Anda di halaman 1dari 25

Keugaharian dan Keadaban~ 1

Keadaban Publik dan Pemeliharaan


Bumi
Empat Catatan Teologis terhadap Pikiran
Pokok Sidang MPL PGI di Tahuna, 28-31
Januari 2022 “Spiritualitas Keugaharian:
Membangun Keadaban Publik Demi
Pemeliharaan Bumi sebagai Sacramentum
Allah”

Zakaria J. Ngelow*

Kerangka Acuan Panitia untuk Diskusi


Panel mengenai Pikiran Pokok Sidang MPL
PGI ini sudah cukup jelas, juga secara
teologis, dengan antara lain menunjuk
sejumlah teks relevan dalam Kitab Suci,
imperatif moral-etik terkait inkarnasi
Kristus, persekutuan segala makhluk, dan
bumi sebagai sacramentum Allah. Kerangka
Acuan bahkan dilengkapi contoh-contoh
Keugaharian dan Keadaban~ 2

konkret bagaimana gereja seharusnya


berurusan dengan pemeliharaan bumi. Hal-
hal penting itu tidak perlu lagi dicatat di
sini.1

Saya memberi empat pokok catatan teologis


terkait unsur-unsur gagasan yang
diungkapkan dalam pokok pikiran
persidangan ini:

1. Spiritualitas Keugaharian
2. Keadaban Publik
3. Pemeliharaan Bumi, dan
4. Bumi sebagai sacramentum Allah

Satu: Spiritualitas Keugaharian


Dokumen Keesaan Gereja (DKG) PGI 2019-
2024 merumuskan “Spiritualitas
Keugaharian” sebagai:

1Kerangka Acuan Pikiran Pokok Sidang Majelis Pekerja


Lengkap PGI 2022, “Spiritualitas Keugaharian:
Membangun Keadaban Publik Demi Pemeliharaan Bumi
Sebagai Sakramentum Allah” (Dokumen Sidang MPL
PGI, Tahuna, 28-31 Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 3

Cara menghayati dan menjalani


kehidupan yang didasarkan pada “etos
hidup berkecukupan” dan kesediaan
untuk berbagi dengan orang lain, serta
merupakan penolakan terhadap etos
dan struktur keserakahan global.
Selain etos hidup berkecukupan,
pengembangan spiritualitas
keugaharian ini merupakan bagian
dari proses pemuridan agar orang
beriman menjadi makin dewasa dan
matang di dalam memilih cara
menjalani kehidupan.
Seperti dinyatakan dalam rumusan ini,
spiritualitas keugaharian merupakan reaksi
gereja-gereja terhadap etos dan struktur
keserakahan global, yang dipicu oleh sistem
ekonomi kapitalisme-neoliberal.2 Sistem ini

2 “’Neo-liberal capitalism’ is the term used to describe


the phase of capitalism where restrictions on the global
flows of commodities and capital, including capital in
the form of finance, have been substantially removed.
Since such removal happens under pressure from
globally-mobile (or international) finance capital, neo-
liberal capitalism is characterized by the hegemony of
international finance capital, with which the big capitals
in particular countries get integrated, and which ensures
Keugaharian dan Keadaban~ 4

pada satu pihak tidak adil terhadap alam


dengan mengeksploitasi secara berlebihan
sumber-sumber daya alam (SDA), dan tidak
adil terhadap masyarakat, karena
penguasaan berlebihan sejumlah kecil orang
terhadap sumber daya alam, yang
seharusnya untuk kemakmuran seluruh
rakyat.3
Secara praktis, spiritualitas keugaharian
dijalankan orang beriman dengan:
(1) secara sadar memilih untuk hidup
sederhana,
(2) rela selalu berbagi dengan sesama, dan

that a common set of “neo-liberal” policies are pursued


by all countries across the globe.” Prabhat Patnaik,
“Neo-Liberal Capitalism and its Crisis” online at
https://www.networkideas.org/news-
analysis/2017/10/neo-liberal-capitalism-and-its-crisis/
(accessed 26 January 2022).
3Daniel Faber, “Global Capitalism, Reactionary
Neoliberalism, and the Deepening of Environmental
Injustices” online ata
https://www.tandfonline.com/doi/full/10.1080/104557
52.2018.1464250 (accessed 26 January 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 5

