Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

PENGANTAR TAFSIR MUQARIN


Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah “TAFSIR MUQARIN”
Dosen Pengampu: Siti Umamah, M.Pd.

Disusun Oleh :
INDRA ARI IRVAN

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


TEBING SULUH KEC. LEMPUING KAB. OKI
SEMATERA SELATAN
2020
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang 
telah memberikan rahmat, serta karunianya, sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah sederhana ini.
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Tafsir
Muqarin yang berjudul “PENGANTAR TAFSIR MUQARIN”. Saya menyadari
bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya sangat
mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun guna sempurnanya
makalah ini.
Semoga dengan adanya makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca serta
dapat dijadikan acuan untuk membuat makalah lebih baik lagi kedepannya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh.

Tebing Suluh, 11 Oktober 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ................................................................................... i
DAFTAR ISI................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan........................................................................................ 1
BAB II PEMBAHASAN................................................................................. 2
A. Pengertian Tafsir Muqarin.......................................................................... 2
B. Sejarah Para Tokoh Tafsir.......................................................................... 3
C. Metode Tafsir Muqarin............................................................................... 7
D. Urgensi Tafsir Muqarin.............................................................................. 9
BAB III PENUTUP ....................................................................................... 10
A. Kesimpulan................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 11

ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Nabi Muhammad bukan hanya bertugas menyampaikan al-Qur’an
melainkan sekaligus menjelaskannya kepada umat sebagaimana ditegaskan di
dalam surat an-nahl ayat 44:
َ ‫َوأَنزَ ْلنَا إِلَ ْي‬
ِ َّ‫ك ال ِّذ ْك َر لِتُبَيِّنَ لِلن‬
( 44 : ‫اس َما نُ ِّز َل إِلَ ْي ِه ْم (النحل‬
Artinya :"Dan kami turunkan kepadamu al dikr agar kamu menerangkan
kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka."
Kecuali dari penafsiran Nabi SAW. Ayat-ayat tertentu juga berfungsi
menafsirakan ayat yang lain. Ada yang langsung ditunjuk oleh nabi bahwa
ayat tersebut ditafsirkan oleh ayat lain (tafsir bil ma’tsur) dan ada pula yang
ditunjuk oleh ulama berdasarkan ijtihad.
Dengan berkembangnya zaman, maka berkembang pula lah metode-
metode yang digunakan oleh para mufasir dalam menafsirkan al-Qur’an,
sehingga tidak bisa dihindari adanya perbedaan-perbedaan dikalangan mufasir
dalam menafsiri suatu ayat yang sama.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Tafsir Muqarin ?
2. Bagaimana Sejarah Para Tokoh Tafsir ?
3. Bagaimana Metode Tafsir Muqarin ?
4. Apa Urgensi Tafsir Muqarin ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Tafsir Muqarin.
2. Untuk Mengetahui Sejarah Para Tokoh Tafsir.
3. Untuk Mengetahui Metode Tafsir Muqarin.
4. Untuk Mengetahui Urgensi Tafsir Muqarin.

