IBNU RUSYD
Oleh :
Raudatunnisa (190103040356)
Tokoh yang paling popular dan dianggap paling berjasa dalam membuka
mata barat adalah Ibnu Rusyd. Dalam dunia intelektual barat, beliau lebih dikenal
dengan nama Averros. Begitu populernya Ibnu Rusyd dikalangan barat, sehingga
pada tahun 1200-1650 terdapat sebuah gerakan yang disebut Viorrisme yang
berusaha mengembangkan pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd. Dari Ibnu Rusydlah
mereka mempelajari Fisafat Yunani Aristoteles (384-322 s.M), karena Ibnu Rusyd
terkenal sangat konsisten pada filsafat Aristoteles.
1
B. PEMBAHASAN
1. Riwayat Hidup
Ibnu Rusyd adalah filsuf Muslim yang terakhir muncul di dunia Islam
belahan Barat.1 Beliau dikenal sebagai orang yang mempunyai minat besar pada
keilmuan. Diriwayatkan bahwa sejak dewasa Ibnu Rusyd tidak pernah absen dari
kegiatan membaca dan keilmuan kecuali pada malam ayahnya meninggal dan
malam perkawinannya.
1
Amroeni Drajat, Filsafat Islam: Buat yang Pengen Tahu, (Medan: PT Gelora Aksara Pratama,
2006), 73.
2
Ibnu Rusyd sangat mumpuni dalam bidang hukum dan menjadi satu-
satunya pakar dalam soal khalifiyah di zamannya, Bidayah al-Mujtahid (ditulis
tahun 1168 M), bukunya yang menguraikan tentang sebab-sebab munculnya
pendapat dalam hukum (fiqih) dan alasannya masing-masing dinilai sebagai karya
terbaik di bidangnya.
2
Khudori Soleh, FILSAFAT ISLAM, (Jogjakarta: AR-RUZZ Media, 2014), hal 154.
3
2. Karya-karya Ibnu Rusyd
Secara umum karya Ibnu Rusyd dapat dikelompokan menjadi (1) karya asli,
(2) ulasan panjang (syuruh kubro) atau penafsiran (tafsirat), (3) ulasan sedang
(syuruh wustha) atau jawami’, dan (4) ulasan pendek (syruh shughra) atau
ringkasan (talkishat). Selain karya-karya aslinya, karya ulasan itu sebagian besar
dilakukan terhadap karya-karya Aristoteles, selebihnya adalah terhadap karya-
karya Galen dan filosof lain. Sebagai pengulas dikatakan orang bahwa ia tidak
tertandingi oleh tokoh lain, dan ia merupakan sosok tokoh pengulas besar (al
syarih al-kabir). Konon, Ibnu Rusyd sendiri tidak menguasai bahasa Yunani,
sehingga untuk melakukan pekerjaan tersebut ia merujuk kepada berbagai
terjemahan yang telah ada yang dibuat oleh para penerjemah profesional
terdahulu, seperti Hunain Ibn Ishaq (809-873), Ishaq Ibn Hunain (w. 911), Yahya
Ibn ‘Adi (w. 974), Abu Bisyr Matta (w. 911), dan lain-lain. Dengan mengambil
terjemahan-terjemahan tersebut Ibnu Rusyd menyeleksi dan mencari yang
paling tepat untuk mengesampingkan yang salah, sehingga ia dapat membersihkan
pemikiran Aristoteles dari unsur-unsur Platonik.
3
Amroeni Drajat, Filsafat Islam: Buat yang Pengen Tahu,74.
4
Secara ringkas perbedaan karakter karya-karya Ibnu Rusyd menurut
kelompoknya adalah sebagaimana yang berikut. Pada tafsir atau syarh, Ibnu
Rusyd terlebih dulu menampilkan teks yang dinyatakan oleh Aristoteles secara
literal, paragraf demi paragraf, dari terjemahan yang diterimanya. Dengan kata
lain ia membiarkan dulu teks-teks tersebut berbicara sendiri. Kemudian terhadap
teks-teks tersebut Ibnu Rusyd menginterpretasikan, mengulas, dan menjelaskan
bagian demi bagian dari paragraf tersebut. Dengan usaha itu, ungkapan dan
kalimat Ibnu Rusyd lebih sempurna daripada teks Aistoteles. Dalam ulasan
tersebut Ibnu Rusyd membagi tema kitab menjadi beberapa persoalan, setiap
persoalan dibagi menjadi pasal-pasal, dan setiap pasal dibagi menjadi paragraf-
paragraf. Usaha Ibnu Rusyd ini terilhami dan terpengaruh oleh metode para
penafsir Al-Qur’an. Sedangkan pada talkhis, Ibnu Rusyd hanya meringkaskan
atau menampilkan pokok-pokok pikiran Aristoteles tanpa menyertakan teksnya.
