Anda di halaman 1dari 12

KHALIFAH ABU BAKAR PEMBERANTAS KAUM MURTAD DAN PEMBUKA

ISLAM DI TANAH PERSIA

Syarif Hidayatullah

1931030182

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Abstrak

Tulisan ini memaparkan bagaimana khalifah Abu Bakar memberantas kamu murtad dan
membebaskan tanah persia, Abu Bakar adalah penganti kedudukan Rasulullah sebagaimana
seorang pemimpin negara dan umat muslim. Abu Bakar tidak memiliki otoritas sebagaimana
Rasulullah yang sebagai utusan Allah swt., dan tidak ada yang dapat mengantikan Rasulullah di
muka bumi ini. Tulisan ini juga akan memaparkan Abu Bakar sebagai seoarang pemimpin,
kebijakan dalam memerangi kaum murtad, nabi-nabi palsu, orang yang enggan membayar zakat
dan perluasan wilayah Islam di tanah Persia. Upaya yang dilakukan adalah Abu Bakar
menunjukan dalam bentuk peperangan yang melibaktan pasukan khusus yang dapat menangani
masing-masing masalah tersebut. Dalam kebijakan ini menimbulkan pemahaman bahwa harus
adanya tindak tegas dalam hal agama yang bersifat tauqifi dan dalam penyebaran ajaran Islam.

Keyword: Khalifah Abu Bakar, Kepemimpinan, Kaum murtad, Islam di Persia

Pendahuluan

Rasulullah saw. telah telah menunaikan amanah risalahnya yang harus diampaikan
kepada umat manusia.kemudian Allah meberikan pilihan kepada beliau, apakah ingin tetap di
dunia atau segera bertemu Tuhannya. Beliau memilih untuk berjumpa dengan Allah swt.,
sebagaimana dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari dari Said al-Khudri r.a.,
dia berkata “Rasulullah saw. berkhotbah dihadpan manusia. Beliau bersabda, ‘Allah memberi
pilihan kepada seorang hamba-Nya antara dunia ataukah segera menemi-Nya hamba itu lalu
memilih segera berjumpa kepada Allah’.

Abu Bakar menangis ketika mendengar itu, orang-orang kaget dengan tangisannya. Abu
Bakar menangis karena paham manusia yang disebutkan oleh Nabi adalah Rasulullah saw.
sendiri. Kemudian Rasulullah melanjutkan, ‘sesungguhnya orang yang memberi rasa aman

1
bagiku dalam persahabatan atau harta adalah Abu Bakar. Seandainya aku diberi kekasih selain
Tuhanku maka akan aku pilih Abu Bakar, tapi cukuplah dalam persahabatan dan kasih sayang
dalam Islam. Sungguh, tidak ada pintu masjid yang tertutup, kecuali pintu Abu Bakar (selalu
terbuka)’.” (HR: Bukhari).

Ketika Rasulullah saw. wafat, orang-orang pun terkaget-kaget, setelah itu muncullah
kelompok orang-orang munafik mereka berani menampakkan diri. Pada saat itu Abu Abakar
datan dari Sanah menuju ke kediaman Rasulullah kemudian membuka tutup wajah beliau lalu
bersimpuh di depan jasad belaiu, mencium, dan menutupnya kembali. Kemudian abu bakar
keluar dari tempat beliau dan membacakan

‫سل ُ ۚ أَ َفإِ ۟ين َّماتَ أَ ْو قُتِلَ ٱن َقلَ ْب ُت ْم َعلَ ٰ ٓى أَ ْع ٰ َقبِ ُك ْم ۚ َو َمن َين َقل ِْب‬ ُّ ‫سول ٌ َقدْ َخلَتْ مِن َق ْبلِ ِه‬
ُ ‫ٱلر‬ ُ ‫َو َما ُم َح َّم ٌد إِاَّل َر‬
َّ ٰ ‫س َي ْج ِزى ٱهَّلل ُ ٱل‬
َ‫شك ِِرين‬ َ َ ‫ض َّر ٱهَّلل‬
َ ‫ا ۗ َو‬34ًٔ‫ش ْئـ‬ ُ ‫َعلَ ٰى َعقِ َب ْي ِه َفلَن َي‬

“Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul, sungguh telah berlalu sebelumnya
beberapa orang rasul. Apakah Jika dia wafat atau dibunuh kamu berbalik ke belakang
(murtad)? Barangsiapa yang berbalik ke belakang, maka ia tidak dapat mendatangkan
mudharat kepada Allah sedikitpun, dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur”.

