Anda di halaman 1dari 15

HUKUM ADMINISTRASI DAERAH DAN KOTA

ZAENAL ARIFIN, SH.M.Si,


D

Oleh
Rashif Agby Zharfan Saudin
20211021

SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PROF. GAYUS LUMBUUN


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kebijakan otonomi daerah lahir ditengah gejolak tuntutan berbagai daerah


terhadap berbagai kewenangan yang selama 20 tahun Pemerintahan Orde Baru
menjalankan mesin sentralistiknya. UU No. 5 tahun 1974 tentang Pemerintaha
nDaerah yang kemudian disusul dengan UU No. 5 tahun 1979 tentang
Pemerintahan Desa menjadi tiang utama tegaknya sentralisasi kekuasaan
OrdeBaru. Semua mesin partisipasi dan prakarsa yang sebelumnya tumbuh
sebelum Orde Baru berkuasa, secara perlahan dilumpuhkan dibawah kontrol
kekuasaan.Stabilitas politik demi kelangsungan investasi ekonomi (pertumbuhan)
menjadi alasan pertama bagi Orde Baru untuk mematahkan setiap gerak prakarsa
yang tumbuh dari rakyat. Paling tidak ada dua faktor yang berperan kuat dalam
mendorong lahirnya kebijakan otonomi daerah berupa UU No. 22/1999.
Pertama,faktor internal yang didorong oleh berbagai protes atas kebijakan politik
sentralisme di masa lalu. Kedua, adalah faktor eksternal yang dipengaruhi oleh
dorongan internasional terhadap kepentingan investasi terutama untuk efisiensi dari
biaya investasi yang tinggi sebagai akibat korupsi dan rantai birokrasi yang panjang.

B. Rumusan Masalah.

a. Apa pengertian otonomi daerah.?


b. Bagaimana prinsip dan tujuan otonomi daerah?
c. Bagaimana otonomi daerah di indonesia.?
d. Bagaimana Implikasi Otonomi daerah ?
e. Apa saja permasalahan dari otonomi daerah dan penyelesaianya?

C. Tujuan Pembahasan

a. Apa pengertian otonomi daerah ?


b. Bagaimana prinsip dan tujuan otonomi daerah ?
c. Bagaimana otonomi daerah di Indonesia
d. Bagaimana Implikasi Otonomi daerah di Indonesia
e. Apa saja permasalahan dari otonomi daerah dan penyelesaianya.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Otonomi Daerah

Otonomi Daerah adalah kewenangan Daerah Otonom untuk mengatur dan


mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan
aspirasi masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (pasal 1
huruf(h) UU NOMOR 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah ).
Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat
hukum yang mempunyai batas daerah tertentu berwenang mengatur dan mengurus
kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi
masyarakat dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (pasal 1 huruf (i)UU
NOMOR 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah).

Dalam Undang-Undang No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian


otonomi derah adalah hak ,wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk
mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintah dan kepentingan masyarakat
setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Sedangkan menurut
Suparmoko (2002:61) mengartikan otonomi daerah adalah kewenangan daerah
otonom untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut
prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.

Otonomi daerah dengan sistem desentralisasi yaitu penyerahan wewenang


pemerintahan oleh pemerintah kepada daerah otonom dalam rangka negara
kesatuan. Desentralisasi mengandung segi positif dalam penyelenggaraan
pemerintahan baik dari sudut politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan
keamanan, karena dilihat dari fungsi pemerintahan. Sedangkan otonomi daerah
dengan sistem dekonsentrasi adalah peribangan wewenang dari pemerintahan
kepada daerah otonom sebagai wakil pemerintah dan perangkat pusat di daerah
dalam kerangka negara kesatuan, dan lembaga yang melimpahkan kewenangan
dapat memberikan perintah kepada pejabat yang telah dilimpahi kewenangan itu
mengenai pengambilan atau pembuatan keputusan.