1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Tafsir Muqarin
Secara etimologis kata muqarin adalah merupakan bentuk isim al-
fa’il dari kata qarana, maknannya adalah membandingkan antara dua hal. Jadi
dapat dikatakan tafsir muqarin adalah tafsir perbandingan.
Secara terminologis adalah menafsirkan sekelompok ayat Al Qur’an
atau suatu surat tertentu dengan cara membandingkan antara ayat dengan ayat,
atau antara ayat dengan hadits, atau antara pendapat ulama tafsir dengan
menonjolkan aspek-aspek perbedaan tertentu dari obyek yang dibandingkan.1
Pengertian tafsir menurut istilah ada berbagai pendapat para ulama,
namun pada prinsipnya sama yakni saling melengkapi, sehingga dapat di
simpulkan menjadi dua:
1. Tafsir dalam arti sempit adalah menerangkan lafadz-lafadz ayat dan
I’rabnya serta menerangkan segi-segi sastra susunan al-Qur’an dan isyarat-
isyarat ilmiahnya.
2. Tafsir dalam arti luas ialah menjelaskan petunjuk-petunjuk al-Qur’an dan
ajaran-ajaran hukum-hukum dan hikmah Allah didalam mensyariatkan
hukum-hukum kepada umat manusia dengan cara yang menarik hati,
membuka jiwa, dan mendorong orang untuk mengikuti petunjuk-Nya. 
Sedangkan metode tafsir muqarin sendiri adalah suatu metode yang
ditempuh oleh seorang mufassir dengan cara membandingkan ayat Al-Qur’an
yang satu dengan yang lainnya, yaitu ayat-ayat yang mempunyai kemiripan
redaksi dalam dua atau lebih kasus yang berbeda, dan atau yang memiliki
redaksi yang berbeda untuk masalah yang sama dan atau membandingkan
ayat-ayat Al-Qur’an dengan hadis-hadis Nabi yang tampak bertentangan serta
membandingkan pendapat-pendapat ulama tafsir menyangkut penafsiran Al-
Qur’an kemudian mengemukakan penafsiran para ulama tafsir terhadap ayat-
ayat itu dan mengungkapkan pendapat mereka serta membandingkan segi-segi
dan kecendrungan-kecendrungan masing-masing. Kemudian menjelaskan
siapa diantara mereka yang penafsirannya dipengaruhi oleh perbedaan

1 Abu al-Hayy Al-Farmawy,  Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-maudhu’iy  (Mesir : Maktabah


al-Jumhuriyyah, 1977),  hlm.45

2
madzhab, dan siapa diantara mereka yang penafsirannya ditujukan untuk
mendukung aliran tertentu dalam Islam di mana metode Muqarin ini menurut
Ridlwan Nasir ditinjau dari segi cara penjelasannya terhadap tafsiran ayat-ayat
Al-Qur’an. 

B. Sejarah Para Tokoh Tafsir


1. Ibnu Kasir
a. Tentang nama Ibnu Kasir
Tokoh dengan nama Ibnu Kasir dalam khazanah disiplin ilmu-
ilmu al-Qur’an sebenarnya ada dua orang. Peratama, Ibnu Kasir Tafsir
dengan nama lengkap Abu Muhammad Abdullah Ibnu Kasir Al-Dari
Al-Makki yang lahir di Mekkah pada tahun 45 H/665 M. Ia adalah
seorang ulama dari generasi tabi’in yang dikenal sebagai salah satu
imam tujuh dalam qiraa’h sab’ah (bacaan yang tujuh).2 Kedua, Ibnu
Kasir Tafsir yang kitabnya akan menjadi objek penelitian dari
penelitian ini, yakni yang memiliki nama lengkap Abi al-Fida’ Isma’il
bin Umar Ibnu Kasir al-Qurasyi al-Dimasyqi. 3 Ia muncul kurang lebih
sekitar enam abad setelah kelahiran Ibnu Kasir yang pertama. 4 Ia
dilahirkan di Mijdal dalam wilayah Basrah sekitar tahun 700 H/1300
M dan hidup kurang lebih antara tahun 701 sampai 774 H/ 1302
samapai 1373 M.5 Gelar al-Busrawi sering dicantumkan di belakang
namanya karena is terlahir di Basrah. Demikian juga gelar al-Dimasyqi
sering menyertai namanya. Hal ini berkaitan dengan kedudukan kota
Basrah yang menjadi bagian kawasan Damaskus, atau mungkin
disebabkan kepindahannya semenjak kanak-kanak ke sana. Pendapat
lain mengatakan bahwa predikat al-Busri berkaitan dengan

