Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI

DISUSUN OLEH:

KELOMPOK 2

LISA RAHMADANI NIM 2330402044

M. ABDILAH ZAKI NIM 2330402045

M. FAHMI AMINULLAH NIM 2330402046

MEYLANI SYNTA SETIANI NIM 2330402048

DOSEN PENGAMPU:

ZUL ATRIL, M.Sy

JURUSAN EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAHMUD YUNUS

BATUSANGKAR

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur pemakalah ucapkan kehadirat allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah nya karena atas rahmat dan hidayah nya pemakalah dapat menyelesaikan tentang
’’Otonomi Daerah dalam Kerangka NKRI’’ tepat pada waktunya. Dalam penyusun makalah ini,
tidak sedikit hambatan yang pemakalah temukan karena keterbatasan pengetahuan serta bahan
referensi yang dapat dijadikan sebagai acuan. Oleh karena itu, pemakalah mengucapkan terimah
kasih kepda bapak ZUL ATRIL, M.Sy Yang telah membimbing pemakalah dalam pembuatan
makalah hingga selesai.

Pemakalah mengharapkan makalah ini agar bermanfaat dan bisa dijadikan acuan dan
referensi bagi pembaca.tidak lepas dari semua itu, pemakalah menyadari sepenuhnya bahwa ada
banyak kekurangan dalam penulisan makalah ini. Oleh karena itu, pemakalah mengharapkan
kritik dan saran yang bersifat membangun kepada pembaca sebagai bahan evaluasi penulis guna
meningkatkan kinerja untuk ke depan nya.

Batusangkar, november 2023

Pemakalah

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................................................................II
DAFTAR ISI..................................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................................................1
1. LATAR BELAKANG.............................................................................................................................1
2. RUMUSAN MASALAH.......................................................................................................................1
3. TUJUAN MASALAH...........................................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................................................2
1. HAKIKAT OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI........................................................................2
2. RELASI ANTARA SENTRALISASI DENGAN DESENTRALISASI...............................................................5
3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH DI INDONESIA........................6
4. REKOMENDASI UNTUK PERBAIKAN SISTEM OTONOMI DAERAH DI INDONESIA..............................7
BAB III KESIMPULAN................................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................10
LAMPIRAN BUKU.......................................................................................................................................11
LAMPIRAN BERITA NASIONAL....................................................................................................................14

iii
BAB I

PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Otonomi daerah di Indonesia adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom
untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. elaksanaan otonomi daerah di
Indonesia dimulai sejak berlakunya Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999. Sistem otonomi
yang dianut dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 adalah otonomi yang luas, nyata, dan
bertanggung jawab, di mana semua kewenangan pemerintah, kecuali bidang politik luar negeri,
hankam, peradilan, moneter dan fiskal serta agama dan bidang-bidang tertentu diserahkan
kepada daerah secara utuh, bulat, dan menyeluruh . Pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan pelaksana, kemampuan dalam
keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam berorganisasi.

2. RUMUSAN MASALAH
a) Apa itu hakikat otonomi daerah dan desentralisasi
b) Bagaimana relasi antara sentralisasi dengan desentralisasi
c) Bagaimana kelebihan dan kekurangan pelaksanaan otonomi daerah di Indonesia
d) Apa rekomendasi untuk perbaikan sistem otonomi daerah di Indonesia

3. TUJUAN MASALAH
a) Untuk mengetahui apa itu hakikat otonomi daerah dan desentralisasi
b) Untuk mengetahui hubungan antara sentralisasi dengan desentralisasi
c) Untuk mengetahui apa kelebihan dan kekurangan pelaksanaan otonomi daerah di
Indonesia
d) Untuk mengetahui saran rekomendasi perbaikan sistem otonomi daerah di
Indonesia