B. Tujuan dan Prinsip Otonomi Daerah


1. Tujuan Otonomi Daerah.

Menurut pengalaman dalam pelaksanaan bidang-bidang tugas tertentu sistem


Sentralistik tidak dapat menjamin kesesuaian tindakan-tindakan Pemerintah Pusat
dengan keadaan di daerah-daerah. Maka untuk mengatasi hal ini, pemerintah kita
menganut sistem Desentralisasi atau Otonomi Daerah. Hal ini disebabkan wilayah
kita terdiri dari berbagai daerah yang masing-masing memiliki sifat-sifat khusus
tersendiri yang dipengaruhi oleh faktor geografis (keadaan alam, iklim, flora-fauna,
adat-istiadat, kehidupan ekonomi dan bahasa), tingkat pendidikan dan lain
sebagainya. Dengan sistem Desentralisasi diberikan kekuasaan kepada daerah
untuk melaksanakan kebijakan pemerintah sesuai dengan keadaan khusus didaerah
kekuasaannya masing-masing, dengan catatan tetap tidak boleh menyimpang dari
garis-garis aturan yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat.Jadi pada dasarnya,
maksud dan tujuan diadakannya pemerintahan di daerahadalah untuk mencapai
efektivitas pemerintahan.

Otonomi yang diberikan oleh pemerintah pusat kepada daerah ini bersifatmandiri
dan bebas. Pemerintah daerah bebas dan mandiri untuk membuat peraturan bagi
wilayahnya. Namun, harus tetap mempertanggung jawabkannya dihadapan Negara
dan pemerintahan pusat.

Selain tujuan diatas, masih terdapat beberapa point sebagai tujuan dari otonomi
daerah. Dibawah ini adalah beberapa tujuan dari otonomi daerah dilihat dari segi
politik, ekonomi, pemerintahan dan sosial budaya, yaitu sebagai berikut. :

a) Dilihat dari segi politik, penyelenggaraan otonomi dimaksudkan untuk mencegah


penumpukan kekuasaan dipusat dan membangun masyarakat yang demokratis,
untuk menarik rakyat ikut serta dalam pemerintahan dan melatihdiri dalam
menggunakan hak-hak demokrasi.

b) Dilihat dari segi pemerintahan, penyelenggaraan otonomi daerah untuk mencapai


pemerintahan yang efisien

c) Dilihat dari segi sosial budaya, penyelenggaran otonomi daerah diperlukan agar
perhatian lebih fokus kepada daerah.

d) Dilihar dari segi ekonomi, otonomi perlu diadakan agar masyarakat dapat turut
berpartisipasi dalam pembangunan ekonomi di daerah masing-masing.
Untuk mencapai tujuan otonomi daerah tersebut, sebaiknya dimulai dari diri
sendiri. Para pejabat harus memiliki kesadaran penuh bahwa tugas yang
diembannya merupakan sebuah amanah yang harus dijalankan dan
dipertanggungjawabkan. Selain itu, kita semua juga memiliki kewajiban untuk
berpartisipasi dalam rangka tercapainya tujuan otonomi daerah. Untuk mewujudkan
hal tersebut tentunya bukan hal yang mudah karena tidak mungkin dilakukan secara
instan. Butuh proses dan berbagai upaya serta partisipasi dari banyak pihak. Oleh
karena itu, diperlukan kesungguhan serta kerjasama dari berbagai pihak untuk
mencapai tujuan ini.

2. Prinsip Otonomi Daerah

Atas dasar pencapaian tujuan diatas, prinsip-prinsip yang dijadikan pedoman


dalam pemberian Otonomi Daerah adalah sebagai berikut (PenjelasanUU No. 32
Tahun 2004) :

1. Prinsip Otonomi Daerah menggunakan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam


arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur semua urusan
pemerintah diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
Undang-undang ini. Daerah memliki kewenangan membuat kebijakan daerah
untuk memberi pelayanan, peningkatan peran serta, prakarsa, dan
pemberdayaan masyarakat yang bertujuan pada peningkatan kesejahteraan
rakyat.
2. Sejalan dengan prinsip tersebut dilaksanakan pula prinsip otonomi yang
nyatadan bertanggungjawab. Prinsip otonomi nyata adalah suatu prinsip
bahwa untuk menangani urusan pemerintah daerah dilaksanakan
berdasarkan tugas,wewenang dan kewajiban yang senyatanya telah ada dan
berpotensi untuk tumbuh, hidup dan berkembang sesuai dengan potensi dan
kekhasan daerah.

