Disusun Oleh :
Nama : Jodi Ayatullah Permana
Nim : 1111160352
Konsentrasi : Hukum Administrasi Negara
Dosen Pembimbing :
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA
2021
BAB I
PENDAHULUAN
adalah proses demokratisasi yang selama orde baru berproses dari atas ke bawah,
sebaliknya saat ini proses dari bawah yakni desa. Perubahan paradigma baru
kesatuan hukum yang otonom dan memiliki hak serta wewenang untuk mengatur
1945 antara lain menyatakan bahwa pembagian daerah Indonesia atas daerah
besar dan kecil dengan bentuk dan susunan pemerintahannya ditetapkan dengan
Undang-undang.1
Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, desa tidak lagi merupakan
daerah administrasi, dan tidak lagi menjadi bawahan daerah melainkan menjadi
1
2
2014 Tentang Desa dan Peraturan Daerah Kabupaten Serang Nomor 9 Tahun
masyarakat desa yang hingga saat ini sudah berjumlah sekitar 73.000 (tujuh
daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap provinsi,
kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur dengan
daerah Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah kecil, dengan bentuk dan
2
Fadhel Abdillah, Fungsi Legislasi Badan Permusyaawartan Desa (BPD) Dalam
Pembentukan Peraturan Desa Di Desa Mekar Baru Kecamatan Petir Menurut Undang-Undang
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa, Skripsi, Fakultas Hukum, 2020, hlm. 1.
3
Budiman Sudjatmiko dan Yando Zakaria, Desa Kuat Indonesia Hebat, Pustaka Yustisia,
Yogyakarta, 2015, hlm. 107.
3
undang-undang.4
sebagai salah satu daerah kesatuan hukum dimana bertempat tinggal suatu
sendiri. Dalam UU No. 9 Tahun 2015 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut ketentuan ini desa diberi
“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki
batas wilayah yang berwenang untuk mangatur dan mengurus urusan
pemerintahan, kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa
masyarakat, hak asal usul dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati
dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia”.6
Hal yang menarik sekali dan penting dalam struktur pemerintahan desa
yang menjurus pada timbulnya konflik yang dapat mengganggu proses penegakan
Desa ini memiliki tugas, fungsi, kedudukan wewenang yang tidak kalah
(BPD), menyebutkan bahwa secara garis besar institusi ini memiliki tugas dan
misi luhur yang berfungsi mengayomi adat istiadat, membuat peraturan desa,
7
Tesa Visi Valeria Wawointana, Fungsi Pengawasan Badan Permusyawaratan Desa (Bpd)
Dalam Pengelolaan Anggaran Pendapatan Dan Belanja Desa Tahun 2015 Di Desa Esandom
Kecamatan Tombatu Timur, Skripsi, Fisip, Unsrat, 2015, hlm. 1.
5
2014 tentang fungsi desa, dalam fungsinya pemerintah BPD harus melaksanakan
yaitu:
Desa;
selama ini didominasi oleh kepala desa, sekarang dijalankan oleh Badan
gelanggang politik baru bagi warga desa dalam membangun tradisi demokrasi,
sekaligus tempat pembuatan kebijakan publik desa, serta menjadi alat kontrol bagi
desa. Hal ini bisa terealisasi apabila Badan Permusyawaratan Desa (BPD) sebagai
mitra Kepala Desa, berperan aktif dalam membangun desa bersama kepala desa
dan masyarakat. Badan Permusyawaratan Desa (BPD) menjadi alat kontrol bagi
dilakukan oleh BPD kepada kepala desa dan perangkatnya dalam pelaksanaan
2. Rencana anggaran yaitu berdasarkan rencana kerja yang ada baru kita
9
Ibid., hlm. 2.
