaki. (Hasil wawancara tanggal 25 Juni 2021).

Hal senada dijelaskan pula melalui wawancara penulis dengan

Kepala Seksi Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang Simao Soares,AKS

sebagai berikut:

Peneliti: Bagaimana program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan

oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang dalam

memandirikan anak terlantar yang dibimbing di lembaga ini?

Kepala Seksi:
“Anak-anak terlantar dalam Binaan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang
Kupang adalah anak-anak usia sekolah yang dibiayai oleh pemerintah Nusa
Tenggara Timur untuk mendapatkan pendidikan formal dan non formal
yang salah satunya berupa bimbingan keterampilan. Mereka diasramakan
dalam pengawasan UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Dalam
aktifitas pagi mereka tetap mengikuti Pendidikan formal. dan pada sore hari
mereka akan mengikuti program pembinaan keagamaan, bimbingan fisik,
mental dan pendidikan keterampilan yang telah dijadwalkan sesuai program
UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Dalam jadwal UPT
Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang pendidikan keterampilan
dilaksanakan seminggu sekali selama satu tahun masa pembinaan selama
anak-anak tersebut terikat kontrak secara kelembagaan dengan Dinas Sosial
Provinsi Nusa Tenggara Timur. Target program adalah setelah selesai masa
masa bimbingan anak-anak terlantar memiliki keahlian dan keterampilan
yang dimilikinya guna menunjang pendidikan formal yang telah selesai
ditempunya pada tingkat SMU maupun SMK. Dengan bekal keterampilan
yang dimiliki tersebut masing-masing anak dapat berusaha dan mandiri di
masyarakat (Hasil Wawancara tanggal 26 Juni 2021).

Wawancara lebih lanjut dilakukan penulis terhadap Pekerja

Sosial atas nama Bapak Yohanes Bolo,A.Md tentang Program pembinaan

keterampilan terhadap kemandirian anak terlantar sebagai berikut:

51
Peneliti: Bagaimana program bimbingan keterampilan yang dilaksanakan

oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang dalam

memandirikan anak terlantar yang dibimbing di lembaga ini?

Pekerja Sosial:
“Dalam program pembinaan keterampilan ini anak-anak terlantar dalam
Asrama, mendapatkan semua fasilitas mulai dari kebutuhan makan minum,
kebutuhan peralatan mandi, kebutuhan pakaian, kebutuhan pendidikan
formal dalam bentuk buku dan pakaian sekolah, kebutuhan fasilitas
informasi berupa internet. Dan untuk kebutuhan pendidikan formal mereka
didaftarkan untuk bersekolah pada sekolah umum terdekat sesuai dengan
jurusan yang mereka geluti ketika berada didaerah asal maupun sesuai
dengan pilihan ketika menamatkan pendidikan pada SMP. Bagi yang
berminat ke SMU didaftarkan ke SMU dan yang berminat ke sekolah
kejuruan didaftarkan pada SMK.
Untuk Program Pendidikan keterampilan yang diselenggarakan oleh UPT
Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang disesuaikan dengan minat dan
keahlian dari masing-masing anak. Program Pembinaan tersebut meliputi
bidang pertanian, peternakan, pertukangan, kerajian tangan, keterampilan
las, dan keterampilan komputer. Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang
wajib diikuti oleh anak sesuai jadwal yang telah ditetapkan. Mereka di
dikelompokkan sesuai dengan jadwal dan jenis keterampilan yang
ditetapkan. (Hasil wawancara tanggal 3 Juli 2021).

Dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan penulis

terhadap 3 (tiga) informen di atas menunjukan bahwa target utama dari

program tersebut adalah setiap anak memilki keahlian penunjang dalam

membangun fondasi kesejahteraan mereka ketika keluar dari Panti. Hal ini

karena anak terlantar yang direkrut oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang adalah anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak

mampu baik secara ekonomi maupun sosial dimana kondisi ekonomi orang

tua mereka yang sangat rendah sehingga orang tua dengan terpaksa

menyuruh anaknya bekerja membantu mereka baik sebagai petani, tukang

kayu/batu maupun penjual sayur keliling. Mereka juga berasal dari keluarga

52
yatim piatu, yatim maupun piatu serta korban keluarga broken home atau

orang tua pisah sehingga membuat mereka menjadi terlantar. Untuk

mengatasi masalah anak terlantar tersebut, maka Dinas Sosial Provinsi Nusa

Tenggara Timur melalu UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

melakukan upaya-upaya melalui program Pembinaan Ketrampilam bagi

anak terlantar guna menunjang kemandirian hidup mereka di masyarakat.