(3) memahami akan keterbatasan dan


pentingnya mendayagunakan SDA secara
arif –terutama dengan menolak eksploitasi
berlebihan atas berbagai SDA.4
Perkebunan sawit, pertambangan (emas,
nikel, batu bara), dan konversi lahan
menjadi pemukiman adalah bentuk-bentuk
eksploitasi berlebihan SDA, yang juga sering
disertai ketidakadilan perampasan tanah
rakyat (land grabbing). Di pulau Sulawesi
dari ujung utara Kepulauan Sangihe ini,
sampai ke ujung selatan (dan di berbagai
tempat lainnya di Indonesia) berlangsung
eksploitasi SDA, yang berlebihan, yang
sayangnya didukung, bahkan difasilitasi
oleh pemerintah.

4 Apakah spiritualitas keugaharian merupakan imbauan


kepada kalangn berpunya untuk menahan diri dan
bersedia berbagi? Bukan hanya untuk golongan
tertentu, melainkan imbauan untuk semua orang untuk
menahan diri dari berbagai hal yang berlebihan, baik
dalam pemilikan maupun dalam sikap dan tutur kata
serta hubungan dengan orang lain dan dengan semua
ciptaan. Dan semua orang perlu sadar dan memberi
perhatian pada kerusakan alam.
Keugaharian dan Keadaban~ 6

Spiritualitas keugaharian menjadi concern


ekumenis gereja-gereja, karena terhubung
dengan kedua ketidakadilan di atas,
ketidakadilan ekologi dan ketidakadilan
sosial, yang menjadi pokok-pokok utama
agenda gerakan ekumene mondial. Kedua
agenda –keadilan ekologi dan keadilan
sosial– dan agenda dialog umat beragama,
menjadi perhatian gerakan ekumene
sedunia setelah wakil-wakil gereja-gereja
dari belahan bumi Selatan terlibat dalam
kepemimpinan gerakan ekumene, sejak
akhir tahun 1960-an. Perhatian pada agenda
keesaan gereja yang memakan banyak
energi juga terus digumuli. Terobosan
dicapai dengan kesepakatan gereja-gereja
pada prinsip saling menerima dalam
perbedaan –keesaan dalam kepelbagaian,
unity in diversity. Keempat agenda
ekumenis ini5 diletakkan dalam tema besar
komitmen ekumenis gereja-gereja sedunia
pada keadilan, perdamaian dan keutuhan

5(1) keesaan gereja (2) pengembangan hubungan dialog


antaragama, (3) panggilan sosial gereja dan (4)
keprihatinan pada krisis ekologis.
Keugaharian dan Keadaban~ 7

ciptaan (KPKC, Justice, Peace and Integrity


of Creation, JPIC).6 Isu-isu seperti
kemiskinan, pelanggaran HAM dan
diskriminasi (termasuk women concern dan
ketidakadilan gender), resolusi konflik,
serta krisis ekologi makin menjadi perhatian
pelayanan gereja-gereja, juga di Indonesia.
Urusan kehidupan di dunia menjadi fokus
pelayanan gereja, bukan lagi hanya urusan
kehidupan di surga, kelak.
Kesemua agenda itu mencerminkan
ketaatan gereja pada jalan panggilan
misioner Yesus Kristus, yang dinyatakan
dalam khutbah-Nya di Nazaret (Luk 4: 18-
19)

Dua: Keadaban Publik

Dasar moral-etik ideologi keadaban publik


adalah, “Kemanusiaan yang adil dan
beradab,” sila kedua Pancasila. Sila ini

6Lihat D. Preman Niles, “Justice, Peace and The


Integrity Of Creation” online at http://www.wcc-
coe.org/wcc/who/dictionary-article11.html (accessed 26
January 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 8

mengandung makna bahwa bangsa


Indonesia mengakui dan memerlakukan
setiap individu sesuai dengan harkat dan
martabatnya tanpa membeda-bedakan latar
belakang, baik itu agama, suku, ras, maupun
jenis kelamin. Kemanusiaan yang adil dan
beradab, yang disebut Sukarno sebagai
Internasionalisme, juga merupakan
kebersamaan dan solidaritas antarbangsa
dan sesama manusia, bukan hanya
solidaritas di dalam satu bangsa
(nasionalisme).7