Ketika para sahabat telah saling mengetahui bahwa rasull telah wafat, berkumpullah
kaum Anshar di Saqifah Bani Sa’idah pada hari senin tanggal 12 Rabiul awal tahun 11 Hijriah.
Mereka membicarkan terkait siapa yang akan menggantikan beliau. Abu Bakar dan Umar
bergegas menemui kaum Anshar setelah mendengar hal tersebut, dalam perjalanan mereka
bertemu dua orang saleh Uwaim bin Sa’idah dan Ma’an bin ‘Adi. Mereka bertanya kepada Abu
Bakar dan Umar “hendak kemana wahai kaum Muhajirin?” “kami hendak menemui kaum
Anshar,” “selesaikan saja urusan kalian” ucap Uwaim dan Ma’an. “tidak demi Allah, kami akan
mendatangi mereka,” jawab Abu Bakar dan Umar.

Kemudian Abu Bakar berkata “apa yang kalian katakan adalah sebuah kebaikan. Perkara
ini tidak ada yang ahli, kecuali orang itu dari suku Quraisy. Mereka adalah orang Arab paling
moderat dari sisi keturunan dan tepat tinggal. Aku ridha apabila kalian memilih dua orang ini

2
(Umar dan Abu Ubaidah) maka baiatlah mana yang kalian mau”. Ketika itu timbul kegaduhan
kemudian Abu Bakar melerai kemelut perselisihan di antarakaum Anshar dengan kata-kata yang
tepat dan tegas. Dia memuji kelebihan kaum Anshar yang disebutkan dalam Al-Quran dan Sabda
Nabi saw. hal ini ditujukan agar kaum Anshar mau menerima keobjektifan masalah sekaligus
meredam api kemarahan. Abu Bakar menyampaikan kebaiakan mereka yang sanggat tinggi
namun bukan berarti mereka lebih berhak memimpin. Sebab Nabi saw. berpesan bahwa
kepemimpinan adalah milik kaum Muhajirin dari suku Quraisy1.

Kemudian Abu Bakar di baiat2, sungguh mulia akhlak Abu Bakar dia tidak merasa lebih
pantas menggantikan Rasulullah saw., dengan mengajukan orang lain sebagi penggantinya dalam
pidatonya secara lebih jelas menjelaskan ke tidak inginannya menjadi khalifah. Abu Bakar
menunjukan ketawadukan dan keluhuran budinya dia berkata’Aku bukan yang terbaik dari
kalian’. Lebih lanjut Abu Bakar menjelaskan fondasi keadilan dan kasih sayang dalam hubungan
antara penguasa dan rakyat dia mengurutkan ketaan rakyat kepada pemimpin tergantung kepada
ketaatan pemimpin kepada Allah dan Rasul-Nya. Diteruskan dengan wanti-wanti tersebarnya
kekejian demi melindungi masyarkat dari kehancuran.

Kekhalifahan Abu Bakar diwarnai berbagai peristiwa. Karena dalam sejarah


menggambarkan beliau sebagai pemimpin yang tegas dan keras serta bijaksana, maka beliau
tidak pernah kesulitan menghadapi rintangan yang dilaluinya. Peristiwa yang menonjol pada saat
itu adalah adanya kaum murtad dan hadirnya nabi-nabi palsu dan adanya orang-orang yang
enggan membayar zakat. Kemurtadan yang terjadi sangat mempengaruhi perkembangan ajaran
Islam. Mereka memalingkan hati dari ajaran Nabi dan memerangi khalifah. Nabi-nabi palsu yang
bermunculan dengan tujuan ingin menyamakan atau mengalahkan kemuliaan kedudukan Nabi
Muhammad saw. Khalifah Abu Bakar memerangi kaum murtad untuk menyelamatkan Islam dari
kekacauan dan kehancuran. Oleh karena itu tulisan ini dapat menggambarkan fungsi kekhalifaan
Abu Bakar dan kebijakannya dalam memerangi kaum murtad.