Program pembinaan pertanian, peternakan, pertukangan, kerajian tangan,

keterampilam las, dan keterampilan komputer merupakan program unggulan

dari UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang, Program ini

disesuaikan dengan kebutuhan pasar yang cenderung meningkat dan stabil

dalam kondisi sosial masyarakat di Provinsi Nusa Tenggara Timur baik di

daerah pedesaan maupun perkotaan.

Disamping itu program pembinaan keterampilan bagi

kemandirian anak terlantar melalui UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang ini sangat bermanfaat bagi anak terlantar yang disantun. Dengan

adanya program pembinaan anak terlantar ini diharapkan para anak terlantar

setelah mendapatkan bekal keterampilan di UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang, dapat menentukan jalan hidupnya yang baik dan tidak

tergantung lagi terhadap orang lain/keluarga.

Hal ini disampaikan oleh Gabriel Agung selaku salah satu anak

terlantar yang menjadi ketua kelompok dalam program pembinaan

keterampilan pertukangan yang diperoleh penulis melalui wawancara

sebagai berikut:

53
Peneliti: Apa yang anda ketahui tentang Panti Asuhan Anak Riang Kupang

dan manfaatnya buatmu?

Penerima manfaat:
“Saya datang ke Panti asuhan ini dengan tujuan selain melanjutkan
pendidikan formal di SMK tetapi juga ingin mendapatkan bimbingan
keterampilan pertukangan sesuai minat dan bakat setelah mendengar
penjelasan dari bapa-bapa petugas panti saat awal merekrut saya. Saya
diterima di panti ini dengan membawa Surat Keterangan Tidak mampu dari
Kepala Desa dan Surat Rekomendasi dari Dinas Sosial Kabupaten Belu. Di
asrama ini kami dilayani semuanya mulai dari makan-minum, sabun untuk
mandi dan cuci, pakaian, biaya uang sekolah di SMK, dan dilatih
keterampilan untuk membuat lemari, pintuk jendela, meja kursi dan perabot-
perabot lain dari kayu jati. Katanya setelah keluar dari Panti kami akan
dibekali dengan dana stimulan dalam bentuk uang tunai yang akan
ditransfer ke rekening kami masing-masing. Uang tersebut akan kami
manfaatkan untuk membeli peralatan pertukangan atau modal awal untuk
usaha produktif sesuai minat dan bakat masing-masing yang kami peroleh
saat masih di dalam Panti karena yang kami lihat ketika berada didalam
asrama kaka senior yang telah lulus dibekali dengan modal usaha. (Hasil
wawancara Tanggal 3 Juli 2021).
Wawancara selanjutnya penulis lakukan dengan Fabianus Seran

selaku ketua kelompok keterampilan Las tentang program pembinaan

Ketrampilan yang mereka peroleh sebagai berikut:

Peneliti: Bagaimana pendapatmu terkait dengan keterampilan Las yang

sedang kalian ikuti?

Penerima manfaat:
“Selama kami di asrama UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang ini
kami dididik dan dilatih tentang cara las yang baik, kami dilatih untuk dapat
las pagar rumah, jendela, atap teras rumah, las pipa dan las besi. Setiap
pulang sekolah kami langsung di asrama. Kami difasilitasi dengan biaya
buku dan uang sekolah, kami juga difasilitasi untuk makan minum,
kebutuhan mandi, dan kebutuhan pakaian. Kami juga disampaikan oleh
bapa ibu petugas bahwa setelah keluar nanti semua anak yang mengikuti
program ini akan diberikan bantuan peralatan yang akan mereka pakai untuk
usaha ketika sudah pulang ke daerah asal dari masing-masing tetapi dalam
bentuk uang. Semoga program ini dapat memberikan kesempatan bagi kami

54
untuk bisa mandiri setelah keluar dari panti Anak Riang Kupang yang kami
cintai ini. (Hasil wawancara Tanggal 3 Juni 2021).

