Anda di halaman 1dari 6

MATERI 1

PENGERTIAN ILMU FIQIH DALAM SEGI BAHASA DAN ISTILAH

Menurut Bahasa (etimologi) kata Fiqih berasal dri Bahasa arab Al fahmu yang berarti ”Faham”.
Sedangkan menurut Istilah (terminology) Fiqih mulanya berasal dari pengetahuan keagamaan
yang mencakup seluruh ajaran agama, baik berupa aqidah ahlaq maupun amaliah, pada
perkembangan selanjutnya fiqih diartikan sebagai bagian dari syariah Islamiyah, yaitu
pengetahuan tentang hukum syariah islam yang berkaitan dengan perbuatan manusia yang telah
dewasa dan berakal sehat yang diambil dari dalil dalil terperinci.

Karakteristik Syariat Islam :

- Al-Qur'an, sebagai kitab suci umat Islam adalah firman Allah yang diturunkan kepada Nabi
Muhammad SAW untuk disampaikan kepada seluruh umat manusia hingga akhir zaman. Selain sebagai
sumber ajaran Islam, Al Qur'an disebut juga sebagai sumber pertama atau asas pertama syara'.

- Al-Hadist, merupakan kumpulan yang khusus memuat sumber hukum Islam setelah al Qur'an
berisikan aturan pelaksanaan, tata cara akhlak, ucapan yang dinisbatkan kepada Rasulullah.

- Ijtihad, adalah sebuah usaha para ulama, untuk menetapkan sesuatu putusan hukum Islam,
berdasarkan al Qur'an dan al Hadist.

- Khashoisul Asy-Syari'ah, yakni ide bahwa Allah adalah penguasa yang berdaulat penuh yang
perintah, larangan dan kehendakNya merupakan hukum atau syari'ah yang diperuntukan bagi
manusia dan alam semesta ini.

- Rabbaniyah(Orientasi Tuhan),bentuk mashdar dari "Rabb" yang ditambah "alif" dan "nun"-
yang berarti berhubungan kepada Rabb dan manusia yang berpredikat Rabbani bila ia
berhubungan dengan Allah sebagai satu-satunya rabb.
- Insaniyah (Manusiawi), Sifat insaniyah ini sejalan dengan sifat Islam yang bermakna ia
diturunkan untuk meningkatkan taraf hidup manusia, membimbing, memelihara sifat-sifat
humanistik, menjaganya dari proses-proses dehumanisasi dan dari sifat-sifat kehewanan.

- Wasathiyah (Moderat), berarti menengah, moderat dan adil.

- Waqi’iyah (Realistis), yakni segala sesuatu yang dapat dirasa sekaligus materi yang berbentuk.

- Syumuliyah (Komprehensif), Inilah aspek karakteristik syari'ah Islam yang membedakan


agama Islam dengan agama, ideologi maupun segala pemikiran kefilsafatan dan madzab yang
dikenal manusia dengan segenap jangkauan dan makna kata "syumul".
- Tsawabit , adalah masalah-masalah prinsip yang berdalil qath’i (mutlak dan pasti), baik
qath’iyyuts-tsubût/wurûd (kehujjahannya mutlak dan pasti serta tidak diperselisihkan di antara
para ulama), maupun qath’iyyud-dilâlah (makna dan pengertiannya mutlak, pasti dan tidak
diperdebatkan di antara para ulama.

- Tauhidiyah adalah konsep yang menjelaskan tentang adanya sesuatu penguasa alam raya yang
tunggal dan mengatur sesuatu yang berada di luar dan di dalamnya.
- Istiqomah adalah dimana konsep yang karena Islam bukan produk pemikiran manusia, bukan
produk lingkungan atau masa tertentu, juga bukan produk faktor-faktor dunia,
-Tawazuniyah adalah konsep keseimbangan dalam segala sendi dan dalam pengungkapan-
pengungkapannya.
- Ta’muliyyah adalah keaktifan dalam hubungan Allah SWT dengan alam dan manusia serta
keaktifan manusia itu sendiri dalam berbagai bidang kegiatannya.

MATERI 2
SEJARAH HUKUM ISLAM PADA MASA RASULULLAH
Pada masa Rasulullah berlangsung hanya beberapa tahun saja yaitu tidak lebih dari 22 tahun
beberapa bulan. Akan tetapi periode ini membawa pengaruh-pengaruh yang besar dan hasil-hasil
yang gemilang. Periode ini terdiri dari dua fase yang berlainan, yaitu :

HUKUM ISLAM PADA FASE MEKKAH


Pada fase ini kaum muslimin baru beberapa orang saja jumlahnya sedikit dan masih lemah,
belum merupakan suatu umat dan belum mempunyai pemerintahan. Perhatian rasul pada fase ini
diarahkan kepada penyebaran dakwah ketauhidan (meng-Esakan Allah) . Juga Nabi mengajarkan
larangan memakan daging hewan yang disembelih atas nama berhala, melihat undian nasib
dengan anak panah, zina dan lain sebagainya.