1
Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi, Abu bakar ash-shidiq pembuka Islam di tanah Persia(Cet. I
;Solo: Tinta medina, 2015), hal. 9.
2
Maulana Muhammd Yusuf Al-Kandahlawi, Hayayatush Shahabah jilid I (Cet. I ; Bandung: Pustaka
Ramadhan, 2007), hal. 311.

3
Kekhalifahan Abu Bakar

Abu bakar khalifah telah di baiat kaum muslim, dan berjuang mengkonsolidasikan
kekuatan Islam di tanah Arab sepeninggal Rarulullah saw. Nama lengkapnya adalah Abdullah
bin Abi Kuhafah at-Tamimi. Gelar Abu Bakar diberikan oleh Rasulullah saw. karena ia adalah
orang yang paling cepat masuk Islam, dan gelar as-Siddiq yang berarti ‘amat membenarkan’
adalah gelar yang diberikan padanya karena ia amat segera membenarkan Rasulullah saw. dalam
berbagai macam peristiwa.3
Ketika rasulullah saw. telah wafat, Abu Bakar berkeinginan melanjutkan apa yang
menjadi cita-cita beliau yaitu memberangkatkan pasukan usamah untuk menyerbu pasukan
Romawi, hal ini tidak mudah untuk dilakukan karena baru saja ada perselisihan terkaiat
pemilihan penganti Rasulullah di kalangan Anshar.
Melihat banyak terjadi aksi murtad suku-suku Arab dan munculnya kelompok kaum
munafik dan gelagat membahayakan dari kaum Yahudi dan Kristen maka Urwah bin Zubair
memberi usul kepada Abu Bakar untuk menyegerakan pemberangkatan pasukan Usamah.
Orang-orang sempat menolak keinginan Abu Bakar dan mereka adalah mayoritas dengan lantang
Abu Bakar berkata kepada mereka “Demi Dzat yang jiwa Abu Bakar ada di tangan-Nya.
Seandainya binatang buas akan memangsaku, aku akan tetap kirimkan pasukan Usamah seperti
halnya Rasulullah perintahkan kepadanya. Seandainya tidak ada lagi yang tersisa di dalam
sebuah negeri kecuali aku, aku akan tetap berangkatkan mereka”.
Kemudian Abu Bakar menjelaskan bahwa itu untuk melaksanakan perintah Rasul dengan
nada yang tegas dan jelas, dia yakinkan para sahabatnya bahwa misi tersebut tidak akan dia
tunda dalam kondisi apapun. Tentu tidak ada sedikitpun keinginan para sahabat untuk melanggar
perintah Rasulullah saw. dikemudian hari setelah jelas apa yang diniatkan Abu Bakar terbukti,
Abu Bakar pun melajutkan penyerangan tersebut.
Abu Bakar tidak menganti komandan yang telah di tunjuk oleh Rasulullah, dalam sejarah
dikataakn ketika itu suasana sangat kritis. Umat Islam terancam dari segala bentuk perlawan
musuh. Namun, Abu Bakar dengan izin Allah dapat meredam pergolakan tersebut. Keteguhan
Abu Bakar dalam tidak mengganti Usamah terbukti ketika ada sahabat yang memberikan saran
untuk mengganti Usamah yang terlalu muda untuk menjadi seorang komandan pasukan. Namun
Abu Bakar menjawab “Apakah aku harus mengganti orang yang telah dipilih oleh Rasulullah?”
3
Hasnani Siri, Jurnal Pemikiran Islam, (Vol. 3 No. 1, Zawiyah, Juli 2017), hal. 172.

