8/Okt/2015
PENATAAN DAERAH DALAM MEWUJUDKAN dua nilai dasar, yaitu nilai unitaris dan nilai
EFEKTIVITAS PENYELENGGARAAN desentralisasi teritorial. Nilai dasar unitaris
PEMERINTAHAN DAERAH YANG BERKAITAN diwujudkan dalam pandangan negara Kesatuan
DENGAN PASAL 31 UNDANG-UNDANG Republik Indonesia tidak akan mempunyai
NOMOR 23 TAHUN 20141 kesatuan pemerintah lain di dalamnya yang
Oleh : Arianti Singal2 bersifat negara, Artinya kedaulatan yang
melekat pada rakyat, bangsa dan negara
ABSTRAK Republik Indonesia tidak akan terbagi di antara
Tujuan dilakukanya penelitian ini adalah Untuk kesatuan pemerintahan, sementara itu, nilai
mengetahui bagaimanakah manfaat penataan dasar desentralisasi territorial diwujudkan
daerah sebagai pelaksanaan asas desentralisasi dalam penyelenggaraan pemerintahan di
dan Untuk mengetahui bagaimanakah daerah dalam bentuk otonomi.3
penataan daerah dalam mewujudkan Dari perspektif hubungan struktur
efektivitas penyelenggaraan pemerintahan kelembagaan pemerintahan implikasi politik
daerah sesuai dengan Pasal 31 Undang-Undang dari kewenangan urusan pemerintahan adalah
Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 adanya divergensi atau pembagian urusan yang
tentang Pemerintahan Daerah. Metode yang kemudian urusan yang dibagi ini menjadi
digunakan dalam penyusunan Skripsi ini, yaitu kewenangan dari setiap struktur pemerintahan.
metode penelitian hukum normatif Prosedur Filosofi yang mendasari diperlukan adanya
identifikasi dan inventarisasi bahan hukum yang pembagian atau pemencaran urusan
mencakup bahan hukum primer, yaitu pemerintahan adalah karena wilayah negara
peraturan perundang-undangan mengenai terlalu luas untuk diurus oleh pemerintah pusat
pemerintahan daerah. Bahan hukum sekunder, saja, oleh karena itu diperlukan desentralisasi
yaitu literatur dan karya ilmiah hukum yang dengan pembentukan daerah otonom dan
membahas materi berkaitan dengan penulisan pembagian urusan. Di samping itu dengan
Skripsi ini. Bahan hukum tersier, terdiri dari; pembagian kerja antarberbagai susunan
kamus hukum. Bahan-bahan hukum yang telah pemerintahan dapat menciptakan sinergi
dikumpulkan, dianalisis secara kualitatif. antarlembaga, efisiensi dan efektivitas
Kata Kunci : Penataan, Pemerintahan Daerah. pelayanan serta partisipasi masyarakat,
sehingga ketentraman, ketertiban dan
PENDAHULUAN kesejahteraan dapat tercapai.4
A. LATAR BELAKANG Eksistensi pemerintah daerah sebagai bagian
Undang-Undang Dasar Negara Republik dari pemerintahan nasional dalam konteks
Indonesia Tahun 1945, Pasal 18 ayat (2) dan kesejahteraan masyarakat adalah sangat
ayat (5) menyatakan bahwa Pemerintahan penting. Sebagaimana termaksud dalam Pasal
Daerah berwenang untuk mengatur dan 18 (a) UUD 1945 yang memberikan makna
mengurus sendiri Urusan Pemerintahan bahwa pemerintah pusat, provinsi dan
menurut Asas Otonomi dan Tugas Pembantuan kabupaten/kota berkewajiban dan mempunyai
dan diberikan otonomi yang seluas-luasnya. kewenangan untuk menciptakan ketentraman
Negara Republik Indonesia sebagai negara dan ketertiban serta kesejahteraan masyarakat.
kesatuan menganut asas desentralisasi dalam Dalam kerangka ini ketiga struktur
penyelenggaraan pemerintahan di daerah pemerintahan tersebut wajib bersinergi untuk
dengan memberikan kesempatan dan mencapai efektivitas dan efisiensi tujuan
keleluasaan kepada daerah untuk pemerintahan.5 Dari urgensi pemerintahan
menyelenggarakan otonomi. Pelaksanaan daerah tersebut di atas dapat disimpulkan
desentralisasi yang menghasilkan otonomi
3
tersebut dijalankan dan dikembangkan dalam Hari Sabarno, (Untaian Pemikiran Otonomi Daerah)
Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa,
Edisi 1. Cetakan Kedua, Sinar Grafika. Jakarta, 2008, hal. 3.
