(PKM-PSH)
BIDANG KEGIATAN:
PKM-Penelitian Sosial Humaniora
Disusun oleh:
DESI AULIA ULPA BP/NIM 2014/A1A114014
RENI FATMA LINUR BP/NIM 2015/ H1A115008
SONI AFRIANSYAH BP/NIM 2015/ RSA1C115003
ARIF FADILAH S BP/NIM 2015/A1B115029
UNIVERSITAS JAMBI
JAMBI
2015
DAFTAR ISI
iii
RINGKASAN
iv
A. JUDUL PROGRAM
Faktor-faktor Penyebab Intimidasi Eksternal dalam Analisis Sosial
dan Pengaruhnya terhadap Kemajuan Pendidikan (Studi Kasus Masyarakat
Suku Anak Dalam Desa Pemayongan Kec. Sumai, Kab. Tebo)
B. LATAR BELAKANG
Pendidikan dapat mendongkrak pusat kemajuan pada suatu Negara. Akan
tetapi, tidak meratanya pembangunan dalam hal pendidikan menjadi persoalan
yang perlu di realisasikan. Salah satu solusi alternatif untuk mengatasi persoalan
tersebut adalah dengan cara mengoptimalkan tenaga pendidik di daerah terkhusus
untuk daerah 3T (Terpencil, Terluar dan Terasing). Dengan demikian, peran
pendidikan sangat diperlukan di daerah yang mayoritasnya belum mengenal
aksara. Di Indonesia, hak untuk mendapatkan pendidikan dasar dijamin oleh
konstitusi. Pasal 31 UUD 1945 dengan tegas menetapkan bahwa Setiap
warga negara berhak mendapat pendidikan (ayat 1).
Kesejahteraan Masyarakat Adat sudah menjadi perhatian serius dalam
pembangunan di Indonesia, tercermin dari fakta bahwa Masyarakat Adat sudah
menjadi prioritas pembangunan yang tertuang dalam Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Nasional (RPJMN). Pemerintah Indonesia mempunyai basis
hukum yang kuat untuk merealisasikan perlindungan sosial terhadap Masyarakat
Adat. Hal ini mengafirmasi bahwa kesatuan masyarakat hukum adat beserta hak-
hak tradisionalnya diakui dan dihormati oleh negara. Pasal 18 B ayat (2) UUD
1945 yang dikutip di atas menjamin semua Masyarakat Adat di Indonesia.
Pemberdayaan Komunitas Adat Terpencil (KAT) telah masuk dalam
prioritas pembangunan, yang tertuang dalam RPJMN 2010-2014, khususnya
dalam prioritas 10 tentang Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, dan Pasca
Konflik. Selanjutnya melalui Keppres Nomor 111 Tahun 1999 Tentang
Pembinaan Kesejahteraan Sosial KAT, pemerintah memberikan landasan
hukum yang lebih kuat dalam upaya meningkatkan taraf hidup Komunitas
Adat Terasing, agar pembinaan KAT dapat lebih efisien, efektif, terarah,
dan berkesinambungan.
1
Indonesia terkait pada komitmen internasional tentang pengakuan hak-hak
masyarakat adat pada 13 September 2007, pemerintah Indonesia ikut
menandatangani deklarasi United Nation Decalaration on the Rights of
Indigenous Peoples (UNDRIP) yang mengamankan bahwa masyarakat adat
memiliki hak yang sama terkait kehidupan pendidikan, mempertahankan identitas,
dan bebas dari segala bentuk diskriminasi.
Namun demikian, hingga saat ini upaya pemenuhan kebutuhan dan
penyelesaian persoalan Masyarakat Adat di Indonesia masih merupakan
sebuah tantangan yang besar dan belum sepenuhnya berhasil. Sekian dari
banyak daerah di Indonesia salah satunya terdapat di Desa Pemayongan, Kec.