Ia tidak mengemukakan pandangan-pandangan ilmiahnya saja. Oleh karena itu,
tentang karya yang berbentuk talkhish ini, ada yang mengatakan sebagai
pemikiran murni Ibnu Rusyd.4
a. Filsafat
Tahafut at-Tahafut (kerancauan dalam kerancauan) buku ini merupakan
magnum opus dan puncak kematangan pemikiran filsafat Ibnu Rusyd. Isi
buku ini merupakan serangan balasan Ibnu Rusyd atas serangan Al-
Ghazali terhadap para filosof sebagaiman dalam bukunya Tahafut al-
Falasifah. Dalam buku ini Ibnu Rusyd membela filosof atas tuduhan al-
Ghazali dalam masalah-masalah filsafat. Buku ini di tulis sekitar tahun
1180 dan sudah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin dan bahas Ibrani
4
Aminullah el-Hady, Ibn Rusyd Membela Tuhan, (Surabaya: LPAM, 2004), 41-43.
5
pada tahun 1328. Diterjemah ke dalam bahasa Inggris oleh Van den
Berghe, 1954. Dan ke dalam bahasa Jerman oleh Marx Holten, terbit di
Bron pada 1913.
Jauhar al-Ajram as-Samawiyyah (struktur benda-benda langit).
Sebenarnya kitab ini adalah kumpulan makalah yang ditulis dalam waktu
dan kondisi yang berbeda-beda, kitab ini sudah diterjemah ke dalam
bahasa Ibri dan Latin. Dan biasanya dijadikan satu dengan karya-karya
Aristoteles.
Ittisal al-‘Aql al-Mufarriq bi al-Ihsan, 2 jilid (komunikasi akal yang
membedakan dengan manusia).
Kitab fi al-‘Aql al-Huluyani aw fi Imkan al-Ittisal (akal subtantif yang
mungkin dapat berkomunikasi). Kitab ini sudah diterjemah ke dalam
bahasa Latin sejak abad XIV M.
Syrah ittisal al-‘Aql bi al-Ihsan (komentar kaitan akal dengan manusia)
karya Ibn Bajjah.
Masail fi Muktalif Aqsam al-Mantiq (beberapa masalah tentang aneka
beberapa logika), diterjemah ke dalam bahasa Latin.
Al-Masail al-Burhaniyah (masalah-masalah argumentatif), diterjemah ke
dalam bahasa Latin.
Khulasah al-Mantiq (ringkasan ilmu logika), diterjemah ke dalam bahasa
Ibri.
Muqadimah al-Falsafah (pengantar ilmu filsafat) diterjemah ke dalam
bahasa Ibri.
Al-Natijah Mutabaqah (mengambil kesimpulan yang sesuai),
menanggapi pendapat Al-Farabi tentang qiyas.
Jawami’ Aflaton (komunitas Platonisme), diterjemah ke dalam bahasa
Latin.
At-Ta’rif bi Jihah Nadzr al-Farabi fi Sina’ah al-Mantiq wa Nadzr Aristo
Fiha (menganal fisi Al-Farabi dan Aristoteles tentang kreasi logika).
Syuruh Kayiroh ‘ala al-Farabi fi Masail al-Mantiqi Aristo (beberapa
komentar tentang logika Aristoteles).
6
Maqallah fi ar-Radd ‘ala Ali bin Sina (makalah jawaban untuk Ibn Sina)
Syarh al-Alahiyat al-Awsat (Talkhis Al-Ilahiyat) komentar tentang
ketuhanan yang tidak rumit.
Risalah fi Anna Allah Ya’lam al-Juz’iyat (risalah bahwa Allah
mengetahui yang teknis juz’i)
Maqalah fi al-Wujud as-Sarmadi wa al-Wujud az-Zamani (makalah
tentang eksistensi Implisit dan eksistensi waktu).
Al-Fash’an Masail Waqa’at fi al-Ilm al-Ilahi (pemerkasaan masalah
yang ada dalam ilmu Ketuhanan), tanggapan terhadap beberapa problem
dalam kitab Asy-Syfa’ karya Ibn Sina.
