Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

AGAMA HINDU
Makalah ini di susun untuk memenuhi
tugas mata kuliah “Agama-Agama di Dunia”

Di Susun Oleh:
INDRA ARI IRVAN

Dosen Pengampu:
ABDUL HARIS, M.Pd.I

SEKOLAH TINGGI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR


TEBING SULUH KEC LEMPUING KAB OGAN KOMERING ILIR
SUMATERA SELATAN
2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT yang
senantiasa melimpahkan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya kepada saya,
sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah Agama Hindu. Saya selaku penyusun
makalah menyampaikan ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
Dalam penyusunan makalah ini, Saya menyadari masih jauh dari sempurna.
Oleh karena itu, kami tidak menutup diri dari para pembaca akan saran dan kritik
yang sifatnya membangun demi perbaikan dan peningkatan kualitas penyusunan
makalah dimasa yang akan datang.
Saya berharap, semoga makalah ini bisa memberikan suatu kemanfaatan
bagi penyusun dan para pembaca semuanya. Aamiin.

Tebing Suluh, 25 Oktober 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. i


DAFTAR ISI .......................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................ 1
C. Tujuan Penulisan .................................................................................. 1
BAB II PEMAHASAN ........................................................................................... 2
A. Sejarah Agama Hindu ........................................................................... 2
B. Kepercayaan Agama Hindu .................................................................. 3
C. Keyakinan Umat Hindu ......................................................................... 4
D. Kasta Dalam Agama Hindu ................................................................... 5
E. Kitab Suci Agama Hindu ....................................................................... 5
F. Konsep Ketuhanan Agama Hindu ......................................................... 7
G. Ibadat Dalam Agama Hindu .................................................................. 8
H. Hakikat Ajarah Agama Hindu ................................................................ 10
BAB III PENUTUP ................................................................................................ 11
A. Kesimpulan ........................................................................................... 11
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 12

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Agama hindu adalah agama yang dianut oleh penduduk India. Agama
ini telah melewati agama yang sangat panjang yang bermula dari abad ke-15
M hingga sekarang. Bisa jadi, agama hindu adalah agama yang paling tua
yang tersisa hingga saat ini. Sejatinya, hindu merupakan sebuah agama yang
memadukan nilai-nilai ruhani dan etika. Selain itu, agama ini pun memiliki
konsep politeisme, yaitu bertuhan banyak. Setiap tuhan dalam hindu memiliki
kinerja dan tugas masing-masing. Umat hindu juga menyakini setiap tempat,
perbuatan, dan fenomena memiliki tuhan.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah agama Hindu?
2. Bagaimana kepercayaan agama hindu?
3. Bagaimana keyakinan umat hindu?
4. Bagaimana Kasta dalam agama hindu?
5. Apa Kitab suci agama hindu?
6. Bagaimana konsep ketuhanan agama Hindu?
7. Bagaimana Ibadat Dalam Agama Hindu?
8. Bagaiman Hakikat Ajarah Agama Hindu

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui kemunculan dan tokoh-tokoh utama agama Hindu.
2. Untuk mengetahui kepercayaan agama hindu.
3. Untuk mengetahui keyakina umat hindu.
4. Untuk mengetahui Kasta dalam agama hindu.
5. Untuk mengetahui Kitab suci agama hindu.
6. Untuk mengetahui konsep ketuhanan agama hindu
7. Untuk mengetahui Ibadat dalam agama Hindu
8. Untuk mengetahui Hakikat Ajarah Agama Hindu