1 4
Artikel skripsi. Pembimbing skripsi: Toar N. Palilingan, J. Kaloh, Mencari Bentuk Otonomi Daerah, Suatu Solusi
SH.,MH; Dr. Donna Okthalia Setiabudi. SH, MH Dalam Menjawab Kebutuhan Lokal dan Tantangan Global,
2
Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Sam Ratulangi. Cetakan Kedua. PT. Rineka Cipta. Jakarta. 2007. hal. 168.
5
NIM: 120711600. Ibid, hal. 168.
23
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
24
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
25
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
pemerintah wajib memberikan fasilitas-fasilitas yang sering merupakan penjabaran dari asas
yang berupa pemberian peluang kemudahan hukum umum.19
bantuan dan dorongan kepada daerah agar Amanat konstitusi diimplementasikan diatur
dalam melaksanakan otonomi dapat dilakukan oleh peraturan perundang-undangan tentang
secara efisien dan efektif sesuai dengan pemerintahan daerah dan terakhir diatur dalam
peraturan perundang-undangan.13 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang
Asas-asas umum penyelenggaraan negara, Pemerintahan Daerah yang mengatur
antara lain: pemerintahan local yang bersifat otonom (local
1. Asas kepastian hukum; outonomous government) sebagai pencerminan
2. Asas tertib penyelenggaraan negara; dilaksakannya asas desentralisasi di bidang
3. Asas kepentingan umum; pemerintahan.20 Keberadaan pemerintahan
4. Asas keterbukaan; lokal yang bersifat otonom di atas ditandai oleh
5. Asas proporsionalitas; pemberian wewenang yang sekaligus menjadi
6. Asas profesionalitas; kewajiban bagi daerah untuk mengatur dan
7. Asas akuntabilitas; mengurus urusan rumah tangganya sendiri
8. Asas efisiensi; sesuai dengan peraturan perundang-undangan
9. Asas efektivitas.14 yang berlaku. Hak dan kewajiban untuk
Asas-asas penyelenggaraan pemerintahan mengurus urusan rumah tangga sendiri inilah
bagi pemerintah pusat menggunakan:15 yang disebut dengan otonomi.21 Dalam politik
1. Asas desentralisasi; desentralisasi terkandung juga masalah
2. Asas tugas pembantuan; pengaturan sumber-sumber pembiayaan bagi
3. Asas dekosentrasi. daerah otonom (keuangan daerah). Oleh sebab
Asas-asas penyelenggaraan pemerintah itu sumber-sumber keuangan bagi daerah-
bagi pemerintahan daerah meggunakan: daerah otonom dipandang essensial untuk
1. Asas otonomi; mengembangkan potensi daerah yang
2. Asas tugas pembantuan.16 bersangkutan. Perhatian yang mendasar
Asas hukum umum: norma dasar yang terhadap keuangan daerah juga dibebani
dijabarkan dari hukum positif dan yang oleh kewajiban untuk melaksanakan berbagai
ilmu hukum tidak dianggap berasal dari aturan- kepentingan pemerintah pusat yang terdapat di
aturan yang lebih umum.17 Asas Hukum daerah-daerah.22
menurut P. Scholten, yaitu: Kecenderungan- Secara esensial sebenarnya dalam
kecenderungan yang disyaratkan oleh penyelenggaraan desentralisasi terdapat dua
pandangan kesusilaan kita pada hukum dan elemen penting yang saling berkaitan, yaitu
merupakan sifat-sifat umum dengan pembentukan daerah otonom dan penyerahan
keterbatasannya sebagai pembawaan yang kekuasaan secara hukum dari pemerintah pusat
umum itu, tetapi harus ada.18 Asas hukum ke pemerintah daerah untuk mengatur dan
khusus: asas hukum yang berfungsi dalam menangani urusan pemerintah tertentu yang
bidang yang lebih sempit seperti dalam bidang diserahkan. Peraturan perundang-undangan,
hukum perdata, hukum pidana dan sebagainya khususnya Undang-Undang Nomor 32 Tahun
2004 tentang Pemerintahan Daerah yang
merupakan perubahan Undang-Undang Nomor
22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah,
13
telah secara limitatif menentukan urusan
Bambang Trisantono Soemantri, Pedoman
pemerintahan yang tidak diserahkan kepada
Penyelenggaraan Pemerintah Desa (Suatu Pengantar
Tugas Bagi Penyelenggara Pemerintahan Desa Secara pemerintah pusat. Hal ini menunjukkan adanya
Normatfi dan Komprehensif), Fokusmedia, Bandung. 2011, penyerahan kekuasaan yang dilandasi hukum.23
hal. hal. 9.