Sumai, Kab. Tebo, Jambi. Desa Pemayongan terletak di sebelah timur berbatasan
langsung dengan Taman Nasional Bukit 30, berdiri pada tahun 2012 sekitar 3 atau
4 tahun yang lalu tepatnya di Kecamatan Sumai Kabupaten Tebo. Keadaan Suku
Anak Dalam di desa tersebut sangat memprihatinkan baik kehidupan sosial,
pendidikan, ekonomi maupun kesehatan. Bapak Bujang Kabut atau tumenggung
setempat telah meminta ke pemerintah pusat untuk menetapkan hak milik dari
SAD tersebut atas hutan yang di tempatinya kepada Menteri Kehutanan maupun
pemerintah pusat sendiri. Sehingga, permintaan tersebut berhasil di wujudkan
pada saat pemerintahan presiden SBY.
Adapun luas lahan yang diminta oleh SAD adalah sekitar 2000 ha hutan
dimana, sebelah timur berbatasan langsung dengan Taman Nasional Bukit
Tigapuluh. SAD sendiri berinisiatif untuk berpikir maju, akhirnya mengundang
masyarakat luar untuk menempati luas 2000 ha tersebut. Tujuannya untuk di
jadikan desa agar tidak di kuasai oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
SAD sendiri menginginkan agar desa tersebut maju layaknya desa-desa
yang terdapat di kota maupun kecamatan yang sudah maju. Akan tetapi, sebagian
lahan mereka di kuasai oleh Perusahaan. Perusahaan sendiri hanya menginginkan
keuntungan semata, dan tidak memikirkan manfaat positif akan lahan yang
mereka kuasai.
Tak heran, jika sampai saat ini 0,0% SAD tidak mengenal huruf bahkan
buta huruf. Jangankan mengenal huruf, pendidikan maupun sekolah-sekolah di
desa mereka belum ada sama sekali. Oleh karena itu, masyarakat di desa tersebut
2
khususnya SAD menginginkan perhatian dari pemerintah daerah maupun pusat
agar mereka dapat terjamah oleh pendidikan yang semestinya pendidikan adalah
hak mereka.
Untuk itu, pada kesempatan kali ini kami akan melakukan penelitian
untuk mengungkap kehidupan kontra sosial masyarakat agar nantinya harapan
masyarakat Suku Anak Dalam tersebut dapat tercapai yaitu dapat merasakan
pendidikan sebagaimana mestinya serta pemerintah dapat memperhatikannya.
C. RUMUSAN MASALAH
Permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Pengaruh
Intimidasi Eksternal dalam Analisis Sosial Sebagai Hambatan Dalam Memperoleh
Pendidikan (Studi Kasus Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) Desa Pemayongan
Kec. Sumai Kabupaten Tebo). Adapun rumusan masalahnya adalah:
1. Apa saja faktor-faktor penyebab pihak eksternal mengintimidasi
masyarakat suku anak dalam untuk memperoleh pendidikan?
2. Apa pengaruh yang ditimbulkan oleh adanya faktor-faktor penyebab
tersebut terhadap kehidupan sosial yang terjadi?
3. Bagimana solusi untuk mengatasi faktor-faktor yang menyebabkan
intimidasi tersebut agar suku anak dalam dapat memperoleh pendidikan?
D. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah:
1. Mengetahui faktor yang menyebabkan intimidasi bagi masyarakat suku
anak dalam untuk memperoleh pendidikan
2. Mengetahui pengaruh yang ditimbulkan terhadap kehidupan sosial
masyarakat suku anak dalam oleh adanya faktor-faktor penyebab tersebut
3. Mengetahui solusi untuk mengatasi penyebab intimidasi bagi suku anak
dalam untuk memperoleh pendidikan
3
E. LUARAN YANG DIHARAPKAN
Luaran dalam penelitian ini adalah mengetahui faktor penyebab pihak-
pihak eksternal yang mengintimidasi masyarakat suku anak dalam dan
menyelesaikan masalah konflik di antara mereka serta dapat mengabdikan diri
untuk membina masyarakat suku anak dalam supaya ke depannya mereka dapat
mengenyam pendidikan.