Dengan demikian isi dan jenis otonomi bagi setiap daerah tidak selalu sama
dengan daerah lainnya, adapun yang dimaksud dengan otonomi yang
bertanggunjawab adalah otonomi yang dalam penyelenggaraannya harus benar-
benar sejalan dengan tujuan dan maksud pemberian otonomi.

A. Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia Dengan demikian isi dan jenis


otonomi bagi setiap daerah tidak selalusama dengan daerah lainnya, adapun yang
dimaksud dengan otonomi yang bertanggunjawab adalah otonomi yang dalam
penyelenggaraannya harus benar- benar sejalan dengan tujuan dan maksud
pemberian otonomi.

Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia

Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah,


banyak aspek positif yang diharapkan dalam pemberlakuan Undang-Undang
tersebut. Termasuk diharapkannya penerapan otonomi daerah karena kehidupan
berbangsa dan bernegara selama ini sangat terpusat di jakarta. Sementara itu
pembangunan di beberapa wilayah lain dilalaikan. Disamping itu pembagian
kekayaan secara tidak adil dan merata di setiap daerahnya. Daerah-daerah yang
memiliki sumber kekayaan alam yang melimpah, seperti:Aceh, Riau,Irian Jaya
(Papua), Kalimantan dan Sulawesi ternyata tidak menerima perolehan dana yang
patut dari pemerintah pusat serta kesenjangan sosial antara satu daerah dengan
daerah lain sangat mencolok. Otonomi Daerah memang dapat membawa perubahan
positif di daerah dalam hal kewenangan daerah untuk mengatur diri sendiri.

Kewenangan ini menjadi sebuah impian karena sistem pemerintahan yang


sentralistik cenderung menempatkan daerah sebagai pelaku pembangunan yang
tidak begitu penting atau sebagai pelaku pinggiran. Tujuan pemberian otonomi
kepada daerah sangat baik,yaitu untuk memberdayakan daerah, termasuk
masyarakatnya, mendorong prakarsa dan peran serta masyarakat dalam proses
pemerintahan dan pembangunan.

Pada masa lalu, pengerukan potensi daerah ke pusat terus dilakukan dengan
dalih pemerataan pembangunan. Alih-alih mendapatkan manfaat dari
pembangunan, daerah justru mengalami proses pemiskinan yang luar biasa.
Dengan kewenangan yang didapat daerah dari pelaksanaan Otonomi Daerah,
banyak daerah yang optimis bakal bisa mengubah keadaan yang tidak
menguntungkan tersebut.
Pada tahap awal pelaksanaan Otonomi Daerah, telah banyak mengundang
suara pro dan kontra. Suara pro umumnya datang dari daerah yang kaya akan
sumber daya, daerah-daerah tersebut tidak sabar ingin agar Otonomi Daerah
tersebut segera diberlakukan. Sebaliknya, untuk suara kontra bagi daerah-daerah
yang tidak kaya akan sumber daya, mereka pesimis menghadapi era otonomi
daerah tersebut. Masalahnya, otonomi daerah menuntut kesiapan daerah di segala
bidang termasuk peraturan perundang-undangan dan sumber keuangan
daerah.Oleh karena itu, bagi daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya
pada umumnya belum siap ketika Otonomi Daerah pertama kali diberlakukan.Selain
karena kurangnya kesiapan daerah-daerah yang tidak kaya akan sumber daya
dengan berlakunya otonomi daerah, dampak negatif dari otonomi daerah juga dapat
timbul karena adanya berbagai penyelewengan dalam pelaksanaan Otonomi Daerah
tersebut.