2 Kamaluddin Marzuki, ‘Uumul al-Qur’an, (Bandung: Rosdakarya, 1992), h. 104. Lihat juga;
Subhi Shahih, Mabahis fi Ulum al-Qur’an, (Beirut: Dar al-Qalam, 1998), h. 248.
3 Isma’il ibnu Umar Abu al-Fida’ ibnu Kasir Tafsir ‘Imaduddin al-Dimasyqi, Tafsir al-Qura’n
al-‘Azim, (Cairo: Dar al-Hadis, 1999)\, Jilid I, h. 5.
4 Muhammad Basuni Faudah, Tafsir al-Qur’an: Perkenalan Dengan Metodologi Tafsir, terj.
Moctar Zaeni, (Bandung: Pustaka, 1987), h. 58.
5 Muhammad ibn Muhammad Abu Syahbah, Isra’iliyyat & Hadits-Hadits Palsu Tafsir Al-
Qur’an Kritik Nalar Penafsiran Al-Qur’an, terj. Mujahidin Muhayan, dkk., Al-Isra’iliyyat wa
al-Maudhu’at fi Kutub at-tafsir, (Depok: Keira Publising, 2014), h. 170.

3
pertumbuhan dan pendidikannya. Dan predikat al-Syafi’i berkaitan
dengan mazhabnya. Dia meninggal pada tahun 774 H/1374 M.
b. Latar belakang pendidikan dan karir Ibnu Kasir
Perjalanan Intelektual ibnu Kasir dimulai pertama kalinya
menimba ilmu ditangan Kamal al-Din Abdul Wahhab, yang tidak lain
adalah kakak dari ayahnya. Kemudian ia melanjutkan perjalanan
menimba ilmunya di bawah bimbingan para ulama semasanya.
Diantaranya adalah Baha’ al-Din al-Qasimi ibnu Asakir (w. 723 H),
Ishaq ibnu Yahya al-‘Amidi (w. 728 H), Taqi al-Din Ahmad ibnu
Taimiyyah (w. 728). Bahkan ibnu Kasir menjadi murid dari Ibnu
Taimiyyah yang terbesar.
Setiap bidang ilmu yang di tekuninya selalu di bimbing guru
yang membidanginya. Seperti dalam bidang hadis, ia banyak belajar
dari ulama-ulama Hijaz. Dia memperoleh ijazah dari al-Wani. Dia juga
dididik oleh pakar hadis\ terkenal di Suriah yakni Jamalu al-Din al-
Mizzi (w. 742 H/1342 M), yang kemudian menjadi mertuanya sendiri.
Dalam waktu yang lama, dia hidup di Suriah sebagai orang yang
sederhana dan tidak terkenal. Popularitasnya dimulai ketika dia terlibat
dalam penelitian untuk menetapkan hukuman terhadap seorang zindiq
yang didakwa menganut paham hulul (linkarnasi). Penelitian ini
diprakarsai oleh Gubernur Suriah, al-Tunbuga al-Nasiri di akhir tahun
741 H/1341 M. Sejak saat itu, berbagai jabatan penting didudukinya
sesuai dengan bidang keahlian yang dimilikinya. Seperti dalam bidang
ilmu hadis, pada tahun 748 H/ 1348 M ia menggantikan gurunya,
Muhammad ibnu Muhammad al-Zahabi (1284-1348 M), sebagai guru
di Turba Umm Salih, (sultan lembaga pendidikan), dan pada tahun 756
H/ 1355 M, setelah Hakim Taqi al-Din al-Subki (683-756 H/ 1284-
1355 M) wafat ia dianggat menjadi guru besar oleh Gubernur Mankali
Bunga di Masjid Umayah Damaskus.6
Selain itu, Ibnu Kasir pun dikenal sebagai pakar terkemuka
dalam bidang ilmu tafsir, hadis, sejarah, dan fikih. Muhammad Husain

6 Dadi Nurhaedi, Tafsir Al-Qur’an Al-‘Azim Karya Ibnu Kasir, dalam Studi Kitab Tafsir,
(Yogyakarta: TERAS, 2004), h. 132.