F. KEGUNAAN
Beberapa manfaat yang dapat diperoleh dalam penelitian ini adalah:
1. Memberikan informasi kepada pemerintah untuk memperhatikan
kehidupan sosial suku anak dalam yang memprihatinkan, dan menerapkan
kebijakan untuk mengatasi berbagai persolan yang terjadi.
2. Memberikan informasi kepada seluruh aktivis mahasiswa untuk bergerak
dalam pembangunan ekonomi terutama di bidang pendidikan salah
satunya membina suku anak dalam untuk maju
G. TINJAUAN PUSTAKA
1. Faktor-faktor Penyebab Pihak Eksternal Mengintimidasi SAD
Masyarakat Suku Anak Dalam (SAD) adalah masyarakat terasing yang
hidup di Sumatera bagian selatan, termasuk di Provinsi Jambi. Masyarakat SAD
seperti masyarakat terasing lainnya, merupakan penduduk yang secara turun-
temurun menduduki wilayah geografis tertentu. SAD termasuk salah satu
masyarakat terasing di Indonesia yang mendapatkan perhatian dari para
sosiolog, di antaranya Qyvind(1984), Muntholib (1995), Amilda (1999), Warsi
(2000), Ali M.A. Rahman (2000), Wientre (2001), dan sebagainya.
Mereka meneliti tentang kehidupan masyarakat SAD di Jambi. Dengan
kata lain, para ahli tersebut meneliti kehidupan sehari-hari masyarakat SAD, baik
dari kebiasaan cara berburu, adat istiadat, dan sebagainya. Namun, sekarang yang
terjadi mereka banyak ditipu orang terang. Orang-orang terang menulis perjanjian
diatas kertas, minta cap jempol masyarakat SAD, yang karena tidak bisa baca,
tidak tahu ternyata isinya adalah surat perjanjian untuk menjual hutan dan tanah
mereka dan selalu di intimidasi untuk menjauhkan diri dari pendidikan.
4
Intimidasi atau disebut juga dengan bullying sering kali kita saksikan baik
dalam siaran televisi maupun media sosial lainnya. Bentuk-bentuk bullying atau
identik dengan kekerasan, diantaranya selain tawuran antar pelajar baik dari
tingkat SD hingga Perguruan Tinggi, pelecehan seksual, atau metode dengan cara
yang halus seperti intimidasi. Intimidasi adalah mengganggu, dan mengganggu
adalah pengelolaan yang buruk. Intimidasi (bullying) dapat terjadi dalam setiap
konteks di mana manusia berinteraksi satu sama lain. Ini termasuk sekolah,
tempat ibadah, keluarga, tempat kerja, rumah, dan lingkungan. Hal ini bahkan
faktor dorongan umum dalam migrasi.
Menurut Peter Randall mengemukakan bahwa, Intimidasi adalah perilaku
agresif yang muncul dari suatu maksud yang disengaja untuk mengakibatkan
tekanan kepada orang lain secara fisik dan psikologis. Perilaku yang agresif dan
menyakitkan ini dilakukan secara sengaja dan berulang-ulang serta dilakukan
secara terorganisasi dan sistematis. Di sini tampak terdapat ketidakseimbangan
kekuatan. Intimidasi dapat berlangsung untuk waktu jangka pendek maupun untuk
waktu yang tidak terbatas.
Perilaku intimidasi ini ternyata bukan hanya terjadi antara murid atau
guru, tapi juga dilakukan oleh pihak-pihak eksternal yang menginginkan
masyarakat di suatu daerah untuk tidak maju. Salah satu contohnya adalah
sebagaimana yang terjadi di Desa Pemayongan, Kab. Tebo, Jambi dimana pihak-
pihak eksternal tersebut mengintimidasi masyarakat suku anak dalam dengan
tujuan supaya masyarakat suku anak dalam tersebut pindah dengan tujuan utama
untuk dapat menguasai lahan/hutan suku anak dalam. Pada intinya agar
masyarakat suku anak dalam tidak dapat berkembang maju dan lebih baik.