D. Implikasi Kebijakan Otonomi Daerah di bidang Politik, Ekonomi dan Pendidikan

1. Bidang Politik

Kebijaksanaan otonomi daerah yang baru membawa implikasi yang luas


diantaranya terhadap pembinaan birokrasi di daerah, sekalipun segala sesuatu yang
menyangkut masalah kepegawaian masih tetap menggunakan peraturan
perundangan yang sudah ada, yaitu Undang-Undang Pokok Kepegawaian. Hal ini
dinyatakan dengan tegas dalam pasal 75 UU no.22 tahun 1999 yang menyatakan
Norma, standar dan prosedur mengenai pengangkatan, pemindahan,
pemberhentian, penetapan pensiun, gaji, tunjangan, kesejahteraan, hak dan
kewajiban, serta kedudukan hukum pegawai negeri sipil daerah, ditetapkan dengan
perundang-undangan.

Akan tetapi daerah mempunyai wewenang yang luas, khususnya


propinsi,kabupaten, dan kota untuk membuat perencanaan kepegawaian yang
sesuai dengan kebutuhan pada waktu tertentu. Demikian pula daerah mempunyai
kewenangan untuk melakukan pembinaan, pendidikan dan latihan bagi aparat
penyelenggara pemerintah daerah. Hal itu dinyatakan dengan tegas pula dalam
pasal 76 UU no.22 tahun 1999, yaitu “daerah mempunyai wewenang untuk
melakukan pengangkatan, pemberhentian, penetapan pensiun, gaji tunjangan, dan
kesejahteraan pegawai serta pendidikan dan pelatihan sesuai dengan peraturan
daerah berdasarkan perundang-undangan.Tentu saja hal ini akan membawa
implikasi yang sangat luas, terutamayang menyangkut pola rekrutmen dan
pembinaan. Hanya saja yang perlu diperhatikan adalah mengingat potensi daerah
berbeda satu sama lainnya maka sudah seharusnya memperhatikan dimensi
keadilan dan kesetaraan antara satu daerah dengan daerah lainnya, jangan sampai
menimbulkan diskrepansi sosialyang membawa akibat gejolak sosial politik di
daerah.

2. Bidang Ekonomi

Sektor perekonomian sangat sensitif apabila dihubungkan dengan proses


otonomi daerah. Pembangunan ekonomi suatu daerah seharusnya lebih baik
apabila diselenggarakan dengan konsep desentralisasi. Pembangunan ekonomi
adalah suatu proses dimana suatu masyarakat menciptakan suatu lingkungan yang
mempengaruhi hasil-hasil indikator ekonomi seperti kenaikan kesempatan
kerja.Lingkungan yang dimaksud sebagai sumber daya perencanaan meliputi
lingkungan fisik, peraturan dan perilaku.

Ciri utama suatu daerah yang mampu menjalankan otonomi daerah dapat
dilihat dari kemampuan daerah untuk membiayai pembangunan di daerahnya
dengan tingkat ketergantungan kepada Pemerintah pusat dengan proporsi yang
sangat kecil. Artinya kemandirian keuangan adalah hal yang paling diutamakan
dalam terwujudnya otonomi daerah. Dengan adanya kemandirian tersebut, suatu
daerah diharapkan mampu dalam pengumpulan PAD (Pendapatan Asli Daerah)
yang menjadi bagian terbesar dalam mobilisasi dana penyelenggaraan
Pemerintahan daerah dan sudah sewajarnya PAD dijadikan tolak ukur dalam
pelaksanaan otonomi daerah. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan yang
diperoleh dari sektor pajak daerah, retribusi daerah, hasil perusahaan milik
daerah,hasil pengeloalaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain
pendapatanasli daerah yang sah. Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan salah
satu komponen sumber pendapatan daerah sebagaimana yang telah diatur dalam
pasal 79 undang-undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan daerah,
berdasarkan pasal 79 UU 22/1999 disimpulkan bahwa sesuatu yang diperoleh
Pemerintah daerah yang dapat diukur dengan uang karena kewenangan (otoritas)
yang diberikan masyarakat dapat berupa hasil pajak daerah dan retribusi
daerah.Sumber pendapatan daerah terdiri Pendapatan asli daerah, yaitu :