7
Petir Kecamatan Petir melalui pra penelitian, fungsi pengawasan yang dilakukan
sesuai dengan Pasal 1 ayat (6), Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 20 Tahun
2015 tentang perubahan atas Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 tentang
dana desa yang bersumber dari anggaran pendapatan belanja Negara. Pasal 1 ayat
(8) “Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa, selanjutnya disebut APB Desa,
B. Identifikasi Maslaah
Tentang Desa ?
C. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk :
D. Kegunaan Penelitian
1. Kegunaan Teoritis
9
menambah ilmu bagi penulis dan para pihak yang membaca hasil
(APBDes).
2. Kegunaan Praktis
Adminitrasi Negara.
(APBDes).
10
E. Kerangka Pemikiran
berpijak bagi peneliti dalam penelitian ini. Menurut Kaelan M.S landasan
ini menunjukkan adanya hubungan yang sangat erat antara perencanaan dan
pengawasan.11
telah ditentukan.13
Dalam konteks yang lebih luas maka arti dan makna pengawasan lebih
bercorak pada pengawasan yang berlaku pada organisasi dan birokrasi. Jika
12
M. Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia, Rajawali, Jakarta,
2013, hlm. 172.
13
Soewarno Handayaningrat, Pengantar Studi Ilmu Administrasi Negara, Ghalia Indonesia,
Bogor, 2004, hlm. 74.
14
Sirajun dkk, Hukum Pelayanan Publik, Setara Press, Malang, 2012, hlm. 126.
12
ditarik dalam makna yang lebih luas dalam kompeherensif maka pengawasan
bekerja dengan memakai semua Undang-Undang, prosedur dan tata cara yang
apakah pelaksanaan kegiatan pokok organisasi itu telah berjalan dengan baik.
Negara.
uang), yang akan dijalankan untuk masa mendatang lazimnya satu tahun
mendatang.15
tersebut.16
a. Periodik;
bersangkutan; dan
15
W. Riawan Tjandra, Hukum Keuangan Negara, PT. Grasindo, Jakarta, 2006, hlm. 1-2.
16
Alfin Sulaiman, Keuangan Negara Pada BUMN Dalam Perspektif Ilmu Hukum, PT. Alumni,
Bandung, 2011, hlm. 20.
14
penerimaan yang sebenarnya untuk periode mendatang dan periode yang telah
pengeluaran dan
dari kedudukan anggaran negara dalam penyelenggaraan negara hal itu dapat
pemerintah adalah keuangan negara yang hanya berasal dari APBN. Sehingga
yang dimaksud dengan keuangan negara adalah keuangan yang berasal dari
APBN.
keuangan negara. Pengertian uang negara adalah uang yang dikuasai oleh
18
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Rreformasi, PT.
Bhuana Ilmu Komputer, Jakarta, 2008, hlm. 833-834.
16
bendahara umum negara yang meliputi rupiah dan valuta asing. Sementara itu,
uang negara terdiri dari atas uang dalam kas negara dan uang pada bendahara
yang dilaksanakan oleh kuasa bendahara umum negara pusat meliputi sebagai
berikut;
F. Metode Penelitian
metode studi yang dilakukan seseorang melalui penyelidikan yang hati-hati dan
diperiksa dan ditelaah secara kritis, akan berkembang terus atas dasar penelitian –
19
Khudzaifah Dimyati dan Kelik Wardiono, Metode Penelitian Hukum, Fakultas Hukum UMS,
Surakarta, 2004, hlm. 1.
20
Fahroni, Metodologi Penelitian dan Teknik Penyusunan Skripsi, Rineka Cipta, Jakarta, 2006,
hlm. 28.
21
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakata, 2015,
hlm. 3.