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah Agama Hindu


Dalam membicarakan agama hindu, perlu mengetahui sejarah yang
panjang dari gejala-gejala keagamaan yang telah terlebur di dalam agama
hindu. Dimulai dari zaman perkembangan kebudayaan-kebudayaan besar di
Meisopotamia dan Mesir. Karena rupanya antara tahun 3000 dan 2000
sebelum masehi di lembah sindhu atau Indus sudah ada bangsa-bangsa
yang peradabannya menyerupai kebudayaan bangsa Sumeria di daerah
sungai Eufrat dan Tigris, maka terdapat peradaban yang sama di sepanjang
pantai dari laut tengah sampai ke Teluk Benggala.
Bukti-bukti arkeologis menunjukkan bahwa di Punjab dan sebelah
utara Karachi, ditemukan puing-puing kota yang sangat tua yang berasal dari
masa 2500-2000 SM, yang memberikan gambaran tentang suatu masyarakat
yang teratur baik.
Penduduk india pada zaman itu terkenal dengan bangsa Dravida.
Mula-mula mereka tinggal tersebar di seluruh negeri, tetapi lama kelamaan
hanya tinggal disebelah selatan dan memerintah negerinya sendiri, karena
mereka di sebelah utara hidup sebagai orang taklukan dan bekerja pada
bangsa-banggsa yang merebut negeri itu.
Antara tahun 2000-1000 sebelum masehi dari sebelah utara masuk ke
India kaum Arya, yang memisahkan diri dari kaum sebangsanya di Iran yang
memasuki India. Bangsa Arya itu serumpun dengan bangsa Jerman,Yunani,
Romawi dan bangsa-bangsa lain di Eropa dan Asia. Namun peradabannya
lebih rendah dari bangsa Dravida. Setelah bangsa pendatang tadi menetap di
dataran sungai Sindhu bercampurlah mereka lama kelamaan dengan
penduduk asli bangsa Dravida tadi.1
Jadi, Dalam sejarah agama hindu, tidak diketahui siapa pendiri agama
tersebut secara pasti dan jelas. Kepercayaan dan agama yang dibawa oleh
bangsa penakluk (Arya) itu tidak merta menghapuskan kepercayaan
penduduk india setempat (asli), tetapi berasimilasi, berpadu, bercampur dan
mempengaruhi satu sama lain.

1
Mudjahid Abdul Manaf, Sejarah Agama-Agama, (Jakarta: Pt Raja Gravindo persanda, 1996), hlm. 7-8

2
B. Kepercayaan Agama Hindu
Banyak orang yang merasa kagum sekaligus heran dengan konsep
ketuhanan yang dimiliki agama hindu, yaitu politeisme. Sejarawan ternama
Will Durant dalam karya besarnya The Story of Civilization, mengemukakan
konsep ketuhanan agama hindu. Durant mengatakan bahwa tuhan atau dewa
orang-orang hindu, mungkin akan mencapai seratus jilid buku.
Sebagian dewa mereka adalah benda-benda langit, Semisal matahari,
bulan dan setengahnya hewan ternak atau burung-burung. Gajah misalnya,
dalam agama hindu menjadi dewa bernama Ganesa. Mereka menganggap
sebagai putra Dewi Shiva (Siwa). Dalam diri Ganesa, terjadi peleburan sifat
antara hewan dan manusia. Begitu juga kera dan kobra sebagai dewa
sumber petaka. Dalam sosok kobra misalnya, terdapat tabiat ketuhanan, yaitu
dapat mematuk racun ketubuh mahkluk dan menjadikannya mati seketika.
Dalam hal ini, dewa kobra dinamakan juga Naja.
Namun demikian, banyak dewa yang diyakini oleh orang-orang hindu
semuanya berporos pada trimurti, yaitu:
1. Dewa Brahma, disebut dengan Sang hyang Widhi atau dalam bahasa
Sanskerta India disebut dengan Utpathi yang berarti Sang Pencipta.
2. Dewa Wisnu, dipercaya oleh orang hindu sebagai Dewa Pemelihara alam
raya. Dalam bahasa mereka dewa wisnu disebut juga dengan nama Sthiti.
Umat hindu menggambarkan jika Wisnu dapat menjelma sebagai sosok
manusia yang menebar kebaikan, juga memberikan pertolongan kepada
segenap mahluk, bahkan turut memebantu tugas dewi-dewi yang lain.
Sosok seperti demikian dapat ditemukan dalam diri Rama dan Kresna.
Dalam tradisi pemujaan umat hindu, wisnu adalah sosok yang sangat di
sakralkan dan istimewa.
3. Dewa Siwa (Shiva) adalah dewa pelebur segala sesuatu yang sudah
using. Dia bisa menghancurkan dunia. Tugasnya adalah kebalikan dari
Dewa Wisnu. Dalam bahasa Sanskerta India, Shiva disebut dengan nama
Sang Kan Paean.2
Jadi, di dalam agama hindu memiliki banyak dewa akan tetapi yang
menjadi poros pada trimurti yaitu Brahmana, Wisnu dan Siwa.