1. Hasil Pajak Daerah. Menurut Davey ( 1988:118) Pemerintah daerah memiliki


wewenang untuk menjangkau sumber pajak di daerah yakni melalui
pemungutan langsung serta menetapkan tarif di daerah. Pajak- pajak tersebut
antara lain pajak atas jasa, pajak atas produksi, pajak atas kendaraan, dan
lain-lain.
2. Hasil Retribusi Daerah. Pemerintah Daerah juga memiliki wewenang dalam
menetapkan retribusi daerah serta menarik retribusi dalam rangka
pemasukan daerah.

3. Bidang Pendidikan

Pada otonomi daerah banyak Undang-undang yang mengatur khusus


mengenai pendidikan salah satu undang-undang yang diimplementasikan dalam
pendidikan yaitu UU Nomor 2 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
privatisasi Perguruan Tinggi Negeri dengan status baru BHMN melalui PP no 60
tahun 2000 sampai UU No.32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah dan UU No.
33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dengan
Pemerintah Daerah yang mengatur konsep, sistem dan pola pendidikan juga
kewenangan di sektor pendidikan yang digariskan bagi pusat maupun daerah.
Kebijakan otonomi daerah dalam pendidikan memberikan dampak baik positif
maupun negatif. Daerah yang dapat memanfaatkan kondisi yang ada tentusaja akan
memberikan dampak positif dari otonomi daerah tersebut. Fenomena muncul raja-
raja kecil didaerah diakibatkan ketika kontrol Pemerintah pusat tidak lagi berperan
dalam pengambilan keputusan dan pengawasan hal ini menjadi dampak negatif jika
Pemerintah belum siap dalam desentralisasi. Kebijakan desentralisasi ini
kemungkinan akan menimbulkan jurang pemisah antara daerah yang maju dan
tidak. Pemerataan yang tidak berhasil terlihat jelas dari kualitas pendidikan yang
dihasilkan tiap daerah. Kemungkinan yang terjadi karena tidak meratanya
pendistribusian tenaga guru. Daerah yang kaya akan jauh lebih banyak menyedot
tenaga guru yang berkualitas. Akhirnya daerah-daerah tertentu diIndonesia akan
kelebihan guru dan daerah yang lainnya kekurangan tenaga guru. Desentralisasi
pendidikan menentukan pula hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan pembuatan
silabus materi pembelajaran dibuat berdasarkan kebutuhan siswa,keadaan sekolah
dan kondisi daerah. Perbedaan-perbedaan tersebut memberikan kemungkinan
terjadinya hasil belajar siswa.

E. Permasalahan Dan Upaya Mengatasi Masalah Otonomi Daerah


Permasalahan Yang Timbul Dalam Pelaksanaan Otonomi Daerah .
Dalam UU No. 32 tahun 2004 pasal 1 ayat 5, pengertian otonomi daerah adalah hak,
wewenang dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri
urusan Pemerintah dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan
perundang-undangan. Setelah berlakunya peraturan tersebut,daerah diberi berbagai
kewenangan untuk mengatur urusan rumah tangganya, halini menimbulkan berbagai
masalah timbul akibat kewenangan tersebut. Permasalahan yang timbul antara lain :

