Anda di halaman 1dari 76

FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM

MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT


DESA DI DESA SARAGENI KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN
PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2017

SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum
Pada Program Studi Ilmu Hukum di Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng
Tirtayasa

Disusun Oleh:
NAMA : SRI NANDANG ANDRIANI

NIM : 1111180092

BIDANG : HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Dosen Pembimbing

Pembimbing I : H. E. Rakhmat Jazuli, SH.,MH


Pembimbing II : Nurikah, S.H., M.H.

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA


2022
BAB I
FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM
MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYRAKAT
DESA DI DESA SARAGENI KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN
PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2017

A. Latar Belakang Masalah

Berdasarkan Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa

“negara Indonesia adalah Negara Hukum”.1 Prinsip negara hukum pada dasarnya

mengisyaratkan adanya aturan main dalam penyelenggaraan tugas-tugas

pemerintahan sebagai aparatur penyelenggaran tugas-tugas pemerintahan sebagai

aparatur penyelenggaran negara, dengan inilah kemudian Hukum Administrasi

Negara muncul sebagai pengawas jalannya penyelenggaraan kekuasaan

pemerintah.

Berdasarkan pernyataan di atas tampak bahwa Hukum Administrasi Negara

Mengandung dua aspek yaitu pertama, aturan-aturan hukum yang mengatur

dengan cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu melakukan tugasnya.

Kedua, aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan antara perlengkapan

administrasi negara dengan para warga negaranya.2Hukum administrasi negara

adalah hukum yang berkenaan dengan pemerintahan (dalam arti sempit)

(Bestuursrecht of administratief Recht omvat regels, die betrekking hebben op de

administratie); yaitu hukum yang cangkupannya secara garis besar mengatur:

1) Perbuatan pemerintahan (pusat dan daerah) dalam bidang politik;

1
Pasal 1 ayat (3), Undang-Undang Dasar 1945
2
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta,2003 ,hlm.26

1
2) Kewenangan pemerintahan (dalam melakukan perbuatan dibidang
Public tersebut) di dalamnya diatur mengenai dari mana, dengan cara

apa, dan bagaimana pemerintah meggunakan kewenangannya;

Pengguna kewenangan ini dituangkan dalam bentuk isntrumen

hukum, karena itu diatur pula tentang pembuatan dan penggunaan

instrument hukum;

3) Akibat hukum yang lahir dari perbuatan atau penggunaan

kewenangan pemerintahan itu;

4) Penegakan hukum dan penerapan sanksi-sanksi dalam bidang


pemerintahan.

Penyelenggaraan pemerintahan desa di era reformasi pada hakekatnya

adalah proses demokratisasi, dari yang selama Orde Baru berproses dari atas ke

bawah, sebaliknya saat ini berproses dari bawah yakni desa itu sendiri. Perubahan

paradigma baru tersebut mengakibatkan desa sebagai kualitas kesatuan hukum

yang otonom dan memiliki hak serta wewenang untuk mengatur Rumah Tangga

sendiri, sebagaimana diatur dalam Pasal 18 UUD 1945 yang menyatakan bahwa

pembagian daerah Indonesia atas daerah besar dan kecil dengan bentuk dan

susunan pemerintahannya ditetapkan dengan Undang-undang.3

Istilah “Desa” secara etimologi berasal dari kata “Swadesi” yang berarti

wilayah, tempat, atau bagian yang mandiri dan otonom.4“Desa” di Indonesia

pertama kali ditemukan oleh Mr. Herman Warner Muntinghe, seorang Belanda

3
Sadu Wasistiono Dan M. Irwan Thahir, Prospek Pembangunan Desa, Fokus Media, Bandung
2007, hlm. 35.
4
Eka N.A.M. Sihombing, Hukum Pemerintahan Daerah, Setara Press, Malang, 2020, hlm. 155.

1
anggota Raad van Indie pada masa penjajahan kolonial Inggris, yang merupakan

pembantu Gubernur Jenderal Inggris yang berkuasa pada tahun 1811 di

Indonesia. Dalam sebuah laporan

tertanggal 14 Juli 1817 kepada pemerintahnya disebutkan tentang adanya

desadesa di daerahdaerah pesisir utara Pulau Jawa. Dan di kemudian hari

ditemukan juga desadesa di kepulauan luar Jawa yang kurang lebih sama dengan

desa yang ada di Jawa.5

Desa adalah suatu kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan

asli berdasarkan hak asal usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikiran dalam

mengenai pemerintahan desa adalah keanekaragaman, partisipasi otonomi asli,

demokratisasi dan pemmeberdayaan masyarakat.6

Selanjutnya, Bintarto mengemukakan bahwa minimal ada tiga unsur utama

desa, yaitu sebagai berikut.

1. Daerah, dalam arti suatu kawasan perdesaan tentunya memiliki

wilayah sendiri dengan berbagai aspeknya, seperti lokasi, luas

wilayah, bentuk lahan, keadaan tanah, kondisi tata air, dan aspek-

aspek lainnya.

2. Penduduk dengan berbagai karakteristik demografis masyarakatnya,

seperti jumlah penduduk, tingkat kelahiran, kematian, persebaran

dan kepadatan, rasio jenis kelamin, komposisi penduduk, serta

kualitas penduduknya.
5
Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Pn Balai Pustaka Cetakan Pertama, Jakarta, 1984, hlm. 36
6
Widjaja. HAW, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh. Cetakan VI, PT.
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012, hlm, 3.

1
3. Tata Kehidupan, berkaitan erat dengan adat istiadat, norma, dan

karakteristik budaya lainnya.7

Sistem administrasi negara yang berlaku sekarang di Indonesia, wilayah

desa merupakan bagian dari wilayah kecamatan, sehingga kecamatan menjadi

instrumen koordinator dari penguasa supra desa (negara melalui Pemerintah dan

Pemerintah Daerah) . Diperjelas dalam Pasal 371 Ayat (1) Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 menyatakan: “Dalam pemerintahan daerah kabupaten/ kota

dapat dibentuk pemerintahan Desa“. Penggunaan istilah “dibentuk” ini

menegaskan bahwa pemerintah Desa merupakan subsistem atau bagian dari

pemerintah kabupaten/kota, karenanya ia menjalankan sebagian kewenangan

pemerintah kabupaten/kota.8

Sistem pemerintahan Negara Republik Indonesia yang membagi daerah

Indonesia atas daerah-daerah besar dan daerah-daerah kecil dengan bentuk dan

susunan tingkatan pemerintahan terendah adalah desa atau kelurahan. Dalam

konteks ini, pemerintahan desa adalah merupakan sub sistem dari sistem

penyelenggaraan pemerintahan nasional yang langsung berada oleh dibawah

pemerintahan kabupaten.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah telah

memberikan berbagai perubahan kearah peningkatan kesejahteraan kepada

masyarakat melalui pelayanan yang baik, serta kinerja yang maksimal secara

langsung dan transparan. Dengan adanya otonomi daerah ini pemerintah daerah

7
Bintarto, Geografi Desa: Suatu Pengantar, Cetakan Spring, Yogyakarta ,1977, hlm 15.
8
Jefri S. Pakaya, “Pemberian Kewenangan Pada Desa Dalam Konteks Otonomi Daerah”
Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 13, No. 1, Gorontalo Indonesia, 2016.

1
dapat lebih memperhatikan daerah terpencil dalam rangka pemerataan

pembangunan. Peningkatan kesejahteraan didaerah secara langsung dilakukan

dengan cara pemerataan pembangunan seperti dibidang pendidikan dan pertanian,

khususnya didesa yang tepat sasaran akan menumbuhkan tingkat partispiasi

masyarakat. 9

Sebagai daerah otonom, desa memilki sistem pemerintahan sendiri dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014

Tentang Desa merupkan penegasan bahwa penyelenggaraan Pemerintah Desa,

Pembangunan, Pemberdayaan Masyarakat, Pembinaan Kemasyarakatan

beradasarkan asas Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 serta dalam bingkai

Negara Kesatuan Republik Indonesia, dan Bhineka Tunggal Ika.10

Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa mengatakan bahwa:

“Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya

disebut Desa, adalah kesatuan masyarkat hukum yang memilki batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan,kepentingan

masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masya- rakat, hak asal usul, dam/atau

hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara

Kesatuan Republik Indonesia”11

Kedudukan desa menjadi sangat penting baik dalam memcapai tujuan

9
Karlos Mangoto, “Fungsi Badan Permusyawaratan Desa( BPD )dalam Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan di Lesah Kecamatan Tagulandang Kabupaten Kepulauan
Sitaro” , Jurnal Ilmu Poltik, Vol. 3, No. 1, Universitas Sam Ratulangi, 2016.
10
Panca Setyo Prihatin. “ Penguatan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa” Jurnal Kajian Pemerintahan Politik
dan Birokrasi. Vol. 2 No. 2, Universitas Islam Riau, 2016, 124.
11
Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 Pasal 1

1
pembangunanan Nasional maupun sebagai lembaga yang memperkuat kedudukan

struktur pemerintahan negara Indonesia. Sebagai alat mencapai tujuan

pembangunan Nasional desa merupakan pemerintahan yang terdepan dan paling

dekat dengan masyarakat. Dekat dalam arti dapat menjangkau sasaran

pembangunan atau kelompok yang rill yang hendak di sejahterakan. sbeagai

lembaga yang memperkuat struktur pemerintahan nasional karena sebagai

kesatuan masyarakat hukum adat desa yang telah terbukti mampu bertahan,

diakaui, di hormati serta di lestarikan oleh masyarakat desa. Desa sebagai

subsistem dari sistem pemerintahan yaitu bahwa penyelenggaraan pemerintahan

nasional yang memilki kewenangan dan mengurus kepentingan masyarakat.

Dengan demikian ada beberapa unsur utama yang harus dimliki desa, yaitu :

1. Wilayah dengan beberapa aspeknya, seperti lokasi, luas wilayah,

bentuk lahan, keadaan tanah, kondisi tata air, dan aspek-aspek

lainnya.

2. Penduduk dengan beberapa karakteristik demografis masyarakatnya,

seperti jumlah penduduk, tingkat kelahiran, kematian, persebaran,

dan kepadatan, rasio jenis kelamin,komposisi penduduk, serta

kualitas penduduknya.

3. Tata kehidupan, berkiatan erat dengan adat istiadat, norma dan

karakteristik budaya lainnya.12

Pelaksanaan pemerintahan desa dalam hal mengemban tugas pembangunan,

12
Op.Cit .hlm 124.

1
pembinaan dan pemberdayaan masyarakat harus berasaskan keterbukaan,

akuntabilitas, efektivitas dan efisien, dan partisipatif dari semua elemen

masyarakat, agar terciptanya pemerintahan yang demokratis yang diinginkan. 13

Pemerintahan desa tidak berjalan sendiri tanpa dibantu oleh BPD yang diatur

tugasnya oleh Undang-Undang, dalam Pasal 61 Undang-Undang Nomor 6 Tahun

2014 Tentang Desa, BPD merupakan lembaga perwujudan demokrasi dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa yang berfungsi menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat, melaksanakan tugas pengawasan kinerja Kepala Desa,serta

bersama-sama dengan Kepala Desa membahas dan menyepakati Rancangan

Peraturan Desa (Perdes).14

Di samping menjalankan fungsinya sebagai jembatan penghubung antara

kepala desa dan masyarakat desa, BPD mempunyai tugas utama yaitu

menyelenggarakan Musyawarah Desa (MUSDES) dengan peserta dari kepala

desa, perangkat desa dan tokoh masyarakat. Jumlah pesertanya tergantung situasi

kondisi setiap desa.15

Pasal 54 Ayat (1) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa

dijelaskan bahwa ; “Musyawarah Desa merupakan forum permusyawaratan yang

diikuti oleh Badan Permusyawaratan Desa, Pemerintah Desa ,dan unsur

Masyarakat Desa untuk memusyawarahkan hal yang bersifat strategis dalam

penyelenggaraan pemerintahan desa”.

Berdasarkan Permendagri Pasal 1 Ayat (4), BAB I Nomor 110 Tahun 2016
13
Yusrina Handayani, Peran BPD Dalam Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat
pada Proses Pembangunan, Jurnal Ilmiah Indonesia,Vol. 6, No. 1, 2021, hlm 479.
14
Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 Pasal 61
15
Undang Undang No. 6 Tahun 2014 Pasal 61 Ayat 1 tentang hak badan permusyawaratan desa

1
tentang Ketentuan Umum , pengertian Badan Permusyawaratan Desa yang

selanjutnya disingkat BPD atau yang disebut dengan nama lain adalah lembaga

yang melaksanakan fungsi pemerintahan yang anggotanya merupakan wakil dari

penduduk Desa berdasarkan keterwakilan wilayah dan ditetapkan secara

demokratis.

Berdasarkan Permendagri pada Pasal 31 Nomor 110 Tahun 2016 tentang

Badan Permusyawaratan Desa, disebutkan mempunyai fungsi sebagai berikut:

1. Membahas dan menyepakati Rancangan Peraturan Desa bersama

Kepala Desa;

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat Desa; dan

3. Melakukan pengawasan kinerja Kepala Desa

Kabupaten Lebak Provinsi Banten yang memilki 28 Kecamatan, 5

Kelurahan dan 340 Desa salah satunya ialah Desa Sarageni yang berada di

Kecamatan Cimarga.16 Badan Permusyawaratan Desa (BPD), sebagai lembaga

legislasi (menetapkan peraturan pemerintah peraturan desa) dan menampung serta

menyalurkan aspirasi masyarakat bersama kepala desa. Lembaga ini pada

hakikatnya adalah mitra kerja pemerintah desa yang memiliki kedudukan sejajar

dalam menyelenggarakan urusan pemerintah, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat.

Berdasarkan fungsinya, di dalam pelaksanaan Pemerintahan Desa, Badan

permusyawaratan desa memilki peran yang sangat penting, karena merupakan

16
https://lebakkab.bps.go.id diakses pada Kamis 18 Agustus 2022.