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. HAKIKAT OTONOMI DAERAH DAN DESENTRALISASI

Otonomi Daerah dan Desentralisasi adalah pembagian kewenangan kepada organ-organ


penyelenggara negara. Otonomi menyangkut hak yang mengikuti pembagian wewenang
tersebut, sedangkan desentralisasi adalah sebagaimana definisikan Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB):
“Desentralsasi tarkait dengan masalan pelimpahan wewenang dan pemerintah pusat
yang berada di ibu kota negara baik melalui cara dekonsentrasi misalny pendelegasian
kepada pejabat di bawahnya maupun melalui pendelegasian kepada pemerintah atau
perwakilan di daerah”
Batasan ini hanya menjelaskan proses kewenangan yang diserahkan pusat kepada
daerah, tetapi belum menjelaskan isi dan keluasan kewenangan serta konsekuensi
penyerahan kewenangan itu kepada badan-badan otonomi daerah

Terdapat beberapa alasan mengapa Indonesia membutuhkan desentralisasi: Pertama,


kehidupan berbangsa dan bernegara, khususnya bidang ekonomi, di masalalu yang terpusat
di ibu kota. Sementara pembangunan di beberapa wilayah lain cenderung bahkan dijadikan
objek "perahan" pemerintah pusat. Kedua, pembagian kekayaan negara kurang adil dan
merata. Daerah-daerah yang memiliki sumber kekayaan alam melimpah, seperti Aceh, Riau,
Irian Jaya nangka pembuatan ke (Papua), Kalimantan, dan Sulawesi, tidak menerima
perolehan dana yang sesuai dengan kebutuhan daerah dari pemerintah pusat. Ketiga,
kesenjangan sosial antara satu daerah dengan daerah lain sangat mencolok1
Secara etimologi, istilah "otonomi berasal dari bahasa Latin, autos yang berarti sendiri,
dan nomos yang berarti aturan. Berdasarkan etimologi tersebut, otonomi diartikan sebagai
mengatur atau memerintah sendiri. Jadi, otonomi daerah dapat diartikan pelimpahan
kewenangan dan tanggung jawab dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah.
Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, otonomi
daerah adalah wewenang daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan yang diserahkan oleh pemerintah pusat dan kepentingan masyarakat setempat
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Yang dimaksud dengan daerah otonom (sebagai sebutan umum bagi
Provinsi, Kabupaten, dan Kota) adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas-
batas wilayah berwenang mengatur dan mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan

1
A.Ubaedillah,Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,Jakarta,2015,Premadia Group,189,190

2
masyarakat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat setempat dalam
sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.2
Negara Republik Indonesia sebagai negara kesatuan menganut asas desentralisasi dalam
penyelenggaraan pemerintahan, dengan memberikan kesempatan dan keleluasaan kepada
daerah untuk menyelenggarakan otonomi daerah. Kebijakan desentralisasi yang diwujudkan
dalam pembentukan daerah otonom dan penyelenggaraan otonomi daerah diarahkan untuk
mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan pelayanan,
pemberdayaan, dan peran serta masyarakat, serta peningkatan daya saing daerah, dengan
memerhatikan prinsip demokrasi, pemerataan, keadilan, dan potensi keanekaragaman daerah
dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam UUD 1945 hasil Amandemen, otonomi daerah diatur sebagai berikut.
a) Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah
provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota, yang tiap-tiap
provinsi, kabupaten, dan kota itu mempunyai pemerintahan daerah, yang diatur
dengan undang-undang (Pasal 18 ayat 1).
b) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan
mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas
pembantuan (Pasal 18 ayat 2).
c) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota memiliki Dewan
Perwakilan Daerah yang anggota-anggotanya dipilih melalui pemilihan umum
(Pasal 18 ayat 3).3

Otonomi artinya memiliki peraturan sendiri atau mempunyai hak atau kewenangan untuk
membuat peraturan sendiri.Istilah otonomi mengalami perkembangan menjadi
"pemerintahan sendiri". Pemerintahan sendiri ini meliputi pengaturan atau perundang-
undangan sendiri, pelaksanaan sendiri, dalam batas-batas tertentu juga peradilan, dan
kepolisian sendiri.Otonomi daerah adalah penyerahan wewenang dari pemerintah pusat
kepada pemerintah daerah untuk mengatur dan mengurus urusan-urusan tertentu.Urusan-
urusan yang diserahkan oleh pusat ke daerah tersebut disebut urusan rumah tangga daerah.
Daerah-daerah yang diberi wewenang untuk mengatur urusan rumah tangganya sendiri ini
kemudian disebut daerah otonom.4