1. Kondisi SDM aparatur pemerintahan yang belum menunjang


sepenuhnya pelaksanaan otonomi daerah.Penyelenggaraan otonomi
daerah yang baik haruslah didukung oleh kondisiSDM aparatur
pemerintah yang memiliki kualitas yang cakap sehingga dapat
menjalankan berbagai kewenangan pemerintah daerah. Namun
sayangnya hal ini cukup sulit untuk diwujudkan. Pentingnya posisi
manusia karena manusia merupakan unsur dinamis dalam organisasi
yang bertindak/berfungsi sebagai subjek penggerak roda organisasi
Pemerintahan. Oleh sebab itu kualitas mentalitas dan kapasitas
manusia yang kurang memadai dengan sendirinya melahirkan impikasi
yang kurang menguntungkan bagi penyelenggaraan otonomidaerah.
Manusia pelaksana Pemerintah daerah dapat di kelompokkan
menjadi ;
a) Pemerintah daerah yang terdiri dari kepala daerah dan dewan perwakilan
daerah (DPRD). Dalam kenyataan syarat syarat yang di tentukan bagi
seorang kepala daerah belum cukup menjamin tuntutan kualitas yang ada.
b) Alat-alat perlengkapan daerah yakni aparatur daerah dan pegawai daerah.
c) Rakyat daerah yakni sebagai komponen environmental (lingkungan)
yangmerupakan sumber energi terpenting bagi daerah sebagai organisasi
yang bersifa tterbuka.
2. Para aparatur Pemerintah daerah pada umumnya memiliki kualitas
yang belum memadai, hal ini juga disebabkan oleh kurangnya
kemampuan daerah dalam merekrut pegawai baru yang berada di luar
struktur Pemerintahan sebelumnya. Menurut Widjaja Daerah
mempunyai kewenangan untuk mengangkat perangkat daerah, namun
belum cukup jelas kewenangannya untuk merekrut perangkat daerah
baru yang berada di luar struktur Pemerintahan sebelumnya, misalnya
merekrut dari kalangan LSM, Perguruan Tinggi, kalanganSwasta
Profesional dan lain-lain. Hal ini menyebabkan daerah sulit untuk
mendapatkan calon-calon pegawai yang cakap.
3. Bergesernya Korupsi Dari Pusat Ke Daerah
Korupsi yang awalnya terjadi pada Pemerintah pusat bergeser ke
daerah karena daerah diberikan wewenang sendiri dalam mengatur
keuangannya. Banyak pejabat daerah yang masih mempunyai kebiasaan
menghambur-hamburkan uang rakyat untuk ke luar Negeri dengan alasan
studi banding. Otonomi daerah memberikan kewenangan yang sangat
penting bagi kepala daerah. Hal ini juga menyebabkan adanya kedekatan
pribadi antara kepala daerah dan pengusaha yang ingin berinvestasi di
daerah. Dengan begitu maka akan terjadi pemerasan dan penyuapap.
4. Eksploitasi Pendapatan Daerah.
Salah satu konsekuensi otonomi adalah kewenangan daerah yang
lebih besar dalam pengelolaan keuangannya, mulai dari proses pengumpulan
pendapatan sampai pada alokasi pemanfaatan pendapatan daerah tersebut.
Dalam kewenangan semacam ini sebenarnya sudah muncul inherent risk,
risiko bawaan, bahwa daerah akan melakukan upaya maksimalisasi, bukan
optimalisasi, perolehan pendapatan daerah. Upaya ini didorong oleh
kenyataan bahwa daerah harus mempunyai dana yang cukup untuk
melakukan kegiatan, baik itu rutin maupun pembangunan.Daerah harus
membayar seluruh gaji seluruh pegawai daerah, pegawai pusat yang
statusnya dialihkan menjadi pegawai daerah, dan anggota legislatif daerah.
Disamping itu daerah juga dituntut untuk tetap menyelenggarakan jasa-jasa
publik dan kegiatan pembangunan yang membutuhkan biaya yang tidak
sedikit. Dengan alasan di atas, biasanya Pemerintah daerah kemudian
berusaha mencari pendapatan daerah sebanyak mungkin, seperti melalui
pemungutan pajak,retribusi, hingga eksploitasi daerah yang maksimal.:
a) Kurangnya Pemahaman Terhadap Konsep Desentralisasi Dan Otonomi
Daerah .
Pasal 18 UUD 1945 menyebutkan bahwa Indonesia adalah Negara
Kesatuanyang terdesentralisasi. Pada kenyataan pemahaman terhadap
desentralisasi dan otonomi daerah masih kurang. Pemerintah pusat dan
Pemerintah daerah masih belum memaksimalkan perannya dalam
Pemerintahan. Mentalitas dari aparat Pemerintah baik pusat maupun daerah
masih belum mengalami perubahan yang mendasar. Hal ini terjadi karena
perubahan sistem tidak dibarengi penguatan kualitas sumber daya manusia
yang menunjang sistem Pemerintahan yang baru.Pelayanan publik yang
diharapkan, yaitu birokrasi yang sepenuhnya mendedikasikan diri untuk untuk
memenuhi kebutuhan rakyat sebagai pengguna jasa adalah pelayanan publik
yang ideal. Untuk merealisasikan bentuk pelayanan publik yang sesuai
dengan asas desentralisasi diperlukan perubahan paradigma secara radikal
dari aparat birokrasi sebagai unsur utama dalam pencapaian tata
Pemerintahan lokal.
b) Penyediaan Aturan Pelaksanaan Otonomi Daerah Yang Belum Memadai
Pada awalnya peraturan mengenai pelaksanaan otonomi daerah di
tetapkan dalam Ketetapan MPR-RI Nomor XV/MPR/1998 tentang
Penyelenggaraan Otonomi Daerah; Pengaturan, Pembagian, dan
Pemanfaatan Sumber Daya Nasional yang Berkeadilan; serta Perimbangan
Keuangan Pusat dan Daerah Dalam Kerangka Negara Kesatuan Republik
Indonesia. Selanjutnya lahirlah UU No. 22/1999 tentang Pemerintahan
Daerah selanjutnya UU No. 25/1999 yang mengatur hubungan keuangan
pusat dan daerah, menggantikan UU No. 5/1974 yang sentralistik. Undang-
undang nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintah daerah, ditetapkan
berdasarkan kuatnya tuntutan masyarakat akan perlunya mengatur diri sendiri
sebagai dampak negatif dari sentralisasi yang dirasakanterlalu lama semasa
Orde Baru. Oleh karena tuntutan masyarakat itu terlalu mendesak dan harus
direspon dalam waktu singkat, maka Pemerintah dengan persetujuan DPR-RI
mengeluarkan undang-undang tentang Pemerintah daerah. Namun sesuai
dengan prosesnya yang mendesak, tentu saja materi isi dan substansinya
masih banyak kekurangan dan kelemahan dan perlu diantisipasi oleh daerah.
Ada beberapa hal yang harus dicermati mengenai peraturan
pelaksanaan Pemerintah daerah yang telah di susun, antara lain.
1. Pembagian Daerah
2. Pembentukan dan Susunan Daerah
3. Kewenangan daerah
4. Bentuk dan susunan Pemerintah Daerah