1
wadah menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat sehingga dapat

dikatakan bahwa keberhasilan desa dapat dilihat dari seberapa efektifnya peran

serta BPD dalam menjalankan fungsinya.17

Menampung serta menyalurkan aspirasi masyarakat merupakan gambaran

umum dalam merumuskan perencanaan tentang penyelenggaraan pemerintahan

desa dan pembangunan. Langkah ini dapat dibuat dengan melakukan pertemuan

dengan tokoh masyarakat, tokoh adat dan meminta masukan dari masyarakat

secara langsung. Hal ini adalah bentuk upaya agar aspirasi dapat di salurkan dan

melibatkan masyarakat secara aktif dan partisifatif. Aspirasi adalah suatu

keinginan yang kuat atau cita-cita. Dalam pengertian yang lain aspirasi adalah

harapan perubahan yang lebih baik dengan tujuan untuk meraih keberhasilan di

masa depan. Aspirasi akan mengarahkan aktivitas individu untuk lebih fokus pada

pencapaian tujuan tujuan tersebut.18

Penyelenggaraan pemerataan pembangunan desa, pemerintah melibatkan

partisipasi masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran bahwa pada dasarnya

pembangunan desa menggunakan prinsip dilakukan oleh masyarakat dan untuk

masyarakat. Kesadaran masyarakat ini akan menimbulkan rasa memilki dan

tanggung jawab yang tinggi dalam pembangunan desa. Pembangunan desa pada

akhirnyaakan dirasakan oleh masyarakat, sehingga partisipasi masyarakat bisa

menuntun desa kearah yang lebih baik dengan pembinaan dari pemerintah daerah

17
St Ainun dan Nur Linah, Analisis Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Dalam
Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Pao Kecamatan Tombolopao Kabupaten Gowa,
Jurnal Ilmu Pemerintahan, Vol. 12, No. 2, Universitas Hasanuddin, 2019, hlm 110.
18
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya ,Rineka Cipta, Jakarta, 2003,
hlm 183.

1
yang akan berdampak positif dari pembangunan desa.

Ketidakpekaan pemerintah terhadap aspirasi masyarakat dan minimnya

partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan desa, dapat mengakibatkan

masyarakat kurang merasa memilki (sense of belonging) terhadap hasil-hasil

pembangunan, bahkan lebih lanjut menimbulkan akibat yang fatal dalam arti

politis, yaitu memunculkan sikap apatis, frustasi, kecemburuan sosial dan ke-

tidakpercayaan kepada pemerintah, dimana pada puncaknya seing menimbulkan

ketegangan yang serius anatara pemerintah dan rakyat, yang terlihat dari

banyaknya contoh kasus yang menunjukan masyarakat menentang upaya

pembangunan yang dilakukan pemerintah. Fenomena tersebut menunjukan bahwa

kunci keberhasilan dari perkembangan desa adalah “partisipasi” sebagai suatu

conditio sine quanone atau keharusan yang tidak dapat ditawar.19

Berdasarkan wawancara dengan ketua BPD Desa Sarageni yaitu bapak

Dani, bahwa kenyataanya pelaksanaan fungsi BPD di Desa Sarageni Kabupaten

Lebak masih belum optimal. Sehingga Kewenangan BPD dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat belum terlaksana sebagaiamana telah diatur di

Peraturan Bupati Lebak Pasal 33 Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan

Permusyawaratan Desa, hal ini tentu menimbulkan masalah adapun permasalahan

BPD di Desa Sarageni tersebut adalah sebagai berikut:

1. BPD belum optimal dalam menjalankan tugas pokoknya terutama

dalam menanggapi aspirasi masyarakat.

19
Ferdi S. Gani, Tahapan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan Infrastruktur
Perdesaan (PPIP) Di Desa Dungaliyo Kecamatan Dungaliyo Kabupaten Gorontalo, Jurnal Ilmiah
Ilmu Administrasi Publik, Vol. 5, No 1, Universitas Gorontalo, 2019, hlm 10.

1
2. Kurangnya komunikasi antara BPD dengan aparat desa serta

masyarakat terutama dalam menanggapi aspirasi masyrakat.

3. Kurangnya partisipasi masyarakat dalam pembangunan desa, baik

dalam partisipasi dalam pengambilan keputusan, partisipasi dalam

pelaksanaan program pembangunan serta partisipasi dalam berbagai

manfaat pembangunan.20

Berdasarkan fenomena-fenomena tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji

permasalahan-permasalahan tersebut dengan menghubungkan bagaimana BPD

Desa Sarageni mengenai pelaksanaan fungsinya jika ditinjau dari sisi Hukum

Administrasi Negara. Maka dari itu penulis mengangkat suatu judul penelitian

yaitu:

“Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menampung Dan

Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa Di Desa Sarageni Kabupaten

Lebak Berdasarkan Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017 ’’

A. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang di atas, maka berikut

dirumuskan tentang beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu:

1. Bagaimana fungsi BPD Di Desa Sarageni Kabupaten Lebak dalam

menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa Sarageni?

20
Wawancara dengan Bapak Dani, selaku Wakil Ketua BPD Desa Sarageni Kabupaten Lebak,
Rabu 15 Desember 2021.

1
2. Bagaimana upaya yang di lakukan oleh BPD dalam meningkatkan

fungsi demokrasi dalam menyerap aspirasi masyarakat?

B. Tujuan Penelitian

Setiap penelitian yang dilakukan tentu mempunyai sasaran yang hendak

dicapai atau apa yang menjadi tujuan penelitian tentunya harus jelas diketahui

sebelumnya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui kewenangan Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat

desa Sarageni

2. Untuk mengetahui upaya yang di lakukan oleh BPD dalam

meningkatkan fungsi demokrasi dalam menyerap aspirasi

masyarakat desa Sarageni.

C. Kegunaan Penelitian

Kegunaan dalam penilitian ini terdiri dari 2(dua) yaitu kegunaan teoritis dan

kegunaan praktis, penelitian ini diharapkan kegunaanya sebagai berikut:

1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan masukaan bagi

perkembangan keilmuan di bidang hukum khususnya Hukum Administrasi

Negara dalam memperdalam Kewenangan Badan Permusyawaratan Desa Dalam

Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat di Desa Sarageni Kabupaten

Lebak.

1
2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan sumbangan

pemikiran bagi:

a. Bagi penulis penelitian ini diharapkan bisa menambah wawasan di

bidang ilmu hukum pada umumnya, khususnya Hukum Administrasi

Negara yang membahas tentang kewenangan badan

permusyawaratan desa dalam menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat desa.

b. Bagi pemerintah dan BPD sebagai bahan masukan dan pertimbangan

untuk Badan Permusyawaratan Desa dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat desa untuk mewujudkan

kesejahteraan bagi masyarakat khususnya bagi masyarakat di desa

Sarageni Kabupaten Lebak.

D. Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran ini dapat diuraikan dari beberapa teori yang di jadikan

landasan berpikir bagi penulis dapat menguji beberapa permasalahan yang ada.

Penelitian ini memilki kerangka pemikirran dengan menggunakan 2 (dua) teori

yaitu teori Kewenangan dan teori Demokrasi. Teori adalah seperangkat konsep,

definisi, dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik,

melalui spesifikasi hubungan antara variable, sehingga dapat berguna untuk

menjelaskan fenomena .21

21
Sugiono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2013, hlm.81.

1
Berdasarkan penelitian ini penulis menggunakan 2 (dua) teori, yaitu teori

kewenangan dan teori Demokrasi . Wewenang dalam Bahasa Inggris disebut

authority atau dalam bahasa Belanda bovedegheid. Dalam arti singkat wewenang

adalah kekuasaan yang sah/legitim. Dikatakan kekuasaan yang sah karena

Undang-Undang yang memberikan kewenangan terhadap pejabat tersebut, atau

dengan kata lain kewenangan tanpa Undang-Undang yang mengaturnya. Ini di

sebut asas legalitas yakni berasal dari kata lex yang berarti Undang-Undang. Jadi

dengan demikian, munculnya kewenangan adalah membatasi agar

penyelenggaraan negara dalam melaksanakan pemerintahan dapat di batasi

kewenanngannya agar tidak berlaku sewenang-wenang. Dalam literatur hukum

administrasi dijelaskan, bahwa istilah wewenang seringkali disepadankan dengan

istilah kekuasaan.22Wewenang mengandung arti kemampuan untuk melakukan

suatu tindakan hukum publik, atau secara yuridis adalah kemampuan bertindak

yang diberikan oleh undang-undang yang berlaku untuk melakukan hubungan-

hubungan hukum.23

F.P.C.L Tonner dalam bukunya DR. Ridwan HR berpendapat: “Overheids


bevoegdheid word in dit verband opgevad als het vermogn om positief
recht vast te srellen en Aldus rechtsbetrekkingen tussen burgers onderling
en trussen overhead en te scheppen”

Artinya kewenangan pemerintah dalam kaitan ini dianggap sebagai

kemampuan untuk melaksanakan hukum positif, dan dengan begitu dapat

diciptakan hubungan antara pemerintah dengan warga negara.24

22
Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Kencana, Jakarta, 2014, hlm. 101.
23
Ali Marwan Hsb dan Evlyn Martha Julianthy, “Pelaksanaan Kewenangan Atribusi
Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang
Pemerintahan Daerah”, Jurnal Legislasi Indonesia, Vol. 15, No. 2, 2018, hlm. 3.
24
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta 2013, hlm. 98.

1
Sebegitu pentingnya kewenangan sehingga F.A.M Stroink dan K.G

Steenbeek menyatakan : “Het begrip bevoegheid is da nook een kembegrip in he

staats-en administratief recht”.25 Dari pernyataan tersebut dapat ditarik suatu

pengertian kewenangan merupakan konsep inti dari hukum tata negara dan hukum

administrasi. Seiring dengan pilar utama negara Indonesia yaitu negara

hukum,yaitu asas legalitas (legalitesbeginsel atau het beginel van wetmatigheid

van bestuur), maka dengan prinsip ini tersirat bahwa wewenang pemerintahan

berasal dari peraturan perundang-undangan tersebut diperoleh melalui tiga cara

yaitu atribusi, delegasi, dan mandat.26

Menganai atribusi, delegasi dan mandat ini H.D.Van Wijk/Willem

Konijnenbelt mendefinisikan sebagai berikut :

a. Atribusi

toekenning van een bestuursbevoegheid door een wetgever aan een

bestuursorgaan,(atribusi adalah pemberian wewenang pemerintahan

oleh pembuat Undang-Undang kepada organ pemerintahan);

b. Delegasi

overdracht van een bevoegheid van het ene bestuursorgaan aan een

ander, (delegasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan dari

satu organ pmerintahan kepada organ pemerintahan lainnya);

c. Mandat

een bestuursorgaan laat zijn bevoegheid namens hem uitoefenen door

25
Nur Basuki Winanmo, Penyalahgunaan wewenang dan tindak pidana korupsi, laksbang
mediatama, Yogyakarta,2008, hlm.65
26
Ridwan HR, Op.Cit., hlm 101.

1
een ander, (mandat terjadi ketika organ pemerintahan mengizinkan

kewenangannya dijalankan oleh organ lain atas namanya).

Disimpulkan bahwa kewenangan adalah menerapkan dan menegakan

hukum, kaitannya terhadap peran Badan Permusyawaratan Desa itu sendiri dalam

Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat ialah guna diterapkannya

kewenangan yang sesuai sehingga terciptanya kesejahteraan masyarakat desa.

Selanjutnya peneliti menggunakan teori Demokrasi, Demokrasi merupakan

bentuk pemerintahan politik yang kekuasaan pemerintahannya berasal dari rakyat

baik secara langsung (demokrasi langsung) atau melalui perwakilan (demokrasi

perwakilan). Istilah ini berasal dari bahasa Yunani yaitu demokratia (kekuasaan

rakyat), yang dibentuk dari kata demos (rakyat) dan kratos (kekuasaan), merujuk

pada sistem politik yang muncul pada pertengahan abad ke 5 dan ke 4 SM di kota

Yunani Kuno khususnya Athena.27

Dapat diartikan secara umum bahwa demokrasi adalah pemerintahan dari

rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat. Begitulah pemahaman yang sederhana

tentang demokrasi, yang diketahui oleh hampir semua orang. Konsep demokrasi

sebagai suatu bentuk pemerintahan, akan tetapi pemakaian konsep ini di zaman

modern dimulai sejak terjadinya pergolakan revolusioner dalam masyarakat Barat

pada akhir abad ke-18. Pada pertengahan abad ke-20 dalam perdebatan mengenai

arti demokrasi muncul tiga pendekatan umum.Sebagai suatu bentuk pemerintahan,

demokrasi telah didefinisikan berdasarkan sumber wewenang bagi pemerintah,

27
Azumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani, Prenada Media,
Jakarta, 2005, hlm 125.

1
tujuan yang dilayani oleh pemerintah dan prosedur untuk membentuk

pemerintahan. Demokrasi mementingkan kehendak, pendapat serta pandangan

rakyat, corak pemerintahan demokrasi dipilih melalui persetujuan dengan cara

mufakat. Sehingga demokrasi yang kuat adalah demokrasi yang bersumber dari

hati nurani rakyat untuk mencapai keadilan dan kesejahteraan rakyat. Layaknya

sebuah sistem, demokrasi juga mempunyai konsep ciri-ciri, model dan mekanisme

sendiri.28 Konsep demokrasi identik dengan konsep kedaulatan rakyat, dalam hal

ini rakyat merupakan sumber dari kekuasaan suatu negara.Sehingga tujuan utama

dari demokrasi adalah untuk memberikan kebahagiaan sebesar-besarnya kepada

rakyat. Jika ada pelaksanaan suatu demokrasi yang ternyata merugikan rakyat

banyak, tetapi hanya menguntungkan untuk orang-orang tertentu saja, maka hal

tersebut sebenarnya merupakan pelaksanaan dari demokrasi yang salah arah.

Kedaulatan rakyat dalam suatu sistem demokrasi tercermin dari ungkapan bahwa

demokrasi adalah suatu sistempemerintahan dari rakyat, oleh rakyat dan untuk

rakyat (goverment of thepeople, by the people for the people).29Demokrasi

dilakukan agar kebutuhan masyarakat umum dapat terpenuhi. Pengambilan

kebijakan negara demokrasi tergantung pada keinginan dan aspirasi rakyat secara

umum.

Menurut Henry B. Mayo dalam Miriam Budiarjo (1990: 62 ) dalam

bukunya ”Introduction to Democratic Theory“, memberikan ciri-ciri demokrasi

dari sejumlah nilai yaitu:

28
Zakaria Bangun, Demokrasi dan Kehidupan Demokrasi di Indonesia, BinaMedia Perintis,
Medan, 2008, hlm 2.
29
Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Revita aditama, Bandung, 2010, hlm 29.