4
Alasan mengapa Rasulullah memeilih Usamah sebagai komandan dari pasukan padahal
sahabt senior masih banyak adalah karena orang-orang Romawi yang telah membunuh ayah dari
Usamah pada perang Mu’tah sehingga setidaknya ada dua pendorong dalam diri Usamah.
Pertama, jihad di jalan Allah dan kedua, adalah kematian sang ayah. Tentu dua hal itu akan
menjadi pendorong dan daya juang Usamah.

Strategi Abu Bakar Memerangi Kaum Murtad


Kekhalifahan Abu Bakar yang hanya berlangsung selama dua tahun lebih, diwarnai
dengan motif permasalahan yang menuntut manifestasi pertanggung jawabannya dalam
kapasitasnya sebagai pengendali roda kepemimpinan. Beliau diperhadapkan dengan masalah
yang erat hubungannya dengan kepemimpinan Rasulullah saw. sejak awal penyebaran Islam di
kalangan Arab hingga bergelutnya beliau dalam pemerintahan negara di Madinah saat itu.
Pesatnya penyebaran Islam di Madinah saat itu sangat memuaskan, karena tekad suku
Khazraj dan suku Aus serta muslim Muhajirin yang terus mengobarkan semangat kerjasama
dalam penyebaran dan pengembangan doktrin Islam, menjadikan Madinah sebagai kota Nabi.
Namun, wafatnya Nabi mengakibatkan hengkangnya beberapa orang Arab dari ikatan
Islam. Mereka melepaskan kesetiaan dengan menolak memberikan dukungan terhadap khalifah
baru dan bahkan menentang agama Islam. Karena mereka menganggap bahwa perjanjian-
perjanjian yang dibuat bersama nabi Muhammad saw. dengan sendirinya batal disebabkan
kematian Nabi Islam itu.
Abu Bakar sebagai sosok pemimpin yang teguh dan keras pendirian menghadapi segala
permasalahan yang muncul pada awal kepemimpinannya dengan tabah. Beliau selalu
menampakkan keteguhan jiwa dan kesabaran hatinya, bahkan dengan tegas beliau mengatakan
akan memerangi semua golongan yang telah menyeleweng dari kebenaran, agar yang murtad,
nabi palsu, dan orang-orang yang enggan membayar zakat, mereka dapat kembali kepada
kebenaran atau beliau gugur sebagai syahid dalam memperjuangkan kemulian Allah. Hal ini
dapat dianggap sebagai komitman Abu Bakar yang selalu ingin mengoptimalkan perjuangannya
dalam menciptakan perdamaian kaum muslim.
Terjadi pembangkangan dikalangan suku-suku Arab dikatakan pada saat itu menyerbu
Madinah. Petugas patroli segera menginfokan keadan yang terjadi kepada Abu Bakar. Kemudian
Abu Bakar meminta mereka tetap berada di dalam masjid, Abu Bakar bersama anak buahnya