Muchtar Hadi, Direktur Pascasarjana IAIN


Metro, Lampung, merumuskan: “Keadaban
publik (public civility) adalah sikap atau
perilaku yang menghargai, menghormati
dan peduli dengan orang lain, taat pada
aturan dan norma sosial serta menerapkan
dan melakukannya dalam hubungan sosial

7Lihat “Sila Kedua - Kemanusiaan Yang Adil dan


Beradab” daring di
https://www.warganegara.org/project/sila-kedua-
kemanusiaan-yang-adil-dan-beradab/ (diakses pada 27
Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 9

dengan orang lain dan dalam kehidupan


publik (masyarakat).”8

Prof. Azyumardi Azra menekankan aspek


politik karena keadaban publik –sebagai
norma, standar atau ukuran sosial, budaya,
dan agama tentang perilaku individu dan
komunitas– memerlukan regulasi
yang mengikat seluruh warga:

“Dengan begitu, keadaban publik


dapat ditegakkan secara hukum.
Norma dan standar yang tidak
menjadi regulasi diadopsi sebagai
social-cultural decorum—tingkah laku
sepatutnya yang bisa diterima semua
warga. Bagian penting keadaban
publik adalah keadaban politik, yaitu
cara berperilaku dan bertindak sesuai
norma politik seperti digariskan
sistem politik, regulasi politik,

8 Mukhtar Hadi, “Keadaban Publik” daring di


https://pascasarjana.metrouniv.ac.id/keadaban-
publik.html (diakses pada 27 Januari 2022). Lihat juga
Mahrus As’ad, “Agama dan Keadaban Publik” daring di
https://journal.uii.ac.id/index.php/Millah/article/down
load/7039/6266 (diakses pada 27 Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 10

konvensi politik, dan political


correctness. Keadaban politik juga
adalah kepantasan, kepatutan, dan
kelaziman sosial, budaya, dan agama
terkait perilaku dan tindakan politik
individu, atau kelompok, dan partai
politik.”9

Dalam perspektif Kristen, dasar teologis


keadaban publik adalah Hukum Kasih Yesus
Kristus:
“Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan
segenap hatimu dan dengan segenap
jiwamu dan dengan segenap akal
budimu. Itulah hukum yang terutama
dan yang pertama. Dan hukum yang
kedua, yang sama dengan itu, ialah:
Kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri. Pada kedua hukum
inilah tergantung seluruh hukum

9Azyumardi Azra, "Membangun Keadaban Politik"


daring di https://www.uinjkt.ac.id/id/membangun-
keadaban-politik/ (diakses pada 27 Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 11

Taurat dan kitab para nabi.” (Matius


22: 37-40)
Dan penting menghubungkan Hukum Kasih
dengan Pengakuan Iman Umat Allah
kepada Allah yang Esa (Ul 6:4; Mrk 12:29),
iman yang bertolak dari tindakan Allah
memilih dan mengasihi umat-Nya untuk
menjadi berkat bagi bangsa-bangsa (Kej 12:
1-3). Dalam hal ini Hukum Kasih tidak
mengandalkan kemampuan manusia
mengasihi Tuhan dan sesama, melainkan
pada cinta kasih Tuhan.
Inilah kasih itu: Bukan kita yang telah
mengasihi Allah, tetapi Allah yang
telah mengasihi kita dan yang telah
mengutus Anak-Nya sebagai
pendamaian bagi dosa-dosa kita.
(1Yoh 4:10)
Dalam konteks Indonesia kiwari, gereja-
gereja dapat mendukung pengembangan
keadaban publik dengan mengaktifkan
kewajiban profetis gereja dalam
menyatakan kritik moral-etik keagamaan
terhadap penyelenggara negara, dunia
Keugaharian dan Keadaban~ 12

