Anda di halaman 1dari 11

DAMPAK IMPLEMENTASI OTONOMI

DAERAH DI PROVINSI PAPUA

NAMA : RINI AYU LESTARI


NPM : 17-111-158
KELAS : A2
PROG. STUDI : MANAJEMEN

UNIVERSITAS YAPIS PAPUA


2019
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULAUN……………………………………………………………………..1

A. Latar Belakang Masalah…………………………………………………………………..1

B. Rumusan Masalah…………………………………………………………………………2

BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………………………………3

A. Otonomi Daerah…………………………………………………………………………...3

B. Dampak Implementasi Otonomi Daerah………………………………………………...4

BAB III PEMBAHASAN………………………………………………………………….....6

A. Otonomi Daerah Khusus (Otsus) Papua dan Papua Barat………………………….....6


B. Dampak Positif dari Implementasi Otonomi Daerah Proinsi Papua……………….....6
C. Dampak Negatif dari Implementasi Otonomi Daerah Proinsi Papua…………………7
BAB IV PENUTUP…………………………………………………………………………..9

A. Kesimpulan………………………………………………………………………………..9

B. Saran……………………………………………………………………………………….9

C. Daftar Pustaka…………………………………………………………………………….9

i
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada masa sebelum 1998, kekuasaan Pemerintah Pusat Negara Republik
Indonesia sangat sentralistik dan semua daerah di republik ini menjadi perpanjangan
tangan kekuasaan Jakarta (pemerintah pusat). Dengan kata lain, rezim orde baru
mewujudkan kekuasaan sentripetal, yakni berat sebelah memihak pusat bukan pinggiran
(daerah).
Dampak reformasi yang terjadi di Indonesia, ditinjau dari segi politik dan
ketatanegaraan, adalah terjadinya pergeseran paradigma dan sistem pemerintahan yang
bercorak sentralistik di pemerintah pusat ke arah sistem pemerintahan yang desentralistik
di pemerintah daerah. Pemerinntahan semacam ini memberikan keleluasaan kepada
daerah dalam wujud ”Otonomi Daerah” yang luas dan bertanggung jawab, untuk
mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat, berdasarkan prinsip-prinsip
demokrasi, peran serta, prakarsa dan aspirasi masyarakat sendiri atas dasar pemerataan
dan keadilan, serta sesuai dengan kondisi, potensi dan keragaman daerah.
Daerah yang kaya akan sumber daya alam, ditarik keuntungan produksinya dan
dibagi-bagi di antara elite Jakarta, alih-alih diinvestasikan untuk pembangunan daerah.
Akibatnya, pembangunan antara di daerah dengan di Jakarta menjadi timpang. B.J.
Habibie yang menggantikan Soeharto sebagai presiden pasda orde baru membuat
kebijakan politik baru yang mengubah hubungan kekuasaan pusat dan daerah dengan
menerbitkan Undang-undang Nomor 5 tahun 1999 tentang Pelaksanaan otonomi daerah
atau yang biasa disebut desentralisasi. Dengan terbitnya undang-undang ini, daerah tidak
lagi sepenuhnya bergantung pada Jakarta dan tidak lagi mau didikte oleh pusat.
Kebijakan Otonomi Daerah yang tertuang dalam UU No.22 tahun 1999 yang
kemudian direvisi menjadi UU No. 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah
merupakan strategi baru yang membawa harapan dalam memasuki era reformasi,
globalisasi serta perdagangan bebas. Hal-hal pokok yang menjiwai lahirnya undang-
undang ini adalah demokratisasi, prakarsa dan pemberdayaan masyarakat serta

1
terpeliharanya nilai-nilai keanekaragaman daerah. Hal tersebut muncul oleh karena
kebijakan ini dipandang sebagai jalan baru untuk menciptakan tatanan yang lebih baik
dalam sebuah skema good governancedengan segala prinsip dasarnya.
Sistem otonomi daerah merupakan buah demokrasi yang tumbuh berkembang di
Indonesia sejak era reformasi 1998. Dalam pelaksanaannya, otonomi daerah bertujuan
untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan daerah sesuai dengan potensi lokal
wilayahnya. Kedudukan pemerintah daerah terutama tingkat II (Kabupaten/Kota) dalam
sistem otonomi daerah menjadi sangat penting karena akan berperan sebagai motor dalam
pelaksanaan otonomi. Pemerintah daerah yang menguasai daerah yang lebih sempit
daripada pemerintah pusat diharapkan sangat memahami kondisi dan permasalahan
wilayahnya secara lebih detail. Dengan demikian, pembangunan daerah diharapkan akan
berjalan secara pasif dan merata sampai pada wilayah-wilayah daerah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Otonomi Daerah ?
2. Apa dampak positif dari implementasi Otonomi Daerah di Provinsi Papua ?
3. Apa dampak negatif dari implementasi Otonomi Daerah di Provinsi Papua ?