2. Pengaruh Timbulnya Faktor-faktor Penyebab Mengintimidasi
Tekanan bullying atau intimidasi tanpa disadari merupakan cikal bakal
stres yang menyebabkan perilaku memburuk. Dalam konteks pendidikan, faktor-
faktor yang menyebabkan intimidasi terutama bagi suku anak dalam sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya. Sehingga, masyarakat suku anak
dalam tidak berani lagi untuk belajar atau bahkan kembali ke daerahnya saja,
takut akan ancaman yang ditimbulkan oleh pelaku intimidasi. Selain itu,
berpengaruh pula dengan kondisi yang tidak menentu. Misalnya, terhadap kondisi
5
lingkungan sudah tidak nyaman lagi untuk menetap. Tak lain daripada itu,
tekanan-tekanan yang ditimbulkan oleh pelaku intimidasi tercapai.
Sudah menjadi rahasia umum bila tak semua anak Indonesia dapat
mengenyam pendidikan. Apalagi bagi suku Anak Dalam (SAD). Berbagai
persoalan pun tidak berhenti, konflik sosial masyarakat yang secara terus-menerus
tanpa ada kejelasan yang pasti dan penyelesaian masalah. Hal ini membuat
masyarakat suku anak dalam tertekan. Sehingga, daripada itu dalam analisis sosial
seperti: lingkungan, pendidikan, kesehatan, infrastruktur, kesejahteraan, ekonomi
menjadi hambatan dalam kehidupan sehari-harinya.
3. Solusi untuk Mengatasi Masalah Intimidasi terhadap SAD
Persoalannya adalah pendidikan. Pendidikan dalam arti luas berarti suatu
proses untuk mengembangkan semua aspek kepribadian manusia yang mencakup
pengetahuannya (kognitif), nilai dan sikapnya (afektif), serta keterampilannya
(psikomotorik). Dalam hal ini pendidikan bertujuan untuk mencapai kepribadian
individu yang lebih baik. Karena dalam pendidikan bagi masyarakat suku anak
dalam terus mengalami intimidasi, artinya pada saat mereka ingin memperoleh
pendidikan, pelaku intimidasi tersebut mempengaruhi agar masyarakat suku anak
dalam tidak memperoleh pendidikan. Jika, masyarakat suku anak dalam tersebut
memperoleh pendidikan mungkin dengan kata lain pelaku-pelaku intimidasi
tersebut tidak dapat lagi mempengaruhi mereka. Ada beberapa langkah yang
dapat dilakukan dengan cara:
a. Kegiatan mendidik dan mengajar
Istilah mendidik dan mengajar menunjukkan usaha yang lebih ditujukan
pada pembentukan watak dalam mengembangkan budi pekerti hati nurani
kecintaan, rasa kesusilaan dan lain-lain serta memberi ilmu yang bermanfaat bagi
perkembangan kemampuan intelektual manusia.
b. Pengabdian pada masyarakat
Pengabdian dalam masyarakat adalah hal yang paling penting dalam
transformasi nilai pendidikan sehingga pendidikan bisa berfungsi untuk
menyelesaikan persoalan hidup bagi masyarakat yang lebih baik.
6
c. Pemberdayaan Masyarakat Mandiri
Dengan membentuk suatu lembaga swadaya masyarakat (LSM) yang di
sistemkan ke dalm bentuk Usaha Kecil Menengah(UKM) yang nantinya di kelola
oleh masyarakat itu sendiri demi kesejahteraan kehidupan sosial bersama. Dengan
membentuk UKM-UKM di bidang kerajinan (seperti membuat tikar, bakul, dan
lain-lain), bidang pertanian, dan lainnya. Sehingga dapat mengoptimalisasikan
antara pihak eksternal dan pihak suku anak dalam agar saling
bermutusimbiolisisme. Artinya, keduanya dapat saling menguntungkan, dimana
pihak masyarakat suku anak dalam memproduksi dan menghasilkan. Kemudian,
untuk pemasarannya di kelola oleh agen-agen dari pihak eksternal.