18
Petir. Metode yang digunakan dalam oleh penulis untuk melakukan penelitian ini
sebagai berikut:
1. Metode
2. Spesifikasi Penelitian
hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat.22 Artinya
hukum yang berlaku serta dalam pelaksanaan hukum positif di Indonesia yang
Belanja Desa (APBDes) Di Desa Petir. Data informasi yang dikumpulkan dan
dikaji dalam penelitian ini sebagian besar adalah data kualitatif. Informasi
tersebut akan digali dari beragam sumber data dan jenis sumber data yang
3. Sumber Data
Ada 2 (dua) jenis data yang di gunakan dalam penelitian skripsi ini yaitu :
a) Data Primer
Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik
tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. 23 Sehubungan dengan hal
tersebut maka data primer yang didapatkan oleh penulis adalah dengan
22
Amirudin dan Zainal Asikin, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Rajawali Pers, Jakarta,
2004, hlm. 25.
23
Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2016, hlm. 106.
20
Kecamatan Petir dalam hal ini DPMD, BPD, Kepala Desa, Perangkat
b) Data Sekunder
undangan.24
Peraturan Perundang-Undangan
BPD.
5. Analisis Data
ke dalam pola, kategori, dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan
tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh
data.25
kualitatif, artinya menguraikan data yang diolah secara rinci ke dalam bentuk
normatif.
6. Lokasi Penelitian
Kabupaten Serang. Lokasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini untuk
25
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penelitian Teori Hukum pada Penelitian Tesis dan
Disertasi, Raja Grafindo Persada , Jakarta, 2013, hlm. 19.
23
Republik Indonesia.
G. Sistematika Penulisan
besar terdiri dari 5 (lima) bab dan sejumlah sub bab. Penulis menguraikan secara
ringkas pembahasan dalam skripsi ini dengan harapan agar mudah dalam
kedalam beberapa bab, dimana setiap bab terdiri dari sub bab, yaitu sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
DESA (APBDES)
Bab kedua ini penulis memuat tinjauan pustaka berisi tentang teori
daerah.
24
dilapangan
TENTANG DESA
A. Teori Pengawasan
1. Definisi Pengawasan
dalam rangka membandingkan hasil yang akan dicapai dengan perencanaan awal
kegiatan. Pengawasan juga berfungsi untuk mengevaluasi hasil akhir dari suatu
“Konsep kontrol modern memberikan catatan sejarah tentang apa yang telah
fungsional yang harus dilaksanakan oleh setiap pimpinan semua unit/satuan kerja
26
Yohannes Yahya, Pengantar Manajemen , Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006, hlm. 133.
26
27
pekerjaan. Suatu penyimpangan atau kesalahan terjadi atau tidak selama dalam
pegawai. Para pegawai yang selalu mendapat pengarahan atau bimbingan dari
tersebut :
27
M. Kadarisman, Manajemen Pengembangan Sumber Daya Manusia , Jakarta: Rajawali:
2013, hlm.172.
28
Zamani, Manajemen Jakarta: IPWI, 1998, hlm. 132.
28
b) Pengawasan menurut Fahmi yang dikutip oleh Erlis Milta Rin Sondole
oganisasi mewujudkan kinerja yang efektif dan efisien, serta lebih jauh
c. Tujuan
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan, bahwa pengawasan adalah proses
untuk menjaga agar kegiatan terarah menuju pencapaian tujuan seperti yang
koreksi.
2. Jenis-Jenis Pengawasan
29
Erlis Milta Rin Sondole dkk, Pengaruh Disiplin Kerja, Motivasi dan Pengawasan terhadap
Kinerja Karyawan pada PT. Pertamina (Persero) Unit Pemasaran VII Pertamina BBM Bitung, Jurnal
EMBA, 2015, Vol. 3, hlm. 652.
30
Maringan Masry Simbolon, Dasar – Dasar Administrasi dan Manajemen Jakarta: Ghalia
Indonesia : 2004, hlm. 61.