Wawancara selanjutnya penulis lakukan terhadap Esrom Benu

selaku salah satu Instruktur yang melatih dan mengasah keterampilan

anak-anak panti yang memiliki minat dan bakat pada keterampilan

pertukangan kayu, sebagai berikut:

Peneliti: Bagaimana proses bimbingan keterampilan yang diberikan kepada


anak-anak panti dan sejauh mana hasil yang diperoleh?
Instruktur:
“Sebagai instruktur pertukangan kayu, saya telah di kontrak untuk melatih
anak-anak pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang. Saya
melatih mengikuti jadwal yang di atur oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak
Riang Kupang. Jadwal saya setiap minggu harus melatih keterampian
pertukangan kepada anak panti. Jadwal rutin saya ini dilakukan sesuai masa
kontrak selama 1 (satu) tahun. Selama pengalaman saya semua peralatan
dan bahan sudah disiapkan oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang
Kupang dan saya hanya melatih menggunakan Peralatan yang sudah
disiapkan. Dalam proses pelatihan baik Instruktur maupun anak-anak panti
diawasi dan dikawal oleh petugas dari UPT Kesejahteraan Sosial Anak
Riang Kupang selama satu tahun anggaran. Berdasarkan pengalaman saya
setelah selesai pelatihan selama satu tahun maka anak-anak akan dibekali
dengan modal usaha berupa uang tunai sebagai modal awal bagi mereka
sehingga bisa melanjutkan usaha di kampung masing-masing setelah
mereka keluar dari UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang pasca
pembinaan. Sejauh ini yang saya amati ada beberapa anak yang benar-benar
serius dan tekun untuk mengikuti setiap arahan maupun praktek nyata yang
saya berikan. Kami memulai dengan hal-hal yang sederhana seperti
membuat meja, kursi dan lemari. Hasil yang diperoleh dimanfaatkan untuk
memenuhi kelengkapan sarana prasarana yang dibutuhkan oleh panti.
(Hasil wawancara Tanggal 5 Juli 2021)

Analisa penulis terhadap Program Bimbingan Keterampilan Bagi

Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang melalui observasi dan wawancara menjadi patokan dasar untuk

menentukan kesimpulan dari program tersebut. Karena itu untuk menjawab

55
program di atas penulis melihat bahwa program Bimbingan Keterampilan

Bagi Kemandirian Anak Terlantar pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang merupakan program Pemerintahan Daerah Provinsi Nusa

Tenggara Timur melalui Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur yang

sumber pembiayaannya berasal dari dana APBD I.

Total alokasi anggaran sebanyak RP. 2.515.000.000 (Dua Miliar

Limaratus Lima Belas Juta Rupiah) merupakan anggaran tahunan yang

ditetapkan melalui Dokumen Pelaksanaan Anggaran Satuan Kerja Perangkat

Daerah Dinas Sosial Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan target program

setiap tahunnya dapat menghasilkan anak kreatif yang memiliki keahlian

dibidangnya, sehingga dapat membentuk dirinya menjadi wirausahawan

yang tangguh dengan menciptakan lapangan pekerjaan sendiri sesuai dengan

keterampilan usaha yang dimiliki sehingga dapat memenuhi kebutuhan

hidupnya secara layak dan wajar.

Dari hasil observasi dan wawancara tentang program bimbingan

keterampilan yang dilakukan oleh UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang maka dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa Bimbingan

Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang merupakan Program UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang yang pembiayaannya berasal dari Dana APBD I

Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menghasilkan generasi muda yang

mandiri dari kalangan anak-anak terlantar. Generasi yang memiliki keahlian

dan keterampilan yang memadai sehingga menjadi generasi yang siap pakai

56
dan berkontribusi membantu pemerintah dalam menyelesaikan

permasalahan sosial yang terjadi di Provinsi Nusa Tenggara Timur

khususnya masalah sosial anak terlantar.

