Makalah
Disusun oleh:
Dian Ayunda
2203201010032
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Hendra Karianga, Partisipasi Masyarakat dalam Pengelolaan Keuangan Daerah
(Perspektif Hukum dan Demokrasi), P.T. Alumni, Cetakan ke-1, Bandung, 2011, hlm. 1.
2
Lukman Hakim, Filosofi Kewenangan Organ Lembaga Daerah, Setara Press, Malang,
2012, hlm. 33.
1
pemerintah pusat dan pemerintah daerah memiliki sumber pendapatannya
masing-masing. Sehingga Pemerintah Daerah memiliki kepastian
mendapatkan pendapatan yang berbeda dan tidak semata-mata bergantung
dengan sumbersumber keuangan dari Pemerintah Pusat yang dapat
menghilangkan eksistensi pemerintah daerah otonom.3 Dalam sistem
pemerintahan daerah yang berperan bukan hanya Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah dan eksekutif tetapi juga rakyat sebagai subsistemnya. Tanpa rakyat,
tidak ada arti Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, Gubernur, Bupati dan
Walikota sebagai eksekutif didaerah.4
3
Faisal Akbar Nasution, “Kebijakan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan
Daerah Pasca Reformasi”, Jurnal Hukum No. 3 Vol. 18 Juli 2011, hlm. 383.
4
Solly Lubis, Hukum Tata Negara, CV. Mandar Maju, Bandung, 2008, hlm. 104.
2
Indonesia dan dibantu oleh wakil presiden yang memegang roda kekuasaan
pemerintahan negara sesuai yang dimaksud dalam Pasal 4 Ayat (1) UUD
1945. Pemerintahan daerah adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan
oleh pemerintah daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD)
menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-
luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia.
5
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Cetakan
ke-6, Jakarta, 2016, hlm. 54-55.
3
DPRA juga memiliki fungsi pengawasan terhadap pelaksanaan peraturan
daerah dan kinerja pemerintah Aceh. DPRA juga memiliki peran dalam
proses penganggaran dan pengawasan belanja negara di Aceh.
6
Suwondo Anwar, W. S. Analisis Kinerja Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (Dprd)(Studi
Kinerja Dprd Kabupaten Tulang Bawang Periodetahun 2009-2014). Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu
Politik, 2016.
4
Dana aspirasi anggota DPRA merupakan salah satu bentuk pengawasan
terhadap penganggaran dan belanja negara (control of budgeting) dan
pelaksanaan peraturan daerah. Dana aspirasi anggota DPRA merupakan
sumber pendanaan yang digunakan oleh anggota DPRA untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat di wilayahnya. Dana ini juga memiliki fungsi
pengawasan terhadap penganggaran dan belanja negara. Dengan adanya dana
aspirasi, anggota DPRA dapat memantau dan mengawasi penggunaan
anggaran serta pelaksanaan peraturan daerah di Aceh. Namun, beberapa
kasus dugaan korupsi di Aceh diduga kuat ada kaitannya dengan dana aspirasi
DPRA. Meskipun dana aspirasi memiliki tujuan yang baik dalam mendukung
pembangunan dan kebutuhan masyarakat, beberapa kasus dugaan korupsi
telah terjadi di Aceh yang diduga melibatkan dana aspirasi DPRA.
Salah satu kasus yang terjadi pada tahun 2021 yaitu dugaan korupsi
beasiswa di Aceh diduga dari dana aspirasi. Program beasiswa tersebut
merupakan aspirasi DPRA yang bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Aceh (APBA) Tahun 2017. Nilai kerugian keuangan negara
mencapai lebih dari Rp 10 miliar, mencapai 46,50 persen dari total anggaran
Rp 21,7 miliar.7 Kasus-kasus ini menunjukkan adanya potensi
penyelewengan dana aspirasi dan kurangnya pengawasan yang efektif
terhadap penggunaan dana tersebut.
7
Kompas.id, https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/06/27/dugaan-korupsi-
beasiswa-dpr-aceh-negara-rugi-rp-10-miliar? diakses pada tanggal 3 Okteber 2023.