Beberapa upaya yang sudah dilakukan untuk meningkatkan taraf hidup
Masyarakat Adat di antaranya yaitu (1) diterbitkannya kebijakan nasional yang
mendukung pengakuan terhadap hak-hak Masyarakat Adat (termasuk di dalamnya
Judicial Review yang dilakukan Mahkamah Konstitusi terhadap UU No.41 tahun
1999 yang menetapkan bahwa hutan adat bukan hutan negara); (2) tercantumnya
tujuan peningkatan kesejahteraan Komunitas Adat Terpencil (KAT) dalam
rencana pembangunan nasional, terkait juga dengan peningkatan kesejahteraan
masyarakat di daerah terluar, terpencil, perbatasan, dan pasca konflik; dan
(3) adanya upaya secara konsisten dari pemerintah melalui Kementerian Sosial
dalam melakukan pembinaan kesejahteraan bagi warga KAT.
Konversi Lingkungan Hutan Menjadi Media Pendekatan Gradual terhadap
Upaya Pengubahan Pola Hidup Suku Anak Dalam
Di tengah kehidupan modern yang mengandalkan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi saat ini, masih terdapat pola hidup terbelakang dan
terasing pada suatu kelompok masyarakat di daerah provinsi Jambi, yaitu
komunitas suku anak dalam, yang lebih dikenal dengan suku kubu atau orang
rimba. Mereka hidup berpindah-pindah.
Salah satu solusi yang tepat adalah mengubah pola hidup komunitas orang
rimba dengan cara pendekatan gradual atau perlahan dengan menggunakan area
hutan sebagai media yang paling dekat dan tepat bagi kehidupan orang rimba
selama ini, yang bertujuan menyentuh kehidupan mereka secara total, memahami
cara pandang mereka secara structural dan kultural, sehinga tidak ada intervensi
7
yang membebani mereka. Sebab, perubahan yang dilakukan secara radikal dan
cepat atau besar-besarran membawa dampak negatif yang menyebabkan mereka
merasa di intervensi, dan pada akhirnya menyebabkan mereka bersikap resisten
terhadap segala bentuk perubahan dan sentuhan kehidupan luar.
Kegiatan pendekatan gradual ini di isi dengan berbagai hal seperti
mengajak, memberikan penyuluhan, pelatihan keterampilan, pemberian
kesempatan belajar, baik mempelajari bahasa sebagai alat komunikasi yang akan
mempermudah hubungan antara suku anak dalam dengan masyarakat lain juga
ilmu pengetahuan umum yang akan mempengaruhi pola fikir mereka, dan hal
yang terpenting adalah mendata atau mensurvey jumlah populasi mereka, karena
hingga sampai sekarang masyarakat suku anak dalam tersebut belum memiliki
KTP.
Pada akhirnya, yang perlu dipahami pada perubahan itu harus gradual dan
tidak radikal seperti yang diharapkan selama ini. Hal terpenting lainnya dalam
pendekatan ini adalah memberi bekal kepada mereka berupa keterampilan,
pengajaran dan penyuluhan-penyuluhan yang akan membuat mereka siap
menghadapi pembaharuan terkhusus menghadapi MEA 2015 akhir tahun ini.
H. METODE PENELITIAN
1. Tahap-tahap Penelitian
Observasi Lapangan
Wawancara
Pembimbingan ke
Dosen&Tutor
8
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian
kualitatif, yaitu sebuah metode penelitian yang menghasilkan data deskriptif
mengenai kata-kata lisan maupun tertulis, dan tingkah laku yang dapat
diamati dari orang-orang yang diteliti (Taylor dan Bogdan, 1984:5). Tujuan dari
penelitian ini yaitu untuk memahami secara rinci berbagai hal yang
berkaitan dengan dinamika kehidupan sosial seseorang /masyarakat suku anak
dalam serta berusaha menggambarkan dan menginterpretasi objek sesuai
permasalahan konflik sosial yang terjadi.
Sementara itu, teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Metode Pustaka
Mengumpulkan sumber-sumber tertulis, yaitu buku-buku, surat kabar,
internet yang berhubungan dengan kehidupan sosial dan konflik sosial
masyarakat.