2
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, Almahira. (Jakarta: Almahira, 2012), hlm. 483- 496.

3
C. Keyakinan Umat Hindu
Umat hindu memiliki kenyakinan tentang siklus kehidupan manusia
yang tiada henti. Mereka menyakini bahwa arwah manusia tercipta dari
bagian dewa yang kekal kemudian “hinggap” dan bersemayam jasad manusia
yang fana.
Umat hindu tidaklah mengimani adanya surga dan neraka seperti yang
diyakini oleh umat islam. Namun, mereka mengimani adanya bentuk ganjaran
lain selain surga dan neraka bagi orang-orang yang berbuat baik dan buruk.
Mereka berargumentasi “ Sebenarnya, ketika seseorang yang baik itu mati,
maka yang mati hanyalah jasadnya, sementara arwahnya tetap hidup kekal.
Sebab, arwah adalah bagian dari Dzat Tuhan. Arwah orang yang baik akan
menyusup dan bersemanyam pada jasad orang baik lainnya. Keyakinan ini
disebut dengan reinkarnasi.
Keadaan akhir yang diimpikan oleh umat hindu adalah dapat
bersatunya arwah mereka dengan Dzat Dewa Brahmana. Namun, hal
tersebut hanya akan tercapai setelah jiwa manusia itu terbebas dari segala
sisi buruk jahatnya, syahwat juga dengan keinginan. Hal ini merupakan
tingkatan seorang kehidupan hindu, sebagai tercantum dalam salah satu kitab
suci mereka: Arnik. Dalam kitab itu disebutkan, siapa saja yang sudah tidak
mempunyai kesenangan kepada sesuatu, berarti dia tidak akan memiliki lagi,
serta sudah membebaskan dirinya dari kungkungan hawa nafsu. Jiwanya pun
akan merasa tenang. Pada akhirnya, dia telah lepas dari materi. Dia telah
berhasil bersatu dengan Brahma itu sendiri. Dalam hal ini, sesuatu yang fana
telah berubah menjadi kekal. Proses tersebut merupakan tingkatan terakhir
dari serangkaian proses hukum ganjaran dan pahala menurut umat hindu,
yaitu kembalinya arwah adalah bagian dari Dewa karenanya ia pun akan
kembali dan menyatu dengan-Nya.3
Jadi di dalam agama hindu tidak mempercayai adanya surga dan
neraka akan tetapi mempercayai adanya ganjara. Mereka menyakini adanya
reinkarnasi dan tujuan akhir dari mereka adalah kembalinya arwah adalah
bagian dari Dewa karenanya ia pun akan kembali dan menyatu dengan-Nya.

3
Ibid., hlm. 489.

4
D. Kasta dalam Agama Hindu.
1. Kasta Brahma (kelas putih) : terdiri dari kalangan pendeta dan pemuka
agama hindu.
2. Kastra Ksatria (kelas merah) : terdiri dari pengusaha dan tentara.
3. Kasta Waisya (kelas kuning) : terdisi dari kalangan petani dan pedagang
4. Kasta Sudra (Kelas hitam) : terdiri dari pengrajin.
5. Kasta Paria terdiri dari kelompok yang dipandang paling rendah dari
prespektif agama hindu, seperti penggali kubur, petugas kebersihan dan
semacamnya.4
Jadi, di dalam agama Hindu memiliki kasta yang terdiri dari kasta
Brahmana, Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria.