Masail fi’ Ilm An-Nafs (beberapa maslah tentang ilmu jiwa).
b. Ilmu Kalam.
Fasl al-Maqal fima Baina al-Hikmah wa Asy-Syari’ah min alIttisal
(uraian tentang kaitan filsafat dan syari’ah) ditahqid Joshep Muller di
Minich, Jerman 1859 dan diterjemah sekaligus diberi kata pengantar oleh
Georege hourani 1961.
I’tiqad Masysyain wa al-Mutakallimin (keyakinan kaum leberalis dan
pakar ilmu kalam).
Al-Manahij fi Ushul ad-Din (beberapa metode dalam membahas dasar-
dasar agama).
Syarh aqidah al-Imam al-Mahdi (penjelasan tentang aqidah imam al-
Mahdi). Kitab ini menjelaskan keyakinan dan teologi Abu Abdillah
Muhammad Bin Tumart (w.1130) yang mirip dengan teologi Syi’ah.
Manahij al-‘Adillah fi ‘Aqaid al-Millah (beberapa metode argumentatif
dalam aqidah agama), ditahqiq dan diterjemah ke dalam bahasa Jerman
oleh Josep Muller, 1859.
Damimah li Mas’alah wa Nihayah al-Qadim (inti maslah ilmu kuno).
7
c. Fiqih dan Ushul Fiqh.
Bidayah al-Mujtahid wa Nihayah al-Muqtashid (dasar mujtahid dan
tujuan orang sederhana) dicetak diberbagai negara dalam lintas mazhab
dan diterjemah ke dalam beberapa bahasa.
Mukhtasar al-Mustafa (ringkasan al-Mustafa, karya Al-Ghazali).
Al-Tanbih ila al-khata’ fi al-Muthun (peringatan kesalahanmatan).
Risalah fi ad-Dahaya (risalah tenatng hewan qurban).
Risalah fi al-Kharaj (risalah tenatng pajak tanah).
Makasib al-Mulk wa al-Ru’asa’ al-Muharammah (penghasilan para raja
dan para pejabat yang diharamkan).
Ad-Dar al-Khamil fi al-Fiqh (studi fiqih yang sempurna).
e. Nahwu
Kitab ad-Daruri fi an-nahwi (yang terpenting dalam ilmu nahwu).
Kalam ‘ala al-Khalimah wa al-Ism al-musytaq (pendapat tentang kata
dan isim musytaq).
f. Kedokteran
Al-Kuliayat (7 jilid). Studi lengkap tentang kedokteran. Menjadi buku
wajib dan selalu menjadi rujukan dalam berbagai Universitas di Eropa.
Diterjemah ke dalam bahasa Latin, Ibri dan Inggris.
Syarh Arjuwizah Ibn Sina fi at-Tibb. Kitab ini secara kuantitas paling
banyak beredar. Menjadi bahan kajian ilmu kedoteran di Oxford Univ.
Leoden dan Universitas Sourbron Paris.
8
Maqalah fi at-Tiryaq (makalah tentang obat penolak racun), diterjemah
ke dalam bahasa Latin, Ibri dan bahasa Eropa lainya.
Nasaih fi Amr al-Nisal (nasehat tentang penyakit perut dan diare),
diterjemah ke dalam bahasa Latin dan Ibri.
Mas’alah fi Nawaib al-Humma (masalah tenatng penyakit panas).
Beberapa ringkasan kitab-kitab galinus.
9
tersebut. Sebab kemampuan manusia dalam menerima kebenaran dan
bertindak dalam mencari pengetahuan berbeda-beda. Ibnu Rusyd berpendapat
ada 3 macam cara manusia dalam memperoleh pengetahuan yakni:
Ta’wil yang dilakukan dengan metode Burhani sangat tidak layak untuk
diajarkan atau disebarkan kepada mereka yang berfikir dialektik terlebih
orang-orang yang berfikir retorik. Sebab jika metode ta’wil burhani diberikan
kepada mereka justru bisa menjerumuskan kepada kekafiran. Penyebabnya
adalah karena tujuan ta’wil itu tak lain adalah membatalkan pemahaman
lahiriyah dan menetapkan pemahaman secara interpretatif. Pernyataan ini
merujuk pada Qur’an surat Al-Isra’: 85 “Dan mereka bertanya kepadamu
tentang roh. Katakanlah: "Roh itu termasuk urusan Tuhan-ku.” (Q.S. Al-
Israa’: 85).