2. Observasi Lapangan
Dalam penelitian ini, peneliti meninjau langsung hal-hal apa saja yang
menjadi prioritas utama kehidupan sosial masyarakat suku anak dalam. Di lihat
dari berbagai aspek, terdapat masalah-masalah yang seharusnya di selesaikan dan
tidak menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Begitu banyak hal-hal yang
harus di intrepetasikan untuk ditindaklanjuti dengan pembangunan ekonomi yang
ada.
3. Wawancara (Interview)
Merupakan proses pencarian data (informasi yang dibutuhkan) dengan
cara tanya jawab (tatap muka secara langsung) antara pewawancara dengan
informan, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di
mana pewawancara dan informan terlibat dalam interaksi sosial yang relatif
lama dan cukup intensif. Dalam proses wawancara mendalam
ini,pewawancara harus menanyakan kepada informan secara detail,
menyeluruh, dan akurat tentang informasi yang dibutuhkan agar diperoleh
data yang lengkap dan utuh.
9
4. Bimbingan dengan Dosen Pembimbing & Tutor
Metode ini di gunakan untuk mendapatkan arahan langsung dari dosen
pembimbing & tutor dengan cara melakukan asistensi keseluruhan isi dari
hasil laporan untuk memberikan masukan dan menyempunakan hasil laporan
ini.
DAFTAR PUSTAKA
Yulaswati, Vivi, dkk. 2013. Masyarakat Adat di Indonesia: Menuju Perlindungan
Sosial yang Inklusif. Jakarta: Direktorat Perlindungan dan Kesejahteraan
Masyarakat Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan
Perencanaan Pembangunan Nasional Tahun 2013
Cindo. Morena. 2010. Bilingual Suku Anak Dalam. Jilid/Vol. 2. Jakarta:CV.
Ghina Walafafa
Sudrajat, Akhmad. Perilaku Intimidasi di Sekolah. From
https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2009/09/11/guru-dan-siswa-yang-
terintimidasi/, diakses pada tanggal 28 September 2015
Prasetyo, Roy. Intimidasi(Bullying. From
http://roypras6060.blogdetik.com/2013/03/22/intimidasi-bullying/, diakses
pada tanggal 28 September 2015
Qiso, Abdullah. Peran Pendidikan dalam Mengatasi Konflik Sosial (di Sekolah
& Agama). From http://abdullahqiso.blogspot.co.id/2013/11/peran-
pendidikan-dalam-mengatasi.html, diakses pada tanggal 28 September
2015
rmolsumsel.com. Khofifah Punya Solusi Penanganan Suku Anak Dalam. From
http://www.rmolsumsel.com/read/2015/03/14/25104/Khofifah-Punya-
Solusi-Penanganan-Suku-Anak-Dalam-, diakses pada tanggal 27
September 2015
Republika.co.id. Pendidikan untuk Suku Anak Dalam. From
http://www.republika.co.id/berita/koran/didaktika/15/04/27/nnge4930-
pendidikan-untuk-suku-anak-dalam, diakses pada tanggal 27 September
2015
Ehan. Bullying dalam Pendidikan. From
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_BIASA/195707121
984032-EHAN/BULLYING_DALAM_PENDIDIKAN.pdf, diakses pada
tanggal 28 September 2015
Ghaliyah, Gia. Ada Sokola Rimba di Jambi. From
http://giasittighaliyah.blogspot.co.id/2013/11/ada-sokola-rimba-di-
jambi.html, diakses pada tanggal 28 September 2015
MY, Mahmud dan Edy Kusnadi. PEMBANGUNAN SOSIAL MASYARAKAT
TERASING DI ERA OTONOMI DAERAH: STUDI KASUS
MASYARAKAT SUKU ANAK DALAM DI
MUAROJAMBI.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=25
2470&val-6803&title=Pembangunan-Sosial-Masyarakat-Terasing-di-Era-
Otonomi-Daerah:-Studi-Kasus-Masyarakat-Suku-Anak-Dalam-di-
MuaroJambi.html, diakses pada tanggal 28 September 2015
10
LAMPIRAN
11
3.2 Biodata Ketua, Anggota, dan Dosen Pembimbing
12
Biodata Dosen Pembimbing
13