5
Pengawasan yang dilakukan bertujuan mengoptimalkan pembangunan
secara merata dengan memperhatikan keseimbangan kemajuan pembangunan
antar Kabupaten/Kota, namun tidak melemahkan kemandirian otonomi
sehingga menghambat percepatan pembangunan daerah. Akan tetapi dalam
rangka mengoptimalkan penggunaan yang efektif. Kajian ini hanya
difokuskan kepada perimbangan Dana Otonomi Khusus Aceh antara Provinsi
dan Kabupaten/Kota. Tujuan yang ingin dicapai melalui kajian ini adalah
untuk mengetahui tata cara pengalokasian Dana Otonomi Khusus Aceh serta
pengawasannya yang diatur didalam peraturan perundang-undangan.
B. Perumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
6
D. Metode Pendekatan
1. Pendekatan Penelitian
8
Soerjono Soekanto, Sri Mamuji, Penelitian Hukum Normatif suatu Tinjauan Singkat, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 1995, hlm.2.
9
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,
Alfabeta, Bandung, 2010, hlm.2.
10
I Made Wirartha, Penelitian Kualitatif, Alfabeta, Bandung, 2006, hlm. 66.
7
perbandingan hukum dan sejarah hukum.11 Menurut Soerjono Soekanto
pendekatan yuridis normatif yaitu suatu penelitian hukum yang
dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder
sebagai dasar untuk diteliti dengan cara mengadakan penelusuran
terhadap peraturan-peraturan dan literatur-literatur yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti.12
11
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu Tinjauan
Singkat, Ed.1, Cet-15, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm 13-14.
12
Soerjono Soekanto, Ibid.
13
Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum Edisi Revisi, Kharisma Putra Utama,
Bandung, 2015, hlm. 133
14
Ibid., hlm.135.
8
c. Pendekatan kasus (case approach) dilakukan dengan cara
melakukan telaah terhadap kasus-kasus yang berkaitan dengan
isu yang dihadapi yang telah menjadi putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap.15
15
Ibid., hlm.134.
16
Sugiyono, Op.Cit, hlm.9.
17
H. Salim HS dan Erlies Septiana Nurbani, Penerapan Teori Hukum pada Penelitian Tesis
dan Disertasi, ed-1,Cet-2, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2013, hlm. 15-16.
9
melawan hukum yang dilakukan oleh PPAT dalam penerbitan
akta jual beli.
3. Analisis data
18
Soerjono Soekanto, Op. Cit, hlm 250.
10
E. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran singkat tentang isi tesis ini, maka akan diuraikan
mengenai sistematika pembahasannya. Penulisan tesis ini dibagi ke dalam 5
(lima) bab yaitu:
11
BAB II
LANDASAN TEORITIS
A. Teori Pengawasan
Pengawasan adalah suatu bentuk pola pikir dan pola tindakan untuk
memberikan pemahaman dan kesadaran kepada seseorang atau beberapa
orang yang diberikan tugas untuk dilaksanakan dengan menggunakan
berbagai sumber daya yang tersedia secara baik dan benar, sehingga tidak
terjadi kesalahan dan penyimpangan yang sesunagguhnya dapat menciptakan
kerugian oleh lembaga atau organisasi yang bersangkutan.
19
W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, Balai Pustaka, 1984,
hlm. 521.
20
Sujamto, Beberapa Pengertian di Bidang Pengawasan, Jakarta, Ghalia Indonesia, 1983,
hlm .17.
12
and principle estabilished. It has for object to point out weaknesses in error
in order to rectify then and prevent recurrance”.
Dalam konteks yang lebih luas maka arti dan makna pengawasan
lebih bercorak pada pengawasan yang berlaku pada organisasi dan birokrasi.
Jika ditarik dalam makna yang lebih luas dan kompeherensif maka
pengawasan dapat dilihat dari beberapa segi yakni:
21
Sirajun dkk, 2012. Hukum Pelayanan Publik, Malang, Setara Press, hlm. 126.
22
Djadjuli, Didi, "Pelaksanaan Pengawasan Oleh Pimpinan Dalam Meningkatkan Kinerja
Pegawai." Dinamika: Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara 4.4, 2018, hlm. 565-573.