HUKUM ISLAM PADA FASE MADINAH

Selama beliau berada di Madinah, operasional dakwahnya lebih lancar dibandingkan dengan di
Mekkah yang ditandai dengan banyaknya orang-orang yang beriman. Oleh karena itu, ayat-ayat
Al-Quran yang turun banyak mengandung hukum ‘amaliyah, baik yang berkenaan dengan hidup
individual maupun masyarakat yang dapat dipastikan sangat memerlukan ketentuan hukum
lembaga pengadilan.

MEKANISME HUKUM ISLAM PADA MASA RASULULLAH


Periode Rasulullah SAW ini sumber-sumber dalam penetapan atau pembinaan hukum ada dua
yakni wahyu dan ijtihad Rasulullah SAW sedangkan ijtihad para sahabat pada waktu itu tidak
dapat dijadikan dasar yang mutlak kecuali ada pengakuan dari Rasulullah SAW sendiri.

KEUNGGULAN HUKUM ISLAM PADA MASA INI

Hukum islam yang mengatur bagaimana kita bersikap dalam kehidupan sehari hari.. Dengan
mengetahui hukum islam, kita akan memahami apa saja yang bermanfaat atau yang disukai oleh
Allah dan yang sia sia atau dilarang oleh Allah. Berikut keunggulan hukum islam pada masa
Rasulullah

a.Lahan Ibadah
b. Sarana Komunikasi dengan Allah
c. Mendatangkan Manfaat
d. Menghindarkan Dari Kesia siaan
e. Sanksi Hukum
f. Mengatur dan Memperlancar Interaksi Sosial
g. Sarana Dakwah
h. Pendidikan Akhlak
i. Menegakkan Keadilan
j. Ketenangan Keluarga
k. Menjaga Kehormatan
l. Motivasi dan Pemberi Semangat
m. Sebagai Peringatan
n. Pelebur Segala Emosi
o. Pedoman Hidup

MATERI 3
Masa Khulafa’ Ar-Risyidin

- Mekanisme khalifah mengenal hukum, Kehadiran seorang kepala negara dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara adalah sebuah keniscayaan, kehadirannya diharapkan mampu menjadi pengayom
bagi seluruh warga negara. Demikianlah urgensi dari seorang kepala Negara, kehadirannya telah
menjadi kebutuhan bagi seluruh manusia dalam berbagai komunitasnya. Dalam Islam, kehadiran kepala
Negara diharapkan mampu melaksanakan hukum - hukum Allah ta’ala dan menjadi pengayom bagi
seluruh umat.

- Bukti Kebenaran Metode Para Khalifah Dalam Mengenali Hukum, Sebagai konsep politik yang
theosentris tentu saja konsep kekhalifahan ini membutuhkan dalil acuan yang memiliki kekuatan ilahi
langsung, tidak berasal dari dialektika rasional dan menemukan hubungannya dengan wujud-wujud
klasik yang menekankan pada atribut-atribut esensial.

- Pengertian Ar Ra’yu Dan Penerapannnya


• Kata al-ra’yu berasal dari kata ra’a, yarā’ ra’yan yang berarti memperlihatkan, kemudian dari kata
tersebut terbentuk kata ra’yun yang jamaknya arā’u artinya pendapat pikiran.

• Jadi penggunaan ra’yu menurut ajaran Islam tidak sama dengan berpikir lieberal yang hanya
mengutamakan rasio saja, dan mengesampingkan aqidah, akhlak, pengetahuan yang mendalam tentang
Alquran dan hadis, serta kaidah-kaidah fikih.

• Hukum Yang Diambil Bedasarkan Pada Maqashud Syari’ah, Maqashid Syariah terdiri dari dua akar
kata, yaitu Maqashid dan Syariah.Tema maqashid berasal dari bahasa Arab ‫ مقاصد‬yang merupakan bentuk
jamak dari kata ‫( مقصد‬maqshad), yang bermakna maksud, sasaran, prinsip, niat, tujuan, dan tujuan
akhir.Kata maqshad berarti telos (dalam bahasa Yunani), Finalite (Dalam bahasa Prancis), atau Zweck
(Dalam bahasa Jerman).

Faktor Penyebab Perbedaan Pendapat Pada Masa Ini


1. Karena berbeda dalam memahami dan mengartikan kata-kata dan istilah baik dalam Al-Quran
maupun hadits.

2. Karena berbeda tanggapanya terhadap hadits. Ada hadits yang sampai kepada sebagian ulama, tetapi
tidak sampai kepada ulama yang lain. Hadits tersebut diketahui oleh semua ulama, Sering terjadi
sebagian ulama menerimanya sebagai haditsh sahih

3. Berbeda dalam menanggapi kaidah-kaidah ushul. Misalnya ada para ulama yang berpendapat bahwa
lapal am sudah ditakh’sis itu bisa di jadikan hujah. Ulama-ulama berpendapat bahwa mahfum itu hujah,
kemudian berbeda lagi pendapatnya terhadap makhfum mukhalafah.