4
al-Zahabi, sebagaimana dikutip oleh Faudan, berkata, ‚Imam Ibnu
Kasir adalah seorang pakar fikih yang sangat ahli, seorang ahli hadis
dan mufasir yang sangat paripurna, dan pengarang dari banyak kitab‛.
Demikian pula dalam bidang fikih atau hukum, ia dijadikan tempat
konsultasi oleh para penguasa, seperti dalam pengesahan keputusan
yang berhubungan dengan korupsi (761 H/ 1358 M), dalam
mewujudkan rekonsiliasi dan perdamaian pasca perang saudara yakni
Pemberontakan Baydamur (763 H/1361 M), serta dalam menyerukan
jihad (770-771 H/ 1368-1369 M).
2. Muhammad Quraish Shihab
a. Tentang nama Muhammad Quraish Shihab
Salah satu cendekiawan muslim kontemporer Indonesia yang
memiliki karya di bidang tafsir secara lengkap dan runtut mushaf
usmani, Muhammad Quraish Shihab, demikianlah nama aslinya.7
Nama Quraish Shihab merupakan nama asli pemberian ayahnya.
Sedangkan nama depan Muhammad merupakan wasiat dari gurunya
ketika dia mondok di Jombang.
b. Latar belakang pendidikan dan karir Muhammad Quraish Shihab
Perjalanan intelektual Muhammad Quraish Shihab diawali
sejak masa kanak-kanak. Pada masa ini dia lebih mempertajam untuk
mempelajari pokok-pokok keilmuan Islam. Keilmuan ini didapatkan
langsung dari ayahnya yang telah peneliti singgung diawal bahwa
ayahnya tidak lain adalah seorang ulama, mubaligh, dan juga guru
besar di IAIN Alaiudin Ujung Pandang. Keilmuan-keilmuan ini
ayahnya tanamkan semenjak usia dini sebelum Muhammad Quraish
Shihab masuk ke dalam jenjang sekolah formal. Diantara yaitu ilmu-
ilmu yang cenderung terbatas pada penanaman prinsip-prinsip agama,
baik bidang aqidah, etika ahlak, fiqih, al-Qur’an maupun hadis.
Barulah kemudian Muhammad Quraish Shihab beranjak naik
kejenjang pendidikan formalnya, Sekolah Dasar yang dulu disebut

7 Muhammad Quraish Shihab, Membumikan al-Qur’an, (Bandung: Mizan, 1992), h. 6

5
dengan Sekolah Rakyat yang dia selesaikan di Ujung Pandang tanah
kelahirannya.
Setelah tamat dari jenjang pendidikan tersebut kemudian
dengan sengaja Abdurrahman Shihab mengirimnya ke Malang, Jawa
Timur untuk melanjutkan sekolah menengah pertamanya, dengan
menempatkannya di Pondok Pesantren Darul Hadits Faqihiyyah, yang
merupakan pondok penghafal dan pengkaji hadis-hadis Nabi. Ditempat
barunya ini Muhammad Quraish Shihab mendapatkan bimbingan
langsung dari pengasuh Pondok Pesantren, Al-Habib Abdul Qadir
Bilfaqih. Untuk mendalami studi keislamannya, Quraish Shihab
dikirim oleh ayahnya ke Al-Azhar, Cairo, pada tahun 1958 dan
diterima di kelas dua sanawiyah. Setelah itu, ia melanjutkan studinya
ke Universitas Al- Azhar pada Fakultas Ushuluddin, Jurusan Tafsir
dan Hadits. Pada tahun 1967 ia meraih gelar LC (setingkat sarjana S1).
Dua tahun kemudian (1969), Quraish Shihab berhasil meraih gelar
M.A. pada jurusan yang sama dengan tesis berjudul‚ al-I’jaz al-
Tasryri’i al-Qur’an al-Karim (kemukjizatan al-Qur'an al-Karim dari
Segi Hukum)‛.12
Untuk mewujudkan cita-citanya, ia mendalami studi tafsir,
pada 1980 Quraish Shihab kembali menuntut ilmu ke almamaternya,
al-Azhar, mengambil spesialisasi dalam studi tafsir al-Qur'an. Ia hanya
memerlukan waktu dua tahun untuk meraih gelar doktor dalam bidang
ini. Disertasinya yang berjudul ‚Nazhm al-Durar li al-Biqa’i Tahqiq wa
Dirasah (Suatu Kajian terhadap Kitab Nazhm al-Durar [Rangkaian
Mutiara] karya al-Biqa’i)‛ berhasil dipertahankannya dengan predikat
summa cum laude dengan penghargaan Mumtaz Ma’a Martabat al-
Sharaf al-‘Ula (sarjana teladan dengan prestasi istimewa).8
Pengabdiannya dibidang akademis mengantarkannya menjadi
Rektor IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 1992-1998. Kemudian
pernah menjabat sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (Pusat),

8 Mahbub Junaidi, Rasionalitas Kalam M. Quraish Shihab; Telaah Atas Pemikiran Kalam
dalam Tafsir al-Mishbah, (Kediri: Mahdi Pustaka bekerja sama dengan Qubah, 2011), h. 41.