13
Tujuan pengawasan adalah untuk mencegah terjadinya
penyimpangan, pemborosan, penyelewengan, hambatan, kesalahan, dan
kegagalan dalam pencapaian tujuan dan sasaran serta pelaksanaan tugas-
tugas organisasi. Pengawasan dapat dilakukan dengan berbagai teknik,
seperti pengawasan langsung, pengawasan tidak langsung, pengawasan
preventif, dan pengawasan represif.23
23
Muslim, Saiful. "Peran Pengawasan Dalam Meningkatkan Produktivitas Kerja." An-
Nisbah: Jurnal Perbankan Syariah 3.1, 2022, hlm. 83-104.
14
DPRA dapat menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat,
termasuk kepentingan daerah, agar sesuai dengan tuntutan
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Pengawasan dapat membantu meningkatkan kedisiplinan kerja
pegawai. Dalam suatu organisasi, manajemen pengawasan yang baik
pada pegawainya dapat menciptakan lingkungan kerja yang positif
dan produktif.
24
Jatmiko, Bambang. "Pengaruh pengawasan internal, akuntabilitas dan transparansi
terhadap kinerja pemerintah daerah Kabupaten Sleman (Survei pada seluruh satuan kerja perangkat
daerah Kabupaten Sleman)." Jurnal Akuntansi Trisakti 7.2, 2020, hlm. 231-246.
25
Kumalasari, Deti, and Ikhsan Budi Riharjo. "Transparansi dan akuntabilitas pemerintah
desa dalam pengelolaan alokasi dana desa." Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi (JIRA) 5.11, 2016.
15
Aceh dan memastikan bahwa tujuan organisasi dan manajemen
tercapai.
4. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan
dan perumusan kebijakan daerah.26 DPRA dapat menyerap dan
memperjuangkan aspirasi rakyat agar sesuai dengan tuntutan
perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara.
5. Meningkatkan kedisiplinan kerja pegawai. Dalam suatu organisasi,
manajemen pengawasan yang baik pada pegawainya dapat
menciptakan lingkungan kerja yang positif dan produktif. Dalam hal
ini, DPRA dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja pegawai
dan faktor pendukung dan penghambat pegawai. Dengan melakukan
pengawasan yang baik dan berkesinambungan, DPRA dapat
mencegah terjadinya penyimpangan dan meningkatkan efektivitas
dan efisiensi organisasi.
B. Teori Akuntabilitas
26
Efendy, “Pengaruh kompetensi, independensi, dan motivasi terhadap kualitas audit
aparat inspektorat dalam pengawasan keuangan daerah (Studi empiris pada Pemerintah Kota
Gorontalo)” (Doctoral Dissertation, Universitas Diponegoro), 2010.
27
Puspitasari, Yeni, Khofifatus Sakdiyah, and Rika Rossana Marlaeni. "Evaluasi Kinerja
Birokrat Dalam Rangka Meningkatkan Pelayanan Publik Di Desa Tegalgondo Kabupaten
Malang." Kybernan: Jurnal Studi Kepemerintahan 4.2, 2021, hlm 160-174.
16
kepadanya.28 Dalam tugasnya mengaudit laporan keuangan, auditor dituntut
bekerja dengan akuntabilitas yang tinggi dan secara profesional. Hal ini untuk
memenuhi permintaan klien yang menginginkan kinerja yang tinggi.
28
Singgih, Elisha Muliani, and Icuk Rangga Bawono, "Pengaruh Independensi,
Pengalaman, Due Professional Care dan Akuntabilitas Terhadap Kualitas Audit." Simposium
Nasional Akuntansi XIII 2, 2010.
29
Dwi Martani., dkk, Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK, Jakarta: Salemba
Empat, 2014, hlm. 54.
30
Hery, Analisis Laporan Keuangan, Jakarta: Grasindo, 2017, hlm. 3.
31
Budi Setiyono, Pemerintahan Dan Manajemen Sektor Publik, Cet. 1, (Yogyakarta : Caps,
2014), hlm. 181
17
Tujuan audit umum atas laporan keuangan klien oleh auditor
independen adalah untuk menyatakan pendapat mengenai kewajaran, dalam
semua hal yang material, posisi keuangan, hasil operasi, serta arus kas sesuai
dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Auditor
mengumpulkan bahan bukti untuk memverifikasi dan selanjutnya membuat
kesimpulan tentang apakah laporan keuangan klien telah disajikan secara
wajar.32
32
Mathius Tandiontong, Kualitas Audit Dan Pengukurannya, Cet. 1, Bandung, Alfabeta,
2016, hlm. 71.