29
Pengawasan intern adalah pengawasan yang dilakukan oleh orang atau badan
dalam bentuk ini dapat dilakukan dengan cara pengawasan atasan langsung atau
pengawasan melekat (built in control) atau pengawasan yang dilakukan secara rutin
oleh inspektorat jenderal pada setiap kementerian dan inspektorat wilayah untuk
oleh unit pengawasan yang berada di luar unit organisasi yang diawasi.
dilakukan terhadap suatu kegiatan sebelum kegiatan itu dilaksanakan, sehingga dapat
keuangan negara yang akan membebankan dan merugikan negara lebih besar. Di sisi
lain, pengawasan ini juga dimaksudkan agar sistem pelaksanaan anggaran dapat
dan bermakna jika dilakukan oleh atasan langsung, sehingga penyimpangan yang
31
Saiful Anwar, Sendi-sendi Hukum Administrasi Negara, Jakarta, Glora Madani Press, Hlm.
127
30
kemungkinan dilakukan akan terdeteksi lebih awal. Di sisi lain, pengawasan represif
adalah “pengawasan yang dilakukan terhadap suatu kegiatan setelah kegiatan itu
dilakukan.” Pengawasan model ini lazimnya dilakukan pada akhir tahun anggaran, di
mana anggaran yang telah ditentukan kemudian disampaikan laporannya. Setelah itu,
terjadinya penyimpangan.
pengeluaran apakah telah sesuai dengan peraturan, tidak kadaluarsa, dan hak itu
diperlukan dan beban biaya yang serendah mungkin.” Pengawasan kebenaran formil
penyelewengan, dan pemborosan anggaran negara yang tertuju pada aparatur atau
dan pertanggung jawaban anggaran dan kebijakan negara dapat berjalan sebagaimana
pengertian pengawasan tersebut maka dapat ditarik beberapa unsur yang terkandung
didalamnya, yakni:
3. Sistem Pengawasan
pengawasan yaitu adanya rencana tertentu dan adanya pemberian instruksi serta
instruksi dan wewenang dilakukan agar sistem pengawasan itu memang benarbenar
dilaksanakan secara efektif. Wewenang dan instruksi yang jelas harus dapat
32
bawahan sudah menjalankan tugas-tugasnya dengan baik. Atas dasar instruksi yang
prinsip fleksibilitas. Ini berarti bahwa sistem pengawasan itu tetap dapat
4. Tujuan Pengawasan
yang digariskan.
mengusahakan agar apa yang direncanakan itu menjadi kenyataan, hal ini sejalan
dengan tanggung jawab yang dipikulkan kepundak si penerima tugas tersebut, dalam
34
arti tanggung jawab itu adalah keharusan dilaksanakan tugas sebaikbaiknya sebagai
satu instansi dengan instansi lainnya dipengaruhi oleh jenis dan sifat pekerjaan, dalam
arti jarak antara unit kerja yang diawasi dengan jumlah tugas/aktivitas hendaknya
dapat terkendali. Dan juga faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi seperti faktor
objektif, karena hal ini berada di luar pribadi pejabat yang harus melaksanakan
pengawasan.
Di samping itu terdapat juga faktor subjektif yang bersumber dan berkenaan
dengan diri pribadi pejabat yang harus melaksanakan pengawasan, antara lain
pejabat atasan terlebih dahulu melakukan koordinasi dengan personil bawahan dan
hal ini dilakukannya supaya tidak terlalu banyak unit-unit pelaksananya. Jadi
mengawasi bukanlah suatu hal yang mudah dilakukan, akan tetapi suatu pekerjaan
disertai dengan wibawa yang tinggi, hal ini mengukur tingkat efektivitas kerja dari
pada aparatur pemerintah dan tingkat efesiensinya dalam penggunaan metode serta
5. Fungsi Pengawasan
dan akibat dari proses transformasi tersebut. Melalui pengawasan tersebut dapat
Jika kekurangan dan kesalahan diketahui lebih awal maka akan dapat
Dibawah ini adalah pengertian dan definisi teori dan konsep fungsi
a. Mempertebal rasa dan tanggung jawab terhadap pejabat yang diserahi tugas
32
Simbolon, Maringan Masri. 2004, Dasar-dasar Administrasi dan Manajemen, Ghalia
Indonesia, Jakarta.