E. Kitab Suci Agama Hindu


1. Weda : Kata Weda berarti pengetahuan (Wid = tahu). Menurut tradisi kitab
hindu kitab-kitab ini adalah ciptaan Dewa Brahma sendiri. Isinya
diwahyukan oleh Dewa Brahma kepada para Resi atau para pendeta
dalam bentuk mantra-mantra, yang kemudian disusun sebagai pujian oleh
para resi tadi sebagai pernyataan rasa hatinya.5 Kitab weda terbagi
menjadi empat kitab ( Catur Weda):
a. Regweda : Berisi mantra-mantra dalam bentuk pujian-pujian, yang
digunakan untuk mengundang para dewa, agar berkenaan hadir pada
upacara-upacara yang akan diadakan bagi mereka. Imam-imam atau
pendeta yang akan mengadakan pujian-pujian ini disebut Hotr.
b. Ayurweda :Kitab ini di baca oleh para biara saat persembahan.6 Berisi
yajus atau rapal, diucapkan oleh imam atau pendeta yang
disebut Adwarya, yaitu pada saat ia melakukan upacara kurban. Rapal-
rapal ini bukan di pakai untuk memuja dewa, melainkan untuk
mengubah kurban-kurban menjadi makanan dewa.7
c. Samaweda : Kitab ini berisi lagu pujian dalam doa dan permohonan.8

4
Ibid., hlm. 490.
5
Harun Hadiwijono, Agama Hindu dan Budha, (Jakarta: PT BPK Gunung Mulia, 2013), hlm. 17
6
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, hlm. 496.
7
Harun Hadiwijono, Agama-Agama Hindu dan Budha, hlm. 18.
8
Sami bin Abdullah al-Maghlouth, Atlas Agama-Agama, hlm. 496.

5
d. Atharweda : Kitab ini memuat beberapa tulisan dan ungkapan magis
untuk menolak sihir, ilusi, takhayul serta setan.9
Masing-masing Catur Weda mencakup bagian-bagian berikut:
 Samhita; memuat tentang penjelasan doktrin agama dan kumpulan
doa-doa yang dirapalkan orang-orang india kuno kepada dewa-dewa
mereka sebelum datangnya Arya.
 Brahmana : memuat petunjuk penggunaan mantra dalam rangkaian
upacara. Mengandung doa-doa yang dibacakan pada pendeta saat dia
berada di gua, hutan, sungai atau tempat-tempat asing lainnya.
 Upanisad : berisikan ungkapan-ungkapan kebenaran spiritual
tertinggidan berbagai anjuran mengenai cara utuk mencapai
kebenaran.
2. Hukum Manu (Code of Manu)
Hukum ini ditetapkan pada abad ke-3 SM, masa kemenangan umat
hindu terhadap atheteisme yang dicontohkan adalah agama Jainisme dan
Budha, hukum ini sebagai ungkapan atas penjelasan Weda antara rambu-
rambu dan prinsip dan dasar-dasar agama hindu.

3. Kitab Kesustraan Hindu lain:


a. Mahabarata : Epic india kuno yang dikarang oleh byasa pada tahun
950 SM. Epik tersebut menyerupai epic Yahudi kuno Illiad dan
Oddyssey. Kitab ini menceritakan konflik para pandawa lima dengan
sepupu mereka yang juga diikuti oleh para dewa.
b. Kayana: berita tentang perang dalam perang kerajaan. Di dalam kitab
tersebut Krisna banyak menurunkan ajaran-ajaran filsafat dan
sosialnya.
c. Yoga : memuat 64 ribu bait yang disusun mulai abad ke-6 melalui
periode panjang dan sekelompok orang. Di dalamnya memuat ajaran-
ajaran filsafat dan teologi.
d. Ramayana : epic tentang kerajaan dan pencintaan yang di dalamnya
diterangkan pula ajaran-ajaran, etika, filsafat, pemikiran, politik dan
pidato sang Rama- sang Raja.10

9
Ibid., hlm. 496.

6
Jadi, agama hindu memiliki tiga kitab yaitu Weda, Hukum Manu dan
Kitab Kesustraan Hindu. Pada kitab Weda terbagi menjadi empat kitab yaitu
Regweda, Ayurweda, Samaweda, Atharweda. Di dalam Catur Weda
mencakup bagian-bagian yaitu Samhita, Brahmana, Upanisad. Kitab
Kesustraan Hindu terdapat Mahabarata, Kayana, Yoga dan Ramayana.

