Anda di halaman 1dari 21

Biografi Ulama Ahli Hadits

(Imam Abu Dawud, Imam An-Nasai, Imam At Thurmudzi, dan Ibnu Majah)
Makalah ini di ajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah

Studi Hadits

Di susun:
Prihantika Fuji Kusuma Dewi (B97213110)
Siska Puspita Ningrum

(B97213111)

Dosen Pengampu:
Dr. Mohammad Rofiq, S.Ag, M. Pd., M.Si., M. Pd. I

Program studi Psikologi G3


Fakultas Dakwah dan Ilmu Komunikasi
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel
Surabaya
2014
Makalah Studi Hadist
Biografi Ulama Ahli Hadist

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada saat sekarang ini, perkembangan ilmu pengetahuan benar-benar mengalami
puncak kejayaannya salah satunya adalah ilmu Hadist. Dengan demikian kita mengetahui
bahwa hadist sebagai sumber ajaran islam kedua menempati posisi yang sangat penting dan
strategis didalam kajian-kajian keislaman. Setidaknya dengan mengetahui sejarah biografi para
ulama dalam menelusuri dan menulis hadist-hadist Rasulullah.
Maka salah bagian yang tidak kalah penting dalam hal ini adalah mengetahui profil dan
sejarah ulama-ulama yang telah menulis hadist. Dengan jasa mereka kita dapat dengan mudah
memperoleh sumber-sumber hukum secara lengkap dan sistematis serta dapat meneladani
Rasulullah.
Dari uraian di atas maka kami ingin menguraikan dalam makalah kami tentang
Biografi Ulama Ahli Hadist yang banyak meriwayatkan dan menulis Hadist.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah hidup para ulama hadist (imam Abu dawud, imam an NasaI, imam
at Thurmudzi dan Ibnu Majah)
2. Apa saja karya - karya para ulama ahli hadist ?

BAB II
PEMBAHASAN
A. Imam Abu Dawud
1. Biografi
Nama lengkap beliau adalah Abu Dawud Sulaiman bin Asyats bin Ishaq as-Sijistani.
Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yakni Sijistany ( terletak antara Iran dengan

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

Afganistan).Beliau lahirdi koa tersebut pada tahun 202H/871M. Beliau wafat pada hari senin
tanggal 13 bulan Shafar tahun 303H/ 915M. Imam Abu Dawud adalah salah satu Imam yang
sering berkeliling mencari hadits ke negeri-negeri islam yang ditempati para Kibarul
Muhadditsin. Beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu dalam rangka menuntut ilmu dan
mengejar hadits yang tersebar di berbagai daerah yang berada di dada orang-orang tsiqat dan
Amanah. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta kecintaan beliau sejak kecil
terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan perjalanan(Rihlah) dalam mencari
ilmu sebelum genap berusia 18 tahun. Adapun negeri-negeri islam yang beliau kunjungi
adalah: 1
1. Iraq : Baghdad merupakan daerah islam yang pertama kali beliau masuki, yaitu pada
tahun 220 hijriah
2. Kufah : beliau kunjungi pada tahun 221 hijriah
3. Bashrah : beliau tinggal disana dan banyak mendengar hadits di sana, kemudian keluar
dari sana dan kembali lagi setelah itu.
4. Syam : Damsyiq, Himsh dan Halb.
5. AL Jazirah : masuk ke daerah Haran, dan mendengar hadits dari penduduknya.
6. Hijaz :mendengar hadits dari penduduk Makkah, kemungkinan besar saat itu perjalanan
beliau ketika hendak menunaikan ibadah haji.
7. Mesir
8. Khurasan : Naisabur dan Harrah, dan mendengar hadits dari penduduk Baghlan.
9. Ar Ray
10. Sijistan : tempat tinggal asal beliau, kelaur dari sana kemudian kembali lagi, kemudian
keluar menuju ke Bashrah.
Ulama-Ulama yang pernah diambil hadistnya oleh beliau yakni:
1. Ahmad bin Muhammmad bin Hanbal as Syaibani al Bagdadi
2. Yahya bin Main Abu Zakariya
3. Ishaq binIbrahin bin Rahuyah abu yaqub al Hanzhali
4. Utsman bin Muhammad bin abi Syaibah abu al Hasan al Abasi al Kufi.
5. Muslim bin Ibrahim al Azdi
6. Abdullah bin Maslamah bin Qanab al Qanabi al Harits al Madani
7. Musaddad bin Musarhad bin Musarbal
8. Musa bin Ismail at Tamimi.
9. Muhammad bin Basar.
10. Zuhair bin Harbi (Abu Khaitsamah)
11. Umar bin Khaththab as Sijistani.
12. Ali bin Al Madini
13. Ash Shalih abu sarri (Hannad bin sarri).
14. Qutaibah bin Said bin Jamil al Baghlani
1 Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist (Jakarta: Bulan Bintang, 1961)