Upaya Mengatasi Masalah Yang Terjadi Dalam Otonomi Daerah Pada Masa
Reformasi
Beberapa upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan
dalam otonomi daerah adalah sebagai berikut :
 Pemerintah pusat harus melaksanakan otonomi daerah dengan
penuhke ikhlasan agar daerah dapat memperoleh hak untuk mengolah
sumber dayadi daerah secara optimal.
 Bahwa tujuan dan semangat yang melandasi otonomi daerah adalah
hasrat untuk menggali sendiri pendapatan daerahnya serta
kewenangan untukmeningkatkan PAD masing-masing daerah menuju
peningkatan kesejahteraan masing-masing daerah menuju
peningkatan masyarakat daerah, oleh karena itu untuk mencegah
kondisi disintesif, pemda dalam rangka otonomi daerah perlu
mengembangkan strategi efesiensi dalamsegala bidang.
 Untuk menopang pelaksanaan otonomi daerah perlu dikembangkan
ekonomi kerakyatan secara sistematis, mensinergikan kegiatan
lembaga/institusiriset pada PTN/PTS di daerah dengan industri kecil
menengah dan tradisional.
 Merekomendasikan kepada pemerintah untuk memperbaiki dasar-
dasar ekonomi yang sudah rapuh, dengan mengembangkan usaha
kecil/menengah dan koperasi menjadi lebih produktif serta berupaya
terus untukmemberantas kemiskinan structural.
 Memanfaatkan dan mengelola sumber daya alam dengan baik agar
supaya sumber kekayaan yang tersebut dapat dimanfaatkan secara
optimal dansecara lestari.
 Mendorong desentralisasi pembangunan daerah, mendayagunakan
lembagadi daerah khususnya DPRD untuk memiliki wewenang dan
kemandirian dalam membuat produk hukum pembangunan di daerah.
Ketentuan-ketentuan yang menyangkut perizinan, pengelolaan,
pendayagunaan danlain sebagainya yang berkaitan dengan masalah
 pembangunan yang dirumuskan oleh DPRD dan pemerintah daerah.