33
Mardiasmo, Akuntansi Sektor Publik, Cet. 1, Yogyakarta, Andi Offset, 2004, hlm. 20.
34
Sawir, Muhammad. Konsep Akuntabilitas Publik." Papua Review: Jurnal Ilmu
Administrasi dan Ilmu Pemerintahan 1.1, 2017, hlm. 10-18.
18
dipertanggungjawabkan. Tujuan dari teori akuntabilitas adalah untuk
memastikan bahwa setiap kegiatan dan hasil akhir kegiatan penyelenggaraan
pemerintah harus dipertanggungjawabkan kepada masyarakat sesuai dengan
ketentuan perundang-undangan.
35
Styawan, Suci. "Penanganan pengaduan (complaint handling) dalam pelayanan publik
(studi tentang transparansi, responsivitas, dan akuntabilitas dalam penanganan pengaduan di kantor
pertanahan kota surabaya ii)." Jurnal Kebijakan dan Manajemen Publik 4.4 (2012).
19
1. Transparansi
2. Pertanggungjawaban
3. Partisipasi Publik
4. Mekanisme Pengawasan
20
perundang-undangan. DPRA dapat melakukan pengawasan terhadap
pelaksanaan peraturan daerah dan peraturan perundang-undangan lainnya,
APBD, kebijakan pemerintah daerah dalam melaksanakan program
pembangunan daerah, dan kerjasama internasional di daerah. DPRA juga
dapat melakukan pengawasan terhadap kinerja pemerintah Aceh dan
memastikan bahwa tujuan organisasi dan manajemen tercapai. Dengan
menerapkan teori akuntabilitas dengan baik, DPRA dapat meningkatkan
efektivitas dan efisiensi organisasi serta memperbaiki kinerja
penyelenggaraan pemerintah di Aceh.
21
BAB III
PEMBAHASAN
36
John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Indonesia Inggris: An Indone
37
Tim Redaksi, Kamus Bahasa Indonesia, Jakarta: Pusat Bahasa, 2008, hlm. 49.
22
kepentingan konstituennya, sebagai imbalan/balas jasa atas dukungan politik
dalam kampanye dan pemungutan suara pada saat pemilihan umum (general
election). Sementara constituency development fund ialah sejenis
desentralisasi anggaran dari pusat ke daerah yang berbasis konstituen. Jadi
pada prinsipnya, dana aspirasi ini adalah pendekatan berdasarkan daerah
pemilihan.38
38
Edward Aspinall & Ward Berenchot, Democracy for Sale: Pemilihan Umum,
Klientelism, dan Negara di Indonesia, (Terj: Edisius Riyadi), Jakarta: Yayasan Pustaka Obor
Indonesia, 2019, hlm. 240
23
berkembang bukan hanya untuk percepatan pembangunan di daerah, tetapi
juga dengan alasan yang lain yang sifatnya lebih praktis.39
2. mengajukan pertanyaan;
5. membela diri;
6. imunitas;
39
Jaya Suprana, Bercak-Bercak Harapan, Edisi Pertama, Jakarta, Elex Media
Komputindo, 2018, hlm. 13-16
24
7. protokoler;
9. pengawasan;
40
Ibid , Jaya Suprana,
41
Oktavianus Pasoloran, “Narsisism Dana Aspirasi Masyarakat pada Penganggaran
Daerah Kajian Etno-Semiotika Berbasis Filsafat Bartesian”, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi
XIX, Lampung”, 2016, hlm. 14
25
2. Dana aspirasi masyarakat kemudian diekspresikan sebagai dana
titipan yang berkonotasi sebagai dana yang dimiliki atau
dikendalikan oleh penitip.
26
dan membangun daerah konstituennya. Secara khusus, pengaturan lebih
lanjut menyangkut hak anggota legislatif Dewan Perwakilan Rakyat (DPR)
dalam mengajukan dana aspirasi ditetapkan berdasarkan Peraturan Dewan
Perwakilan Rakyat (DPR).
27
pemerintahan Jokowi JK, alasan pentingnya dana aspirasi ini dikemukakan
oleh Lukman Edy paling tidak ada 25 (dua puluh lima) alasan, yaitu :42
42
Rahman Mulyawan, Sistem Pemerintahan di Indonesia, Cet. 1, (Bandung: UNPAD
Press, 2015), hlm. 46.