2
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Otonomi Daerah
Otonomi daerah berasal dari bahasa Yunani yaitu auto dan nomous yang berarti
sendiri dan peraturan atau hukum. Sedangkan menurut UU Nomor 32 tahun 2004 tentang
pemerintah daerah adalah hak wewenang dan kewajiban daerah otonomi untuk mengatur
dan mengatur sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai
dengan peraturan perundang-undangan. Jadi dapat disimpulkan bahwa otonomi daerah
adalah hak kewenangan dan kewajiban daerah untuk mengatur dan mengurus rumah
tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Otonomi daerah dapat diartikan sebagai kewajiban yang diberikan kepada daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan
masyarakat setempat menurut aspirasi masyarakat untuk meningkatkan daya guna dan
hasil guna penyelenggaraan pemerintahan dalam rangka pelayanan terhadap masyarakat
dan pelaksanaan pembangunan sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Sedangkan yang dimaksud dengan kewajiban adalah kesatuan masyarakat hukum
yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan mengurus urusan
pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri
berdasarkan aspirasi masyarakat.
Pelaksanaan otonomi daerah selain berlandaskan pada acuan hukum, juga sebagai
implementasi tuntutan globalisasi yang harus diberdayakan dengan cara memberikan
daerah kewenangan yang lebih luas, lebih nyata dan bertanggung jawab, terutama dalam
mengatur, memanfaatkan dan menggali sumber-sumber potensi yang ada di daerahnya
masing-masing.
Tujuan utama otonomi daerah dalah membebaskan pemerintah pusat dari beban-
beban yang tidak perlu dalam menangani urusan daerah. Adapun tujuan otonomi daerah
yaitu:
1. Peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik.
2. Pengembangan kehidupan demokrasi
3. Keadilan

3
4. Pemerataan
5. Pemeliharaan hubungan yang serasi antara Pusat dan Daerah serta antar daerah dalam
rangka keutuhan NKRI
6. Mendorong untuk memberdayakan masyarakat.
7. Menumbuhkan prakarsa dan kreativitas, meningkatkan peran serta masyarakat,
mengembangkan peran dan fungsi DPRD.
Otonomi Daerah sangat diperlukan untuk mencapai tujuan otonomi daerah secara
efisien dan juga efektif, agar dapat mewujudkan pemerintahan daerah yang good
governance, dan juga untuk mempercepatkan tercapainya tujuan Negara, yaitu
masyarakan adil dan makmur dalam tatanan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Intinya, tujuan otonomi daerah adalah untuk meningkatkan kesejahteraan masyrakat
secara keseluruhan melalui pemberdayaan masyarakat lokal dan pelayanan masyarakat.

B. Dampak Implementasi Otonomi Daerah


Dalam pelaksanaan otonomi daerah tentu akan berdampak terhadap daerah yang
bersangkutan, dampak tersebut dapat berdampak positif maupun berdampak negative.
Berikut dampak positif da dampak negative Otonomi Daerah secara umum :
1. Dampak Positif :
a. Setiap daerah bisa memaksimalkan potensi masing-masing.
b. Pembangunan untuk daerah yang punya pendapatan tinggi akan lebih cepat
berkembang.
c. Daerah punya kewenangan untuk mengatur dan memberikan kebijakan tertentu.
d. Adanya desentralisasi kekuasaan.
e. Daerah yang lebih tau apa yang lebih dibutuhkan di daerah itu, maka diharapkan
dengan otonomi daerah menjadi lebih maju.
f. Pemerintah daerah akan lebih mudah mengelola sumber daya alam yang
dimilikinya, jika SDA yang dimiliki daerah telah dikelola secara optimal maka
PAD dan pendapatan masyarakat akan meningkat.
g. Dengan diterapkannya sistem otonomi dareah, biaya birokrasi menjadi lebih efisien.
h. Pemerintah daerah akan lebih mudah untuk mengembangkan kebudayaan yang
dimiliki oleh daerah tersebut. (Kearifan lokal yg terkandung dalam budaya dan adat
istiadat daerah).

