Anda di halaman 1dari 21

DESENTRALISASI

DAN DESA

Dra. Ani Widayani, M.IP.

Lurah Sumbermulyo
SEJARAH DESENTRALISASI DESA
 Desentralisasi merupakan suatu bentuk tata pemerintahan PENGATURAN DESENTRALISASI
dimana suatu kewenangan dan kekuasaan itu tidak terpusat, Rentetan perubahan setting politik
melainkan menyebar ke daerah-daerah.
desentralisasi desa melalui Undang-
 Desentralisasi adalah suatu penyerahan urusan pemerintahan Undang negara sejak pendirian NKRI
dari pusat kepada daerah. Pelimpahan suatu wewenang tersebut
1. UU No. 1 Tahun 1945
semata-mata bertujuan untuk mewujudkan suatu pemerintahan
yang lebih efektif dan efisien (UU No. 5 Tahun 1974) 2. UU No. 22 Tahun 1948
3. UU No. 1 Tahun 1957
 Indonesia adalah negara hukum yang dalam pelaksanaannya
4. UU 18 Tahun 1965
harus ada pemencaran kewenangan/kekuasaan.
5. UU No. 19 Tahun 1965
 Indonesia adalah negara demokrasi yang menghendaki 6. UU No. 5 Tahun 1974
keterlibatan warga negara dalam menjalankan pemerintahan.
7. UU No. 5 Tahun 1979
 Indonesia adalah negara pluralistik dan desentralisasi adalah 8. UU No. 22 Tahun 1922
penghargaan terhadap pluralistik. 9. UU No. 32 tahun 2004
 Indonesia adalah negara kesejahteraan yang memiliki wilayah 10. UU No. 23 Thun 2014
sangat luas yang lebih mudah memenuhi kebutuhan masyarakat 11. UU No. 6 Tahun 2014
TUJUAN DESENTRALISASI

Tujuan Utama adalah Peningkatan kesejahteraan masyarakat dan Pengentasan


kemiskinan di daerah.

Melalui :
1. Pelimpahan kekuasaan, kewenangan dan keuangan pada daerah.
2. Membentuk sistem pemerintahan yang demokratis didalam pemerintahan
desa.
3. Meningkatkan derajat ekonomi sosial di desa sebagai upaya untuk
mengurangi ketimpangan, dll.
CIRI-CIRI DESENTRALISASI DESA

 Adanya pendelegasian atau pelimpahan wewenang dari pemerintah supra-


desa kepada desa untuk dapat melaksanakan fungsi tertentu dari
pemerintahan.
 Adanya kewenangan dari supra-desa untuk menetapkan dan melaksanakan
suatu kebijakan yang bertujuan untuk mengatur dan mengurus
kepentingan desanya.
 Adanya kewenangan dalam menetapkan dan mengatur norma hukum yang
berlaku secara umum.
 Menunjukkan pada pola suatu hubungan antra organisasi.
 Terciptanya suatu political variety dan diversity of structur di dalam sistem
politik.
DESA
 Desa adalah Desa dan Desa adat atau yang disebut dengan nama lain yang
selanjutnya disebut Desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas
wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,
kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul,
dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan
Negara Kesatuan Republik Indonesia.

 Fungsi Utama Pemerintahan Desa adalah :

1. Penyelenggaraan urusan Pemerintahan.


2. Pelaksanaan kepentingan masyarakat setempat.
 Untuk menjalankan fungsi-fungsinya, desa diberikan sejumlah kewenangan yaitu :
1. Kewenangan di bidang penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
2. Pelaksanaan Pembangunan Desa.
3. Pembinaan Kemasyarakatan Desa.
4. Pemberdayaan masyarakat Desa Berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan adat istiadat
Desa.

 Selain kewenangan-kewenangan tersebut, desa juga diberikan kewenangan desa lainnya yang
meliputi :
1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.
2. Kewenangan local berskala Desa.
3. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
4. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, atau
Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
 Kewenangan untuk mengatur dan kewenangan untuk mengurus

1. Kewenangan berdasarkan hak asal usul.

2. Kewenangan lokal berskala Desa.


 Kewenangan yang hanya untuk mengurus

1. Kewenangan yang ditugaskan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi,


atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

2. Kewenangan lain yang ditugaskan oleh oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah


Provinsi, atau Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
Dampak Desentralisasi
Bidang Sosial Budaya  Terbentuknya dan semakin kuatnya ikatan sosial budaya di setiap daerah
sehingga pengembangan kebudayaan daerah semakin baik.
 Timbulnya persaingan antar suatu daerah otonom yang saling berlomba
menonjolkan kebudayaan masing-masing sehingga dapat melunturkan rasa
persatuan dan kesatuan.
Bidang Politik  Pemerintah desa semakin aktif mengelola desanya karena memiliki wewenang
membuat dan memutuskan kebijakan tertentu.
 Timbulnya euforia berlebihan sehingga kewenangan tersebut berpotensi
disalahgunakan untuk kepentingan pribadi, golongan, dan kelompok tertentu.
Bidang Ekonomi  Adanya kewenangan pemerintah desa untuk mengelola sumber daya alam,
sehingga pendapatan desa dan masyarakatnya akan semakin meningkat.
 Potensi terjadinya penyalahgunaan suatu wewenang oleh pejabat daerah
sehingga timbul praktik KKN.
Bidang Keamanan  Timbulnya rasa memiliki dan melakukan upaya mempertahankan kekerabatan di
desa yang dapat meredam perpecahan dan percecokan.
 Timbulnya potensi konflik antar desa karena pengelolaan potensi dan batas
KELEBIHAN DAN KEKURANGAN DESENTRALISASI