4. Berbeda tanggapanya tentang ta’arudl (pertentangan antara dalil) dan tarjih (menguatkan stu dalil atas
dalil yang lain) . Seperti tentang nasakh dan mansukh, tentang pentakwilan, dan lain sebagainya yang
dibahas secara luas dalam ilmu ushul fiqh.
5. Berbeda pendapat dalam menetapkan dalil yang sifatnya ijtihadi. Ulama sepakat bahwa Al-Quran dan
Al Sunah Al-shahihah adalah sumber hukum.tetapi berbeda pendapatnya istishan, al-maslahahnal -
mursalah, pendapat sahabat , dan lain-lainya

MATERI 4

Periode Awal Pertumbuhan Fiqih

Masa ini dimulai pada pertengahan abad ke-1 sampai awal abad ke-2 H. Periode ketiga ini merupakan
titik awal pertumbuhan fiqih sebagai salah satu disiplin ilmu dalam Islam. Dengan bertebarannya para
sahabat ke berbagai daerah semenjak masa alKhulafaur Rasyidun (terutama sejak Usman bin Affan
menduduki jabatan Khalifah, 33 H/644 M.), munculnya berbagai fatwa dan ijtihad hukum yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah lain, sesuai dengan situasi dan kondisi masyarakat daerah tersebut.

Pertumbuhan fiqih dari awal sampai sekarang dapat dibedakan kepada beberapa priode,sebagai
berikut:

1. Periode rasulullah, yaitu priode insya’ dan takwin yang berlangsung selam 22 tahun, yaitu terhitung
sejak dari kebangkitan rasulullah pada tahun 610 M sampai dengan kewafatan beliau pada tahun 632M

2. Periode sahabat, yaitu tafsir dan takmil yang berlangsung selama 90 tahun , yaitu terhitung mulai
kewafatan rasul sampai dengan akhir abad pertama hijriah

3. Periode tadwin dan munculnya para imam mujtahiddan zaman perkembangan serta kedewasaan
hukum , yang berlangsung selam 250 tahun.

4. Periode taqlid, yaitu priode kebekuan dan statis yang berlangsung mulai pertengahan abad empat
hijriah dan hanya Allah yang tahu kapan berakhirnya periode ini.

Meluasnya perbedaan dalam fiqih

Seringkali terjadi di kalangan para ulama karena berbagai alasan dan kondisi sehingga kadang terjadi
perselisihan baik pada ulama tersebut atau pada pengikut yang mempercayainya.Yang menjadi faktornya
ialah :

- Perbedaan Memahami Lafadz Teks Nash, Faktor penyebab perbedaan paham dalam fiqih islam yang
pertama ialah Karena adanya erbedaan dalam memahami teks yang menjadi sumber syariat.

- Perbedaan Riwayat, Ialah tentang hadist yang didapat sebagai dasar dalam menentukan fiqih

Tersebarnya periwayatan hadist

• Pada umumnya, ketika terjadi perluasan daerah Islam, para Sahabat mendirikan masjid-masjid di
daerah-daerah baru itu; dan di tempattempat yang baru itu sebagian dari mereka menyebarkan ajaran
Islam dengan jalan mengajarkan Al-Qur'an dan hadist nabi Muhammad SAW kepada penduduk
setempat. Dengan tersebarnya para Sahabat ke daerah-daerah disertai dengan semangat menyebarkan
ajaran Islam, maka tersebar pulalah Hadits-Hadits Nabi SAW.

• Sejalan dengan kondisi di atas, dan dengan adanya tuntutan untuk mengajarkan ilmu agama kepada
masyarakat yang baru memeluk agama Islam, maka Khalifah 'Utsman ibn 'Affan, dan demikian juga Ali
ibn Abi Thalib, mulai memberikan kelonggaran dalam periwayatan Hadits. Akibatnya, para Sahabat pun
mulai mengeluarkan khazanah dan koleksi hadist yang selama ini mereka miliki, baik dalam bentuk
hafalan maupun tulisan. Mereka saling memberi dan menerima Hadits antara satu dengan yang lainnya,
sehingga terjadilah apa yang disebut dengan iktsar rituayah al-Hadits (peningkatan kuantitas
periwayatan hadist)

Lahirnya madrasah hadist dan ra’yi

• Madrasah ahli hadis muncul di kota madinah, negeri hijaz dan Allah telah memuliakan negeri mekah
dan madinah dengan mengutus Rasulullah saw, padanya turun syariat islam dan di Madinah Munawarah
tempat turunya hukum-hukum fiqh dan tempat hijrahnya risalah setelah mendapat penentangan dari
penduduk mekah.

• Madrasah ahli ra’yi muncul dan berkembang di kufah (irak), sebuah negara yang tidak kalah hebatnya
dengan kota madinah dalam aspek perkembangan keilmuwan karena termasuk negara yang paling
banyak disinggahi para pembesar sahabat.

Anda mungkin juga menyukai