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

15. Muhammad bin Yahya Adz Dzuhli dll.


Diantara murid-murid beliau, antara lain;
1. Imam Abu Isa at Tirmidzi
2. Imam Nasai
3. Abu Ubaid Al Ajuri
4. Abu Thayyib Ahmad bin Ibrahim Al Baghdadi (Perawi sunan Abi Daud dari beliau).
5. Abu Amru Ahmad bin Ali Al Bashri (perawi kitab sunan dari beliau).
6. Abu Bakar Ahmad bin Muhammad Al Khallal Al Faqih.
7. Ismail bin Muhammad Ash Shafar
8. Abu Bakr bin Abi Daud (anak beliau).
9. Zakaria bin Yahya As Saaji.
10. Abu Bakar bin Abi Dunya.
11. Ahmad bin Sulaiman An Najjar (perawi kitab Nasikh wal Mansukh dari beliau).
12. Ali bin Hasan bin Al Abd Al Anshari (perawi sunsn dari beliau).
13. Muhammad bin Bakr bin Daasah At Tammaar (perawi sunan dari beliau).
14. Abu Ali Muhammad bin Ahmad Al Lului (perawi sunan dari beliau).
15. Muhammad bin Ahmad bin Yaqub Al Matutsi Al Bashri (perawi kitab Al Qadar dari
beliau).
Persaksian para ulama terhadap beliau
Banyak sekali pujian dan sanjungan dari tokoh-tokoh terkemuka kalangan imam dan
ulama hadits dan disiplin ilmu lainnya yang mengalir kepada imam Abu Daud
Rahimahullah, diantaranya adalah;
1. Abdurrahman bin Abi Hatim berkata : Abu daud Tsiqah
2. Imam Abu Bakr Al Khallal berkata: Imam Abu Daud adalah imam yang dikedepankan
pada zamannya.
3. Ibnu Hibban berkata: Abu Daud merupakan salah satu imam dunia dalam bidang ilmu dan
fiqih.
4. Musa bin Harun menuturkan: Abu Daud diciptakan di dunia untuk hadits dan di akhirat
untuk Syurga, dan aku tidak melihat seorangpun lebih utama daripada dirinya.
5. Al Hakim berkata: Abu Daud adalah imam bidang hadits di zamannya tanpa ada
keraguan.
6. Imam Abu Zakaria Yahya bin Syaraf An Nawawi menuturkan: Para ulama telah sepakat
memuji Abu Daud dan mensifatinya dengan ilmu yang banyak, kekuatan hafalan, wara,
agama (kesholehan) dan kuat pemahamannya dalam hadits dan yang lainnya.
7. Abu Bakar Ash Shaghani berkata: Hadits dilunakkan bagi Abi Daud sebagaimana besi
dilunakkan bagi Nabi Daud.
8. Adz Dzahabi menuturkan:Abu Daud dengan keimamannya dalam hadits dan ilmu-ilmu
yang lainnya,termasuk dari ahli fiqih yang besar,maka kitabnya As Sunan telah jelas

menunjukkan hal tersebut.


Sifat kitab sunan Abi Daud
Imam Abu Daud menyusun kitabnya di Baghdad. Prioritas penyusunan kitabnya
adalah masalah hokum. Jadi kumpulan haditsnya lebih terfokus kepada hadits tentang
hukum. Sebagaimana yang di ungkapkan oleh as Suyuthi bahwasannya Abu Daud hanya
membatasi dalam bukunya pada hadits-hadits yang berkaitan dengan hukum saja. Abu

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

Bakar bin Dasah menuturkan; aku mendengar Abu Daud berkata: Aku menulis dari
Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sebanyak lima ratus ribu hadits, kemudian aku
pilah-pilah dari hadits-hadits tersebut dan aku kumpulkan serta aku letakkan dalam kitabku
ini sebanyak empat ribu delapan ratus Hadits. Aku sebutkan yang shahih, yang serupa
dengannya dan yang mendekati kepada ke shahihan. Cukuplah bagi seseorang untuk
menjaga agamanya dengan berpegangan terhadap empat hadits, yaitu: yang pertama
segala perbuatan harus di sertai dengan niat, yang kedua; indikasi baik islamnya
seseorang adalah meninggalkan perkara yang tidak bermanfaat baginya. Yang ketiga;
tidaklah seorang mumin menjadi mumin yang hakiki, sehingga dia rela untuk
saudaranya sebagaimana dia rela untuk dirinya sendiri. Dan yang kelima; yang halal itu
sudah jelas..2
Hasil karya beliau
Adapun hasil karya beliau yang sampai kepada kita adalah:
1. As Sunan
2. Al marasil
3. Al Masail
4. Ijabaatuhu an sualaati Abi Ubaid al Ajuri
5. Risalatuhu ila ahli Makkah
6. Tasmiyyatu al Ikhwah alladziina rowaa anhum al hadits
7. Kitab az zuhd
B. Imam An Nasai
1. Biografi
Nama lengkap Imam al-Nasai adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin Syuaib bin
Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa pada tahun 215 H. Ada
juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H. Beliau
dinisbahkan kepada daerah Nasa (al-Nasai), daerah yang menjadi saksi bisu kelahiran
seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah kitab monumental dalam
kajian hadis, yakni al-Mujtaba yang di kemudian hari kondang dengan sebutan Sunan alNasai.
Pengembaraan Intelektual
Pada awalnya, beliau tumbuh dan berkembang di daerah Nasa. Beliau berhasil
menghafal al-Quran di Madrasah yang ada di desa kelahirannya. Beliau juga banyak
menyerap berbagai disiplin ilmu keagamaan dari para ulama di daerahnya. Saat remaja,
seiring dengan peningkatan kapasitas intelektualnya, beliaupun mulai gemar melakukan
lawatan ilmiah ke berbagai penjuru dunia. Apalagi kalau bukan untuk guna memburu ilmuilmu keagamaan, terutama disiplin hadis dan ilmu Hadis. Belum genap usia 15 tahun, beliau
2 ibid

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

sudah melakukan mengembar ke berbagai wilayah Islam, seperti Mesir, Hijaz, Iraq, Syam,
Khurasan, dan lain sebagainya. Sebenarnya, lawatan intelektual yang demikian, bahkan
dilakukan pada usia dini, bukan merupakan hal yang aneh dikalangan para Imam Hadis.
Semua imam hadis, terutama enam imam hadis, yang biografinya banyak kita ketahui, sudah
gemar melakukan perlawatan ilmiah ke berbagai wilayah Islam semenjak usia dini. Dan itu
merupakan ciri khas ulama-ulama hadis, termasuk Imam al-Nasai.
Kemampuan intelektual Imam al-Nasai menjadi kian matang dan berisi dalam
masa pengembaraannya. Namun demikian, awal proses pembelajarannya di daerah Nasa
tidak bisa dikesampingkan begitu saja, karena justru di daerah inilah, beliau mengalami
proses pembentukan intelektual, sementara masa pengembaraannya dinilai sebagai proses
pematangan dan perluasan pengetahuan.
Guru dan Murid
Seperti para pendahulunya: Imam al-Bukhari, Imam Muslim, Imam Abu Dawud,
dan Imam al-Tirmidzi, Imam al-Nasai juga tercatat mempunyai banyak pengajar dan
murid. Para guru beliau yang nama harumnya tercatat oleh pena sejarah antara lain;
Qutaibah bin Said, Ishaq bin Ibrahim, Ishaq bin Rahawaih, al-Harits bin Miskin, Ali bin
Kasyram, Imam Abu Dawud (penyusun Sunan Abi Dawud), serta Imam Abu Isa alTirmidzi (penyusun al-Jami/Sunan al-Tirmidzi). Sementara murid-murid yang setia
mendengarkan fatwa-fatwa dan ceramah-ceramah beliau, antara lain; Abu al-Qasim alThabarani (pengarang tiga buku kitab Mujam), Abu Jafar al-Thahawi, al-Hasan bin alKhadir al-Suyuti, Muhammad bin Muawiyah bin al-Ahmar al-Andalusi, Abu Nashr alDalaby, dan Abu Bakrbin Ahmad al-Sunni. Nama yang disebut terakhir, disamping sebagai
murid juga tercatat sebagai penyambung lidah Imam al-Nasai dalam meriwayatkan
kitab Sunan al-Nasai. Sudah mafhum dikalangan peminat kajian hadis dan ilmu hadis,
para imam hadis merupakan sosok yang memiliki ketekunan dan keuletan yang patut
diteladani. Dalam masa ketekunannya inilah, para imam hadis kerap kali menghasilkan
karya tulis yang tak terhingga nilainya. Tidak ketinggalan pula Imam al-Nasai. Karangankarangan beliau yang sampai kepada kita dan telah diabadikan oleh pena sejarah antara
lain; al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra (kitab ini merupakan bentuk perampingan
dari kitab al-Sunan al-Kubra), al-Khashais, Fadhail al-Shahabah, dan al-Manasik.
Menurut sebuah keterangan yang diberikan oleh Imam Ibn al-Atsir al-Jazairi dalam
kitabnya Jami al-Ushul, kitab ini disusun berdasarkan pandangan-pandangan fiqh mazhab
Syafii.
Karya karyanya:

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

Kitab al-Mujtaba 3
Sekarang, karangan Imam al-Nasai paling monumental adalah Sunan al-Nasai.
Sebenarnya, bila ditelusuri secara seksama, terlihat bahwa penamaan karya monumental
beliau sehingga menjadi Sunan al-Nasai sebagaimana yang kita kenal sekarang, melalui
proses panjang, dari al-Sunan al-Kubra, al-Sunan al-Sughra, al-Mujtaba, dan terakhir
terkenal dengan sebutan Sunan al-Nasai. Untuk pertama kali, sebelum disebut dengan
Sunan al-Nasai, kitab ini dikenal dengan al-Sunan al-Kubra. Setelah tuntas menulis kitab
ini, beliau kemudian menghadiahkan kitab ini kepada Amir Ramlah (Walikota Ramlah)
sebagai tanda penghormatan. Amir kemudian bertanya kepada al-Nasai, Apakah kitab ini
seluruhnya berisi hadis shahih? Beliau menjawab dengan kejujuran, Ada yang shahih,
hasan, dan adapula yang hampir serupa dengannya. Kemudian Amir berkata kembali,
Kalau demikian halnya, maka pisahkanlah hadis yang shahih-shahih saja. Atas permintaan
Amir ini, beliau kemudian menyeleksi dengan ketat semua hadis yang telah tertuang dalam
kitab al-Sunan al-Kubra. Dan akhirnya beliau berhasil melakukan perampingan terhadap alSunan al-Kubra, sehingga menjadi al-Sunan al-Sughra.
Dari segi penamaan saja, sudah bisa dinilai bahwa kitab yang kedua merupakan
bentuk perampingan dari kitab yang pertama. Imam al-Nasai sangat teliti dalam menyeleksi
hadis-hadis yang termuat dalam kitab pertama. Oleh karenanya, banyak ulama berkomentar
Kedudukan kitab al-Sunan al-Sughra dibawah derajat Shahih al-Bukhari dan Shahih
Muslim. Di dua kitab terakhir, sedikit sekali hadis dhaif yang terdapat di dalamnya. Nah,
karena hadis-hadis yang termuat di dalam kitab kedua (al-Sunan al-Sughra) merupakan
hadis-hadis pilihan yang telah diseleksi dengan super ketat, maka kitab ini juga dinamakan
al-Mujtaba. Pengertian al-Mujtaba bersinonim dengan al-Maukhtar (yang terpilih), karena
memang kitab ini berisi hadis-hadis pilihan, hadis-hadis hasil seleksi dari kitab al-Sunan alKubra. Disamping al-Mujtaba, dalam salah satu riwayat, kitab ini juga dinamakan dengan
al-Mujtana. Pada masanya, kitab ini terkenal dengan sebutan al-Mujtaba, sehingga nama alSunan al-Sughra seperti tenggelam ditelan keharuman nama al-Mujtaba. Dari al-Mujtaba
inilah kemudian kitab ini kondang dengan sebutan Sunan al-Nasai, sebagaimana kita kenal
sekarang. Dan nampaknya untuk selanjutnya, kitab ini tidak akan mengalami perubahan
nama seperti yang terjadi sebelumnya.
Kritik Ibn al-Jauzy
Kita perlu menilai jawaban Imam al-Nasai terhadap pertanyaan Amir Ramlah secara
kritis, dimana beliau mengatakan dengan sejujurnya bahwa hadis-hadis yang tertuang dalam
kitabnya tidak semuanya shahih, tapi adapula yang hasan, dan ada pula yang
3 Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist (Bandung: Al-Maarif, 1974)

