Anda di halaman 1dari 78

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pemerintahan Desa telah berkembang dalam berbagai bentuk,

sehingga perlu dilindungi dan diberdayakan agar menjadi kuat, maju, mandiri,

dan demokratis sehingga dapat menciptakan landasan yang kuat dalam

melaksanakan pemerintahan dan pembangunan menuju masyarakat yang adil,

makmur, dan sejahtera. Secara lebih operasional Undang-Undang Otonomi

Daerah mengamanatkan, bahwa penyelenggaraan pemerintahan diarahkan

untuk memberikan kewenangan yang lebih luas kepada Pemerintah Daerah

dengan maksud meningkatkan pelayanan dan partisipasi aktif masyarakat

terhadap pelaksanaan pembangunan disegala bidang.

Desa sebagai bagian dari Pemerintah Daerah Kabupaten yang

berhubungan langsung dengan masyarakat, tentunya mempunyai hubungan

yang lebih dekat dengan masyarakat. Selain itu, desa memiliki wewenang

untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat dengan berpedoman

pada keanekaragaman, partisipasi otonomi asli, demokrasi dan pemberdayaan

masyarakat. Karena itu, Desa diharapkan dapat meningkatkan pelayanan

publik, dan partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan.

Dalam kaitan susunan dan penyelenggaraan Pemerintahan Daerah, setelah

perubahan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945,

pengaturan Desa atau disebut dengan nama lain dari segi pemerintahannya

mengacu pada ketentuan Pasal 18 ayat (7) yang menegaskan, bahwa ”susunan

1
2

dan tata cara penyelenggaraan Pemerintahan Daerah diatur dalam undang-

undang”. Hal itu berarti, bahwa Pasal 18 ayat (7) Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 membuka kemungkinan adanya

pemerintahan dalam sistem pemerintahan Indonesia.

Berdasarkan juga pada awalnya perumusan secara formal desa dalam

Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Desa adalah kesatuan masyarakat

hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat

berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang

diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik

Indonesia.

Penataan Administrasi merupakan pencatatan data dan informasi

dalam mendukung penyelenggaraan Pemerintahan Desa, maka perlu

dilakukan langkah penyempurnaan terhadap pelaksanaan administrasi. yang

mengatur materi mengenai Asas Pengaturan, Kedudukan dan Jenis Desa,

Penataan Desa, Keuangan Desa dan Aset Desa, Pembangunan Desa dan

Pembangunan Kawasan Perdesaan, Badan Usaha Milik Desa, Kerjasama

Desa, serta Pembinaan dan Pengawasan. Dalam sejarah pengaturan Desa,

telah ditetapkan beberapa pengaturan tentang Desa yaitu: Undang-undang

Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun

2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa; Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang

Perubahan Atas PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Atas


3

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa; Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas PP Nomor 43 Tahun

2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 tentang Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia

Nomor 83 Tahun 2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat

Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun

2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa; Peraturan

Daerah Kabupaten Bima Nomor 9 Tahun 2015 tentang Desa; Peraturan

Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2017 Tentang

Perubahan atas Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 tentang Pengangkatan dan

Pemberhentian Perangkat Desa; Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Bertitik tolak pada semangat reformasi sistem Pemerintahan Desa

tersebut, maka struktur kelembagaan dan mekanisme kerja di semua tingkatan

pemerintah, khususnya Pemerintahan Desa yang berhubungan langsung

dengan masyarakat diarahkan untuk dapat untuk menciptakan pemerintahan

yang peka terhadap perkembangan dan perubahan yang terjadi. Pasal 4,

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, menyebutkan bahwa :

1. Memberikan pengakuan dan penghormatan atas Desa yang sudah ada

dengan keberagamannya sebelum dan sesudah terbentuknya Negara

Kesatuan Republik Indonesia;


4

2. Memberikan kejelasan status dan kepastian hukum atas Desa dalam sistem

ketatanegaraan Republik Indonesia demi mewujudkan keadilan bagi

seluruh rakyat Indonesia;

3. Melestarikan dan memajukan adat, tradisi, dan budaya masyarakat Desa;

4. Mendorong prakarsa, gerakan, dan partisipasi masyarakat Desa untuk

pengembangan potensi dan Aset Desa guna kesejahteraan bersama;

5. Membentuk Pemerintahan Desa yang profesional, efisien dan efektif,

terbuka, serta bertanggung jawab;

6. Meningkatkan pelayanan publik bagi warga masyarakat Desa guna

mempercepat perwujudan kesejahteraan umum;

7. Meningkatkan ketahanan sosial budaya masyarakat guna mewujudkan

masyarakat Desa yang mampu memelihara kesatuan sosial sebagai bagian

dari ketahanan nasional;

8. Memajukan perekonomian masyarakat Desa serta mengatasi kesenjangan

pembangunan nasional; dan

9. Memperkuat masyarakat Desa sebagai subyek pembangunan.

Adapun pengaturan lebih lanjut mengenai desa ditetapkan oleh

Peraturan Daerah Kabupaten (Perda Kabupaten) sesuai Pedoman Umum yang

ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.

Pelayanan publik merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan

oleh organisasi public atau instansi pemerintahan yang bertujuan untuk

memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang atau jasa yang dilakukan

sesuai dengan aturan pokok dan peraturan yang telah ditetapkan pemerintah
5

melalui lembaga dan seluruh aparatur bertugas menyediakan dan

menyelenggarakan kelayanan kepada public atau sering disebut masyarakat.

Pelayanan public merupakan salah satu tugas penting yang tidak dapat

diabaikan oleh pemerintah daerah sebab jika komponen pelayanan terjadi

stagnasi maka hamper dipastikan semua sektor pembangunan akan

terhambat, oleh sebab itu perlu adanya perencanaan yang baik dan bahkan

perlu diformulasikan standar pelayanan pada masyarakat sesuai dengan

kewenangan yang diberikan oleh pemerintah.

Pelayanan publik di Desa tersebut diselenggarakan oleh Aparat desa

yang terdiri dari Kepala Desa, Sekretaris Desa, dan kepala-kepala Seksi.

Kegiatan pelayanan publik tersebut sebagai konsekuensi dari pelaksanaan

Otonomi Daerah yang ditetapkan oleh Undang-undang Nomor 23 Tahun

2014 tentang Pemerintah Daerah dimana Pemerintahan Daerah diberi

kewenangan yang luas oleh pemerintah pusat untuk mengatur rumah

tangga daerahnya sendiri. Namun ada berbagai isu yang muncul

dikalangan masyarakat, ternyata hak pelayanan yang diterima oleh

masyarakat terasa belum memenuhi harapan semua pihak baik dari kalangan

masyarakat umum maupun dari kalangan pemerintah sendiri. Perbaikan

kinerja birokrasi pelayanan public akan mempunyai dampak luas terutama

dalam tingkat kepercayaan masyarakat kepada pemerintah, kurang baiknya

kinerja birokrasi selama ini menjadi salah satu faktor penting yang

mendorong munculnya krisis kepercayaan masyarakat kepada pemerintah.


6

Menurut pengamatan peneliti masih ada kekurangan terkait

kemampuan Aparat desa di desa Dumu dalam memberikan pelayanan

masyarakat dibidang administrasi kepada masyarakat yakni masih sangat

birokratis dan infesiensi masalah kepastian waktu pelayanan, contohnya ketika

mengurus surat keterangan domisili, surat ijin usaha, surat pengantar

KTP/KK, Aparat desa susah ditemui karena tidak tepat waktu masuk kantor

dan pulang kantor sehingga masyarakat kesulitan ketika mengurus surat-surat

di kantor desa Dumu, Ini didukung dengan pengakuan salah satu unsur

masyarakat di desa Dumu Kecamatan Langgudu.

Secara konseptual, kualitas tinggi dan kekenyalan terus menerus

dalam mengurus organisasi dan tata pemerintahan yang baik terkait dengan

sikap profesionalisme aparatur dalam merespon kebutuhan dan harapan

masyarakat yang dipengaruhi perkembangan (tantangan dan peluang)

lingkungan strategis nasional, regional dan global. Berkarya secara profesional

mengandung makna bahwa seseorang benar-benar memahami seluk beluk

tugasnya secara mendalam. Tuntutan masyarakat yang semakin pesat, menjadi

kewajiban aparatur berkarya dalam penyelenggaraan pemerintah untuk

meningkatkan kemampuan dibidang tugas yang dipercayakan kepadanya,

sebab dengan demikian kreatifitas dan produktivitas kerja dapat ditingkatkan.

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,

selanjutnya disebut desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki

batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan

pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa


7

masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Pemerintahan desa adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan dan

kepentingan masyarakat setempat dalam sistem Pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Sehubungan dengan kompleksitas persoalan berkenaan dengan

Pelayanan masyarakat, penulis akan mengangkat tema penelitian dengan

mengusung judul yaitu “Analisis Kemampuan Aparat Desa dalam

Pelaksanaan Tugas (Studi Di Kantor Desa Dumu Kecamatan Langgudu

Kabupaten Bima).”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, maka

yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan tugas di kantor

desa Dumu kecamatan Langgudu kabupaten Bima?

2. Apa saja penghambat dan pendukung aparat desa dalam pelaksanaan tugas

di kantor desa Dumu kecamatan Langgudu kabupaten Bima?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan tugas di

kantor desa Dumu kecamatan Langgudu kabupaten Bima.


8

b. Mengetahui apa saja penghambat dan pendukung aparat desa dalam

pelaksanaan tugas di kantor desa Dumu kecamatan Langgudu

kabupaten Bima.

2. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan tujuan dari penelitian di atas, maka penelitian ini pula

mempunyai kegunaan sebagai berikut :

a. Secara akademis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran untuk sarana perbandingan bagi dunia ilmu

pengetahuan dalam memperkaya informasi tentang kemampuan aparat

desa dalam pelaksanaan tugas studi di kantor desa Dumu kecamatan

Langgudu kabupaten Bima.

b. Secara praktis, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan

sumbangan pemikiran bagi Pemerintah Daerah di Kabupaten Bima

Propinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) tentang apa saja penghambat dan

pendukung aparat desa dalam pelaksanaan tugas di masa mendatang.

D. Fokus Penelitian

Fokus penelitian adalah konsep dimana berisi pengertian atau definisi

konsep tersebut, aspek/dimensi/komponen/bentuk/gejala dan sebagainya dari

konsep tersebut yang nantinya akan dijadikan indikator dari konsep tersebut,

faktor-faktor yang mempengaruhi, dan sebagainya. Moelong (2009: 27).

Fokus penelitian memuat rincian pernyataan tentang cakupan atau

topik-topik pokok yang akan diungkapkan/digali dalam penelitian ini. Apabila

digunakan istilah rumusan masalah, fokus penelitian berisi pertanyaan-


9

pertanyaan yang akan dijawab dalam penelitian dan alasan diajukannya

pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan ini diajukan untuk mengetahui gambaran

apa yang akan diungkapkan dilapangan. Pertanyaan-pertanyaan yang diajukan

harus di dukung oleh alasan-alasan mengapa hal tersebut di tampilkan.

Penelitian kualitatif yang harus diperhatikan adalah masalah dan fokus

penelitian. Fokus penelitian ini memegang peranan yang sangat penting dalam

memandu dan mengarahkan jalannya suatu penelitian. Fokus penelitian sangat

membantu seorang peneliti agar tidak terjebak oleh melimpahnya volume data

yang masuk, termasuk juga yang tidak berkaitan dengan masalah penelitian.

Fokus memberikan batas dalam studi dan batasan dalam pengumpulan peneliti

fokus memahami masalah yang menjadi tujuan penelitian. Adapun fokus

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis adalah aktivitas penguraian atau memecahkan, memilih,

membedakan masalah menjadi bagian-bagian atau komponen-komponen

terkecil sehingga mudah dipahami dan diinterpretasikan. Analisis yaitu

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang

tepat dan pemahaman arti keseluruhan. Analisis merupakan kegiatan untuk

mencari pola, atau cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara

sistematis terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antar

bagian, serta hubungan dengan keseluruhan. (Sugiono, 2015:56).

2. Kemampuan adalah suatu keterampilan seseorang dalam melakukan

pekerjaan menurut bidang dan tingkatan masing-masing. Kemampuan


10

beradaptasi, Kemampuan dalam menyesuaikan diri dengan fenomena

global dan fenomena nasional; Mengacu kepada misi dan nilai (mission

& values-driven professionalism), birokrasi memposisikan diri sebagai

pemberi pelayanan kepada publik dan dalam mewujudkan tujuan

organisasi yang berorientasi kepada hasil yang ingin dicapai organisasi.

Sundarso (2006:51)

Aparat Desa adalah merupakan perangkat/alat kelengkapan negara

terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian

yang mempunyai tanggungjawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-

hari. Sedarmayanti (2016 : 319)

Dari fokus penelitian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

aparatur pemerintah adalah birokrat (pegawai pemerintah) yang menjadi

bagian birokrasi, mempunyai tanggungjawab menjalankan roda

pemerintahan sesuai tugas dan fungsi yang diatur dalam peraturan

perundangan.

Selain dari itu pelaksanaan tugas adalah kemampuan dan

keterampilan yang memadai yang dimiliki seseorang dalam melaksanakan

tugas/pekerjaan dengan baik, cepat dan memenuhi keinginan semua pihak,

baik manajemen itu sendiri maupun semua pihak. Artinya, setiap orang

yang berada dalam suatu organisasi termasuk organisasi publik harus

memiliki keahlian dan keterlampilan sesuai dengan bidang tugasnya.