1
1) Menyelesaikan perselisihan dengan damai dan secara melembaga.

2) Menjamin terselenggaranya perubahan secara damai dalam suatu

masyarakat yang sedang berubah.

3) Menyelenggarakan pergantian pimpinan secara teratur.

4) Membatasi pemakaian kekerasan sampai minimum.

5) Mengakui serta menganggap wajar adanya keanekaragaman dalam


masyarakat.

6) Menjamin tegaknya keadilan.

Dapat disimpulkan bahwa BPD sebagai lembaga perwujudan demokrasi

yang merupakan wakil dari penduduk desa yang bersangkutan yang di tetapkan

dengan cara musyawarah dan mufakat dan merupakan mitra dalam

memberdayakan masyarakat desa, yang anggotanya terdiri dari tokoh

masyarakat, RT, RW, yang dipilih oleh rakyat. Penyelenggara pemerintahan desa

akan tersusun dan semakin terarah bahkan lebih maju apabila di berbagai lapisan

masyarakat desa, menunjukan kesadarannya terhadap pemerintahan desa

yang di damping oleh BPD. Sehingga masyarakat merasa terwakili

kepentingannya untuk menuangkan hak dan aspirasi masyarakat agar mencapai

desa yang sejahtera. Sesuai dengan tujuan pembentukan BPD di setiap desa ialah

sebagai wadah untuk melaksanakan kehidupan demokrasi dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

E. Metode Penelitian
Metode penelitian pada dasarnya ialah suatu cara untuk mendapatkan data

1
dengan suatu tujuan dan kegunaan tertentu. Karena melalui penelitian, setiap

orang dapat menggunakan hasilnya. Secara umum, data yang diperoleh dari

penelitian dapat dipergunakan untuk memahami, memecahkan dan menantisipasi

masalah.30 Penelitian adalah kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan analisis dan

kontruksi yang di lakukan secara metodologis, sistematis, dan konsisten.31

Penelitian merupakan penelitian hukum. Penelitian merupakan penelitian

hukum (legal research). Marzuki mengatakan,penelitian hukum ialah suatu proses

untuk menemukan aturan hukum, prinsip-prinsip, maupun doktrin hukum guna

menjawab isu-isu hukum yang dihadapi.32

1. Metode

Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah yuridis empiris. Yuridis

empiris merupakan penelitian hukum mengenai pemberlakuan atau impelementasi

ketentuan hukum normative secara in action pada setiap peristiwa hukum tertentu

yang terjadi dalam masyarakat.33 Metode yuridis empiris bertitik tolak dari primer.

Data primer adalah data yang didapat secara langsung dari masyarakat sebagai

sumber pertama penelitian lapangan. Perolehan data primer dari penelitian

lapangan dapat dilakukan baik itu melalui pengamatan (observasi), wawancara,

ataupun penyebaran kuesioner.34

2. Spesifikasi penelitian
30
Sugiono , metode penelitian kualitatif dan R & D,alfabeta,Bandung,2007, hlm 3.
31
Zainudin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2013, hlm.17.
32
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (edisi revisi). Cetakan ke-12. Kencana,
Surabaya,2005, hlm. 35.
33
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti, Bandung,
2004,hlm. 143.
34
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Metode Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan
Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hlm. 11

1
Spesifikasi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu spesifikasi

penelitian deskriptif analitis, yaitu memberikan gambaran yang relevan tentang

sifat atau karakteristik suatu keadaan permasalahan dalam penelitian untuk

kemudian dianalisis berdasarkan teori-teori hukum yang berkaitan dengan

permasalahan yang diteliti.35 Peneltian yang bersifat deskriptif analitis merupakan

penelitian yang bertujuan menggambarkan secara cermat karakteristik dari fakta-

fakta (individu, kelompok, atau keadaan) dan untuk menentukan frekuensi sesuatu

yang terjadi.36 Objek kajian yang penulis teliti adalah mengenai Kewenangan

Badan Permusyawaratan Desa dalam Menamoung dan Menyalurkan Aspirasi

Masyarakat Desa Sarageni Kabuapten Lebak.

3. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian adalah data primer dan data

sekunder yang bersumber sebagai bahan penelitiannya. Data primer adalah data

yang langsung dikumpulkan oleh peneliti dari sumber pertanyaan. 37 Sumber data

primer dalam penelitian ini adalah data yang diambil langsung dari lapangan

melalui wawancara dengan pihak Badan Permusyawaratan Desa Sarageni

sedangkan, sumber data sekunder adalah data yang siap pakai dan didapat dari

pustaka atau diperoleh secara tidak langsung oleh penulis, data dalam keadaan

siap terbuat dan dapat digunakan dengan segera serta dilengkapi dengan

wawancara sebagai pelengkap.38

35
Moch Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008, hlm. 50.
36
Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2000, hlm. 58.
37
Suryosubroto,Manajemen Pendidikan Sekolah,PN Rineka Cipta, Jakarta, 2003 hlm 32.
38
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja Grafindo Persada,
Jakarta, 2007, hlm.52.

1
Data sekunder tersebut meliputi beberapa bahan hukum yang digunakan

dalam penelitian ini, antara lain yaitu:

a. Bahan Hukum Primer, yaitu bahan hukum yang bersifat autoriatif,

artinya bahan hukum yang dibuat oleh suatu lembaga yang

mempunyai otoritas, bahan hukum meliputi peraturan perundang-

undangan yang merupakan hukum positif di Indonesia dan

mempunyai keterkaitan dengan materi dalam penelitian.

Bahan hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa;

3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah;

4) Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa, sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah

Nomor 47 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Perauran

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang

Desa.

5) Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 110 Tahun 2016

tentang Badan Permusyawaratan .

6) Peraturan Daerah Kabupaten Lebak Nomor 1 Tahun 2015

tentang Desa.

1
7) Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan

Permusyawaratan Desa.

b. Bahan Hukum Sekunder, yaitu bahan hukum yang memberikan

penjelasan lebih lanjut tentang bahan hukum primer, bahan hukum

skunder meliputi semua publikasi hukum yang bukan termasuk

dalam dokumen resmi yang meliputi buku hukum di Indonesia,

buku-buku yang terlampir dalam daftar pustaka, termasuk skripsi,

tesis,disertasi, serta jurnal-jurnal hukum.39

c. Bahan Hukum Tersier, yaitu bahan-bahan atau tulisan-tulisan yang

dapat memberikan petunjuk atau penjelasan mengenai bahan-bahan

Primer dan Sekunder seperti kamus, ensiklopedia, majalah, surat

kabar, website, internet dan lain sebagainya.40

4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik

pengumpulan data yang terdiri dari:

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan secara sistematis

dengan mengangkat data yang ada di lapangan, dalam hal ini penulis

mengumpulkan data secara langsung melalui wawancara serta

pengamatan (observasi). Wawancara adalah percakapan dengan

maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak,yaitu

Peter Mahmud Marzuki, Op.Cit..,hlm.195.


39

40
Soerjono Soekanto dan Sri Madmuji,Peneltian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan Singkat,
Rajawali Pres, Jakarta, 2009, hlm 37

1
pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan wawancara yang

memberikan jawaban atas pertanyaan itu.41 Wawancara merupakan

proses komunikasi yang digunakan untuk mengumpulkan data

melalui interaksi pewawancara (interviewer) dan sumber informasi

atau orang yang di wawancarai (interview) dengan metode tanya

jawab secara langsung. Responden yang menjadi objek wawancara

peneliti adalah ketua Badan Permusyawaratan Desa Sarageni. Hal-

hal yang dipersiapkan untuk melakukan pengumpulan data yaitu

surat izin penelitin, pedoman wawancara, alat-alat tulis menulis dan

lain-lain yang dianggap penting dalam melakukan suatu penelitia.42

Selain wawancara peneliti juga melakukan observasi, observasi

adalah suatu teknik yang dilakukan dengan cara mengadakan

pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis.43 Sebelum

peneliti melakukan penelitian, peneliti sudah mengamati fenomena

yang relevan dengan pokok bahasan peneliti, yakni melakukan

pengamatan secara dalam efektifitas penerapan peraturan, pegawai

serta pendapat para masyarakat.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Suatu cara pengumpulan data yang dilakukan dengan meneliti

data dari kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-

undangan, buku, jurnal, tesis, skripsi dan dokumen resmi lainnya

41
Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsoto, Bandung, 1995,hlm.186.
42
Suratman Philip, Op.Cit., hlm.122.
43
Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta, 2013, Hlm.45.

1
yang berkaitan dengan Kewenangan Badan Permusyawaratan Desa

dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

5. Analisis Data

Keseluruhan data di analisis secara kualitatif yang dipaparkan secara

deskriptif. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan pemahaman tentang obyek yang

diteliti. Analisis data secara kualitatif dengan memaparkan secara deksriptif,

akhirnya diperoleh suatu kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan akan

mendapatkan hasil yang benar dan akurat dalam menjawab permasalahan yang

telah dirumuskan.44 Penulisan penelitian secara deskriptif dimaksudkan untuk

memberikan data yang seteliti mungkin, maksudnya adalah untuk mempertegas

hipotesa-hipotesa agar dapat membantu dalam memperkuat teori-teori lama atau

dalam rangka menyusun teori-teori baru.45 Penelitian kualitatif sebagai suatu

konsep kesleuruhan (holistic), penelitian ini tidak hanya merekam hal-hal yang

tampak secara eksplisit saja melainkan melihat secara keseluruhan fenomena yang

terjadi.46

6. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian merupakan tempat peneliti dalam melakukan penelitian

terutama dalam mencari jawaban atas permasalahan yang diangkat dalam skripsi

ini, hal ini dilakukan untuk mendapatkan data- data yang akurat. Adapun lokasi

yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

44
Soerjono Soekanto dan Sri Mahmudji, Penelitian Hukum Normatif suatu
Tinjauan Singkat,Rajawali Pers, Jakarta, 1995, hlm.11.
45
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Cetakan Ke-18, UII Press, Jakarta, 2018,
hlm.10.
46
Sugiyono, Metode Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2012, hlm. 45.

1
1. Kantor Desa Sarageni Kabupaten Lebak. Lokasi yang digunakan penulis

dalam penelitian ini untuk mendapatkan data-data yang dijadikan

pembahasan sesuai permasalahan;

2. Perpustakaan Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

3. Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Sultan Ageng Tirtayasa;

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pembahasan ini serta memperoleh penyajian yang

teratur dan mencapai sasaran yang tepat, rsional dan efektif dalam penyusunan

skripsi ini yaitu dengan menggunakan sistematika yang terdiri dari beberapa bab

yang diiuaraikan kedalam sub bab. Dimana antara bab yang satu dengan bab

lainnya merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan dari keseluruhan isi

permasalahan tersebut. maka dari itu, materi dalam penelitian ini dibagi menjadi 5

bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini membahas mengenai latar belakang masalah,

identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian,

kerangka pemikiran, metode penelitian, dan sistematika

penulisan mengenai Fungsi Badan Permusyawaratan Desa

(BPD) dalam Menampung dan Menyalurkan Aapirasi

Masyarakat Desa di Desa Sarageni Kabupaten Lebak.

BAB II TINJAUAN TEORITIS FUNGSI BADAN

1
PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM

MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI

MASYARAKAT DESA

Bab ini akan menguaraikan tentang teori-teori kewenangan

dan teori demokrasi yang digunakan sebagai landasan dari

kewenangan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dalam

menampung dan menyalurkan aspiraasi masyarakat desa di

Desa Sarageni Kabupaten Lebak.

BAB III FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA

DALAM MENAMPUNG DAN MENYALURKAN

ASPIRASI MASYARAKAT DESA DI DESA

SARAGENI KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN

PERATURAN BUPATI NOMOR 10 TAHUN 2017.

Bab ini menguraikan tentang Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa (BPD) dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat desa di desa Sarageni

kemudian menguraikan mengenai gambaran umum, tugas

pokok dan fungsi Badan Permusyawaratan Desa di Desa

Sarageni Kabupaten Lebak.

BAB IV ANALISIS FUNGSI BADAN

PERMUSYAWARATAN DESA (BPD) DALAM

1
MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI

MASYARAKAT DESA DI DESA SARAGENI

KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN

PERATURAN BUPATI LEBAK NOMOR 10 TAHUN

2017.

Bab ini menjelaskan mengenai analisis Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat desa di Desa Sarageni.

Serta menganalisis kendala yang dihadapi oleh Badan

Permusyawaratan Desa di Desa Sarageni Kabupaten Lebak

dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyrakat

desa.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan penutup yang didalamnya memuat

mengenai kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan

bab-bab sebelumnya sebagai jawaban terhadap pokok

permasalahan yakni mengenai Fungsi Badan

Permusyawaratan Desa dalam menampung dan

menyalurkan aspirasi masyarakat desa di Desa Sarageni

Kabupaten Lebak.

1
BAB II

TINJAUAN TEORITIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN

DESA DALAM MENAMPUNG DAN MENYALURKAN

ASPIRASI MASYRAKAT DESA

A. Teori Kewenangan

1. Pengertian kewenangan

Secara yuridis, wewenang adalah kemampuan yang diberikan oleh peraturan

perundang-undangan untuk menimbulkan akibat-akibat hukum. 47Menurut Kamus

Besar Bahasa Indonesia kata kewenanagan mengandung arti:

a. Hak wewenang;

b. Hak dan kekuasaan yang dimiliki untuk melakukan sesuatu.

Sedangkan kata wewenang mengandung arti:

a. Hak dan kekuasaan untuk bertindak kewenangan;

b. Kekuasaan membuat keputusan, memerintah dan melimpahkan

tanggung jawab kepada orang lain.48

Dalam Black’s Law Dictionary, pengertian kewenangan (authority)

disebutkan bahwa: “Right to exercise powers; to implment and enforce laws; to

exact obedience; to command; to judge. Control over; jurisdiction. Often


47
M. Jeffri Arlinandes Chandra, J.T. Pareke, Kewenangan Bank Indonesia dalamPengaturan
dan Pengawasan Perbankan di Indonesia Setelah Terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun
2011 Tentang OJK, CV. Zigie Utama, Bengkulu, 2018, hlm. 57.
48
Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan Kebijakan
Pelayanan Publik, Nuansa, Bandung, 2010, hlm. 143.