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

menyerupainya. Beliau tidak mengatakan bahwa didalamnya terdapat hadis dhaif (lemah)
atau maudhu (palsu). Ini artinya beliau tidak pernah memasukkan sebuah hadispun yang
dinilai sebagai hadis dhaif atau maudhu, minimal menurut pandangan beliau. Apabila
setelah hadis-hadis yang ada di dalam kitab pertama diseleksi dengan teliti, sesuai
permintaan Amir Ramlah supaya beliau hanya menuliskan hadis yang berkualitas shahih
semata. Dari sini bisa diambil kesimpulan, apabila hadis hasan saja tidak dimasukkan
kedalam kitabnya, hadis yang berkualitas dhaif dan maudhu tentu lebih tidak berhak untuk
disandingkan dengan hadis-hadis shahih.
Namun demikian, Ibn al-Jauzy pengarang kitab al Maudhuat (hadis-hadis palsu),
mengatakan bahwa hadis-hadis yang ada di dalam kitab al-Sunan al-Sughra tidak semuanya
berkualitas shahih, namun ada yang maudhu (palsu). Ibn al-Jauzy menemukan sepuluh
hadis maudhu di dalamnya, sehingga memunculkan kritik tajam terhadap kredibilitas alSunan al-Sughra. Seperti yang telah disinggung dimuka, hadis itu semua shahih menurut
Imam al-Nasai. Adapun orang belakangan menilai hadis tersebut ada yang maudhu, itu
merupakan pandangan subyektivitas penilai. Dan masing-masing orang mempunyai kaidahkaidah mandiri dalam menilai kualitas sebuah hadis. Demikian pula kaidah yang ditawarkan
Imam al-Nasai dalam menilai keshahihan sebuah hadis, nampaknya berbeda dengan kaidah
yang diterapkan oleh Ibn al-Jauzy. Sehingga dari sini akan memunculkan pandangan yang
berbeda, dan itu sesuatu yang wajar terjadi. Sudut pandang yang berbeda akan menimbulkan
kesimpulan yang berbeda pula.
Kritikan pedas Ibn al-Jauzy terhadap keautentikan karya monumental Imam alNasai ini, nampaknya mendapatkan bantahan yang cukup keras pula dari pakar hadis abad
ke-9, yakni Imam Jalal al-Din al-Suyuti, dalam Sunan al-Nasai, memang terdapat hadis
yang shahih, hasan, dan dhaif. Hanya saja jumlahnya relatif sedikit. Imam al-Suyuti tidak
sampai menghasilkan kesimpulan bahwa ada hadis maudhu yang termuat dalam Sunan alNasai, sebagaimana kesimpulan yang dimunculkan oleh Imam Ibn al-Jauzy. Adapun
pendapat ulama yang mengatakan bahwah hadis yang ada di dalam kitab Sunan al-Nasai
semuanya berkualitas shahih, ini merupakan pandangan yang menurut Muhammad Abu
Syahbah_tidak didukung oleh penelitian mendalam dan jeli. Kecuali maksud pernyataan itu
bahwa mayoritas (sebagian besar) isi kitab Sunan al-Nasai berkualitas shahih.
Komentar Ulama

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

Imam al-Nasai merupakan figur yang cermat dan teliti dalam meneliti dan
menyeleksi para periwayat hadis. Beliau juga telah menetapkan syarat-syarat tertentu dalam
proses penyeleksian hadis-hadis yang diterimanya. Abu Ali al-Naisapuri pernah mengatakan,
Orang yang meriwayatkan hadis kepada kami adalah seorang imam hadis yang telah diakui
oleh para ulama, ia bernama Abu Abd al Rahman al-Nasai. Lebih jauh lagi Imam alNaisapuri mengatakan, Syarat-syarat yang ditetapkan al-Nasai dalam menilai para
periwayat hadis lebih ketat dan keras ketimbang syarat-syarat yang digunakan Muslim bin
al-Hajjaj. Ini merupakan komentar subyektif Imam al-Naisapuri terhadap pribadi al-Nasai
yang berbeda dengan komentar ulama pada umumnya. Ulama pada umumnya lebih
mengunggulkan keketatan penilaian Imam Muslim bin al-Hajjaj ketimbang al-Nasai.
Bahkan komentar mayoritas ulama ini pulalah yang memposisikan Imam Muslim sebagai
pakar hadis nomer dua, sesudah al-Bukhari. Namun demikian, bukan berarti mayoritas
ulama merendahkan kredibilitas Imam al-Nasai. Imam al-Nasai tidak hanya ahli dalam
bidang hadis dan ilmu hadis, namun juga mumpuni dalam bidang figh. Al-Daruquthni
pernah mengatakan, beliau adalah salah seorang Syaikh di Mesir yang paling ahli dalam
bidang figh pada masanya dan paling mengetahui tentang Hadis dan para rawi. Al-Hakim
Abu Abdullah berkata, Pendapat-pendapat Abu Abd al-Rahman mengenai fiqh yang
diambil dari hadis terlampau banyak untuk dapat kita kemukakan seluruhnya. Siapa yang
menelaah dan mengkaji kitab Sunan al-Nasai, ia akan terpesona dengan keindahan dan
kebagusan kata-katanya.
Tidak ditemukan riwayat yang jelas tentang afiliansi pandangan fiqh beliau, kecuali
komentar singkat Imam Madzhab Syafii. Pandangan Ibn al-Atsir ini dapat dimengerti dan
difahami, karena memang Imam al-Nasai lama bermukim di Mesir, bahkan merasa cocok
tinggal di sana. Beliau baru berhijrah dari Mesir ke Damsyik setahun menjelang
kewafatannya. Karena Imam al-Nasai cukup lama tinggal di Mesir, sementara Imam alSyafii juga lama menyebarkan pandangan-pandangan fiqhnya di Mesir (setelah
kepindahannya dari Bagdad), maka walaupun antara keduanya tidak pernah bertemu, karena
al-Nasai baru lahir sebelas tahun setelah kewafatan Imam al-Syafii, tidak menutup
kemungkinan banyak pandangan-pandangan fiqh Madzhab Syafii yang beliau serap melalui
murid-murid Imam al-Syafii yang tinggal di Mesir. Pandangan fiqh Imam al-Syafii lebih
tersebar di Mesir ketimbang di Baghdad. Hal ini lebih membuka peluang bagi Imam alNasai untuk bersinggungan dengan pandangan fiqh Syafii. Dan ini akan menguatkan
dugaan Ibn al-Atsir tentang afiliasi mazhab fiqh al-Nasai.

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

Pandangan Syafii di Mesir ini kemudian dikenal dengan qaul jadid (pandangan
baru). Dan ini seandainya dugaan Ibn al-Atsir benar, mengindikasikan bahwa pandangan
fiqh Syafii dan al-Nasai lebih didominasi pandangan baru (Qaul Jadid, Mesir) ketimbang
pandangan klasik (Qaul Qadim, Baghdad). Namun demikian, tidak menutup kemungkinan
bahwa Imam al-Nasai merupakan sosok yang berpandangan netral, tidak memihak salah
satu pandangan mazhab fiqh manapun, termasuk pandangan Imam al-Syafii. Hal ini
seringkali terjadi pada imam-imam hadis sebelum al-Nasai, yang hanya berafiliasi pada
mazhab hadis.
Dan independensi pandangan ini merupakan ciri khas imam-imam hadis. Oleh
karena itu, untuk mengklaim pandangan Imam al-Nasai telah terkontaminasi oleh
pandangan orang lain, kita perlu menelusuri sumber sejarah yang konkrit, bukannya hanya
berdasarkan dugaan.