11

E. Sistematika Pembahasan

Guna menjelaskan gambaran yang dilkemukakan dalam skripsi dengan

judul “Analisis Kemampuan Aparat Desa dalam Pelaksanaan Tugas (Studi Di

Kantor Desa Dumu Kecamatan Langgudu Kabupaten Bima)” secara garis

besarnya menyajikan 5 (lima) bab sebagai berikut:

BAB PERTAMA : Adalah bab pendahuluan yang terdiri atas: latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunaan

penelitian, Fokus Penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB KEDUA : Merupakan bab yang mengupas tinjauan teoritis atau

tinjauan pustaka.

BAB KETIGA : Merupakan membahas tentang metode penelitian yang

menguraikan tentang: Jenis dan pendekatan penelitian,

lokasi penelitian, informan peneliti, jenis dan sumber data

penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisa

data.

BAB KEEMPAT : Adalah bab yang. Menguraikan tentang deskripsi daerah

atau obyek dan pembahasan hasil penelitian

BAB KELIMA : Merupakan bab penutup yang berisi kesimpulan dan

saran-saran.
12

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Analisis

Salah satu bentuk analisis adalah aktivitas penguraian atau

memecahkan, memilih, membedakan masalah menjadi bagian-bagian atau

komponen-komponen terkecil sehingga mudah dipahami dan

diinterpretasikan. Dwi Prastowo Darminto, menyatakan bahwa analisis yaitu

penguraian suatu pokok atas berbagai bagiannya dan penelaahan bagian itu

sendiri, serta hubungan antar bagian untuk memperoleh pengertian yang tepat

dan pemahaman arti keseluruhan. Analisis merupakan kegiatan untuk mencari

pola, atau cara berpikir yang berkaitan dengan pengujian secara sistematis

terhadap sesuatu untuk menentukan bagian, hubungan antarbagian, serta

hubungan dengan keseluruhan. (Sugiono, 2016:56).

Analisis adalah aktivitas berpikir untuk menguraikan suatu keseluruhan

menjadi komponen-komponen kecil sehingga dapat mengenal tanda-tanda

komponen, hubungan masing-masing komponen, dan fungsi setiap komponen

dalam keseluruhan yang terpadu. Jadi bisa ditarik kesimpulan adalah yakni

penguraian suatu permasalahan secara terstruktur dalam memastikan bagian,

hubungan antar bagian serta hubunganya secara menyeluruh untuk

mendapatkan penafsiran serta pemahaman yang tepat. (Komarudin,2014:75)


13

B. Kemampuan Aparat Desa

1. Pengertian Kemampuan 12
Istilah “Kemampuan” mempunyai banyak makna, Jhonson dalam

Gunawan (2017:38), berpendapat bahwa “Kemampuan Dalam perilaku

yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipesaratkan sesuai kondisi

yang diharapkan “Sementara itu, menurut Kartono dalam Gunawan

(2017:38), bahwa “kemampuan adalah segala daya, kesanggupan,

kekuatan dan keterampilan teknik maupun sosial yang dianggap melebihi

dari anggota bias.

Lebih lanjut, beberapa jenis kemampuan yang di antara lain:

kecerdasan, menganalisis, bijak sana menggambil keputusan,

kepemimpina masyarakat, dan penyetahuan tentang pekerjaan. Mengacu

pada pengertian dan jenis kemampuan tersebut diatas, dalam suatu

organisasi pemerintah desa senangtiasa perlu memiliki suatu daya

kesanggupan, keterampilan, pengetahuan terhadap pekerjaan

pengimpletasian tugas-tugas dan fungsi masing-masing aparat desa

kemampuan yang penulis maksudkan adalah kemampuan yang dilihat dari

hasil kerjannya atau hasil kemampuan kerjanya.

Konsisten dengan kemampuan Chaplin dalam (Mohamad Helmi

Syaifuddin dkk. 2019:42), kemampuan, kesanggupan, ketangkasan, bakat,

dan kesanggupan adalah daya untuk melakukan tindakan. Pada saat yang

sama, menurut kemampuan Robbins, kemampuan bawahan mungkin


14

bawaan, atau mungkin hasil dari pelatihan atau latihan. Menurut Akhmat

Sudrajat, ada pandangan lain yang menghubungkan istilah keterampilan

dan kemampuan (Mohamad Helmi Syaifuddin et al., 2019: 53).

Menurut Tjiptoherianto de Gunawan (2017:39), kapasitas kerja

seseorang menunjukkan bahwa kapasitas kerja yang rendah merupakan

akibat dari pendidikan, pelatihan dan kesehatan yang buruk. Sementara itu,

menurut Steers de (Gunawan 2017: 39), kapasitas instansi pemerintah

sebenarnya tidak terlepas dari pembahasan tentang kematangan

kelembagaan, termasuk keterampilan yang diperoleh melalui pelatihan,

pendidikan dan pengalaman.

Ada 3 (tiga) Indicator tentang kemampuan :

a. Kedisiplinan

Kedisiplinan yang berkaitan dengan tingkat kepatuhan yang

dimiliki oleh aparat adalah meliputi kepatuhan terhadap pelaksanaan

setiap aturan ataupun perintah yang dari atasan bisa berarti perintah

yang datang dari pemerintah yang lebih tinggi bisa dari kantor

kecamatan dan bisa juga dari atasan yaitu kepala desa. Suatu

kedisiplinan yang menyangkut ketepatan waktu dalam suatu pekerjaan

bisa juga yang termasuk diantaranya adalah dalam hal menjalankan

tugas-tugas di dalam melayani masyarakat serta bisa juga tugas yang

lain misalnya dari atasan, kedisiplinan juga sering kali dikaitkan

dengan kedatangan dan kepulangan aparat dari kantor desa yang

tentunya hal ini adalah kantor desa Takerharjo. Waktu merupakan


15

kedisiplinan yang sangat berpengaruh terhadap suatu kinerja serta

perbuatan. Kesemuanya saling mempengaruhi serta antara yang satu

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan lagi. Dengan adanya kesadaran

yang sangat tinggi tentang kedisiplinan maka seseorang dapat

dikatakan mampu membantu dalam hal tercapainya sesuatu yang

menjadi tujuan organisasi serta optimal. Disiplin yang paling sangat

berpengaruh adalah disiplin waktu serta disiplin pekerjaan dan

perbuatan maka keduanya harus bisa sejalan dan selaras apabila ingin

dicapai hasil yang baik serta sangat berpengaruh terhadap hasil yang

akan dicapai.

b. Penyelesaian Tugas

Penyelesaian tugas yang dilakukan oleh perangkat desa

Takerharjo merupakan suatu bentuk tugas yang harus diselesaikan dan

wajib bagi seluruh aparat desa Takerharjo, karena dengan penyelesaian

tugas tersebut dapat diketahui bahwa sejauh mana tingkat pengabdian

serta bisa memberikan suatu pelayanan yang baik dan memuaskan bagi

warga desa tidak hanya itu saja melainkan masih banyak lagi yang ada

kaitannya dengan setiap penyelesaian tugas dari atasan yaitu selaku

pemimpin dari pemerintahan desa yaitu kepala desa dan apabila ada

tugas yang harus diselesaikan dari pemerintah di atasnya bisa dari

pemerintah kecamatan dan lain-lain. Penyelesaian pekerjaan dengan

baik dan tepat waktu merupakan tolak ukur keberhasilan dalam

mencapai pekerjaan yang baik. Hasil pekerjaan adalah ukuran


16

kemampuan, ketelitian serta tanggung jawab. Setiap pegawai apabila

ada pekerjaan yang selalu tertunda maka pelaksanaan dan penyelesaian

akan mengakibatkan pekerjaan lain menjadi tertunda.

c. Semangat Kerja

Semangat kerja yang berkaitan dengan tingkat kepuasan seorang

aparat dalam setiap melaksanakan pekerjaan yang diwajibkan

kepadanya, dengan demikian semangat kerja tersebut sangat

berpengaruh terhadap pelaksanaan kerja seorang aparat. Salah satu

indikator untuk mengukur kinerja adalah adanya semangat kerja,

semangat kerja sangat penting keberadaannya karena sangat berkaitan

langsung individu aparat yang menyangkut dengan sikap dan perasaan

terhadap tugas-tugas untuk dilaksanakan guna mencapai keberhasilan

pelayanan. Pelayanan publik dapat berjalan sesuai dengan apa yang

diharapkan apabila aparat menjalankan tugas-tugas atau tanggung

jawabnya sesuai ketentuan yang berlaku dalam organisasi tersebut.

Sementara itu, menurut Steers dalam (Gunawan 2017:40), bahwa

Kemampuan aparatur pemerintah sebenarnnya tidak terlepas dari

pembicaraan tingkat kematangan aparatur yang didalamnnya menyangkut

keterampilan yang diperoleh dari pendidikan latihan dan pengalaman.

Berdasarkan pandangan tersebut jelas bahwa kemampuan seseorang,

dalam hal ini aparatur dapat dilihat dari tingkatan pendidikan aparatur,

jenis latihan yang pernah diikuti dan penggalaman yang dimilikinnya,

secara konsepsional hal ini diperkuat dari pandangan Steers tersebut


17

sebelumnnya bahwa untuk mengidetifikasi apakah kegiatan dalam

organisasi dapat mencapai tujuannya salah satuhnya yang harus dapat

perhatian adalah orang-orang yang ada dalam organisasi tersebut.

Selanjutnya Steers berpendapat bahwa pada kenyataannya anggota

organisasi yang merupaka faktor yang mempunyai pengaruh yang paling

penting dalam pencapaian tujuan organisasi di sebabkan orang-orang

itulah yang menggerakan roda organisasi. Anggota organisasi yang

dimaksud adalah aparatur desa yang merupakan faktor yang paling

menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan

kepadanya memang tidak dapat dilepaskan sebagai bagian dari proses

kontruksi sosial yang begitu mendalam sehingga membuat daya kongmitif

warga desa sering kali terasa kesulitan dalam membuat terobosan-

terobosan baru yang jelas dengan semanggat berubahan ketikan

berbenturan dengan kebijakan seorang kepala desa (kondisi ini sedikit

banyak juga dipenggaruhi oleh lemahnya human resources di desa yang

populasinya relatifnya kecil dan sangat terbatas sebab itu guna mendobrak

kebekuan atau stagnasi sosial ini diperlukan terobosan dari kekuatan luar

untuk bemikra atau saling berkerja (Gunawan, 2017:40).

Pemerintah desa memiliki peran singnifikan dalam pengeloaan

proses sosial dalam masyarakat. Tugas utama yang harus diembang

pemerintah desa adalah bagaimana menciptakan kehidupan demokratif,

memberikan pelyanan sosial yang baik sehingga dapat membawa

warganya pada kehidupan yang sejahterah, rasa tentram dan keadilan.


18

Guna mewujudkan tugas tersebut, pemerintah desa dituntut untuk

melakukan perubahan baik dari segi kepemimpinan, kinerja birokrasi yang

beriotasi pada pelayanan yang berkualitas dan bermakna, sehingga kinerja

pemerintah desa benar” makin mengarah pada prakter good governace

(Gunawan, 2017: 41).

2. Pengertian Aparat Desa

Aparat desa merupakan perangkat/alat kelengkapan negara

terutama meliputi bidang kelembagaan, ketatalaksanaan, kepegawaian

yang mempunyai tanggungjawab melaksanakan roda pemerintahan sehari-

hari.

Aparatur juga sebagai pelaksana roda birokrasi. Menurut

(Sedarmayanti 2016 : 319-320) bahwa birokrat adalah pegawai yang

bertindak secara birokratis antara lain ;

a. Sistem pemerintahan yang dijalankan oleh aparatur pemerintah karena

telah berpegang pada hierarki dan jenjang jabatan.

b. Cara kerja dan atau susunan pekerjaan yang serba lamban serta

menurut tata aturan (adat dan sebagainya) yang banyak liku-likunya.

c. Birokrasi sering melupakan tujuan yang sejati, karena terlalu

mementingkan cara dan bentuk. Ia menghalangin pekerjaan yang cepat

serta menimbulkan semangat menanti, menghilangkan inisiatif, terikat

pada peraturan yang rumit dan bergantung pada perintah atasan,

berjiwa statis dan karena itu menghambat kemajuan. (Sedarmayanti

2016:319-320).
19

Pendapat di atas, birokrat dapat diartikan yang bertindak secara

birokratis yang menjunjung tinggi nilai-nilai secara sistematis. Artinya,

kemajuan bukanlah sesuatu yang ditargetkan karena terlalu terpaku pada

aturan yang ada. Aparatur sebagai pelaksanan jalannya birokrasi sering

melupakan tujuan pemerintah sebagai pelayan masyarakat dan aparatur

lebih memprioritaskan kepada bentuk organisasi dan cara-cara yang sering

dilaksanakan sehingga tidak mampu beradaptasi pada perubahan

lingkungannya.

Menurut Weber (Wijaya, 1993;25) menjelaskan tentang

batasan/defenisi tentang birokrasi bahwa “Birokrasi adalah suatu sistem

otoritas yang ditetapkan secara rasional oleh berbagai peraturan, dengan

demikian birokrasi dimaksudkan untuk mengorganisasi secara teratur

suatu pekerjaan yang dilakukan oleh banyak orang. Sedangkan menurut

Mark (Wijaya, 1993:25) lebih lanjut menjelaskan bahwa birokrasi sebagai

life orgasasi yang dipergunakan pemerintah modern untuk pelaksanaan

tugas-tugasnya yang bersifat spesisialsasi dilaksanakan dalam sistem

adminitrasi dan khususnya oleh aparatur pemerintah.