5
menghadapi para pembangkang yang hendak menyusup kota Madinah malam itu. Tanpa disadari
oleh pasukan pembangkang setelah sergapan berhasil maka terkejutlah mereka dan berlian
tunggang-langgang.
Pengejaran dilaukukan hingga sampai di Dzu Husa. Dalam sejarah dikatana disanalah
kabilah-kabilah mereka meninggalkan pasukan bala bantuan sebagai cadangan bila kelak
diperlukan. Mereka melakukan perlawanan kepada pasukan muslim, pasukan muslim dibuat
berputar balik karena pasukan musuh di Dzu husa membuat takut unta yang tidak terlatih untuk
berperang dengan kantong kulit yang ditiupakan dan diikat yang kemudian di tendangkan ke
arah muka unta-unta pasukan muslim.
Para musuh bersorak melihat pasukan Islam berlarian. Kejadian tersebut mereka laporkan
ke Dzu Qishsah. Dan mereka tetap kukuh dengan keinginan mereka yaitu memberontak. Namun
kaum Muslim dan Abu Bakar tidak tidur malam itu dia bersiap-siap memobilisasi mereka.
Menjelang akhir malam, Abu Bakar keluar memimpin mereka dan mengatur barisan, denga
sayap kiri yang dipimpin oleh Abdullah bin Muqarrin dan sayap kanan yang dipimpin oleh
Nu’man bin Muqarrin dan tiba di daerah musuh saat terbit fajar tanpa diketahuai oleh pasukan
musuh. Atas kuasa Allah kemanagan menjadi milik kaum muslim dan kembali ke Madinah
dengan gembira.
Ketika pasukan Usamah telah sampai di Madinah dan beristirahat, Abu Bakar ingin
memimpin pasukan sendiri untuk menumpas pasukan pemberontak yang tersisa di Dzu
Qishshah. Namun para sahabat menyaran kan komandan yang lain untuk memimpin, ketika Abu
Bakar hendak keluar menghunuskan pedangn dan dengan mengedarai kudanya ia bertemu
dengan Ali bin Abi Thalib yang kemudian memegangi tali kudanya dan berkata “Demi Allah,
jika kami kehilangan dirimu, agam Islam ini tidak ada (pemimpin) yang mampu mengaturnya”.
Setelah itu Abu Bakar kembali ke Madinah.
Kemudian Abu Bakar dalam memerangi pemberontak di Dzu Qishsah tersebut
dibentuklah sebelas pasukan yang akan segera dikirim ke tempat yang dituju untuk mengajak
mereka kembali ke jalan yang benar. Dan sebelumnya telah dikirim surat yang berisi ajakan
untuk kembali ke ajaran Islam. Ketika mereka menolak, maka pasukan perang tersebut akan
memerangi mereka. Dalam hal ini Abu bakar membagi menjadi sebelas pasukan dikarenakan
pasukan musuh yang belum mengetahui kekuatan dari pasukan Muslim hal ini bertujuan agar

6
dapat dilakukan secara kontinu hal ini juga yang dapat menyebabkan pasukan musuh tidak dapat
berkumpul secara penuh.
Kemudian usutan pun dikirim, semua utusan melaksanakan apa yang di perintahkan oleh
Abu Bakar, para utusan membawa surat-surat tersebut dan membacakanya di hadapan prajurit
musuh, hal ini dilakukan sebagai peringatan dan mereka akan dapatkan peringatan yang sama di
akhirat jika mereka membangkang. Kemudian dilakukanlah sikap tegas terhadap mereka hal ini
sesuai dengan penolakan mereka akan perintah Allah.
Setelah memberantas kaum murtad di Dzu Qishsah Abu Bakar memperhatikan gerak-
gerik dari Thulaihah yang mengaku sebagai ustusan Allah, dia mengirim utusan untuk
melakukan perundinganpada kaumnya, dan di utuslah Abi Hatim untuk melakukan perundingan
dengan kaumnya. Perundingan ini dilakukan dengan Khalid bin Walid yang mengikuti Adi di
belakanya. Setelah menemukan kebenaran maka pengepumganpun dilakukankepada pasukan
Thulaihah. Setelah pasukan musush merasa terpojok merekapun pergi berlarian, ketika pasukan
musuh dalam keadaan kacau seseoang bertanya kepada Thulaihah “apa yang kamu perintahkan
selanjutnya kepada kami?” kemudian Thulaihah berkata “ barangsiapa diantara kalian dapat
berbuat sepertiku dan dapat menyelematkan diri dan keluarganya, lakukanlah!” Thulaihah lari ke
Syam dan kelompoknya yang dulu mengatakan bahwa dia nabi kini mendustkannya.
Setelah perang habis-habisan melawan suku-suku Arab yang memberontak masih ada
suku lain yang mencoba menentang Islam, suku-suku tersebut bergabung dengan Ummu Ziml.
Para pengikut Ummu Ziml sepakat untuk mengadakan perlawanan kepada Khalid. Jumlah
mereka semakin banyak karena suku-suku yang telah dikalsahkan oleh pasukan Islam bergabung
kepada pasukan Ummu Ziml. Dan pasukan Ummu Ziml hancur porak poranda.
Setelah usai melawan Ummu Ziml pasukan muslim menuju ke Yamamah. Dalam perang
Yamamah Abu Bakar membagi pasukanya menjadi dua kelompok yang pertama dipimpin oleh
Ikrimah bin Abu Jahal dan pasukan kedua dipimpin oleh Syuhrabil. Pada serangan pertama yang
dipimpin oleh Ikrimah pasukan Muslim belum berhasil menjautuhkan kan pasukan Musailamah.
Kemudian Ikrimah mengirimkan surat kepada Abu Bakar tentang kekalahanya.
Abu Bakar lalu menulis jawaban kepada Ikrimah yang berbunyi “Wahai anak Ummu
Ikrimah, aku tidak ingin melihatmu dan kamu pun jangan melihatku. Janganlah kamu kembali
karena akan membuat pasukan berkecil hati. Teruskanlah perjalanan ke Hudzaifah dan Arfajah
serta hadapilah Oman dan Mahrah. Berangkatlah kamu dan pasukanmu, bebaskan semua orang