2. Bentuk-bentuk Bimbingan Keterampilan Pada UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang.

Bentuk bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak

Terlantar pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang berdasarkan

pada obserervasi penulis menunjukan bahwa ada dua bentuk Bimbingan

kepada anak terlantar di UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

yakni melalui pendidikan Formal dan Pendidikan Non formal dalam bentuk

keterampilan sesuai minat dan keahlian dari anak-anak terlantar yang ada di

UPT Kesejahteraan sosial Anak di Kupang. Bentuk pembinanan ini

merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dalam proses pembelajaran

terhadap anak terlantar di UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

Bentuk bimbingan berupa pendidkan formal yaitu anak-anak yang

tinggal di asrama diberikan kesempatan oleh UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupang untuk mengikuti pendidikan formal pada

sekolah-sekolah yang berada di wilayah Kabupaten Kupang mulai dari

tingkat SD sampai SMU atau SMK. Dalam hal ini UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang akan mengawal dan mengevaluasi proses

pembelajaran yang dilakukan oleh anak terlantar di asrama sesuai dengan

jadwal yang sudah dibuat dan ditetapkan oleh Kepala UPT Kesejahteraan

Sosial Anak Riang Kupang.

57
Proses pembelajaran Formal menjadi tanggung jawab pihak

sekolah, selanjutnya untuk proses pembelajaran di asrama, menjadi

tanggung jawab UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang sebagai

Lembaga Kesejahteraan Sosial Anak yang diberi wewenang dan tanggung

jawab membina anak terlantar. UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang mengawal belajar dari masing masing peserta didik setiap jam

18.00-19.00 wita, dilanjutkan dari jam 20.00-21.00. Penerima manfaat/anak

Panti Riang Kupang akan dikawal proses bimbingannya oleh pengasuh

asrama dan petugas lain yang bertugas. Pembimbingan ini bukan hanya

pada proses belajar akan tetapi sampai pada penetapan waktu mandi, waktu

ibadah, waktu makan dan waktu tidur. Langka ini dilakukan untuk

menanamkan nilai-nilai positip dan nilai-nilai kedisiplinan pada diri

anak-anak asuh.

Bentuk bimbingan berupa pendidikan formal yang diperoleh oleh

penerima manfaat/anak-anak Panti dijelaskan melalalui wawancara dengan

Yunita Bere sebagai salah satu anak Panti UPT Kesejahteraan Sosial Anak

Riang Kupang sebagaimana tertera dibawah ini:

Peneliti: Tujuan apa anda mau tinggal di Panti Asuhan Anak Riang

Kupang?

Penerima Manfaat:
“Saya mempunyai cita-cita bisa melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi pada perguruan tinggi ternama di Kota Kupang, namun karena
keluarga tidak mampu maka melalui Dinas Sosial Kabupaten Belu saya
direkomendasikan untuk disantun di Panti Asuhan Anak Riang Kupang.
Sebelum masuk asrama kami mengisi surat pernyataan kesediaan dibina di
Panti sampai menamatkan pendidikan pada Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

58
(SLTA) dan selama dibina di Panti kami harus mengikuti pendidikan formal
di sekolah sampai tamat. Disamping mengikuti pendidikan formal di
sekolah kami juga mengikuti semua kegiatan yang ada di dalam Panti. Pada
pagi sampai dengan siang hari kami mengikuti pendidikan formal di sekolah
dan pada sore hari dan hari-hari libur selain hari minggu dan hari-hari besar
keagamaan kami mengikuti keterampilan yang ada dipanti. Pada sore hari
kami mengikuti bimbingan keterampilan dan olahraga sesuai dengan bakat
dan keterampilan yang telah kami pilih dan pada malam hari kami
melaksanakan kegiatan belajar yang dibimbing dan diawasi oleh petugas
panti sebagai pengganti sementara orang tua kami masing-masing. Kami
diberi perlengkapan mulai dari perlengkapan mandi, perlengkapan pakaian
dan perlengkapan sekolah sampai pada perlengkapan bimbingan
keterampilan. (Hasil wawancara tanggal 3 Juli 2021)

Selanjutnya penulis melakukan wawancara dengan penerima

manfaat yang lain atas nama Fitriana Dimu Rihi siswi salah satu SMK

ternama di Kabupaten Kupang seperti tertera di bawah ini:

Peneliti: Faktor apa yang mendorong anda untuk masuk dan tinggal di

dalam Panti?