Defenisi birokrasi di atas, pada hakikatnya birokrasi merupakan

institusi dalam mekanisme pemerintah yang netral, sebab fungsi dasar

birokrasi menurut lingkup ilmu-ilmu administrasi masyarakat adalah

sebagai pelaksana (actuating) sedangkan fungsi-fungsi administasi lainnya

seperti perencanaan (plainning), pengorganisasian (organizing) dan


20

pengawasan (controling) dilakukan oleh institusi-institusi lainnya bersifat

politis.

Dari beberapa pendapat diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa

aparatur pemerintah adalah birokrat (pegawai pemerintah) yang menjadi

bagian birokrasi, mempunyai tanggungjawab menjalankan roda

pemerintahan sesuai tugas dan fungsi yang diatur dalam peraturan

perundangan.

Aparat desa atau sumber daya manusia yang merupakan jabatan

dan kemampuan yang terdapat pada manusia yang mempunyai akal, rasa

dan karya terhadap usaha kerja yang menghasilkan sesuatu baik untuk

dirinya sendiri, organisasi maupun untuk kepentingan masyarakat luas.

Sumber daya manusia dalam organisasi pemerintahan adalah Aparat desa

negeri sipil yang melaksanakan tugas umum pemerintahan dan

pembangunan berdasarkan pasal 1 undang-undang nomor 43 tahun 1999

tentang pokok-pokok ke aparat desa menyatakan bahwa:

“Aparat desa adalah setiap warga negara Republik Indonesia yang


telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat
yang berwewenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri
atau diserahi tugas negara lainnya yang ditetapkan berdasarkan
suatu peraturan perundang-undangan dan digaji menurut
peraturan perundangan yang berlaku”.

Aparat desa diangkat oleh pejabat yang berwewenang setelah

dilakukan beberapa tes penyaringan seleksi kemudian diberi tugas sesuai

dengan tugas dan tanggung jawabnya sebagai Aparat desa dan digaji

berdasarkan ketentuan yang berlaku dan berkedudukan sebagai aparatur


21

negara yang bertugas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat

secara rasional, jujur, adil dan merata dalam penyelenggaraan tugas

negara, pemerintahan dan pembangunan baik di pusat maupun di daerah.

Keseluruhan komponen Aparat desa tersebut harus dikembangkan

dan dibina. Pembinaan Aparat desa dilaksanakan berdasarkan perpaduan

antara sistem karier dan sistem prestasi kerja. Pembinaan Aparat desa

sebagaimana tertuang dalam undang-undang nomor 43 tahun 1999 sangat

luas mulai dari pengadaan Aparat desa sampai pemberhentian Aparat desa

termasuk didalamnya adalah pembinaan disiplin Aparat desa.

C. Pelaksanaan Tugas

Untuk mewujudkan suatu tujuan atau target, maka haruslah ada

pelaksanaan yang merupakan proses kegiatan yang berkesinambungan

sehingga mencapai tujuan yang diharapkan. Pelaksanaan berasal dari kata

“laksana” yang berarti bautan, sifat dan tanda. Ditambah awalan pe- dan

akhiran–an yang berfungsi membentuk kata benda menjadi “pelaksanaan”.

(Dwi Purnama Wati, 2014:7)

Pengertian pelaksanaan Tugas yaitu :

1. Pelaksanaan Tugas adalah salah satu kegiatan yang dapat dijumpai dalam

proses administrasi, hal ini sejalan dengan pengertian yang dilakukan oleh

The Liang Gie et. Lebih lanjut Bintoro Tjokroadmudjoyo mengemukakan

bahwa pelaksanaan sebagai proses dapat kita pahami dalam bentuk

rangkaian kegiatan yakni berawal dari kebijakan guna mencapai tujuan


22

maka kebijakan itu ditutrunkan dalam suatu program dan proyek.

(Rahardjo Adisasmita, 2011:24)

2. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia merumuskan

pengertian pelaksanaaan tugas sebagai upaya agar tiap pegawai atau tiap

anggota organisasi berkeinginan dan berusaha mencapai tujuan yang telah

direncanakan.

3. Wiestra, dkk mengemukakan pengertian pelaksanaan tugas sebagai usaha-

usaha yang dilakukan untuk melaksanakan semua rencana dan

kebijaksanaan yang telah dirumuskan dan ditetapkan dengan melengkapi

segala kebutuhan alatalat yang diperlukan, siapa yang akan melaksanakan,

dimana tempat pelaksanaannya dan kapan waktu dimulainya.

4. Pelaksanaan tugas diartikan sebagai suatu usaha atau kegiatan tertentu

yang dilakukan untuk mewujudkan rencana atau program dalam

kenyataannya. (Febyanti Putri, 2014:12)

Berdasarkan batasan yang dikemukakan di atas, maka dapat dibedakan

antara pengertian pelaksanaan tugas adalah perbuatan yang dilakukan oleh

pelaksana. Jadi dengan dengan demikian kedua pengertian tersebut di atas

mempunyai arti yang berbeda namun keduanya berasal dari kata “laksana”.

Rahardjo Adisasmita mengatakan bahwa sumber daya pelaksana yang

bermutu dalam arti yang sebenarnya dikaitkan dengan pekerjaan yang

dikerjakan akan menghasilkan sesuatu yang dikendaki dari pekerjaan tersebut,

bermutu bukan hanya pandai, tetapi memenuhi semua syarat kuantitatif yang
23

dikehendaki antara lain kecakapan keterampilan, kepribadian, sikap dan

perilaku.

Jadi pelaksanaan tugas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh

suatu badan atau wadah secara berencana, teratur dan terarah guna mencapai

tujuan yang diharapkan. maupun operasional atau kebijaksanaan menjadi

kenyataan guna mencapai sasaran dari program yang ditetapkan semula.

D. Tugas Dan Fungsi Perangkat Desa

1. Adapun Dasar Hukum dari Tugas dan Fungsi Perangkat Desa adalah

sebagai berikut.

a. Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

b. Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

c. Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas

PP Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa;

d. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua

Atas PP Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Atas

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

e. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 83 Tahun

2015 Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;

f. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun

2015 Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa;


24

g. Peraturan Daerah Kabupaten Sukabumi Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Desa;

h. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 67 Tahun

2017 Tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 83 Tahun 2015

tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa;

i. Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun

2018 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa

2. Kedudukan, Tugas Dan Wewenang Kepala Desa

a. Kepala Desa berkedudukan sebagai Kepala Pemerintah Desa yang

memimpin penyelenggaraan Pemerintahan Desa.

b. Kepala Desa bertugas menyelenggarakan Pemerintah Desa,

melaksanakan pembangunan Desa, pembinaan kemasyarakatan dan

pemberdayaan masyarakat Desa.

c. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (2),

Kepala Desa memiliki fungsi sebagai berikut :

1) Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

2) Pelaksanaan pembangunan;

3) Pembinaan kemasyarakatan;

4) Pemberdayaan masyarakat; dan

5) Penjaga hubungan kemitraan dengan lembaga masyarakat dan

lembaga lainnya.
25

3. Wewenang Kepala Desa

Dalam melaksanakan tugasnya, Kepala Desa berwenang :

a. Memimpin Penyelenggaraan Pemerintahan Desa;

b. Mengangkat dan Memberhentikan Perangkat Desa;

c. Memegang Kekuasaan Pengelolaan Keuangan dan Aset Desa;

d. Menetapkan Peraturan Desa;

e. Menetapkan APBDES;

f. Membina Kehidupan Masyarakat Desa;

g. Membina Ketentraman dan Ketertiban Masyarakat Desa;

h. Membina dan meningkatkan perekonomian serta mengintegrasikannya

agar mencapai perekonomian skala produktif untuk sebesar-besarnya

kemakmuran Masyarakat Desa;

i. Mengembangkan sumber pendapatan Desa;

j. Mengusulkan dan menerima pelimpahan sebagian kekayaan Negara

guna meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa;

k. Mengembangkan kehidupan sosial budaya masyarakat Desa;

l. Memanfaatkan teknologi tepat guna;

m. Mengoordinasikan pembangunan Desa secara partisipasif;

n. Mewakili Desa didalam dan diluar pengadilan atau menunjuk kuasa

hukum untuk mewakilinya sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan; dan

o. Melaksanakan wewenang lain yang sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.
26

4. Tugas Pokok Dan Fungsi Sekretaris Desa

Sekretaris Desa bertugas membatu Kepala Desa dalam bidang

administrasi pemerintahan. Adapun fungsi sekretaris desa adalah sebagai

berikut :

a. Melaksanakan urusan ketatausahaan seperti: tata naskah, administrasi

surat-menyurat, arsip dan ekspedisi;

b. Melaksanakan urusan umum seperti: penataan administrasi Perangkat

Desa, penyediaan prasarana Perangkat Desa dan kantor, penyiapan

Rapat, pengadministrasian aset, inventarisasi, perjalanan dinas, dan

pelayanan umum;

c. Melaksanakan urusan keuangan seperti: pengurusan administrasi

keuangan, administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran,

verifikasi administrasi keuangan, dan administrasi penghasilan Kepala

Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga Pemerintahan Desa lainnya;

d. Melaksanakan urusan perencanaan seperti; menyusun rencana

APBDesa, menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan,

melakukan monitoring dan evaluasi program, serta penyusunan

Laporan.

5. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Seksi Pemerintahan

Kepala Seksi Pemerintahan bertugas sebagai membantu Kepala

Desa sebagai pelaksana tugas operasional. Adapun Fungsi Kepala Seksi

Pemerintahan adalah :

a. Melaksanakan manajemen tata praja Pemerintahan;


27

b. Penyusunan rancangan regulasi desa;

c. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan

keamanan, ketentraman, dan ketertiban masyarakat Desa;

d. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan administrasi

kependudukan tingkat Desa;

e. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan administrasi

pertanahan tingkat Desa;

f. Penataan dan pengelolaan wilayah;

g. Pendataan dan pengelolaan profil Desa;

h. Pemantauan kegiatan sosial politik di Desa;

i. Penyusunan Laporan Penyelengaraan Pemerintahan Desa, Laporan

Keterangan Penyelengaraan Pemerintahan dan pemberian informasi

penyelengaraan Pemerintahan Desa kepada masyarakat;

j. Pelayanan kepada masyarakat;

k. Penyusunan laporan pelaksanaan seluruh kegiatan sesuai bidang

tugasnya;

l. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai

kebijakan dan tindakan yang akan diambil di bidang tugasnya;

m. Pelaksanaan fungsi lain yang akan diberikan Kepala Desa.

6. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Seksi Kesejahteraan

Kepala Seksi Kesejahteraan bertugas sebagai membantu Kepala

Desa sebagai pelaksana tugas operasional.


28

a. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan

program pembangunan Desa, dan pemberdayaan masyarakat;

b. Penginventarisir dan pemantauan pelaksanaan pembangunan dan

administrasi pembangunan tingkat Desa;

c. Perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pelaksanaan peningkatan

sarana dan prasaranan pembangunan Desa;

d. Pelaksanaan kegiatan sosialisasi serta motivasi masyarakat di bidang

budaya, ekonomi, politik, lingkungan hidup, pemberdayaan keluarga,

pemuda, olahraga dan karang taruna;

e. Penyiapan konsep Rancangan Peraturan Desa tentang Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Desa, Rencana Kerja Pemerintah

Desa serta peraturan Desa lainnya sesuai bidang tugasnya;

f. Pelayanan kepada masyarakat;

g. Penyusunan laporan pelaksanaan seluruh kegiatan sesuai bidang

tugasnya;

h. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai

kebijakan dan tindakan yang akan diambil di bidang tugasnya; dan

pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Desa.

7. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Seksi Pelayanan

Kepala Seksi Pelayanan bertugas sebagai membantu Kepala Desa

sebagai pelaksana tugas operasional.

a. Penyuluhan dan motivasi terhadap pelaksanaan hak dan kewajiban

masyarakat;
29

b. Peningkatan upaya partisipasi masyarakat;

c. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan

penyandang masalah kesejahteraan sosial dan bidang sosial lainnya;

d. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi kegiatan

pelestarian nilai sosial budaya masyarakat dan ketenagakerjaan;

e. Perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, dan evaluasi pelaksanaan

kegiatan keagamaan;

f. Penyiapan konsep Rancangan Peraturan Desa sesuai bidang tugasnya;

g. Pelayanan kepada masyarkat;

h. Penyelenggaraan pengembangan peran serta dan keswadayaan

masyarakat;

i. Penyusunan laporan pelaksanaan seluruh kegiatan sesuai bidang

tugasnya;

j. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai

kebijakan dan tindakan yang akan diambil di bidang tugasnya; dan

k. Pelaksanaan ungsi lain yang diberikan Kepala Desa.

8. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Urusan Tata Usaha Dan Umum

Kepala Urusan Umum bertugas Membantu Sekretaris Desa dalam

urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan. Kepala Urusan TU dan Umum memiliki fungsi pelaksanaan

urusan ketatausahaan seperti :

a. Administrasi surat menyurat;

b. Arsip;
30

c. Ekspedisi;

d. Penataan administrasi perangkat desa;

e. Penyediaan prasarana Perangkat Desa dan kantor;

f. Penyiapan rapat;

g. Pengadministrasian aset;

h. Inventarisasi;

i. Perjalanan dinas;

j. Pelayanan umum; dan

k. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Sekretaris Desa atau Kepala

Desa.

9. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Urusan Perencanaan dan Pelaporan

Kepala Urusan Perencanaan bertugas membantu Sekretaris Desa

dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan.