Tutup Usia
Setahun menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari Mesir ke Damsyik. Dan
tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal beliau. Al-Daruqutni
mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan Marwah. Pendapat yang
senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah al-Uqbi al-Mishri. Sementara
ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam
al-Nasai meninggal di Ramlah, suatu daerah di Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn
Yunus, Abu Jafar al-Thahawi (murid al-Nasai) dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut
pandangan terakhir ini, Imam al-Nasai meninggal pada tahun 303 H dan dikebumikan di
Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai Rajiun. Semoga jerih payahnya dalam
mengemban wasiat Rasullullah guna menyebarluaskan hadis mendapatkan balasan yang
setimpal di sisi Allah. Amiiin.
C. Imam At- Thurmudzi
1. Biografi
Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan
pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz.

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

10

Perkembangan dan Perjalanannya4


Kakek Abu Isa at-Tirmidzi berkebangsaan Mirwaz, kemudian pindah ke Tirmiz dan
menetap di sana. Di kota inilah cucunya bernama Abu Isa dilahirkan. Semenjak kecilnya
Abu Isa sudah gemar mempelajari ilmu dan mencari hadits. Untuk keperluan inilah ia
mengembara ke berbagai negeri: Hijaz, Irak, Khurasan dan lain-lain. Dalam perlawatannya
itu ia banyak mengunjungi ulama-ulama besar dan guru-guru hadits untuk mendengar hadits
yang kem dihafal dan dicatatnya dengan baik di perjalanan atau ketika tiba di suatu tempat.
Ia tidak pernah menyia-nyiakan kesempatan tanpa menggunakannya dengan seorang guru di
perjalanan menuju Makkah. Kisah ini akan diuraikan lebih lanjut.
Setelah menjalani perjalanan panjang untuk belajar, mencatat, berdiskusi dan tukar pikiran
serta mengarang, ia pada akhir kehidupannya mendapat musibah kebutaan, dan beberapa
tahun lamanya ia hidup sebagai tuna netra; dalam keadaan seperti inilah akhirnya atTirmidzi meninggal dunia. Ia wafat di Tirmiz pada malam Senin 13 Rajab tahun 279 H
dalam usia 70 tahun.
Guru-gurunya
Ia belajar dan meriwayatkan hadits dari ulama-ulama kenamaan. Di antaranya adalah Imam
Bukhari, kepadanya ia mempelajari hadits dan fiqh. Juga ia belajar kepada Imam Muslim
dan Abu Dawud. Bahkan Tirmidzi belajar pula hadits dari sebagian guru mereka. Guru
lainnya ialah Qutaibah bin Saudi Arabiaid, Ishaq bin Musa, Mahmud bin Gailan. Said bin
Abdur Rahman, Muhammad bin Basysyar, Ali bin Hajar, Ahmad bin Muni, Muhammad
bin al-Musanna dan lain-lain.
Murid-muridnya
Hadits-hadits dan ilmu-ilmunya dipelajari dan diriwayatkan oleh banyak ulama. Di
antaranya ialah Makhul ibnul-Fadl, Muhammad binMahmud Anbar, Hammad bin Syakir,
Ai-bd bin Muhammad an-Nasfiyyun, al-Haisam bin Kulaib asy-Syasyi, Ahmad bin Yusuf
an-Nasafi, Abul-Abbas Muhammad bin Mahbud al-Mahbubi, yang meriwayatkan kitab AlJami daripadanya, dan lain-lain.
Kekuatan Hafalannya
4 ibid

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

11

Abu Isa aat-Tirmidzi diakui oleh para ulama keahliannya dalam hadits, kesalehan dan
ketakwaannya. Ia terkenal pula sebagai seorang yang dapat dipercaya, amanah dan sangat
teliti. Salah satu bukti kekuatan dan cepat hafalannya ialah kisah berikut yang dikemukakan
oleh al-Hafiz Ibnu Hajar dalam Tahzib at-Tahzib-nya, dari Ahmad bin Abdullah bin Abu
Dawud, yang berkata:Saya mendengar Abu Isa at-Tirmidzi berkata: Pada suatu waktu
dalam perjalanan menuju Makkah, dan ketika itu saya telah menuslis dua jilid berisi haditshadits yang berasal dari seorang guru. Guru tersebut berpapasan dengan kami. Lalu saya
bertanya-tanya mengenai dia, mereka menjawab bahwa dialah orang yang kumaksudkan itu.
Kemudian saya menemuinya. Saya mengira bahwa dua jilid kitab itu ada padaku. Ternyata
yang kubawa bukanlah dua jilid tersebut, melainkan dua jilid lain yang mirip dengannya.
Ketika saya telah bertemu dengan dia, saya memohon kepadanya untuk mendengar hadits,
dan ia mengabulkan permohonan itu.
Kemudian ia membacakan hadits yang dihafalnya. Di sela-sela pembacaan itu ia mencuri
pandang dan melihat bahwa kertas yang kupegang masih putih bersih tanpa ada tulisan
sesuatu apa pun. Demi melihat kenyataan ini, ia berkata: Tidakkah engkau malu kepadaku?
lalu aku bercerita dan menjelaskan kepadanya bahwa apa yang ia bacakan itu telah kuhafal
semuanya. Coba bacakan! suruhnya. Lalu aku pun membacakan seluruhnya secara
beruntun. Ia bertanya lagi: Apakah telah engkau hafalkan sebelum datang kepadaku?
Tidak, jawabku. Kemudian saya meminta lagi agar dia meriwayatkan hadits yang lain. Ia
pun kemudian membacakan empat puluh buah hadits yang tergolong hadits-hadits yang sulit
atau garib, lalu berkata: Coba ulangi apa yang kubacakan tadi, Lalu aku membacakannya
dari pertama sampai selesai; dan ia berkomentar: Aku belum pernah melihat orang seperti
engkau.
Pandangan Para Kritikus Hadits Terhadapnya
Para ulama besar telah memuji dan menyanjungnya, dan mengakui akan kemuliaan dan
keilmuannya. Al-Hafiz Abu Hatim Muhammad ibn Hibban, kritikus hadits, menggolangkan
Tirmidzi ke dalam kelompok Siqat atau orang-orang yang dapat dipercayai dan kokoh
hafalannya, dan berkata: Tirmidzi adalah salah seorang ulama yang mengumpulkan hadits,
menyusun kitab, menghafal hadits dan bermuzakarah (berdiskusi) dengan para ulama.
Abu Yala al-Khalili dalam kitabnya Ulumul Hadits menerangkan; Muhammad bin Isa atTirmidzi adalah seorang penghafal dan ahli hadits yang baik yang telah diakui oleh para
ulama. Ia memiliki kitab Sunan dan kitab Al-Jarh wat-Tadil. Hadits-haditsnya diriwayatkan