F. Konsep Ketuhanan Agama Hindu


1. Monoteisme: tidak ada batasan yang jelas tentang konsep monoteisme
dalam agama hindu.
2. Politeisme : mereka berpendapat bahwa setiap benda, baik manfaat
maupun tidak memiliki dewa tersendiri yang mereka sembah, seperti dewa
Air, Udara, Sungai, dan Gunung. Seluruh Dewa tersebut di sembah oleh
umat hindu melalui berbagai macam, ritual dan sajian.
3. Trimurti : pada abad ke-9 SM, para pendeta hindu sepakat ada tiga
kekuatan Brahmana dalam menciptakan, memelihara dan melebur alam
beserta isinya:
1. Dewa Brahma : Dewa pencipta
2. Dewa Wisnu : Dewa Pemelihara
3. Dewa Siwa : Dewa Pelebur
Siapa saja yang menyembah salah satu dari tiga dewa diatas,
maka ia telah menyembah semua dewa sekaligus. Hal ini karena ketiga
dewa tersebut tidaklah ada perbedaan.
Orang-orang hindu sangat mensyakralkan sapi dan hewan lainya,
seperti kobra dan kera. Namun, sapi adalah hewan paling sakral dari
semuanya. Patung-patung sapi akan banyak ditemukan disetiap kuil,
rumah dan pusat keramaian. Keberadaan sapi sangatlah di jaga. Hewan
tersebut tidaklah boleh disembelih dan disakiti. Jika seekor sapi mati,
maka seekor sapi tersebut harus di kuburkan dengan tata cara tertentu.
Umat hindu juga menyakini bahwa sosok dewa mereka telah
melebur dalam sosok diri manusia , yaitu Krisna. Pada diri Krisna, telah

10
Ibid., hlm. 496-497.

7
terjadi persemaian dan peleburan antara sisi ketuhanan dan sisi
kemanusiaan.11
Jadi, Konsep Ketuhanan Agama Hindu ada tiga yaitu Monoteisme,
Politeisme dan Trimurti. Di konsep ketuhanan Trimuti (Brahma, Wisnu, Siwa),
barang siapa yang telah menyembah dari salah satu dewa maka dia telah
menyembah semua dewa tersebut karena mereka menyakini diantara
ketiganya tidak terdapatperbedaan.

G. Ibadat Dalam Agama Hindu


Ibadat dan pemujaan tidaklah hanya dihadapkan kepada maha dewa
Brahmana, Wisynu dan Syiwa tetapi lebih dahulu langsung kepada tenaga
dan daya alam yang dianggap sebagai dewa, yang langsung mempengaruhi
kehidupan manusia. Tenaga dan kekuatan alam inilah yang sebenarnya
dipuja. Nama dari masing-masing dewa itu adalah daya alam itu sendiri.
Diantara dewa-dewa itu ialah:
1. Surya (Dewa Matahari)
2. Agni (Dewa Api Suci)
3. Wayu (Dewa Angin)
4. Candra (Dewa Bulan)
5. Waruna (Dewa Alam/Angkasa)
6. Marut (Dewa Badai/Topan)
7. Paryania (Dewa Hujan)
8. Acwin (Dewa Kembar atau Dewa Kesehatan)
9. Usa (Dewa Fajar)
10. Indra (Dewa Perang)
11. Wertra (Dewa Jahat)
Diantara semua dewa-dewa itu yang terutama sekali dan paling
banyak mendapat puji-pujian adalah Dewa Indra dan Agni. Dewa Indra
dipandang juga sebagai Dewa Rahmat yang membawa kebahagiaan. Dewa
Indra juga mendapat julukan dengan sebutan “Puramdara” yaitu Dewa
Penggempur Benteng. Hal ini mengingatkan mereka ketika bangsa Arya
mula-mula datang kelembah Sindhu dengan peperangan, bertemu dengan