Kepala Urusan Perencanaan dan Pelaporan memiliki fungsi

pengoordinasikan urusan perencanaan dan Pelaporan seperti :

a. Menyusun rencana APBDesa;

b. Menginventarisir data-data dalam rangka pembangunan;

c. Melakukan monitoring dan evaluasi program;

d. Penyusunan laporan; dan

e. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Sekretaris Desa atau Kepala

Desa.
31

10. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Urusan Keuangan

Kepala Urusan Keuangan bertugas membantu Sekretaris Desa

dalam urusan pelayanan administrasi pendukung pelaksanaan tugas-tugas

pemerintahan. Kepala Urusan Keuangan memiliki fungsi pelaksanakan

urusan keuangan seperti :

a. Pengurusan administrasi keuangan;

b. Administrasi sumber-sumber pendapatan dan pengeluaran;

c. Verifikasi administrasi keuangan, administrasi penghasilan Kepala

Desa, Perangkat Desa, BPD, dan lembaga Pemerintahan Desa lainnya;

serta

d. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Sekretaris Desa atau Kepala

Desa.

11. Tugas Pokok Dan Fungsi Kepala Dusun

Kadus berkedudukan sebagai unsur pelaksana tugas Kepala Desa

dalam wilayah kerjanya. Kadus mempunyai tugas menjalankan kegiatan

Kepala Desa dalam kepemimpinan Kepala Desa di wilayahnya. Adapun

Fungsi Kepala Dusun sebagai berikut :

a. Pembinaan ketrentaman dan ketertiban, pelaksanaan upaya

perlindungan masyarakat, mobilitas kependudukan, dan penataan dan

pengelolaan wilayah kerjanya;

b. Penyusunan perencanaan dan pengawasan pelaksanaan pembangunan

di wilayah kerjanya;
32

c. Pembinaan kemsyarakatan dalam meningkatkan kemampuan dan

kesadaran masyarakat dalam menjaga lingkungan;

d. Pelaksanaan upaya-upaya pemberdayaan masyarakat dalam menunjang

kelancaran penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan;

e. Pelayanan kepada masyarakat;

f. Pelaporan pelaksanaan tugas di wilayah kerjanya kepada Kepala Desa;

g. Pemberian saran dan pertimbangan kepada Kepala Desa mengenai

Kebijakan dan tindakan yang akan diambil di bidang tugasnya; dan

h. Pelaksanaan fungsi lain yang diberikan Kepala Desa.


33

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis

kualitatif deskriptif. Penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang

menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari

orang-orang dan perilaku yang diamati. Penelitian kualitatif adalah

mempelajari situasi dunia nyata dengan mengadakan kontak secara

langsung dan dekat dengan orang orang, situas–situasi serta fenomena-

fenomena yang dipelajari, pengalaman pribadi peneliti untuk mencari

penemuan-penemuan dalam konteks sosial, historis dan temporal.

2. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan deskripsi

kualitatif, ini karena data dari informan yang terkumpul dalam bentuk

kata-kata atau keterangan-keterangan yang tidak memerlukan perhitungan

dengan angka-angka atau analisis statistic.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penentuan lokasi penelitian biasanya berkenaan dengan

generalisasi, dalam pengertian wilayah diberlakukanya hasil penelitian

tersebut, walaupun penelitian ini tidak bermaksud untuk melakukan

33
34

penggeneralisasian hasil penelitian. Sebab, penelitian ini sifatnya hanya

kasus, dalam arti bahwa hasil penelitian ini hanya diberlakukan pada

lokasi yang diteliti.

Penelitian dilaksanakan di desa Dumu kecamatan Langgudu secara

sengaja atau purposive yang didasarkan atas pertimbangan-pertimbangan

khusus peneliti, termaksud pertimbangan yang bersifat subyektivitas.

2. Waktu Penelitian

Waktu penelitian di laksanakan sejak tanggal 23 Juni sampai

dengan 23 Juli 2022 untuk proses pengumpulan data, pengolahan data

yang meliputi penyajian dalam bentuk skripsi dan proses bimbingan

berlangsung.

C. Informan Penelitian

Penelitian mengenai analisis kemampuan aparat desa dalam

pelaksanaan tugas studi di kantor kepala desa Dumu kecamatan Langgudu

kabupaten Bima ini memerlukan nara sumber yang memiliki pemahaman

yang cukup luas dan berkaitan langsung mengenai data atau informasi yang

lebih akurat. Oleh sebab itu, informan yang dimaksudkan, sebagai berikut:

Tabel. 3.1 Informan Penelitian

No Nama Jabatan Keterangan


1. Tarmizi Kepala Desa
2. Fardin Sekdes
3. Sumran, S.Pd Ketua BPD
4. H. A. Gani Tokoh Masyarakat
5. Hasanuddin, S.Pd Tokoh Masyarakat
6. M. Saleh Tokoh Masyarakat
35

D. Jenis dan Sumber Data Penelitian

1. Jenis Data Penelitian

Jenis data penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

jenis data kualitatif adalah jenis data penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati.

2. Sumber Data Penelitian

Sumber data dalam penelitian ini adalah subjek dari mana data ini

diperoleh. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan dua sumber data

yaitu:

a. Sumber data primer yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti dari sumber pertamanya. Adapun yang menjadi sumber data

primer dalam penelitian ini adalah kepala desa Dumu, sekretaris desa,

tokoh masyarakat, dan ketua BPD Dumu kecamatan Langgudu.

b. Sumber data sekunder yaitu data yang langsung dikumpulkan oleh

peneliti sebagai penunjang dari sumber pertama. Dapat juga disebut

sebagai data yang tersusun dalam bentuk dokumen. Dalam penelitian

ini,observasi dan dokumentasi merupakan sumber data sekunder.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam usaha untuk memperoleh data yang di perlukan dalam

penelitian ini, maka tehnik pengumpulan data yang paling penting sebagai

berikut.
36

1. Observasi

Kaitan dengan alat pengumpul data yang berupa observasi,

(Riduwan 2004:102), mengemukakan sebagai berikut: “observasi atau

pengamatan bisa dilakukan terhadap sesuatu benda, keadaan, kondisi,

kegiatan, proses, atau penampilan tingkah laku seseorang.”

Data yang benar sifatnya hanya dapat dikumpulkan melalui

teknik observasi, partisipasi dan wawancara mendalam (Indepth

interview).” (Koentjaraningrat 2011:45)

Penggunaan teknik observasi vital, mengingat kuesioner dan

wawancara tidak sepenuhnya memuaskan. Ada jenis-jenis masalah

tertentu yang tidak dapat dijangkau oleh kedua alat pengumpul data

tersebut. Ada kalanya penting untuk melihat perilaku dalam keadaan

(setting) alamiah, melihat dinamika, melihat gambaran perilaku

berdasarkan situasi yang ada.” Dalam hal ini, observasi menjadi

penting sebagai metode utama untuk mendapatkan informasi. Dan

jenis observasi yang dipakai yaitu participant as observer. (Sayuti,

Una 2014:49).

Dengan demikian, adapun yang menjadi objek observasi dalam

penelitian ini, diantaranya : Analisis kemampuan aparat desa dalam

pelaksanaan tugas studi di kantor desa Dumu kecamatan Langgudu

kabupaten Bima.
37

2. Wawancara (interview)

Wawancara (interview) di maksudkan untuk mendapatkan data

yang relevan dengan jalan mewawancarai atau tanya jawab dalam

situasi berhadapan (face to face) dan mendapatkan jawaban secara

spontan yang didasarkan atas tujuan penelitian. Dalam menggunakan

teknik wawancara (interview) ini, penulis lakukan terutama untuk

mendukung data-data penelitian sejak awal hingga akhir penelitian,

terkhusus di tujukan kepada informan terkait mulai dari kepala desa

Dumu, sekretaris desa, tokoh masyarakat, dan Ketua BPD Dumu

kecamatan Langgudu dengan alat pengumpul data yaitu pedoman

wawancara, khususnya tentang data-data sekunder.

Di samping itu juga, dilakukan wawancara (interview) bebas.

Kaitan dengan wawancara bebas ini. (Sugiyono 2016:102)

mengemukakan sebagai berikut : “Interview bebas terpimpin inilah

yang paling sering digunakan dalam penelitian–penelitian sosial, ia

merupakan alat yang besar jasanya untuk studi intensif tentang sikap

sosial. Keluasan yang dikandung didalamya akan memberikan

penyelidikan mengungkapkan segi-segi positif dan di balik jawaban-

jawabannya yang di berikan oleh interviewer.”

3. Dokumentasi
38

Dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau

variabel yang berupa catatan, transkripsi, buku-buku, surat kabar,

majalah, agenda dan lain sebagainya.

Latief dalam (Ahmad Usman 2008:75) teknik dokumentasi ini

disebut Metode Rekonstruksi Historis. “Metode Rekonstruksi Historis

adalah metode untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang telah

lampau. Metode ini mengandalkan kepada bukti-bukti dokumen

sezaman, meskipun selalu tidak akan pernah lengkap. Dengan

dokumen-dokumen itu dapat di lakukan rekonstruksi atas peristiwa

yang telah berlangsung .“

Adapun teknik dokumentasi dalam penelitian ini yaitu teknik

pengumpulan data melalui pencatatan-pencatatan secara langsung,

sistematis terhadap dokumen-dokumen yang tersimpan di kantor

kepala desa Dumu kecamatan Langgudu.

F. Teknik Analisis Data

Analisis data dapat didefinisikan sebagai proses penelaahan,

pengurutan, dan pengelompokkan data dengan tujuan untuk hipotesis kerja

dan mengangkatnya menjadi kesimpulan atau teori sebagai temuan penelitian.

1. Reduksi Data

Pada tahap ini peneliti coba menyusun data lapangan, membuat

rangkuman atau ringkasan, memasukannya ke dalam klasifikasi dan

kategorisasi yang sesuai fokus dan aspek fokus. Dari proses inilah peneliti

dapat memastikan mana data-data yang sesuai, terkait dan tidak sesuai atau
39

tidak terkait disusun secara sistematis, dimasukan ke dalam kategorisasi

data (proses klasifikasi data). Sementara data-data yang dipandang tidak

sesuai atau tidak terkait dengan penelitian akan dipisahkan.

2. Display data

Display data merupakan proses penyusunan informasi secara

sistematik dalam rangka memperoleh kesimpulan-kesimpulan sebagai

temuan penelitian. Penyajian data dimuat dalam bentuk tabel-tabel dan

gambar-gambar setelah diidentifikasi, dideskripsikan, dan dianalisis,

meskipun masih berupa catatan untuk kepentingan peneliti.Setiap data

hasil reduksi dianalisis dan kemudian ditarik kesimpulan sementara.

Ketika data yang disajikan belum dapat disimpulkan, data tersebut

direduksi kembali dengan menguji kebenaran dan mencocokkan atau

membandingkan dengan data lain untuk memperbaikinnya.

3. Verifikasi Data

Kesimpulan sementara yang belum jelas atau belum pasti, diadakan

reduksi atau verifikasi kembali. Setelah melakukan reduksi dan verifikasi

kembali, kemudian peneliti merasa bahwa kesimpulan sementara yang

telah dihasilkan itu telah kuat maka peneliti menginterpretasikan dan

memaknainya. Setelah itu dilakukan penarikan kesimpulan akhir sebagai

temuan penelitian.
40

BAB IV

GAMBARAN LOKASI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Sejarah Singkat Desa Dumu

Desa Dumu merupakan salah satu Desa yang berada di Kecamatan

Langudu Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat dengan luas

wilayah 1.040 Ha dengan jumlah penduduk 2.327 Jiwa yang terdiri dari

laki-laki sebanyak 1.116 Orang, Perempuan sebanyak 1. 211 Orang dan

memiliki Kepala Keluarga sebanyak 863 KK dengan batas wilayah:

a. Sebelah Utara : Kecamatan Lambu

b. Sebelah Selatan : Teluk Waworada

c. Sebelah Barat : Desa Sambane Kecamatan Langgudu

d. Sebelah Timur : Desa kangga Kecamatan Langgudu.

Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari masyarakat Desa Dumu

pada umumnya memiliki mata pencaharian sebagai petani yang lebih

terarah pada bidang Pertanian, Nelayan, Perkebunan dan Peternakan.

Dari cerita turun temurun oleh ahli-ahli sejarah Desa Dumu

mempunyai adat-istiadat dan menginginkan sebuah perubahan baik dari

pembangunan, penataan lingkungan, pelayanan terhadap masyarakat, serta

40
41

kehidupan sosial masyarakat pada tahun yang sama. Desa Dumu adalah

Desa yang sejak dulunya berdiri sebagai desa induk, tanpa adanya terkait

dengan Desa induk lainnya.

2. Sejarah Pemerintahan Desa Dumu

Desa Dumu didirikan tahun 2003 pemekaran dari desa Rupe

terletak disebelah selatan pusat kota Kecamatan Langudu yang dimana

jarak antara Desa Dumu dengan Pusat Kota Kecamatan adalah sekitar 13

Km. Demikian sejarah singkat Desa Dumu semoga bermanfaat bagi kita

semua.

3. Topografi Desa

Desa Dumu merupakan Desa yang berada di bagian selatan pusat

Kota Kecamatan Langudu Kabupaten Bima Provinsi Nusa Tenggara Barat

dengan Luas wilayah 1.0402 Ha. Kondisi iklim di sebagian besar Desa

Dumu, secara umum dengan dua musim yaitu musim kemarau dan musim

hujan, musim kemarau berlangsung antara bulan April Oktober dan musim

hujan berlangsung antara bulan Nopember sampai dengan Bulan Maret

dengan suhu udara rata-rata berkisar 370oc, kelembaban udara berkisar

antara 30 -33%, sedangkan curah hujan sebesar 35-36 mm dengan curah

hujan terendah bulan April dan curah hujan tertinggi pada bulan

Desember.