10
Allah SWT. sedemikian rupa mengingat derajat pengetahuan dan kemampuan
intelektual manusia amat beragam, sehingga Allah SWT tidak menawarkan
metode pemerolehan pengetahuan dan kebenaran hanya dengan satu macam
cara saja. Satu pendekatan yang diyakini Ibnu rusyd bisa mendamaikan antara
bunyi literal teks yang transenden dengan pemikiran spekulatif – rasionalistik
manusia adalah kegiatan Ta’wil.
Metode ta’wil bisa bikatakan merupakan isu sentral dalam kitab beliau
ini. Al-Qur’an kadang berdiam diri tentang suatu obyek pengetahuan. Lantas
ulama melakukan Qiyas (syar’i) untuk menjelaskan kedudukan obyek
pemikiran yang maskut ‘anhu tersebut. Demikian pula dengan nalar Burhani,
ia merpakan metode ta’wil atau qiyas untuk membincangkan persoalan-
persoalan maujud yang tidak dibicarakan oleh al-Qur’an.
11
terhdap kecenderungan kelompok ulama yang pandai (al Rasyikhuna fil’Ilm)
untuk merenungi makna-makna dibalik lafaz yang tersurat.
b. Metafisika
12
ada ini sesuai dengan wujud manusia. Dan kedua, kesesuaian ini bukanlah
terjadi secara kebetulan, tetapi memang sengaj diciptakan demikian oleh
sang pencipta bijaksana. Ayat suci yang mendukung dalil tersebut,
diantaranya Q.S, an-Naba’:78:6-7 Bukankah Kami telah menjadikan bumi
itu sebagai hamparan?, dan gunung-gunung sebagai pasak? (QS. an-
Naba:6-7)
3) Dalil Ikhtira’ (dalil ciptaan) Dalil ini didasarkan pada fenomena ciptaan
segala makhluk ini, seperti ciptaan pada kehidupan benda mati dan
berbagai jenis hewan, tumbuhtumbuhan dan sebagainya. Menurut Ibnu
Rusyd, kita mengamati benda mati lalu terjadi kehidupan
padanya,sehingga yakin adanya Allah yang menciptakannya. Demikian
juga berbagai bintang dan falak di angkasa tunduk seluruhnya kepada
ketentuannya. Karena itu siapa saja yang ingin mengetahui Allah dengan
sebenarnya, maka ia wajib mengetahui hakikat segala sesuatu di alam ini
agar ia dapat mengetahui ciptaan hakiki pada semua realitas ini. Ayat suci
yang mendukung dalil tersebut, diantaranya Q.S, al-Hajj: 73 Hai manusia,
telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu.
Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat
menciptakan seekor lalat pun, walaupun mereka bersatu untuk
menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah
mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang
menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah. (QS. al-Hajj:73)
4) Dalil Harkah (Gerak.) Dalil ini berasal dari Aristoteles dan Ibnu Rusyd
memandangnya sebagi dalil yang meyakinkan tentang adanya Allah
seperti yang digunakan oleh Aristoteles sebelumnya. Dalil ini
menjelaskan bahwa gerak ini tidak tetap dalam suatu keadaan, tetapi selalu
berubah-ubah. Dan semua jenis gerak berakhir pada gerak pada ruang,
dan gerak pada ruang berakhir pada yang bergerak pad dzatnya dengan
sebab penggerak pertama yang tidak bergerak sama sekali, baik pada
dzatnya maupun pada sifatnya. Akan tetapi, Ibnu Rusyd juga berakhir pada
kesimpulan yang dikatakan oleh Aristoteles bahwa gerak itu qadim.
13
5) Sifat-sifat Allah. Adapun pemikiran Ibnu Rusyd tentang sifat-sifat Allah
berpijak pada perbedaan alam gaib dan alam realita. Untuk mengenal sifat-
sifat Allah, Ibnu Rusyd mengatakan, orang harus menggunakan dua cara:
tasybih dan tanzih (penyamaan dan pengkudusan). Berpijak pada dasar
keharusan pembedaan Allah dengan manusia, maka tidak logis
memperbandingkan dua jenis ilmu itu.5
5
Faturohman, “Ibnu Rusyd dan Pemikirannya”, jurnal TSARWAH, Vol. 1 No. 1 (Januari-Juni)
2016, 113-121.
14
C. PENUTUP
Kesimpulan
15
DAFTAR PUSTAKA
Drajat, Amroeni. Filsafat Islam: Buat yang Pengen Tahu, Medan, PT Gelora
Aksara Pratama, 2006.
16