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

12

oleh Abu Mahbub dan banyak ulama lain. Ia terkenal sebagai seorang yang dapat dipercaya,
seorang ulama dan imam yang menjadi ikutan dan yang berilmu luas. Kitabnya Al-Jamius
Sahih sebagai bukti atas keagungan derajatnya, keluasan hafalannya, banyak bacaannya dan
pengetahuannya tentang hadits yang sangat mendalam.
Fiqih Tirmidzi dan Ijtihadnya
Imam Tirmidzi, di samping dikenal sebagai ahli dan penghafal hadits yang mengetahui
kelemahan-kelemahan dan perawi-perawinya, ia juga dikenal sebagai ahli fiqh yang
mewakili wawasan dan pandangan luas. Barang siapa mempelajari kitab Jaminya ia akan
mendapatkan ketinggian ilmu dan kedalaman penguasaannya terhadap berbagai mazhab
fikih. Kajian-kajiannya mengenai persoalan fiqh mencerminkan dirinya sebagai ulama yang
sangat berpengalaman dan mengerti betul duduk permasalahan yang sebenarnya.
Salah satu contoh ialah penjelasannya terhadap sebuah hadits mengenai penangguhan
membayar piutang yang dilakukan si berutang yang sudah mampu, sebagai berikut :
Muhammad bin Basysyar bin Mahdi menceritakan kepada kami Sufyan menceritakan
kepada kami, dari Abi az-Zunad, dari al-Arai dari Abu Hurairah, dari Nabi Shallallahu
alaihi wassalam, bersabda: Penangguhan membayar utang yang dilakukan oleh si
berutang) yang mampu adalah suatu kezaliman. Apabila seseorang di antara kamu
dipindahkan utangnya kepada orang lain yang mampu membayar, hendaklah pemindahan
utang itu diterimanya.
Imam Tirmidzi memberikan penjelasan sebagai berikut: Sebagian ahli ilmu berkata:
apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada orang lain yang mampu membayar dan ia
menerima pemindahan itu, maka bebaslah orang yang memindahkan (muhil) itu, dan bagi
orang yang dipindahkan piutangnya (muhtal) tidak dibolehkan menuntut kepada muhil.
Diktum ini adalah pendapat Syafii, Ahmad dan Ishaq. Sebagian ahli ilmu yang lain berkata:
Apabila harta seseorang (muhtal) menjadi rugi disebabkan kepailitan muhal alaih, maka
baginya dibolehkan menuntut bayar kepada orang pertama (muhil). Mereka memakai alas
an dengan perkataan Usma dan lainnya, yang menegaskan: Tidak ada kerugian atas harta
benda seorang Muslim. Menurut Ishak, maka perkataan Tidak ada kerugian atas harta
benda seorang Muslim ini adalah Apabila seseorang dipindahkan piutangnya kepada
orang lain yang dikiranya mampu, namun ternyata orang lain itu tidak mampu, maka tidak
ada kerugian atas harta benda orang Muslim (yang dipindahkan utangnya) itu.

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

13

Itulah salah satu contoh yang menunjukkan kepada kita, bahwa betapa cemerlangnya
pemikiran fiqh Tirmidzi dalam memahami nas-nas hadits, serta betapa luas dan orisinal
pandangannya itu.
Karya-karyanya
Imam Tirmidzi banyak menulis kitab-kitab. Di antaranya: 1. Kitab Al-Jami, terkenal dengan
sebutan Sunan at-Tirmidzi. 2. Kitab Al-Ilal. 3. Kitab At-Tarikh. 4. Kitab Asy-Syamail anNabawiyyah. 5. Kitab Az-Zuhd. 6. Kitab Al-Asma wal-kuna. Di antara kitab-kitab tersebut
yang paling besar dan terkenal serta beredar luas adalah Al-Jami.
Sekilas tentang Al-Jami
Kitab ini adalah salah satu kitab karya Imam Tirmidzi terbesar dan paling banyak
manfaatnya. Ia tergolonga salah satu Kutubus Sittah (Enam Kitab Pokok Bidang Hadits)
dan ensiklopedia hadits terkenal. Al-Jami ini terkenal dengan nama Jami Tirmidzi,
dinisbatkan kepada penulisnya, yang juga terkenal dengan nama Sunan Tirmidzi. Namun
nama pertamalah yang popular.
Sebagian ulama tidak berkeberatan menyandangkan gelar as-Sahih kepadanya, sehingga
mereka menamakannya dengan Sahih Tirmidzi. Sebenarnya pemberian nama ini tidak tepat
dan terlalu gegabah. Setelah selesai menyususn kitab ini, Tirmidzi memperlihatkan kitabnya
kepada para ulama dan mereka senang dan menerimanya dengan baik. Ia menerangkan:
Setelah selesai menyusun kitab ini, aku perlihatkan kitab tersebut kepada ulama-ulama
Hijaz, Irak dan Khurasan, dan mereka semuanya meridhainya, seolah-olah di rumah tersebut
ada Nabi yang selalu berbicara.
Imam Tirmidzi di dalam Al-Jami-nya tidak hanya meriwayatkan hadits sahih semata, tetapi
juga meriwayatkan hadits-hadits hasan, daif, garib dan muallal dengan menerangkan
kelemahannya. Dalam pada itu, ia tidak meriwayatkan dalam kitabnya itu, kecuali haditshadits yang diamalkan atau dijadikan pegangan oleh ahli fiqh. Metode demikian ini
merupakan cara atau syarat yang longgar. Oleh karenanya, ia meriwayatkan semua hadits
yang memiliki nilai demikian, baik jalan periwayatannya itu sahih ataupun tidak sahih.
Hanya saja ia selalu memberikan penjelasan yang sesuai dengan keadaan setiap hadits.
Diriwayatkan, bahwa ia pernah berkata: Semua hadits yang terdapat dalam kitab ini adalah
dapat diamalkan. Oleh karena itu, sebagian besar ahli ilmu menggunakannya (sebagai