4
2. Dampak Negatif :
a. Daerah yang miskin akan sedikit lambat berkembang.
b. Tidak adanya koordinasi dengan daerah tingkat satu karena merasa yang punya
otonomi adalah daerah Kabupaten/Kota.
c. Kadang-kadang terjadi kesenjangan sosial karena kewenangan yang di berikan
pemerintah pusat kadang-kadang bukan pada tempatnya.
d. Karena merasa melaksanakan kegiatannya sendiri sehingga para pimpinan sering
lupa tanggung jawabnya.

BAB III

PEMBAHASAN

5
A. Otonomi Daerah Khusus (Otsus) Papua dan Papua Barat
Di Indonesia otonomi daerah diterapkan diseluruh daerah yang ada di
Indonesia. Jika di daerah lainnya disebut sebagai Otonomi Daerah maka lain halnya
dengan papua yaitu Otonomi Daerah Khusus atau biasa disingkat dengan Otsus (Otonomi
Khusus). Mengapa provinsi papua dan papua barat disebut sebagai daerah otonomi
khusus ? Karena agar dapat mengatur dan mengurus kepentingan masyarakatnya sendiri
menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi dan hak-hak dasar masyarakat Papua.
Perjalanan implementasi Otsus Papua selama 8 tahun lebih ternyata belum
menunjukkan capaian hasil yang maksimal sebagaimana diharapkan semua pihak
sehingga menimbulkan kesan seakan-akan pemerintah pusat maupun provinsi dan
kabupaten/kota beserta seluruh jajarannya termasuk aparat TNI dan Polri belum
menunjukkan komitmen yang kuat untuk secara konsisten melaksanakan amanat undang-
undang Otsus secara efektif, jujur, dan komprehensif. Beberapa kebijakan pemerintah
pusat justru dianggap mengingkari hasil kompromi tersebut. Bilamana pemerintah dan
para pihak penyelenggara negara termasuk provinsi dan kabupaten/kota benar-benar
menunjukkan kesungguhan dalam melaksanakan amanat undang-undang Otsus, maka
akan terjadi perubahan yang signifikan kearah kemajuan dan perbaikan kualitas
kehidupan rakyat Papua dalam berbagai aspek kehidupan menuju kearah tercapainya
suasana kehidupan bersama yang aman, damai, sejahtera dan berkeadilan.seperti yang
diamanatkan UUD Negara.RI dan akan memberi sumbangan yang signifikan pula bagi
integrasi bangsa dan negara yang semakin kokoh. Dari hasil implementasi otonomi
daerah di provinsi papua terdapat berbaigai dampak, yaitu dampak positif dan negative.

B. Dampak Positif dari Implementasi Otonomi Daerah Proinsi Papua


Dampak positif dari implementasi yang dilakukan oleh Otsus papua adalah
membantu perbaikan kehidupan social masyarakat papua. Contohnya :
1. Dalam bidang pendidikan. Contohnya, kecenderungan untuk pendidikan semakin
naik, usia sekolah anak 7-12 tahun cukup besar yang mengenyam pendidikan. Hal
yang menjadi persoalan tinggal distribusi sekolah dan guru serta alokasi anggaran.
2. Kondisi kesehatan pun mulai meningkat jika dilihat dari persentase persalinan.
Seberapa banyak ibu-ibu yang meninggal saat persalinan. Sebab, Papua beraada di
posisi akhir pada 2014 dengan jumlah ibu-ibu yang meninggal tanpa ditolong
tenaga kesehatan.

6
3. Kondisi perekonomian rakyat pun dianggap sudah mengalami peningkatan.
Itulah bebrerapa dampak postif dari implementasi Otsus di Provinsi Papua,
namun untuk infrastruktur belum terlaksana secara maksimal.