1
synonymous with power”. Kewenangan tidak hanya diartikan sebagai hak untuk

melakukan praktek kekuasaan,namun kewenangan juga diartikan; (1) untuk

menerapkan dan menegakan hukum; (2) ketaatan yang pasti; (3) perintah; (4)

memutuskan; (5) pengawasan; (6) yurisdiksi; atau (7) kekuasaan.49

Wewenang merupakan pengertian yang berasal dari hukum organisasi

pemerintahan yang dapat dijelaskan sebagai keseluruhan aturan yang berkenaan

dengan perolehan dan penggunaan wewenang pemerintahan oleh subjek hukum

publik dalam hubungan hukum publik.50 Menurut Prajudi Atmosudirjo,

kewenangan (Authority Gejag) adalah apa yang dimaksud dengan kekuasaan

formal, yang berasal dari kekuasaan legislatif (diberi oleh undang-undang) atau

dari kekuasaan eksekutif/administratif sedangkan yang dimaksud dengan

wewenang (Competence, Bevogdheid) adalah kekuasaan untuk melakukan suatu

tindakan.51

Menurut H.D Stout wewenang adalah pengertian yang berasal dari

hukum organisasi pemerintahan, yang dapat dijelaskan sebagai seluruh aturan-

aturan yang berkenaan dengan perolehan dan penggunaan wewenang- wewenang

pemerintahan oleh subjek hukum publik didalam hubungan hukum publik.52

Sedangkan menurut Bagir Manan wewenang dalam bahasa hukum tidak sama

dengan kekuasaan. Kekuasaan hanya menggambarkan hak untuk berbuat dan

49
R. Agus Abikusna, “Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Perspektif Undang-Undang
Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah”, Sosfilkom, Vol. XIII, No. 1, 2019,
hlm. 4.
50
Ibid., hlm. 136.
51
Ibid., hlm. 144.
52
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 71.

1
tidak berbuat wewenang sekaligus berarti hak dan kewajiban.53

Wewenang sebagai konsep hukum publik memiliki unsur-unsur

diantaranya yaitu:

a. Pengaruh merujuk pada penggunaan wewenang dimaksudkan untuk

mengendalikan perilaku subjek hukum;

b. Dasar hukum berkaitan dengan prinsip bahwa setiap wewenang

pemerintah yang harus dapat ditunjuk dasar hukumnya; dan

c. Konformitas hukum, mengandung makna adanya standar wewenang

baik standar umum (semua jenis wewenang) dan standar khusus

(untuk jenis wewenang tertentu).54

2. Sumber Kewenangan

Jabatan pemerintah ini dilekati dengan hak dan kewajiban atau diberi

wewenang untuk melakukan tindakan hukum, jabatan tidak dapat bertindak

sendiri, jabatan hanyalah fiksi, yang perbuatan hukumnya, berdasarkan prisip ini

tersirat bahwa wewenang pemerintah berasal dari peraturan perundang- undangan,

artinya sumber wewenang ahli pemerintah adalah peraturan perundang-undangan.

Secara teoritis, kewenangan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan

tersebut diperoleh melalui tiga cara yaitu Atribusi, Delegasi, Mandat.55

53
Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung Bandarlampung, 2009, hlm. 26.
54
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah, Setara Press, Malang, 2012,
hlm. 75.
55
Nur Basuki Winanmo, Penyalahgunaan wewenang dan tindak pidana korupsi, laksbang
mediatama, Yogyakarta,2008, hlm.33.

1
1) Atribusi

J.G Brouwer berpendapat bahwa atribusi merupakan kewenangan yang

diberikan kepada suatu organ (institusi) pemerintahan atau lembaga negara oleh

suatu badan legislatif yang independen. Kewenangan ini adalah asli, yang tidak

diambil dari kewenangan yang ada sebelumnya, badan legislatif menciptakan

kewenangan mandiri dan bukan perluasan kewenangan mandiri dan bukan

perluasan kewenangan sebelumnya dan memberiakan kepada organ yang

berkompeten. Adalah wewenang yang melekat pada suatu jabatan Pasal 1 angka 6

Undang-undang No. 5 Tahun 1986 menyebutnya, wewenang yang ada pada badan

atau pejabat tata usaha negara yang dilawankan dengan wewenang yang

dilimpahkan, dalam pasal 12 Undang-undang RI No. 30 Tahun 2014.

1. Badan dan/atau pejabat Pemerintah memperoleh wewenang melalui

Atribusi apabila:

a) Diatur dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

tahun 1945 dan/atau Undang-Undang.

b) Merupakan wewenang baru atau sebelumnya tidak ada dan;

c) Atribusi diberikan kepada badan dan/atau pejabat Pemerintahan;

d) Badan dan/atau Pejabat Pemerintah yang memperoleh wewenang

melalui atribusi, tanggung jawab kewenangan berada pada

Badandan/atau Pejabat Pemerintahan yang bersangkutan.

e) Kewenangan Artibusi tidak dapat didelegasikan, kecuali diatur

didalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

1
dan/atau undang-undang.56

2) Delegasi

Yaitu suatu pelimpahan wewenang yang telah ada yang berasal dari

wewenang atribusi, kepada pejabat administrasi negara, tidak secara penuh.

Delegasi yaitu pelimpahan tidak secara penuh, artinya tidak termasuk wewenang

untuk pembentukan kebijakan, karena wewenang pembentukan kebijakan tersebut

berada ditangan pejabat yang mendapat pelekatan secara atribusi. 57


Delegasi

adalah kewenangan yang dialihkan dari kewenangan atribusi dari suatu organ

(institusi) pemerintahan kepada organ lainnya sehingga delegator (organ yang

telah memberi kewenangan) dapat menguji kewenangan tersebut atas namanya,

sedangkan pada mandat, tidak terdapat suatu pemindahan kewenangan tetapi

pemberi mandate (mandator) memberikan kewenangan kepada organ lain

(mandataris) untuk membuat keputusan atau mengambil suatu tindakan atas

namanya.

3) Mandat

Mandat diartikan suatu pelimpahan wewenang kepada bawahan.

Pelimpahan itu bermaksud memberi wewenang kepada bawahan untuk membuat

keputusan atas nama Pejabat Tata Usaha Negara yang memberi mandat.

Tanggung jawab tidak berpindah ke mandataris, melainkan tanggung jawab tetap

berada di tangan pemberi mandat. Dengan demikian, semua akibat hukum yang

56
Nuryanto, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Mitrs Wacana Media
2001, hlm. 119-121.
57
Asep Saepudin, “kewenangan pemerintah kota serang dala pengelolaan informasi Publik
berdasarkanPrinsip-prinsip Good Governance menurut UndangUndang No. 14 tahun 2008
Tentang Keterbukaan Informasi Publik”, Serang, Sultan Ageng Tirtayasa, 2018 hlm. 37.

1
ditimbulkan oleh adanya keputusan yang dikeluarkan oleh mandataris adalah

tanggung jawab sipemberi mandat. Sebagai suatu konsep hukum publik,

wewenang terdiri atas sekurangkurangnya tiga komponen yaitu:

1. Pengaruh;
2. Dasar hukum;
3. Konformitas hukum.58

3. Sifat Wewenang

Prajudi Atmosudirjo mengemukakan bahwa pada dasarnya wewenang

pemerintahan itu dapat dijabarkan ke dalam dua pengertian, yakni sebagai hak

untuk menjalankan suatu urusan pemerintahan (dalam arti sempit) dan sebagai

hak untuk dapat secara nyata memengaruhi keputusan yang akan diambil oleh

instansi pemerintah lainnya (dalam arti luas).59Kepustakaan hukum administrasi

membagi sifat wewenang pemerintah yakni, bahwa terdapat wewenang

pemerintahan yang bersifat terikat, fakultatif, dan bebas, terutama dalam

kaitannya dengan kewenangan untuk membuat dan menerbitkan keputusan-

keputusan yang bersifat mengatur (besluiten) dan keputusankeputusan yang

bersifat menetapkan (beschikkingen) oleh organ pemerintahan.

a. Wewenang Bersifat Terikat

Wewenang ini terjadi apabila peraturan dasarnya menentukan kapan dan

dalam keadaan yang bagaimana wewenang tersebut dapat digunakan, atau

peraturan dasarnya sedikit banyak menentukan tentang isi dari keputusan yang

58
Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang Pemerintahan (Besturebevoegheid), Pro Justitia Tahun
XIV 1 Januari 1998, hlm. 94.
59
Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hlm. 76.

1
harus diambil.

b. Wewenang Bersifat Fakultatif

Wewenang ini terjadi dalam hal badan atau pejabat pemerintah yang

bersangkutan tidak wajib menerapkan wewenangnya atau sedikit banyak masih

ada pilihan, sekalipun pilihan itu hanya dapat dilakukan dalam hal-hal atau

keadaan-keadaan tertentu saja sebagaimana ditentukan dalam peraturan dasarnya.

c. Wewenang Bersifat Bebas

Wewenang ini terjadi ketika peraturan dasarnya memberi kebebasan kepada

badan atau pejabat pemerintah untuk menentukan sendiri mengenai isi dari

keputusan yang akan dikeluarkannya atau peraturan dasarnya memberikan ruang

lingkup kebebasan kepada pejabat pemerintah untuk mengambil suatu tindakan

atau perbuatan pemerintahan.60

Wewenang bebas (diskresi) yang dimiliki oleh aparatur pemerintah, maka

wewenang bebas (diskresi) ini merupakan konsekuensi dari tuntutan public

servant dan the rights to receive karena wewenang dalam tindakan pemerintah

tidak selamanya secara jelas diatur dalam peraturan perundang- undangan. N.M.

Spelt J.B.J.M. ten Berge sebagaimana dikutip oleh Philipus

M. Hadjon membedakan dua macam kebebasan pemerintahan (vrijbestuur)

dalam uraiannya sebagai berikut ”De vrijheid die een wettelijke regeling aan een

bestuursorgaan kan laten bij het geven van een beschikking wordt wel

onderscheiden in beleidvrijheid en beoordelijngsvreijheid” (kebebasan yang

diizinkan peraturan perundang-undangan bagi organ pemerintahan untuk


60
Nandang Alamsah Deliarnoor, (et al), Teori dan Praktek Kewenangan Pemerintahan, Unpad
Press, Bandung, 2017, hlm. 16-17.

1
membuat keputusan dapat dibedakan dalam kebebasan kebijaksanaan dan

kebebasan penilaian).61

Kebebasan Kebijaksanaaan (wewenang diskresi dalam arti sempit) ada

manakala peraturan perundang-undangan memberi kewenangan tertentu kepada

organ pemerintahan sementara organ tersebut bebas untuk menggunakannya

meskipun syarat-syarat bagi penggunaannya secara sah dipenuhi. Kebebasan

penilaian (wewenang diskresi tidak dalam arti sesungguhnya) ada manakala

sejauh menurut hukum diserahkan kepada organ pemerintahan untuk menilai

secara mandiri dan ekslusif apakah syarat- syarat bagi pelaksanaan suatu

kewenangan secara sah telah dipenuhi.62

B. Teori Demokrasi

1. Pengertian Demokrasi

Kata “demokrasi” berasal dari dua kata, yaitu demos yang berarti rakyat,

dan kratos/cratein yang berarti pemerintahan. Demokrasi sendiri menurut Hans

Kelsen berarti bahwa “kehendak” yang dinyatakan dalam tatanan hukum negara

identik dengan kehendak dari para subyek hukum.63 Demokrasi langsung adalah

demokrasi dengan derajat relatif paling tinggi dan ditandai oleh fakta bahwa

pembuatan undang-undang dan juga fungsi eksekutif dan yudikatif yang utama

dilaksanakan oleh rakyat di dalam pertemuan akbar atau rapat umum utnuk

mekanisme sistem pemerintahan negara sebagia upaya mewujudkan kedaulatan

61
Jemmy Jefry Pietersz, “Prinsip Good Governance Dalam Penyalahgunaan Wewenang”, SASI,
Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Vol. 23, No. 2, 2017, hlm. 179.
62
Yusri Munaf, “Diskresi Sebagai Kebebasan Bertindak Pemerintah (Tinjauan Konseptual dan
Empris)”, Jurnal Kajian Pemerintahan, Universitas Riau, Vol. 6, No. 1, 2018, hlm. 12.
63
Hans Kelse, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara.Penerbit Nusa Media dan
Nuansa.Bandung, 2006, Hlm 402.

1
rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara yang dijalankan pemerintah negara

tersebut.64

Pengertian sempit demokrasi dirumuskan oleh Joseph Schumpeter. Baginya

demokrasi secara sederhana merupakan sebuah metode politik, sebuah mekanisme

untuk pemimpin politik. Warga negara diberikan kesempatan untuk memilih salah

satu di antara pemimpin-pemimpin politik yang bersaing meraih suara. Di antara

pemilihan, keputusan dibuat oleh politisi. Pada pemilihan berikutnya, warga

negara dapat mengganti wakil yang mereka pilih sebelumnya. Kemampuan untuk

memilih di antara pemimpin-pemimpin politik pada masa pemilihan inilah yang

disebut dengan demokrasi.65

2. Macam-Macam Demokrasi

Menurut Encik Muhammad Fauzan di dalam bukunya yang berjudul

“Hukum Tata Negara Indonesia”, Demokrasi terbagi dalam dua kategori dasar,

yaitu: demokrasi langsung dan demokrasi tidak langsung atau perwakilan. Dua

demokrasi yang sering menjadi dasar suatu negara melakukan pemilihan kita juga

mengenal bermacam-macam demokrasi, seperti: demokrasi konstitusional,

demokrasi parlementer, demokrasi terpimpin, demokrasi sosialis, demokrasi

pancasila. Serta menurut Dede Rosyada,et.al. ada lima corak atau model

demokrasi, yakni; demokrasi liberal, demokrasi terpimpin, demokrasi sosial,

demokrasi partisipasi dan demokrasi konstitusional.66


64
Ibid. Hlm 409
65
Georg Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi (Proses dan Prospek dalam Sebuah Dunia yang
sedang Berubah), Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2003, hlm, 14.