14
Ibid, hal. 135.
15 19
Ibid. Ibid, hal. 32.
16 20
Ibid, hal. 136. Faisal Akbar Nasution, Op.Cit, hal. 2.
17 21
Anonim, Kamus Hukum, Penerbit Citra Umbara, Ibid, hal. 2.
22
Bandung, 2008, hal. 33. Ibid, hal. 2.
18 23
Ibid, hal. 32. Hari Sabarno, 2008, Op.Cit, hal. 3-4.
26
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
24 27
Ibid, hal. 4. Hari Sabarno, (Untaian Pemikiran Otonomi Daerah)
25
H. Inu. Kencana, Syafiie, Pengantar Ilmu Pemerintahan, Memandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa,
2011.Op.Cit, hal. 38. Edisi 1. Cetakan Kedua, Sinar Grafika. Jakarta, 2008, hal. 3.
26 28
H. Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, H. Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia,
2011. Op.Cit, hal. 8. 2011, Op.Cit, hal. 65.
27
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
wilayah, kependudukan, dan pertimbangan dari ratio legis bagi dibentuknya suatu norma
aspek sosial politik, sosial budaya, pertahanan hukum. Demikian pula sebaliknya norma
dan keamanan, serta pertimbangan dan syarat hukum itu harus dapat dikembalikan kepada
lain yang memungkinkan Daerah itu dapat asas hukumnya. Jangan sampai lahir norma
menyelenggarakan dan mewujudkan tujuan hukum yang bertentangan dengan asas
dibentuknya Daerah. Pembentukan Daerah hukumnya sendiri. Norma hukum tidak lain
didahului dengan masa persiapan selama 3 adalah perwujudan dari asas hukumnya.31
(tiga) tahun dengan tujuan untuk penyiapan Pengertian daerah otonom adalah kesatuan
Daerah tersebut menjadi Daerah. Apabila masyarakat hukum yang mempunyai batas-
setelah tiga tahun hasil evaluasi menunjukkan batas wilayah yang berwenang mengatur dan
Daerah Persiapan tersebut tidak memenuhi mengurus urusan pemerintahan dan
syarat untuk menjadi Daerah, statusnya kepentingan masyarakat setempat menurut
dikembalikan ke Daerah induknya. Apabila prakarsa sendiri, berdasarkan aspirasi
32
Daerah Persiapan setelah melalui masa masyarakat dalam sistem NKRI.
pembinaan selama tiga tahun memenuhi syarat Pelayanan dalam pemerintahan adalah sama
untuk menjadi Daerah, maka Daerah Persiapan apa yang diinginkan oleh rakyat dengan apa
tersebut dibentuk melalui undang-undang yang diberikan oleh pemerintah, jadi kalau
menjadi Daerah.29 rakyat menginginkan pelayanan itu dengan
Desentralisasi pemerintahan yang biaya murah dengan waktu pengerjaan cepat
pelaksanaannya diwujudkan dengan pemberian dan dengan mutu yang bagus, maka
otonomi kepada daerah-daerah ini bertujuan pemerintah tidak seharusnya mengeluarkan
untuk memungkinkan daerah-daerah ini berbagai surat izin seperti SIM, KTP, IMB. Akta
bertujuan untuk memungkinkan daerah-daerah Kelahiran dengan biaya mahal, pengerjaan yang
tersebut meningkatkan daya guna dan hasil tidak pernah selesai dan mutu yang buruk.