36
Selanjutnya Terry dan Leslie dalam Sule dan Saefullah mengemukakan bahwa
atau tidak dan karena itu ia harus merupakan bagian integral dari sistem manajemen.
33
berfungsi agar dapat diperoleh hasil produksi berupa barang dan jasa yang berkualitas
dalam jangka waktu yang sesuai dengan rencana yang talah ditentukan. 34 Sehingga
dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa fungsi pengawasan adalah
suatu kegiatan yang dilakukan untuk memastikan supaya rencana yang telah
ditetapkan bisa berjalan dengan lancar dan sesuai dengan proses yang telah diatur.
berasal dari APBN. Sehingga yang dimaksud dengan keuangan negara adalah
33
Terry dan Leslie dalam sule dan saefullah, 2005. Pengantar Manajemen, Kencana, Jakarta.
34
Sudarsono, Edilius. 2002, Manajemen Koperasi Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta.
37
negara, yakni pengertian keuangan negara dalam arti yang luas dan pengertian
keuangan negara dalam arti yang sempit.35 Pengertian keuangan negara dalam arti
luas yang dimaksud adalah keuangan yang berasal dari APBN, APBD, Keuangan
dalam arti sempit adalah keuangan yang berasal dari APBN saja.
Keuangan negara menurut definisi lain, yaitu Van der Kemp adalah semua
hak yang dapat dinilai dengan uang, demikian pula segala sesuatu (baik berupa
uang maupun barang) yang dapat dijadikan milik negara berhubungan dengan
dari anggaran belanja atas ekonomi, khususnya akibat dari dicapainya tujuan
substansi yang dapat ditinjau dalam arti luas dan dalam arti sempit. Keuangan
35
Arifin P. Soeria Atmadja, Mekanisme Pertanggungjawaban Keuangan Negara, PT. Gramedia,
Jakarta, 1986, hlm.49.
36
Ibid, hlm.50.
37
Nia K. Winayanti, Hand-out Pengertian Keuangan Negara, FH Unpas, 2015.
38
Otto Ekstein, Keuangan Negara, Bina Aksana, Jakarta, 1981.
38
negara dalam arti luas meliputi hak dan kewajiban negara yang dapat dinilai
dengan uang, termasuk barang milik negara yang tidak tercakup dalam anggaran
negara. Sementara itu, keuangan negara dalam arti sempit hanya terbatas pada hak
dan kewajiban negara yang dapat dinilai dengan uang, termasuk barang milik
negara yang tercantum dalam anggaran negara untuk tahun yang bersangkutan.39
Tujuan diadakannya pemisahan secara tegas substansi keuangan negara dalam arti
luas dengan substansi keuangan negara dalam arti sempit agar ada keseragaman
pemahaman.
keuangan negara dalam arti luas. Dalam hubungan dengan negara, keuangan
negara dalam arti sempit merupakan anggaran pendapatan dan belanja negara atau
anggaran negara. Substansi keuangan negara dalam arti sempit berbeda dengan
substansi keuangan negara dalam arti luas sehingga keduanya tidak boleh
arti sempit hanya tertuju pada anggaran pendapatan dan belanja negara yang
berkaitan dengan pendapatan dan pengeluaran itu pada mulanya dipahami sebagai
39
Muhammad Djafar Saidi, op.cit, hlm. 11.
40
Muhammad Djafar Saidi, op.cit, hlm. 13.
41
Jimly Asshiddiqie, Pokok-pokok Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Rreformasi, PT.
Bhuana Ilmu Komputer, Jakarta, 2008, hlm. 833-834.