Secara etimologis, kata desentralisasi berasal dari bahasa belanda, yaitu "de" yang
berarti "lepas", dan "centerum" yang berarti pusat. Menurut undang-undang nomor 23 tahun
2014, pengertian desentralisasi adalah penyerahan kekuasaan pemerintahan oleh pemerintah
pusat kepada daerah otonom berdasarkan asas otonomi.Sementara itu, menurut redefining
diversity & dynamics of natural resources management in asia, volume 1, 2017, pengertian
desentralisasi adalah penyerahan sebagian kekuasaan dan tanggung jawab manajemen dari
pemerintah pusat kepada pemerintah daerah, pemimpin daerah, atau lembaga masyarakat.

2
https://news.detik.com/berita/d-5252030/segala-hal-tentang-otonomi-daerah-hingga-manfaatnya
3
P.N.H.Simanjuntak,Pendidikan Kewarganegaraan IX,2006,PT.Grasindo,Hal36,37
4
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/04/01000001/hakikat-otonomi-daerah?page=all

3
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), pengertian desentralisasi adalah
sistem pemerintahan yang lebih banyak memberikan kekuasaan kepada pemerintah daerah.
Konsep desentralisasi telah diterapkan pada dinamika kelompok mulai dari bisnis,
organisasi, ilmu politik, hukum dan administrasi publik, ekonomi, dan teknologi . Pengertian
desentralisasi pemerintahan memiliki aspek politik dan administratif. Desentralisasi ini
mungkin bersifat teritorial, memindahkan kekuasaan dari pusat kota ke daerah lain, dan
mungkin berfungsi memindahkan pengambilan keputusan dari administrator puncak cabang
pemerintahan mana pun ke pejabat tingkat yang lebih rendah. Oleh karena itu, pengertian
desentralisasi bisa juga dimaknai sebagai penyerahan sebagian wewenang pimpinan kepada
bawahan (atau pusat kepada cabang dan sebagainya).5

Tujuan dari Otonomi Daerah


Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah adalah suatu hal yang
sifatnya prinsipil dan substantif bagi negara Indonesia. Tetapi, kira-kira tujuannya apa?
Menurut Sjafrizal dalam Perencanaan Pembangunan Daerah Dalam Era Otonomi ada tiga
tujuan utama dari otonomi daerah, yaitu:
Political Equality
Mengelaborasikan otonomi daerah sebagai suatu kebijakan akan turut serta dalam
meningkatkan partisipasi politik di tingkatan daerah. Tentu hal ini sangat penting, terutama
untuk mengejawantahkan demokratisasi dalam pengelolaan negara.
Local Accountability
Menjalankan otonomi daerah berarti ikut mengakselerasi dan mengeskalasi tanggung
jawab pemerintah daerah dalam mencapai sistem yang aspiratif oleh masyarakat daerah.
Hal ini juga berimplikasi terhadap pertumbuhan ekonomi maupun pembangunan ekonom
daerah yang akan meningkat.
Local Responsiveness
Terakhir, otonomi daerah akan ikut mengeskalasi respon pemerintah terhadap berbagai
persoalan sosial maupun ekonomi di tingkat daerah. Aspek ini juga penting, sebab otonomi
daerah akan menjadi sistem yang menuntaskan beberapa problematika di tingkat yang jauh
dari pusat.Sehingga kesimpulannya, otonomi daerah adalah produk konstitusi di era
reformasi yang memiliki berbagai tujuan untuk menyejahterakan masyarakat di daerah. 6

5
https://www.liputan6.com/hot/read/4685982/pengertian-desentralisasi-jenis-serta-kelebihan-dan-
kekurangannya?page=6
6
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6116318/otonomi-daerah-pengertian-jenis-dan-tujuannya

4
2. RELASI ANTARA SENTRALISASI DENGAN DESENTRALISASI

Sentralisasi dan desentralisasi yang dimaksud pada bagian ini adalah sentralisasi
dan desentralisasi dalam arti sempit. Lazimnya dalam hukum ketatanegaraan, istilah
desentralisasi digunakan hanya sebagai satu dari tiga pengertian tersebut di atas, yaitu
desentralisasi dalam hubungannya dengan sentralisasi dan desentralisasi terhadap urusan
organisasi negara.