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

14

pegangan), kecuali dua buah hadits, yaitu: Pertama, yang artinya: Sesungguhnya Rasulullah
Shallallahu alaihi wassalam menjamak shalat Zuhur dengan Asar, dan Maghrib dengan
Isya, tanpa adanya sebab takut dan dalam perjalanan.
Jika ia peminum khamar, minum lagi pada yang keempat kalinya, maka bunuhlah dia.
Hadits ini adalah mansukh dan ijma ulama menunjukan demikian. Sedangkan mengenai
shalat jamak dalam hadits di atas, para ulama berbeda pendapat atau tidak sepakat untuk
meninggalkannya. Sebagian besar ulama berpendapat boleh (jawaz) hukumnya melakukan
salat jamak di rumah selama tidak dijadikan kebiasaan. Pendapat ini adalah pendapat Ibnu
Sirin dan Asyab serta sebagian besar ahli fiqh dan ahli hadits juga Ibnu Munzir. Haditshadits daif dan munkar yang terdapat dalam kitab ini, pada umumnya hanya menyangkut
fadail al-amal (anjuran melakukan perbuatan-perbuatan kebajikan).
Hal itu dapat dimengerti karena persyaratan-persyaratan bagi (meriwayatkan dan
mengamalkan) hadits semacam ini lebih longgar dibandingkan dengan persyaratan bagi
hadits-hadits tentang halal dan haram.

D. Ibnu Majah
1.

Biografi
Muhammad bin Yazid bin Mjah al Qazwn. Nama yang lebih familiar adalah Ibnu Mjah
yaitu laqab bapaknya (Yazd). Bukan nama kakek beliau. Kuniyah beliau: Abu Abdullh
Nasab beliau: Ar RibI; merupakan nisbah wala` kepada Rabiah, yaitu satu kabilah arab.Al
Qazwn adalah nisbah kepada Qazwn yaitu nisbah kepada salah satu kota yang terkenal di
kawasan Iraq. Tanggal lahir: Ibnu Majah menuturkan tentang dirinya; aku dilahirkan
pada tahun 209 hijirah. Referensi-referensi yang ada tidak memberikan ketetapan yang pasti,
di mana Ibnu Majah di lahirkan, akan tetapi masa pertumbuhan beliau berada di Qazwin.
Maka bisa jadi Qazwin merupakan tempat tinggal beliau.
Aktifitas beliau dalam menimba ilmu5

5 Badri Khaeruman, Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka SetIa, 2010)

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

15

Ibnu majah memulai aktifitas menuntut ilmunya di negri tempat tinggalnya Qazwin.
Akan tetapi sekali lagi referensi-referensi yang ada sementara tidak menyebutkan kapan
beliau memulai menuntut ilmunya. Di Qazwin beliau berguru kepada Ali bin Muhammad at
Thanafusi, dia adalah seorang yang tsiqah, berwibawa dan banyak meriwayatkan hadits.
Maka Ibnu Majah tidak menyia-nyiakan kesempatan ini, dia memperbanyak mendengar dan
berguru kepadanya. Ath Thanafusi meninggal pada tahun 233 hijriah, ketika itu Ibnu Majah
berumur sekitar 24 tahun. Maka bisa di tarik kesimpulan bahwa permulaan Ibnu Majah
menuntut ilmu adalah ketika dia berumur dua puluh tahunan.
Ibnu Majah termotivasi untuk menuntut ilmu, dan dia tidak puas dengan hanya tinggal
di negrinya, maka beliaupun mengadakan rihlah ilmiahnya ke sekitar negri yang
berdampingan dengan negrinya, dan beliau mendengar hadits dari negri-negri tersebut.
Rihlah beliau
Ibnu Majah meniti jalan ahli ilmu pada zaman tersebut, yaitu mengadakan rihlah
dalam rangka menuntut ilmu. Maka beliau pun keluar meninggalkan negrinya untuk
mendengar hadits dan menghafal ilmu. Berkeliling mengitari negri-negri islam yang
menyimpan mutiara hadits. Bakat dan minatnya di bidang Hadis makin besar. Hal inilah
yang membuat Ibnu Majah berkelana ke beberapa daerah dan negri guna mencari,
mengumpulkan, dan menulis Hadis. Puluhan negri telah ia kunjungi, antara lain:
1.

Khurasan; Naisabur dan yang lainnya

2.

Ar Ray

3.

Iraq; Baghdad, Kufah, Wasith dan Bashrah

4.

Hijaz; Makkah dan Madinah

5.

Syam; damasqus dan Himsh

6.

Mesir
Guru-guru beliau
Ibnu Majah sama dengan ulama-ulama pengumpul hadits lainnya, beliau mempunyai guru
yang sangat banyak sekalia. Diantara guru beliau adalah;

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

16

1.

Ali bin Muhammad ath Thanfus

2.

Jabbarah bin AL Mughallas


3. Mushab bin Abdullah az Zubair
4. Suwaid bin Sad
5. Abdullh bin Muawiyah al Jumah
6. Muhammad bin Ramh
7. Ibrahm bin Mundzir al Hizmi
8. Muhammad bin Abdullah bin Numair
9. Abu Bakr bin Abi Syaibah
10. Hisyam bin Ammar
11. Abu Said Al Asya dll
Murid-murid beliau
Keluasan ilmu Ibnu Majah membuat para penuntut ilmu yang haus akan ilmu
berkeliling dalam majlis yang beliau dirikan. Maka sangat banyak sekali murid yang
mengambil ilmu darinya, diantara mereka adalah;
1. Muhammad bin Isa al Abhar
2. Abu Thayyib Ahmad al Baghdad
3. Sulaiman bin Yazid al Fami
4. Ali bin Ibrahim al Qaththan
5. Ishaq bin Muhammad
6. Muhammad bin Isa ash Shiffar
7. Ali bin Sad al Askari
8. Ibnu Sibuyah
9. Wajd Ahmad bin Ibrahm dll.
Persaksian para ulama terhadap beliau