Penerima Manfaat:
“Ketika itu ada informasi dari Dinas Sosial Kota Kupang bahwa ada petugas
dari Panti Asuhan Riang Kupang yang akan datang untuk menyeleksi
anak-anak dari keluarga yang tidak mampu untuk melanjutkan sekolah
gratis di Panti Asuhan itu. Informasi itu saya peroleh dari mama saya dan
saya langsung menawarkan diri untuk masuk panti karena ingin melanjutkan
pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi. Mama saya menyetujui tawaran
saya dan melanjutkan informasi ke pegawai Dinas Sosial Kota Kupang.
Tepat pada bulan Juni tahun 2020 saya dijemput bersama teman yang lain
oleh petugas dari Panti Riang Kupang. Sesampainya di Panti kami diberikan
beberapa formulir untuk melengkapi syarat-syarat diterima sebagai anak
Panti Asuhan Riang Kupang. Saat dalam Panti baru saya tahu ternyata
selain ke sekolah tetapi juga ada bimbingan keterampilan yang kami ikuti
seperti pertanian, komputer, kerajinan tangan, peternakan, pertukangan.
Kami diberikan kebebasan untuk memilih jenis keterampilan sesuai yang
kami minati (Hasil wawancara tanggal 3 Juli 2021)

59
Selain wawancara yang dilakukan penulis terhadap penerima

manfaat, penulis juga melakukan wawancara dengan Pak Meny yang adalah

seorang guru sekaligus instruktur komputer pada UPT Kesejahteraan Sosial

Anak Riang Kupangsebagai berikut:

Peneliti: Bagaimana proses bimbingan komputer yang bapak berikan dan

harapannya terhadap bimbingan ini?

Instruktur:
“Sebelum saya menyampaikan tentang proses bimbingan komputer yang
saya berikan dan harapan-harapan dengan adanya bimbingan komputer ini
maka saya perlu terlebih dahulu menyampaikan terima kasih kepada UPT
ini terutama pimpinan, staf dan anak-anak panti atas kerja sama kita selama
ini. Saya sudah kurang lebih tiga tahun dipercayakan menjadi instruktur
komputer bagi anak-anak panti Riang Kupang. Proses bimbingan yang saya
berikan disesuaikan dengan jadwal yang dibuat oleh lembaga. Sebagai
instruktur saya hanya menjalankan saja. Prioritas bimbingan yang saya
berikan, saya fokuskan kepada penerima manfaat tingkat SLTA karena tidak
lama lagi mereka dikembalikan kekeluarga karena telah selesai masa
bimbingan mereka di Panti. Anak panti dengan tingkatan sekolah tersebut
juga memiliki lebih banyak pekerjaan rumah dan membutuhkan
keterampilan komputer dalam menyelesaikannya. Harapan saya bahwa
anak-anak yang saya bombing dengan keterampilan ini walau tidak
sempurna karena jam bimbingan juga terbatas tetapi mereka mampu
mengoperasikan komputer mulai dari membuka, mengetik, mencetak hasil
dan menutup kembali sesuai dengan langkah-langkah yang benar seperti
yang diajarkan instruktur/pembimbing.Jadwal bimbingan terjadi pada soreh
hari karena pada pagi hari anak-anak mengikuti proses belajar mengajar di
sekolah. (Hasil wawancara tanggal 3 Juli 2021)

Analisa penulis terhadap Bentuk Bimbingan Keterampilan Bagi

Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT Kesejahteraan sosial Anak Riang

Kupang menunjukan bahwa bentuk bimbingan keterampilan yang dilakukan

di UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang menggunakan dua

pendekatan yaitu pendekatan formal dan pendekatan non formal dimana

pendekatan formal dilakukan dengan cara menjalin kemitraan dan kerja

60
sama yang baik dengan pihak sekolah pada lingkungan pendidikan formal

dan pihak instruktur dalam lingkungan pendidikan non formal.

Bentuk bimbingan keterampilan ini menurut analisa penulis

memberikan dua dampak baik secara positif maupun negatip. Secara positip

anak-anak panti akan mendapatkan dua pengalaman dan dua manfaat baik

secara formal maupun non formal. Secara formal mereka akan tetap menjadi

siswa dan akan mendapatkan Ijazah dari pendidikan formal dan akan

mendapatkan sertifikat keterampilan dari pendidikan Non Formal.