66
Encik Muhammad Fauzan, Hukum Tata Negara Indonesia, Setara Press, Malang, 2017., hlm.
150-151.

1
Seperti ajaran para pakar terkenal terdahulu seperti Montesquieu, yaitu

dengan ajaran tentang pemisahan kekuasaan, yang kemudian terkenal dengan

nama Trias Politika, karena ajaran ini akan menentukan tipe daripada demokrasi

modern, dan ajaran Rousseau.67 Di dalam teori demokrasi oleh Montesquieu

terdapat ajaran Trias Politika dimana membedakan adanya tiga jenis kekuasaan

negara, yaitu:68

1. Kekuasaan yang bersifat mengatur, atau menentukan peraturan


2. Kekuasaan yang bersifat melaksanakan peraturan tersebut
3. Kekuasaan yang bersifat mengawasi pelaksanaan peraturan tersebut.

Dari ajaran Trias Politika oleh Montasquieu diatas kemudian muncul

sistem-sistem yang berhubungan dengan demokrasi modern, seperti berikut:69

1. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang presentative,

dengan sistem pemisahan kekuasaan secara tegas, atau sistem

presidensil.

2. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang representatif,

dengan sistem pemisahan kekuasaan, tetapi di antara badan legislative

dengan badan eksekutif, ada hubungan yang bersifat timbal balik,

dapat saling mempengaruhi, atau sistem parlementer.

3. Demokrasi, atau pemerintahan perwakilan rakyat yang reprsentatif,

dengan sistem pemisahan kekuasaan, dan dengan control secara

langsung dari rakyat, yang disebut sistem referdum atau sistem badan
67
Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta Liberty, Yogyakarta, 2005, Hlm 146
68
Ibid. hlm 241.
69
Ibid. Hlm 243.

1
pekerja.

William Andrews mengatakan, negara demokrasi moderen berdiri di atas

basis kesepakatan umum mayoritas rakyat tentang bangunan negara yang di

idealkan, organisasi negara diperlukan agar kepentingan mereka dapat

dilindungiataudipromosikan melalui pembentukan dan penggunaan mekanisme

negara.70 Seperti yang sering kita dengar adegium “pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat dan untuk rakyat” yang dikemukakan oleh Abraham Lincoln begitulah

demokrasi diterjemahkan.

Penjelasan Abraham terdapat ciri demokrasi yakni dalam kekuasaan berada

di tangan rakyat, rakyatlah sebenar-benarnya penguasa, yang dimana

pemerintahan yang didapat dari rakyat dan dipersembahkan untuk rakyat juga,

disini akhirnya menemukan bahwa adanya ruang politik (polical space) yang

memungkinkan rakyat untuk bisa berkembang dan ikut serta dengan politik yang

terbuka. Selain itu demokrasi memberikan kondisi terhadap rakyat dimana rakyat

menjadi aktor utama dalam proses politik, yang tidak hanya sekedar menjadi

penyumbang suara dalam pemilu.

Maurice Duverger dalam bukunya yang berjudul I’Es Regimes Des

Politiques menyatakan sebagai berikut: “Cara pengisian jabatan demokratis dibagi

menjadi dua, yakni demokrasi langsung dan demokrasi perwakilan yang dimaksud

demokrasi langsung merupakan cara pengisian jabatan dengan rakyat secara

langsung memilih seseorang untuk menduduki jabatan-jabatan tertentu dalam

pemerintahan, sedangkan demokrasi perwakilan merupakan cara pengisian


70
Jimly Asshddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. PT Bhuana Ilmu Populer.Jakarta,
2009, Hlm 398

1
jabatan dengan rakyat memilih seseorang atau partai politik untuk memilih

seseorang menduduki jabatan tertentu guna menyelenggarakan tugastugas

(kelembagaan) negara seperti kekuasaan legislatif, eksekutif, dan kekuasaan

yudikatif.”71

3. Demokrasi dalam Partisipasi Masyarakat

Berbicara demokrasi maka tidak akan bisa lepas dari Negara hukum,

terdapat korelasi antara demokrasi dengan Negara hukum. Menurut Franz Magnis

Suseno sebagaimana dikutip oleh Abdul Aziz Hakim menayatakan bahwa

Demokrasi yang bukan Negara hukum bukan demokrasi dalam arti sesungguhnya.
72
Pemahaman demokrasi sangat luas bukan saja hanya menyangkut soal politik

melainkan termasuk peran serta masyarakat teruama dalam pembentukan

kebijakan daerah.73

Demokrasi merupakan cara yang paling aman untuk mempertahankan,

kontrol atas Negara dalam arti negara hukum harus ditopang dengan system

demokrasi. Demokrasi merupakan ajaran yang menentukan bahwa sumber

kekuasaan tertinggi atau kedaulatan dalam suatu Negara berada di tangan rakyat.

Dengan demikian segala aturan dan kekuasaan yang dijalankan oleh Negara tidak

boleh bertentangan dengan kehendak rakyat (hati nurani rakyat). Dalam alam

demokrasi esensinya ada pada partisipasi rakyat atau partisipasi publik.


71
Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Naskah Akademik Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia 1945 Usulan Komisi Konstitusi. Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2004,
Hlm 92.
72
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
2011, hlm 160.
73
Rahman, M.. Demokrasi Dalam Filsafat Pendidikan Barat Dan Islam (Kajian Tentang Nilai-
Nilai Demokrasi Dan Implementasinya Dalam Konteks Pendidikan Indonesia). Jurnal
Cendekia, Vol.3, No.2, 2018, hlm 16.

1
Demokrasi juga sangat dipengaruhi oleh demokrasi lokal yaitu cerminan budaya

politik suatu daerah.74

Dalam konteks perumusan kebijakan daerah, aspek filosofis menjadi hal

penting. Aspek filosofis dijadikan pedoman dan landasan dalam pebentukan

kebijakan daerah.75 Partisipasi publik merupakan pentahapan yang harus

dilakukan. Lebih lajut Philipus M. Haddjon menyatakan bahwa dalam konsep

partisipasi publik, rakyat mempunyai hak untuk ikut memutuskan dalam proses

pengambilan keputusan pemerintah. Hal ini mempunyai maksud, untuk

memberikan ruang kepada masyarakat untuk ikut berpartisipasi dalam perumusan

kebijakan daerah. Partisipasi Publik dapat dilakukan secara langsung atau tidak

langsung. Partisipasi tidak langsung dalam perumusan kebijakan public tercakup

dalam “representasi atau keterwakilan” yang dalam konteks pembentukan

kebikajan public kekinian tidak relevan lagi, hal ini disebabkan karena kebijakan

yang dihasilkan adalah tidak memberikan kepuasan kepada masyarakat, sehingga

beralih pada partisipasi langsung dalam proses pembentukan Kebijakan daerah.76

Sebagaimana diketahui bersama bahwa kebijakan daerah baik yang berupa

perda maupun perkada (peraturan kepala daerah) tidak bisa lepas dari penjabaran

prinsip demokrasi yaitu partisipasi langsung ketika dalam perumusan kebijakan

daerah. Dapat dipahami juga bahwa perumusan kebijakan daerah Kabupaten

74
Fikri, M. S., & Adytyas, N. O. Politik Identitas dan dan penguatan Demokrasi Lokal
(Kekuatan Wong kito dalam demokrasi lokal),Jurnal Kebudayaan dan Sastra Islam Vol. 18,
No.2, 2018, hlm 10.
75
Zaini, Z. D. Perspektif Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Di Indonesia (Sebuah
Pendekatan Filsafat). Jurnal Hukum, Vol. 28, No.2, 2019. hlm. 929-957.
76
Philipus M. Haddjon, “Keterbukaan Pemerintahan Dalam Mewujudkan Pemerintahan Yang
Demokratis”, Ubhara Surya , 1997, hlm. 8.

1
Lebak juga memperhatikan dan melaksanakan partisipasi public. Hal ini dapat

dilihat dalam Peraturan Bupati Lebak Psal 12 Huruf b Nomor 10 Tahun 2017

Tentang BPD bahwa Pemerintahan Desa harus melibatkan masyarakat dalam

partisipasi public atau dalam membuat kebijakan lainnya. Mengingat pentingnya

partisipasi publik dalam pembentukan kebijakan daerah merupakan salah satu ciri

good governance. Lebih lanjut UNDP (United NationsDevelopment Programme)

sebagaimana dikutip I Gusti Ngurah Wairocana menyatakan bahwa good

governance, adalah suatu hubungan sinergis atara Negara sektor swasta (pasar)

dan masyarakat yang berlandaskan pada Sembilan karakteristik yaitu : partisipasi,

rule of law, transparansi, sikap responsive, berorientasi konsensus,

kesejahteraan/kebersamaan, efektif dan efesien, akuntabilitas dan visi strategis.77

Merujuk salah satu karakteristik good governance yaitu partisipasi merupakan

penjabaran dari prinsip demokrasi.

4. Tinjauan Tentang Aspirasi Masyarakat

Aspirasi merupakan suatu cita-cita atau keinginan yang ditandai dengan

suatu usaha untuk meraih sesuatu yang dipandang lebih bernilai dari apa yang

terjadi dalam keadaan saat ini. Aspirasi mengarahkan aktivitas individu untuk

lebih fokus kepada tercapainya tujuan tertentu.78 Dalam pengertian lain, aspirasi

berarti hasrat, harapan, maksud tujuan yang ingin diraih dan diperjuangkan

seseorang.79 Aspirasi dapat berupa dua definisi, yaitu ide maupun peran struktural.

77
I Gusti Ngurah Wairocana, 2008, “Implementasi Good Governance Dalam Legislasi Daerah”
,Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2008, hlm. 12.
78
Slameto, Op.Cit , hlm. 183.
79
Reber S.A dan Reber S.E, Kamus Psikologi ,Pustaka Belajar, Yogyakarta , 2010, hlm. 72

1
Adapun dalam bentuk ide yang merupakan gagasan/ide verbal dari masyarakat

dalam bentuk usulan kegiatan untuk mewujudkan pembangunan. Aspirasi juga

dapat berupa peran struktural, dimana membutuhkan keterlibatan langsung dalam

suatu kegiatan. Berdasarkan sifatnya, aspirasi dapat dibedakan menjadi dua

yaitu:80

a) Aspirasi Positif

Aspirasi positif merupakan keinginan atau harapan yang datang dari

masyarakat untuk meraih sesuatu. Orang yang memiliki aspirasi positif

ialah mereka yang menginginkan sesuatu yang lebih baik dan lebih tinggi

dari keadaan saa ini. Aspirasi positif menitikberatkan kepada keinginan

untuk mencapai sesuatu yang belum tercapai sehingga bertujuan

mencapai keadaan yang lebih baik.

b) Aspirasi Negatif

Aspirasi negatif adalah keinginan untuk mempertahankan apa yang sudah

dicapai saat ini, sehingga tidak ada keinginan untuk meningkatkan apa

yang sudah tercapai. Hal ini menitikberatkan kepada mempertahankan

keadaan yang sudah ada dan tidak menuntut perubahan.

Berdasarkan tujuannya, aspirasi masyarakat dibedakan menjadi dua jenis,

yaitu81 :

a) Aspirasi langsung

80
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta ,2010, hlm.265.
81
Ibid, hlm 256.

1
Aspirasi langsung merupakan keinginan atau cita-cita yang ingin

dicapai seseorang pada waktu dekat atau dalam jangka waktu

pendek. Hal ini menitikberatkan kepada waktu tercapainya tujuan

disampaikannya aspirasi tersebut yaitu dalam jangka waktu dekat.

b) Aspirasi Jauh

Aspirasi jauh merupakan keinginan atau cita-cita yang ingin

disampaikan oleh seseorang dengan tujuan yang ingin dicapai dalam

jangka waktu panjang. Hal ini menitikberatkan kepada waktu

tercapainya tujuan yaitu untuk masa yang akan datang. Dalam

menggali, menampung, mengelola, dan menyalurkan.

1
BAB III

FUNGSI BADAN PERMSUYAWARTAN DESA DALAM

MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT DI

DESA SARAGENI KABUPTEN LEBAK

A. Profil Desa Sarageni

1. Sejarah Desa Sarageni Kabupaten Lebak

Desa Sarageni berada di wilayah barat Kecamatan Cimarga, yang berbatasan

langsung dengan Desa Jayasari, Desa Cileles, Desa Doroyon dan Desa

Margamulya. Desa Sarageni berada di wilayah yang sangat potensial karena

memiliki lahan pertanian dan komoditas yang sangat bervariasi. Desa Sarageni

terbagi ke dalam 3 RW dan 9 RT..

Sejarah Sarageni awal mulanya dahulu pada masa penajajahan, Belanda

ingin menguasai daerah-daerah yang banyak lahan tanah, untuk dijadikan lahan

pertanian agar orang-orang Belanda dapat menanam padi, sayuran dan tanaman

yang dapat di jual agar mendaptakan keuntungan yang sangat besar bagi orang-

orang Belanda..

Hari ke hari penduduk selalu di perlakukan kasar oleh orang Belanda. Pada

suatu hari ada seseorang penduduk yang berani melawan satu persatu orang

Belanda bahkan membunuh ketika orang-orang Belanda itu sedang terlelap tidur.

Seorang pemberani itu selalu memotong 2 (dua) telinga, setelah membunuh orang

Belanda dan dua telinga yang sudah dipotong itu di simpan ditempat dimana

orang-orang Belanda itu kumpul atau rapat. Mendengar hal itu orang-orang

Belanda marah dan mencari tahu siapa yang berani melakukan hal itu.

1
Mengetahui hal ini orang Belanda melakukan penjagaan yang semakin di perketat,

penduduk pun banyak yang dipenjarakan agar memberitahu oang yang sudah

membunuh orang Belanda dan berani memotong telinganya dan menyimpannya

ditempat dimana orang-orang Belanda rapat.

Belanda menyuruh salah satu penduduk untuk mencari tahu keberadannya,

setelah dijadikan mata-mata oleh Belanda penduduk tersebut mengetahui

keberadan orang yang sudah membunuh orang-orang Belanda. Ternyata orang

yang sudah membunuh dan memotong telinga secara sembunyi itu bernama Ki-

Ismail yang tinggal disebuah hutan. Akhirnya Ki-Ismail menampakkan dirinya

dan menyuruh orang-orang Belanda untuk meninggalkan desa tersebut. Bukannya

meninggalkan desa tetapi orang Belanda itu menyerang Ki-Ismail, tetapi anehnya

Ki-Ismail tidak mempan di tembak bahkan di tusuk oleh pedang dan penduduk

pun berani menyerang orang Belanda dan terjadilah peperangan antar penduduk

dan orang Belanda. Tetapi orang Belanda kalah dalam peperangan itu meski

penduduk hanya menggunakan tembakan dari bambu yang dibuat oleh Ki-Ismail,

lalu orang Belanda pergi meninggalkan desa tersebut.