7
dari gangguan sampai kamu bertemu dengan Muhair bin Abi Ummayyah di Yaman dan
Hadramaut”.
Kemudian Syuhrabil di perintahkan untuk diam dan menunggu untuk bergabung kepada
pasukan Khalid di Quda’ah sehingga kemudian bertemu dengan pasukan Amru bin Ash untuk
menghadapi suku-suku yang msih membangkang. Khalid yang pun kembali ke Madinah dan
menemui Abu Bakar untuk meminta maaf. Abu Bakar memaafkanya dan mengirim Khalid
menuju Yamamah guna menumpas Musailamah. Pasukan Khalid bertemu pasukan Syuhrabil
dalam perjalanan4 kemudian dibagilah pasukanya menjadi beberapa bagian.
Dalam perang ini lah banyak para penghafal kitab Allah Al-quran yang gugur sebagai
seorang syuhada, dan kehancuran bagi Musailamah dan para pengikutnya. Kemudian dilanjutkan
pemberantasan kaum murtad di kota Makkah namun hal ini dapat diredam oleh sang amir kota
Mekkah Attab bin Usaid dan saudaranya. Adapula kaum murtad Ak dan Asy’ar yang dilanjutkan
memerangi kau murtad Thaif, Bahrain, Oman, Mahrah ,dan Yaman. Hasil dari pemumpasan
kaum murtad ini adalah Islam memiliki kejayaan di tanah Arab. Semua suku tunduk kepada
pemerintahan Abu Bakar. Seandainya jihad tidak di gelorakan oleh Abu bakar maka besar
kemungkinan bagi kabilah-kabilah itu untuk kembali kepada masa jahiliah.

Abu Bakar dan Penaklukan Wilayah Persia


Khalid yang sebelumnya bertugas menggempur kaum pembangkang di Yamamah
diperintahkan Abu Bakar me lanjutkan misinya menuju Irak. Khalid dipersilakan untuk meminta
bantuan kepada prajurit, yaitu atas keinginan prajurit, tanpa memaksa mereka untuk ikut. Abu
Bakar membuat kebijakan bahwa prajurit yang ingin ikut berperang diperbolehkan dan yang
ingin pulang juga tidak dipermasalahkan. Mengingat banyak prajurit yang lebih memilih pulang,
Khalid meminta bantuan Abu Bakar untuk dikirimi bala bantuan. Lalu dikirimlah Qa'qa' bin
Amru at-Tamimi. "Minta bantuan kepada orang yang pasukannya tidak mampu menangkap satu
orang?" cetus orang-orang. "Selama masih ada orang seperti dia, pasukan itu tidak akan dapat
dikalahkan," jawab Abu Bakar. Demikianlah penjelasan Abu Bakar dan terbukti dalam
pertempuran Irak.

Tujuan Abu Bakar memberangkatkan pasukan Khalid ke Irak adalah untuk


mempersaudarakan bangsa Persia dengan umat lain. Itu menunjukkan bahwa tujuan jihad Islam
4
Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi, op. cit., hal. 65

8
adalah semata dakwah, yaitu mengajak orang-orang memeluk agama Allah. Namun, karena
daerah tujuan masih dicengkeram pemerintahan kafir, cara untuk bisa mendakwahi rakyatnya
adalah dengan menaklukkan pemerintahan itu terlebih dahulu. pemerintahan itu.