4. Gambaran Umum Demografi

Jumlah Penduduk Desa Dumu dari tahun ke tahun selalu

mengalami peningkatan. Pada tahun 2018, penduduk Desa Dumu


42

berjumlah 2. 227 Jiwa, pada tahun 2019 meningkat menjadi 2. 250 Jiwa,

pada tahun 2020 jumlah penduduk menjadi 2. 298 Jiwa, dan pada tahun

2021 jumlah penduduk menjadi meningkat 2.300 Jiwa, dan pada tahun

2022 jumlah penduduk terjadi peningkatan yang tidak terlalu signifikan

menjadi 2.327 Jiwa.

Table 4.3. Jumlah Penduduk Laki-Laki dan Perempuan Desa Dumu

Kelas umur Laki-laki Perempuan

Usia < 15 tahun 127 155

Usia 15 - 24 tahun 432 453

Usia 25 - 44 tahun 361 380

Usia 45 - 55 tahun 112 127

Usia >55 tahun 84 96

Total 1.116 1.211


Sumber : Profil Desa Dumu Tahun 2022

a. Struktur Penduduk

Jumlah penduduk Desa Dumu pada tahun 2022 adalah 2. 327

Jiwa, yang terdiri dari Laki-laki 1. 116 dan Perempuan 1. 211 Jiwa.

Dengan demikian dapat diketahui bahwa jumlah perempuan lebih

banyak dari jumlah laki-laki.

b. Agama dan Budaya

Penduduk yang tinggal di Desa Dumu terdiri dari berbagai suku

yaitu suku asli Bima, Jawa serta pendatang dari daratan pulau yang
43

lain. Penduduk beragama Islam 2.327 Orang (100%), sedangkan

beragama Kristen 0 Orang (0%).

Table 4.4. Jumlah Penduduk Menurut Agama

Agama Jumlah Presentase (%)


Islam 2.327 100 %
Kristen 0 0, %
Katolik 0 0%
Hindu 0 0%
Budha 0 0%
Jumlah 2.327 100
Sumber : Profil Desa Dumu Tahun 2022

5. Isu Strategis Dan Masalah Mendesak

Dengan memperhatikan analisa lingkungan eksternal dan internal,

isu strategis Desa Dumu dalam 1 (satu) tahun mendatang adalah sebagai

berikut :

a. Rendahnya budaya masyarakat dalam pemanfataan ilmu pengetahuan

dan teknologi dan belum optimalnya sinergi pemerintah Desa dengan

Pemerintah Kabupaten dalam pengembangan teknologi komunikasi

dan informasi;

b. Kurangnya kerjasama antar Pemerintah Desa dengan masyarakat

dalam melaksanakan kebersihan lingkungan, Gotong royong;

c. Banyaknya petani/masyarakat yang melindungi tanaman dari

gangguan binatang ternak;


44

d. Kurangnya modal usaha bagi masyarakat guna meningkatkan hasil

pertanian, hasil perikanan, hasil peternakan;

e. Banyaknya pengangguran, utamanya generasi muda sehingga sering

terjadi perkelahian diantara generasi muda diakibatkan kurangnya

lapangan pekerjaan;

f. Belum adanya saluran irigasi dilahan pertanian masyarakat sehingga

petani sulit mengairi tanaman;

g. Tinggi/rendahnya air dari pegunungan masuk keperkampungan warga

saat musim hujan;

h. Sulitnya pengangkutan hasil pertanian bagi petani;

i. Kurangnya akses modal usaha bagi masyarakat, kelompok Marjinal

(Disabelitas, Lansia, Janda), Palele Ikan dan kelompok tani;

j. Banyaknya masyarakat yang belum memiliki jamban keluarga.


45

B. Pembahasan

1. Kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan tugas di kantor desa Dumu

kecamatan Langgudu kabupaten Bima.

a. Pembinaan Disiplin Aparat Desa

Upaya pemberdayaan dapat dilakukan untuk meningkatkan

efisiensi dan efektifitas kerja aparat desa dalam melaksanakan tugas

pokoknya dan fungsi organisasi adalah melalui pembinaan disiplin, hal

ini dimaksudkan agar para aparat desa dalam melaksanakan tugas

sehari-harinya senantiasa patuh dan taat pada berbagai ketentuan yang

berlaku dan menunjukan prestasi kerja yang tinggi.

Keterkaitan dengan penelitian ini, peneliti menggali informasi

dengan melakukan wawancara dengan berbagai narasumber dan

kepada setiap narasumber yang telah ditentukan peneliti

menyampaikan pertanyaan yaitu: “Bagaimanakah kemampuan aparat

desa dalam pelaksanaan tugas di kantor desa Dumu kecamatan

Langgudu kabupaten Bima?”. Hasil wawancara yang peneliti lakukan

dengan bapak Tarmizi selaku kepala desa Dumu yaitu:

“Usaha untuk meningkatkan kualitas kerja melalui pembinaan


disiplin, diperlukan suatu pedoman atau kerangka yang memuat
dengan jelas sistem metode dan prosedur pembinaan serta
tujuan dan sasaran setiap bentuk Aparat desa yang bermental
46

baik berdaya guna, berhasil guna dan sadar akan tanggung


jawab dalam melaksanakan dan menjalankan tugas-tugas
pemerintahan dan pembangunan”. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 25 Juni 2022)

Lebih lanjut beliau menyampaikan :

“Adapun bentuk penerapan disiplin aparat desa Dumu adalah


pembinaan disiplin waktu kerja, sebab dengan ketepatan pada
jam masuk kantor sangat erat kaitannya dengan disiplin
lainnya”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2022)

b. Pengembangan Keterampilan

Penyiapan sumber daya aparat desa yang cakap memang

dituntut karena adanya kewajiban pemerintah untuk memberikan

pelayanan kebutuhan masyarakat, disamping adanya keharusan untuk

mengisi kebutuhan aparat desa dengan Sumber Daya Manusia yang

memiliki kemampuan sesuai tugas penyelenggaraan kegiatan

pemerintahan. Maka menjadi sangat penting untuk mengetahui

kompetensi apa saja yang dibutuhkan demi tercapainya pelaksanaan

pelayanan kepada masyarakat.

Untuk mengisi Sumber Daya Manusia yang memiliki kapasitas

dalam melaksanakan tugas-tugas penyelenggaraan kegiatan

pemerintah, maka diperlukan beberapa informasi tentang kompetensi

apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan suatu pekerjaan baik dalam

kapasitas yang memenuhi kinerja rata-rata atau kinerja yang lebih baik.
47

Keterampilan fungsional dibedakan dari keterampilan dasar

(Enabling Skill) yang merupakan hal-hal mendasar yang harus dimiliki

seseorang, yang kemudian dikembangkan secara lebih spesifik

sehingga berfungsi dalam keterampilan fungsional. Enabling skill

terdiri dari: membaca, menulis, matematika dasar dll, yang semuanya

itu perlu dipertajam dan digabungkan untuk menjadi keterampilan

yang efektif.

Sehubungan dengan pengembangan keterampilan aparat desa

Dumu dalam penelitian ini, maka peneliti menggali informasi

mengenai hal tersebut dengan melakukan wawancara dengan

narasumber yang telah ditetapkan. Hasil wawancara peneliti dengan

Kepala Desa Dumu menyampaikan :

“Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan


teknologi serta tuntutan untuk dapat memberikan pelayanan
publik yang optimal perlu dilakukan upaya-upaya untuk
meningkatkan kemampuan aparat desa baik itu pengetahuan
dan keterampilan. Berbagai program pemerintah yang telah
dilakukan untuk meningkatkan keterampilan diantaranya
melalui program Diklat, Seminar, Workshop maupun
programprogram kajian-kajian ilmiah yang bertujuan untuk
meningkatkan wawasan dan pengetahuan bagi perangkat desa”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2022)

Lebih lanjut beliau menyampaikan :

“Saya merasa bahwa program-program yang telah


dilaksanakan pemerintah dalam meningkatkan keterampilan
dan kemampuan perangkat desa sudah cukup baik meskipun
masih terus dikembangkan dan ditingkatkan. Begitu pula
seluruh perangkat desa telah kami ikutsertakan dalam berbagai
kegiatan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan
seperti halnya pelatihan penguasaan teknologi komputer.
48

Sehingga pada kondisi saat ini kinerja aparat desa mengalami


peningkatan terutama pada kualitas pelayanan yang menjadi
semakin baik”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni
2022)

Sedangkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak

Sumran, S.Pd selaku Ketua Badan Permusyawaratan Desa, mengenai

program pengembangan keterampilan aparat desa di kantor Desa

Dumu adalah sebagai berikut:

“Menurut pendapat saya, peningkatan kemampuan dan


keterampilan perangkat desa harus selalu dilakukan, mengingat
tuntutan untuk dapat memberikan pelayanan yang baik kepada
masyarakat. Tidak hanya itu seiring dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang semakin hari semakin
berkembang mau tidak mau harus diikuti pula oleh seluruh
perangkat desa dan Perangkat Desaur pemerintah yang
lainnya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2022)

Kemudian hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak

M. Saleh salah seorang Kepala Dusun Dumu, beliau menyampaikan :

“Pelaksanaan peningkatan keterampilan yang dilakukan di desa


kami sudah dilakukan dengan baik, bahkan bukan hanya Aparat
desa saja yang diikutsertakan, tetapi para kepala dusun juga
diikutsertakan”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni
2022)

Sedangkan Bapak Jumliadin juga salah seorang Kepala Dusun

Nanga Mbole di Desa Dumu, beliau menyampaikan :

“Saya merasa pelaksanaan peningkatan keterampilan bagi


perangkat desa termasuk para kepala dusun di Desa Dumu
sudah baik. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2022)
49

Mengenai jenis pengembangan keterampilan perangkat desa

menurut hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Tarmizi

selaku Kepala Desa Dumu yaitu:

“Bidang pengembangan keterampilan bagi aparat desa yang


dilakukan diantaranya adalah pembelajaran komputer,
administrasi birokrasi dan teknik-teknik pelayanan kepada
publik. (Wawancara dilakukan pada tanggal 25 Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan di atas

menunjukkan bahwa pengembangan keterampilan bagi aparat desa di

Desa Dumu telah dilakukan dengan baik. Bentuk pengembangan

keterampilan yang dilakukan meliputi keterampilan komputer,

pengembangan keterampilan bidang administrasi dan bidang

pelayanan public.

c. Program Pendidikan dan Latihan

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

kepala desa Dumu, tentang kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan

tugas sebagai tersebut:

“Salah satu bentuk pengembangan keterampilan aparat desa


adalah melalui program pendidikan dan pelatihan. Sesuai
dengan UU Nomor 6 tahun 2014 tentang perangkat desa”.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni 2022)

Lebih lanjut beliau menyampaikan :

“Bentuk-bentuk program Diklat yang diselenggarakan oleh


pemerintah kepada seluruh Perangkat Desa, termasuk terhadap
perangkat desa di tempat kami. Dan seluruh perangkat desa
telah kami ikutsertakan dalam kegiatan Diklat. Bentuk diklat
yang diikuti oleh perangkat Desa Dumu adalah Seminar,
50

Workshop, studi banding dan bentuk-bentuk latihan yang lain”.


(Wawancara dilakukan pada tanggal 26 Juni 2022)

Kemudian hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan bapak

Muhammad Zaidun salah seorang perangkat Desa Dumu, dalam

wawancara yang peneliti lakukan beliau menyampaikan :

“Program Diklat bagi perangkat desa sudah diprogram dan


dilaksanakan dengan baik oleh pemerintah terkait. Meskipun
demikian, program Diklat masih perlu dilakukan evaluasi-
evaluasi dan keragaman bentuk Diklat yang dilaksanakan.
Khususnya perangkat di Desa Dumu juga telah mengikuti
kegiatan program Diklat yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun lembaga-lembaga pendidikan”. (Wawancara dilakukan
pada tanggal 26 Juni 2022)

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

beberapa informan penelitian diperoleh kesimpulan bahwa

pelaksanaan diklat yang dilakukan sudah baik dan program diklat yang

diikuti oleh aparat desa dapat meningkatkan kemampuan dan

keterampilan dalam pelaksanaan tugas.

d. Pelaksanaan Tugas

Seperti yang telah diuraikan sebelumnya, bahwa tugas dan

fungsi pemerintah dalam demikian luas dan kompleks (administrasi

dalam arti luas) yaitu meliputi seluruh aspek kehidupan masyarakat.

Hal ini berarti tugas perangkat desa juga demikian adanya, karena

perangkat desa adalah merupakan salah satu unsur pemerintahan

dalam, oleh karena itu untuk kepentingan kajian ini dibatasi pada
51

pelaksanaan tugas perangkat desa dalam arti sempit (ketatausahaan)

yang meliputi: surat-menyurat dan penyimpanannya (kearsipan).

1) Pencatatan atau Registrasi

Register adalah suatu aktivitas pemerintahan dengan

maksud untuk mendokumentasikan berbagai peristiwa dan atau

kegiatan yang telah terjadi melalui pencatatan-pencatatan di dalam

format yang telah ditetapkan.

Berdasarkan hasil penelitian (kaji dokumen) menunjukkan

bahwa pelaksanaan tugas pemerintahan Desa Dumu dalam

pencatatan atau pengisian Buku-buku register tersebut, dapat

dinilai “kurang efektif”, bahkan cenderung “Tidak Efektif”. Hal

tersebut terlihat dari sembilan buku register yang harus diisi oleh

perangkat desa, ternyata yang terisi hanya 5 buku, yaitu: Buku

Agenda, Buku Perangkat Desa, Buku Keputusan Dalam, Buku

Induk Penduduk dan Buku Kas Pembantu. Lebih lanjut dapat

dijelaskan bahwa buku yang terisi tersebut, data atau informasinya

tidak akurat dan tidak lengkap. Untuk mengetahui kejelasan

beberapa bentuk pelaksanaan administrasi desa yang menjadi tugas

perangkat desa di atas, peneliti mencari informasi dengan

mewawancarai beberapa narasumber penelitian.

Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan bapak

Tarmizi selaku kepala desa dumu menjelaskan bahwa :

“Selama ini kami selalu melaksanakan kegiatan pencatatan


di segala bidang dengan tertib dan teratur. Karena hal
52

tersebut akan sangat membantu kamu dalam menjalankan


tugas Pelayanan pada Publik. Dengan pelaksanaan
pencatatan yang baik, tentunya hal tersebut akan
menunjukkan kinerja kami. Selain itu di setiap akhir bulan
kami melakukan rapat sebagai bagian dari evaluasi kerja
dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas-tugas
yang telah kami selesaikan dan begitu pula yang masih
dalam proses penyelesaian”. (Wawancara dilakukan pada
tanggal 2 Juli 2022)

Kemudian bapak Fardin selaku sekretaris Desa Dumu yang

peneliti wawancarai di ruang kerjanya, beliau menyampaikan :

“Salah satu bentuk keberhasilan kinerja perangkat desa


adalah pelaksanaan pencatatan, karena pelaksanaan
pencatatan yang baik, tertib dan teratur akan membantu
kami dalam memberikan pelayanan dan informasi kepada
publik tentang kondisi masyarakat, pencapaian kinerja,
program-program yang akan dilaksanakan. Disamping itu
pula hal tersebut akan mempermudah kami nantinya dalam
menyampaikan laporan tentang kinerja perangkat desa
kepada pemerintah. Dan selama ini kami menyadari hal
tersebut sehingga kami melaksanakannya dengan baik dan
teratur”. (Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)

Sedangkan hasil wawancara peneliti dengan bapak Saifullah

selaku kasi Pembangunan dan pemberdayaan masyarakat, beliau

menyampaikan:

“Kami merasa sudah dan selalu melakukan pencatatan


setiap program dan kegiatan serta pencapaian target-target
pembangunan apa lagi yang berhubungan dengan
keuangan. Kami sudah melakukannya setiap hari.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)

Selain dengan aparat desa, peneliti juga melakukan

wawancara dengan Bapak Sumran, S.Pd selaku Ketua Badan


53

Permusyawaratan Desa. Pada saat peneliti wawancarai, beliau

menyampaikan:

“Menurut saya bahwa pelaksanaan pencatatan yang


dilakukan oleh aparat desa Dumu selama ini sudah cukup
baik meskipun masih perlu adanya pembenahan dan
penyempurnaan. Meskipun demikian secara keseluruhan
pencatatan terhadap program kerja, bidang kependudukan
dan terhadap aset-aset desa serta hal-hal yang
berhubungan anggaran baik itu pemasukan maupun
pengeluaran. (Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli
2022)

Berdasarkan hasil tersebut, maka dapat diketahui bahwa

pelaksanaan pencatatan terhadap seluruh aspek yang berhubungan

dengan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh aparat desa Dumu

sudah cukup baik meskipun masih perlu ada berbagai pembenahan

yang harus dilakukan.

2) Pembuatan Pencatatan Monografi Dalam

Pembuatan dan pencatatan Monografi Dalam merupakan

salah satu tugas dari perangkat desa. Tugas tersebut perlu

dilaksanakan dan untuk selanjutnya ditampilkan dalam ruang

kantor dalam. Hal ini penting mengingat papan monografi tersebut

dapat memberikan informasi dan data kepada pihak luar atau

masyarakat umum tentang keadaan Wilayah dengan berbagai

potensinya.

Sehubungan dengan hal tersebut, peneliti menggali

informasi dengan melakukan wawancara dengan bapak Tarmizi


54

selaku Kepala Desa Dumu, pada saat peneliti melakukan

wawancara, Beliau memaparkan:

“Kami menyadari bahwa penulisan pada monografi dalam


untuk tahun 2022 masih belum kami laksanakan, hal
tersebut mengingat pada akhir-akhir ini kami masih
mempunyai banyak tugas yang harus kami laksanakan,
diantaranya adalah turut mempersiapkan pelaksanaan
lomba tingkat desa sehingga penyusunan monografi masih
belum dapat kami laksanakan”. (Wawancara dilakukan
pada tanggal 2 Juli 2022)

Lebih lanjut beliau menjelaskan :

“Meskipun demikian, seluruh data sudah tercover pada


buku isian dan buku administrasi desa, jadi kami tinggal
menyalinnya saja pada papan monografi yang ada. Ya..
karena tugas-tugas kami yang begitu banyak, maka hal
tersebut masih belum dapat kami lakukan akan tetapi dalam
waktu dekat juga akan kami lakukan. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)

Berdasarkan pada hasil wawancara dan penelitian, bahwa

pelaksanaan pencatatan monografi dalam di Desa Dumu masih

belum dilaksanakan, hal tersebut dikarenakan banyaknya tugas-

tugas yang harus dilaksanakan sehubungan dengan pelaksanaan

Lomba tingkat desa tahun 2022. Meskipun demikian, hasil

pengamatan peneliti bahwa data-data sudah terekapitulasi dalam

buku laporan yang telah disediakan oleh pemerintah.

3) Penyimpanan Dokumen

Penyimpanan dokumen-dokumen atau arsip secara baik

adalah salah satu tugas perangkat desa. Dengan penyimpanan arsip


55

yang baik dapat membantu perangkat desa dalam upaya

menemukan kembali, jika data itu dibutuhkan untuk suatu

kepentingan.

Berdasarkan hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

bapak Tarmizi selaku kepala desa Dumu sebagai berikut :

“Penyimpanan dokumen sangat penting dan terkadang


kami merasa kewalahan untuk melakukan pekerjaan itu,
karena begitu banyak dokumen-dokumen yang harus kami
urusi. Namun beberapa tahun terakhir kami sudah
berusaha membenahi berbagai sistem penyimpanan
dokumentasi diantaranya dengan memilah-milah dokumen
namun dalam pelaksanaannya masih belum maksimal.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)

Lebih lanjut beliau menyampaikan :

“Untuk memudahkan dalam penanganan dokumen, kami


melakukan pemilihan. Dokumen yang sekiranya sudah
kadaluarsa dan kemungkinan besar tidak bermanfaat telah
kami musnahkan. Akan tetapi dokumen-dokumen penting
dan masih diperlukan kami perbaharui dalam konsep
penyimpanannya. (Wawancara dilakukan pada tanggal 2
Juli 2022)

Selanjutnya hasil wawancara yang peneliti lakukan dengan

Bapak Fardin selaku sekretaris desa Dumu yang peneliti lakukan,

beliau menyampaikan :

“Kami menyadari bahwa dalam penyimpanan dokumen tasi


masih belum dapat kami laksanakan secara optimal, hal itu
dikarenakan banyaknya dokumen yang haras disimpan.
Akan tetapi telah melakukan pengadministrasian terhadap
dokumendokumen yang ada di Kantor Desa terutama
terhadap dokumen-dokumen penting. (Wawancara
dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)
56

Selain dengan kedua narasumber di atas, peneliti juga

melakukan wawancara dengan bapak Imam S Akbar selaku Kasi

Pembinaan Kemasyarakatan dan hasil wawancara yang peneliti

lakukan yaitu :

“Penanganan dokumen masih belum dapat kami lakukan


dengan baik, hanya dokumen-dokumen yang dianggap
penting saja yang sudah kami simpan dengan baik.
(Wawancara dilakukan pada tanggal 2 Juli 2022)

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa narasumber

di atas dapat diketahui bahwa penyimpanan dokumen masih belum

dilakukan dengan baik, akan tetapi administrasi atau catatan-

catatan dokumen sudah dilakukan.

Penyimpanan dokumen yang sudah dilakukan dengan baik

hanya pada dokumen-dokumen yang dianggap penting. Hal ini

terbukti dengan tidak ditemukannya arsip dan atau register-register

yang tidak dipaparkan sebelumnya pada kantor dalam. Akan tetapi

daftar register dimaksud tersimpan dan atau berserakan di rumah

Kepala desa.

Berdasarkan seluruh uraian sebelumnya, khususnya uraian

tentang kondisi rill pelaksanaan, tugas perangkat desa dalam arti

sempit, yang meliputi : pencatatan register, pembuatan dan

pencatatan monografi dalam, dan penyimpanan dokumen/arsip,

diperoleh gambaran bahwa pelaksanaan tugas dimaksud dapat

dinilai kurang efektif bahkan cenderung tidak efektif.


57

Hal tersebut terlihat dari tidak akuratnya data dan atau

informasi yang diuraikan dan tidak terealisasinya seluruh tugas dan

fungsi yang diharuskan. Bahkan data-data dan atau informasi yang

dipaparkan tidak “up to date” lagi, karena data/informasi yang

berlangsung adalah data/informasi yang belangsung beberapa

tahun sebelumnya yaitu data antara tahun 2020 hingga tahun 2021.

Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa “Tidak Efektifnya”

pelaksanaan tugas perangkat desa dimaksud, diketahui melalui

aktifitas kearsipan atau penyimpanan dokumen yang tidak efektif,

bahkan cenderung gagal dilaksanakan sebagaimana mestinya.

Maksudnya adalah bahwa arsip-arsip surat-menyurat yang

harusnya disusun dan tersimpan pada kantor tetapi hal itu tidak

dilakukan. Akan tetapi dokumen/arsip Surat-Surat dimaksud tidak

disimpan rapi (berserakan), sehingga sangat sulit untuk

menemukannya kembali bila dibutuhkan.

Selain itu, dari pengamatan penulis selama melakukan

penelitian terlihat bahwa aparat atau perangkat desa kurang efektif

dalam melaksanakan tugas sehari-hari, bahkan cenderung tidak

efektif ditinjau dari aspek disiplin waktu. Hal ini terlihat dari

kehadiran aparat pada setiap hari kerja sangat terbatas, bahkan

sering terjadi seorang aparat tidak masuk kantor selama satu

minggu. Bahkan kadangkala pada hari-hari tertentu kantor tidak

terbuka karena aparat tidak ada yang hadir. Akibatnya sering terjadi
58

pelayanan pada masyarakat dilakukan di rumah aparat, terutama di

rumah Kepala Desa atau Sekretaris Desa.

Kepala Desa selalu memberikan contoh yang baik terkait dengan

kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan tugas, misalnya dengan

datang tepat waktu, akan tetapi kesadaran petugas lainnya masih kurang

sehingga contoh tersebut menjadi kurang efektif. Kepala Desa cukup

memahami akan bidang-bidang kemampuan aparat desa yang harus

diterapkan, misalnya terkait dengan kemampuan dalam pelaksanaan

tugas, kedisiplinan, pengembangan keterampilan, program pendidikan dan

latihan. Akan tetapi implementasinya masih kurang optimal, hal tersebut

dapat dilihat dari perilaku bawahan yang kurang kualitas pelayanan

publik.

Memberikan arahan berupa bimbingan tentang menerapkan

metode kerja yang sesuai. Misalnya tentang bagaimana cara melakukan

suatu pekerjaan yang tepat waktu. Hal tersebut menunjukan bahwa

Kepala Desa sudah berusaha untuk meningkatkan kemampuan aparat desa

agar dapat memiliki kompetensi kerja yang tinggi. Memberikan

pembinaan kepada aparat desa yang tidak bekerja sesuai dengan apa yang

diperintahkannya, pembinaan tersebut berupa teguran. Misalnya

pembinaan terhadap aparat yang terlambat datang atau pulang sebelum

waktunya.

Pelaksanaan tugas sangat berpengaruh terhadap suatu kinerja serta

perbuatan, kesemuanya saling mempengaruhi serta antara yang satu


59

dengan lainnya tidak dapat dipisahkan lagi. Dengan adanya kesadaran

yang sangat tinggi tentang kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan

tugas maka seseorang dapat dikatakan mampu membantu dalam hal

tercapainya sesuatu yang menjadi tujuan organisasi serta optimal.

Kemampuan aparat desa sangat berpengaruh dalam pelaksanaan tugas,

kedisiplinan, pengembangan keterampilan, program pendidikan dan

latihan serta pekerjaan dan perbuatan maka keduanya harus bisa sejalan

dan selaras apabila ingin dicapai hasil yang baik serta sangat

berpengaruh terhadap hasil yang akan dicapai.

Salah satu indikator untuk mengukur kemampuan adalah adanya

semangat kerja, semangat kerja sangat penting keberadaannya karena

sangat berkaitan langsung individu aparat yang menyangkut dengan sikap

dan perasaan terhadap tugas-tugas untuk dilaksanakan guna mencapai

keberhasilan pelayanan. Kemampuan aparat desa dalam pelaksanaan tugas

dapat berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan apabila aparat

menjalankan tugas-tugas atau tanggung jawabnya sesuai ketentuan yang

berlaku dalam organisasi tersebut.

Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Otonomi

Daerah memberikan konsekuensi adanya suatu kepekaan terhadap

kerjasama dalam rangka menjalin kesatuan serta persatuan dalam upaya

membangun Negara dan Bangsa Indonesia dalam Negara Kesatuan

Republik Indonesia. Mengacu terhadap tugas dan fungsi pemerintahan


60

sebagai pelayan masyarakat yang baik sangat diperlukan suatu sistem

yang sehat dan kondusif dalam penyelenggaraan pemerintahan.