Sedangkan dari sisi negatipnya adalah anak panti tidak fokus terhadap

keterampilan yang menjadi program utama memandirikan mereka. Menurut

analisa penulis jadwal setiap minggu satu kali pelatihan tidak memberikan

dampak yang utuh terhadap penguasaan keterampilan bagi anak panti di

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang, sehingga setelah selesai

masa bimbingan dalam UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang

tidak semua anak asuh mampu menerapkan pengetahuan dan keterampilan

yang diperolehnya.

Berdasarkan pada analisa hasil penelitian penulis terhadap Bentuk

Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT

Kesejahteraan sosial Anak Riang di Kupang, maka diperoleh gambaran

bahwa dua bentuk bimbingan yang diperoleh anak panti baik dalam bentuk

pendidikan formal dan pendidikan non formal yang diberikan oleh UPT

Kesejahteraan sosial Anak Riang Kupang belum memberikan dampak yang

utuh antara pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak terlantar,

61
sehingga ketika keluar dari panti tidak semua anak-anak dapat menerapkan

ilmu yang dimilikinya di masyarakat.

Dalam proses pelaksanaan semua program kegiatan untuk

kemandirian penerima manfaat pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang

Kupang ada faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam upaya

memandirikan penerima manfaat seperti yang disampaikan oleh Kepala

UPT Ibu Dra. Helena Marianne dalam wawancara dengan penulis sebagai

berikut:

Peneliti: Bagaimana pelaksanaan program bimbingan dalam Panti dan

hambatan-hambatan yang dihadapi?

Kepala UPT: “Semua program yang telah dibuat dijalankan dengan baik
oleh masing-masing petugas sesuai dengan Tupoksi masing-masing yang
telah dibagi. Ada program yang dijalankan oleh petugas intern dalam panti
namun ada program kegiatan juga yang melibatkan mitra kerja kita dari luar
panti khususnya yang terkait dengan keterampilan-keterampilan yang
membutuhkan keahlian khusus. Kita menjalin kerja sama dengan guru-guru
SMK maupun dosen terkait dengan keterampilan pertanian, peternakan,
komputer dan kerajinan tangan. Namun hasil yang kita peroleh belum sesuai
harapan karena kurangnya ketersediaan anggaran untuk honor instruktur
maupun untuk biaya pengadaan bahan praktek. Kita juga kekurangan tenaga
profesional intern sehingga kita mesti mencari tenaga dari luar panti. Hal ini
berdampak pada pelaksanaan program yang tersendat-sendat.

Berdasarkan hasil wawancara dengan Kepala UPT di atas maka

dapat disimpulkan oleh bahwa yang menjadi faktor penghambat dalam

pelaksanaan bimbingan bagi kemandirian anak terlantar adalah rendahnya

anggaran/dana yang dikucurkan dari Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara

Timur untuk pembiayaan kegiatan ini dan kurangnya ketersediaan tenaga

profesional dalam mendukung pelaksanaan program bimbingan untuk

kemandirian penerima manfaat khususnya tenaga intern Panti.

62
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan.

Mengacu pada analisa hasil penelitian di atas maka kesimpulan dalam

penelitian ini adalah:

1. Bimbingan Keterampilan Bagi Kemandirian Anak Terlantar Pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang merupakan Program Kegiatan

pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang yang sumber dananya

berasal dari APBD I Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk menghasilkan

generasi muda yang terampil dan memiliki keahlian dari kalangan

anak-anak terlantar untuk membantu pemerintah daerah dalam menopang

perokonomian daerah yang dimulai dari diri sendiri, keluarga dan

masyarakat setempat.

2. Ketersediaan Dana dan Tenaga untuk mendukung pelaksanaan kegiatan

bimbingan ini belum memadai sehingga program yang dijalankan kurang

maksimal.

3. Dua bentuk pendidikan formal dan pendidikan non formal yang diberikan

oleh UPT Kesejahteraan sosial Anak Riang Kupang belum memberikan

dampak yang utuh antara pengetahuan dan keterampilan kepada anak-anak

terlantar, sehingga ketika keluar dari panti tidak semua anak-anak dapat

menerapkan ilmu yang dimilikinya di masyarakat.