guna penyelenggaraan pemerintahan dalam Tetapi sudah barang tentu tidak seluruh
rangka pelayanan terhadap masyarakat dan permintaan masyarakat harus dilayani seperti
pelaksanaan pembangunan. Dengan demikian keinginan untuk hidup bebas, pernikahan
daerah perlu diberi wewenang untuk sejenis, prostitusi, perjudian dan lain-lain
melaksanakan berbagai urusan pemerintahan dekadensi moral, karena akan menimbulkan
sebagai urusan rumah tangganya, serta yang namanya fasiq. Jadi pelayanan hanya
sekaligus memiliki pendapatan daerah seperti boleh ditujukan kepada masyarakat yang baik
pajak-pajak daerah, retribusi daerah dan lain- dan benar agar positif akhirnya misalnya
lain pemberian.30 pemerintah membuat departemen sosial untuk
Pasal 1 angka 7. Asas Otonomi adalah melayani anak yatim piatu, orang tua jompo
prinsip dasar penyelenggaraan Pemerintahan dan para gelandangan yang tidak memiliki
Daerah berdasarkan Otonomi Daerah. Untuk rumah (tuna wisma).33
mempelajari norma hukum, harus mengetahui Pengelolaan keuangan daerah menjadi
asas-asas hukumnya. Dengan perkataan lain, instrumen yang sangat penting dalam
norma hukum itu lahir tidak dengan sendirinya. penyelenggaraan otonomi daerah, utamanya
Ia lahir dilatarbelakangi oleh dasar-dasar filosofi dalam rangka melihat kinerja pengelolaannya
tertentu. Itulah yang dinamakan dengan asas dikaitkan dengan peningkatan kesejahteraan
hukum. Semakin tinggi tingkatannya, asas
hukum ini semakin abstrak dan umum sifatnya 31
Usman, Aspek-Aspek Hukum Perbankan di Indonesia.
serta mempunyai jangkauan kerja yang lebih
Penerbit Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2001. hal. 12.
luas untuk menaungi norma hukumnya. Dengan 32
Siswanto Sunarno, Hukum Pemerintahan Daerah di
demikian asas hukum itu merupakan dasar atau Indonesia, Cetakan Ketiga. Sinar Grafika. Jakarta. 2009,
hal. 6.
33
Inu Kencana Syafiie, Etika Pemerintahan: Dari
29
Penjelasan Atas Undang-Undang Negara Republik Keseimbangan Good Governance Dengan Clean
Indonesia Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Government Sampai Pada State of The Art Ilmu
Daerah. I. Umum. Pemerintahan Dalam Mengubah Pemerintah Biadan
30
H. Inu Kencana Syafiie, Sistem Pemerintahan Indonesia, Menjadi Pemerintah Beradab, Edis Revisi PT. Rineka Cipta,
Edisi Revisi. Rineka Cipta. Jakarta. 2011, hal. 57. Jakarta, 2011, hal. 167.