Keputusan mengenai persoalan-persoalan sendiri secara otonom yang relatif.


 Anggota kelompok (termasuk penduduk daerah) makin dilibatkan di dalam
urusan kenegaraan, yang mengakibatkan penyederhanaan pengawasan demokratis
dan dengan demikian memajukan demokrasi.
 Mencegah pembebanan yang berlebihan pada instansi pusat, selain lebih
mengenal kemampuan daerah sekaligus meningkatkan kohesi integrasi ke dalam
negara nasional atau negara bagian yang bersangkutan.

Daerah yang lebih tinggi di dalam daerah otonom yang bersangkutan. Tugas
pembantuan merupakan bentuk penyelenggaraan pemerintahan daerah (plaatselijk
zelfbestuur) yang terkait dengan otonomi. Melalui tugas pembantuan, provinsi dan
daerah lain yang berada di bawahnya dapat bertindak sebagai penerjemah kebijaksanaan
Pemerintah Pusat di tingkat daerah yang bersangkutan.
Dua macam tugas pembantuan, yaitu tugas pembantuan mekanis (mechanisch
medebewind) dan tugas pembantuan fakultatif (facultarleve medebewind). Tugas
pembantuan mekanis ialah tugas pembantuan yang di dalam pelaksanaannya sangat
dibatasi kebebasan daerah otonom untuk menentukan sendiri kebijakan pengaturan dan
pengurusan tugas pembantuan tersebut. Hal itu terjadi karena peraturan perundang-
undangan yang akan dibantu pelaksanaannya telah mengatur secara rinci kebijakan apa
yang harus ditempuh oleh Pemerintah Daerah otonom sehingga sangat kecil
kemungkinan bagi Pemerintah Daerah otonom mengambil kebijakan yang berbeda
dengan yang telah ditetapkan di dalam peraturan perundang-udangan yang akan dibantu
tersebut. Dengan demikian, di dalam tugas pembantuan yang mekanis dirasakan ada sifat
memaksa (sterk gedetaileerd en dwingend van karakter) dari peraturan perundang-
undangan yang akan dibantu pelaksanaannya.
Hal tersebut berbeda dengan tugas pembantuan fakultatif. Tugasnya justru
memberikan kebebasan (beleidsvrijheid) yang lebih luas kepada Pemerintah Provinsi dan
Pemerintah Daerah yang lebih rendah dalam melaksanakan tugas pembantuan. Peraturan
perundang-undangan yang akan dibantu pelaksanaannya memberi kebebasan yang cukup
kepada pelaksana tugas pembantuan untuk menentukan sendiri bagaimana pengaturan
dan pengurusan yang semestinya dan sebaiknya dilaksanakan di daerah otonom yang
bersangkutan.7

7
Dr.Max Boli Sabon,S.H.,M.Hum,Ilmu Negara,Jakarta,2009,PT.Grafindo,Hal 210,212

5
Bedanya sentralisasi dan desentralisasi Menurut Hessel Nogi S. Tangkilisan
dalam buku Manajemen Publik (2007), berikut desentralisasi adalah pembagian dan
pelimpahan wewenang. Dalam sistem ini, pengelolaan pemerintahannya dilakukan
dengan membagi serta melimpahkan wewenang kepada sejumlah pihak. Sebaliknya,
sentralisasi adalah sistem pengelolaan pemerintahan yang memusatkan wewenangnya
hanya pada satu pihak.8

3. KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PELAKSANAAN OTONOMI DAERAH


DI INDONESIA

1. Kelebihan
a) Segi ekonomi
Dari segi ekonomi, kelebihan yang diberikan oleh sistem sentralisasi ini
ialah perekonomian lebih terarah dan teratur karena pada sistem ini hanya
pusat saja yang mengatur perekonomian
b) Segi sosial budaya
Dengan dilaksanakannya sistem sentralisasi ini, perbedaan-perbadaan
kebudayaan yang dimiliki bangsa Indonesia dapat di persatukan. Sehingga,
setiap daerah tidak saling menonjolkan kebudayaan masing-masing dan lebih
menguatkan semboyan dan asas ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika
yang di miliki bangsa Indonesia. Dengan demikian keberagaman etnis dan
budaya yang dimiliki akan mewarnai etnonasionalisme bangsa Indonesia.
c) Segi Keamanan dan Politik
Kelebihan yang dirasakan dalam penerapan sentralisasi ini adalah
keamanan lebih terjamin karena pada masa di terapkannya sistem ini, jarang
terjadi konflik antar daerah yang dapat mengganggu stabilitas keamanan
nasional Indonesia. Tetapi, sentralisasi juga membawa dampak negatif
dibidang ini. Seperti menonjolnya organisasi-organisasi kemiliteran.
Sehingga, organisasi organisasi militer tersebut mempunyai hak yang lebih
daripada organisasi lain.Dampak positif yang dirasakan di bidang politik
sebagai hasil penerapan sistem sentralisasi adalah pemerintah daerah tidak
harus pusing-pusing pada permasalahan yang timbul akibat perbedaan
pengambilan keputusan.

2. Kekurangan
a) Segi ekonomi
Kekurangan daerah seolah-olah hanya di jadikan sapi perahan saja dan
tidak dibiarkan mengatur kebijakan perekonomiannya masing-masing
sehingga terjadi pemusatan keuangan pada Pemerintah Pusat.Sementara
perimbangan anggaran antara pusat dan daerah tidak dilaku- kan secara
konseptual.
b) Segi Sosial Budaya

8
https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/16/080000269/perbedaan-sentralisasi-dan-
desentralisasi?page=all

6
Kekurangan yang di timbulkan sistem ini ialah pemerintah pusat begitu
dominan dalam menggerakkan seluruh aktivitas negara. Dominasi pemerintah
pusat terhadap pemerintah daerah telah menghilangkan eksistensi daerah
sebagai tatanan pemerintahan lokal yang memiliki keunikan dinamika sosial
budaya tersendiri. Keadaan ini dalam jangka waktu yang panjang
mengakibatkan ketergantungan kepada pemerintah pusat yang pada akhirnya
mematikan kreasi dan inisiatif lokal untuk membangun lokalitasnya.
c) Segi Keamanan dan Politik
Kekurangannya adalah terjadinya kemandulan dalam diri daerah karena
harus terus bergantung pada keputusan yang di berikan oleh pusat. Selain itu,
waktu yang dihabiskan untuk menghasilkan suatu keputusan atau kebijakan
memakan waktu yang lama dan menyebabkan realisasi dari keputusan
tersebut menjadi terhambat.