usaha dan masyarat. Dan melalui kritik itu


akan bergema juga sebagai otokritik
terhadap para pimpinan dan pelayan gereja-
gereja sendiri, karena ketika satu jari
menuding pihak lain, maka empat jari
terarah kepada diri sendiri. Membangun
keadaban publik merupakan tanggung
jawab gereja-gereja juga.
Pokok-pokok kritik kenabian gereja dapat
mengungkapkan berbagai isu dalam
pengembangan keadaban publik, antara
lain:
• Matinya nurani kekuasaan terhadap
keadilan sosial dan keadilan ekologi
serta meluasnya kerakusan materialisme
dalam kalangan politikus pun kalangan
agamawan, yang menormalkan pameran
kemewahan di tengah lautan kemiskinan.
Dan di belakang itu adalah maraknya
korupsi para petinggi, yang masih terus
antri menunggu diungkap oleh OTT
KPK.10

10Dikabarkan lima pejabat terjaring OTT KPK pada


tahun 2021. Lihat “5 OTT KPK di Tahun 2021, Nomor 2
dan 5 Bikin Heboh Publik” daring di
Keugaharian dan Keadaban~ 13

• Meredupnya penghargaan dan


penghormatan terhadap sesama ciptaan
Allah; fauna dan flora dipunahkan, hutan
bermacam pohon dibabat dan beragam
margasatwa kehilangan habitatnya,11
tanah dibongkar, mata air mati, sungai-
sungai mengering, lautan jadi timbunan
sampah plastik.12
• Manusia malahan menghina-
merendahkan sesama manusia karena

https://nasional.sindonews.com/read/641709/13/5-ott-
kpk-di-tahun-2021-nomor-2-dan-5-bikin-heboh-publik-
1640704341 (diakses pada 27 Januari 2022).
11Berita pada tahun 2003 menyebutkan: “Para peneliti
dan ahli biologi di Indonesia tengah mengalami
kepanikan. Karena tingkat kepunahan jenis flora dan
fauna di Indonesia tercatat tertinggi di dunia. Predikat
Indonesia sebagai negara megadiversity secara perlahan
tapi pasti bergeser menjadi Hot Spot Country. Yakni
negara dengan tingkat ancaman kepunahannya tertinggi
di dunia.” Lihat “Para Ahli Biologi Panik, Flora-Fauna
Indonesia Hampir Punah” daring di
http://lipi.go.id/berita/para-ahli-biologi-panik-flora-
fauna-indonesia-hampir-punah/138 (diakses pada 27
Januari 2022).
12Khalisah Khalid “Darurat Ekologis” daring di
https://www.walhi.or.id/darurat-ekologis (diakses pada
27 Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 14

perbedaan: berbeda kelamin, berbeda


orientasi seksual, warna kulit, status
sosial, berbeda suku, berbeda agama, dan
sebagainya.13 Pada hal perbedaan adalah
kehendak dan karunia Allah bagi
ciptaan-Nya, dan semua manusia dalam
perbedaan-perbedaannya adalah sesama
manusia, sesama imago Dei.14
• Pendekatan kuasa, kekerasan dan
kontak senjata terus dilakukan dalam
menyelesaikan konflik dalam
masyarakat. KDRT pun masih terus
terjadi dalam semua kalangan. Pelecehan
seksual bahkan berlangsung di kampus-
kampus.

13“5 Bentuk Diskriminasi yang Sering Terjadi di


Indonesia” daring di
https://gensindo.sindonews.com/read/82972/700/5-
bentuk-diskriminasi-yang-sering-terjadi-di-indonesia-
1593194779 (diakses 27 Januari 2022).

