Anda di halaman 1dari 4

Luas Lingkup Intervensi Komunitas

Intervensi sosial adalah upaya perubahan terencana terhadap individu, kelompok,


maupun komunitas. Dikatakan ‘perubahan terencana’ agar upaya bantuan yang diberikan dapat
dievaluasi dan diukur keberhasilannya. Intervensi Sosial bisa terjadi dalam level komunitas,
didalam Ilmu Kesejahteraan Sosial, ada berbagai istilah yang digunakan untuk menggambarkan
intervensi pada level komunitas, diantaranya:
 Community Work
 Community Organization
 Community Organization and Community Development
 Community Practice
Berdasarkan hal tersebut, maka di dalam buku “Intervensi Komunitas dan Masyarakat”
istilah yang digunakan adalah Intervensi Komunitas untuk menggambarkan berbagai macam
intervensi, seperti: intervensi pengembangan masyarakat local, perencanaan sosial, aksi sosial,
kebijakan sosial seperti yang diungkapkan oleh Rothman; pengembangan masyarakat, aksi
komunitas, dan pelayanan masyarakat seperti yang dikemukakan Glen.
Ruang lingkup dalam intervensi komunitas, the Gulbenkian
Foundation mengidentifikasikan tiga tingkatan Community work yang menggambarkan cakupan
komunitas yang berbeda dimana intervensi komunitas dapat diterapkan:
 Grassroot ataupun Neighboorhood Work
 Local Agency dan Inter-agency work
 Regional and National Community Planning Work
Disamping pengertian tentang komunitas yang mengacu pada Gulbenkian Report,
pengertian komunitas juga dapat mengacu pada pengertian komunitas dalam arti local, yang
dimana oleh Kenneth Wilkinson dalam Green dan Haines, mereka melihat komunitas sekurang-
kurangnya mempunyai tiga unsure dasar, yaitu :
1. Adanya batasan wilayah atau tempat
2. Merupakan suatu “organisasi sosial atau institusi sosial yang menyediakan kesempatan
untuk para warganya agar dapat melakukan interaksi antar warga secara regular
3. Interaksi sosial yang dilakukan terjadi karena adanya minat ataupun kepentingan yang
sama
Model Intervensi Komunitas
Terkait dengan upaya pemberdayaan pada level komunitas, Rothman menggambarkan
bahwa proses pemberdayaan masyarakat melalui intervensi komunitas ini dapat dilakukan
melalui beberapa model pendekatan intervensi, seperti pengembangan masyarakat local,
perencanaan dan kebijakan sosial, dan aksi sosial. Dari ketiga model intervensi tersebut, maka
proses pemberdayaan terhadap masyarakat dapat dilakukan melalui pendekatan yang bersifat
consensus seperti pemberdayaan masyarakat local; kepatuhan seperti pendekatan perencanaann
dan kebijakan sosial; ataupun melalui pendekatan konflik seperti aksi sosial.
Rothman menggunakan dua belas variabel untuk membedakan ketiga model intervensi
(pendekatan) yang dilakukan dalam intervensi sosial di level komunitas, yaitu:
1. Kategori tujuan tindakan terhadap
2. Asumsi mengenai struktur komunitas dan kondisi permasalahannya
3. Strategi dasa dalam melakukan perubahan
4. Karakteristik dan Teknik perubahan
5. Peran praktisi yang menonjol
6. Media perubahan
7. Orientasi terhadap struktur kekuasaan
8. Batasan defenisi penerima layanan
9. Asumsi mengenai kepentingan kelompok di dalam suatu komunitas
10. Konsepsi mengenai penerima layanan
11. Konsepsi mengenai peran peneriman layanan
12. Pemanfaatan pemberdayaan.
Peran dan Keterampilan dalam Intervensi Komunitas
Secara konvensional, sekurang-kurangnya ada tujuh peran yang sering kali diadopsi dan
dikembangkan oleh community worker, yaitu :
1. Pemercepat Perubahan (Enabler)
Peran enabler adalah membantu masyarakat agar dapat mengartikulasikan
kebutuhan mereka, mengidentifikasikan permasalahn mereka, dan mengembangkan
kapasitas mereka agar dapat menangani masalah yang mereka hadapi secara lebih efektif.
2. Perantara (Broker)
Peran broker adalah menghubungkan individu ataupun kelompok dalam
masyarakat yang membutuhkan bantuan ataupun layanan masyarakat (community
service), tetapi tidak tahu di mana dan bagaimana mendapatkan bantuan tersebut, dengan
lembaga yang menyediakan layanan masyarakat.
3. Pendidik (Educator)
Peran sebagai pendidik memprasyaratkan community worker mempunyai
kemampuan menyampaikan informasi dengan baik dan jelas, serta mudah ditangkap oleh
komunitas yang menjadi sasaran perubahan.
4. Tenaga Ahli (Expert)
Peran sebagai expert memprasyaratkan adanya kemampuan untuk dapat
memberikan masukan, saran, dan dukungan informasi dalam berbagai area.
5. Perencana Sosial (Sosial Planner)
Peran perencana sosial membutuhkan kemampuan pelaku perubahan dalam
mengumpulkan data mengenai masalah sosial yang terdapat dalam komunitas;
menganalisisnya; dan menyajikan alternatif tindakan yang rasional untuk menangani
masalah tersebut.
6. Advokat (Advocate)
Peran advokat adalah mendorong pelaku perubahan untuk menjalankan fungsi
advokasi atau pembelaan yang mewakili kelompok masyarakat yang membutuhkan suatu
bantuan ataupun layanan, tetapi institusi yang seharusnya memberikan layanan tersebut
tidak memedulikan (bersifat negatif ataupun menolak tuntutan warga).
7. Aktivis (Activist)
Peran aktivis menuntut pelaku perubahan untuk melakukan perubahan
institusional yang lebih mendasar dan seringkali tujuannya adalah pengalihan
sumberdaya ataupun kekuasaan (power) pada kelompok yang kurang mendapatkan
keuntungan (disadvantaged group), yang dianggap sebagai korban.

Anda mungkin juga menyukai