C. Dampak Negatif dari Implementasi Otonomi Daerah Proinsi Papua


Dampak negative ini muncul akibat pelaksanaan otonomi daerah yang tidak sesuai
dengan harapan masyarakat Papua. Diwilayah Papua tejadi akibat kesalahan dalam
pelaksanaan Otonomi Daerah,seperti kasus Freeport dan munculnya Organisasi Papua
Merdeka (OPM).
Pada kasus freeport, pemerintah memberikan ijin kepada PT Freeport untuk
melakukan kegiatan pertambangan di daerah Papua. Pemberian ijin dalam melakukan
kegiatan pertambangan ini merupakan suatu bentuk kewenangan pemerintah daerah
dalam pelaksanaan Otonomi Daerah, guna membangun daerahnya. Dalam pemberian ijin
ini pemerintah pusat pun terlibat. Adanya suatu industri di suatu daerah harusnya
memberikan kemajuan bagi masyarakat sekitar, entah itu industri yang dijalankan bangsa
Indonesia itu sendiri maupun bangsa luar.
Sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan atau kekecewaan mendapatkan perilaku
yang tidak adil, beberapa penduduk Papua menghendaki adanya negara baru, Organisasi
Papua Merdeka (OPM). Beberapa aksi gencar diluncurkan demi mewujudkan keinginan
memisahkan diri dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. Aksi yang sering mereka
lakukan dalam menyampaikan aspirasinya adalah melalui mengibarkan bendera bintang
kejora di berbagai wilayah Papua. Namun pemerintah Indonesia tidak tinggal diam
menanggapi permasalahan ini. Aparat keamanan dikerahkan untuk menjaga kesatuan
negara Indonesia ini dan menindak tegas segala oknum yang ikut campur dalam
Organisasi Papua Merdeka (OPM).
Sebab terjadinya berbagai konflik di Papua menurut saya ada 4 faktor, yakni
Pertama, masih adanya perbedaan persepsi masalah integrasi Papua dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Menurut dia, pemerintah menganggap masalah
Papua telah final sejak Penentuan Pendapat Rakyat (Pepera) 1969. Kedua, adanya
marjinalisasi terhadap penduduk asli Papua.Ketiga, masih adanya pelanggaran HAM
yang terus terjadi kendati memasuki era reformasi. Keempat, masalah otonomi khusus
(Otsus) yang dianggap masyarakat Papua tak jalan.

7
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah implementasi Otonomi Daerah Khusus di Provinsi Papua
yang sudah berjalan dan memberikan hasil atau dampak yang positif dan juga walaupun

8
ada dampak negativnya, tetapi setidaknya telah memperbaiki dan menyelesaikan
beberapa masalah dan kendala yang di hadapi oleh masyaraka di Provinsi Papua. Maka
dari itu sebagai masyarakat kita harus ikut turut serta dalam mensukseskan Otonomi
Daerah Khusus Papua (Otsus) agar lebih banyak lagi dampak positif dan mengurangi
dampak negative yang terjadi.

B. Saran
Saran saya Otonomi daerah sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan
rakyat di daerah melalui optimalisasi pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya
manusia bisa terwujud dengan baik, maka perlu selalu dalam pengawasan, baik secara
internal dari pemerintah melalui Kementrian Dalam Negeri juga partisipasi masyarakat di
daerah. Dengan demikian sangat diharapkan peran masyarakat sipil di daerah seperti
lembaga swadaya masyarakat, organisasi sosial keagamaan di daerah.

C. Daftar Pustaka
Modul Manajemen Otonomi Daerah by Dr. Drs. Fachruddin Pasolo, M.Si
https://www.scribd.com/doc/314369939/Makalah-Dampak-Otonomi-Daerah-Terhadap-
p#download
http://merinaastuti.blogspot.com/2013/09/mengetahui-dampak-positif-dan-negatif.html
http://indahcintaaa.blogspot.com/2012/12/dampak-positif-dan-negatif-dari-otonomi.html
https://polkam.go.id/otonomi-khusus-provinsi-papua-dan-provinsi-papua-barat-peluang-
tantangan-dan-harapan/
https://kumparan.com/rohman1526019730708/otonomi-daerah-yang-tidak-sesuai-
harapan-masyarakat-papua
https://republika.co.id/berita/koran/kesra/16/06/22/o95vg51-tim-pemantau-otsus-papua-
berdampak-positif

Anda mungkin juga menyukai