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

17

1. Al HafizhAl Khalili menuturkan; (Ibnu Majah) adalah seorang yang tsiqah kabir,
muttafaq alaih, dapat di jadikan sebagai hujjah, memiliki pengetahuan yang mendalam
dalam masalah hadits, dan hafalan.
2. Al Hafizh Adz Dzahabi menuturkan; (Ibnu Majah) adalah seorang hafizh yang agung,
hujjah dan ahli tafsir.
3. Al Mizzi menuturkan; (Ibnu Majah) adalah seorang hafizh, pemilik kitab as sunan dan
beberapa hasil karya yang bermanfaat.
4. Ibnu Katsr menuturkan: Ibnu Majah adalah pemilik kitab as Sunnan yang Masyhur. Ini
menunjukkan amalnya, ilmunya, keluasan pengetahuannya dan kedalamannya dalam
hadits serta ittibnya terhadap Sunnah dalam hal perkara-perakra dasar maupun cabang
Hasil karya beliau
Ibnu Majah adalah seorang ulama penyusun buku, dan hasil karya beliau cukuplah
banyak. Akan tetapi sangat di sayangkan, bahwa buku-buku tersebut tidak sampai kekita.
Adapun diantara hasil karya beliau yang dapat di ketahui sekarang ini adalah:
1.

Kitab as-Sunan yang masyhur

2.

Tafsr al Qurn al Karm

3.

Kitab at Tarkh yang berisi sejarah mulai dari masa ash-Shahbah sampai masa beliau.
Wafatnya beliau
Beliau meninggal pada hari senin, tanggal duapuluh satu ramadlan tahun dua ratus
tujuh puluh tiga hijriah. Di kuburkan esok harinya pada hari selasa. Semoga Allah selalu
melimpahkan rahmat dan keridlaan-Nya kepada beliau.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Biografi Imam Abu Dawud

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

18

Nama lengkap beliau adalah Abu Dawud Sulaiman bin Asyats bin Ishaq asSijistani. Beliau di nisbatkan kepada tempat kelahirannya yakni Sijistany ( terletak antara
Iran dengan Afganistan).Beliau lahirdi koa tersebut pada tahun 202H/871M. Beliau wafat
pada hari senin tanggal 13 bulan Shafar tahun 303H/ 915M. Imam Abu Dawud adalah
salah satu Imam yang sering berkeliling mencari hadits ke negeri-negeri islam yang
ditempati para Kibarul Muhadditsin. Beliau mencontoh para syaikhnya terdahulu dalam
rangka menuntut ilmu dan mengejar hadits yang tersebar di berbagai daerah yang berada
di dada orang-orang tsiqat dan Amanah. Dengan motivasi dan semangat yang tinggi serta
kecintaan beliau sejak kecil terhadap ilmu-ilmu hadits, maka beliau mengadakan
perjalanan(Rihlah) dalam mencari ilmu sebelum genap berusia 18 tahun.
2. Biografi Imam An Nasai
Nama lengkap Imam al-Nasai adalah Abu Abd al-Rahman Ahmad bin Ali bin
Syuaib bin Ali bin Sinan bin Bahr al-khurasani al-Qadi. Lahir di daerah Nasa pada tahun
215 H. Ada juga sementara ulama yang mengatakan bahwa beliau lahir pada tahun 214 H.
Beliau dinisbahkan kepada daerah Nasa (al-Nasai), daerah yang menjadi saksi bisu
kelahiran seorang ahli hadis kaliber dunia. Beliau berhasil menyusun sebuah kitab
monumental dalam kajian hadis, yakni al-Mujtaba yang di kemudian hari kondang
dengan sebutan Sunan al-Nasai. Setahun menjelang kemangkatannya, beliau pindah dari
Mesir ke Damsyik. Dan tampaknya tidak ada konsensus ulama tentang tempat meninggal
beliau. Al-Daruqutni mengatakan, beliau di Makkah dan dikebumikan diantara Shafa dan
Marwah. Pendapat yang senada dikemukakan oleh Abdullah bin Mandah dari Hamzah
al-Uqbi al-Mishri. Sementara ulama yang lain, seperti Imam al-Dzahabi, menolak
pendapat tersebut. Ia mengatakan, Imam al-Nasai meninggal di Ramlah, suatu daerah di
Palestina. Pendapat ini didukung oleh Ibn Yunus, Abu Jafar al-Thahawi (murid al-Nasai)
dan Abu Bakar al-Naqatah. Menurut pandangan terakhir ini, Imam al-Nasai meninggal
pada tahun 303 H dan dikebumikan di Bait al-Maqdis, Palestina. Inna lillah wa Inna Ilai
Rajiun.
3. Biografi Imam at Thurmudzi
Nama lengkapnya adalah Imam al-Hafidz Abu Isa Muhammad bin Isa bin Saurah bin
Musa bin ad-Dahhak As-Sulami at-Tirmidzi, salah seorang ahli hadits kenamaan, dan
pengarang berbagai kitab yang masyur lahir pada 279 H di kota Tirmiz. Imam AtTurmudzi wafat di kampungnya, Tirmidz pada malam Senin, 13 Rajab pada tahun 279 H
pada usia 70 tahun.
4. Biografi Ibnu Majah
Nama lengkap beliau adalah Abu Abdillah bin Yazid Al-Qazwini Ibnu Majjah, Majjah
adalah sebutan untuk ayanhnya oleh karena itu is dipanggil Ibnu Majjah. Beliau dilahirkan

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

19

di Qazwin pada tahun 207H/824M. Beliau telah membuat sebuah perlawatan ke Bashrah,
Baghdad, Syam, Mesir, Hijas untuk menuntut ilmu Hadist. Beliau wafat pada
tahun273H/887M.

Daftar Pustaka
Hasbi Ash-Shiddieqy, Pokok-Pokok Ilmu Dirayah Hadist (Jakarta: Bulan Bintang, 1961)
Fatchur Rahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadist (Bandung: Al-Maarif, 1974)
Badri Khaeruman, Ulumul Al-Hadist (Bandung: Pustaka SetIa, 2010)

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

20

Makalah Studi Hadist


Biografi Ulama Ahli Hadist

21

Anda mungkin juga menyukai