James Charlesworth, “The Dignity of Human: Imago


14

Dei” online at https://wheatley.byu.edu/the-dignity-of-


human-imago-dei/ (accessed 26 January 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 15

Tiga: Pemeliharaan Bumi

Sesuai Kitab Suci, pemeliharaan bumi


adalah mandat Allah bagi manusia:
TUHAN Allah mengambil manusia itu
dan menempatkannya dalam taman
Eden untuk mengusahakan dan
memelihara taman itu. (Kej 2:15)
Manusia adalah bagian dari alam ciptaan
bersama hewan dan tumbuhan, serta semua
ciptaan non-organik, yang setara sebagai
sesama ciptaan dan saling dukung dan
bergantung satu dengan yang lain menjalani
kehidupan. Memang manusia diciptakan
secara khusus dalam gambar dan rupa Allah
(imago Dei) untuk menjalankan fungsi
kesekerjaan dengan Allah memelihara
ciptaan. Seperti yang dikemukakan seorang
sejarawan Amerika, Lynn White, Jr. (1907-
1987), dalam suatu tulisan pada tahun
1967,15 manusia bukannya memelihara alam

Lynn White, Jr., “The Historical Roots of Our


15

Ecological Crisis” online at


Keugaharian dan Keadaban~ 16

sesuai kehendak Tuhan, melainkan


merusaknya dengan berlebihan
mengeksploitasi sumber daya alam. White
menuding manusia merusak alam bertolak
dari penafsiran antroposentrisme atas
mandat untuk “menguasai ciptaan” yang
seharusnya memelihara atau
mengusahakannya (Kej 1:28; 2:15).16 Daya
rusak manusia diperburuk oleh adanya
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi

https://www.cmu.ca/faculty/gmatties/lynnwhiterootsof
crisis.pdf (accessed 26 January 2022).
16Lynn White, Jr. mencatat: “Especially in its Western
form, Christianity is the most anthropocentric religion
the world has seen. As early as the 2nd century both
Tertullian and Saint Irenaeus of Lyons were insisting
that when God shaped Adam he was foreshadowing the
image of the incarnate Christ, the Second Adam. Man
shares, in great measure, God's transcendence of nature.
Christianity, in absolute contrast to ancient paganism
and Asia's religions (except, perhaps, Zorastrianism),
not only established a dualism of man and nature but
also insisted that it is God's will that man exploit nature
for his proper ends.”
Keugaharian dan Keadaban~ 17

modern sebagai alat canggih


mengeksploitasi alam.17
Sebenarnya manusia diperlengkapi dengan
karunia khusus untuk memelihara ciptaan,
yaitu akal budi, yang merupakan bagian dari
penciptaan manusia dalam imago Dei.
Dengan akal budi manusia mengembangkan
budaya dan peradaban: mengolah potensi
alam untuk mendukung kehidupan;
mengembangkan culture dalam berhadapan
dengan nature. Namun ironisnya, justru
dengan akal budi manusia mengembangkan
teknologi modern sebagai tools dengan daya
rusak yang tinggi, yang tidak dapat
memulihkan kerusakan yang dilakukannya.
Pemeliharaan bumi meliputi berbagai
aspek:
• Mengembangkan kesadaran pada krisis
ekologi (DKG: kiamat ekologis),

17“… as we now recognize, somewhat over a century ago


science and technology –hitherto quite separate
activities– joined to give mankind powers which, to
judge by many of the ecologic effects, are out of control.
If so, Christianity bears a huge burden of guilt.”
Keugaharian dan Keadaban~ 18

parahnya kerusakan bumi –yaitu hilang


atau melemahnya fungsi positif alam
mendukung kehidupan dan berubah
menjadi ancaman terhadap kehidupan.
Pencemaran udara, tanah, dan air
(sungai, danau, laut, air tanah),
penggundulan hutan, dan perusakan
terumbu karang berakibat negatif bagi
kehidupan. Perubahan iklim dan
pemanasan global terus mengancam
kehidupan di planet kita ini.
• Memahami dan mendukung penegakan
keadilan ekologis –menghormati dan
memberi hak hidup semua ciptaan non-
manusia– dan keadilan lingkungan –
keadilan menanggung beban dampak
kerusakan lingkungan dalam
masyarakat.
• Melakukan upaya-upaya mencegah
krisis lingkungan dan memulihkan
fungsi positifnya, misalnya dari
berdisiplin mengelola sampah rumah
tangga atau kantor/gedung gereja,
sampai reboisasi lahan gundul.
Pengembangan ekonomi harus seimbang
dengan perlindungan ekologi. Gereja
Keugaharian dan Keadaban~ 19

mendukung gerakan ekonomi hijau


(perlindungan terhadap alam daratan),
maupun ekonomi biru (perlindungan
terhadap alam laut dan perairan).
• Mendorong pemerintah menegakkan
hukum dengan serius di bidang
lingkungan, sesuai UU PPLH (No 32
Tahun 2009).