KELEBIHAN DESENTRALISASI

Hubungan
Meringankan pusat dan
Birokrasi Tidak Kemajuan
Lebih Efektif Pekerjaan Efisien Biaya daerah akan
Terlalu Panjang Daerah Terukur
Pemerintah terjalin dengan
baik
KEKURANGAN DESENTRALISASI

Mendorong
Keseimbangan Tidak efektif
Tumbuhnya paham
Nasional bisa Rawan
Antar daerah kedaerahan (Jika jika Mengikis
berlebihan akan terganggu karena Eksploitasi
berbeda memicu perpecahan beragaman
pemerintah Peran
kekayaan
kebijakan antar daerah dan kepentingan daerah tidak Pemerintah
menjadi ancaman daerah
keutuhan Nasional)
daerah kompeten
Isu-Isu Penyelenggaraan Pemerintahan Desa
I. DANA DESA

A. Dana Desa adalah dana yang dialokasikan dalam APBN yang diperuntukkan bagi desa
yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota dan
digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,
pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.
B. Tujuan Dana Desa
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa, peningkatan kualitas hidup
manusia serta penanggulangan kemiskinan melalui program pembangunan dan
pemberdayaan masyarakat yang dituangkan dalam Rencana Kerja Pemerintah Desa.
KUNJUNGAN KERJA BAPAK MENTERI DESA
TAHUN 2020

BLT DD RUMAH KARANTINA

DOKUMEN BLT DD
KUNJUNGAN KERJA BAPAK MENTERI KESEHATAN
BULAN MARET TAHUN 2021
C. Realisasi Dana Desa
  Status Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3
1 Desa Maju 40 % 40 % 20 %
2 Desa Mandiri 60 % 40% -

D. Permasalahan
1. Tumpang Tindih Kewenangan
2. Regulasi yang setiap saat berubah
3. Pelaporan dan Pengawasan Dana Desa di Kemendagri, Kemendesa & Kemenkeu menggunakan aplikasi
dan format yg berbeda shg tdk efisien
4. Dana Desa yg seharusnya menjadi hak, kewenangan dan tanggungjawab desa tetapi masih menjadi
sumber dana untuk program kegiatan yg diarahkan oleh Pemerintah Pusat
5. Desa dianggap mempunyai dana yg lebih sehingga OPD-OPD banyak menitipkan program kegiatan (RTLH,
Pendataan Kemiskinan DTKS, Kampung KB, Program Desa Bersinar, Operasional Bantuan dll)
6. Belum mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat, terbukti dengan angka kemiskinan yang masih
tinggi.
PENERIMAAN DD DATA KEMISKINAN
DESA SUMBERMULYO DESA SUMBERMULYO
SUMBER JUMLA SUMBER
NO TAHUN JUMLAH
NO TAHUN PENERIMAAN DD DATA H DATA
1 2006 1.908 BPS 1.800 DESA
2 2007 1.908 BPS 1.797 DESA
1 2015 367.563.000
3 2008 1.908 BPS 1.185 DESA
4 2009 744 BPS 821 DESA
2 2016 862.362.000
5 2010 683 BPS 616 DESA
6 2011 683 BPS    
3 2017 1.107.251.000
7 2012 2.285 BPS    
8 2013 1.914 BPS    
4 2018 1.092.813.000
9 2014 1.913 BPS    
10 2015 1.913 BPS    
5 2019 1.365.559.000 11 2016 1.913 BPS    
12 2017 2.110 BPS    
6 2020 1.575.877.000 13 2018 3.418 BPS    
14 2019 3.281 BPS    
7 2021 1.489.176.000 15 2020 2.766 BPS    
16 2021 2.766 BPS    
II. Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian keuangan desa yang diperoleh
dari bagi hasil pajak daerah dan bagian dari dana perimbangan keuangan
pusat dan daerah yang diterima oleh kabupaten/kota untuk desa yang
dibagikan secara proporsional.