Tetapi dalam kekalahannya ternyata orang Belanda masih dendam terhadap

penduduk setempat. Pada suatau malam ketika penduduk sedang tertidur, orang

Belanda membakar dea tersebut berserta rumah-rumah penduduk. Mengetahui hal

itu Ki-Ismail sangat marah dan menyapu api-api yang ada di desa dengan

kekuatan yang Ki-Ismail miliki sedikit demi sedikit api mulai padam, penduduk

desa pun mulai membangun dan merapihkan puing-puing sisa api, kemudia

terkenalah desa tersebut dengan julukan desa Sarageni yang artinya Sara adalah

1
Sapu dan Geni adalah Api. Dalam beberapa versi ada yang mengatakan bahwa

kampung yang dibakar adalah inisiatif masyarakat untuk mengelabui Belanda, ada

pula yang mengatakan kampung yang dibakar tersebut secara sengaja supaya

masyarakat bisa mengungsi. Itulah sejarah awal mulanya berdiri Desa Sarageni

dengan beberapa versi cerita dari orang-orang terdahulu.

2. Letak Wilayah

Secara geografis Desa Sarageni merupakan salah satu desa di Kecamatan

Cimarga dengan luas wilayah kurang lebih 625 Ha. Dengan Jumlah Penduduk

3247 jiwa. Bentuk wilayah daratan dan persawahan. Batas wilayah Desa

Sarageni sebagai berikut:

Sebelah Utara :Desa Jayasari Kec. Cimarga dan Desa

Daroyon Kec. Cileles

Sebelah selatan :Desa Cileles Kec. Cileles

Sebelah Barat :Desa Daroyon, Desa Margamulya Kec.

Cileles

Sebelah Timur : Desa Jayasari Kec. Cimarga

a. Luas Wilayah Desa

Jumlah luas tanah Desa Sarageni yang terdiri dari tanah darat dan tanah

sawah dengan rinican sebagai berikut:

1) Pemukiman : 203 ha

2) Pertanian/Perkebunan : 393 ha

3) Ladang/tegalan :4 ha

4) Hutan :0 ha

1
5) Rawa-rawa :0 ha

6) Perkantoran :1 ha

7) Sekolah :3 ha

8) Jalan : 10 ha

9) Lapangan sepak bola : 1.5 ha

Keadaan Topografi Desa Sarageni dilihat secara umum keadaannya

merupakan daerah daratan dan persawahan sehingga sebgaian masyarakatnya

adalah pedagang dan petani.

b. Sumber Daya Alam

1) Pertanian

2) Perkebunan

3) Lahan tanah

c. Karkteristik Desa

Desa Sarageni merupakan kawasaan pedesaan yang bersifat agraris, dengan

mata pencaharian dari sebagian besar penduduknya adalah

perdagangan/wiraswasta terutama sektor pertanian dan perkebunan. Sedangakan

pencaharian lainnya adalah sektor buruh, jasa perbengkelan, Pegawai Negeri Sipil

(PNS) dan home industri. Pemanfaatan hasil pertanian atau perkebunan hanya

sebgian kecil saja.

3. Susunan Badan Permusyawaratan Desa Sarageni Kabupaten Lebak

Anggota BPD adalah wakil dari penduduk desa bersangkutan berdasarkan

keterwakilan wilayah. Anggota BPD terdiri dari Ketua Rukun Warga, pemangku

adat, golongan profesi, pemuka agama dan tokoh atau pemuka masyarakat

1
lainnya. Masa jabatan anggota BPD adalah 6 tahun dan dapat diangkat/ diusulkan

kembali untuk 1 kali masa jabatan berikutnya. Pimpinan dan anggota BPD tidak

diperbolehkan merangkap jabatan sebagai Kepala Desa dan Perangkat Desa.

Badan Permusyawaratan Desa (BPD) berfungsi menetapkan Peraturan Desa

bersama Kepala Desa, menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat. yang

diwakilinya.

Pada Pasal 3 ayat (2) Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017

tentang BPD di jelaskan bahawa jumlah anggota BPD paling sedikit lima orang

dan paling banyak sembilan orang dengan memperhatikan wilayah, perempuan,

penduduk, dan kemampuan keuangan Desa. Peresmian anggota BPD ditetapkan

dengan keputusan Bupati/Walikota.

Pimpinan BPD terbagi atas satu orang ketua, satu orang wakil ketua, dan

satu orang sekretaris. Susunan pimpinan BPD dipilih dari dan oleh anggota BPD

secara langsung melalui rapat BPD yang diadakan secara khusus. Untuk pertama

kali, penyelenggaraan rapat BPD dipimpin oleh anggota tertua dan dibantu oleh

anggota termuda.

Sehubung dengan adanya anggota BPD Sarageni yang mengundurkan diri

sebelum masa sebelum masa jabatan habis, maka berdasarakan Surat Keputusan

Nomor 001/BPD-SRG0III/2021 BPD Mengadakan rapat mengenai Rapat Pleno

Pergantian Antar Waktu. Dengan maksud untuk mengganti keanggotaan BPD dan

memberpaiki struktur BPD maka keanggotaan BPD diganti di tahun 2021 sampai

saat ini, yang terdiri dari 7 (tujuh ) orang dengan Ketua yaitu Amir, Wakil Ketua

Danny Muhaemin, Sekertaris Mela Natalia, dan Anggota yaitu Wawan Setiawan,

1
Sunarta, Yepi, Nana Sumarna.

B. Mekanisme Badan Permusyawartan Desa Dalam Menampung dan

Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa Sarageni Kabupaten Lebak

Menurut kamus Bahasa Indonesia mekanisme adalah cara untuk

mendapatkan sesuatu secara teratur sehingga menghasilkan suatu pola atau bentuk

untuk mencapai tujuan yang di inginkan. Menurut Moenir, (2013 : 53)

menyatakan bahwa:

“Mekanisme adalah suatu rangkaian kerja sebuah alat untuk menyelesaikan


sebuah masalah yang berhubungan dengan proses kerja untuk mengurangi
kegagalan sehingga menghasilkan hasil yang maksimal.” 

BPD memiliki empat prosedur dalam menindaklanjuti aspirasi masyarakat,

yaitu penggalian, menampung, pengelolaan, dan penyaluran aspirasi. Dalam Pasal

14 Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017 tentang BPD diatur mekanisme

dalm penggalian aspirasi masyarakat desa yaitu : a). BPD melakukan penggalian

aspirasi masyarakat; b). penggalian aspirasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

dapat dilakukan langsung kepada kelembagaan dan masyarakat Desa termsuk

kelompok masyarakat miskin, masyarakat berkebutuuhan khusus, perempuan,

kelompok marjinal; c). penggalian aspirasi dilaksanakan berdasarkan keputusan

musywarah BPD yang di tuangkan dalam agenda kerja BPD; d). Pelaksanaa

penggalian aspirasi sebgaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan panduan

kegiatan yang sekurang-kurangnya memuat maksud, tujuan, sasaran, waktu dan

uraian kegiatan; e). Hasil penggalian aspirasi masyarakat Desa disampaikan dalam

musyawarah BPD. Dalam Pasal 15 mekanimse dalam menmapung aspirasi

1
masyarakat desa yaitu 1). Pelaksanaan kegiatan menampung aspirasi masyarakat

dilakukan di sekertariat BPD; 2). Aspirasi masyarakat sebagaimana dimaksud

pada ayat (1) diadministrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD. Pasal

16 mengatur mengenai penglolaan aspirasi dan Pasal 17 Peraturan Bupati Lebak

Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa diatur mengenai

penyaluran aspirasi masyrakat dalam menindalanjuti aspirasi tersebut.

Mekanisme menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat yang sudah

dilakukan oleh BPD Desa Sarageni yaitu dengan mengadakan pertemuan semua

perwakilan dari masing masing wilayah yang ada di Desa Sarageni. Kemudian

masing-masing keterwakilan tersebut menyampaikan aspirasinya untuk

ditampung oleh BPD lalu disampaikan kepada Pemerintahan Desa. Tetapi cara

ini hanya mampu satu kali dilaksanakan oleh BPD dalam kepengurusannya dan

hanya aspirasi yang sudah terlaksanakan hanya beberapa wilayah Desa.

C. Fungsi, Hak dan Kewajiban Badan Permusyawaratan Desa Sarageni

Kabupaten Lebak

1. Fungsi Badan Permusyawaratan Desa

BPD di desa berfungsi sebagai lembaga dalam menyalurkan aspirasi

masyarakat. Penyaluran aspirasi ini membantu masyarakat dalam mengemukakan

pendapat, mengajukan usulan-usulan penting demi kepentingan pembangunan di

desa, bahkan masyarakat bisa belajar membuat program-program yang dulunya

tidak pernah didapat.Bekal dan modal aspirasi langsung disalurkan lewat

mekanisme dalam rapat-rapat desa.

Dalam pasal 55 Undang-undang Nomor 6 tahun 2014 bahwa fungsi BPD

1
adalah sebagai berikut:

1. Membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama kepala desa.

Peraturan-peraturan desa umumnya dituangkan dalam keputusan desa

sedangkanpelaksanaan dari peraturan-peraturan desa tersebut secara

operasional dituangkandalam keputusan kepala desa. Mengingat bahwa

dalam era otonomi, desa dituntut untuk dapat mengatur dan mengurus

pemerintah desa secara mandiri, maka peranan BPD sangatlah penting dan

menentukan dalam merancang, membahas dan menetapkan berbagai

peraturan desa yang aspiratif dan diproses secara terbuka dan partisipatif.

2. Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa. Dalam kerangka

pelaksanaan fungsi tersebut, maka anggota BPD baik secara individu

maupunsebagai institusi dituntut memiliki kepekaan yang tinggi terhadap

aspirasi yang berkembang di masyarakat. Untuk menyelenggarakan fungsi

tersebut denganbaik, anggota BPD perlu memahami dan melaksanakan

beberapa strategi yang dapat memberikan kesempatan yang seluas-luasnya

untuk menangkap aspirasi dari masyarakat sebaiknya dengan pendekatan

digunakan secara terpadu yang sesuai dengan keadaan dan kemampuan desa

dan BPD itu sendiri

3. Melakukan pengawasan kinerja kepala desa. Salah satu fungsi yang akan

dilaksanakan oleh BPD adalah melakukan pengawasan terhadap jalnnya

pemerintahan desa. Pengawasan meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan

peraturan desa, anggaran pendapatan dan belanja desa, keputusan kepala

desa serta penyelenggaraan pemerintah desa. Fungsi pengawasan ini juga

1
termasuk pengawasan terhadap kegiatan pembangunan didesa baik kegiatan

pembangunan yang dibiayai swadaya masyarakat maupun yang di biayai

pemerintah.

2. Hak dan Kewajiban Badan Permusyawaratan Desa

Badan Permusyawaratan Desa pada dasarnya dituntut untuk melakukan

peranannya antara lain mengenalkan nilai-nilai demokratis Pancasila kepada

masyarakat desa pada umumnya dan pelaksanaan pemerintahan desa pada

khususnya. Selain itu Badan Permusyawaratan Desa harus mampu membina

kehidupan demokratis di desa serta menyelesikan permasalahan yang timbul

sesuai dengan ketentuan yang dipakai di Desa.

Selain dituntut untuk melakukan perannya BPD juga mempunyai hak dan

kewajiban, sebagaimana telah di atur mengenai hak BPD dalam Pasal 34 Perturan

Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa yaitu,

BPD berhak : a. Mengajukan usul rancangan Peraturan Desa; b. mengajukan

pertanyaan; c. Menyampaikan usul; d. Memilih dan dipiluh; dan e. Mendapat

btunjangan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa.

Sedangkan Kewajiban BPD di atur dalam Pasal 37 Peraturan Bupati Lebak

Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa yaitu Aanggota

BPD wajib: a. Memegang teguh dan mengamalkan Pancasila, melaksanakan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika; b.

Melaksanakan kehidupan demokrasi yang berkeadilan gender dalam

penyelenggaraan Pemerintahan Desa; c. Mendahulukan kepentingan umum diatas

kepentingan pribadi, kelompok, dan/atau golongan; d. Menghormati nilai sosial

1
budaya dan adat istiadat masyarakat Desa; e. Menjaga norma dan etika dalam

hubungan kerja dengan lembaga Pemerintah Desa dan lembaga desa lainnya; dan

f. Mengawal aspirasi masyarakat, menjaga kewibawaan dan kestabilan

penyelenggaraan Pemerintahan Desa serta mempelopori penyelenggaraan

Pemerintahan Desa berdasarkan tata kelola pemerintahan yang baik.

1
BAB IV

ANALISIS FUNGSI BADAN PERMUSYAWARATAN DESA DALAM

MENAMPUNG DAN MENYALURKAN ASPIRASI MASYARAKAT DESA

SARAGENI KABUPATEN LEBAK BERDASARKAN PERATURAN

BUPATI LEBAK NOMOR 10 TAHUN 2017

A. Analisis Fungsi Badan Permusyawartan Desa dalam Menampung dan

Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa Sarageni Kabupaten Lebak

Berdasarkan Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017

1. Dasar Yuridis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa dalam Menampung

dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa

Menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa oleh Badan

Permusywaratan Desa (BPD) di Desa Sarageni di dasari oleh beberapa ketentuan

perundang-undangan yang terkait yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Pasal 31

Nomor 110 Tahun 2016 tentang Badan Permsuyawaratan Desa, Pasal 55 Undang-

Undang Nomor 6 tahun 2014 Tentang Desa dan Peraturan Bupati Lebak Pasal 12

Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa menjelaskan bahwa

badan permusyawaratan desa memilki fungsi yaitu:

a) membahas dan menyepakati rancangan peraturan desa bersama Kepala

Desa,

b) menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa, dan

c) melakukan pengawasan kinerja kepala desa.