Empat: Bumi sebagai Sacramentum Allah


Bumi sebagai sacramentum (tanda
kehadiran Allah) mungkin tidak begitu
lazim di kalangan teologi Protestan. Tetapi
teologi Calvin mengenai “kemuliaan Allah”
(gloria Dei) mengindikasikan bahwa Allah
mengungkapkan Diri dalam ciptaan-Nya.
Dalam tafsirannya terhadap Roma 1:20,
Calvin menyatakan bahwa wahyu Allah
melalui kemuliaan-Nya yang terungkap
dalam dalam ciptaan sudah cukup jelas.
Jika pengetahuan tentang Tuhan tidak
dapat diperoleh dari penciptaan, maka itu
adalah karena kebutaan manusia, bukan
karena cahaya itu sendiri tidak terang.
Keugaharian dan Keadaban~ 20

Calvin juga sering dikutip menyatakan


bahwa seluruh ciptaan adalah panggung
kemuliaan Allah (theatrum gloria Dei),
“seluruh dunia adalah teater untuk
pertunjukan kebaikan, kebijaksanaan,
keadilan, dan kekuatan Ilahi, …”
Ciptaan sebagai sacramentum Allah
dinyatakan dalam Kitab Mazmur yang
menekankan “kemuliaan Allah di seluruh
bumi” (Mzm 8:2, 10; 57:6; 72:19). Secara
khusus Mazmur 19:1-7 menyatakan “langit
menceritakan kemuliaan Allah, dan
cakrawala memberitakan pekerjaan tangan-
Nya.”18
Seorang teolog Katolik antara lain
menghubungkan ciptaan sebagai
sacramentum Allah dengan pengakuan
Yesus Kristus sebagai Raja Alam Semesta.19

18Lihat Jerry Lewis Leonard Alfons, “Alam Raya Sebagai


Tanda (Sacramentum) Kehadiran Allah” daring di
http://jerryalfons.blogspot.com/2017/10/alam-raya-
sebagai-tanda-sacramentum.html (diakses 27 Januari
2022).
19Lihat Largus Nadeak, “Panenteisme Refleksi Ekologis
Atas Kristus Raja Alam Semesta” daring di
Keugaharian dan Keadaban~ 21

Pemahaman Kristologis mengenai status ini


menyangkut hubungan Allah dan ciptaan-
Nya. Pada satu fihak ajaran Kristen
membedakan antara Allah sebagai Pencipta
dan alam semesta sebagai ciptaan, namun
juga mengajarkan tentang Allah yang masuk
ke dalam ciptaan (inkarnasi) dan sebaliknya
seluruh ciptaan berada di dalam Allah, yang
memberinya kehidupan, ruang dan waktu
(sejarah), Alpha dan Omega, bahkan
beyond history, langit dan bumi baru. Jadi
ciptaan menjadi tanda keberadaan Allah,
karena Allah berada dalam ciptaan dan
ciptaan berada di dalam Allah. Tentu ini
berbeda dengan panteisme yang
menyatukan Allah dengan ciptaan, atau
mengilahikan ciptaan. Bumi sebagai
sacramentum Allah menjadi dasar yang
kuat bagi manusia untuk menghargai,
menjaga dan memelihara semua ciptaan.
Kemuliaan Allah tidak dapat nyata dalam
ciptaan yang dirusak manusia.

http://ejournal.ust.ac.id/index.php/LOGOS/article/vie
w/875/pdf1 (diakses 27 Januari 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 22