4. REKOMENDASI UNTUK PERBAIKAN SISTEM OTONOMI DAERAH DI


INDONESIA

Dalam sistem otonomi formal, tidak terdapat perbedaan sifat antara urusan yang
diselenggarakan oleh pemerintah pusat dan urusan yang diatur oleh otonom. Pada
prinsipnya hal atau apa saja yang dilakukan oleh pemerintah pusat, dapat pula dilakukan
oleh daerah-daerah otonom. Dalam sistem otonomi formal terdapat keyakinan bahwa apa
saja yang menjadi kepentingan daerah apabila diselenggarakan sendiri oleh daerah
masing-masing dapat lebih baik dan berhasil daripada diselenggarakan oleh pemerintah
pusat.
Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 Pasal 10 mengenai pelaksanaan sistem
otonomi formal menyatakan bahwa pemerintah daerah menye- lenggarakan urusan
pemerintah yang menjadi kewenangannya, kecuali urusan pemerintahan yang oleh
undang-undang ini ditentukan menjadi urusan pemerintah. Dalam sistem otonomi ini,
pemberian tugas atau wewenang dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah tentu
disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan riil (nyata) masyarakat daerah otonom
dengan melihat unsur formal maupun material yang dimilikinya. Jadi, dalam hal ini, apa
saja yang menjadi wewenang pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintah
daerah dengan memerhatikan kemampuan masyarakat daerah otonom untuk mengatur
dan mengurusnya sendiri. Sebaliknya, jika dipandang perlu, tugas yang menjadi
wewenang pemerintah daerah dapat ditarik kembali oleh pemerintah pusat.
Berdasarkan penerapan dan pelaksanaan otonomi daerah tersebut, pada dasamya
keberhasilan pelaksanaan otonomi daerah tidak hanya bergantung kepada peran
pemerintah pusat semata. Partisipasi rakyat sebagai warga negara juga sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan otonomi tersebut. Rakyat merupakan pemegang
kekuasaan tertinggi di Indonesia. Oleh karena itu, peran serta atau partisipasinya sangat
dibutuhkan dalam memajukan kehidupan bangsa ke arah yang lebih baik.
Dengan melakukan performance review secara periodik maka relevan si dan
efisiensi struktur birokrasi pemerintahan dapat dipertahankan.Pemerintah dapat
mencurahkan energinya pada pencapaian misi dan meng- hindari penghamburan energi
untuk hal-hal yang di luar misinya. Dengan demikian, pemerintah dapat lebih
berkonsentrasi pada core business-nya sehingga pencapaian misi dan visi pemerintah

7
akan dapat dilakukan secara lebih cepat.Restrukturisasi baik secara vertikal ataupun
horizontal sangat diper- lukan agar birokrasi pemerintah dapat menjadi lebih efisien,
efektif, dan responsif terhadap dinamika sosial, politik, dan ekonomi yang ada di dalam
masyarakat.Perubahan budaya, struktur, dan prosedur birokrasi akan menjadi lebih efektif
dan cepat memperbaiki kinerja birokrasi kalau diikuti dengan perubahan sistem insentif
dan pengembangan pegawai yang sesuai dan kondusif dengan perubahan budaya dan
struktur yang diperkenalkan."Perubahan sistem insentif yang menghargai kinerja dapat
menciptakan motivasi bagi para pejabat birokrasi untuk memperbaiki kinerjanya."9

Ada beberapa perbedaan antara undang-undang otonomi daerah yang baru, yaitu
UU No. 32 Tahun 2004 sebagai pengganti dari UU No. 22 Tahun 1999 dan undang-
undang otonomi daerah yang lama, yaitu UU No. 5 Tahun 1974 ditinjau dari segi
pelaksanaannya yakni sebagai berikut.
a. Dengan adanya UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pemerintah Daerah, negara
Indonesia secara yuridis telah menganut asas desentralisasi. Namun, pada saat itu
muncul adanya kesan bahwa peraturan dibuat oleh pemerintah pusat, dan daerah
hanya tinggal melaksanakan apa yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat.
b. UU No. 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah kemudian direvisi dan
berubah menjadi UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Pada
Pasal 21 Ayat (2) dinyatakan dalam menyelenggarakan pemerintahan, pemerintah
menggunakan asas desentralisasi, tugas pembantuan, dan dekonsentrasi sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Adapun yang dimaksud dengan
desentralisasi adalah penyerahan wewenang oleh pemerintah kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintah dalam sistem Negara
Kesatuan Republik Indonesia. Dekonsetralisasi adalah pelimpahan wewenang
oleh pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada
instansi vertikal di wilayah tertentu. 10

9
Agus Dwiyanto,Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,Yogyakarta,2017,Gajah Mada University
Press,Hal 35
10
Aa Nurdiaman,Pendidikan dan Kewarganegaraan Kecakapan Berbangsa dan Bernegara,Jakarta,PT PRIBUMI
MEKAR,Hal 34,35,36