Komponen utama dalam pemberdayaan yang dimaksud adalah

keseluruhan anggota dari pada aparatur pemerintah desa dalam

menjalankan roda pemerintahan. Pendapat lain yang mengemukakan teori

Pemberdayaan adalah oleh “Cook dalam Makmur , 2007: 119 yaitu

tentang pemberdayaan terutama bagi anggota Organisasi sebagai berikut “

“Alat yang utnuk memperbaiki kenerja,mulai dari tingkat Pimpinan

tertinggi sampai kepada tingkat bawahan oprasional dalam organisasi.

Setiap individu yang memiliki keberdayaan akan mampu menciptakan

wajah warna organisasi, serta akan mendapatkan kehormatan dan

kepercayaan masyarakat” (Makmur, 2007 : 119).

Berdasarkan pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa

pemberdayaan adalah sebagai alat untuk mendapatkan kehormatan dan

kepercayaan dalam suatu organisasi dan mampu menciptakan wajah dan

warna baru dalam organisasi sehingga hasil dari kinerja dapat

menghasilkan kinerja yang lebih baik dari sebelumnya. Namun dalam

rangka pemberdayaan aparatur desa dan masyarakat, tidak bisa dilakukan

oleh pemerintahan desa saja, akan tetapi seluruh pemangku kepentingan di

desa harus terlibat, baik aparatur desa, tokoh masyarakat, swasta

pendukung pembangunan desa dan partisipasi masyarakat.

Hal ini selaras dengan pendapat Gede Sandiasa dan Ida Ayu Putu

Sri Widnyani, bahwa “to achieve the effectiveness of community


61

empowerment there should be community involvement, government, non-

governmental organizations and private parties. programs are based on

community aspirations” (Sandiasa & Widnyani, 2017: 64).

2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pelaksanaan Tugas Administrasi

Pemerintahan Desa

Berdasarkan hasil Pengamatan dan Wawancara kepada aparat

Pemerintahan Desa bahwa yang merupakan Faktor pendukung dan

penghambat pelaksanaan tugas Administrasi pemerintahan Desa adalah

adanya beberapa faktor yaitu :

b. Faktor Pendukung

Adapun factor pendukung dalam pelaksanaan tugas aparat desa

adalah sebagai berikut :

1) Faktor perangkat lunak yang dimaksud perangkat lunak adalah

tersedianya Aturan/petunjuk/pedoman dalam pelaksanaan tugas.

2) Faktor perangkat keras yang dimaksud adalah tersedianya sarana

dan perasarana yang memadai seperti komputer, kantor, listrik,

meja kursi dll.

3) Faktor pendidikan faktor ini sangat memegang peranan sangat

penting karena semakin tinggi pendidikan maka tingkat

pemahaman akan tugas dan funsi semakin besar. Dengan kata lain

bahwa dengan faktor pendidikan yang rendah dapat menghambat

kemampuan dalam pelaksanaan tugas.


62

4) Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah ketepatan

dan kepatuhan waktu setiap aparat terhadap waktu tupoksi disipilin

yang tinggi akan menhasilkan kenerja yang efesien dan berdaya

guna dan sebaliknya dispilin yang rendah menghasilkan kenerja

kurang efisien dan kurang efektif sehingga akan terkesan lamban

Faktor pengalaman, pembinaan, pelatihan, bimtek yang

dimaksudkan faktor ini adalah semakin besar pengalaman, bimtek,

pelatihan, dan pembinaan yang didapat oleh aparatur desa akan

semakin besar kemampuan yang didapat dan sebaliknya semakin

kecil pembinaan pengalaman dan bimtek yang didapat akan

berpengaruh pada proses kerja.

5) Faktor kondisi kerja, kondisi kerja yang dimaksud dalam uraian ini

adalah keadaan kerja yang dapat mendorong seseorang dapat

mengaktualisasikan potensi dan menampilkan pekerjaan secara

baik.

Keadaan tersebut dipertegas dari hasil wawancara penulis

dengan Kepala Desa Dumu, yang pada intinya menyatakan bahwa :

“Aparat sekretariat yaitu sekretaris dan Kepala-Kepala urusan,


termasuk kepala-kepala dusun akan melaksanakan tugasnya dengan
baik, apabila factor pendidikan, ketepatan dan kepatuhan waktu setiap
aparat terhadap waktu tupoksi disipilin yang tinggi akan menhasilkan
kenerja yang efesien dan berdaya guna dalam penyelenggaraan
pemerintahan dan pembangunan di desa”. (wawancara, 27 Juni
2022).

Dapat disimpulkan bahwa factor-faktor pendukung diatas sangat

mempengaruhi aparat dalam hal pengalaman, pembinaan, pelatihan,


63

bimtek yang dimaksudkan faktor ini adalah semakin besar

pengalaman, bimtek, pelatihan, dan pembinaan yang didapat oleh

aparatur desa akan semakin besar kemampuan yang didapat dan

sebaliknya semakin kecil pembinaan pengalaman dan bimtek yang

didapat akan berpengaruh pada proses kerja.

c. Faktor Penghambat

Adapun factor penghambat sebagai berikut :

1) Faktor kemampuan dan atau keterampilan setiap aparat pada

bidang tugas yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya

merupakan salah satu faktor penentu efektif tidaknya pelaksanaan

tugas yang dibebankan kepadanya. Namun kenyataan

menunjukkan bahwa faktor ini kurang dimiliki oleh setiap aparat

Desa, meskipun tingkat pendidikan formal setiap aparat dinilai

cukup memadai.

Keadaan tersebut dipertegas dari hasil wawancara penulis

dengan Kepala Desa Dumu, yang pada intinya menyatakan bahwa :

“Aparat sekretariat yaitu sekretaris dan Kepala-Kepala


urusan, termasuk kepala-kepala dusun cenderung kurang
komitmen dan dedikasi untuk melaksanakan tugasnya
dengan baik, karena disebabkan oleh masih rendahnya
kemampuan/keterampilan mereka, terutama dalam hal
pelaporan dan pencatatan berbagai aktifitas atau peristiwa
yang terjadi dalam penyelenggaraan pemerintahan dan
pembangunan”. (wawancara, 27 Juni 2022).

2) Disiplin Aparat
64

Faktor disiplin yang dimaksud dalam uraian ini adalah

disiplin ditinjau dari aspek ketepatan dan kepatuhan setiap aparat

terhadap waktu yang telah ditentukan pada setiap hari kerja. Dari

uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat

pemerintah desa Dumu kurang efektif dalam melaksanakan tugas

dan tanggung jawabnya.

Dengan kata lain, bahwa salah satu faktor yang berpengaruh

negatif dan dapat menghambat kemampuan terhadap pelaksanaan

tugas perangkat desa sehingga menyebabkan kurang efektifnya

pelaksanaan tugas pemerintah desa dan perangkatnya. Hal lain

yang juga menjadi penyebab adalah masih rendahnya kehadiran

setiap aparat desa mewujudkan kedisiplinan, terutama disiplin

dalam hal ketepatan dan kepatuhan terhadap waktu/jam kerja pada

setiap hari kerja.

Berdasarkan hasil wawancara dengan wawancara penulis

dengan Kepala Desa Dumu, yang pada intinya menyatakan bahwa:

“Aparat desa termasuk kepala-kepala dusun cenderung


kurang disiplin dalam hal kehadiran dan sering terlambat
masuk dan lebih awal pulang kerja, hal ini disebabkan oleh
masih rendahnya kesadaran mereka akan ketepatan jam
kerja serta kehadiran di kantor, peringatan dan pembinaan
sudah saya laksanakan mudah-mudahan aparat desa dapat
memahami tupuksi masing-masing dalam bertugas di desa
Dumu”. (wawancara, 29 Juni 2022).

Dipertegas oleh Sekretaris Desa menjelaskan bahwa:

“Aparat desa dalam hal ini kepala-kepala urusan dan


kepala-kepala dusun kurang memahami apa yang menjadi
65

tugas dan tupuksi mereka dalam melaksanakan tugas, hal


mungkin disebabkan karena tingkat pendidikan yang masih
rendah, dan bagi kepala-kepala dusun dalam melaksanakan
tugas tidak diharuskan untuk selalu hadir di kantor desa
kecuali jika diundang atau dipanggil oleh pimpinan. Hal
inilah yang membuat mereka kurang aktif masuk kantor.
Lebih jauh dapat dijelaskan tentang frekuensi kehadiran
aparat desa mengikuti setiap pertemuan atau rapat yang
dilakukan dikantor desa, dari daftar hadir menunjukkan
bahwa kurung waktu 6 (enam) bulan ternyata tidak semua
perangkat menghadirinya meskipun secara formal mereka
diundang”. (wawancara, 29 Juni 2022).

Berdasarkan data dalam buku absensi, menunjukan bahwa

frekuensi kehadiran aparat setiap hari kerja dapat dinilai sangat

minim, karena itu sangat wajar jika pelaksanaan tugas khususnya

pencatatan register tidak terlaksana dengan baik khususnya bagi

aparat yang berfungsi sebagai aparat sekretariat, sedangkan untuk

enam orang aparat lainnya (Kepala-kepala dusun) dimana

kehadiran kerja mereka pada setiap hari kerja di kantor desa sangat

minim, Hal ini disebabkan karena dalam melaksanakan tugas tidak

diharuskan untuk selalu hadir di kantor desa kecuali jika diundang

atau dipanggil oleh pimpinan.

Lebih jauh dapat dijelaskan tentang frekuensi kehadiran

aparat desa mengikuti setiap pertemuan atau rapat yang dilakukan

di dalam, informasi yang diperoleh menunjukkan bahwa dari 6 kali

pertemuan selama periode dari bulan Januari hingga bulan April

2022 ternyata tidak semua perangkat menghadirinya meskipun

secara formal mereka diundang.


66

3) Dukungan Pemerintah

Pelaksanaan tugas dan tanggung jawab mereka sangat

ditentukan oleh adanya dukungan pemerintah, baik pemerintah

kabupaten maupun pemerintah desa terutama Kepala desa.

Dukungan yang dimaksud disini adalah upaya dari

pemerintah untuk memberikan bantuan kepada setiap aparat desa

terutama perangkat desa dan kepala-kepala dusun, berupa

bimbingan teknis administrasi, keterampilan, pengawasan dan

pengendalian. Namun dari hasil analisis penulis menunjukkan

bahwa dukungan pemerintah tersebut tidak terwujud. Hal ini

terbukti dari pelaksanaan tugas setiap aparat tidak terealisasi

dengan baik, hal ini berarti bahwa karena disebabkan oleh

keterampilan administrasi yang tertulis karena penempatan staf

desa tidak sesuai dengan spesifikasi jurusan dari staf desa.

Sementara itu, berkualitas tidaknya aparat yang ditugaskan pada

suatu unit pemerintahan adalah juga merupakan tanggung jawab

pemerintah. Selain itu, kepatuhan setiap aparat desa melaksanakan

tugasnya, juga ditentukan oleh atasan/pimpinan dalam melakukan

pengawasan dan pengendalian.

Data sebelumnya menunjukan bahwa aparat desa Dumu

tidak disiplin dalam mematuhi waktu jam kerja yang telah

ditetapkan, termasuk masih rendahnya dedikasi dan komitmen

kerja. Hal ini berlangsung antara lain disebabkan oleh masih


67

rendahnya dukungan pemerintah terutama Kepala desa selaku

pimpinan dalam melakukan pengawasan dan pengendalian

terhadap bawahannya.

4) Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang dimaksudkan dalam uraian ini adalah

suasana kerja yang dapat mendorong seorang pegawai/aparat untuk

mengaktualisasikan potensinya dan menampilkan pekerjaannya

secara baik. Agar kondisi tersebut dapat terwujud, maka suasana

kooperatif dan kolaboratif, Fasilitas kerja yang memadai, kejelasan

tugas dan tanggung jawab setiap aparat, harus diciptakan.

Namun dari hasil analisis penulis terhadap uraian

sebelumnya, diperoleh gambaran bahwa kondisi kerja seperti

tersebut tidak termasuk. Tidak disiplinnya aparat desa mematuhi

waktu-waktu kerja, tidak terampilnya dan minimnya dedikasi dan

komitmen terhadap tugas, merupakan refleksi dari suasana kerja

yang tidak kooperatif, kolaboratif, kurangnya kejelasan tugas dan

tanggung jawab masingmasing perangkat/aparat, dan karena

minimnya fasilitas kerja.

Hal yang disebutkan terakhir, diperkuat dari hasil

wawancara penulis dengan perangkat desa (Kepala-kepala Urusan)

yang pada intinya menyatakan bahwa :

“Dalam melaksanakan tugas mereka, fasilitas yang


tersedia kurang mendukung atau memadai. Lebih jauh
dijelaskan bahwa fasilitas yang kurang memadai tersebut,
antara lain : peralatan kantor seperti meja dan kursi kerja,
68

ruang kerja, lemari tempat penyimpanan arsip, mesin ketik,


kertas dan lain sebagainya. (wawancara, 3 Juli 2022)

Dipertegas pula oleh sekretaris desa menyatakan bahwa :

“sebagai sekretaris desa Dumu, menyadari bahwa fasilitas


di kantor desa masih kurang dan belum memadai, dan
insyaallah dalam hal ini sudah kita masukan di APBDes
untuk penambahan fasilitas penunjang dalam pelayanan di
kantor desa, seperti pembelian laptop, Meja dan Kursi,
serta Lemari Pengarsipan. (wawancara, 3 Juli 2022)

Etika dalam pelaksanaan administrasi publik menjadi salah

satu masalah yang menjadi kelemahan dasar dalam pelaksanaan

administrasi di Indonesia. Etika sering dilihat sebagai elemen yang

kurang berkaitan dengan dunia administrasi. Padahal, etika

merupakan salah satu elemen yang sangat menentukan kepuasan

publik sekaligus sebagai keberhasilan organisasi administrasi itu

sendiri. Elemen ini harus diperhatikan dalam setiap pelayanan

publik mulai dari penyusunan kebijakan pelayanan, desain struktur

organisasi, pelayanan untuk mencapai tujuan akhir pelaksanaan

administrasi.