39
UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 yang disusun pada
tahun 1945. Karena itu, dapat dikatakan bahwa awalnya, yang dimaksud dengan
belanja negara saja. Dalam pengertian sempit ini diasumsikan bahwa semua ung
pendapatan dan belanja negara. Tidak ada uang lain yang termasuk pengertian
uang negara di luar anggaran pendapatan dan belanja negara. Lebih lanjut
dikatakan oleh Jimly Asshiddiqie42 bahwa anggaran pendapatan dan belanja negara
memiliki dua aspek, yaitu perhitungan pendapatan negara dan perhitungan belanja
rangka pencapaian tujuan negara tidak boleh dipisahkan dengan ruang lingkup
yang dimilikinya. Oleh karena ruang lingkup itu menentukan substansi yang
ruang lingkup agar terdapat kepastian hukum yang menjadi pegangan bagi
42
Ibid , hlm. 834-835.
40
ruang lingkup keuangan negara dari aspek yuridis. Ruang lingkup keuangan
c. Penerimaan Negara;
d. Pengeluaran Negara;
e. Penerimaan Daerah;
f. Pengeluaran Daerah;
lain berupa uang, surat berharga, piutang, barang, serta hak-hak lain yang
diberikan pemerintah.
41
negara meliputi:43
a) Pengelolaan moneter
keseimbangan yang dinamis antara jumlah uang yang beredar dengan barang
b) Pengelolaan Fiskal
43
www.bppk.depkeu.go.id/webpegawai/index.php
42
(BUMN/BUMD).
yang meliputi baik asas-asas yang telah lama dikenal dalam pengelolaan keuangan
Sebelum berlakunya UUKN, telah ada beberapa asas- asas yang digunakan
tertentu; dan
43
keuangan negara. Pengertian uang negara adalah uang yang dikuasai oleh
bendahara umum negara yang meliputi rupiah dan valuta asing. Sementara itu,
uang negara terdiri dari atas uang dalam kas negara dan uang pada bendahara
berikut;
negara;
kewenangan lokal berskala Desa selain didanai oleh APB Desa, juga dapat
didanai oleh anggaran pendapatan dan belanja negara dan anggaran pendapatan
Seluruh pendapatan Desa diterima dan disalurkan melalui rekening kas Desa
rekening kas Desa ditandatangani oleh kepala Desa dan Bendahara Desa.
1. Perencanaan
2. Pelaksanaan
3. Penatausahaan
4. Pelaporan
46
5. Pertanggung jawaban
dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dan Anggaran Pendapatan dan
pendapatan dan belanja negara setiap tahun anggaran yang diperuntukkan bagi
kabupaten/kota.
anggaran ADD paling sedikit 10% (sepuluh perseratus) dari dana perimbangan
mempertimbangkan:44
Desa Desa atau yang disebut dengan nama lain telah ada sebelum
Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain,
48
49
masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yag diakui dan dihormati
Serang Provinsi Banten, dari awal berdirinya desa petir sudah berganti 4
(empat) Kepala Desa hingga periode saat ini dimulai dari tahun 1960-1985
yang dipimpin oleh Kepala Desa yang bernama Marjuk, pada tahun 1985-
2001 di pimpin oleh Zuhdi, pada tahun 2002-2015 dipipmpin oleh Oji
Fahroji, dan yang sampai sekarang masih menjabat kepala desa dipimpin
oleh Hambali. Desa petir merupakan desa yang sentral dan pusat
Petir
a. Pimpinan
1) . Ketua : NURHIMAN
50
3) . Sekretaris : MUTMAINAH
b. Bidang
Desa - REPIANA
BPD di Desa Petir telah memiliki paradigma yang jelas berpegang teguh pada
sampai saat ini keberadaan BPD Desa Petir Kecamatan Petir belum maksimal
pemerintahan desa. Pemerintahan Desa dan BPD di Desa Petir dapat berperan
Nomor 6 Tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Mentri Dalam Negeri
Permusyawaratan Desa.
sumber daya manusia dan daya dukung anggota di dalamnya atau mekanisme
yang ada, sehingga dengan itu sejumlah alat kelengkapan organisasi yang
diatas bahwa tingkat pendidikan atau Sumber Daya Manusia yang ada dalam
Sarjana dalam BPD Desa Petir berjumlah 2 orang, dan yang lainnya ialah
berjumlah 1 orang. Demi terciptanya suatu produk hukum yang baik atau
majunya suatu daerah terlihat dari tersedianya pendidikan baik itu formal
maupun informal.