Ketentuan pasal 12 ini mendasari bahwa badan permusyawaratan desa

1
(BPD) mempunyai kewenangan dalam melakukan menampung dan menyalurkan

aspirasi masyarakat desa. Kemudian di perjelas kembali terkait tugas badan

permusyawartan desa (BPD) dalam Pasal 13 Peraturan Bupati Nomor 10 Tahun

2017 tentang Badan Permusyawaratan Desa, bahwa BPD mempunyai tugas yaitu :

a) menggali aspirasi masyarakat;

b) menmapung aspirasi masyrakat;

c) mengelola aspirasi masyarakat;

d) menyalurkan aspirasi masyarakat;

e) menyelenggarakan musyawarah BPD;

f) menyelanggarakan musyawarah desa;

g) membentuk panitia pemilihan Kepala Desa;

h) menyelenggarakan musyawarah desa khusus untuk pemilihan Kepala

Desa antarwaktu;

i) membahas dan menyepakati rancangan Peraturan Desa bersama Kepala

Desa;

j) melaksanaka pengawasan terhadap kinerja Kepala Desa;

k) melakukan evaluasi laporan keterangan penyelenggaraan Pemeribtahan

Desa;

l) menciptakan hubungan kerja yang harmonis dengan Pemerintah Desa

dan lembaga Desa lainnya; dan

m) melaksanakan tugas slain yang diatur dalam ketentuan peraturan

undang-undangan.

Dalam ketentuaan pasal pasal tersebut maka badan permusyawaratan desa

1
(BPD) memiliki tiga tugas yang utama, adalah sebagai lembaga legislasi yang

menyepakati dan membahas Rancangan Peraturan Desa, mengumpulkan dan

menyampaikan masukan dari masyarakat desa, serta melakukan pengawasan

terhadap kinerja dari Kepala Desa. Badan tersebut pada hakekatnya merupakan

mitra kerja pemerintah desa yang sederajat dalam menyelenggarakan urusan

pemberdayaan masyarakat, pembangunan, dan pemerintahan.

Berdasarkan Pasal-Pasal yang telah tercantum dan hasil penelitian

wawancara dengan Amir selaku ketua dari Badan Permusyawaratan Desa

Sarageni Kabupaten Lebak dapat dilihat bahwa fungsi badan permusyawaratan

desa (BPD) dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa tidak

terlalu di proritaskan, badan permusyawaratan desa belum mengadakan pertemuan

secara berkala untuk membahas atau mengadakan pertemuan dengan masyarakat

atau keterwakilan masyarakat dalam menmapung aspirasi masyarakat. 82 Selain itu

berdasarkan wawancara dengan salah satu ketua RW Desa Sarageni, bahwa BPD

sangat jarang melakukan musyawarah desa terutama musyawarah dalam hal

menmapung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa dan ketika ada msyawarah

desa pembahasannya hanya gotong royong dan pembahasan yang umum yang

juga dibahas oleh perangkat desa, tidak mengenai sebagaimana fungsi BPD

tersbut yaitu menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa di Desa

Sarageni. Seharusnya BPD sering mengadakan peretmuan untuk pembahasan

aspirasi guna mewujudkan pembangunan yang baik sesuai keinginan

masyarakat.83
82
Wawancara dengan Pak Amir, selaku Ketua BPD Desa Sarageni Kabupaten Lebak, Kamis 6
Oktober 2022.
83
Wawancara dengan Ketua Rw 01 Desa Sarageni Kabupaten Lebak, Sabtu 15 Okotober 2022.

1
Tugas BPD menggali aspirasi termasuk kedalam agenda kerja BPD yang

dilaksanakan berdasarkan keputusan musyawarah BPD. Proses penggalian

aspirasi masyarakat seharusnya dilakukan dengan kegiatan langsung bersama

kelembagaan dan masyarakat Desa setempat. Terdapat panduan kegiatan yang

minimal berisi maksud, tujuan, sasaran, waktu dan uraian kegiatan agar lebih

terarah dan tepat sasaran. Kemudian hasil penggalian aspirasi tersebut akan

dimuat dan disampaikan dalam musyawarah BPD. Setelah proses penggalian

aspirasi masyarakat dilakukan, maka seluruh aspirasi masyarakat akan ditampung,

di administrasikan dan disampaikan dalam musyawarah BPD. Selanjutnya

Pengelolaan aspirasi masyarakat dilakukan melalui pengadministrasian yang

dilakukan oleh anggota BPD sesuai bidangnya, yaitu bidang pemerintahan,

pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, serta pemberdayaan masyarakat Desa.

Kemudian dilakukan perumusan dengan cara menganalisa aspirasi masyarakat

yang ada untuk disampaikan kepada kepala Desa. Hal ini dilakukan demi

terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan menghasilkan

kesejahteraan masyarakat Desa. Pengelolaan aspirasi masyarakat dilakukan

melalui pengadministrasian yang dilakukan oleh anggota BPD sesuai bidangnya,

yaitu bidang pemerintahan, pembangunan, pembinaan kemasyarakatan, serta

pemberdayaan masyarakat Desa. Kemudian dilakukan perumusan dengan cara

menganalisa aspirasi masyarakat yang ada untuk disampaikan kepada kepala

Desa. Hal ini dilakukan demi terwujudnya penyelenggaraan pemerintahan yang

baik dan menghasilkan kesejahteraan masyarakat Desa. Tahap selanjutanya

penyaluran aspirasi masyarakat dalam ketentuannya dilakukan dalam bentuk lisan

1
dan/atau tulisan. Dalam bentuk lisan yang dimaksud seperti penyampaian aspirasi

masyarakat oleh BPD kepada Kepala Desa yang ikut serta dalam musyawarah

BPD. 84

2. Pertanggujawaban Mekanisme Badan Permusyawaratan Desa Dalam

Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa Berdasarkan

Perturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017

Fungsi menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat tentunya

bersandar pada prinsip keterbukaan dan bertanggung jawab. Sebagai perwujudan

lembaga legislatif desa dalam merumuskan peraturan desa dengan pemerintah

desa harus mampu memberikan kontribusi positif kepada masyarakat dalam

menindaklanjuti setiap aspirasi yang masuk dalam pemenuhan masyarakatyang

menjadi prioritas untuk diselesaikan. Oleh karena itu, dalam hal ini, eksistensi

BPD sangat penting untuk mengakomodir kepentingan masyarakat desa, sehingga

kebijakan yang dihasilkan benar-benar sesuai dengan esensi masalah dan prioritas

kebutuhan masyarakat.

Menurut Diah Purnamasari (2017:25) Dalam kerangka pelaksanaan fungsi

tersebut sebaiknya sesuai dengan keadaan dan kemampuan desa dan BPD itu

sendiri antara lain:

1. Diskusi dan wawancara langsung dengan masyarakat Diskusi atau

wawancara ini dilakukan agar aspirasi masyarakat dari segala lapisanatau

kelompok masyarakat dapat diketahui dan ditampung oleh anggota BPD.

2. Pertemuan secara berkala Yang dimaksud pertemuan secara berkala ini

adalah pertemuan antara BPD dengan wakil-wakil unsur masyarakat


84
Op.Cit Pasal 14-17.

1
ditingkat dusun atau di tingkat desa yang terjadwal dan rutin dilaksanakan.

Alasan diadakannya pertemuan secara berkala adalah pimpinan

memerlukan sumbangan pemikiran atau pendapat dari para masyarakat

karena pemimpin tidak mau mengambil keputusan secara sepihak.

3. Membuka kotak aspirasi BPD dapat membuka kotak pengaduan suara

masyarakat ditempat-tempat yangmudah terjangkau. Kotak aspirasi ini

akan bermanfaat bagi masyarakat dalam menyampaikan aspirasinya secara

leluasa, terutama untuk hal-hal yang peka ataukurang berani

menyampaikannya secara langsung.

4. Rapat terbuka untuk umum (public hearing) Rapat terbuka merupakan

pertemuan ditingkat desa yang melibatkan semua unsur masyarakat publik

yang dilakukan sesuai dengan kebutuhan sebelum pengambilan keputusan-

keputusan didesa.

5. Pengelolaan dan penyaluran aspirasi Kemampuan untuk menjaring dan

menangkap aspirasi yang berkembang dimasyarakat merupakan salah satu

tahapan penting dalam mewujudkan keberhasilan pelaksanaan fungsi

BPD.

Beberapa langkah yang dapat diambil BPD dalam rangka menyelesaikan

atau menindaklanjuti aspirasi yang disampaikan oleh masyarakat sebagai berikut:

a. Kenali dengan jelas dan terperinci tentang isi dan maksud aspirasi

yangditerima

b. Lakukan cross check dan klarifikasi tentang kebenaran dari aspirasi

tersebut.

1
c. Telusuri akar permasalahan yang menjadi penyebab dari munculnya

aspirasi tersebut.

d. Inventarisir pihak-pihak yang dapat membantu atau mendukung

dalammewujudkan aspirasi tersebut

e. Buatlah rekomendasi yang kontruktif dan sampaikan kepada pihak-

pihakyangdapat membantu wewujudkan aspirasi tersebut.

Lakukan peninjauan atau pemantulan sejauhmana pihak-pihak tersebut

menindaklanjuti rekomendasi tersebut.85

Adapun mekanisme penampungan aspirasi adalah antara lain:

1. Tahap Fact Finding atau pencarian fakta ini dilakukan oleh BPD.

Dalamhal ini BPD mencari data dan fakta yang ada di lapangansesuai

dengan kenyataan, kemudiandiolah menjadi bentuk informasi yang

dibutuhkan masyarakat sesuai dengan tujuandari program yang akan

dijalankan.

2. Tahap Planning atau perencanaan dilakukan oleh BPD

dalammemfasilitasi partisipasi publik adalah melakukan sebuah daftar

penyusunan perencanaan dari hasil data atau fakta yang diperoleh. Dalam

perencanaan tersebut ada kegiatanyangdilakukan untuk menunjang

keberhasilan pada saat pelaksanaan kegiatan dalammemfasilitasi

partisipasi publik. Dengan adanya daftar tersebut akan dapat

dilakukanpemeikiran dengan cepat untuk mengatasinya dan nantinya

85
Yuli Anggraini,’’Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menampung dan
Menyalurkan Aspirasi Masyarakat di Desa Pulau Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten
Singingi”, Jurnal Juhan Perak, Vol .1, No. 2, Universitas Kuantan Singingi, 2020, hlm 392-393.

1
perencanaan itu perlu di pikirkan dengan matang, oleh karena itu

kegiatan ini merupakan salahsatutahap yang turut menentukan suksesnya

pekerjaan BPD.

3. Tahap Communication atau komunikasi yang dilakukan oleh

BPDdenganmelakukan implementasi dalam kegiatan tersebut sehingga

komunikasi punberlangsung dengan sendirinya.

4. Tahap Evaluation atau evaluasi adalah tahap terakhir yang melakukan

peninjauanterhadap kegiatan yang sedang berlangsung yang akan

diterapkan pada saat pelaksanaan kegiatan selanjutnya.86

Dalam menggali, menampung, mengelola, dan menyalurkan aspirasi

masyarakat Sesuai dengan Peraturan Bupati Lebak Pasal 14 sampai 17 Nomor 10

Tahun 2017 tentang BPD, bahwa ada beberapa metode yang efektif dan dapat

diterapkan oleh BPD diantaranya ialah:

1. Menyelenggarakan Musyawarah Desa (Musdes) melibatkan peserta yang

terdiri dari anggota BPD, Pemerintah Desa, serta perwakilan dari masing-

masing kelompok masyarakat yang ada di Desa tersebut. Musdes

merupakan forum resmi dimana masyarakat dapat mengeluarkan aspirasi

kepada Pemerintah Desa melalui BPD.

2. Menyediakan Rumah Aspirasi untuk memudahkan masyarakat Desa

dalam mengutarakan aspirasi mereka. Rumah aspirasi dapat berupa balai

desa atau ruang serbaguna tempat masyarakat Desa biasanya berkumpul

untuk musyawarah, atau jika memungkinkan dapat dilakukan di kantor

BPD.
86
Ibid. hlm.395.

1
3. Interaksi secara langsung dengan masyarakat Desa. Anggota BPD

merupakan lembaga yang diwakili oleh masyarakat Desa, sehingga dapat

dipasikan telah mengenal karakter masyarakat dan seluk beluk Desa

tersebut. Lembaga BPD harus dapat mengakomodir seluruh aspirasi dari

masyarakat. oleh karena itu interaksi secara langsung dengan masyarakat

Desa sangat diperlukan.

Mekanisme dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa

yang dilakukan oleh BPD Desa Sarageni belum efektif hal ini dapat dibuktikan

dengan hanya satu kali program kegiatan yang terlaksana yaitu keinginan

masyarakat dalam hal pembangunan jalan, dan juga dibuktikan dengan kurangnya

musyawarah internal BPD maupun dengan masyarakat. Pemanfaatan teknologi

atau social network juga tidak di lakukan di Desa Sarageni hal ini dibuktikan

dengan tidak adanya Blog menampung aspirasi ataupun akun sosial resmi yang

dibuat oleh BPD, dan juga tidak adanya kotak aspirasi yang disediakan di kantor

BPD atau di Kantor Desa.

Masyarakat Desa sarageni juga banyak yang tidak mengetahui tugas dan

fungsi BPD terutama dalam hal menampung dan menyalurkan aspirasi

masyarakat. Masyarakat desa juga lebih banyak menyampaikan aspirasi mereka

langsung kepada Pemerintahan Desa dan bukan melalui anggota BPD. Sehingga

keberadaan BPD tidak dipandang dan tidak terlihat oleh masyarakat.

B. Kendala Badan Permusyawaratan Desa Dalam Menampung dan

Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa Sarageni Kabupaten Lebak

Menurut hasil data yang diperoleh, terlihat bahwa faktor penghambat

1
internal yang menghambat operasional BPD dalam menampung dan

menyampaikan aspirasi masyarakat di Desa Sarageni yaitu :

1. Kurangnya Komunikasi antara BPD dengan Pemerintahan Desa maupun

dengan masyarakat

Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide,

gagasan) dari satu pihak kepihak lain. Komunikasi antar anggota BPD, BPD

dengan masyarakat ataupun BPD dengan aparat desa belum terbangun dengan

baik.