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Otonomi daerah adalah suatu keadaan yang memungkinkan daerah dapat


mengaktualisasikan segala potensi terbaik yang dimilikinya secara
optimal.Pemberian otonomi daerah adalah mempercepat terwujudnya kesejahteraan
masyarakat melalui peningkatan pelayanan, pemberdayaan dan peran masyarakat
serta peningkatan daya saing daerah dengan memperhatikan prinsip demokrasi,
pemerataan, keadilan, keistimewaan dan kekhususan suatu daerah dalam sistem
Negara Kesatuan Republik Indonesia, sehingga pada hakikatnya tujuan otonomi
daerah adalah untuk memberdayakan daerah dan mensejahterakan rakyat.Sejalan
dengan itu, Pemerintah Daerah harus dapat mendayagunakan potensi sumber daya
daerah secara optimal. Dengan semakin berkurangnya tingkat ketergantungan
Pemerintah Daerah terhadap Pemerintah Pusat, Daerah dituntut mampu
meningkatkan profesionalisme aparatur Pemerintah Daerah,melaksanakan
reformasi akuntansi keuangan daerah dan manajemen keuangan daerah,
melaksanakan perencanaan strategik secara benar, sehingga akan memacu
terwujudnya otonomi daerah yang nyata, dinamis, serasi, dan bertanggung
jawab.Adapun dampak negatif dari otonomi daerah adalah munculnya kesempatan
bagi oknum-oknum di tingkat daerah untuk melakukan berbagai pelanggaran,
munculnya pertentangan antara pemerintah daerah dengan pusat,serta timbulnya
kesenjangan antara daerah yang pendapatannya tinggi dengan daerah yang masih
berkembang. Bisa dilihat bahwa masih banyak permasalahanyang mengiringi
berjalannya otonomi daerah di Indonesia. Permasalahan- permasalahan itu tentu
harus dicari penyelesaiannya agar tujuan awal dariotonomi daerah dapat tercapai
dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA

Sugeng Priyanto, 2008. Pendidikan Kewarganegaraan, Semarang:Aneka Ilmu,

Srijanti, dkk, 2009 Pendidikan Kewarganegaraan untuk Mahasiswa , Jakarta:Graha


Ilmu.

Marbun, B. 2005 . Otonomi Daerah 1945‐ 2005 Proses dan Realita Perkembangan
Otda Sejak Zaman Kolonial sampai Saat Ini . Jakarta: Pustaka Sinar
harapan.

Rosyada, D. et al . (2005). Demokrasi, Hak Asasi Manusia &Masyarakat Madani

.Jakarta: Tim Icce Uin Jakarta dan Prenada Media.

Salam, D. 2004. Otonomi Daerah, Dalam Perspektif Lingkungan, Nilai dan Sumber
Daya. Bandung: Djambatan.

Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah.

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah

Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan antara


Pemerintah Pusat dan Daerah

Anda mungkin juga menyukai