3. Letak Wilayah
Kabupaten Serang Provinsi Banten yang memiliki luas wilayah yang cukup
besar, serta daerah administratif Desa Petir jika menilik ke Desa lainnya yang
terdapat di Kecamatan Petir adalah menjadi salah satu desa yang memiliki
wilayah yang harus dikembangkan oleh Pemerintahan Desa Petir maka hal itu
Petir yang mempunyai luas wilayah mencapai 369 Ha. Dengan jumlah
penduduk Desa Petir sebanyak 8.000 Jiwa. Desa Petir merupakan salah satu
Desa dari 14 (empat belas) Desa yang ada di kecamatan Petir Kabupaten
Serang, Desa Petir berada pada ketinggian ± 185 dpl dan curah hujan ± 200
mm, rata-rata suhu udara 28º - 32º celcius. Bentuk wilayah daratan atau
selama ± 5 menit.
Serang dengan luas wilayah lebih kurang 369 ha dengan batas sebagai berikut
Kecamatan Petir.
53
Petir.
Kecamatan Petir.
a. Luas Wilayah
Jumlah luas tanah Desa Petir seluruhnya mencapai 369 ha dan terdiri
dari tanah darat dan tanah sawah dengan rincian sebagai berikut:
1) Pertanian
2) Perkebunan
3) Lahan tanah
c. Karakteristik Desa
54
perbengkelan, Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan Home Industri yang bergerak
kecil saja.
Selain penyusunan visi juga telah ditetapkan misi-misi yang memuat sesuatu
pernyataan yang harus dilaksanakan oleh desa agar tercapainya visi desa
a. Visi Desa
b. Misi Desa
berikut :
perekonomian.
pelatihan-pelatihan.
desa.
dari Visi dan Misi yang telah disusun. Berdasarkan evaluasi dan review
pelatihan-pelatihan
desa
5. Strategi Pencapaian
bertanggung jawab.
pembangunan desa.
yang ada.
yaitu transparansi dan akuntabilitas. Pemerintah desa tidak akan kuat dan
otonom tidak akan berjalan bagi masyarakat jika tidak ditopang dengan hal
tersebut.
dan kewajiban desa yang dapat dinilai dengan uang, serta segala sesuatu
yang berupa uang dan barang yang berhubungan dengan pelaksanaan hak
menganggarkan dana desa yang cukup besar untuk diberikan kepada desa.
Tahun 2014 tentang Dana Desa Yang Bersumber Dari Anggaran Pendapatan
62
desa.
konstruksi.
berwenang.
(BPD) menghimbau agar masyarakat ikut serta mengawasi karena bisa saja
apa yang di rencanakan dengan apa yang terjadi dilapangan tidak sama,
Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes) di desa petir di dasari oleh
pasal 11 peraturan daerah kabupaten serang nomor 9 tahun 2016 tantang Badan
dalam pasal 61 undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa dan pasal 12
Desa (BPD) yaitu selalu mengawasi kinerja kepala desa dan anggota yang
bersama kepala desa dalam kurun waktu 1 Tahun yang di awasi langsung oleh
desa petir kecamatan petir dapat dilihat bahwa peran Badan Permusyawaratan
Desa Petir merupakan forum pertemuan dari seluruh elemen masyarakat yang
meliputi :
1. Penataan Desa.
2. Perencaan Desa
Dalam Pasal 61 UU No. 6 Tahun 2014 Tentang Desa pada ayat 1 menjelaskan
desa. Dari hasil observasi bahwa Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Desa
musyawarah desa yang dilakukan setiap tahunnya. Lalu dalam hal mengawasi
pemerintahan melalui sikap kepedulian dan kerja sama yang baik antara
bukan hanya dalam anggaran, namun dalam semua kegiatan desa merupakan
Dalam hal ini Badan Permusyawaratan Desa Petir harus ikut serta dalam
dan fungsinya dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes). Dalam
hal ini berarti Badan Permusyawaratan Desa Petir sudah memenuhi unsur
desa kepada pemerintah desa dan juga pencanaan desa dan rencana
kepala desa dan perangkat desa lainnya memiliki hubungan kemitraan antara
71
satu dengan yang lain untuk mencapai suatu tujuan yang diharapkan dan
petir yang di pimpin oleh kepala desa merupakan tugan dari BPD itu sendiri.
