Dosen :
Zaenal Arifin, SH. M.Si/Lutfi Gozali, M.Pd
Disusun Oleh :
Audha R. Jannah
20211039
012/STHI/UAS/VII/2022
FAKULTAS HUKUM
SEKOLAH TINGGI ILMU HUKUM PROF. GAYUS LUMBUUN
JAKARTA
2022
Nama : Audha R. Jannah
NIM : 20211039
No Ujian : 012/STHI/UAS/VII/2022
Hari/Tgl : Jumat, 22 Juli 2022
Mata Kuliah : Hukum Islam
Dosen : Zaenal Arifin, SH. M.Si/Lutfi Gozali, M.Pd
SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan:
a. Hukum ngon adat hantom cre, lagee zat ngon sipeut,
b. Adat nan syara’ sanda menyanda, syara’ mengato adat memakai,
c. Adatu Muhakkamat
d. Teori konflik, dan
e. sikap belah bambu.
Jawab:
a. “hukum ngon adat hantom cre, lagee’ zat ngon sipeut.” (hukum Islam dan
hukum adat tidak dapat dipisahkan karena erat sekali hubungannya seperti
hubungan zat dengan sifat sesuatu barang atau benda), dan Sulawesi
dengan ungkapan: “adat hula-hulaa to syaraa, syaraa hula-hulaa to adati.”
(adat bersendi syara’, syara’ bersendi ada
b. Syara’ Mangato Adat Mamakai” itu sudah menjadi sikap nyata dalam
kehidupan orang minang? Jawaban pertanyaan ini, tak jauh dari dua
asumsi. Asumsi pertama, bahwa “Syara’ Mangato Adat Mamakai”, dapat
diimplementasikan oleh orang yang paham agama, tahu dengan Syara’
(Syari’at), dan mengerti akan “Adat nan sabananyo Adat”. Maka agama
adalah kunci utama bagi seseorang untuk memakai adat.
c. al adatu muhakkamah adalah hal yang terjadi secara berulang-ulang, dapat
diterima oleh akal sehat atau fitrah manusia, dan dapat menjadi acuan
hukum
d. Teori konflik adalah teori yang memandang bahwa perubahan sosial tidak
terjadi melalui proses penyesuaian nilai-nilai yang membawa perubahan,
tetapi terjadi akibat adanya konflik yang menghasilkan kompromi-kompromi
yang berbeda dengan kondisi semula.
e. menekan hukum Islam sebagaimana mana teori belah bambu itu sendiri.
Padahal menurutnya hubungan hukum adat dengan hukum Islam bagaikan
sekeping mata uang yang masing-masing sisinya tak dapat di pisahkan.
Keduanya memiliki peran yang sejajar dan sama, saling melengkapi dengan
tanpa kehilangan identitas masing-masing. Hukum adat menerima hukum
Islam sebagai tingkat tertinggi dan kesempurnaan dari sistem hukum adat,
sedangkan hukum Islam juga menerima hukum adat dalam proses
legislasinya. Kata kunci: teori belah bambu, hukum Islam, hukum adat
2. Sumber hukum Islam ada tiga yaitu, Al-Qur’an, Al hadits dan Ar Rayu’,
coba saudara jelaskan hal-hal berikut :
a. secara garis besar Al-Qur’an memuat hal-hal tentang ?
b. ayat muhkamat dan mutasyabihat,
c. teks Al Qur’an yang qot’i dan zanni.
Jawab:
a. - Akidah secara etimologi bermakna kepercayaan dan keyakinan.
- Ibadah dan muamalah
- Persoalan hukum.
- Sejarah dan kisah-kisah umat terdahulu.
- Rujukan ilmu pengetahuan dan teknologi.
b. Ayat-ayat muhkamat adalah ayat-ayat yang memiliki makna jelas dan tidak
ambigu. Artinya, ayat muhkamat pemahamanya tidak diragukan dan mudah
dipahami tentang makna dan isinya. Sedangkan ayat mutasyabihat ialah
ayat yang tidak berdiri sendiri dan membutuhkan penjelasan lebih lanjut.
c. Qath'i al-Dalalah adalah nas yang jelas dan tertentu yang hanya memiliki
satu makna, dan tidak terbuka untuk makna lain. Sedangkan zhanni al-
Dalalah adalah kebalikan dari qath'i al-Dalalah, ia terbuka untuk pemaknaan,
penakwilan dan penafsiran.
3. Ada beberapa hal yang harus diketahui dalam memahami sebuah hadist,
coba jelaskan !
a. Pembagian hadits menurut jumlah orang yang meriwayatkan/
memberitakan,
b. Pembagian hadits menurut kualitas pribadi perawinya/yang
meriwayatkan.
Jawab:
a. Hadits ada dua bagian.
Yang pertama adalah hadits mutawatir, yaitu hadits yang diriwayatkan oleh
sejumlah orang yang banyak. Yang kedua adalah hadits Ahad, yang
diriwayatkan oleh orang yang banyak, tapi tidak sampai
sejumlah hadits mutawatir.
b. Ulama hadis berbeda pendapat tentang pembagian hadis berdasarkan
jumlah periwayatnya. Ada yang membagi menjadi dua, yaitu Hadis
Mutawatir dan Hadis Ahad. Ada juga yang membaginya menjadi tiga dengan
menambah satu jenis yang disebut hadis Masyhur.
5. Pembagian hukum Islam ada 3 (tiga) sebutkan dan jelaskan hal tersebut !
Jawab:
Perkembangan hukum islam dari masa ke masa dibagi dalam periodisasi oleh
kaum intelektual terdahulu. Periodisasi Fiqih terbagi menjadi enam, yaitu;
periode Rasulullah SAW, periode khulafaurrasyidin, periode tabi'in, periode
keemasan dinasti Abbasiyah, periode keterpakuan intelektual, dan periode
kebangkitan kembali. Namun yang menjadi fokus utama pada artikel ini yaitu
tasyri' pada periode khulafaurrasyidin. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui
sejarah perkembangan hukum Islam pada periode khulafaurrasyidin, untuk
mengetahui apa saja sumber penetapan Hukum Islam pada periode
khulafaurrasyidin, untuk mengetahui ijtihad dari khulafaurrasyidin. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa sejarah perkembangan hukum Islam pada
periode khulafaurrasyidin dimulai sejak wafatnya Rasulullah SAW pada tanggal
12 Rabiul Awal tahun 11 H atau 632 M, dan diakhiri pada akhir abad pertama
Hijriyah (11-41 H atau 632-661 M). Menurut para ahli sejarah islam, periode ini
adalah periode penafsiran undang-undang dan terbukanya pintu-pintu Istinbath
Hukum atas kejadian-kejadian yang tidak ada nash hukumnya. Sedangkan
sumber penetapan hukum Islam pada masa yaitu al-Qur'an, Hadits, dan Ijtihad
Sahabat. Adapun mengenai ijtihad khulafaurrasyidin dilakukan dengan cara
mengqiyaskan dengan permasalahan yang terdapat di nash dengan persamaan
illatnya.