28
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
rakyat sebagi ruh dari otonomi. Kinerja tersebut ketundukkan masyarakat kepada pemerintah,
dapat dilihat dari proses APBD, pelaksanaan peraturan perundang-undangan dan kebijakan
dan penerapannya serta bagaimana yang dibuat oleh pemerintah. Ketaatan,
pertanggungjawaban penggunaannya. kepatuhan dan ketundukan masyarakat, sering
Kedudukan APBD dalam penyelenggaraan muncul atau ditemukan karena pemerintah
otonomi sangat penting, karena disitulah dapat menggunakan “otoritas kekuasaan” yang
dilihat keseriusan daerah dalam meningkatkan mereka miliki.38
kesejahteraan rakyat dan penuntasan krisis Langkah akhir untuk memperkuat Otonomi
ekonomi. APBD menjadi tolok ukur kinerja Daerah adalah adanya mekanisme pembinaan,
pengelolaan keuangan dari pemerintah daerah pengawasan, pemberdayaan, serta sanksi yang
dalam satu tahun periode.34 Dalam sudut jelas dan tegas. Adanya pembinaan dan
pandang keuangan negara, otonomi daerah pengawasan serta sanksi yang tegas dan jelas
memberikan kewenangan yang luas kepada tersebut memerlukan adanya kejelasan tugas
daerah untuk menyelenggarakan roda pembinaan, pengawasan dari Kementerian
pemerintahan dan mengelola sumber-sumber yang melakukan pembinaan dan pengawasan
keuangan. Pengelolaan keuangan daerah harus umum serta kementerian/lembaga pemerintah
dilaksanakan secara transparan dan akuntabel nonkementerian yang melaksanakan
sesuai dengan prinsip-prinsip.35 pembinaan teknis. Sinergi antara pembinaan
Tatkala substansi UUD 1945, hasil dan pengawasan umum dengan pembinaan
amandemen yang terkait dengan “hal dan pengawasan teknis akan memberdayakan
keuangan” ditelusuri, terlihat bahwa hukum Daerah dalam penyelenggaraan Pemerintahan
keuangan negara memiliki kaidah hukum yang Daerah. Untuk pembinaan dan pengawasan
tertulis, yang berarti tidak mengenal terhadap Daerah kabupaten/kota memerlukan
keberadaan kaidah hukum tidak tertulis. Bila peran dan kewenangan yang jelas dan tegas
demikian halnya, kaidah hukum tertulis dari gubernur sebagai wakil Pemerintah Pusat
seyogianya dimunculkan dalam suatu rumusan untuk melaksanakan tugas dan fungsi
atau pengertian terhadap hukum keuangan pembinaan dan pengawasan terhadap Daerah
negara.36 Dalam penyelenggaraan kabupaten/kota.39
kepemerintahan yang baik (good governance)
menghendaki adanya akuntabilitas, PENUTUP
transparansi, keterbukaan dan rule of law, A. KESIMPULAN
sementara pemerintahan yang bersih 1. Tujuan dan manfaat adanya penataan
menuntut terbebasnya praktek yang daerah sebagai pelaksanaan desentralisasi
menyimpang (mal-administration) dari “etika yakni penyerahan urusan pemerintahan
administrasi negara” sedangkan pemerintah oleh pemerintah pusat kepada daerah
yang berwibawa menuntut adanya otonom berdasarkan asas otonomi untuk
ketundukkan, ketaatan dan kepatuhan mewujudkan efektivitas penyelenggaraan
(complence) rakyat terhadap undang-undang, Pemerintahan Daerah; mempercepat
pemerintah dan kebijakan pemerintah,37 peningkatan kesejahteraan masyarakat;
sedangkan pemerintahan yang berwibawa mempercepat peningkatan kualitas
berkaitan dengan “ketaatan, kepatuhan dan pelayanan publik; meningkatkan kualitas
tata kelola pemerintahan; meningkatkan
34
daya saing nasional dan daya saing Daerah;
H. Bachrul Amiq, Aspek Hukum Pengawasan
dan memelihara keunikan adat istiadat,
Pengelolaan Keuangan Daerah (Dalam Perspektif
Penyelenggaraan Negara Yang Bersih) laksBang tradisi, dan budaya Daerah. Penataan
PREssindo, Yogyakarta, 2010, hal. 24. Daerah terdiri atas pembentukan daerah
35
Sonny Sumarsono, Manajemen Keuangan dan penyesuaian daerah yang dapat
Pemerintahan, Edisi Pertama. Cetakan Pertama, Graha
Ilmu, Yogyakarta, 2010, hal. 51
36 38
Muhammad Djafar Saidi, Hukum Keuangan Negara, Ed. Ibid, hal. 17.
39
1. Rajawali Pers, PT.RajaGrafindo Persada, Jakarta. 2008, Penjelasan Atas Undang-Undang Republik Indonesia
hal. 2. Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah. I.
37
Hj. Sedarmayanti, Op.Cit, hal. 17. Umum.
29
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
30
Lex Administratum, Vol. III/No. 8/Okt/2015
31