Sebelum kedatangan Khalid, pasukan yang dikirim oleh Abu Bakar ke Irak dipimpin oleh
Mutsanna bin Haritsah asy-Syibani, Melalui aksinya, Mutsanna berhasil mengubah keadaan
bagian selatan Irak dengan sejumlah kemenangan yang diperolehnya melawan Persia dan
sekutunya, Nasrani Arab. Menyadari pasukannya telah berkurang, Mutsanna mengirimkan surat
kepada Abu Bakar untuk meminta bantuan. Ketika itu, Khalid bin Walid telah menyelesaikan
tugasnya, memerangi Musailamah al-Kadzab di Yamamah. Oleh karena itu, Abu Bakar langsung
mengirimkan surat itu.

Perintah kepada Khalid untuk membawa pasukannya menuju Irak guna membantu
Mutsanna dan pasukannya serta apabila telah sampai maka Khalid-lah yang selanjutrnya
ditunjuk menjadi komandan, melihat dia yang lebih kuat. Atas hal itu, Mutsanna tidak merasaa
cemburu karena dia melihat kemampuan Khalid lebih dibutuhkan dalam pertempuran itu.

Sebelum sampai di Irak Khalid mengirimkan Surat kepada Hurmuz, Gubernur Ablan
yang terletak di selatan Irak, surat tersebut berisi ajak masuk Islam atau sebagai orang yang
membayar dzimmi, selain kepada Hurmuz, Kahlid juga menuliskan surat kepada Kisra. Setelah
mendengar kedatangan Khalid Hurmuz langsung menggerakan pasukanya menuju Kajimah tepat
Khalid berada yang disana adalah tepat mata air. Khalid berkata kepada pasukannya “Turun dan
letakkanlah barang kalian disini. Kemudian berjuanglah untuk menguasai mata air ini. Air
akanmenentukan ketahanan dan kehormatan dua pasukan”.

Dalam peperangan kali ini kemenangan milik kaum muslim dalam hal ini menunjukan
sebagimana Abu Bakar adalah orang yang jeli dalam memilih komandan. Khalid telah
memeberikan teladan yang baik sebagai komandan yag tidak terkalahkan. Strateginya yang jitu
dan dalam penempatan pengawalnya untuk selalu siaga dalam segala kondisi jik apabila dirinya
terancam paka pengawalnya siap bergerak.

9
Sebelumnya Hurmuz pernah meminta bantuan kepada Kisra sebelum Khalid datang dan
bantuan pun dikirim oleh Kisra dengan dipimpin Qarin. Ketika pasukan Qarin sedang dalam
perjalalanan Hurmuz langsung melawan pasukan Khalid karena tidak sabar menunggu dan ia
juga merasa bahwa pasukan Khalid tidaklah kuat namun kekalahan adalah milik mereka.

Ketika Hurmuz melarikan diri dia bertemu dengan pasukan yang di pimpin oleh Qarin
yang kemudian mereka bersatu dan bermarkaz di Madzar. Sebelumnya Khalid memerintahkan
Mutsanna untuk melakukan pengejaran Hurmuz namun setelah mendengar bahwa pasukan Kisra
untuk Hurmuz datang maka Khlaid bergegas untuk menyusul Mutsanna, hinga semua pasukan
bertemu di Madzar. Saat pasukan saling berhadapan Qarin mengajukan adu tanding kepada
Khalid. Kemenangan bagi kaum Muslim dan pasukan musuh lari kocar-kacir orang yang hendak
naik ke kapal dapat dihadang oleh pasukan Islam.

Kemudian pada tahun 22 shafar 12 Hijriah ketika mendengar kekalahan Qarin dan
penduduk Madzar, dengan segera Kisra meminta bantuan pasukan dari suku Arab. Begitu berita
sampai kepada Khalid dia langsung memerintahkan untuk siap-siap berangkat menuju Walajah
dalam sejarah dikatakan dalam perang ini sempat terjadi adu tanding antara Khalid melawan
sejumlah seribu orang. Terlihat jelas langkah dari Saifullah Khalid ini telah membuat rendah
pasukan Persia, membuat pasukan Persia patah semangat, semua komandan dari pihak musuh
takut takut mati, takut terhina dan takut terendahkan.