28
16. Untuk menunjang azas keadilan antar komisi di Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR).
29
Dalam Pasal 3 Peraturan Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) Nomor
4 Tahun 2015 menjelaskan bahwa .
30
3. Latar belakang atau dasar pertimbangan usulan program
43
Fikri, Putra Nur. Pengunaan Dana Aspirasi Dewan Perwakilan Rakyat (Studi Putusan
Mahkamah Konstitusi Nomor 106/PUU-XIII/2015). BS thesis. Fakultas Syariah dan Hukum
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
31
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2014, Peraturan Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) sebagai satu aturan turunan dari undang-undang tersebut.
Adapun alur pendistribusian dana aspirasi DPRA ialah untuk kepentingan
pemenuhan fasilitas umum atau sarana dan prasarana desa, dan
pemberdayaan masyarakat misalnya pemberdayaan ekonomi.
32
Tujuan dari usulan pemberian dana aspirasi oleh anggota legislatif
adalah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi daerah konstituen,
pemerataan pembangunan dan juga percepatan turunnya dana pembangunan
ke daerah yang selama ini dirasakan masih kurang memuaskan.
33
mencakup informasi pembangunan daerah, informasi keuangan daerah, dan
informasi pemerintah daerah lainnya. Aspirasi masyarakat tersebut kemudian
ditindaklanjuti oleh Badan Perencanaan Pembangunan, Penelitian, dan
Pengembangan Daerah (BAPPEDA) yang akan melakukan pemilahan
kembali ke dinas mana saja yang merupakan kewenangannya. Selain melalui
musrenbang, anggota dewan juga dapat menampung usulan program
masyarakat melalui kunjungan kerja yang disebut dengan reses. Reses adalah
kegiatan anggota dewan yang bekerja diluar gedung Dewan Perwakilan
Rakyat (DPR) untuk menjumpai masyarakat di daerah pemilihannya (dapil)
masing-masing dalam rangka menjaring, menampung aspirasi serta
melaksanakan fungsi pengawasan.
34
tertunda akibat refocusing bisa dilanjutkan kembali untuk mencapai
kemajuan Aceh Barat
35
kepentingan publik. DPRA juga bertugas memeriksa dan mengevaluasi
pelaksanaan anggaran, termasuk penggunaan dana aspirasi, untuk
memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan efektivitas penggunaannya.
36
dapat mencegah penyelewengan, meningkatkan penggunaan dana secara
efisien, serta memastikan kepatuhan terhadap peraturan dan kepentingan
publik dalam pengelolaan keuangan daerah.
37
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
38
laporan keuangan dan meminta penjelasan terkait pengelolaan
keuangan untuk memastikan kepatuhan dan mendeteksi potensi
penyimpangan.Mengawasi penggunaan dana aspirasi agar sesuai
peraturan dan untuk kepentingan masyarakat, serta mencegah
penyalahgunaan untuk kepentingan pribadi.Terlibat dalam
penyusunan dan evaluasi peraturan daerah terkait keuangan daerah
untuk memastikan kepatuhan prinsip keuangan yang baik.
B. Saran
39
5. Pemerintah daerah perlu berkoordinasi dengan DPRD dalam
pelaksanaan program yang bersumber dari dana aspirasi untuk
mendukung tujuan pembangunan daerah.
40
DAFTAR PUSTAKA
A. Buku
Edward Aspinall & Ward Berenchot, Democracy for Sale: Pemilihan Umum,
Klientelism, dan Negara di Indonesia, (Terj: Edisius Riyadi), Jakarta
Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2019.
41
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di Indonesia, Jakarta, Sinar
Grafika, 2016.
Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif Suatu
Tinjauan Singkat, Jakarta Raja Grafindo Persada, 2013.
Solly Lubis, Hukum Tata Negara, Bandung, CV. Mandar Maju, 2008.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Sumber Lain
42
(Survei pada seluruh satuan kerja perangkat daerah Kabupaten
Sleman)." Jurnal Akuntansi Trisakti 7.2 2020.
Kompas.id, https://www.kompas.id/baca/nusantara/2021/06/27/dugaan-
korupsi-beasiswa-dpr-aceh-negara-rugi-rp-10-miliar? diakses pada
tanggal 3 Okteber 2023
43