Pelayanan publik adalah suatu bentuk kegiatan pelayanan yang

dilaksanakan oleh instansi pemerintah baik di pusat, di daerah, Badan

Usaha Milik Negara, dan Badan Usaha Milik Desa dalam bentuk barang

maupun jasa dalam rangka pemenuhan kebutuhan (kepuasan) masyarakat

sesuai peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Seiring dengan

berlakunya otonomi 88 daerah, maka tingkat pelayanan di tingkat lokal


69

akan sangat benar-benar bisa dirasakan oleh masyarakat di dalam

peningkatan kualitas pelayanan publik. Ini berarti bahwa Sumber Daya

Manusia Aparatur merupakan sebagian dari keseluruhan elemen sistem

Pelayanan Publik yang begitu luas dan kompleks, karena tugas dan fungsi

Sumber Daya Manusia Aparatur yang begitu penting dan strategis. Dewasa

ini, fungsi Sumber Daya Manusia Aparatur menjadi lebih kompleks tidak

sekedar fungsi pengaturan, pengelolaan, dan pengendalian saja, akan tetapi

lebih berorientasi pada fungsi pemberdayaan (empowering), kesempatan

(enabling), keterbukaan (democratic), dan kemitraan (partnership) dalam

pengambilan keputusan, pembuatan dan pelaksanaan kebijakan dalam

upaya pelayanan public.

Tugas pokok dan fungsi dari Sumber Daya Manusia Aparatur pada

intinya adalah menjadi pelayan masyarakat yaitu memberikan pelayanan

yang baik kepada masyarakat; menjadi stabilisator yaitu sebagai

penyangga persatuan dan kesatuan bangsa; menjadi motivator yaitu

memberdayakan masyarakat agar terlibat secara aktif dalam

pembangunan; menjadi innovator dan creator yaitu menghasilkan inovasi-

inovasi baru dalam pelayanan masyarakat agar menghasilkan pelayanan

yang baru, efektif dan efisien dan menjadi inisiator yaitu selalu

bersemangat mengabdi dengan berorientasi pada fungsi pelayanan,

pengayoman, dan pemberdayaan masyarakat yang dilandasi dengan

keikhlasan dan ketulusan. Dalam melaksanakan tugas pokok dan

fungsinya tersebut, tentu saja perlu diperhatikan hak dari aparatur itu
70

sendiri, yaitu mendapatkan kehidupan yang sejahtera baik dari aspek

material maupun spiritual.

Secara garis besar kewajiban yang harus dilaksanakan oleh aparatur

di Indonesia adalah memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada

masyarakat (excellent service for people). Agar tugas pokok dan fungsi

serta kewajiban tersebut dapat terlaksana dengan baik, maka harus

didukung dengan sarana dan prasarana yang memadai. Adanya peraturan

yang jelas serta didukung dengan sumber daya manusia yang profesional

dan handal merupakan faktor pendukung yang tidak boleh ditinggalkan.

Sarana dan prasarana yang memadai, lengkap dan canggih akan

mempercepat proses pelayanan yang diberikan kepada masyarakat,

peraturan yang jelas dalam pemberian pelayanan masyarakat akan

memberikan pedoman bagi aparatur dalam memberikan pelayanan. Selain

itu, masyarakat diberi akses untuk dapat mengontrol dan mengawasi

kualitas dan prosedur pelayanan yang diberikan. Di samping hal-hal

tersebut, adanya dukungan Sumber Daya Manusia Aparatur dalam

melaksanakan tugas pokok dan fungsi serta kewajibannya mempunyai

kemampuan atau kompetensi yang baik, pelayanan diberikan secara

transparan, fair, tidak membeda-bedakan dan dilaksanakan secara

akuntabel serta penuh keikhlasan dan ketulusan.

Untuk membentuk sosok Sumber Daya Manusia Aparatur seperti

tersebut memang memerlukan waktu dan proses yang lama serta upaya

yang tidak boleh berhenti. Perubahan yang segera dapat dilakukan adalah
71

peningkatan kemampuan atau kompetensi yang dilakukan melalui

pendidikan dan pelatihan (diklat) maupun non diklat. Perubahan melalui

diklat dapat dilakukan dengan melakukan berbagai kursus, Pendidikan

formal maupun non formal atau pendidikan lainnya yang berkaitan dengan

peningkatan kemampuan atau kompetensi teknis maupun perubahan pola

pikir, moral, dan Perilaku Sumber Daya Manusia Aparatur. Meskipun

merubah pola pikir, moral dan Perilaku Sumber Daya Manusia Aparatur

melalui diklat memang tidak mudah, akan tetapi tetap perlu dilakukan.

Sementara peningkatan kemampuan atau kompetensi melalui non diklat

dapat dilakukan dengan menciptakan situasi dan kondisi kerja yang

kondusif untuk terjadinya peningkatan kemampuan, melakukan mutasi

secara berkala, menciptakan hubungan antar personal yang harmonis dan

lain sebagainya.

Dari uraian sebelumnya menunjukkan bahwa umumnya aparat desa

pemerintah Desa Dumu kurang efektif dalam melaksanakan tugas dan

tanggung jawabnya atau dengan kata lain, bahwa salah satu faktor yang

berpengaruh negatif dan dapat menghambat kemampuan terhadap

pelaksanaan tugas-tugas administrasi dalam adalah ketidakdisiplinannya

Perangkat Desa pelaksanaan tugas mereka.

Salah satu contoh ketidakdisiplinannya Aparat desa adalah masih

rendahnya kehadiran setiap aparat desa mewujudkan kedisiplinan,

terutama disiplin dalam hal ketepatan dan kepatuhan terhadap waktu/jam

kerja yang telah ditetapkan oleh pemerintah kecamatan pada setiap hari
72

kerja. Hal ini menandakan bahwa dari segi disiplin waktu pegawai dalam

dan staf administrasi sering tidak masuk kerja yang sesuai dengan hari

kerja perbulannya. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa dalam tingkat

kehadiran aparat desa di lingkungan Kantor Desa Dumu relatif masih

rendah terutama dalam mentaati aturan yang ada. Hasil wawancara dengan

Sekretaris Desa Dumu mengatakan bahwa rendahnya kehadiran pegawai

dikarenakan kurangnya kesadaran pegawai untuk mentaati aturan yang

berlaku di Kantor. Oleh karena pembinaan disiplin aparat desa

dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran efisiensi dan efektifitas kerja

aparat guna mencapai pelaksanaan Tugas.

Peran Kepala Desa yang paling menonjol dalam kegiatan

administrasi di dalam adalah pemberdayaan aparat desa di arahkan untuk

meningkatkan prestasi kerja dalam rangka mewujudkan sumber daya

manusia yang profesional dalam bidang kerjanya. pemberdayaan aparat

desa sangat diperlukan untuk mengantisipasi perkembangan dalam dunia

kependudukan yang demikian cepat sehingga membutuhkan aparat desa

yang Profesional dalam menjalankan tugasnya dengan baik. Guna

meningkatkan kemampuan dalam mengantisipasi tugas-tugas di Bidang

pemerintahan dan pembangunan yang semakin kompleks maka dalam

menjalankan tugas pokok dan fungsi kantor desa Dumu telah

melaksanakan pemberdayaan terhadap aparat desanya.


73

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
74

Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis kemampuan aparat

desa dalam pelaksanaan tugas di kantor desa Dumu kecamatan Langgudu

kabupaten Bima dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Kemampuan perangkat/aparat pemerintahan Desa Dumu dalam

pelaksanaan tugas masih rendah. Terlihat pada bukti-bukti yang dapati

dilapangan, masih banyak buku-buku untuk pencatatan kearsipan tidak

terisi

a Masih ditemukannya kurang disiplin aparat desa dalam

mematuhi/mentaati jam masuk kantor tidak tepat pada waktu yang

sudah ditentukan.

b .Peningkatan kemampuan aparat desa Dumu dalam pelaksanaan tugas

administrasi pemerintahan desa yang meliputi : Pembinaan disiplin

Aparat/Perangkat Desa, Bimtek/Bimbingan teknik, dan Motivasi

kerja. Peningkatan kemampuan aparat Desa Dumu, dikarenakan

kondisi pelaksanaan tugas penyelenggaraan pemerintahan

dibeberapa faktor masih sangat minim. Faktor-faktor yang dimaksud

minim adalah faktor keterampilan/kemampuan setiap aparat yang

berhubungan dengan tugas-tugas penyelenggaraan Pemerintahan,

masih rendahnya disiplin kerja ditinjau dari aspek ketepatan waktu,

serta minimnya bimbingan terhadap aparat desa, pengawasan dan

pengendalian yang tidak efektif serta kerjasama antar aparat masih

kurang.
73
75

2. Faktor pendukung pelaksanaan tugas administrasi utamanya perangkat

lunak perlu diadakan guna menjadikan pedoman dalam pelaksanaan tugas

di pemerintahan Desa. Sedangkan Faktor pengambat dalam pelaksanaan

tugas di Pemerintahan Desa disebabkan masih rendahnya Sumber Daya

Manusianya yang dipengaruhi oleh faktor Pendidikan, Pengalaman,

kurangnya pembinaan dan faktor kesejahtraan.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyampaikan saran sebagai

berikut:

1. Hendaknya pemerintah atasan utamanya Pemerintah Kecamatan dan

Kabupaten melakukan kegiatan /Pelatihan keterampilan dan Bimtek secara

menyeluruh bukan saja hanya sekretaris tetapi lebih pada seluruh

perangkat desa yang ada termasuk sesuai dengan tupoksi yang mereka

bebankan.

2. Sebagai aparat Desa yang telah mengabdikan diri dan diberikan

kepercayaan sebagai pelaksana penyelenggaraan pemerintahan/pelayan

publik hendaknya dapat dilaksanakan dengan penuh percaya diri dan iklas

tanpa membedakan salah satu golongan dan selalu menempatkan

kepentingan Umum di atas kepentingan Pribadi.

3. Pemerintah hendaknya lebih meningkatkan kualitas dan kuantitas

dukungan terhadap penyelenggara pemerintah tingkat desa baik dukungan

bimbingan teknik administrasi maupun meningkatkan kesejahteraan dari

pada aparat Desa.


76

4. Hendaknya aparat Desa dalam melaksanakan fungsi sebagai

penyelenggara Pemerintahan desa dapat menciptakan suasana

kebersamaan dan kekeluargaan saling memberikan motivasi dan dedikasi

sesama aparat pemerintahan desa yang sama-sama mengemban tugas

sebagai abdi masyarakat dan abdi Negara.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Usman, 2008. Mari Belajar Meneliti. Lengge Printika ; Yogyakarta

Black J.A. Champion, D.J. 2009. Metode & Masalah Penelitian Sosial,
(Bandung : Refika Aditama)
77

Dwi Purnama Wati, 2014. Jurnal Pembangunan Pedesaan,. Volume 1, Nomor 2, 2


Agustus 2001. Pelaksanaan Fungsi. Pengawasaan…(Jakarta: Rineka
Cipta)

Febyanti Putri, 2014. Politik Pemerintahan desa di Indonesia. (Jakarta: Kencana)

Gunawan, 2017. Mewujudkan Good Governance di Pemerintah. (Jakarta: Rineka


Cipta)

Komarudin, 2014. Manajemen Sumber Daya Manusia. (Jakarta: Salemba Empat.


Mangkunegara)

Koentjaraningrat, 2011, Pengantar Ilmu Antropologi. (Jakarta: Rineka Cipta)

Lexy J. Moleong, 2009. Metode Penelitian Kualitatif. (Bandung, PT Remaja


Rosdakarya)

Mohamad Helmi Syaifuddin et al., 2019. Upaya Peningkatan Kemampuan.


Aparatur Desa (Jakarta: PT Gramedia. Pustaka Utama)

Riduwan, M.B.A. 2004. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan
Peneliti Pemula. (Bandung: Alfabeta)

Rahardjo Adisasmita, 2011. Manajemen Pemerintah Daerah. (Yogyakarta:


Penerbit Graha Ilmu. Antarajawabarat)

Sayuti Una (ed.), 2014. Pedoman Penulisan Skripsi. (Jambi: Syariah Press)

Sundarso, 2006. Fenomena Global Dan Fenomena Nasional. (Jakarta: Rajawali


pers).

Sedarmayanti, 2016. Good Governance (Kepemimpinan Yang Baik), (Bandung:


Mandar Maju).

Sugiyono, 2016. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed


Methods). (Bandung:Alfabeta)

Wijaya, 1993. Komunikasi dan hubungan masyarakat, (Jakarta: Bumi Aksara)


Undang-undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
78

Peraturan Pemerintah Nomor 43 tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan


Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas PP Nomor
43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan Atas Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa
Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua Atas PP
Nomor 43 Tahun 2014 Tentang Peraturan Pelaksanaan Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 83 Tahun 2015
Tentang Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 84 Tahun 2015
Tentang Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Pemerintah Desa
Peraturan Daerah Kabupaten Bima Nomor 9 Tahun 2015 tentang Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2017
Tentang Perubahan atas Permendagri Nomor 83 Tahun 2015 tentang
Pengangkatan dan Pemberhentian Perangkat Desa
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2018
Tentang Pengelolaan Keuangan Desa.

Anda mungkin juga menyukai