6
tahun 1985. Menjadi anggota MPR-RI tahun 1982-1987 dan 1987-
2002, dan pada tahun 1998 dipercaya menjadi Menteri Agama RI.
C. Metode Tafsir Muqarin
Metode muqarin adalah suatu metode tafsir Al-Quran yang
dilakukandengan cara membandingkan ayat-ayat al-quran yang satu dengan
lainnya,atau membandingkan ayat-ayat alquran dengan hadis-hadis nabi
Muhammad saw. Metode at-tafsir al-muqarin mencakup tiga kelompok yaitu:
1. Membandingkan teks (nas) ayat-ayat Al-Quran dengan ayat lain
yang mempunyai perbedaan atau persamaan dan kemiripan redaksi.
Mufassir membandingkan ayat Al-Quran dengan ayat lain, yaitu
ayat-ayatyang memiliki perbedaan redaksi dalam dua atau lebih masalah
atau kasus yang sama; atau ayat-ayat yang memiliki redaksi mirip atau
sama dalam masalah atau kasus yang (diduga) mempunyai
perbedaan.9 Bahwa objek kajian metodetafsir ini hanya terletak pada
persoalan redaksi ayat-ayat Al-Quran, bukan
dalam bidang pertentangan makna.
Jika yang akan dibandingkan itu memiliki kemiripan redaksi, maka
langkah-langkah nya adalah sebagai berikut:
a. Mengidentifikasi dan mengumpulkan ayat-ayat Al-Qur’an yang
redaksinya bermiripan, sehingga dapat diketahui mana ayat yang mirip
dan mana ayat yang tidak mirip.
b. Memperbandingkan antara ayat-ayat yang redaksinya bermiripan,
memperbincangkan satu kasus yang sama, atau dua kasus yang
berbedadalam suatu redaksi yang sama.
c. Menganalisis perbedaan yang terkandung di dalam berbagai redaksi
yang berbeda dalam menggunakan kata dan susunan dalam ayat.
d. Memperbandingkan antara berbagai pendapat para mufasir tentang
ayat yang dijadikan objek pembahasan.

9 Al-Suyuthy dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an membahas kajian inidalam bahasan
ilmu mutasyabih

7
2. Membandingkan ayat Al-Quran dengan matan Hadis
Perbandingan penafsiran dalam aspek ini terutama yang
dilakukanadalah terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang tampak pada lahirnya
bertentangan dengan hadits-hadits Nabi yang diyakini Shahih, hadits-
hadits yangdinyatakan dhoif tidak perlu dibandingkan dengan Al-Qur’an,
karena level dan kondisi keduanya tidak seimbang. Hanya hadits yang
shahih saja yang akan dikaji dalam aspek ini apabila ingin dibandingkan
dengan ayat-ayat Al-Qur’an. Adapun langkah-langkahnya sebagai berikut:
a. Menghimpun ayat-ayat yang pada lahirnya tampak bertentangan denga
n hadits-hadits Nabi, baik ayat-ayat tersebut mempunyai kemiripan
redaksi dengan ayat-ayat lain atau tidak.
b. Membandingkan dan menganalisis pertentangan yang dijumpai di dala
m kedua teks ayat dan hadits
c. Membandingkan antara berbagai pendapat para ’ulama tasir dalam
menafsirkan ayat dan hadits.10
3. Membandingkan penafsiran mufassir dengan mufassirlain.
Apabila yang dijadikan objek pembahasan perbandingan adalah
pendapat para ’ulama tafsir dalam menafsirkan suatu ayat, maka
metodenya adalah:
a. Menghimpun sejumlah ayat-ayat yang hendak dijadikan objek studi ta
npamenoleh terhadap redaksinya itu mempunyai kemiripan atau tidak.
b. Melacak berbagai pendapat ’ulama tafsir dalam menafsirkan ayat-ayat
tersebut.
c. Membandingkan pendapat-pendapat mereka untuk mendapatkan
informasi berkenaan dengan identitas dan pola berfikir dari masing-
masing mufasir serta kecenderungan-kecenderungan dan aliran-aliran
yang mereka anut.