11
Ibid., hlm. 497.

8
bangsa Dravida yang bertahan dengan sembilan puluh benteng, akhirnya
bangsa Dravida dapat dikalahkan. Bagi bangsa Arya kemenangan ini sebagai
pertolongan dari Dewa Indra.
Dewa Indra adalah Dewa yang terus-menerus berperang menggempur
Dewa Wertra, yaitu Dewa jahat yang selalu menahan air hujan dalam
gumpalan-gumpalan awan. Dewa pertolongan Indra memaksa Wertra
akhirnya hujan turun ke bumi.
Dalam memuja Dewa Indra, biasa dipersembahkan saji yang berisi
“soma” yaitu semacam minuman dari getah tumbuh-tumbuhan candu yang
biasa memabukkan. Maksud saji ini agar Dewa Indra terus berperang dalam
keadaan mabuk dan tak peduli, sehingga Wretra dapat dikalahkannya.
Dewa kedua yang dianggap mulia dan lebih banyak dapat pujaan ialah
Dewa Api (Agni), karena Agni sebagai sahabat bagi manusia dalam hidupnya.
Pada setiap upacara pemujaan, api tidak boleh ketinggalan, api menjadi
syarat utama.
Pada waktu upacara pemujaan Dewa yang disembah dimohon agar
turun, duduk diatas selembar tikar kuca (Tikar rumput) yang dibentangkan,
lalu barang-barang sajian dimasukkan kedalam api, sebagai khayalan bahwa
sajian ini dimasukkan kedalam mulut Dewa.
Selain kepada Dewa Indra dan Agni ada juga yang dilakukan
pemujaan, menurut kebutuhan masing-masing yang memuja. Dan bagi tiap-
tiap keluarga dan rumah tangga, kepala keluargalah yang berkewajiban
melakukan saji dalam pemujaan menurut apa yang dibutuhkan oleh
keluarganya.
Tentang hal saji ini tuntunan pokoknya diuraikan di dalam kitab
“Brahmana”. Suatu kitab suci agama Hindu yang disusun sesudah keempat
samhita weda itu.
Di dalam melakukan saji orang-orang kasta Brahmana mempunyai
kedudukan yang penting. Karena menurut agama Brahma, tergantungnya
keselamatan manusia di dunia, terletak pada cara pemujaan dan melakukan
sajian dan tiadalah yang dapat melakukan saji itu dengan cara setepat-
tepatnya dan sebenar-benarnya selain dari kaum Brahmana. Demikian
tingginya kedudukan kaum Brahmana.

9
Bahkan keadaan dewa-dewa itupun tergantung kepada kaum
Brahmana. Karena saji yang mereka berikan maka dewa-dewa itu dapat
hidup dan berbuat sesuatu. Dengan anggapa yang demikian, Brahmana
sebenarnya pun sudah dianggap dewa, dewa yang menguasai saji, saji yang
menguasai segala keadaan.12

H. Hakikat Ajarah Agama Hindu


Hakikat ajaran agama hindu adalah Panca Craddha artinya lima Keyakina,
yaitu:
1. Widhi Craddha adalah keyakinan terhadap Hyang Widhi / atau tuhan yang
maha Esa sebagai pencipta Allam semesta beserta isinya, memelihara
hasil ciptaannya itu dan melebur segala yang diciptakan serta
mengembalikan lagi ke asalnya.
2. Atma Cradda adalah keyakinan terhadap adanya Atma pada tiap-tiap
mahluk
3. Karmapala Cradda adalah keyakinan terhadap hukum perbuatan, Segala
karma(Perbuatan) akan mendapat phala (hasil perbuatan).
4. Punarbhawa Cradda adalah keyakinan adanya reinkarnasi. Reinkarnasi
akan berakhir apabila atma itu akan bersati dengan sumbernya yaitu
Paramatma atau hiyang Widhi.
5. Moksah Cradda adalah keyakinan terhadap adanya kebahagiaan kekal
yang disebut “ Suka tanpa wali duka” atma yang telah bebas dari ikatan
pengaruh duniawi akan dapat mencapai kebahagiaan kekal abadi, dimana
atma bersatu kembali bersama asalnya yaitu hyang widhi . manunggalnya
kembali dengan Atma dengan Hyang Widhi itulah yang disebut Moksha.13