8
BAB III

KESIMPULAN

Otonomi daerah adalah kewenangan daerah otonom untuk mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Pelaksanaan otonomi daerah memberikan
keleluasaan bagi pemerintah daerah dalam melakukan pengelolaan keuangan daerah.
Pelaksanaan otonomi daerah dipengaruhi oleh faktor-faktor yang meliputi kemampuan
pelaksana, kemampuan dalam keuangan, ketersediaan alat dan bahan, dan kemampuan dalam
berorganisasi. Otonomi daerah tidak mencakup bidang-bidang tertentu, seperti politik luar
negeri, pertahanan keamanan, peradilan, moneter, fiskal, dan agama. Bidang-bidang tersebut
tetap menjadi urusan pemerintah pusat. Pelaksanaan otonomi daerah harus sesuai dengan
konstitusi Negara dan harus lebih meningkatkan kemandirian daerah otonom. Pelaksanaan
otonomi daerah harus diawasi oleh DPR dan perlu segera diadakan penelitian, tindakan, dan
evaluasi untuk menindaklanjuti berbagai peraturan perundangan yang dikeluarkan menyangkut
terlaksananya otonomi daerah.

9
DAFTAR PUSTAKA

A.Ubaedillah,Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,Jakarta,2015,Premadia


Group,189,190
P.N.H.Simanjuntak,Pendidikan Kewarganegaraan IX,2006,PT.Grasindo,Hal36,37
Dr.Max Boli Sabon,S.H.,M.Hum,Ilmu Negara,Jakarta,2009,PT.Grafindo,Hal 210,212
Agus Dwiyanto,Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,Yogyakarta,2017,Gajah
Mada University Press,Hal 35
Aa Nurdiaman,Pendidikan dan Kewarganegaraan Kecakapan Berbangsa dan
Bernegara,Jakarta,PT PRIBUMI MEKAR,Hal 34,35,36

https://news.detik.com/berita/d-5252030/segala-hal-tentang-otonomi-daerah-hingga-
manfaatnya
https://nasional.kompas.com/read/2022/03/04/01000001/hakikat-otonomi-daerah?page=all
https://www.liputan6.com/hot/read/4685982/pengertian-desentralisasi-jenis-serta-kelebihan-
dan-kekurangannya?page=6
https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6116318/otonomi-daerah-pengertian-jenis-dan-
tujuannya
https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/16/080000269/perbedaan-sentralisasi-dan-
desentralisasi?page=all

10
LAMPIRAN BUKU

A.Ubaedillah,Pancasila Demokrasi dan Pencegahan Korupsi,Jakarta,2015,Premadia Group,189,190

P.N.H.Simanjuntak,Pendidikan Kewarganegaraan IX,2006,PT.Grasindo,Hal36,37

Dr.Max Boli Sabon,S.H.,M.Hum,Ilmu Negara,Jakarta,2009,PT.Grafindo,Hal 210,212

11
Agus Dwiyanto,Mewujudkan Good Governance Melalui Pelayanan Publik,Yogyakarta,2017,Gajah Mada
University Press,Hal 35

12
Aa Nurdiaman,Pendidikan dan Kewarganegaraan Kecakapan Berbangsa dan Bernegara,Jakarta,PT
PRIBUMI MEKAR,Hal 34,35,36

13
LAMPIRAN BERITA NASIONAL

https://news.detik.com/berita/d-5252030/segala-hal-tentang-otonomi-daerah-hingga-manfaatnya

https://nasional.kompas.com/read/2022/03/04/01000001/hakikat-otonomi-daerah?page=all

14
https://www.liputan6.com/hot/read/4685982/pengertian-desentralisasi-jenis-serta-kelebihan-dan-
kekurangannya?page=6

https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-6116318/otonomi-daerah-pengertian-jenis-dan-tujuannya

15
https://www.kompas.com/skola/read/2023/01/16/080000269/perbedaan-sentralisasi-dan- desentralisasi?
page=all

16

Anda mungkin juga menyukai