63
B. Saran.

Mengacu pada kesimpulan penelitian di atas maka saran-saran dalam

penelitian ini adalah:

1. Kepada Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur melalui Dinas Sosial

Provinsi Nusa Tenggara Timur agar mengalokasikan anggaran yang

memadai untuk pembiayaan bimbingan keterampilan bagi kemandirian

anak terlantar pada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang.

2. Kepada UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang agar membangun

kerja sama yang sinergis dengan instansi terkait atau LSM dalam proses

bimbingan keterampilan bagi kemandirian anak terlantar pada UPT

Kesejahteraan Sosial Anak Riang Kupang secara kontinyu dan

berkelanjutan sehingga dapat menghasilkan anak binaan yang benar-benar

profesional dan mandiri.

3. Kepada anak-anak peserta bimbingan keterampilan agar lebih serius

mengikuti program bimbingan keterampilan yang diselenggarakan oleh

UPT Kesejahteraan Sosial Anak Riang di Kupang sebagai bekal utama

untuk dapat mandiri setelah kembali ke masyarakat.

64
DAFTAR PUSTAKA

A, Mangunhardjana.1991. Pembinaan Arti dan Metodenya.Yogyakarta: Kanisius, .

Ace, Suryadi dan Dasim Budimansyah.2004. Pendidikan Nasional Menuju


Masyarakat Indonesia Baru(Jakarta: Pt Genesindo

Ahmadi, Abu dan Uhbiyati Nur. 2015. Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta

Amti,Prayitno Erman. 2004.Dasar-Dasar Bimbingan dan Konseling. Jakarta:


Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional, 2008,Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta:


Pusat Bahasa,

Depdiknas. 2003. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, Jakarta: Penerbit
Balai Pustaka.

Idi, Abdullah. 2013. Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Grafindo

Iskandar, 2009.Metodologi Penelitian Kualitatif : aplikasi untuk penelitian


Pendidikan, Hukum, Ekonomi, Manajemen, Sosial, Humaniora, Politik,
Agama dan Filsafat, Jakarta, Gaung Persada Press.

Kartasasmita, Ginanjar.2017, Dalam Format Ekonomi Baru.Nomor Panggil, 342


JKTN 006 Pengarang.Ginandjar Kartasasmita, author. Penerbitan,
Jakarta: Lembaga  MPR RI.

Kartono, Kartini. (1985). Peranan Keluarga Memandu Anak. Jakarta: Rineka


Cipta

Kementerian Sosial RI, 2011.Pola & Mekanisme Pendataan, Kantor Kementerian


Sosial RI Jakarta.

M, Arifin. 2008. Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama. Jakarta: Bulan


Bintang,

Maleong, Lexy. 2002. Metode Penelitian Kualitatif.Bandung : Remaja


Rosdakarya.

Maya, Gusnita Sari. 2018.Bimbingan Keterampilan Kerja Mandiri Terhadap


Remaja Putus Sekolah Pada Balai Latihan Kerja (BLK) Banda
Aceh.Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Press.

65
Poloma, Margareth M. 2007. Sosiologi Kontemporer. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada

Purwanto. 2018. Metodologi penelitian kualitatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Ritzer, George. 2014, Teori Sosiologi Moderen. Kencana Pranada Media : Jakarta

Sanderson, Stephen K, 1995, Sosiologi Makro (Sebuah Pendekatan


TerhadapRealitas Sosial), Edisi kedua, Jakarta, Rajawali Press.

Simanjuntak, B., I. L Pasaribu, 1990, Membina dan Mengembangkan


GenerasiMuda Tarsito Bandung.

Soekanto, Soerjono, 1987, Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta, Rajawali Press.

Sudjana, Djuju.2006. Evaluasi Program Pendidikan Luar Sekolah.


Bandung:PTRemaja Rosdakarya,

Suhardono, Eko. 2016. Teori Peran, Konsep dan Derivasi dan Implikasinya.
Jakarta: Gramedia

Suharsimi, Arikunto. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Edisi


V Revisi.PT. Rineka Cipta. Jakarta.
Suyanto, Bagong. 2010.Masalah Sosial Anak.Jakarta: Kencana, 2010)

Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 pasal 1 ayat 6 tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang RI Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak

Undang-Undang RI Nomor 4 Tahun 1979 Tentang Kesejahteraan Anak

W, Gulo. 2008. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Grasindo

66
L

67
68

Anda mungkin juga menyukai