12
Agus Hakim, Perbandingan Agama Pandangan islam Mengenai Keercayaan : Majusi-Shabiyah-Yahudi-
Kristen-Hindu-Budha dan Sikh, ( Bandung: CV. Diponegoro, 1985), hlm. 130-132.
13
Mukti Ali, Agama dalam Pengumpulan Masyarakat Dunia,. (Yogya: Tiara Wacana, 1998), hlm. 197.

10
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dalam sejarah agama hindu, tidak diketahui siapa pendiri agama
tersebut secara pasti dan jelas. Kepercayaan dan agama yang dibawa oleh
bangsa penakluk (Arya) itu tidak merta menghapuskan kepercayaan
penduduk india setempat (asli), tetapi berasimilasi, berpadu, bercampur dan
mempengaruhi satu sama lain.
Agama hindu memiliki banyak dewa akan tetapi yang menjadi poros
pada trimurti yaitu Brahmana, Wisnu dan Siwa.
Agama hindu tidak mempercayai adanya surga dan neraka akan
tetapi mempercayai adanya ganjara. Mereka menyakini adanya reinkarnasi
dan tujuan akhir dari mereka adalah kembalinya arwah adalah bagian dari
Dewa karenanya ia pun akan kembali dan menyatu dengan-Nya.
Agama Hindu memiliki kasta yang terdiri dari kasta Brahmana,
Ksatria, Waisya, Sudra dan Paria.
Agama hindu memiliki tiga kitab yaitu Weda, Hukum Manu dan Kitab
Kesustraan Hindu. Pada kitab Weda terbagi menjadi empat kitab yaitu
Regweda, Ayurweda, Samaweda, Atharweda. Di dalam Catur Weda
mencakup bagian-bagian yaitu Samhita, Brahmana, Upanisad. Kitab
Kesustraan Hindu terdapat Mahabarata, Kayana, Yoga dan Ramayana.
Konsep Ketuhanan Agama Hindu ada tiga yaitu Monoteisme,
Politeisme dan Trimurti. Di konsep ketuhanan Trimuti (Brahma, Wisnu, Siwa),
barang siapa yang telah menyembah dari salah satu dewa maka dia telah
menyembah semua dewa tersebut karena mereka menyakini diantara
ketiganya tidak terdapatperbedaan.
Ibadat dan pemujaan Agama Hindu tidaklah hanya dihadapkan
kepada maha dewa Brahmana, Wisynu dan Syiwa tetapi lebih dahulu
langsung kepada tenaga dan daya alam yang dianggap sebagai dewa, yang
langsung mempengaruhi kehidupan manusia

11
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Mukti. 1998. Agama dalam Pengumpulan Masyarakat Dunia. Yogya : Tiara
Wacana
Al-Maghlouth, Sami bin Abdullah. 2012. Atlas Agama-Agama, Almahira.
Jakarta: Almahira.
Hadiwijono, Harun. 2013. Agam Hindu dan Budha. Jakarta: PT BPK Gunung
Mulia
Hakim, Agus. 1985. Perbandingan Agama Pandangan islam Mengenai
Keercayaan : Majusi-Shabiyah-Yahudi-Kristen-Hindu-Budha dan Sikh.
Bandung: CV. Diponegoro.
Manaf, Mudjahid Abdul. 1996, Sejarah Agama-Agama, Jakarta: Pt Raja
Gravindo persanda.

12

Anda mungkin juga menyukai