2. Kurangnya Koordinasi

Koordinasi merupakan menyesuaikan diri dari bagianbagian satu sama serta

pekerjaan bagian-bagian pada saat yang tepat sehingga masing-masing dapat

memberikan sumbangan yang maksimum pada hasil yang keseluruhan.

Kurangnya koordinasi anggota BPD menyebabkan terkendalanya kinerja anggota

BPD terutama dalam menampung dan menyalurkan aspirasi masyarakat desa.

3. Sumber Daya

Dalam penyelenggaraan pemerintahan desa ada dua sumber daya yang perlu

diperhatikan yaitu :

a) Finansial yang merupakan faktor pendukung dalam menjalankan

program atau suksesnya program yang telah diprogramkan. Seperti dalam

pasal 32 Peraturan Bupati Lebak nomor 10 tahun 2017 bahwa : 1)

Bahwa BPD mendapatkan biaya operasional yang bersumber dari

1
APBDesa. 2) biaya operasional sebagaimana yang dimaksud pada ayat

(1) digunakan untuk dukungan pelaksanaan fungsi dan tugas BPD antara

lain sarana dan prasarana kerja.

b) Sumber daya manusia yang merupakan faktor pendukung dalam

merancang program yang akan dilaksanakan yaitu kecukupan baik

kualitas maupun kuantitas implementor

Menurut Wakil Ketua BPD Sarageni Bapak Dani juga menyatakan bahwa

jujur saja untuk anggaran belum memadai bahkan belum terlalu intens dalam

membicarakan gimana sesuai dengan porsi anggarannya, apalagi untuk

pembentukan peraturan desa. Sedangkan terkait dengan sumber daya manusia

yang di BPD sendiri sangat kurang dalam kualitas maupun kapasitas sebagai

legislator87

4. Disposisi

Disposisi juga merupakan salah satu kendala dalam anggota BPD

Tridayasakti dalam pembentukan Peraturan Desa yaitu komitmen yang rendah

dalam BPD itu sendiri sehingga tidak bisa bertahan lama dalam menjalankan

program-program ketika ada hambatan yang ditemui. Program atau kepentingan

desa misalnya membicarakan porsi-porsi anggaran lebih intens, aspirasi

masyarakat dan termasuk merumuskan peraturan desa lainnya. Dalam persoalan

ini Penulis melihat faktor kendala yang memungkinkan terjadinya yaitu

kurangnya komitmen dan tanggungjawab yang membuat anggota BPD


87
Hasil wawancara dengan Bapak Dani selaku Wakil Ketua BPD Desa Sarageni Kabupaten
Lebak, Rabu 15 Desember 2021.

1
inkonsisten dalam melaksanakan proses pembentukan peraturan desa maupun

menjalankan fungsi lainnya.

5. Struktur Birokrasi

Struktur birokrasi juga menjadi salah satu yang menjadi kendala BPD

Sarageni dalam implementasi kebijakan yaitu proses mekanismenya tidak ada

yang dicantumkan dalam kerangka kerja program BPD. Hal ini juga terjadi karena

tingkat pemahaman dan wawasan BPD yang masih minim sehingga semua tidak

tersusun secara sistematis, padahal ini merupakan acuan setiap anggota BPD

dalam melaksanakan program-program BPD. Sedangkan terkait dengan struktur

pelaksana tidak memberikan memberikan jaminan atas terlaksananya program

dalam hal ini peran BPD Sarageni dalam pembentukan peraturan desa baik dalam

merumuskan dan merancang peraturan desa serta lemahnya sumber daya manusia

aparatur Pemerintahan Desa yang menguasai peraturan perundang-undangan dan

teknik legal drafting.

Bukan hanya persoalan sumber daya manusia yang kurang kompeten,

Peneliti melihat bahwa lembaga atau badan dari penyelenggaraan pemerintah desa

tidak memiliki acuan dalam menjalankan program maupun teknis kerjanya

sehingga peraturan desa yang diciptakan oleh Badan Permusyawaratan Desa di

desa Sarageni tidak mencerminkan kebutuhan masyarakat dan kurang optimalnya

peran BPD dalam penyelenggaraan pemerintahan desa. Berdasarkan pasal 33 ayat

(h) Peraturan Bupati No. 10 Tahun 2017 bahwa wewenang BPD adalah menyusun

tata tertib BPD, faktanya yang Peneliti dapat dari wawancara menyatakan bahwa

1
Badan Permusyawaratan Desa di desa Sarageni tidak memiliki acuan dalam

melaksanakan kewajiban-kewajibannya sebagai mitra Kepala Desa.

DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abdul Aziz Hakim, Negara Hukum dan Demokrasi Di Indonesia, Yogyakarta:
Pustaka Pelajar, 2011.

1
Abdulkadir Muhammad, Hukum dan Penelitian Hukum, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 2004.

Aminuddin Ilmar, Hukum Tata Pemerintahan, Kencana, Jakarta, 2014.

Asep Saepudin, “kewenangan pemerintah kota serang dala pengelolaan informasi


Publik berdasarkanPrinsip-prinsip Good Governance menurut
UndangUndang No. 14 tahun 2008 Tentang Keterbukaan Informasi Publik”,
Serang, Sultan Ageng Tirtayasa, 2018.

Azumardi Azra, Demokrasi, Hak Asasi Manusia, dan Masyarakat Madani,


Prenada Media, Jakarta, 2005.

Bintarto, Geografi Desa: Suatu Pengantar, Cetakan Spring, Yogyakarta ,1977.

Eka N.A.M. Sihombing, Hukum Pemerintahan Daerah, Setara Press,

Malang,2020.
Elizabeth B. Hurlock, Psikologi Perkembangan, Erlangga, Jakarta ,2010.

Encik Muhammad Fauzan, Hukum Tata Negara Indonesia, Setara Press, Malang,
2017.

Georg Sorensen, Demokrasi dan Demokratisasi (Proses dan Prospek dalam


Sebuah Dunia yang sedang Berubah), Pustaka Belajar, Yogyakarta, 2003.

Hans Kelse, Teori Umum Tentang Hukum Dan Negara.Penerbit Nusa Media dan
Nuansa.Bandung, 2006.

I Gusti Ngurah Wairocana, 2008, “Implementasi Good Governance Dalam


Legislasi Daerah” ,Fakultas Hukum Universitas Udayana, 2008.

Jimly Asshddiqie, Menuju Negara Hukum Yang Demokratis. PT Bhuana Ilmu


Populer, Jakarta, 2009.

Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara dan


Kebijakan Pelayanan Publik, Nuansa, Bandung, 2010

Lexy J.Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, Tarsoto, Bandung, 1995.

Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah, Setara Press,


Malang, 2012.

Majelis Permusyawaratan Rakyat RI. Naskah Akademik Undang-Undang Dasar


Negara Republik Indonesia 1945 Usulan Komisi Konstitusi. Jakarta:
Sekretariat Jenderal MPR RI, 2004.

1
Moch Nazir, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta, 2008.
Munir Fuady, Konsep Negara Demokrasi, Revita aditama, Bandung, 2010.

M. Jeffri Arlinandes Chandra, J.T. Pareke, Kewenangan Bank Indonesia


dalamPengaturan dan Pengawasan Perbankan di Indonesia Setelah
Terbitnya Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 Tentang OJK, CV.
Zigie Utama, Bengkulu, 2018.

Nandang Alamsah Deliarnoor, (et al), Teori dan Praktek Kewenangan


Pemerintahan, Unpad Press, Bandung, 2017

Nur Basuki Winanmo, Penyalahgunaan wewenang dan tindak pidana korupsi,


laksbang mediatama, Yogyakarta, 2008.

Nurmayani, Hukum Administrasi Daerah, Universitas Lampung


Bandarlampung, 2009.

Nuryanto, Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia, Jakarta: Mitrs


Wacana Media 2001.

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum (edisi revisi). Cetakan ke-12.


Kencana, Surabaya, 2005.

Philipus M. Hadjon, Tentang Wewenang Pemerintahan (Besturebevoegheid),


Pro Justitia Tahun XIV 1 Januari 1998.

Philipus M. Haddjon, “Keterbukaan Pemerintahan Dalam Mewujudkan


Pemerintahan Yang Demokratis”, Ubhara Surya , 1997.

Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta,


1981.

Reber S.A dan Reber S.E, Kamus Psikologi ,Pustaka Belajar, Yogyakarta , 2010.

Rianto Adi, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Granit, Jakarta, 2000.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, UII Press, Yogyakarta, 2003.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta 2013.

Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta,


2013.

Sadu Wasistiono Dan M. Irwan Thahir, Prospek Pembangunan Desa, Fokus


Media, Bandung , 2007.

1
Slameto. Belajar dan Faktor-faktor yang mempengaruhinya , Rineka Cipta,
Jakarta, 2003.
Ridwan HR, Hukum Administrasi Negara, Rajawali Pers, Jakarta 2013.

Soehino. Ilmu Negara. Yogyakarta Liberty, Yogyakarta, 2005

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Metode Penelitian Hukum Normatif


suatu Tinjauan Singkat, Rajawali Pers, Jakarta, 1995.

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif, Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 2007.
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum,Cetakan Ke-18, UII Press,
Jakarta, 2018.

Soetardjo Kartohadikoesoemo, Desa, Pn Balai Pustaka, Cetakan Pertama


Jakarta, 1984.

Sugiyono , metode penelitian kualitatif dan R & D,alfabeta, Bandung, 2007.

Sugiyono, Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung, 2013.

Sugiyono, Metode Penelitian, Alfabeta, Bandung, 2012

Suharismi Arikunto, Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan, Bumi Aksara, Jakarta,


2013.

Suryosubroto,Manajemen Pendidikan Sekolah,PN Rineka Cipta, Jakarta, 2003.

Syarifah devi isnaini assegaf, “Pelaksanaan Fungsi Badan Permusyawaratan

Desa di Desa gentung Kab.Pangkep ”, Universitas Hasanuddin Makassar,

2017.

Widjaja. HAW, Otonomi Desa Merupakan Otonomi yang Asli, Bulat dan Utuh.
Cetakan VI, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2012.

Jurnal
Ali Marwan Hsb dan Evlyn Martha Julianthy, “Pelaksanaan Kewenangan
Atribusi Pemerintahan Daerah Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23
Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah”, Jurnal Legislasi Indonesia,
Volume. 15, Nomor. 2, Kantor Hukum dan HAM Sumatera Utara 2018.

Ferdi S. Gani, Tahapan Partisipasi Masyarakat Dalam Program Pembangunan

1
Infrastruktur Perdesaan (PPIP) Di Desa Dungaliyo Kecamatan Dungaliyo
Kabupaten Gorontalo, Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Publik, Volume. 5,
Nomor. 1, Universitas Gorontalo, 2019.

Fikri, M. S., & Adytyas, N. O. Politik Identitas dan dan penguatan Demokrasi
Lokal (Kekuatan Wong kito dalam demokrasi lokal),Jurnal Kebudayaan
dan Sastra Islam Volume. 18, Nomor.2, 2018.

Jefri S. Pakaya, “Pemberian Kewenangan Pada Desa Dalam Konteks Otonomi


Daerah” Jurnal Legislasi Indonesia, Volume. 13, Nomor. 1, Gorontalo
Indonesia, 2016.

Jemmy Jefry Pietersz, “Prinsip Good Governance Dalam Penyalahgunaan


Wewenang”, SASI, Fakultas Hukum Universitas Pattimura, Volume. 23,
Nomor. 2, 2017.

Karlos Mangoto, “Fungsi Badan Permusyawaratan Desa( BPD )dalam


Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintahan di Lesah Kecamatan
Tagulandang Kabupaten Kepulauan Sitaro” , Jurnal Ilmu Poltik, Volume.
3, Nomor. 1, Universitas Sam Ratulangi, 2016.

1
Panca Setyo Prihatin. “ Penguatan Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam
Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat Desa” Jurnal Kajian
Pemerintahan Politik dan Birokrasi. Volume 2 Nomor. 2, Universitas Islam
Riau, 2016.

Rahman, M.. Demokrasi Dalam Filsafat Pendidikan Barat Dan Islam (Kajian
Tentang Nilai-Nilai Demokrasi Dan Implementasinya Dalam Konteks
Pendidikan Indonesia). Jurnal Cendekia, Volume.3, Nomor.2, 2018.

R. Agus Abikusna, “Kewenangan Pemerintah Daerah dalam Perspektif


Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 Tentang Pemerintahan Daerah”,
Sosfilkom, Volume. XIII, Nomor. 1, 2019.

St Ainun dan Nur Linah, Analisis Peran Badan Permusyawaratan Desa (BPD)
Dalam Penyelenggaraan Pemerintahan Di Desa Pao Kecamatan
Tombolopao Kabupaten Gowa, Jurnal Ilmu Pemerintahan, Volume. 12,
Nomor. 2, Universitas Hasanuddin, 2019.

Yuli Anggraini,’’Analisis Fungsi Badan Permusyawaratan Desa Dalam


Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat di Desa Pulau
Kumpai Kecamatan Pangean Kabupaten Singingi”, Jurnal Juhan Perak,
Volume .1, Nomor. 2, Universitas Kuantan Singingi, 2020.

Yusrina Handayani, Peran BPD (Badan Permusyawaratan Desa) Dalam


Menampung dan Menyalurkan Aspirasi Masyarakat pada Proses
Pembangunan, Jurnal Ilmiah Indonesia, Volume. 6, Nomor. 1,
Universitas Selamat Sri Kendal Jawa Tengah, 2021.

Yusri Munaf, “Diskresi Sebagai Kebebasan Bertindak Pemerintah (Tinjauan


Konseptual dan Empris)”, Jurnal Kajian Pemerintahan, Universitas Riau,
Volume. 6, Nomor. 1, 2018.

Zaini, Z. D. Perspektif Hukum Sebagai Landasan Pembangunan Ekonomi Di


Indonesia (Sebuah Pendekatan Filsafat). Jurnal Hukum, Volume. 28,
Nomor.2, 2019.

Perturan Perundang-Undangan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Undang-Undang Nomor 6 tahun 2014 tentang Desa.

1
Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 110 Tahun 2016 Tentang Badan
Permusyawaratan Desa

Peraturan Bupati Lebak Nomor 10 Tahun 2017 tentang Badan Permusyawaratan


Desa

Internet
https://lebakkab.bps.go.id/, diakses pada Kamis 18 Agustus 2022

1
1
1
`

Anda mungkin juga menyukai