pemerintah desa.
pemerintah desa sesuai dengan pasal 2 dan 3 nomor 5 tahun 2017 tentang
rencana kerja pemerintah desa (RKP desa). Anggota dalam tim ini
serta BPD. Dengan dibuatnya tim rencana kerja pemerintah desa yang
memiliki tujuan agar pembangunan desa dapat lebih terarah guna untuk
72
Pemerintah Desa Petir telah sesuai dengan Pemendagri No 114 Tahun 2014
forum musyawarah lebih terarah dan untuk tim tersebut dapat mempelajari
a. Pembangunan jalan
b. Pembangunan irigasi
masyarakat ikut serta mengawasi karena bisa saja apa yang di rencanakan
dengan apa yang terjadi dilapangan tidak sama, karena bagaimana pun
74
dengan oftimal, ini dapat di lihat dari kinerja Badan Permusyawaratan Desa
(BPD) dalam proses pengolahan dana (APBDes). hal ini berarti badan
pemerintah desa petir melakukan pembangunan desa kearah yang lebih baik.
kebijakan yang telah disepakati bersama yaitu program kerja APBDes serta
2) Pelaksanaan Kegiatan
Negara/Daerah.
dalam pemanfaatan aset desa ini memberikan dukungan kepada Hukum Tua
belanja desa (APBDes) didesa petir kecamatan petir berjalan dengan baik
dan yang mana tugas dari Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam
undang undang nomor 6 tahun 2014 tentang desa dan peraturan daerah
saja di desa petir masih ada kekurangan yaitu belum terelasinya badan usaha
milik desa yang disebut BUMdes, karena anggaran dari pemerintah pusat
prasarana Desa. jadi untuk saat ini belum bisa membangun BUMdes.
bidang ekonomi atau pelayanan umum di pemerintahan desa dan dapat juga
dengan hal ini pemerintah desa dan BPD tidak tinggal diam untuk
A. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian mengenai fungsi pengawasan badan
nomor 6 tahun 2014 tentang desa, sebagaimana yang telah diuraikan pada bab-
menjalankan tugas dan hasil laporan pengelolaan anggaran keuangan desa dari
kecamatan petir sudah berjalan dengan baik dan selalu memperhatikan dan
perjelas dalam pasal 55 ayat 3 dan pasal 61 ayat 1 undang undang no 6 tahun
B. SARAN
Berdasarkan hasil penelitian yang penulis buat, terdapat beberapa saran atau
masukan kepada pihak yang berkaitan dalam penelitian ini sebagai bentuk
masukan yang bersifat membangun dan bertujuan sebagai bahan evaluasi dari
menjalankan tugas dan fungsinya dalam hal pengawasan dan lebih bisa
yang lebih efektif dan efisien kedepannya. Bagi pihak pemerintah desa untuk
DAFTAR PUSTAKA
A. BUKU
Alfin Sulaiman, Keuangan Negara Pada BUMN Dalam Perspektif Ilmu Hukum,
PT. Alumni, Bandung, 2011.
Budiman Sudjatmiko dan Yando Zakaria, Desa Kuat Indonesia Hebat, Pustaka
Yustisia, Yogyakarta, 2015.
HAW. Widjaja, Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli, Bulat Dan Utuh, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2004.
Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penelitian Teori Hukum pada Penelitian
Tesis dan Disertasi, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013.
B. PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa
C. SKRIPSI