Anda di halaman 1dari 2

Refleski Filsafat Politik Ibnu Rusyd

M. Mujibuddin

Ibnu Rusyd dikenal sebagai seorang ulama dan filosof muslim dari Andalusia. Ibnu Rusyd
dilahirkan dari keluarga terpandang di kerajaan. Semasa hidupnya, Ibnu Rusyd telah menulis
beberapa kitab yang terdiri terkait dengan filsafat, politik, fiqih. Pemikiran Ibnu Rusyd yang
paling fenomenal adalah tentang kritikannya terhadap Al-Ghazali yang tercantum dalam kitab al-
Tahafut al-Tahafut. Di dalam kitab tersebut Ibnu Rusyd mengkritik argumentasi yang diberikan
oleh al-Ghazali terhadap para filosof terdahulu.

Ibnu Rusyd juga dikenal sebagai orang yang mampu memahami dua pemikir filsafat klasik yaitu
Plato dan Aristoteles. Sebagaimana tradisi filosof klasik terkait dengan komentar yang diberikan
kepada buku para filosof, Ibnu Rusyd mengomentari pemikiran politik Plato yang tertulis dalam
buku Republiknya. Akan tetapi, komentar yang diberikan oleh Ibnu Rusyd tidak wajar. Sebab, ia
menggunakan metode demonstrative Aristoteles untuk mengomentari sekaligus mengkritik buku
Republiknya Plato. Kitab tersebut diberi judul ad-Daruri fi as-Siyasah: Mukhtasar Kitab as-
Siyasah li Aflatun.

Dalam kitab tersebut, Ibnu Rusyd mengaitkan filsafat politiknya dengan etika. Hubungan antara
politik dan etika terletak pada dimensi cara mengatur jiwa. Karena ilmu etika menurut ibn rusyd
berkaitan dengan ilmu jiwa, sehingga ilmu politik dipahami sebagai ilmu yang mengontrol jiwa-
jiwa manusia, dalam hal ini masyarakat.

Kitab Ibnu Rusyd tentang politik berisikan komentarnya terhadap karya Republiknya Plato.
Akan tetapi, perspektif yang digunakan oleh Ibnu Rusyd untuk mengomentari karya tersebut
menggunakan metode demonstratifnya Aristoteles. Dengan demikian, hasil dari komentarnya
berisikan tentang kritik atas karya Republiknya Plato sekaligus refleksi atas kekacauan
perpolitikan Arab-Islam Magrib-Andalusia di masa hidup Ibnu Rusyd.

Politik yang dimaksud oleh Ibn Rusyd adalah penduduk dan masyarakatnya yang tidak dilihat
dari wujud fisik saja, melainkan dilihat dari segi keberadaan mereka sebagai jiwa yang mencari
kesempurnaan dalam masyarakat. Dengan demikian jelas terlihat bahwa etika merupakan ilmu
yang menggambarkan tentang jiwa dari seorang individu, dan negara merupakan ilmu yang
menggambarkan tentang jiwa secara jamaah. 1 Ibnu Rusyd berargumen bahwa kesuksesan sebuah
negara tergantung pada jalinan kerjasama antara pemimpin dan rakyatnya. Aspek yang
ditekankan oleh Ibnu Rusyd terkait dengan bagaimana seorang pemimpin pemerintahan tidak
memiliki kepentingan pada diri sendiri.

Tindakan seorang pemimpin yang dhalim tidak akan mengantarkan kepada kesejahteraan rakyat.
Dalam maqalah Arab pernah dijelaskan bahwa lebih baik hidup dibawa seorang pemimpin non-
muslim namun sejahtera daripada hidup dibawa seorang pemimpin muslim yang dzalim.
Keadaan ini menunjukkan bahwa keadilan merupakan nilai universal yang tidak hanya datang
dari umat Islam saja, melainkan juga datang dari pemeluk agama lain. Konsep keadilan ini
menjadi point yang bisa kita ambil dari filsafat politiknya Ibnu Rusyd.

1
Ibnu Rusyd, ad-Daruri fi as-Siyasah, (Beirut: Markaz Dirasat al-Wahdah al-Arabiah, 1998), 47.

Anda mungkin juga menyukai