Bencana Ekologis
Bencana alam terjadi sebagai bagian normal
dari dinamika hukum alam kehidupan
ciptaan, misalnya erupsi gunung api, gempa
bumi dan tsunami karena benturan
lempeng-lempeng antarbenua. Dan itu
menjadi bencana alam (dalam hal ini
merugikan dan membinasakan hidup
manusia) kalau manusia –dengan akal-
budinya– tidak dapat menghindari atau
menjaga diri terhadap dinamika hukum
alam. Tafsir Deutronomis terhadap bencana
alam dan bencana sosial sebagai hukuman
Allah jangan menjadi penghakiman terhadap
mereka yang terdampak bencana.
Tetapi bencana ekologis adalah bencana
yang disebabkan oleh perbuatan manusia
merusak alam sehingga hukum alam terjadi:
banjir, longsor, kebakaran, wabah, dan
sebagainya.
Beberapa teks Alkitab mencatat mengenai
bumi yang sakit: seluruh ciptaan mengeluh
(Rm 8:22); negeri ini menjadi kering, dan
rumput di segenap padang menjadi layu (Yer
12:4). Usaha bertani gagal: “Mereka telah
menabur gandum, tetapi yang dituai adalah
semak duri; mereka telah bersusah payah,
Keugaharian dan Keadaban~ 23

tetapi usaha mereka tidak berguna; mereka


malu karena hasil yang diperoleh mereka,
akibat dari murka TUHAN yang menyala-
nyala.” (Yer 12:13). Secara umum ini
menunjukkan akibat dosa atas ciptaan:
tanah terkutuk dan semak duri bertumbuh
(Kej 3:17, 18). Dan merupakan akibat dari
tindakan manusia merusak ciptaan,
Penebusan dalam Kristus memulihkan
ciptaan menjadi ciptaan baru, dan karena itu
manusia harus berupaya menyembuhkan
bumi yang sakit dengan berkomitmen pada
keadilan ekologis.20

Rangkuman
1. Spiritualitas keugaharian adalah
perlawanan terhadap kerakusan manusia
merusak dan menghabisi sumber daya
alam. Spiritualitas keugaharian
dijalankan dengan etos hidup sederhana,
berbagi sumber daya dengan sesama, dan

20Harry Alan Hahne, The Whole Creation Has Been


Groaning
https://www.baylor.edu/content/services/document.ph
p/106707.pdf (accessed 26 January 2022).
Keugaharian dan Keadaban~ 24

peka terhadap kerusakan ekologi. Ke-4


agenda gerakan ekumene dalam bingkai
komitmen gereja terhadap Keadilan,
Perdamaian dan Keutuhan Ciptaan
adalah ketaatan pada panggilan mesianis
Yesus Kristus.
2. Keadaban publik terjalin dengan norma-
norma moral-etik dan spiritualitas
keagamaan, namun perlu regulasi yang
didukung dan dikembangkan dalam
tatanan politik. Gereja wajib
menjalankan panggilan kenabiannya
terhadap penguasa, dunia usaha dan
masyarakat, serta gereja sendiri untuk
turut mebangun keadaban publik.
3. Memelihara bumi adalah kewajiban
keagamaan, yang dalam antropologi
Kristen terkait dengan penciptaan
manusia sebagai imago Dei. Akal budi
manusia dimaksudkan untuk
memampukan manusia memelihara
bumi, tetapi dalam perjalanan sejarah
justru mengembangkan teknologi
modern yang merusak alam.
4. Pandangan bahwa bumi adalah
sacramentum Allah menekankan fungsi
Keugaharian dan Keadaban~ 25

ciptaan menyatakan kemuliaan Allah dan


karena itu merusak alam menciderai
kemuliaan Allah. Penebusan Kristus atas
ciptaan menjadi dasar kewajiban gereja
memelihara dan memulihkan bumi yang
sakit.
___________________
Zakaria J. Ngelow

- Direktur Oase Intim (Makassar)


- Sekretaris MP PGI (2019-2024)
- Dari GKSS

Layout dalam
Format A5PDF14:
Size A5, PDF, Font 14
supaya mudah dibaca
di layar HP anda

Anda mungkin juga menyukai