Kemenangan kaum Muslim di Walajah menimbulkan dendam yang justru muncul dari
bangsa Arab, dan orang-orang kristen pun demikian yang kemudian mereka bersatu dan
brkumpul di Ullais untuk melakukan perlawan kepada kaum muslimin. Ketika kedua pasukan
telah berhadapan Khalid menantang komandan pasukan musuh untuk melakukan adu tanding.
Tidak ada satupun dari pasukan musuh yang berani kepsa Khalid kecuali Malik bin Qis, tak
butuh waktu lama bagi Khalid untuk menumbangkanya hal tersebut membuat pasukan musuh
gentar dan berlarian kocar-kacir.

Disisi Lin Gaban memotivasi pasukanya untuk terus maju melawan pasukan Islam.
Pasukanya pun dtelah dibagi menjadi dua sisi. Sisi pertama dipimpin oleh Abdul Aswad dan sisi
kedua dipimpin oleh Abjar. Pasukan Muslim masih menggunakan formasi sama seperti perang

10
sebelumnya. Ketika kedua pasukan bertempur habis-habisan pasukan musyrik menjadi semakin
cemas karena bantuan dari Bahman tidak segera datang.

Kemenangan menjadi milik kaum muslim pasukan yang kabur ditangkap barang siapa
yang melawan maka akan dibunuh dan barang siapa yang tidak maka menjadi tawanan. Kaum
muslim memperoleh harta rampasan yang banyak dan salah satunya roti tipis khas Persia.
Namun hal ini menunjukan bahwa begitu tingginya kecintaan kaum musryik terdapap dunia.

Seusai perang Ullais, Khalid segera menuju Amghisyiyya. Ketika tiba disana Khalid
mendapati bahwa desa telah kosong, maka Khalid memerintahkan pasukanya untuk
menghancurkan rumah-rumah disana untuk meneror da melemahkan musush.

Kesimpulan

Abu Bakar adalah sosok sahabat, mertua, dan pemimpin yang paling ideal setelah
Rasulullah saw. dalam hal kepemimpinan Abu Bakar tidak dapat diragugan dapat menenangkan
umat dapat mengkondisikan umat Muslim sepeninggal Rasulullah saw. demikian lah mengapa
para sahabat amat menghormati Abu bakar.

Perannya dalam memberantas kaum murtad di jazirah Arab adalah salah satu bentuk
tegasnya seorang Abu Bakar, memilih komandan yang terbaik mnunjukan kejelian nya dalam
menyerahkan komando kepada orang yang sangat menguasai layaknya Khalid telah menuai
banyak kesuksesan ditanah persia, kemurtadan dapat di hapuskan, pembangkangan serta
kemusyrikan dapat dia tumpas. Namun hal tersebut tidak lepas dari peran sahabatnya sekaligus
menantunya Muhammad saw.

Menjadikan masa-masanya sebagai masa yang paling gemilang bagi kaum muslimin,
dikenal diseantero dunia hingga masa kini.

11
DAFTAR PUSTAKA

Hasnani Siri, Jurnal Pemikiran Islam, (Vol. 3 No. 1, Zawiyah, Juli 2017)

Dr. Abdul Aziz bin Abdullah al-Humaidi, Abu bakar ash-shidiq pembuka Islam di tanah
Persia(Cet. I ;Solo: Tinta medina, 2015)

Maulana Muhammd Yusuf Al-Kandahlawi, Hayayatush Shahabah jilid I (Cet. I ; Bandung:


Pustaka Ramadhan, 2007)

H.M.Doddy Fachrurozie, M.S., SH., Riwayat Nabi Muhammad saw dan tempat-tempat suci
Agama Islam (Cet. 1 ; Bandung: Angkasa, 2000)

12

Anda mungkin juga menyukai