Permasalahan:
1. Keterlambatan penyaluran dana di awal tahun
2. Regulasi yang setiap saat berubah
3. Kebijakan di masing-masing Kabupaten/Kota berbeda
DESENTRALISASI DALAM UNDANG-UNDANG DESA

UU Desa menyebutkan bahwa dalam perjalanan ketatanegaraan


Republik Indonesia, desa telah berkembang dalam berbagai bentuk
sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju,
mandiri, dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang
kuat dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju
masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
PERJALANAN UNDANG-UNDANG DESA
1. Ada reduksi dan distorsi UU Desa menjadi proyek dana desa dimana didalam UU Desa sebenarnya tidak
memandatkan ada turunan PP Dana Desa tetapi negara melalui Kemenkeu membikin PP No. 60/2014
tentang dana desa (akibatnya penggunaan dana desa yang semestinya menjadi bagian dari pendapatan
desa dikontrol habis-habisan oleh negara dan desa lebih sekedar menjadi pelaksana kegiatan meski ada
proses perencanaan yang melibatkan partisipasi masyarakat, bahkan berbagai pihak kemudian melihat,
meributkan, menumpangi, dan memanfaatkan dana desa).
2. Desa menjadi arena kontestasi kelembagaan yang terfragmentasi antara dua kementerian yaitu
Kemendagri dan Kemendesa yang membikin ribet karena terkesan tidak terkonsolidasi dengan baik
(Indikator tipologi perkembangan desa pada kedua kementerian berbeda, pengelolaan keuangan dan
program pembangunan menjadi kewenangan lembaga berbeda, bahkan Siskeudes yang dipakai tidak
hanya berperan melakukan pengawasan, tetapi juga ikut mengatur, memerintah dan melarang desa).
3. Negara lebih banyak mengatur dari pada mengurus desa dan negara lebih banyak mengawasi ketimbang
membina desa.
4. Negara melakukan pengendalian dan pengaturan dengan birokratisasi dan regulasi dan tidak menghargai
rekognisi dengan mengakui, menghormati dan mempercayai desa (Sudah ada UU masih diatur PP, PP
diatur Permen, Permen diatur Perbub bahkan Perbup masih diatur petunjuk teknis oleh Dinas terkait).
PERJALANAN UNDANG-UNDANG DESA
5. Negara menggunakan pembangunan yang dipikirkan sendiri untuk memerintah dan mengendalikan desa
dan mempersempit pelembagaan “desa membangun dan membangun desa” (SDGs Desa digunakan
untuk memerintah dan mengendalikan desa untuk melaksanakan pembangunan yang ditentukan
negara).
6. Kebijakan pendekatan proyek dana desa dan pembangunan desa menjadi utama yang dikelola secara
teknokratis untuk menghasilkan lebih banyak proyek yang membebankan target capaian kepada desa
dan jauh dari upaya melembagakan dan melayani pembentukan sistem dan formasi desa baru (Ada
banyak proyek mengikuti yaitu desa wisata, desa digital, smart village, data, indeks, dan lain–lain yang
semua menarget desa. akhirnya desa menjadi locus perburuan data untuk pertunjukan output).
7. Ada proses distorsi kewenangan menjadi keselamatan uang negara melalui taktik anti-korupsi, moralisasi,
dan kriminalisasi sehingga melemahkan kedaulatan uang rakyat (Sejak zaman kolonial, supradesa dan
teknokrat menuding bahkan menghakimi orang desa itu bodoh, malas dan suka mencuri atau clemer).
8. Negara memaksa dan memperalat desa menjadi objek dengan pendekatan instruksi, target, dan
perangkat untuk pertunjukan bahwa target objeknya berhasil.
9. Pendampingan desa menjadi pekerjaan mendampingi proyek dana desa dan SDGs dan memburu data
dan bukan dipekerjakan untuk memberdayakan dan memberkuasakan desa.
CATATAN AKHIR
 Perlunya kompetensi dan kreativitas dari pemerintah desa untuk memaksimalkan potensi
desa untuk menambah pendapatan asli desa.
 Perlunya kebijakan yang lebih memberikan keleluasaan bagi desa dalam menentukan
prioritas penggunaan DD dengan tetap dalam rambu-rambu sinkronisasi dengan
perencanaan daerah dan nasional.
 Pemerintah Desa harus berperan untuk mendorong pelibatan masyarakat secara aktif dan
luas mulai saat perencanaan pembangunan desa sampai dengan pelaksanaan sehingga
terdapat kejelasan rencana kegiatan pembangunan dan sumber pembiyaannya.
 Perlunya peningkatan kapasitas pemerintah desa melalui pembinaan yang dilakukan secara
konsisten dan berkesinambungan. Dibutuhkan komitmen yang kuat dari pemerintah dan
pemerintah daerah dalam hal pembinaan dan pengawasan serta didukung dengan
mengoptimalkan peran BPD dan masyarakat dalam hal pengawasan agar penyelenggaraan
pemerintahan desa dapat berjalan secara efektif.
 Perlunya evaluasi dari Pemerintah Pusat tentang Desentralisasi Desa.
Perjuangan kita hari ini adalah
untuk pondasi masa depan
anak-anak negeri ini

Terimakasih

Anda mungkin juga menyukai