D. Urgensi Tafsir Muqarin


Seorang mufasir dapat menggali hikmah yang terkandung di balik
variasi redaksi ayat, atau dengan kata lain yang lebih tepat, menguras
10 Nasrudin Baidah, Metodologi Penafsiran Al Qur’an (Yogyakarta : PustakaPelajar), hlm.69

8
kandungan pengertian ayat yang barangkali terlewatkan metode lain-sehingga
manusia semakin sadar bahwa komposisi ayat itu tidak ada yang dibuat secara
sembarang, apalagi untuk mengatakan bertentangan. Pada sisi lain, dapat juga
mendemonstrasikan kecanggihan al-Quran dari segi redaksional.Fenomena ini
mendorong para mufassir untuk mengadakan penelitian dan penghayatan
terhadap ayat-ayat yang secara redaksional memiliki kesamaan. Dengan
begitu, akan tampak jelas kontekstualisasi kandungan ayat tersebut karena hal
ini akan efektif menepis anggapan bahwa Tuhan sudah “kehabisan” kosa kata
dalam melengkapi ajaran qurani atau mungkin beberapa ayat dianggap
cenderung membosankan karena terkesan diulang-ulang. Tak satupun ayat
yang tersia-siakan karena satu persatunya mengandung hikmah yang perlu
dibedah dan diteliti spesifikasinya. Oleh karena itu, tidak terlalu berlebihan
kiranya dinyatakan bahwa mendekati alQuran dari dimensi model tafsir seperti
ini akan menambah keteguhan imam seseorang serta akan menguatkan
kreativitas bertafakkur.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

9
Metode tafsir muqaran yaitu metode yang ditempuh seorang mufasir
dengan cara mengambil sejumlah ayat al-Qur’an, kemudian mengemukakan
penafsiran para mufasir terhadap ayat-ayat itu, dan mengungkapkan pendapat
mereka serta membandingkan segi-segi kecenderungan masing-masing yang
berbeda dalam menafsirkan al-Qur’an. Menurut Al Farmawi tafsir muqaran
ialah menjelaskan ayat-ayat al-Qur’an berdasarkan apa yang telah ditulis oleh
sejumlah mufasir.
Tafsir muqaran mempunyai 4 metode, yaitu: Mengidentifikasi
danmenghimpun ayat-ayat yang mirip, Perbandingan redaksi yang mirip,
Analisisredaksi yang mirip, Perbandingan pendapat para mufasir

DAFTAR PUSTAKA

10
Nasrudin Baidah, Metodologi Penafsiran Al Qur’an (Yogyakarta : Pustaka
Pelajar), hlm.69
Abu al-Hayy Al-Farmawy, Al-Bidayah Fi al-Tafsir al-maudhu’i y (Mesir
:Maktabah al Jumhuriyyah, 1977), hlm.45.
Al-Suyuthy dalam kitabnya Al-Burhan fi Ulumil Qur’an membahas kajian ini
dalam bahasan ilmu mutasyabih.
Al-„Aradhl, Ali Hasan, Sejarah dan metodologi tafsir, judul asli, “tarikh al-tafsir
wa manahij al-Mufasirin”, Penerjemah : Ahmad Arkum, (Jakarta: PT. Raja
Grafindo Persada, 1994), cet, ke-2.
Ash-Shieddiqy,M.Hasby, Sejarah dan Pengantar Ilmu al-
Qur’an/Tafsir,1987.Jakarta: Bulan Bintang

11

Anda mungkin juga menyukai